O
L
E
H
FARIS RISKI
NPM : 71180713119
PRODI : AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Soekartawi, 1986 pada seminar petani kecil di Jakarta pada tahun 1979, menetapkan
bahwa petani kecil adalah :
a,Petani yang pendapatannya rendah, yaitu kurang dari setara 240 kg beras per kapita per
tahun.
b. Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 ha lahan sawah di Jawa atau
0,5 ha di luar Jawa. Bila petani tersebut juga memiliki lahan tegal maka luasnya 0,5 ha di Jawa
dan 1,0 ha di luar Jawa.
c. Petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas.
d. Petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamis. Untuk lebih jelasnya, di
dalam makalah ini akan dibahas mengenai program pertanian organic, rencana strategis
kementrian pertanian di Indonesia, permasalahan usaha tani di Indonesia serta solusinya.
B. Rumusan masalah
a. Bagaimana konsep pertanian organic ?
b. Bagaimana rancangan dan penerapan pengelolaan tanah dan air untuk budidaya pertanian
organic?
BAB II
PEMBAHASAN
Pertanian Berkelanjutan
Dalam pembangunan di bidang pertanian, peningkatan produksi seringkali diberi
perhatian utama. Namun ada batas maksimal produktivitas ekosistem. Jika batas ini
dilampaui, ekosistem akan mengalami degradasi dan kemungkinan akan runtuh sehingga
hanya sedikit orang yang bisa bertahan hidup dengan sumber daya yang tersisa. Produksi dan
konsumsi harus seimbang pada tingkat yang berkelanjutan dari segi ekologis.
Pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumber daya yang berhasil untuk usaha
pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau
meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam. Sistem pertanian bisa
dikatakan berkelanjutan bila mencakup hal-hal berikut ini:
1. secara ekologis, yang berarti bahwa kualitas sumber daya alam dipertahankan dan
kemampuan agroekosistem secara keseluruhan-dari manusia, tanaman, hewan sampai
organisme tanah-ditingkatkan. Sumber daya lokal dipergunakan sedemikian rupa sehingga
kehilangan unsur hara, biomassa dan energi bisa ditekan serendah mungkin serta mampu
mencegah pencemaran.
2.secara ekonomis, yang berarti bahwa petani bisa cukup menghasilkan untuk pemenuhan
kebutuhan dan atau pendapatan sendiri, serta mendapatkan penghasilan yang mencukupi
untuk mengembalikan tenaga dan biaya yang dikeluarkan.
3. sumber daya dan kekuasaan didistribusikan sedemikian rupa sehingga kebutuhan dasar
semua anggota masyarakat terpenuhi dan hak-hak mereka dalam penggunaan lahan, modal
yang memadai, bantuan teknis serta peluang pemasaran terjamin.
4. bahwa semua bentuk kehidupan (tanaman, hewan dan manusia)
5. bahwa masyarakat pedesaan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi
usahatani yang berlangsung terus-menerus.
Apabila pertanian organik dilaksanakan dengan baik maka dengan cepat akan
memulihkan tanah yang sakit akibat penggunaan bahan kimia. Hal ini terjadi apabila fauna
tanah dan mikroorganisme yang bermanfaat dipulihkan kehidupannya, dan kualitas tanah
ditingkatkan dengan pemberian bahan organik karena akan terjadi perubahan sifat fisik, kimia
dan biologi tanah.
Coen Reijntjes, Bertus Haverkort dan Ann Waters-Bayer. 1999. Pertanian Masa Depan.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Rachman Sutanto. 2002. Pertanian Organik, Menuju Pertanian Alternatif Berkelanjutan.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Rachman Sutanto. 2002. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan dan
Pengembangannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Sabastian Eliyas Saragih. 2008. Pertanian Organik. Solusi Hidup Harmoni dan
Berkelanjutan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional. 2013. Sistem Pangan Organik.Standar Nasional Indonesia
(SNI) 0729-2013. Jakarta