SKRIPSI
SKRIPSI
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber yang dikutip
maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Dea Tasha Meicita Kis Sugianto
NRP : 1410211099
Tanggal : 8 Juni 2018
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
iii
PENGESAHAN
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran pada
Progam Studi Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jakarta
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal Ujian : 8 Juni 2018
iv
HUBUNGAN DURASI LAMA DUDUK DAN FORWARD HEAD POSTURE
DENGAN NYERI LEHER NONSPESIFIK PADA MAHASISWA FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA TAHUN 2018
Abstrak
Durasi duduk yang lama secara tidak langsung dapat menyeabakan kelelahan otot
penyangga dan merubah postur menjadi forward head posture yang menjadi risiko
terjadinya nyeri leher. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan
antara durasi lama duduk dan forward head posture dengan kejadian nyeri leher non-
spesifik pada mahasiswa FK UPN “Veteran” Jakarta tahun 2018. Penelitian ini
besifat analitik observasional dengan desain cross sectional. Total sampel di FK UPN
“Veteran” Jakarta yaitu 136 orang, yang diambil dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Pengambilan data durasi lama duduk dilakukan secara langsung
melalui wawancara. Untuk forward head posture menggunakan pengukuran langsung
sederhana dengan penggaris sebagai alat ukur. Sedangkan pengambilan data
distribusi keluhan nyeri leher digunakan kuesioner Nordic Body Map yang sudah
teruji validitas dan reliabilitasnya. Data dianalisis menggunakan uji statistik korelasi
Pearson dan menunjukkan tidak terdapat hubungan antara durasi lama duduk dan
nyeri leher (p=0,07, r=0,15) tetapi terdapat hubungan yang bermakna antara forward
head posture dan nyeri leher namun dengan korelasi yang lemah (p=0,000, r=0,583).
Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
durasi lama duduk dan nyeri leher non-spesifik dan terdapat hubungan yang
bermakna antara forward head posture dan nyeri leher dengan derajat korelasi yang
lemah.
Kata Kunci: Durasi lama duduk, forward head posture (FHP), mahasiswa, Nordic
Body Map (NBM), nyeri leher.
v
THE CORRELATION BETWEEN DURATION OF SITTING AND
FORWARD HEAD POSTURE WITH NON SPESIFIC NECK PAIN IN THE
STUDENTS OF MEDICAL FACULTY OF PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” JAKARTA UNIVERSITY 2018
Abstract
Duration of sitting undirectly cause postural adaptation like lower back position that
bends because of muscles weakness and transform to bad posture that forms the
forward head posture. This research aims to find the relation between duration of
sitting and forward head posture with non-spesific neck pain in the students of
Medical Faculty of Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta University 2018. This
study use an observational analytics with cross sectional design. 136 samples students
of Medical Faculty in Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta University were
taken using purposive sampling technique. The data of duration of sitting was taken
by direct inteview to the respondents. The forward head posture data taken by direct
measurements using a ruler as an instrument. While data of the neck pain collected by
Nordic Body Map questionnaires that have been frequently used before and the
validity and reliability have been approved. Then the data were analyzed using
Pearson statistic which showed no correlation between duration of sitting and neck
pain (p = 0.07, r = 0.15) but there was showing significant correlation between
forward head posture and neck pain (p = 0,000, r = 0.583). The results show that there
is no correlation between the duration of sitting and neck pain but there is a
significant correlation between forward head posture and neck pain in a weak
relation.
Keywords: Duration of sitting, the head posture (FHP), students, Nordic Body Maps
(NBM), neck pain.
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Anugerah dan Kuasa-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini
dengan baik dan tepat waktu. Penelitian ini diberi judul “Hubungan Durasi Lama
Duduk dan Forward Head Posture Dengan Kejadian Nyeri Leher Non-spesifik Pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jakarta Tahun 2018”.
Tujuan pembuatan skripsi ini untuk memenuhi persyaratan kelulusan penulis
dalam menempuh sarjana pendidikan profesi dokter di Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jakarta.
Dalam pengerjaan penulisan ini banyak pihak yang telah mendukung dan
membantu dalam berbagai hal sehingga penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Dr. dr. Prijo Sidipratomo Sp.Rad (K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta
2. dr. Niniek Hardini, Sp.PA, selaku Ka Prodi Sarjana Kedokteran
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta dan selaku
pembimbing 2 yang senantiasa memberikan bimbingan berupa masukan
dan petunjuk yang baik kepada penulis dalam tata cara penulisan
penelitian.
3. dr. Yuli Suciati, Sp.KFR, selaku dosen pembimbing 1 Departmen
Rehabilitasi Medik yang telah mendampingi, memberikan ilmu
pengetahuan dan saran serta mempermudah dalam penyusunan penelitian
ini sehingga dapat berjalan dengan sangat baik.
4. Dr. dr. Arman Yurisaldi Saleh, Sp.S, selaku dosen penguji pada sidang
proposal dan sidang skripsi penulis yang telah meluangkan waktunya,
memberikan saran dan arahan dalam memperbaiki penelitian ini.
