LAPORAN RESMI
NPM : 18033010047
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Pencucian dan
penirisan
Penyimpanan 12 hari
pada suhu ruang
Pemanenan dan
pembersihan
Perebusan
Warna
Rasa
Hasil Tekstur
Aroma
HASIL PENGAMATAN
Dari hasil tersebut diketahui bahwa semakin tinggi konsenstrasi garam semakin
jingga dan gelap warna kuning telur (yolk) pada telur asin. Menurut Nuruazzakiah
dkk (2016), terbentuknya warna kuning tua tersebut dihasilkan karena kuning telur
kehilangan air selama proses perendaman dalam larutan garam. Pengasinan
menyebabkan kadar air telur menurun sehingga warna kuning pada kuning telur
semakin pekat.
4.2 RASA
Semakin tinggi konsentrasi garam semakin asin rasa yang dihasilkan.
Konsentrasi garam yang semakin tinggi dengan campuran abu gosok yang
teptap akan menyebabkan penurunan kadar protein yang semakin besar, akan
tetapi daya simpannya semakin meningkat. Tingginya kadar garam yang
digunakan akan menyebabkan banyaknya jumlah garam yang masuk ke dalam
isi telur sehingga rasanya semakin asin. Menurut Amir dkk (2014), partikel abu
gosok berbentuk kecil dan halus sehingga jika abu gosok, garam, dan air
dicampurkan menjadi satu adonan, maka garam yang telah mengion akan terikat
oleh partikel abu gosok. Ukuran partikel abu gosok yang relatif kecil ini akan
memungkinkan kontak dengan permukaan kulit telur. Hal ini menyebabkan
campuran garam dan abu gosok akan terdifusi ke dalam telur melalui pori-pori kulit
telur.
Selain itu, lama waktu penggaraman juga dapat meningkatkan rasa asin.
Menurut Sukendra (1976), untuk menghasilkan telur asin yang memiliki
karakteristik disukai diperlukan waktu 12 hari pengasinan. Hal tersebut sesuai
dengan praktikum pada kali ini. Sudaryani (1996) juga menjelaskan bahwa rasa
asin telur asin yang dihasilkan sangat bergantung pada lama penyimpanan. Bagi
yang menyukai telur asin sebagai teman dari nasi, maka penyimpanan selama 15
hari cukup maksimal. Selain asinnya kental, kuning telurnya pun kuning tua dan
berminyak, dan untuk sekedar sebagai camilan maka disimpan maksimal 10 hari
sudah cukup
4.3 AROMA
Aroma pada telur bebek yang sudah diasinkan yaitu amis seperti aroma khas
telur. Bau amis yang dihasilkan pada masing-masing telur asin tidak berbeda
secara signifikan karena selisih konsentrasi garam yang digunakan tidak berbeda
jauh. Menurut Ristanto (2013) penggunaan garam dengan konsentrasi yang
semakin tinggi akan lebih banyak membunuh mikroorganisme yang ada di dalam
telur sehingga menghasilkan telur dengan keamisan yang lebih rendah. Telur
bebek mempunyai pori-pori yang besar sehingga mempermudah penetrasi garam
ke dalam bagian telur. Telur bebek yang diasinkan menjadi tidak amis dan masa
simpan telur menjadi lebih lama. Waktu pengasinan yang semakin lama akan
semakin mempertahankan masa simpan telur tersebut.
4.4 TEKSTUR
Tekstur pada telur bebek yang sudah diasinkan yaitu padat, lembut khas telur,
dan kuning telur bermasir. Menurut Chi (1998) menyatakan bahwa terjadinya
proses kuning telur memiliki tekstur yang masir yang dipengaruhi oleh adanya
proses garam yang masuk bersama air (larutan garam) ke dalam granul-granul
yang berada dalam kuning telur karena kemampuan Nacl yang dapat mengikat air
pada protein kuning telur, sehingga kandungan air tersebut akan keluar dan
mengalami dehidrasi pada kuning telur serta muncul tekstur berpasir.
