Anda di halaman 1dari 85

HUBUNGAN DURASI LAMA DUDUK DAN FORWARD HEAD

POSTURE DENGAN KEJADIAN NYERI LEHER NON SPESIFIK


PADA MAHASISWA FK UPN “VETERAN” JAKARTA TAHUN
2018

SKRIPSI

DEA TASHA MEICITA KIS SUGIANTO


1410211099

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN
TAHUN 2018
HUBUNGAN DURASI LAMA DUDUK DAN FORWARD HEAD
POSTURE DENGAN KEJADIAN NYERI LEHER NON SPESIFIK
PADA MAHASISWA FK UPN “VETERAN” JAKARTA TAHUN
2018

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Kedokteran

DEA TASHA MEICITA KIS SUGIANTO


1410211099

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN
TAHUN 2018
PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber yang dikutip
maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Dea Tasha Meicita Kis Sugianto
NRP : 1410211099
Tanggal : 8 Juni 2018

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan saya ini,


maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Jakarta, 8 Juni 2018


Yang Menyatakan

Dea Tasha Meicita Kis Sugianto

ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta,


saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Dea Tasha Meicits Kis Sugianto
NRP : 1410211099
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Pendidikan Dokter

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta Hak Bebas Royalti Non
Eksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
“HUBUNGAN DURASI LAMA DUDUK DAN FORWARD HEAD POSTURE
DENGAN KEJADIAN NYERI LEHER NON SPESIFIK PADA MAHASISWA
FK UPN “VETERAN” JAKARTA TAHUN 2018”.
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti ini
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan
mempublikasikan skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Jakarta


Pada tanggal: 8 Juni 2018
Yang Menyatakan,
Dea Tasha Meicita Kis Sugianto

iii
PENGESAHAN

Skripsi diajukan oleh:


Nama : Dea Tasha Meicita Kis Sugianto
NRP : 1410211099
Program Studi : Sarjana Kedokteran
Judul Skripsi : Hubungan Durasi Lama Duduk dan Forward Head
Posture dengan kejadian Nyeri Leher Non Spesifik Pada Mahasiswa FK UPN
“Veteran” Jakarta Tahun 2018

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran pada
Progam Studi Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jakarta

DR. dr. Arman Yurisaldi Saleh, MS, Sp.S


Ketua Penguji

dr. Yuli Suciati, Sp.KFR dr. Niniek Hardini, Sp.PA


Pembimbing I Penguji II

Dr. dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad.(K) dr. Niniek Hardini, Sp.PA


Dekan Fakultas Kedokteran Ka. PSSK

Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal Ujian : 8 Juni 2018

iv
HUBUNGAN DURASI LAMA DUDUK DAN FORWARD HEAD POSTURE
DENGAN NYERI LEHER NONSPESIFIK PADA MAHASISWA FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA TAHUN 2018

Dea Tasha Meicita Kis Sugianto

Abstrak

Durasi duduk yang lama secara tidak langsung dapat menyeabakan kelelahan otot
penyangga dan merubah postur menjadi forward head posture yang menjadi risiko
terjadinya nyeri leher. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan
antara durasi lama duduk dan forward head posture dengan kejadian nyeri leher non-
spesifik pada mahasiswa FK UPN “Veteran” Jakarta tahun 2018. Penelitian ini
besifat analitik observasional dengan desain cross sectional. Total sampel di FK UPN
“Veteran” Jakarta yaitu 136 orang, yang diambil dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Pengambilan data durasi lama duduk dilakukan secara langsung
melalui wawancara. Untuk forward head posture menggunakan pengukuran langsung
sederhana dengan penggaris sebagai alat ukur. Sedangkan pengambilan data
distribusi keluhan nyeri leher digunakan kuesioner Nordic Body Map yang sudah
teruji validitas dan reliabilitasnya. Data dianalisis menggunakan uji statistik korelasi
Pearson dan menunjukkan tidak terdapat hubungan antara durasi lama duduk dan
nyeri leher (p=0,07, r=0,15) tetapi terdapat hubungan yang bermakna antara forward
head posture dan nyeri leher namun dengan korelasi yang lemah (p=0,000, r=0,583).
Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
durasi lama duduk dan nyeri leher non-spesifik dan terdapat hubungan yang
bermakna antara forward head posture dan nyeri leher dengan derajat korelasi yang
lemah.
Kata Kunci: Durasi lama duduk, forward head posture (FHP), mahasiswa, Nordic
Body Map (NBM), nyeri leher.

v
THE CORRELATION BETWEEN DURATION OF SITTING AND
FORWARD HEAD POSTURE WITH NON SPESIFIC NECK PAIN IN THE
STUDENTS OF MEDICAL FACULTY OF PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” JAKARTA UNIVERSITY 2018

Dea Tasha Meicita Kis Sugianto

Abstract

Duration of sitting undirectly cause postural adaptation like lower back position that
bends because of muscles weakness and transform to bad posture that forms the
forward head posture. This research aims to find the relation between duration of
sitting and forward head posture with non-spesific neck pain in the students of
Medical Faculty of Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta University 2018. This
study use an observational analytics with cross sectional design. 136 samples students
of Medical Faculty in Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta University were
taken using purposive sampling technique. The data of duration of sitting was taken
by direct inteview to the respondents. The forward head posture data taken by direct
measurements using a ruler as an instrument. While data of the neck pain collected by
Nordic Body Map questionnaires that have been frequently used before and the
validity and reliability have been approved. Then the data were analyzed using
Pearson statistic which showed no correlation between duration of sitting and neck
pain (p = 0.07, r = 0.15) but there was showing significant correlation between
forward head posture and neck pain (p = 0,000, r = 0.583). The results show that there
is no correlation between the duration of sitting and neck pain but there is a
significant correlation between forward head posture and neck pain in a weak
relation.
Keywords: Duration of sitting, the head posture (FHP), students, Nordic Body Maps
(NBM), neck pain.

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Anugerah dan Kuasa-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini
dengan baik dan tepat waktu. Penelitian ini diberi judul “Hubungan Durasi Lama
Duduk dan Forward Head Posture Dengan Kejadian Nyeri Leher Non-spesifik Pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jakarta Tahun 2018”.
Tujuan pembuatan skripsi ini untuk memenuhi persyaratan kelulusan penulis
dalam menempuh sarjana pendidikan profesi dokter di Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jakarta.
Dalam pengerjaan penulisan ini banyak pihak yang telah mendukung dan
membantu dalam berbagai hal sehingga penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Dr. dr. Prijo Sidipratomo Sp.Rad (K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta
2. dr. Niniek Hardini, Sp.PA, selaku Ka Prodi Sarjana Kedokteran
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta dan selaku
pembimbing 2 yang senantiasa memberikan bimbingan berupa masukan
dan petunjuk yang baik kepada penulis dalam tata cara penulisan
penelitian.
3. dr. Yuli Suciati, Sp.KFR, selaku dosen pembimbing 1 Departmen
Rehabilitasi Medik yang telah mendampingi, memberikan ilmu
pengetahuan dan saran serta mempermudah dalam penyusunan penelitian
ini sehingga dapat berjalan dengan sangat baik.
4. Dr. dr. Arman Yurisaldi Saleh, Sp.S, selaku dosen penguji pada sidang
proposal dan sidang skripsi penulis yang telah meluangkan waktunya,
memberikan saran dan arahan dalam memperbaiki penelitian ini.
5. Teruntuk kedua orang tua tersayang dan tercinta, papa Sugianto dan mama
Sri Kiswati dan adik Ditya Asha Satria Mukti Kis Sugianto atas kasih

