Anda di halaman 1dari 6

Peranan Tumbuhan Berbunga di Perkebunan Kelapa Sawit Bagi KehiduPan Musuh Alami

1.1 Pendahuluan

Tumbuhan berbunga merupakan tumbuhan yang berkemampuan memikat banyak


serangga dan jasad pemanfaat tumbuhan lainnya, dan memiliki banyak manfaat bagi jasad-
jasad ini, misalnya sebagai sumber pakan maupun tempat perhentian (untuk meletakkan
telur atau menyembunyikan diri dari bahaya). Fungsi yang beragam ini menyebabkan
pentingnya memperhatikan tumbuhan berbunga sebagai habitat khusus bagi serangga dan
jasad lainnya, terutama di pertanaman yang selama ini dominan sebagai ekosistem
monokultur, misalnya pertanaman padi.
Adanya tumbuhan berbunga akan mengundang berbagai jenis jasad yang dalam
ekosistem tersebut memiliki bermacam-macam peran selain sebagai herbivora, misalnya
sebagai musuh alami, polinator atau fungsi ekologis lainnya. Keberagaman fauna karena
adanya tanaman berbunga akan menyebabkan terbentuknya ekosistem yang lebih stabil,
yang pada gilirannya akan menjaga terjadinya keseimbangan komponen ekosistem.
Kehadiran tumbuhan berbunga dengan demikian sangat penting untuk melestarikan
populasi musuh alami di suatu ekosistem seperti agroekosistem.
Pengendalian hama dengan cara bercocok tanam seperti pemanfaatan tanaman
pinggir atau ada yang menyebutnya dengan tanaman perangkap, dapat mendorong
stabilitas ekosistem sehingga populasi hama dapat ditekan dan berada dalam
kesetimbangannya. Jenis tanaman pinggir yang dipilih harus mempunyai fungsi ganda
yaitu, disamping sebagai penghalang masuknya hamake pertanaman pokok, juga sebagai
tanaman refugia yang berfungsi untuk berlindung sementara dan penyedia tepung sari
untuk makanan alternatif predator, jika mangsa utama populasinya rendah atau tidak ada
di pertanaman pokok. Teknik bercocok tanam seperti penanaman tanaman pinggir dapat
mendorong konservasi musuh alami seperti predator.
Tumbuhan yang lebih dikenal dengan sebutan Bunga Pukul Delapan ini,
merupakan spesies bunga dari familia Passifloraceae, yang berasal dari Meksiko dan
Hindia Barat. Manfaat utama dari Turnera Subulata ialah, menjadi istana bagi Sycanus,
sejenis predator yang membantu memangsa hama ulat api. Sycanus menetap dan
mendapatkan sumber makanan dari dalam Turnera Subulata.
Hama ulat api kerap kali merugikan para petani sawit karena sering menggerogoti
dedaunan yang ada di pohon kelapa sawit. Hal ini mengakibatkan efek buruk pada
perkembangan tanaman kelapa sawit tersebut. Terlebih lagi ketika tahap pembibitan,
serangan ulat api akan berdampak jangka panjang dan akan mempengaruhi kualitas dan
kuantitas produksi di waktu mendatang. Tentunya hal ini juga akan berdampak langsung
pada hasil produksi kelapa sawit tersebut.
Melihat besarnya manfaat yang dimiliki Turnera Subulata, Asian Agri sebagai
perusahaan produsen kelapa sawit terbesar di Indonesia, turut mengembangkan tanaman
ini. Pada awalnya Turnera Subulata merupakan tanaman liar yang hidup disekitar
perkebunan Asian Agri. Namun karena tanaman ini mempunyai fungsi sebagai host plant
atau rumah bagi predator hama ulat api, yang berperan penting menjaga populasi ulat
pemakan daun, maka kemudian Asian Agri membudidayakan tanaman ini secara khusus.