5. Teruntuk kedua orang tua tersayang dan tercinta, papa Sugianto dan mama
Sri Kiswati dan adik Ditya Asha Satria Mukti Kis Sugianto atas kasih
vii
sayang yang tak pernah henti diberikan kepada penulis, memberikan
dukungan berupa doa, nasihat, motivasi, dan semangat kepada penulis
untuk menyelesaikan penelitian ini dengan baik dan lancar.
6. Sahabat penulis selama masa perkuliahan, Alika Mutiara, Frida Ayu
Nawangsih, Alya Fonanda, Detris Visiadina, dan Gandri Ali Ma‟sum, dan
Leilevina yang telah meluangkan waktunya untuk menemani penulis saat
pengambilan data, dan juga sebagai penghibur dan tempat berbagi
keluhkesah.
7. Teman – teman masa perkuliahan preklinik angkatan 2014 terutama, Riza
Amalia, Ria Oktavia, Febrian Muhammad, Putu Adri, Rr. Hanna, Bima,
Fitria Hasanah yang selalu memberikan inspirasi, motivasi, dan hiburan
kepada peneliti agar dapat menyelesaikan penelitian dengan baik.
8. Teman – teman 2014 di Resak No. 23, Rian Mourbas, Unggul G, M.
Dhiyaulhadi, Reynald Jefferson, Axelomoon, Edwinantha, Ary Yanuar,
dan Azhal Muktade yang telah menjadi teman belajar bersama peneliti
semasa perkuliahan pre-klinik dan juga memberikan motivasi dan
semangat untuk menyelesaikan penelitian ini.
9. Untuk sahabat penulis dari semasa SMA, Akmal Tufiiqul Hakim, ST, dan
Rafika Kusumanto, ST yang telah mendoakan, memberikan saran dan
semangat serta menjadi tempat berbagi pengalaman kepada penulis.
10. Sahabat penulis semasa kecil sampai sekarang, Aderia Damayanti dan
Latifa Widya Ningrum yang telah memberikan motivasi dan mendoakan
penulis.
11. Kepada teman – teman, saudara, dan semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu oleh penulis yang telah terlibat, membantu,
mengingatkan, mendoakan dan memperlancar penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini.
Jakarta, 8 Juni 2018
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ix
II.2.12 Center of Gravity / Teori dasar Aplikasi Postur ........................................... 22
II.2.12.1 Hubungan pusat gravitasi (COG), garis
gravitasi (LOG) dan Bidang Tumpu (BOS) ............................................. 24
II.2.12.2 Hubungan Forward Head Posture (FHP) dan
Center of Gravity (COG) ......................................................................... 24
II.2.13 Penilaian Forward Head Posture
Menggunakan Craniovertebrae Angle ........................................................ 24
II.2.14 Penatalaksanaan Nyeri Leher ....................................................................... 27
II.3 Penelitian Terkait .............................................................................................. 28
II.4 Kerangka Teori .................................................................................................. 30
II.5 Kerangka Konsep .............................................................................................. 31
II.6 Hipotesis ............................................................................................................ 31
x
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 49
V.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 49
V.2 Saran ................................................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 51
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR BAGAN
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
memberat. Selain memberikan nyeri pada bagian leher belakang, nyeri leher juga
menurunkan gerakan sendi leher dan aktivitas fungsional leher sehingga dapat
mempengaruhi kegiatan penderita (Prayoga, 2014).
Nyeri leher sering terjadi akibat postur yang jelek dalam melakukan aktivitas
seperti salah satunya duduk dalam waktu lama. Serta faktor lingkungan baik dikantor,
alat transportasi maupun di rumah dengan desain kursi yang tidak ergonomis
sehingga mengakibatkan postur menjadi jelek (McKenzie, 2000).
Saat kita duduk, posisi dari punggung bawah membungkuk (rounded back)
perlahan-lahan akan terjadi protusi, karena otot penyangga lelah. Saat otot lelah,
maka otot menjadi relaksasi terus-menerus dan merubah postur menjadi jelek.
Hasilnya adalah forward head posture. Apabila forward head posture berlangsung
dalam jangka waktu panjang, akan menyebabkan overstretch ligamen-ligamen dan
akibatnya akan timbul nyeri hanya pada posisi tertentu. Saat forward head posture
sudah menjadi kebiasaan dan dilakukan hampir setiap waktu, hal ini akan
menyebabkan distorsi diskus intervertebralis. Pada fase ini, gerakan serta perubahan
posisi akan memprovokasi nyeri (McKenzie, 2000).
Sejumlah keluhan dari gangguan sistem muskuloskeletal berhubungan dengan
postur tubuh. Daerah lumbal, leher, bahu dan lengan bawah merupakan bagian tubuh
yang paling sering terkena gangguan yang berhubungan dengan postur tubuh. Rasa
sakit tersebut dirasakan baik setelah pajanan dalam waktu singkat ataupun lama.