vii
sayang yang tak pernah henti diberikan kepada penulis, memberikan
dukungan berupa doa, nasihat, motivasi, dan semangat kepada penulis
untuk menyelesaikan penelitian ini dengan baik dan lancar.
6. Sahabat penulis selama masa perkuliahan, Alika Mutiara, Frida Ayu
Nawangsih, Alya Fonanda, Detris Visiadina, dan Gandri Ali Ma‟sum, dan
Leilevina yang telah meluangkan waktunya untuk menemani penulis saat
pengambilan data, dan juga sebagai penghibur dan tempat berbagi
keluhkesah.
7. Teman – teman masa perkuliahan preklinik angkatan 2014 terutama, Riza
Amalia, Ria Oktavia, Febrian Muhammad, Putu Adri, Rr. Hanna, Bima,
Fitria Hasanah yang selalu memberikan inspirasi, motivasi, dan hiburan
kepada peneliti agar dapat menyelesaikan penelitian dengan baik.
8. Teman – teman 2014 di Resak No. 23, Rian Mourbas, Unggul G, M.
Dhiyaulhadi, Reynald Jefferson, Axelomoon, Edwinantha, Ary Yanuar,
dan Azhal Muktade yang telah menjadi teman belajar bersama peneliti
semasa perkuliahan pre-klinik dan juga memberikan motivasi dan
semangat untuk menyelesaikan penelitian ini.
9. Untuk sahabat penulis dari semasa SMA, Akmal Tufiiqul Hakim, ST, dan
Rafika Kusumanto, ST yang telah mendoakan, memberikan saran dan
semangat serta menjadi tempat berbagi pengalaman kepada penulis.
10. Sahabat penulis semasa kecil sampai sekarang, Aderia Damayanti dan
Latifa Widya Ningrum yang telah memberikan motivasi dan mendoakan
penulis.
11. Kepada teman – teman, saudara, dan semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu oleh penulis yang telah terlibat, membantu,
mengingatkan, mendoakan dan memperlancar penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini.
Jakarta, 8 Juni 2018

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................................... iii
PENGESAHAN ....................................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................... v
ABSTRACT............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................. vii
DAFTAR ISI............................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xii
DAFTAR TABEL.................................................................................................... xiii
DAFTAR BAGAN .................................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1


I.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 3
I.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 3
I.3.1 Tujuan Umum .................................................................................................. 3
I.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................................. 3
I.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 4
I.4.1 Manfaat Teoritis .............................................................................................. 4
I.4.2 Manfaat Praktis ................................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5


II.1 Postur Tubuh ..................................................................................................... 5
II.1.1 Pengertian Postur Tubuh ................................................................................ 5
II.1.2 Kesalahan Postur Tubuh................................................................................. 7
II.2 Pengertian Nyeri Leher ..................................................................................... 9
II.2.1 Nyeri Leher Non Spesifik............................................................................... 9
II.2.2 Anatomi Leher................................................................................................ 11
II.2.3 Biomekanik Leher .......................................................................................... 12
II.2.4 Epidemiologi Nyeri Leher .............................................................................. 13
II.2.5 Faktor Risiko Nyeri Leher.............................................................................. 14
II.2.6 Etiologi Nyeri Leher....................................................................................... 15
II.2.7 Klasifikasi Nyeri Leher .................................................................................. 15
II.2.7.1 Berdasarkan Proses Patofisiologi ................................................................ 15
II.2.7.2 Berdasarkan Awitan .................................................................................... 16
II.2.8 Forward Head Posture................................................................................... 16
II.2.8.1 Efek Postur yang Buruk pada Vertebra Servikal
Bagian Bawah ............................................................................................... 19
II.2.8.2 Efek Negatif Jangka Panjang Postur Tubuh
yang Buruk .................................................................................................. 19
II.2.9 Patofisiologi Nyeri Leher Non Spesifik ......................................................... 19
II.2.10 Sedentary Lifestyle / Gaya Hidup Pasif ........................................................ 20
II.2.11 Pengaruh Gaya Hidup Pasif Terhadap Tubuh .............................................. 20

ix
II.2.12 Center of Gravity / Teori dasar Aplikasi Postur ........................................... 22
II.2.12.1 Hubungan pusat gravitasi (COG), garis
gravitasi (LOG) dan Bidang Tumpu (BOS) ............................................. 24
II.2.12.2 Hubungan Forward Head Posture (FHP) dan
Center of Gravity (COG) ......................................................................... 24
II.2.13 Penilaian Forward Head Posture
Menggunakan Craniovertebrae Angle ........................................................ 24
II.2.14 Penatalaksanaan Nyeri Leher ....................................................................... 27
II.3 Penelitian Terkait .............................................................................................. 28
II.4 Kerangka Teori .................................................................................................. 30
II.5 Kerangka Konsep .............................................................................................. 31
II.6 Hipotesis ............................................................................................................ 31

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN ................................................................ 32


III.1 Jenis Penelitian................................................................................................. 32
III.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................... 32
III.2.1 Lokasi............................................................................................................ 32
III.2.2 Waktu ............................................................................................................ 32
III.3 Subjek Penelitian ............................................................................................. 32
III.3.1 Populasi ......................................................................................................... 32
III.3.2 Sampel........................................................................................................... 32
III.3.2.1 Perhitungan Besar Sampel ......................................................................... 32
III.3.2.2 Kriteria Penelitian ...................................................................................... 33
III.4 Metode Pengumpulan Data .............................................................................. 33
III.5 Identifikasi Variabel Penelitian ........................................................................ 34
III.5.1 Variabel Bebas .............................................................................................. 34
III.5.2 Variabel Dependen........................................................................................ 34
III.6 Definisi Operasional ........................................................................................ 34
III.7 Instrumen Penelitian ........................................................................................ 36
III.8 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 36
III.8.1 Sumber Data.................................................................................................. 36
III.9 Uji Validitas dan Realibilitas ........................................................................... 36
III.10 Protokol Penelitian (Cara Kerja Penelitian) ................................................... 37
III.10.1 Pra Penelitian .............................................................................................. 37
III.10.2 Saat Penelitian ............................................................................................. 37
III.10.3 Pengolahan Data ......................................................................................... 37
III.11 Analisis Data .................................................................................................. 38
III.12 Alur Penelitian ............................................................................................... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 40


IV.1 Hasil Penelitian ................................................................................................ 40
IV.1.1 Karakteristik Responden ............................................................................... 41
IV.1.2 Hasil Analisis Univariat ................................................................................ 41
IV.1.2.3 Hasil Analisis Bivariat ............................................................................... 43
IV.2 Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................................... 44
IV.2.1 Pembahasan Analisis Univariat .................................................................... 44
IV.2 Pembahasan Analisis Bivariat ......................................................................... 46
IV.3 Keterbatasan Penelitian ................................................................................... 48

x
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 49
V.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 49
V.2 Saran ................................................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 51
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Postur yang Baik Saat Berdiri. ..................................................... 6


