Anda di halaman 1dari 11

Pengolahan bahan pangan dengan tujuan memperpanjang masa simpan harus

dilakukan dengan tujuan untuk mempertahankan kualitas bahan pangan. Bahan pengawet
pada umumnya digunakan untuk mengawetkan bahan pangan yang mempunyai sifat
mudah rusak. Telur ayam merupakan makanan yang sangat dibutuhkan oleh manusia.
Hal ini dikarenakan telur ayam mengandung zat-zat yang penting bagi tubuh seperti
mineral, vitamin, protein, karbohidrat, dan lemak. Tingkat kerusakan telur sering terjadi
pasca panen. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya perlakuan teknologi dan keadaan
lingkungan yang kurang menguntungkan. Untuk mengantisipasi penurunan kualitas telur
pasca panen tersebut, maka diperlukan suatu teknologi pengawetan.

Telur merupakan bahan pangan hasil ternak unggas yang memiliki sumber protein hewani
yang memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna dan begizi tinggi. Selain itu telur mudah
diperoleh dan harganya relatif murah. Dalam perkembangannya, telah banyak dilakukan
teknik pengolahan telur untuk meningkatkan daya tahan serta kesukaan konsumen. Menurut
Winarno dan Koswara, (2002) Telur merupakan bahan pangan yang sempurna, karena
mengandung zat-zat gizi yang lengkap bagi pertumbuhan mahluk hidup baru. Protein telur
memiliki susunan asam amino esensial yang lengkap sehingga dijadikan standar untuk
menentukan mutu protein dari bahan lain. Keunggulan telur sebagai produk peternakan yang
kaya gizi juga merupakan suatu kendala karena termasuk bahan pangan yang mudah rusak.

Secara umum telur akan mengalami kerusakan setelah disimpan lebih dar hari di
ruang terbuka. Kerusakan berupa pecah, dan retak, diikuti kerusakan lain sehingga derajat
keasaman naik. Terjadinya penguapan dari dalam telur membuat berat telur turun serta
putih telur encer. Mengakibatkan kesegaran telur menurun. Untuk mengatasi terjadinya
kerusakan maka perlu diadakan pengawetan agar nilai gizinya tetap tinggi, tidak berubah
rasa, tidak berbau busuk dan warna isinya tidak pudar. Untuk mengatasi masalah
tersebut dapat digunakan pengawetan dengan cara kering, pengawetan basah, perendaman,
penutupan kulit dengan bahan pengawet dan penyimpan dalam ruangan
pendingin. Salah satu teknik pengawetan dengan perendaman dalam larutan pengawet
daun jambu biji yang dimana daun jambu biji (Triawan Agus Deni, dkk 2021).

Telur merupakan bahan pangan yang sempurna. Hal ini karena telur memiliki kandungan gizi
yang lengkap yang dibutuhkan oleh tubuh dalam proses pertumbuhan (Suardana dan Swacita,
2009).Telur merupakan bahan makanan yang cukup popular karena nilai gizinya yang tinggi
serta harganya yang relative murah bila dibandingkan dengan harga daging atau
sumberprotein hewani lainnya, sehingga memungkinkan telur untuk dapat dikonsumsi oleh
semualapisan masyarakat (Agustin, 2008). Telur mengandung protein bermutu tinggi
karenamengandung asam amino esensial lengkap sehingga telur dijadikan patokan dalam
menentukanmutu protein berbagai bahan pangan (Indrawan, 2012 dalam Stenly Richard,dkk
2014).