Biasanya rasa sakit pada daerah tersebut setelah meningkatnya periode dari postural
stress dan kurangnya istirahat pada daerah tersebut (Pheasant, 1986).
Berdasarkan penyebab, nyeri leher diklasifikasikan ke dalam tiga sindrom
mekanik, yaitu postural syndrome, dyfunction syndrome dan derangement syndrome.
Postural syndrome terjadi karena kesalahan postur yang terjadi terus-menerus dalam
jangka waktu panjang. Nyeri diprovokasi oleh postur itu sendiri. Dysfunction
syndrome terjadi karena kebiasaan seseorang bergerak tidak pada ROM (Range of
movement) penuh, dan apabila terjadi dalam jangka panjang maka saat akan bergerak
pada ROM penuh akan memprovokasi nyeri. Bisa juga terjadi karena whiplash
injury, akibat imobilisasi dengan menggunakan collar dalam waktu beberapa bulan
3
5
6
b. Lordosis
Penekanan kearah dalam kurvatura servikal lumbal melebihi batas
fisiologis. Lordsosis kongenital biasanya didapatkan deformitas yang bersifat
progresif (Helmi, 2013) . Seperti pada gambar 3.
8
Selain tujuh vertebrae servikal, anatomi servikal memiliki delapan akar saraf servikal
(C1-C8) yang bercabang dari sumsum tulang belakang. Masing-masing saraf servikal
dinamai berdasarkan vertebrae servikal bagian bawah yang membentang di antara
keduanya. Sebagai contoh, akar saraf C6 membentang di antara vertebrae C5 dan
vertebrae C6 (Slosar, 2016). Dapat dilihat pada gambar 7.
bagian atas kepala, dan dermatom C3 menutupi sisi wajah dan di belakang
kepala. (C1 tidak memiliki dermatom.)
b. C4 membantu mengendalikan bahu dan juga diafragma yaitu otot yang
membentang ke bagian bawah tulang rusuk untuk bernafas. Dermatom C4
meliputi leher dan bagian atas bahu.
c. C5 mengendalikan otot-otot tubuh bagian atas seperti deltoid (yang membentuk
kontur bulat bahu) dan biseps (yang memungkinkan fleksi siku dan rotasi lengan
bawah). Dermatom C5 menutupi bahu dan bagian luar lengan ke sekitar siku atau
dekat dengan pergelangan tangan.
d. C6 mengendalikan ekstensor pergelangan tangan (otot seperti ekstensor karpi
radialis longus, ekstensor karpi radialis brevis, dan ekstensor karpi ulnaris yang
mengendalikan perpanjangan pergelangan tangan dan hiperekstensi) dan juga
menyediakan beberapa inervasi ke otot biseps. Dermatoma C6 menutupi bagian
atas bahu dan membentang di sisi lengan dan ke sisi ibu jari tangan.
e. C7 mengendalikan trisep (otot besar di bagian belakang lengan yang
memungkinkan pelurusan siku). Dermatom C7 turun dari bahu ke belakang
lengan dan masuk ke jari tengah.
f. C8 mengontrol tangan. Dermatom C8 menutupi bagian bawah bahu dan turun ke
tangan ke sisi kelingking tangan.
Bila salah satu saraf servikal yang sangat sensitif teriritasi, nyeri leher dan gejala
lainnya mungkin terjadi, dengan fungsi yang mungkin terpengaruh dengan cara yang
berbeda (Slosar, 2016).
Dikatakan juga bahwa sekitar setengah dari semua individu akan mengalami episode
sakit leher semasa hidupnya. Kebanyakan studi epidemiologi melaporkan prevalensi
tahunan dari nyeri leher berkisar antara 15%.
posture berhubungan dengan nyeri leher. Subjek dengan postur kepala ke depan
memiliki frekuensi, area, dan tingkat keparahan nyeri leher yang lebih tinggi daripada
postur yang tidak mengalami forward head posture (Haman et al, 2005).
b. Nyeri leher radikulopati yaitu nyeri leher yang diikuti dengan gangguan
sensoria tau kelemahan pada sistem motorik, nyeri ini timbul sebagai
akibat kompresi atau penekanan akar saraf.
c. Mielopati yaitu nyeri leher yang dirasakan sebagai akibat kompresi atau
penekanan pada medulla spinalis dengan gejala seperti nyeri radicular,
kelainan sensoris dan kelemahan motoric (Huldani, 2013).
Jika garis tubuh antara kepala dan tulang belakang tidak optimal, leher bisa
terkena cedera dan atau efek degeneratif dari waktu ke waktu (Gavin Morrison,
2011). Forward head posture (FHP) adalah lemahnya kekuatan dan fleksibilitas
fleksor servikal bagian atas dan dijelaskan (dalam duduk atau berdiri) sebagai posisi
anterior kepala yang berlebihan dalam kaitannya dengan garis referensi vertikal,
menjadikan tulang belakang servikal yang lebih rendah lordosis (kepala ke depan,
tulang belakang leher servikal melebar, tungkai punggung leher bagian bawah
tertekuk), dan bahu bulat dengan kyphosis toraks (Kyeong-Jin Lee, Hee-Yung Han,
2015) (Dapat dilihat pada gambar 9).