Tak hanya diperkebunan perusahaan saja, Asian Agri juga mengembangbiakan
tanaman ini namun juga di perkebunan petani plasma, dan beberapa di perkebunan petani
swadaya. Proses pembudidayaan dan perawatan Turnera Subulata pun tergolong mudah,
yaitu dengan dikembangbiakan dengan cara stek batang.
Selain itu, proses pertumbuhan bunga ini pun tergolong cepat serta memiliki nilai
estetika yang indah jika, apalagi ketika sedang mekar di pagi hari. Jika dirawat dengan
baik, maka umur dan masa produktif Turnera Subulata dapat bertahan sekitar 2 sampai 5
tahun, daun berwarna hijau dengan panjang daun 2-7 cm dan lebar 1-4 cm dan
diklasifikasikan berdaun tunggal. Bunga pukul delapan 414 Mahkota bunga bentuknya
bulat telur sungsang, pangkalnya berwarna coklat dan berwarna kuning muda diatasnya.
Mahkota bunga terpuntir waktu.
Dengan segala manfaat yang dimilikinya, Turnera Subulata mampu meningkatkan
keseimbangan ekologi di daerah perkebunan perusahaan dan masyarakat. Hal ini tentunya
sesuai dengan empat filosofi utama induk perusahaan Asian Agri, Royal Golden Eagle,
yang selalu menekankan segala unit operasi harus memberikan hasil yang baik untuk
masyarakat, baik untuk negara, baik untuk iklim dan baik untuk perusahaan.
Ukuran tanaman ini sekitar 60-90 cm dengan bentuk daun tanaman elips serta
ujung meruncing dan tepi daun bergerigi kasar. Tulang daun menyirip dan mempunyai
kelenjar kuncup. Dalam gambar dapat dilihat, bunga ini mekar hanya beberapa jam saja,
mulai dari sekitar jam 8 pagi sampai sekitar jam 12 siang. Bunga tanaman ini ada yang
berwarna kuning atau Yellow Alder, yellow elder , Buah tanaman ini berbentuk telur lebar
dengan biji lebih dari 30. Selain itu, Bunga Pukul Delapan ini menyukai tempat terbuka,
atau terlindung sebagian.
Ditinjau dari aspek budidaya, tanaman dapat dibudidayakan dengan biji dan stek.
Tulisan ini akan menitikberatkan pada pembahasan manfaat bunga pukul delapan (turnera
subulata) untuk pengendalian hama ulat api ( Setothosea asigna). Bunga ini hanya mekar
beberapa jam saja, sekitar jam 8 pagi sampai sekitar jam 12 siang. Maka dari itu, jenis
tumbuhan ini dinamakan bunga pukul delapan.
Varietas bunga pukul delapan selain ada yang berwarna putih, juga ada yang
berwarna kuning. Buah tanaman ini berbentuk telur lebar dengan biji lebih dari 30.Turnera
subulata merupakan jenis tanaman yang mirip dengan Turnera ulmifolia, tetapi keduanya
biasa disebut dengan bunga pukul delapan. Hanya saja Turnera subulata mempunyai bunga
berwarna putih dan mempunyai ukuran daun yang lebih kecil dibandingkan dengan daun
dari Turnera ulmifolia.
Bunga pukul delapan ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar, di ladang, di tanah
pemakaman, tepi saluran air, dan umumnya tumbuh berkelompok. di Indonesia, bunga
pukul delapan banyak dijumpai di daerah Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Tumbuhan
berbunga ini dikenal sebagai tanaman hias, tanaman pengendali hama, dan juga sebagai
tanaman obat. Berdasarkan penelitian, tanaman ini mengandung zat seperti terpenoid,
flavonoid, steroid, benzenoid, alkaloid, dan lipid.
1.2 Pengendalian hama di Perkebunan Kelapa Sawit Dengan Musuh Alami