Gambar 2 Kifosis .......................................................................................... 7
Gambar 3 Lordosis ........................................................................................ 8
Gambar 4 Skoliosis ....................................................................................... 8
Gambar 5 Tempat Tersering Terjadinya Nyeri Leher................................... 9
Gambar 6 Anatomi Leher.............................................................................. 11
Gambar 7 Cervical Nerves ............................................................................ 11
Gambar 8 Otot Tersering yang Mengalami Tegangan .................................. 17
Gambar 9 Forward Head Posture................................................................. 18
Gambar 10 Letak Center of Gravity ............................................................. 22
Gambar 11 Letak Base of Support / Bidang Tumpu Tubuh.......................... 23
Gambar 12 Analisis Postur Tubuh dan Forward Head Posture ................... 26

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Penelitian Terkait ............................................................................. 28


Tabel 2 Definisi Operasional Penelitian ....................................................... 35
Tabel 3 Distribusi Jenis Kelamin di Fakultas Kedokteran Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta Tahun 2018 .................. 40
Tabel 4 Distribusi Indeks Massa Tubuh di Fakultas Kedokteran
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta Tahun 2018 41
Tabel 6 Distribusi Kejadian Forward Head Posture di Fakultas
Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta
Tahun 2018 ...................................................................................... 42
Tabel 7 Distribusi Kejadian Nyeri Leher di Fakultas Kedokteran
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta Tahun 2018 43
Tabel 8 Hubungan Durasi Lama Duduk dan Nyeri Leher ............................ 43
Tabel 9 Hubungan Forward HeadPosture dan Nyeri Leher ........................ 44

xiii
DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Kerangka Teori. .............................................................................. 30


Bagan 2 Kerangka Konsep ............................................................................ 31
Bagan 3 Alur Penelitian ................................................................................ 39

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Persetujuan Proposal Penelitian


Lampiran 2 Surat Izin Penelitian - FK UPN “Veteran” Jakarta
Lampiran 3 Surat Persetujuan Etik (Ethical Approval)
Lampiran 4 Persetujuan Responden Penelitian
Lampiran 5 Kuesioner Penelitian
Lampiran 6 Data Responden
Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 8 Hasil Penelitian

xv
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Mahasiswa merupakan calon intelektual dan agen sosial yang memberikan
kontribusi terhadap perubahan bangsa Indonesia. Menurut kamus bahasa Indonesia
(2005), mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi dengan usia
umumnya berkisar antara 18-25 tahun untuk strata 1 (S1) yang dalam kategori
psikologi berada pada masa remaja akhir atau dewasa awal. Sebagian besar
mahasiswa berada pada masa peralihan tersebut (Nurhayati, 2011).
Tujuan dari sekolah kedokteran adalah untuk menghasilkan dokter yang
kompeten, profesional dan mempromosikan perawatan kesehatan masyarakat. Tetapi
selama masa pelatihan medis, siswa terpapar stres, masalah belajar, jam pelatihan
yang panjang di rumah sakit dan klinik. Kejadian-kejadian ini dianggap sebagai
faktor risiko nyeri muskuloskeletal yang dapat meningkatkan prevalensi
musculoskeletal pain di antara mahasiswa kedokteran (Alshagga et al., 2013).
Mahasiswa pada saat proses belajar mengajar duduk di kursi selama berjam-
jam dengan postur yang statis yang dapat menyebabkan timbulnya keluhan nyeri
muskuloskeletal. Menurut lokasi tersering terjadinya keluhan muskuloskeletal diukur
dengan menggunakan Nordic Body Map yaitu di bagian leher, bokong, pinggang, dan
bahu (Zar et al, 2012).
Sebuah penelitian tentang prevalensi dan faktor yang berhubungan dengan
leher, bahu, dan nyeri punggung belakang pada mahasiswa kedokteran di Malaysian
Medical College tahun 2013 mengatakan bahwa sebanyak 146 partisipan berjenis
kelamin perempuan (62,9%) yang menderita nyeri musculoskeletal termasuk nyeri
leher daripada yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 68 partisipan (37,1%)
(Alshagga et al, 2013).
Sedangkan di Indonesia, prevalensi nyeri leher pada populasi orang dewasa
mencapai sekitar 16,6%, dengan 0,6% diantaranya mengalami nyeri leher yang

1
2

memberat. Selain memberikan nyeri pada bagian leher belakang, nyeri leher juga
menurunkan gerakan sendi leher dan aktivitas fungsional leher sehingga dapat
mempengaruhi kegiatan penderita (Prayoga, 2014).
Nyeri leher sering terjadi akibat postur yang jelek dalam melakukan aktivitas
seperti salah satunya duduk dalam waktu lama. Serta faktor lingkungan baik dikantor,
alat transportasi maupun di rumah dengan desain kursi yang tidak ergonomis
sehingga mengakibatkan postur menjadi jelek (McKenzie, 2000).
Saat kita duduk, posisi dari punggung bawah membungkuk (rounded back)
perlahan-lahan akan terjadi protusi, karena otot penyangga lelah. Saat otot lelah,
maka otot menjadi relaksasi terus-menerus dan merubah postur menjadi jelek.
Hasilnya adalah forward head posture. Apabila forward head posture berlangsung
dalam jangka waktu panjang, akan menyebabkan overstretch ligamen-ligamen dan
akibatnya akan timbul nyeri hanya pada posisi tertentu. Saat forward head posture
sudah menjadi kebiasaan dan dilakukan hampir setiap waktu, hal ini akan
menyebabkan distorsi diskus intervertebralis. Pada fase ini, gerakan serta perubahan
posisi akan memprovokasi nyeri (McKenzie, 2000).
Sejumlah keluhan dari gangguan sistem muskuloskeletal berhubungan dengan
postur tubuh. Daerah lumbal, leher, bahu dan lengan bawah merupakan bagian tubuh
yang paling sering terkena gangguan yang berhubungan dengan postur tubuh. Rasa
sakit tersebut dirasakan baik setelah pajanan dalam waktu singkat ataupun lama.
Biasanya rasa sakit pada daerah tersebut setelah meningkatnya periode dari postural
stress dan kurangnya istirahat pada daerah tersebut (Pheasant, 1986).
Berdasarkan penyebab, nyeri leher diklasifikasikan ke dalam tiga sindrom
mekanik, yaitu postural syndrome, dyfunction syndrome dan derangement syndrome.
Postural syndrome terjadi karena kesalahan postur yang terjadi terus-menerus dalam
jangka waktu panjang. Nyeri diprovokasi oleh postur itu sendiri. Dysfunction
syndrome terjadi karena kebiasaan seseorang bergerak tidak pada ROM (Range of
movement) penuh, dan apabila terjadi dalam jangka panjang maka saat akan bergerak
pada ROM penuh akan memprovokasi nyeri. Bisa juga terjadi karena whiplash
injury, akibat imobilisasi dengan menggunakan collar dalam waktu beberapa bulan
3

akan menimbulkan adhesion pada jaringan yang mengalami penyembuhan sehingga


memprovokasi nyeri. Sedangkan derangement syndrome merupakan sindroma yang
terjadi karena protusi diskus intervertebralis (McKenzie, 2000).
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk
mengangkat topik tersebut sebagai bahan penelitian dan memaparkannya dalam
skripsi yang berjudul “Hubungan antara durasi lama duduk dan forward head posture
dengan kejadian nyeri leher non spesifik pada Mahasiswa FK UPN “Veteran” Jakarta
tahun 2018”.