Salah satu upaya dalam memperpanjang daya simpan telur, sehingga dapat bertahan lama
dilakukan dengan jalan pengawetan. Pengawetan sangat penting untuk memperlama daya
simpantelur dan mempertahankan kualitas telur, pengawetan yang digunakan merupakan
pengawetanalami serta aman (Rahmawati, 2014). Tujuan pengawetan telur yaitu agar dapat
mempertahankanmutu dari telur serta memperpanjang masa penyimpanan telur, tujuan utama
dari pengawetantelur adalah untuk mencegah penguapan air serta menghambat terlepasnya
CO2 dari dalam isitelur dan menghambat aktifitas dan perkembangbiakan mikroba. (dalam
Stenly Richard, dkk 2014).
Larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih
zat dalam komposisi yang bervariasi (Petrucci. 1985). Zat yang jumlahnya lebih
sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih
banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut. Aquades merupakan
pelarut yang lebih baik dibandingkan hampir semua cairan pada umumnya. Garam
yang digunakan sebagai zat terlarut adalah garam Natrium klorida (NaCl/garam
dapur).
Telur mudah mengalami penurunan kualitas yang disebabkan oleh kerusakan secara fisik,
serta penguapan air ,karbondioksida, ammonia, nitrogen, dan hidrogen sulfida dari dalam
telur (Muchtadi dkk., 2010).Lama penyimpanan menentukan kualitas telur,semakin lama
telur disimpan, kualitas dankesegaran telur semakin menurun (Haryoto, 2010 dalam Djaelani
Anwar Muhammad, 2016)
Teknologi pengolahan telur asin merupakan usaha untuk mengawetkan,
memperpanjang daya simpan, dan mencegah penurunan kualitas telur. Salah satu cara
pengawetan yang bisa diterapkan adalah dengan penggaraman (pengasinan). Proses
penggaraman atau pengasinan telur dapat dilakukan dengan beberapa metode.
Teknik pembuatan telur asin ada 3 metode: Pertama perendaman dalam larutan
garam dapur yang jenuh, Kedua pemolesan telur dengan adonan batu bata atau abu
dapur dan tanah liat yang padat atau kering, ketiga pembenaman telur dalam pasta
batah merah atau abu dapur yang kental setengah basah. Ali (1992). Setiap metode
pengasinan memiliki keistimewaan masing-masing. Pada proses penggaraman
(pengasinan) dengan metode pemeraman dan pasta penetrasi garam lebing lambat
dan albumin telur lebih padat. Jumlah garam yang bisa terserap ke dalam telur yaitu
berkisar (5%-10%). Sebaliknya, metode penggaraman (pengasinan) dengan
perendaman ini dilakukan dengan merendam telur asin ke dalam larutan garam jenuh.
Metode ini memilki kemampuan penetrasi garam ke dalam telur berlangsung lebih
cepat akan tetapi albumin telur relatif lebih basah (Lukman, 2008). Berdasarkan uraian
tesebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang bagaimana pengaruh metode yang
berbeda dalam pembuatan telur asin terhadap aroma dan rasa ( dalam Irmawati, 2018)