Postur ini terkait dengan kelemahan pada otot fleksor pendek servikal yang
dalam dan retraktor sketaris mid-toraks (yaitu rhomboids, serratus anterior, seratus
tengah dan bawah trapezius) dan pemendekan ekstensor servikal yang berlawanan
dan otot pectoralis (dikenal sebagai upper crossed postural syndrome).
18
b. Demikian pula, postur ini menyebabkan otot punggung atas terus bekerja
terlalu berlebihan untuk mengimbangi tarikan gravitasi pada kepala depan.
c. Posisi ini sering disertai bahu ke depan dan punggung atas membulat, yang
tidak hanya masuk ke masalah leher tapi juga bisa menyebabkan sakit bahu.
Semakin banyak waktu yang dihabiskan dengan postur kepala ke depan, semakin
besar kemungkinannya seseorang akan mengalami masalah leher dan bahu
(Morrison, 2011).
II.2.8.1 Efek Postur yang Buruk pada Vertebra Servikal Bagian Bawah
Bagian leher yang sangat rentan terhadap forward head posture adalah bagian
bawah leher, tepat di atas bahu. Vertebra servikal bagian bawah (C5 dan C6)
mungkin sedikit meluncur atau meluncur ke depan relatif satu sama lain sebagai
akibat dari tarikan gravitasi yang terus-menerus pada kepala depan (Morrison, 2011).
II.2.8.2 Efek Negatif Jangka Panjang Postur yang Buruk
Penonjolan tulang belakang yang berkepanjangan dari postur kepala ke depan
pada akhirnya mengganggu sendi facet kecil di leher serta ligamen dan jaringan
lunak. Iritasi ini bisa mengakibatkan nyeri leher yang memancar ke tulang belikat dan
punggung bagian atas, berpotensi menyebabkan berbagai kondisi, diantaranya:
1. Trigger poin di otot, yang merupakan titik-titik yang menyakitkan untuk
disentuh, bersama dengan rentang gerak yang terbatas.
2. Masalah degenerasi diskus, yang berpotensi menyebabkan penyakit diskus
degeneratif servikal, osteoarthritis servikal, atau disk hernia servikal
(Morrison, 2011).
Semua faktor ini dapat bertindak secara terpisah tetapi risikonya lebih besar jika
beberapa faktor risiko terlibat (Chiu et al 2002).
Mekanisme tersebut secara kimiawi diikuti dengan penurunan glutathione
(GSH) sehingga menyebabkan kenaikan dari ractive oxygen species (ROS) dan
merangsang aktivasi dari transcient receptor potential cation channel subfamily 1
(TRPV1) atau reseptor capcisin yang pada akhirnya mengaktivasi reseptor nosiseptik
pada otot rangka di leher dan menimbulkan sensasi sensoris yang tidak nyaman
berupa nyeri leher. Melakukan peregangan otot dapat meningkatkan biogenesis
energi dalam mitokondria, meningkatkan aktivasi antioksidan dan meningkatkan
kalsium lokal pada sel otot. Peningkatan aktivitas biogenesis energi pada mitokondria
dapat meingkatkan glutathione (GSH), peningkatan antioksidan menekan
peningkatan ROS dan kalsium lokal yang meningkat menekan proliferasi
mikrotubulus otot-otot leher sehingga NADPH (Nicotinamide Adenine Dinucleotide
Phosphate) oxidase dan ROS menurun sehingga aktivasi reseptor nyeri ditekan dan
nyeri leher dapat berkurang. Peregangan juga dapat memperbaiki posisi serat-serat
otot aktin dan myosin yang tumpah tindih. Serat aktin dan myosin yang mengalami
cross link dapat menyebabkan spasme pada otot dan mengiritasi serabut saraf A delta
dan searbut saraf C (Saleet, 2014).
besar tersebut sangat penting untuk berjalan dan menyeimbangkan tubuh anda.
Jika otot-otot tersebut lemah maka tubuh akan mudah jatuh, dan mengalami
ketegangan ketika beraktivitas.
b. Berat Badan
Menggerakan otot membantu tubuh untuk mencerna lemak dan gula yang
dimakan. Jika sehari-hari lebih menghabiskan waktu banyak untuk duduk,
pencernaan menjadi tidak efisien, akhirnya bisa menumpuk lemak dan gula di
dalam tubuh anda.
Walaupun sudah melakukan aktivitas tapi masih menghabiskan waktu yg
lebih banyak untuk duduk, keadaan tersebut memiliki risiko tinggi untuk
mengalami gangguan kesehatan, seperti sindrom metabolik. Penelitian terakhir
mengatakan, dibutuhkan 60-75 menit perhari dengan aktivitas sedang sampai
berat untuk menghilangkan bahaya dari duduk lama.
c. Pinggang dan punggung.