Upaya paling penting untuk mempertahankan keberadaan musuh alami di


ekosistem pertanian adalah dengan meningkatkan, atau minimal mempertahankan,
keragaman tumbuhan yang dapat berperan sebagai
(1) shelter atau refugee, sekaligus sebagai
(2) sumber pakan musuh alami.
Keberadaan beragam musuh alami sebagai salah satu komponen ekosistem
pertanian diharapkan dapat mempertahankan kelengkapan komponen rantai makanan,
sehingga mampu pula menciptakan kestabilan ekosistem. Fungsi lain tumbuhan berbunga
di sekitar tanaman yang dibudidayakan adalah sebagai pakan (sumber protein) bagi
serangga penyerbuk (polinator). bahwa penambahan 15% tumbuhan liar berbunga dengan
4 spesies mampu meningkatkan keragaman dan populasi serangga penyerbuk
Ulat api merupakan hama yang menyerang tanaman mulai dari helaian daun
bagian bawah, dalam kondisi yang sangat parah tanaman akan kehilangan daun hingga 90
%. Beberapa jenis ulat api yang dikenal antara lain; Setora nitens,Darna trima, Ploneta
diducta, Setothosea asigna.
Selain mikrobia antagonis tersebut di atas, populasi ulat api dapat stabil secara
alami di lapangan oleh adanya musuh alami predator dan parasitoid. Predator ulat api yang
sering ditemukan adalah Eochantecona furcellata dan Sycanus leucomesus. Sedangkan
parasitoid ulat api adalah Trichogrammatoidea thoseae, Brachimeria lasus, Spinaria
spinator, Apanteles aluella, Chlorocryptus purpuratus, Fornicia ceylonica, Systropus
roepkei, Dolichogenidae metesae, dan Chaetexorista javana.
Parasitoid dapat diperbanyak dan dikonservasi di perkebunan kelapa sawit dengan
menyediakan makanan bagi imago parasitoid tersebut seperti Turnera subulata, Turnera
ulmifolia, Euphorbia heterophylla, Cassia tora, Boreria lata dan Elephantopus
tomentosus. Oleh karena itu, tanaman-tanaman tersebut hendaknya tetap ditanam dan
jangan dimusnahkan. adanya penutup tanah dapat mengurangi populasi ulat api karena
populasi musuh alami akan meningkat.
Pengendalian ulat api dapat dilakukan dengan berbagai macam cara tetapi saat ini yang
paling ditekankan adalah bagaimana untuk melakukan pengendalian ulat api secara alami.
Adapun cara pengendalian ulat api secara pengendalian ulat api secara alami :
1. Melakukan sensus secara rutin untuk mengetahui stadia dari hama ulat api, tersebut.
Hal ini merupakan kunci keberhasilan dari pengendalian hama ulat api, karena
pada saat ini kita akan mengetahui seberapa besar populasi ulat api dan seberapa efektif
tindakan yang sudah kita lakukan. Caranya membuat titik sensus minimal 5% dari total
areal tanaman kelapa sawit tetapi akan lebih baik jika persentase ini dapat kita tingkatkan.
Pada saat sensus, sebaiknya dilakukan pengambilan daun yang paling tengah dalam hal ini
sering disebut dengan daun nomor 16 karena biasanya serangan dimulai dari daun ini.
Selain ulat, mesti dicari dulu apakah terdapat kokon atau tidak yang terdapat di piringan
karena kita ketahui bahwa ulat api memiliki siklus hidup menuju imago dengan bentuk
kokon.

2. Melakukan penanaman tanaman inang


Tanaman inang adalah tanaman yang menghasilkan madu. Tujuan dari penanaman ini
adalah :
1,Tempat predator ulat api yang dewasa untuk mendapatkan makanan
2,Untuk memperindah areal kebun
Jenis tanaman inang
1,Tunera Subulata yang sering disebut dengan bunga pukul delapan ( Casia Sp. )

Cara penanaman adalah sepanjang jalan dengan membuat plot tanaman di pinggir jalan
kebun dengan ukuran bervariasi sesuai keadaan setempat, namun umumnya ukuran plot
antara 3-4 meter, dan biasanya meter dengan populasi tanaman inang 300-400 bibit. Cara
memperbanyak tanaman ini sangatlah mudah, dengan penyetekan pada batang yang sudah
agak tua dapat langsung ditanam dalam tanah.
1,3 Pemanfaatan tumbuhan berbunga untuk menunjang Untuk Musuh Alami

Metode pengendalian hama tanaman yang dianjurkan sesuai UU No. 2 Tahun.


2012 adalah Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Komponen utama PHT adalah
pengendalian hayati, yang salah satu tekniknya adalah konservasi musuh alami, sehingga
tercipta ekosistem pertanian yang stabil dan lestari. Musuh alami adalah organisme yang
memusuhi hama. Terdapat tiga golongan musuh alami, yaitu golongan parasitoid,
predator, dan patogen serangga (entomopatogenik).
Parasitoid merupakan golongan musuh alami dari klas insekta (serangga) yang
mempunyai inang juga dari klas insekta. Parasitoid biasanya tubuhnya lebih kecil dari
inangnya dan fase larva (magot) melangsungkan hidupnya dengan menumpang pada atau
di dalam tubuh inangnya, sedangkan fase dewasa parasitoid hidup bebas di alam di luar
tubuh inangnya.Jika fase larva parasitoid hidup dan menyerang tubuh hama dari luar
disebut ekto parasitoid dan jika hidup dalam tubuh inang disebut endoparasitoid. Tubuh
inang dapat diserang oleh banyak individu parasitoid (disebut parasitoid gregarius), juga
dapat diserang oleh satu individu parasitoid (disebut parasitoid soliter)
Dalam menerapkan pengendalian hayati membutuhkan lingkungan biotik maupun
abiotik yang optimal. Hal tersebut dapat ditempuh dengan menanam tumbuhan refugia
yang merupakan tumbuhan yang tumbuh di sekitar tanaman yang dibudidayakan yang
berpotensi sebagai mikro habitat bagi musuh alami (parasitoid maupun predator).
Sebetulnya banyak tumbuhan liar sebagai sumber pakan langsung bagi alami
(menyediakan nektar dan polen), dan secara tidak langsung menyediakan mangsa dan
inang, di samping mengelola iklim mikro yang sesuai dengan kebutuhan hidup musuh
alami. Musuh alami (parasitoid dan predator) yang memanfaatkan nektar dan polen
tumbuhan tersebut akan meningkat fekunditasnya, sehingga telur yang dihasilkan lebih
banyak, sehingga populasinya meningkat pula. Dengan demikian potensi sebagai
pengendali alami hama tanaman akan meningkat pula, akibatnya populasi hama tanaman
dapat ditekan sampai batas keseimbangan umum.
Beberapa jenis golongan tumbuhan berbunga (refugia) yang dianjurkan ditanam di
sekitar pertanaman pertanian antara lain: caisin liar (Rorhipa indica), kacang tanah liar
(Arachis pinktui), kemangi, tembelkan, bunga matahari (Helianthus annus L.), bunga
kertas, terung (Solanum melongena), Tagetes, rumput Sudan (Sorghum bicolor) dan lain-
lain, sedangkan tanaman yang dianjurkan ditanam di tepian jalan dan di luar lahan
pertanian, antara lain: Teprosia (Teprosia diversiola), kaliandra, kipait (Tithonia sp.),
lamtoro dan lain-lain.

perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Tengah, tumbuhan berbunga Turnera


subulata diketahui menyebabkan kehadiran beberapa parasitoid spesies Hymenoptera.
Enam spesies di antaranya hadir dengan jumlah lebih dari 30 ekor dalam 30 hari
pengamatan,bahwa penambahan tumbuhan berbunga di sekitar perkebunan apel dapat
menurunkan populasi hama, khususnya kutu afid. Dengan demikan manipulasi habitat
seperti ini secara tidak langsung dapat mengurangi jumlah serangga hama.
Salah satu teknik pengendalian hama penyakit tanaman adalah dengan
memanfaatkan musuh alami. Musuh alami dapat ditingkatkan perannya sebagai
pengendali alami hama dengan cara menanam “tumbuhan bunga” disekitar lahan pertanian
untuk menarik serangga parasitoid dan predator. Golongan “tumbuhanbunga” tersebut
dikenal dengan sebutan Refugia.
Keberadaan tumbuhan bunga di disekitar lahan pertanian tersebut dapat menarik
serangga parasitoid dan predator untuk datang memakan nektar dan polen, selain itu juga
dapat menjadi tempat berlindung mereka. Golongan tumbuhan bunga refugia dinilai
efektif dapatmengurangi dan mencegah berbagai jenis hama yang menyerang tanaman
pertanian seperti padi, jagung, dan sayur-sayuran, sehingga penggunaan pestisida produk
pertanian menjadi lebih sehat dan lingkungan dapat lestari.
peranan tanaman inang dan predator dalam pengendalian hama cukup besar, maka
perlu dilakukan pengamatan untuk mengetahui biodiversitas serangga, tingkat populasi
predator yang hidup dan berkembang pada tanaman inang tersebut, serta peranan dan
potensinya dalam menekan populasi hama ulat api, Pengamatan dilakukan terhadap
tanaman inang Turnera ulmifolia, Casia Cobanensis dan Antigonon leptopus yang telah
berbunga. Serangga yang tertangkap kemudian dihitung dan diidentifikasi berdasarkan
Ordo, Famili, Genus atau Spesiesnya
Hasil dari penelitian ini menunjukkan fakta bahwa pada tanaman berguna seperti
T. ulmifolia,C. cobanensis dan A. leptopus didonimansi oleh serangga dari ordo Hemiptera
yang berperan sebagai predator yaitu Sycanus sp. dan Cosmolestes sp, diikuti serangga
dari ordo Orthoptera, Lepidoptera dan Coleoptera.
Tanaman berbunga yang paling sering didatangi oleh predator yaitu T. ulmifolia,
lalu C. cobanensis dan yang paling sedikit adalah A. leptopus. Ini karena morfologi bunga
dari T. ulmifolia yang berkelopak besar dan berwarna kuning, sehingga lebih dapat
menarik serangga untuk datang. Beberapa faktor yang mempengaruhi kedatangan
serangga pada bunga antara lain kandungan nektar, konsentrasi gula, kandungan senyawa
kimia, Kunjungan serangga pada ketiga tanaman berguna tersebut juga lebih sering
ditemukan pada pagi dan siang hari dibandingkan pengamatan sore hari.

Anda mungkin juga menyukai