Pengawetan telur
Menurut Hintono (1984) prinsip pengawetan telura dalah mempertahankan
kualitas telur dari kerusakan secara fisik, kimia dan mencegah pembusukan oleh
mikro organisme pada telur segar. Sarwono (1994) menyatakan bahwa prinsip
pengawetan telur yaitu untuk menunda kerusakan fisik dan kimiawi serta
mencegah terjadinya pembusukan oleh mikro organisme dengan cara menutupi
pori-pori telur melalui bahan pengawet sehingga menghambat terjadinya
kontaminasi mikroba, mengurangi penguapan air dan gas-gas dari dalam isi telur.
Soedoejono (2002) menambahkan bahwa prinsip pengawetan telur dalam bentuk
utuh dengan menutup pori-pori kulit telur agar tidak dimasuki mikroorganisme
dan juga untuk mencegah terjadinya penguapan dan keluarnya gas dari dalam
telur.
Menurut Idris dan Thohari (1993) pengawetan telur segar ada dua cara
yaitu (1) pengawetan telur utuh (dengan cangkang) yang meliputi : penyimpanan
dalam suhu rendah, pemberian lapisan pada cangkang (dengan minyak,
waterglass, larutan kapur), pengepakan kering dan termostabilisasi, pengawetan
telur tanpa cangkang meliputi pendinginan, pembekuan dan pengeringan. Saleh et
al. (2012) menyatakan bahwa pengawetan telur utuh meliputi : 1) pengemasan
kering (dry packing); 2) perendaman dalam cairan (immersion in liquid); 3)
penutupan kerabang telur dengan bahan pengawet (shell sealing) sedangkan
pengawetan telur pecah dapat dilakukan dengan dua cara : 1) telur beku (frozen
egg); 2) tepung telur (dried egg). Janan et al. (2003) menambahkan bahwa bahan
pengawet telur secara umum dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 1)
pengawetan telur utuh seperti dibuat telur asin, telur pindang, telur asap, direndam
dalam air kapur; 2) pengawetan telur secara pecah biasanya dalam bentuk tepung,
bias terbuat dari kuning telur, putih telur atau campuran kuning dan putih telur.
Adapun  beberapa cara yang dilakukan dalam pengawetan telur sehingga kualitas telur
tersebut dapat bertahan antara lain :
1. Metode pengawetan dengan daun jambu biji.
Metode ini disebut juga metode pemindangan. Karena warna cangkang telur yang telah
diawetkan dengan jambu biji ini berwarna kecoklatan seperti telur pindang. Namun metode
pengawetan dengan daun jambu biji ini terutama untuk telur itik kurang disukai konsumen
karena warnanya yang kurang menarik. Metode ini bisa diterapkan pada telur unggas yang
lain, telur ayam misalnya. Pemindangan merupakan salah satu bentuk pengolahan dengan
kombinasi penggaraman dan perebusan. Telur pindang merupakan produk olahan tradisional
yang menggunakan bahan penyamak protein yang akan terdenaturasi jika kontak dengan
bahan yang mengandung tannin antara lain kulit bawang merah, daun jambu biji, air teh.
Dengan tambahan bahan ini akan diperoleh warna telur kecoklatan dan citarasa yang khas.
Pemindangan dapat membuat telur rebus lebih awet daripada perebusan dengan air biasa.
Berikut teknik pengawetan dengan daun jambu biji :
a. Bahan yang perlu dipersiapkan: telur ayam, teh, kulit bawang merah, daun jambu biji,
garam.
b. Cara pembuatan:
1) Ambil 10 butir telur ayam, cuci bersih dengan abu dapur dan air
2) Letakkan daun jambu, teh, kulit bawang merah dalam panci perebus, tata telur
diatasnya, susun berlapis.
3) Tambahkan garam 3 sendok makan, tambahkan air hingga seluruh telur terendam
4) Rebus hingga matang, angkat dan biarkan hingga beberapa saat (2 jam), untuk
memperoleh warna dan citarasa pindang.
5) Rebus kembali sampai matang (dapat ditambahkan bahan rempah lengkuas
dimemarkan, daun salam).
6) Angkat dan biarkan terendam dalam panci, tiriskan setelah air dingin
Daya simpan telur dengan cara/ metode seperti ini akan lebih lama. Daya simpannya bisa
mencapai 30 hari atau lebih.  kandungan kimia daun jambu biji berupa tanin dapat