Sama hal nya dengan kaki dan bokong, pinggang dan punggung tidak
mendukung untuk duduk dalam jangka waktu lama. Duduk menyebabkan otot
pinggang memendek, yang dapat menyebabkan masalah dengan sendi punggung.
Duduk dalam jangka waktu yang lama dapa menyebabkan masalah pada
punggung, terutama jika anda duduk lama dengan posisi yang buruk atau tidak
menggunakan kursi atau tempat kerja yang ergonomis. Postur yang buruk juga
dapat mengakibatkan kesehatan tulang belakang yang buruk seperti kompresi
diskus tulang belakang, mengakibatkan degenarasi dini yg dapat mengakibatkan
rasa sakit.
d. Kaku leher dan pundak
Menghabiskan lebih banyak waktu di depan komputer, ini bisa
mengakibatkan kekakuan pada leher dan pundak (Victoria Minister of Health,
2016).
22
II.2.12.1 Hubungan pusat gravitasi (COG), garis gravitasi (LOG) dan bidang
tumpu (BOS)
Ketika terjadi ketidakseimbangan pada muskuloskeletal, maka stress dan
ketegangan otot dapat diminimalkan dan kondisi ini dianggap sebagai postur tubuh
yang tepat. Selain itu, propioseptif juga memiliki peran penting dalam menjaga
keseimbangan. Karena propioseptif dipengaruhi oleh mechanoceptor yang terletak di
otot. Masalah pada otot juga dianggap faktor utama yang mempengaruhi
kesimbangan (Tawakkalni, 2017).
II.2.12.2 Hubungan Forward Head Posture (FHP) dan Center of Gravity (COG)
FHP merupakan salah satu jenis yang paling umum dari kelainan postur yang
umumnya digambarkan dengan posisi kepala berada di anterior garis vertikal dari
pusat gravitasi tubuh (COG). Bergesernya letak COG akan berpengaruh pada garis
gravitasi yang merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat gravitasi
dengan pusat bumi. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam
keadaan seimbang.
Pada FHP terjadi hiperkifosis pada cervical atau fleksi cervical 3 -7 dan
ekstensi cervical 1 – 2, hal ini menyebabkan ketidakseimbangan kerja otot-otot leher
dan otot postural dimana fleksi leher berkontraksi terus-menerus sedangkan ekstensor
leher dan otot postural menjadi lemah (Tawakkalni, 2017).
disarankan oleh Kendal paling sering digunakan di klinik (Salahdeh et al, 2014). Cara
termudah kedua dan paling sederhana menganalisis FHP adalah menggunakan
metode fotografi (Gadotti dan Biasotto-Gonzalez, 2010). Dilaporkan bahwa metode
ini memiliki tingkat reliabilitas dan validitas yang tinggi (Grimmer Somers et al,
2008). Namun, keakuratannya mungkin berbeda dengan cara yang benar-benar
menggunakan penanda yang diletakkan di tubuh pasien (Rosario et al, 2012).
Sudut yang digunakan untuk menganalisis FHP adalah sudut Craniovertebral
(CVA), sudut posisi kepala (HPA), dan sudut kemiringan kepala (HTA). CVA paling
sering digunakan. Salahzadeh et al (2014) percaya bahwa pengukuran CVA adalah
cara yang lebih baik daripada memeriksa HPA dan HTA untuk membedakan antara
postur leher kepala normal dan FHP berat. Hal tersebut menandakan bahwa CVA
dapat digunakan sebagai indikator yang baik untuk pengukuran FHP (Lee, 2015).
Cara Pengukuran:
Sudut craniovertebral (CVA) mengacu pada derajat FHP dan didefinisikan
sebagai sudut horizontal melalui prosus spinosus C7, dengan garis yang
menghubungkan prosus spinosus C7 dengan tragus. Secara umum, subjek dengan
CVA yang lebih kecil menunjukkan lebih besar indikasi FHP. Dapat dilihat pada
Gambar 1-A.
Sudut kemiringan kepala (HTA: Head Tilt Angel) adalah sudut yang
digunakan untuk mengevaluasi kemiringan kepala dan mewakili posisi fleksi atau
ekstensi servikal atas. Sudut tersebut didefinisikan sebagai sudut antara garis yang
menghubungkan tragus ke canthus dan garis horizontal melewati tragus. HTA yang
lebih besar menunjukkan ekstensi kepala relatif terhadap tulang belakang leher. Dapat
dilihat pada Gambar 1-B.
Sudut bahu (FSA: Forward Shoulder Angle) adalah sudut yang terbentuk di
persimpangan garis antara titik tengah humerus dan proses spinosus C7 dan garis
horizontal melalui titik tengah humerus. Sudut yang lebih kecil menunjukkan bahu
yang relatif maju dalam kaitannya dengan C7. Dapat dilihat pada Gambar 1-C.