Romanoff (1963) juga menyatakan bahwa tekstur masir disebabkan oleh
membesarnya granula yang ada dalam kuning telur. Membesarnya granula pada
kuning telur dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kadar garam dan kadar air. Garam
akan masuk ke dalam kuning telur dan akan merusak ikatan-ikatan yang terdapat
dalam granula sehingga dapat memperbesar diameter granula. Masuknya air juga
akan memperbesar diameter granula. Semakin banyak air dan garam yang masuk
menyebabkan semakin banyak granula yang membesar, sehingga persentase
kemasiran semakin besar. Ukuran granul diakibatkan oleh adanya air garam 12
yang masuk ke dalam granul dan reaksi garam dengan low density lipoprotein
(LDL). Menambahkan garam yang masuk ke dalam kuning telur akan bereaksi
dengan lipoprotein (yang sebagian besar dalam bentuk fraksi low density). Hal
diatas akan membentuk tekstur masir pada kuning telur.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
1) Penggaraman adalah salah satu metode pengawetan agar telur dapat
disimpan dalam waktu yang lama dengan prinsip untuk mencegah
tumbuhnya bakteri pembusuk kedalam telur dan mencegah keluarnya air
dari dalam telur.
2) Garam (NaCl) berfungsi sebagai pencipta rasa asin dan sekaligus bahan
pengawet karena dapat mengurangi kelarutan oksigen (oksigen diperlukan
oleh bakteri), menghambat kerja enzim proteolitik (enzim perusak protein),
dan menyerap air dari dalam telur.
3) Pada pembuatan telur asin terjadi pertukaran ion Na+ dari luar kedalam
telur dan ion H+ dari dalam keluar telur yang menyebabkan telur menjadi
asin.
4) Konsentrasi garam dan lama waktu pengasinan atau penggaraman dapat
mempengaruhi tingkat keasinan, kegelapan (kepekatan) kuning telur, bau
amis, dan daya simpan. Semakin tinggi konsentrasi garam yang digunakan
dan semakin lama waktu pengasinan, maka semakin asin rasa yang
dihasilkan, semakin pekat warna kuning telur, semakin sedikit bau amis
dan semakin meningkat pula daya simpannya.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, S., S. Sirajuddin, dan N. Jafar.2014. Pengaruh Konsentrasi Garam dan Lama
Penyimpanan Terhadap Kandungan Proteindan Kadar Garam Telur Asin.
Available at: http://repository.unahs.ac.id. (Diakses 24 April2017)
Astawan, M.W dan Astawan, M. 1998, Teknologi Pengolahan Pangan Hewani Tepat
Guna. CV. Akamedia Presindo, Jakarta
Kastaman, Roni; Susdaryanto dan Nopianto, Budi H. 2005. Kajian Proses Pengasinan
Telur Metode Reverse Osmosis Pada Berbagai Lama Perendaman. Jurnal
Teknik Industri Pertanian 19 (1) :30-39
Lukito, G.A., A. Suwarastuti dan A. Hintono. 2008. Pengaruh Berbagai Metode
Pengasinan Terhadap Kadar NaCl, Kekenyalan dan Tingkat Kesukaan
Konsumen pada Telur Puyuh Asin. Jurnal Animal Agriculture, 1(1): 829-838.
Mucthadi, T. R. dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pedidikan Tinggi Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Nuruazzakiah, H. Rahmatan, dan D. Syafrianti. 2016. Pengaruh Konsentrasi Garam
Terhadap Kadar Protein dan Kualitas Organoleptik Telur Bebek. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pendidikan Biologi, Vol 1(1):1-15.
Prihantari, Dkk. 2010.Pengaruh Lama Perendaman Abu Pelapah Kelapa terhadap Sifat
Fisik, Organoleptik, Daya Simpan dan Kadar Kalsium Telur Asin. Yogyakarta:
Poltekes Yogyakarta Press.
Romanoff, A. L & AJ. Romanoff. 1963. The Avian Egg. New York John Willey and Sons
Inc.
Sarwono, B. 1994. Pengawetan dan Pemanfaatan Telur. PT. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Sirait, C.H. 1986. Telur dan Pengolahannya, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan, Bogor.
Sudaryani, T. 2003. Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Cetakan ke-4. Jakarta
Sukendra L. 1976. Pengaruh cara pengasinan telur bebek (Muscovy sp) dengan
Menggunakan Adonan Campuran Garam dan Bata Terhadap Mutu Telur Asin
Selama Penyimpanan. [Skripsi]. Fakultas Mekanisasi dan Teknologi Hasil
Pertanian-IPB, Bogor.
Suprapti, L. M. 2002. Pengawetan Telur. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.