I.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan masalah:
Hubungan antara durasi lama duduk dan forward head posture dengan kejadian
nyeri leher non spesifik pada Mahasiswa FK UPN “Veteran” Jakarta tahun 2018.

I.3 Tujuan Penelitian


I.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui adanya hubungan antara durasi lama duduk dan forward head
posture dengan kejadian nyeri leher non spesifik di Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jakarta tahun 2018.
I.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui prevalensi nyeri leher pada mahasiswa FK UPN “Veteran”
Jakarta tahun 2018.
b. Mengetahui hubungan antara durasi lama duduk dengan kejadian nyeri leher.
c. Mengetahui hubungan antara forward head posture dengan kejadian nyeri
leher.
4

I.4 Manfaat Penelitian


I.4.1 Manfaat Teoritis
Menambah wawasan ilmu pengetahuan di bidang muskuloskeletal pada
umumnya, serta memberikan informasi tentang nyeri leher dan faktor-faktor yang
dapat mengakibatkan nyeri leher.

I.4.2 Manfaat Praktis


I.4.2.1 Bagi Mahasiswa
Dapat memberikan informasi kepada mahasiswa mahasiswi FK UPN
“Veteran” Jakarta tentang hubungan durasi lama duduk dan forward head posture
dengan kejadian nyeri leher.
I.4.2.2 Bagi Institusi
Menambah referensi penelitian ilmiah yang berhubungan dengan Rehabilitasi
Medik.
I.4.2.3 Bagi Peneliti
Sebagai bahan pembelajaran dan evaluasi untuk penulis agar bisa melakukan
penelitian yang lebih baik sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar
untuk masyarakat luas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Postur Tubuh


II.1.1 Pengertian Postur Tubuh
Dalam sebuah penelitian dikatakan postur tubuh yang baik ketika telinga
sejajar dengan bahu. Dengan keselarasan yang tepat, stres tulang belakang dapat
berkurang. Ini adalah posisi paling efisien untuk tulang belakang (Hansraj, 2014).
Keselarasan dan orientasi segmen tubuh didapat dengan mempertahankan
posisi tegak lurus. Penyelarasan tubuh bergantung pada efek gravitasi, ketegangan
otot dan integritas struktur tulang. Pendapat lain meyebutkan postur tubuh sebagai
garis optimal struktur kerangka manusia yang membentuk tubuh seimbang dan
sempurna. Keadaan postur tubuh yang buruk menyebabkan garis tersebut tidak sesuai
dengan struktur kerangka normal (Mckenzie, 2014).
Amy Cuddy dan rekannya juga mengatakan bahwa postur tubuh yang buruk
selalu terjadi dengan kepala dalam posisi maju ke depan dan bahunya terkulai ke
depan dalam posisi membulat/forward head posture.
Hilangnya lekukan alami tulang belakang servikal menyebabkan peningkatan
tegangan secara bertahap pada tulang belakang servikal. Tekanan ini dapat
menyebabkan stress tulang belakang, dan degenerasi tulang. Sedangkan postur yang
buruk terjadi akibat kebiasaan duduk atau berdiri yang buruk, kurangnya kesadaran
akan keseimbangan tubuh, dan adaptasi otot terus-menerus untuk menahan tubuh
pada posisi yang salah (Hansraj, 2014).
Postur yang baik sangat penting sepanjang waktu, tidak hanya saat bekerja, tapi
juga saat menyetir, berjalan, berolahraga, dan bahkan saat tidur. Hindari membatasi
gerakan dan menerapkan postur yang jelek. Postur tidak hanya melibatkan tulang
belakang dan batang tubuh, tapi juga posisi semua bagian tubuh: kepala, leher, bahu,
lengan, dan kaki (Mitchell, 2014).

5
6

a. Postur yang baik saat berdiri


Untuk menjaga keseimbangan dalam posisi berdiri dengan menggunakan usaha
dan energi yang kecil, tulang belakang dari leher ke tulang ekor harus sejajar dengan
tungkai bawah sejajar dengan pusat gravitasi (center of gravity). Garis plumbal
melewati sebagian dari vertebrae servikal (leher) dan vertebrae di daerah lumbal
(punggung bagian bawah). Seperti terlihat pada gambar 1.
Posisi pinggul, panggul, batang tubuh, dan tungkai bawah sangat penting untuk
postur tubuh tegak. Dimana tulang belakang manusia memiliki lekukan, yang
memberi kemampuan fleksibilitas. Kelengkungan kolom vertebral meningkatkan
ketahanannya terhadap gaya tekan. Tulang belakang yg melengkung juga memiliki 10
kali stabilitas daripada tulang belakang yang lurus.
Tulang belakang berfungsi sebagai pendukung vertikal utama untuk semua
organ dalam sebagai jalur untuk sistem saraf, tidak hanya melindungi organ tubuh,
namun menyampaikan informasi sensorik dan motorik ke otak. Posisi tulang
belakang secara langsung mempengaruhi hubungan dan fungsi dari organ dalam
(Mitchell, 2014).

Sumber: Mitchell, 2014


Gambar 1 Postur yang Baik Saat Berdiri
7

II.1.2 Kesalahan Postur Tubuh


a. Kifosis
Penyimpangan postur dalam bidang sagittal yang disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu terjadi secara kongenital, faktor sikap tubuh yang salah pada saat bekerja
dan berolahraga, serta akibat dari kesalahan tubuh saat beraktifitas seperti duduk,
berdiri dengan tubuh membungkuk dalam waktu lama dan satatis. Peneliti lain
mengatakan bahwa kifosis merupakan suatu kelainan tulang belakang dimana tulang
punggung melengkung ke depan lebih dari 40 derajat (Novianti, 2015). Dapat dilihat
pada gambar 2.

Sumber: Rose, 2014


Gambar 2 Kifosis

b. Lordosis
Penekanan kearah dalam kurvatura servikal lumbal melebihi batas
fisiologis. Lordsosis kongenital biasanya didapatkan deformitas yang bersifat
progresif (Helmi, 2013) . Seperti pada gambar 3.
8

Sumber: Bea, 2013


Gambar 3 Lordosis
c. Skoliosis
Kelainan tulang belakang yang membentuk huruf C atau S. Bila
dibiarkan, sudut kemiringan tulang belakang akan semakin besar dan dapat
menyebabkan saraf tulang belakang terjepit atau organ-organ dalam terganggu
(Guevar, 2013). Dapat dilihat pada gambar 4.