26
Hasil:
Hasil pengukuran CVA berupa sudut yaitu dikatakan normal apabila leher
yang merupakan bagian paling atas dari kurvatura tulang belakang atau spina
vertebrae, dan pada bidang sagittal membentuk sudut dengan batang tubuh sekitar
49º-59º. Semakin kecil sudut kraniovertebra, maka FHP semakin besar (Winarti,
2012).
27
3. Terdapat
hubungan
antara forward
head posture
dengan
kejadian nyeri
leher.
P= 0,02
4 Jung-Ho Kang, 2011 The Effect Persamaan: 1. Terdapat
M.D., Rae- of The a. Meneiliti hubungan
Young Park, Forward kejadian yang
M.D., Su-Jin Head forward head bermakna
Lee, M.D., Ja- Posture on posture antara
Young Kim, Postural Perbedaan: perubahan
M.D., Seo-Ra Balance in a. Subjek yang sudut pada
Yoon, M.D., Long Time diteliti leher dan
and Kwang-Ik Computer b. Tidak meneliti kejadian
Jung, M.D. Based durasi lama forward head
Worker duduk posture akibat
c. Tidak meneliti penggunaan
penggunaan komputer
computer dalam jangka
sebagai faktor waktu yang
risiko lama.
terjadinya P= 0,057
forward head
posture.
30
Tidak beristirahat
Posisi kepala yang
(berdiri/berjalan)
tidak baik
Kelelahan tulang
Forward head
belakang untuk
posture
menopang tubuh
Kelelahan otot
bagian leher
Jenis Kelamin
Merangsang
Wanita risiko > mechanonociceptive
daripada pria
Nyeri leher
Keterangan :
= Area yang diteliti
Nyeri Leher
II.6 Hipotesis
H1 : Terdapat hubungan antara durasi lama duduk dengan kejadian nyeri leher
non spesifik pada mahasiswa FK UPN “Veteran” Jakarta tahun 2018.
H2: Terdapat hubungan antara forward head posture dengan kejadian nyeri
leher non spesifik pada mahasiswa FK UPN “Veteran” Jakarta tahun 2018.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
32
33
Keterangan :
n : Jumlah subjek.
Alpha (α) : Kesalahan tipe satu ditetapkan 5%, hipotesis dua arah.
Zα : Nilai standar α = 1,64.
Beta (β) : Kesalahan tipe dua ditetapkan 10%.
Zβ : Nilai standar β = 1,28
r : Koefisien korelasi minimal yang dianggap bermakna
ditetapkan 0,375 yang didapatkan dari penelitian pendahulu
n= 62 x 2
n = 124 ± 10%
n = 136.
III.3.2.2 Kriteria Penelitian
a. Kriteria Inklusi
1) Mahasiswa mahasiswi aktif FK UPN “Veteran” Jakarta Tahun 2018.
b. Kriteria Ekslusi
1) Mahasiswa/mahasiswi yang menderita kelainan anatomi tulang
belakang, penyakit inflamasi, cervical radiculopathy menurut persepsi
responden.
2) Mahasiswa/mahasiswi yang menolak untuk dijadikan sebagai subek
penelitian.
kesempatan yang sama kepada semua anggota populasi untuk ditetapkan sebagai
anggota sampel. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling.
Definisi
No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Operasional
Variabel Independen
1. 2-5 jam/hari=
Waktu yang Rendah
1 Durasi 2. >5jam/hari=
dihabiskan oleh Wawancara
Lama Tinggi Ordinal
responden untuk
Duduk (Kamwendo et al,
duduk perhari
1991)
Ketidakseimbang
-an kerja otot-otot
leher dan otot
postural, dimana
terjadi fleksi otot
Forward leher terus- Pengukuran 1. 49º-59º = Normal
Ordinal
2 Head menerus dan Sudut 2. <49º = FHP
Posture menyebabkan Craniovertbra (Winarti, 2012)
melemahnya
esktensor otot
leher dan postural
(Tawakkalni,
2017)
Variabel Dependen
e. Cleaning
Cleaning adalah pemeriksaan data kembali yang telah di entry untuk
memastikan bawa data telah bersih.
f. Sorting
Sorting adalah mensorting dengan memilih atau mengelompokkan data
menurut jenis yang dikehendaki (klasifikasi data).
Perumusan masalah
Informed Consent
Kesimpulan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil uji non parametrik Spearman antara durasi lama duduk dan nyeri
leher diperoleh sig (p) 0,07 yang menunjukan tidak ada hubungan atau korelasi antara
durasi lama duduk dan nyeri leher.
penelitian tersebut menunjukan bahwa durasi duduk lebih dari 5 jam perhari
merupakan faktor risiko yang potensial untuk terjadinya nyeri leher dengan odds ratio
1.49 yang menunjukan adanya hubungan dengan gejala nyeri leher. Selain itu,
penelitian oleh Chiu et al (2002) mengutip dari penelitian oleh Rossignol et al (1987)
melaporkan bahwa pada 1545 pekerja, prevalensi kejadian nyeri leher dan pundak
meningkat dengan peningkatan waktu duduk perhari. Penelitian oleh Purnett (1995)
juga menemukan bahwa terdapat peningkatan risiko mengalami nyeri leher dengan
bekerja duduk lebih dari 4 jam perhari.