mengawetkan telur ayam ras. Tanin akan bereaksi dengan protein yang terdapat dalam kulit
telur yang mempunyai sifat menyerupai kolagen kulit hewan sehingga terjadi proses
penyamakan kulit berupa endapan berwarna coklat yang dapat menutup pori-pori kulit telur
dan kulit telur tersebut menjadi impermeable (tidak dapat tembus) terhadap gas dan udara dan
pengawetan telur ayam ras dengan memanfaatkan daun jambu (Psidium guajava L.)
mempunyai biaya pengolahan yang murah dan mutu telur ayam ras bertahan selama kurang
lebih satu bulan.
2. Metode pengawetan dengan minyak kelapa.
Perubahan warna dengan pengawetan telur melalui bantuan jambu biji tidak disukai,
penggunaan minyak kelapa bisa diterapkan. Minyak kelapa juga bisa dijadikan bahan
memperlama penyimpanan telur tanpa merubah warna, rasa, dan aroma telur tersebut.
Perubahan warna dengan pengawetan telur melalui bantuan jambu biji tidak disukai,
penggunaan minyak kelapa bisa diterapkan. Minyak kelapa juga bisa dijadikan bahan
memperlama penyimpanan telur tanpa merubah warna, rasa, dan aroma telur tersebut.
a. Langkah pertama kelapa dikupas dan diparut. Selanjutnya parutannya diremas-remas
sambil ditambah air secukupnya. Hasilnya adalah berupa santan. Santan itu kemudian direbus
selama kurang lebih 3 jam. Setelah menjadi minyak, pisahkan minyak tersebut dari
ampasnya.
b. Tahap berikutnya ambil telur dan dicuci. Kemudian telur diolesi minyak kelapa
dengan menggunakan kuas kecil. Biasanya, 1 liter minyak kelapa bisa digunakan untu
mengawetkan telur sekitar 70 kg.
Pengolesan telur ayam dengan minyak kelapa ini mampu mempertahankan kesegaran telur
selama 8 minggu atau 2 bulan. Pengawetan telur dengan minyak kelapa tidak hanya mampu
mempertahankan kesegaran telur, tapi juga mampu mempertahankan keutuhan nilai gizinya.
Hal ini amat menguntungkan, karena selain prosesnya mudah juga irit dalam biaya.
3. Metode pengawetan dengan teh
Pengawetan telur segar yaitu dengan memanfaatkan bahan tannin yang berasal dari daun
teh (Catechin). Pada dasarnya bahan tannin merupakan senyawa yang berbentuk larutan
berwarna dan mampu berikatan dengan albumen telur. Protein dalam telur akan berikatan
dengan catechin yang terkandung dalam teh membentuk senyawa kompleks yang stabil dan
dapat memperpanjang masa simpan telur sampai 1 bulan. Adapun langkah-langkah metode
ini yaitu :
a. Buatlah larutan teh dengan merendam 100 gram teh kedalam 100 ml air panas selama
10 menit atau sesuai kebutuhan saja.
b. Siapkan telur yang akan diawetkan dan terlebih dahulu telur dicuci bersih dengan air
hangat.
c. Kemudian masukkan larutan teh tersebut kedalam baskom/ ember.
d. Masukan telur tersebut kedalam baskom yang berisi larutan teh dan direndam selama
1-2 hari.
e. Telur yang sudah direndam lalu disimpan di tempat yang kering dan tertutup.
4. Penyimpanaan dingin.
Telur segar dapat dipertahankan mutunya dalam relative waktu yang lama bila disimpan
didalam ruangan dingin yang memiliki kelembaban sekitar 80-90 % dan kecepatan aliran
udara sekitar 1-1,5 m/s. dalam hal ini telur dapat disimpan sedekat mungkin di atas titik beku
telur yaitu -20 C. suhu yang rendah ini akan memperlambat hilangnya kadar CO2 dan air
didalam telur serta penyebaran air sari putih ke kuning telur.
5. Metode penutupan pori-pori telur
Penutupan pro-pori telur dapat dilakukan dengan menggunakan agar-agar, getah karet,
gelatin bahkan getah kaktus. Jika teknik ini di kombinasikan dengan penyimpanan dingin
(suhu sekitar 10 C)  maka sangat menguntungkan. Karena telur dapat diawetkan selama 6
bulan.
6. Pengemasan Kering
Pengemasan telur dapat dilakukan secara kering dengan menggunakan bahan-bahan
seperti sekam, pasir dan serbuk gergaji. Jika pengemasnya padat, cara ini akan
memperlambat hilangnya air dan CO2. Kelemahan cara ini adalah manambah berat dan