Sumber: Davis, 2010


Gambar 4 Skoliosis
Kelainan-kelainan tulang belakang tersebut secara tidak langsung dapat
menyebabkan nyeri di level yang lebih tinggi yaitu di bagian leher. Bisa terjadi
penjalaran karena regangan otot-otot yang bekerja lebih untuk mengkompensasi
kelainan-kelainan tersebut. Winkell dan Westgard menyatakan bahwa “beban pada
leher berkorelasi dengan posisi batang tubuh dan kepala”. Peningkatan satu kurva
tulang belakang akan menyebabkan kenaikan atau penurunan kompensasi pada kurva
lainnya untuk mendapatkan kembali keseimbangan tubuh (Chiu et al, 2002).
9

II.2 Pengertian Nyeri Leher


Menurut Douglass dan Bope (2004) nyeri leher adalah nyeri yang dihasilkan
dari interaksi yang kompleks antara otot dan ligament serta faktor yang berhubungan
dengan postur, kebiasaan tidur, posisi kerja, stress, kelelahan otot kronis, adaptasi
postural dari nyeri primer lain (bahu, sendi temporo mandibular, kranioservikal), atau
perubahan degenerative dari diskus servikalis dan sendinya. Definisi lain yaitu rasa
nyeri yang meliputi kelainan saraf, tendon, otot dan ligament di sekitar leher (Samara,
2007). Dapat dilihat pada gambar 5.

Sumber: Bogduk, 2003


Gambar 5 Tempat tersering terjadinya nyeri leher

II.2.1 Nyeri leher non spesifik


Nyeri leher non spesifik merupakan keluhan yang paling banyak terjadi akibat
pekerjaan yang dilakukan dalam jangka waktu lama dan berulang-ulang melakukan
postur tertentu, menurut proses patofisiologinya termasuk nyeri leher mekanik atau
nyeri leher axial, dikatakan non spesifik karena tidak ada penyakit atau kelainan
struktural anatomi yang mendasarinya (Binder, 2007).
Gejala yang paling sering biasanya seperti rasa kaku pada leher satu sisi atau
kedua sisi leher, nyeri dirasakan sampai kepala, nyeri leher non spesifik murni
disebabkan oleh struktur otot-otot atau sistem muskuloskeletal di leher dan sering
berhubungan dengan postur tubuh atau posisi leher yang salah saat bekerja, beban
kerja otot leher yang berlebihan dalam jangka waktu tertentu (Binder, 2007).
10

II.2.2 Anatomi Leher


Anatomi leher adalah struktur tulang, saraf, otot, ligamen dan tendon yang
dirancang dengan baik. Tulang belakang leher menyimpan sumsum tulang belakang
yang mengirim pesan dari otak untuk mengendalikan semua aspek tubuh yang sangat
kuat dan fleksibel, memungkinkan gerakan ke segala arah. Leher dimulai dari dasar
tengkorak dan melalui serangkaian tujuh segmen vertebralis terhubung ke tulang
belakang toraks (punggung bagian atas). Dengan konstruksi yang kompleks dan
rumit, banyak tekanan dan kekuatan yang dapat diletakkan di atasnya akibat trauma
atau bahkan hanya aktivitas sehari-hari membuat tulang belakang servikal berisiko
mengalami sejumlah kondisi yang menyakitkan (Slosar, 2016).
Tulang belakang servikal melakukan beberapa peran penting, termasuk:
a. Perlindungan sumsum tulang belakang.
Sekumpulan saraf yang membentang dari otak dan berjalan melalui tulang
belakang servikal dan tulang belakang toraks (punggung atas dan tengah) sebelum
berakhir tepat sebelum tulang belakang lumbal (punggung bagian bawah), sumsum
tulang belakang mengirimkan pesan dari otak ke bagian lainnya.
b. Mendukung kepala dan gerakannya.
Tulang belakang servikal benar-benar memiliki beban besar, karena berat kepala
rata-rata antara 10 dan 13 kilogram. Selain mendukung kepala, tulang belakang
servikal memungkinkan fleksibilitas kepala, termasuk gerak rotasi, maju / mundur.
c. Memfasilitasi aliran darah ke otak.
Foramen vertebralis di tulang belakang servikal memberikan jalan bagi arteri
vertebralis untuk melewati dan memastikan aliran darah yang tepat ke otak.
Leher terdiri dari tujuh susunan vertebra servikal yang dimulai dari dasar
kranium dan berakhir tepat di atas vertebrae thorakal atau setinggi batang tubuh
bagian atas. Vertebrae servikal memiliki lengkung lordosis seperti yang terdapat pada
vertebrae lumbalis. Vertebrae servikal lebih mudah bergerak dibandingkan dengan
vertebrae lainnya (Slosar, 2016). Anatomi leher dapat dilihat pada gambar 6.
11

Sumber: Lippinncott, 2009


Gambar 6 Anatomi Leher

Selain tujuh vertebrae servikal, anatomi servikal memiliki delapan akar saraf servikal
(C1-C8) yang bercabang dari sumsum tulang belakang. Masing-masing saraf servikal
dinamai berdasarkan vertebrae servikal bagian bawah yang membentang di antara
keduanya. Sebagai contoh, akar saraf C6 membentang di antara vertebrae C5 dan
vertebrae C6 (Slosar, 2016). Dapat dilihat pada gambar 7.

Sumber: Slosar, 2016


Gambar 7 Cervical Nerves
Saraf servikal memberikan kontrol dan sensasi ke berbagai bagian tubuh berdasarkan
tingkat tulang belakang dari tempat mereka bercabang. Lebih spesifik:
a. C1, C2, dan C3 (tiga saraf servikal pertama) mengendalikan kepala dan leher,
termasuk gerakan ke depan, ke belakang, dan ke samping. Saraf ini juga
memainkan peran kunci dalam bernafas. Dermatom C2 menangani sensasi untuk
12

bagian atas kepala, dan dermatom C3 menutupi sisi wajah dan di belakang
kepala. (C1 tidak memiliki dermatom.)
b. C4 membantu mengendalikan bahu dan juga diafragma yaitu otot yang
membentang ke bagian bawah tulang rusuk untuk bernafas. Dermatom C4
meliputi leher dan bagian atas bahu.
c. C5 mengendalikan otot-otot tubuh bagian atas seperti deltoid (yang membentuk
kontur bulat bahu) dan biseps (yang memungkinkan fleksi siku dan rotasi lengan
bawah). Dermatom C5 menutupi bahu dan bagian luar lengan ke sekitar siku atau
dekat dengan pergelangan tangan.
d. C6 mengendalikan ekstensor pergelangan tangan (otot seperti ekstensor karpi
radialis longus, ekstensor karpi radialis brevis, dan ekstensor karpi ulnaris yang
mengendalikan perpanjangan pergelangan tangan dan hiperekstensi) dan juga
menyediakan beberapa inervasi ke otot biseps. Dermatoma C6 menutupi bagian
atas bahu dan membentang di sisi lengan dan ke sisi ibu jari tangan.
e. C7 mengendalikan trisep (otot besar di bagian belakang lengan yang
memungkinkan pelurusan siku). Dermatom C7 turun dari bahu ke belakang
lengan dan masuk ke jari tengah.
f. C8 mengontrol tangan. Dermatom C8 menutupi bagian bawah bahu dan turun ke
tangan ke sisi kelingking tangan.
Bila salah satu saraf servikal yang sangat sensitif teriritasi, nyeri leher dan gejala
lainnya mungkin terjadi, dengan fungsi yang mungkin terpengaruh dengan cara yang
berbeda (Slosar, 2016).