Perbedaan hasil yang didapatkan bisa dikarenakan beda nya subjek penelitian,
dimana peneliti terdahulu lebih banyak dilakukan pada pekerja dengan waktu duduk
yang memanjang dan dengan penggunaan laptop ataupun komputer dan juga
menggunakan metode dan waktu penelitian yang berbeda dalam mengukur durasi
lama duduk.
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
a. Jumlah responden di FK UPN “Veteran” Jakarta periode Maret – April tahun
2018 dari total 136 responden sebanyak 108 orang diantara nya mengatakan
pernah mengalami nyeri leher (79,4%), sedangkan 28 orang diantaranya tidak
mengeluhkan pernah mengalami nyeri leher (20,6%).
b. Tidak terdapat hubungan yang bermakna / signifikan antara durasi lama
duduk dan nyeri leher pada responden di FK UPN “Veteran” Jakarta periode
Maret – April 2018 (p = 0,07, r = 0,15).
c. Terdapat hubungan yang bermakna / signifikan namun dengan derajat korelasi
yang lemah antara forward head posture dengan nyeri leher pada responden
di FK UPN “Veteran” Jakarta periode Maret – April 2018 (p = 0,000, r =
0,583).
V.2 Saran
V.2.1 Bagi Mahasiswa di Institusi Terkait
a. Bagi mahasiswa di Institusi terkait agar dapat melakukan tindakan
pencegahan terjadinya forward head posture dan nyeri leher dengan
melakukan istirahat sejenak dari duduk dalam jangka waktu yang lama saat
melakukan aktivitas belajar dan juga melakukan gerakan relaksasi otot dan
memperhatikan postur kepala saat membaca atau beraktivitas menggunakan
laptop.
49
50
DAFTAR PUSTAKA
Alshagga, MA, Nimer, AR, Yan, LP, Ibrahim, IAA , Al-Ghamdi, SS, Al-Dubai, SAR
2013, 'Prevalence and Factors Associated With Neck, Shoulder and Low Back
Pains Among Medical Students in a Malaysian Medical College' BMC Research
Notes, vol.6, no.1, di akses tanggal 3 Maret 2018
https://doi.org/10.1186/1756-0500-6-244
Ariens, GAM, Mechelen, WV, Bongers, PM, Bouter, LM, Wal, GVD 2000, 'Reviews
Physical Risk Factors for Neck Pain', Health, vol.26, no.1, di akses tanggal 29
Mei 2018
http://dare.ubvu.vu.nl/bitstream/handle/1871/22648/263604.pdf?sequence=2
Berkley, KJ 1997 'Sex Difference In Pain', PubMed, vol.20, no.3, September 1997, di
akses tanggal 10 Maret 2018 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10097000
Binder, AI 2007, 'Cervical Spondylosis and Neck Pain', NCBI, vol.334, no.7592,
Maret 2007, di akses tanggal 15 Desember 2017
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1819511/
Cailliet, R 1991, Neck and Arm Pain, In: Cailliet R. Soft Tissue Pain and Disability, 2
ed, FA Davis Company, Philadelphia
Chiu, TTW, Ku, WY, Lee, MH, Sum, WK, Wan, MP, Wong, CY, Yuen, CK 2002,
'A Study on the Prevalence of and Risk Factors for Neck Pain Among University
Academic Staff in Hong Kong', Journal of Occupational Rehabilitation, vol.12,
no.2, Juni 2002, di akses tanggal 28 Mei 2018
https://link.springer.com/article/10.1023%2FA%3A1015008513575
Croft, PR, Lewis, M, Papageorgiou, AC, Thomas, E, Jayson, MI, Macfarlane, GJ,
Silman, AJ 2001, 'Risk Factors for Neck Pain: A Longitudinal Study in The
General Population', Elsevier, vol.93, no.3, di akses tanggal 9 Januari 2018
https://pdfs.semanticscholar.org/fbc0/2ddab32b34aa13ead2c82d8391fbbe30acb1
52
Huldani 2013, Neck Pain (Nyeri Leher), Fakultas Kedokteran Program Studi Sarjana
Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, di akses tanggal 28 Mei 2018
http://eprints.ulm.ac.id/209/1/HULDANI%20-%20NECK%20PAIN.pdf
Lee, KJ, Han, HY, Cheon, SH, Park, SH, Yong, MS 2015, 'The Effect of Forward
Head Posture On Muscle Activity During Neck Protraction and Retraction',
Journal of Physical Therapy Science, vol.27, no.3, di akses tanggal 28 April
2018
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4395757/#r7
Lee, HS, Chung, HK, Park, SW 2015, 'The Analysis of Severity of Forward Head
Posture With Observation And Photographic Method', J Korean Social Physical
Medicine, vol.10, no.3, Juli 2015, di akses tanggal 24 Maret 2018