volume, yang dapat menaikkan ongkos angkut dan ruang penyimpanan. Disamping itu,
pengemasan kering tidak banyak memberikan perlindungan terhadap mikroba selama
penyimpanan.
7. Perendaman telur dalam larutan kapur
Larutan kapur dapat dibuat dengan cara melarutkan 100 g batu kapur (CaO) dalam 1,5
liter air, lalu dibiarkan sampai dingin. Daya pengawet dari kapur karena mempunyai sifat
basa, sehingga mencegah tumbuhnya mikroba. Kapur (CaO) akan bereaksi dengan udara
membentuk lapisan tipis kalsium karbonat (CaCO3) di atas permukaan cairan perendam.
Kemudian CaCO3 yang terbentuk akan mengendap di atas permukaan telur, membentuk
lapisan tipis yang menutupi pori-pori. Pori-pori yang tertutup ini menyebabkan mikroba tidak
dapat masuk ke dalam telur dan mencegah keluarnya air dan gas-gas lain dari dalam isi telur.
Kapur juga menyebabkan kenaikan kenaikan pH pada permukaan kulit telur yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroba.
8. Perendaman dalam minyak parafin
Telur direndam atau dicelupkan dalam minyak parafin selama beberapa menit.
Selanjutnya dikeringkan dengan membiarkan di udara terbuka (dikering- anginkan) sehingga
minyak parafin menjadi kering dan menutupi pori-pori kulit telur.
Penggaraman telur
Garam merupakan faktor utama dalam proses pengasinan telur, sebagai
penambah cita rasa dan dapat menyerap air yang ada didalam telur. Garam masuk
ke dalam telur melalui pori-pori kulit telur menuju ke putih telur, lalu ke kuning
telur. (BPTP, 2005) Beberapa fungsi garam adalah bertindak sebagai pengawet dan
menciptakan cita rasa, mengurangi kelarutan oksigen sehingga menghambat
kehidupan bakteri, menyerap air hingga telur lebih tahan lama. Garam terdapat ion
chlor yang memiliki peranan penting sebagai penghambat pertumbuhan bakteri
dalam telur. (Ristanto, 2013) Mekanisme garam NaCl sebagai pengawet dimulai
dengan terurainya NaCl menjadi ion natrium (Na+) dan ion chlor (Cl-), Ion chlor
inilah yang berfungsi sebagai pengawet dengan kemampuannya menghambat
pertumbuhan mikroba.
istilah penggaraman yang lebih akrab dikenal dengan sebutan pengasinan, merupakan cara
pengawetan ikan yang produknya paling gampang ditemui diseluruh pelosok Indonesia. Ada
beberapa alasan yang menyebabkan teknologi penggaraman ini merupakan cara yang paling
banyak dilakukan untuk mengawetkan ikan, yaitu
1. Teknik penggaraman merupakan teknologi yang sangat sederhana dan
dapat dilakukan oleh semua orang
2. Teknologi yang menggunakan garam ini merupakan cara pengawetan
paling murah
3. Hasil olahan yang dikombinasikan dengan cara pengeringan mempunyai daya tahan lama,
sehingga dapat disimpan atau didistribusikan ke daerah yang jauh tanpa memerlukan
perlakukan khusus
4. Produk ikan asin harganya murah, sehingga dapat terjangkau oleh semua lapisan
masyarakat.
Metode penggaraman
Kecepatan proses penyerapan garam kedalan tubuh ikan di pengaruhi oleh beberapa faktor
sebagai berikut :
1. Kesegaran tubuh ikan. Semakin segar ikan, maka proses penyerapan garam kedalam
tubuh ikan akan semakin lambat
2. Kandungan lemak. Lemak akan menghalangi masuknya garam
kedalam tubuh ikan, sehingga ikan yang kandungan lemaknya tinggi
akan mengalami penyerapan garam yang lambat
3. Ketebalan daging ikan. Semakin tebal daging ikan maka proses penggaraman semakin
lambat
4. Kehalusan kristal garam. Garam yang halus akan lebih cepat larut dan meresap kedalam
tubuh ikan. Tetapi penyerapan yang terlalu cepat akan mengakibatkan permukaan daging
cepat mengeras (Salt burn) dan ini akan menghambat keluarnya kandungan air dari
bagian dalam tubuh ikan
5. Suhu. Semakin tinggi suhu larutan, maka viskositas larutan garam semakin kecil sehingga
proses penyerapan akan semakin mudah ( Syarif Muhammad Budiman, 2004)