II.2.3 Biomekanik Leher


Spina servikal yang menopang kepala, memungkinkan gerakan dan posisi
yang tepat. Kolumna servikal dibentuk oleh tujuh tulang vertebrae. Spina servikal,
C1-C7 terlihat dari lateral membentuk lengkung lordosis dan kepala pada tingkat
oksipitoservikal yang membentuk sudut tajam agar kepala berada pada bidang
horizontal. Apabila dilihat dari bidang anteroposterior maka spina servikal sedikit
mengangkat kepala ke satu sisi.
13

Spina servikal merupakan unit fungsional yang saling tumpang-tindih, masing-


masing terdiri atas 3 bagian yang dipisahkan oleh diskus intervertebralis mulai dari
bawah aksis C2. Unit fungsional spina dibagi lagi menjadi 2 kolom, yaitu kolom
anterior yang terdiri atas vertebrae, ligamen longitudinal dan diskus yang terdapat
diantaranya, serta kolumna posterior yang meliputi kanal oseus neural, ligamen
posterior, sendi zygapophyseal, dan otot erector spina. Untuk mengevaluasi secara
fungsional maka spina dibagi menjadi segmen servikal atas (diatas C3) dan segmen
servikal bawah (dibawah C3-C7) dengan fungsi yang berbeda di tiap segmen nya.
Vertebrae C1 dan C2 berbeda dari vertebra yang lain. Atlas (C1) adalah sturktur
seperti cincin tanpa badan dengan dua massa lateral yang berartikulasi dengan
kondilus oksipitalis di atas dan aksis (C2) di bawah. Aksis (C2) mempunyai badan,
prosesus spinosus yang bifida, dan prosesus odontoid yang menonjol ke atas yang
secara kongenital adalah badan atlas yang menyatu (fused). Odontoid berhubungan
dengan lengkung anterior atlas. Hubungan normal tersebut memungkinkan
pemisahan <3 mm antara lengkung anterior dan atlas. Pemisahan 3 mm atau lebih
dalam fleksi dan ekstensi dianggap tidak stabil dan merupakan bukti instabilitas.
Atlas dan aksis dalam kombinasi dengan kranial-oksiput (CO) akan
membantu fleksi, ekstensi dan juga rotasi leher. Artikulasi atlanto-oksipital (CO-CI)
memungkinkan fleksi 10 derajat dan ekstensi 25 derajat. Rotasi terbanyak di spina
servikal terjadi di persendian C1 – C2, dengan rotasi 45 derajat ke arah kiri atau
kanan. Sedikit derajat fleksi-ekstensi terlihat juga di persendian C1-C2. Sendi
synovial asli terletak di antara lengkung anterior atlas dan prosesus odontoid (Slosar,
2016).

II.2.4 Epidemiologi Nyeri Leher


Nyeri leher merupakan keluhan yang dapat terjadi pada banyak orang dan
tidak melihat umur maupun usia. Berdasarkan beberapa penelitian, kejadian nyeri
leher lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria.
Menurut penelitian dari Global Burden of Disease 2010, nyeri leher adalah
penyebab kecacatan ke-empat setelah nyeri punggung, depresi dan athralgia.
14

Dikatakan juga bahwa sekitar setengah dari semua individu akan mengalami episode
sakit leher semasa hidupnya. Kebanyakan studi epidemiologi melaporkan prevalensi
tahunan dari nyeri leher berkisar antara 15%.

II.2.5 Faktor Risiko Nyeri Leher


a. Jenis Kelamin
Insiden kumulatif nyeri leher selama setahun lebih banyak pada perempuan
dibandingkan laki-laki sedangkan umur tidak terdapat banyak perbedaan (Croft dkk,
2001). Perempuan lebih banyak mengalami nyeri leher daripada laki-laki dikarenakan
ambang nyeri yang rendah dan memiliki anggota gerak atas yang lebih lemah
daripada laki-laki (Berkley, 1991).
b. Indeks Masa Tubuh
Menururt WHO, seseorang dikatakan obesitas jika memilik IMT >30 kg/m2.
Namun terdapat perbedaan standar obesitas menurut WHO dan Asia-Pasifik, dimana
dikatakan seseorang mengalami obesitas apabila IMT >25 kg/m2. Penelitian
menunjukkan adanya hubungan Indeks Massa Tubuh terhadap gangguan
muskuloskeletal. Hubungan ini terjadi karena pada orang yang memiliki Indeks
Massa Tubuh berlebih memiliki kecenderungan adanya peningkatan tekanan mekanik
akibat gaya gravitasi pada sistem muskuloskeletal mereka, yang dapat berakibat pada
kelelahan sampai terjadinya cedera berupa gangguan musculoskeletal (Viester, 2013).
c. Durasi Lama Duduk
Total ada 8 penelitian potong lintang yang mempelajari durasi lama duduk
dengan kejadian nyeri leher. Penelitian banyak dilakukan di kalangan pekerja, salah
satunya penelitian oleh Kamwedo (1991), yang meneliti tentang duduk lebih dari 5
jam per hari sebagai faktor risiko yang potensial untuk kejadian nyeri leher (Szeto et
al, 2002).
d. Forward Head Posture
Harman et al menemukan bahwa postur kepala ke depan biasanya
berhubungan dengan nyeri leher dan spasme otot trapezius bagian atas serta
menunjukkan bahwa karena faktor biomekanik, postur kepala ke depan/forward head
15

posture berhubungan dengan nyeri leher. Subjek dengan postur kepala ke depan
memiliki frekuensi, area, dan tingkat keparahan nyeri leher yang lebih tinggi daripada
postur yang tidak mengalami forward head posture (Haman et al, 2005).

II.2.6 Etiologi Nyeri Leher


Nyeri leher dapat diakibatkan oleh banyak hal. Penyebab tersering adalah
akibat biomekanik seperti axial neck pain, whiplash-associated disorder (WAD), dan
cervical radiculopathy. Sedangkan penyebab lainnya bisa karena penekanan korda
spinalis, infeksi, neoplasma, dan penyakit radang sendi. Nyeri leher tanpa alasan yang
spesifik dan jelas dapat disebut sebagai nonspesific neck pain (NSNP) dan merupakan
salah penyebab tersering pada 27-48% pekerja pertahun (Huldani, 2013).
McKenzie (1981) mengklasifikasikan penyebab nyeri leher kedalam 3
sindrom mekanik, yaitu postural syndrome, dysfunction syndrome, dan derangement
syndrome. Postural syndrome sendiri merupakan nyeri leher akibat kesalahan postur
tubuh yang terus-menerus dalam jangka waktu yang panjang, dimana nyeri di
provokasi oleh postur itu sendiri. Sedangkan dysfunction syndrome terjadi karena
seseorang begerak tidak pada ROM (range of movement) penuh, dan apabila terjadi
dalam jangka waktu panjang maka saat akan bergerak pada ROM penuh akan
memprovokasi nyeri. Yang teakhir yaitu derangement syndrome terjadi karena
protusi diskus invertebralis.