http://kspm.or.kr/files/kspstudy/20151005/1444019411_0.pdf
Levine, J 2015, 'Here‟s What Sitting Too Long Does to Your Body' Peak Fitness, di
akses tanggal 20 April 2018
https://fitness.mercola.com/sites/fitness/archive/2015/05/08/sitting-too-long.aspx
Mitchell, B T 2014, 'Posture and Body Alignment for Health', di akses tanggal 15
Agustus 2017
http://working-well.org/articles/pdf/Posture_Balance.pdf
Morrison, G 2011, 'How Poor Posture Causes Neck Pain', di akses tanggal 20 Januari
2018
https://www.spine-health.com/conditions/neck-pain/how-poor-posture-causes-
neck-pain
Novianti, H 2015, 'Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Kejadian Postural Kifosis
(Postur Membungkuk) Pada Pekerja Buruh Gendong Wanita Di Los Tengah
Pasar Johar Semarang', Jurnal Kesehatan Masyarakat, vol.3, no.1, di akses
tanggal 16 Maret 2017
http://eprints.ums.ac.id/52772/11/NASKAH%20PUBLIKASI%20r.pdf
54
Slosar, P J 2016, 'Neck Pain', Spine Health, di akses tanggal 2 Januari 2018
https://www.spine-health.com/conditions/neck-pain
Szeto, GPY, Straker, L, Raine, S 2002, 'A Field Comparison Of Neck And Shoulder
Postures In Symptomatic And Asymptomatic Office Workers'. Elsevier, vol.33,
no.1, di akses tanggal 5 April 2018
https://doi.org/10.1016/S0003-6870(01)00043-6
Victorian Minister for Health, Autralian Government, The dangers of sitting : why
sitting is the new smoking, di akses tanggal 30 September 2017
https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/healthyliving/the-dangers-of-sitting
Viester, L, Verhagen, EALM, Hengel, KMO, Koppes, LLJ, Beek, AJVD, Bongers,
PM 2013, 'The Relation Between Body Mass Index And Musculoskeletal
Symptoms In The Working Population', BMC Musculoskeletal Disorders,
vol.14, no.1, Juli-Agustus 20013, di akses tanggal 29 Mei 2018
https://bmcmusculoskeletdisord.biomedcentral.com/articles/10.1186/1471-2474-
14-238
Yunus, MAS 2015, 'Hubungan Antara Beban Tas Punggung dengan Non Spesific
Neck Pain Pada Mahasiswa PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015',
Fakultas Kedokteran Program Studi Sarjana Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
55
DATA PRIBADI
Nama : Dea Tasha Meicita Kis Sugianto
Alamat : Jl. Raden Gunawan Gang Anggrek
3 No. 4, Rajabasa.
Bandar Lampung
Telepon : (0721) 774747
HP : 081285860840
Email : deatashaaa@gmail.com
Agama : Islam
Tempat/Tgl Lahir : Bandar Lampung/02 Mei 1995
KELUARGA
Orang Tua
Ayah : Sugianto, SIP
Ibu : Sri Kiswati, SKM, MM.
Saudara
Adik : Ditya Asha Satria Mukti Kis
Sugianto
PENDIDIKAN FORMAL
1999 – 2001 TK Yayasan Perguruan Al-Kautsar, Lampung
2001 – 2007 Sekolah Dasar Yayasan Perguruan Al-Kautsar,
Lampung
2007 – 2010 Sekolah Menengah Pertama Yayasan
Perguruan Al-Kautsar, Lampung
2010 – 2013 Sekolah Menengah Atas Negeri 4, Jakarta
PENGALAMAN ORGANISASI
2007 – 2008 Anggota OSIS SMP Al-Kautsar
2015 – 2017 Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jakarta
Lampiran 1
Surat Persetujuan Proposal Penelitian
Lampiran 2
Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 3
Surat Persetujuan Etik (Ethical Approval)
Lampiran 4
Persetujuan Responden Penelitian
NRP : 1410211099
Lampung.
Peneliti,
081285860840
Lampiran 5
Kuesioner Penelitian
Judul Penelitian : Hubungan Antara Durasi Lama Duduk Dan Forward Head
Posture Terhadap Kejadian Nyeri Leher Pada Mahasiswa
FK UPN Veteran Jakarta Tahun 2018
KARATERISTIK RESPONDEN
1. Nama:
2. Usia:
3. Berat Badan: Tinggi Badan:
1. Berapa durasi lama anda duduk selama satu hari? (dalam jam)
a. <2 jam
b. 3 jam
c. 4 jam
d. 5 jam
e. >5 jam
Nama :
Usia :
Berat Badan :
Tinggi Badan :
Lampiran 7
Dokumentasi Penelitian
Lampiran 8
Hasil Penelitian
jenis_kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
IMT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
durasi_duduk
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
nyeri_leher
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Correlations