Kerusakan mikrobiologi pada pangan dipengaruhi oleh berbagai faktor,


yaitu: Tingkat pencemaran mikroba pada pangan, yaitu semakin tinggi tingkat
pencemaran mikroba maka pangan akan semakin mudah rusak. Kecepatan
pertumbuhan mikroba yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang telah
dijelaskan di atas, yaitu aw, pH, kandungan gizi, senyawa antimikroba, suhu,
oksigen, dan kelembaban. Proses pengolahan yang telah diterapkan pada
pangan, misalnya pencucian, pemanasan, pendinginan, pengeringan, dan lain-
lain.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas, maka pangan secara umum
dapat dibedakan atas tiga kelompok berdasarkan mudah tidaknya mengalami
kerusakan, yaitu:
• Pangan yang mudah rusak, terutama pangan yang berasal dari hewan seperti daging
sapi, daging ayam, ikan, susu, dan telur.
• Pangan yang agak mudah rusak seperti sayuran dan buah-buahan, roti, dan
kue-kue.
• Pangan yang awet, terutama pangan yang telah dikeringkan seperti biji-
bijian dan kacang-kacangan kering, gula, dan lain-lain.
Pangan yang mengalami kerusakan akan mengalami perubahan-
perubahan seperti perubahan warna, bau, rasa, tekstur, kekentalan, dan lain-
lain. Perubahan-perubahan tersebut mungkin disebabkan oleh benturan fisik,
reaksi kimia, atau aktivitas organisme seperti tikus, parasit, serangga, mikroba,
dan lain-lain. Berikut ini dijelaskan tanda-tanda kerusakan, terutama kerusakan
mikrobiologi, yang sering terjadi pada pangan.
Kerusakan sayuran dan buah-buahan sering terjadi akibat benturan fisik,
kehilangan air (layu), serangan serangga, dan serangan mikroba, terutama pada
sayur-sayuran yang mudah rusak seperti kubis, tomat, wortel, dan lain-lain.
Pengasinan Telur (Telur Asin)
Suprapti (2002) mengemukakan bahwa untuk membuat produk awetan telur asin dapat
dilakukan dengan 2 macam cara, yaitu perendaman (dalam larutan garam) dan pemeraman
(dalam adonan garam). Pembuatan telur dengan cara perendaman merupakan cara yang
sangat sederhana yaitu hanya menyangkut kegiatan perendaman telur dalam larutan garam.
Membuat 30 butir telur asin, diperlukan 1 kg garam yang dilarutkan pada 1,6 liter air bersih.
Telur kemudian direndam selama 7-10 hari. Menurut Thoyibah (1998) perendaman telur
dalam larutan garam jenuh (270 g garam dilarutkan dalam 1 liter air) dapat menghasilkan
telur asin dengan kadar garam telur 2,24%. Kualitas telur yang dihasilkan sangat dipengaruhi
oleh konsentrasi garam dan lama perendaman telur dalam larutan garam.
Pembuatan telur asin dengan menggunakan metode perendaman dalam larutan garam
jenuh sangat mudah dan praktis. Keunggulan pembuatan telur asin dengan perendaman
adalah prosesnya singkat (Damayanti, 2008). Menurut Suprapti (2002) telur asin yang dibuat
dengan metode perendaman dalam larutan garam jenuh akan memiliki putih telur yang
berlubang-lubang (keropos).
Pembuatan telur dengan cara pemeraman adalah dengan membungkus telur dalam adonan
garam. Ada beberapa macam adonan garam yang digunakan oleh pembuat telur asin. Adanya
variasi bahan tersebut membuat cara pengasinan lebih beragam, di antaranya yang terkenal
adalah cara pengasinan pidan dan cara pengasinan telur halidan. Cara pengasinan pidan
berasal dari China (Romanoff and Romanoff, 1963). Cara ini menggunakan bahan
pembungkus telur yang terbuat dari campuran serbuk gergaji, kapur dan garam dengan
perbandingan 1:1:1. Cara pengasinan halidan menggunakan bahan pembungkus dari
campuran tanah liat atau batu bata dan garam dengan perbandingan 1:1, dengan cara ini telur
akan mampu bertahan selama 30 hari (Agus, 2002).
Cara pembuatan telur asin dengan menggunakan adonan garam akan menghasilkan telur
asin yang lebih bagus mutunya, warnanya lebih menarik serta memiliki cita rasa yang lebih
enak, tapi proses pembuatannya lebih rumit dan waktu yang diperlukan lebih lama.
Pemeraman dengan menggunakan adonan dari abu akan menghasilkan telur asin dengan
kuning telur yang pucat dan bagian tepi kuning telur tersebut berwarna kehitaman (abu-abu).
Pemeraman dengan menggunakan adonan dari batu bata akan menghasilkan telur asin dengan
warna kuning telur yang kemerah-merahan dan rasanya terkesan berpasir (Jawa: masir)
(Suprapti, 2002)
DAFTAR PUSTAKA

Stenly Richard, dkk .(2014). Pengawetan Telur Agam Ras Dengan Pencelupan Dalam Estrak
Kulit Manggis Pada Suhu Ruang. Mahasiswa Kedokteran Hewan. Universitas Udayana.
Indonesia Medicus Veterinus 3 (4) : 310-316

Triawan Agus Deni, dkk (2021). Pengawetan Telur Agum Ras Dengan Peredaman Estrak
Daun Jambu Biji (Psidium Guajava) Pada Suhu Ruang. Raflesia Journal Of Natural And
Applied Scienes. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Bengkulu.

Djaelani Anwar Muhammad. (2016). Kualitas Telur Ayam Ras (Gallus L). Setelah
Penyimpanan Yang Dilakukan Pencelupan Pada Air Mendidih dan Air Kapur Sebelum
Penyimpanan. Dapertemen Biologi Fakultas Sains dan Matematika. Universitas Diponegoro.
Buletin Anatomi dan Fisiologi Valume 24. Nomor 1

Irmawati. (2018). Penggunaan Metode Berbeda Pada Pembuatan Telur Asin Terhadap Rasa
Dan Aroma. Jurusan Ilmu Pertenakan Fakultas Sains Dan Teknologi. Universitas Islam
Negeri Alaudin Makasar. Valume 04. Nomor 1: 84-92

Syarif Muhammad Budiman .(2004). T.knik Penggaraman dan Pengeringan

Anda mungkin juga menyukai