II.2.7 Klasifikasi nyeri leher


II.2.7.1 Klasifikasi nyeri leher berdasarkan proses patofisiologi
a. Nyeri leher non spesifik atau axial atau nyeri leher mekanik, yaitu nyeri
leher yang disebabkan proses patologi pada otot-otot leher tanpa ada
proses penyakit tertentu yang mendasarinya, nyeri leher tipe ini biasanya
terlokalisir, sering kali dihubungkan dengan postur atau posisi leher yang
tidak ergonomis/forward head posture dalam jangka waktu tertentu saat
melakukan pekerjaan.
16

b. Nyeri leher radikulopati yaitu nyeri leher yang diikuti dengan gangguan
sensoria tau kelemahan pada sistem motorik, nyeri ini timbul sebagai
akibat kompresi atau penekanan akar saraf.
c. Mielopati yaitu nyeri leher yang dirasakan sebagai akibat kompresi atau
penekanan pada medulla spinalis dengan gejala seperti nyeri radicular,
kelainan sensoris dan kelemahan motoric (Huldani, 2013).

II.2.7.2 Klasifikasi nyeri leher berdasarkan awitan


a. Akut
Nyeri berlangsung kurang dari 3 sampai 6 bulan atau nyeri yang secara
langsung berkaitan dengan kerusakan jaringan.
b. Kronik
Setidaknya ada dua jenis masalah nyeri kronis yaitu akibat penyebab nyeri
yang dapat diidentifikasi (misalnya cedera, penyakit diskus degenerative, stenosis
tulang, dan spondilosthesis) dan nyeri kronis akibat penyebab nyeri yang tidak dapat
diidentifikasi misalnya cedera yang telah sembuh dan fibromyalgia (Huldani, 2013).

II.2.8 Forward Head Posture


Sebagian besar nyeri leher tidak disebabkan oleh whiplash atau trauma
melainkan akibat kesalahan postural yang mendasari terjadinya keluhan nyeri leher.
Kesehatan leher bergantung pada kelengkungan tulang belakang di bawah dan posisi
kepala di atas.
Nyeri otot leher bisa disebabkan oleh otot leher berikut yang mengalami ketegangan:
a. Otot skalenus (tiga pasang otot yang membantu memutar leher).
b. Otot suboccipital (empat pasang otot yang digunakan untuk memutar kepala).
c. Pectoralis otot minor (sepasang otot segitiga tipis di bagian atas dada).
d. Otot subscapularis (sepasang otot segitiga besar di dekat sendi bahu masing-
masing).
e. Otot pembatas skapula (sepasang otot yang terletak di bagian belakang dan
samping leher) (Morrison, 2011). Dapat dilihat pada gambar 8.
17

Sumber: Morrison, 2011


Gambar 8 Otot-otot tersering yang mengalami ketegangan

Jika garis tubuh antara kepala dan tulang belakang tidak optimal, leher bisa
terkena cedera dan atau efek degeneratif dari waktu ke waktu (Gavin Morrison,
2011). Forward head posture (FHP) adalah lemahnya kekuatan dan fleksibilitas
fleksor servikal bagian atas dan dijelaskan (dalam duduk atau berdiri) sebagai posisi
anterior kepala yang berlebihan dalam kaitannya dengan garis referensi vertikal,
menjadikan tulang belakang servikal yang lebih rendah lordosis (kepala ke depan,
tulang belakang leher servikal melebar, tungkai punggung leher bagian bawah
tertekuk), dan bahu bulat dengan kyphosis toraks (Kyeong-Jin Lee, Hee-Yung Han,
2015) (Dapat dilihat pada gambar 9).
Postur ini terkait dengan kelemahan pada otot fleksor pendek servikal yang
dalam dan retraktor sketaris mid-toraks (yaitu rhomboids, serratus anterior, seratus
tengah dan bawah trapezius) dan pemendekan ekstensor servikal yang berlawanan
dan otot pectoralis (dikenal sebagai upper crossed postural syndrome).
18

Sumber: Matthew, 2015


Gambar 9 Forward Head Posture
Meskipun ada konsensus yang mengatakan bahwa FHP yang berkepanjangan
dapat menyebabkan ketidakseimbangan otot-otot tersebut, yang mungkin dapat ikut
berkontribusi terhadap terjadinya FHP yang persisten, tapi umumnya dipercaya
bahwa FHP dihasilkan dari postur kebiasaan yang diadopsi dari waktu ke waktu
(misalnya, postur kerja), sehingga membuat FHP dapat dikompensasi dengan baik.
Selain ketidakseimbangan otot, FHP telah dikaitkan dengan nyeri, kelelahan, dan
gerakan leher yang dibatasi serta gejala yang disebabkan oleh perpaduan sendi dan
otot yang berlebihan.
Dengan keadaan FHP, pusat gravitasi kepala berada di depan sumbu vertikal
(sering diukur dengan garis plumbal), sehingga meningkatkan beban pada otot leher
posterior. Rantai biomekanik ini, dengan adanya kekuatan otot leher yang stabil,
khususnya jika diulang atau diperpanjang adalah penjelasan utama untuk gejala yang
terkait dengan FHP. Beban pada sendi dan otot ini menyebabkan ketidaknyamanan,
kelelahan, dan rasa sakit, gejala dan faktor risiko yang terkait dengan gangguan
muskuloskeletal.
Kondisi paling umum yang berkontribusi terhadap nyeri leher adalah sikap
kepala dan bahu ke depan. Forward Head Posture adalah saat leher meluncur maju
menempatkan kepala di depan bahu. Posisi kepala ini menyebabkan beberapa
masalah:
a. Penarikan ke depan dari berat kepala memberi tekanan yang tidak semestinya
pada tulang belakang leher bagian bawah, berkontribusi terhadap penyakit
diskus degeneratif dan masalah leher degeneratif lainnya.
19

b. Demikian pula, postur ini menyebabkan otot punggung atas terus bekerja
terlalu berlebihan untuk mengimbangi tarikan gravitasi pada kepala depan.
c. Posisi ini sering disertai bahu ke depan dan punggung atas membulat, yang
tidak hanya masuk ke masalah leher tapi juga bisa menyebabkan sakit bahu.
Semakin banyak waktu yang dihabiskan dengan postur kepala ke depan, semakin
besar kemungkinannya seseorang akan mengalami masalah leher dan bahu
(Morrison, 2011).

II.2.8.1 Efek Postur yang Buruk pada Vertebra Servikal Bagian Bawah
Bagian leher yang sangat rentan terhadap forward head posture adalah bagian
bawah leher, tepat di atas bahu. Vertebra servikal bagian bawah (C5 dan C6)
mungkin sedikit meluncur atau meluncur ke depan relatif satu sama lain sebagai
akibat dari tarikan gravitasi yang terus-menerus pada kepala depan (Morrison, 2011).
II.2.8.2 Efek Negatif Jangka Panjang Postur yang Buruk
Penonjolan tulang belakang yang berkepanjangan dari postur kepala ke depan
pada akhirnya mengganggu sendi facet kecil di leher serta ligamen dan jaringan
lunak. Iritasi ini bisa mengakibatkan nyeri leher yang memancar ke tulang belikat dan
punggung bagian atas, berpotensi menyebabkan berbagai kondisi, diantaranya:
1. Trigger poin di otot, yang merupakan titik-titik yang menyakitkan untuk
disentuh, bersama dengan rentang gerak yang terbatas.
2. Masalah degenerasi diskus, yang berpotensi menyebabkan penyakit diskus
degeneratif servikal, osteoarthritis servikal, atau disk hernia servikal
(Morrison, 2011).

II.2.9 Patofisiologi nyeri leher non spesifik


Nyeri leher timbul sebagai akibat dari beberapa faktor yang saling
mempengaruhi, faktor individu seperti umur dan jenis kelamin, faktor durasi lama
duduk yang melebihi 4 jam perhari, dan faktor fisik seperti postur tubuh saat duduk,
forward head posture, dan fleksi bagian leher dapat memicu terjainya nyeri leher.
20

Semua faktor ini dapat bertindak secara terpisah tetapi risikonya lebih besar jika
beberapa faktor risiko terlibat (Chiu et al 2002).
Mekanisme tersebut secara kimiawi diikuti dengan penurunan glutathione
(GSH) sehingga menyebabkan kenaikan dari ractive oxygen species (ROS) dan
merangsang aktivasi dari transcient receptor potential cation channel subfamily 1
(TRPV1) atau reseptor capcisin yang pada akhirnya mengaktivasi reseptor nosiseptik
pada otot rangka di leher dan menimbulkan sensasi sensoris yang tidak nyaman
berupa nyeri leher. Melakukan peregangan otot dapat meningkatkan biogenesis
energi dalam mitokondria, meningkatkan aktivasi antioksidan dan meningkatkan
kalsium lokal pada sel otot. Peningkatan aktivitas biogenesis energi pada mitokondria
dapat meingkatkan glutathione (GSH), peningkatan antioksidan menekan
peningkatan ROS dan kalsium lokal yang meningkat menekan proliferasi
mikrotubulus otot-otot leher sehingga NADPH (Nicotinamide Adenine Dinucleotide
Phosphate) oxidase dan ROS menurun sehingga aktivasi reseptor nyeri ditekan dan
nyeri leher dapat berkurang. Peregangan juga dapat memperbaiki posisi serat-serat
otot aktin dan myosin yang tumpah tindih. Serat aktin dan myosin yang mengalami
cross link dapat menyebabkan spasme pada otot dan mengiritasi serabut saraf A delta
dan searbut saraf C (Saleet, 2014).

II.2.10 Sedentary Lifestyle / Gaya hidup pasif


Sedentary Lifestyle merupakan perilaku dengan pengeluaran energi yang
rendah atau biasa disebut gaya hidup pasif yang dapat meyebabkan masalah pada
kesehatan. Semakin sedikit duduk atau berbaring perhari, semakin baik kesempatan
untuk hidup sehat. Secara fisiologis, ada beberapa efek tertentu yg di observasi antara
waktu sedentari yang panjang dan aktivitas yg terlalu sedikit.

II.2.11 Pengaruh gaya hidup pasif terhadap tubuh


a. Kaki dan bokong
Duduk untuk jangka waktu lama bisa secara langsung menyebabkan atrofi
dari sebagian besar otot kaki dan otot bokong menjadi lemah. Jumlah otot yang
21

besar tersebut sangat penting untuk berjalan dan menyeimbangkan tubuh anda.
Jika otot-otot tersebut lemah maka tubuh akan mudah jatuh, dan mengalami
ketegangan ketika beraktivitas.
b. Berat Badan
Menggerakan otot membantu tubuh untuk mencerna lemak dan gula yang
dimakan. Jika sehari-hari lebih menghabiskan waktu banyak untuk duduk,
pencernaan menjadi tidak efisien, akhirnya bisa menumpuk lemak dan gula di
dalam tubuh anda.
Walaupun sudah melakukan aktivitas tapi masih menghabiskan waktu yg
lebih banyak untuk duduk, keadaan tersebut memiliki risiko tinggi untuk
mengalami gangguan kesehatan, seperti sindrom metabolik. Penelitian terakhir
mengatakan, dibutuhkan 60-75 menit perhari dengan aktivitas sedang sampai
berat untuk menghilangkan bahaya dari duduk lama.
c. Pinggang dan punggung.
Sama hal nya dengan kaki dan bokong, pinggang dan punggung tidak
mendukung untuk duduk dalam jangka waktu lama. Duduk menyebabkan otot
pinggang memendek, yang dapat menyebabkan masalah dengan sendi punggung.
Duduk dalam jangka waktu yang lama dapa menyebabkan masalah pada
punggung, terutama jika anda duduk lama dengan posisi yang buruk atau tidak
menggunakan kursi atau tempat kerja yang ergonomis. Postur yang buruk juga
dapat mengakibatkan kesehatan tulang belakang yang buruk seperti kompresi
diskus tulang belakang, mengakibatkan degenarasi dini yg dapat mengakibatkan
rasa sakit.
d. Kaku leher dan pundak
Menghabiskan lebih banyak waktu di depan komputer, ini bisa
mengakibatkan kekakuan pada leher dan pundak (Victoria Minister of Health,
2016).
22

II.2.12 Center of Gravity sebagai teori dasar aplikasi postur


Didefinsikan sebagai titik keseimbangan tubuh, dimana berat badan berperan.
Jika objek berubah posisi dalam hal ini posisi tubuh, lokasi dari “center of gravity”
juga berubah. Center of Gravity mungkin berada di luar tubuh.
a. Letak Center of gravity pada manusia
Lokasi dari center of gravity pada posisi berdiri normal bergantung
pada bentuk tubuh, usia, dan jenis kelamin. Pada wanita center of gravity
berada 55% dari tinggi badan ketika berdiri tegak sedangkan pada pria berada
di 57% tinggi ketika berdiri tegak. Dapat dilihat pada gambar 10.

Sumber: Essa, 2012


Gambar 10 Letak Center of Gravity

b. Stabilitas dan equilibrium


Semua objek yang diam berada di titik seimbang dan semua gaya yang
bekerja pada titik tersebut seimbang. Pengertian dari equilibrium sendiri adalah
sebuah bagian penting dari pergerakan tubuh dalam menjaga tubuh tetap stabil
sehingga manusia tidak jatuh walaupun posisi tubuh berubah, sedangkan
keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan equilibrium baik statis
maupun dinamis ketika tubuh ditempatkan pada berbagai posisi (Delitto, 2003).
- Stable equilibrium, didapat ketika objek berada di titik yang akan dirubah
sehingga memungkinkan munculnya center of gravity.
23

- Unstable equilibrium, ketika ada suatu gangguan maka akan menjatuhkan


objek center of gravity ke titik yang lebih rendah.
- Neutral equilibrium, center of gravity tidak meningkat atau menurun ketika
bergerak.
c. Bidang tumpu (Base of Support-BOS)
Bagian tubuh yang berhubungan dengan permukaan tumpuan. Permukaan
tumpu adalah dasar tempat bertumpu atau berpijak tubuh baik di lantai, tanah, kursi,
meja, tali atau lainnya. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh
dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area bidang
tumpu (Saraswati, 2015). Seperti pada gambar 11.

Sumber: Irfan, 2010


Gambar 11 Bidang Tumpu
Semakin luas dan dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas
tubuh makin tinggi (Wen Chang Yi et al, 2009).
d. Tinggi dari pusat gravitasi
Tinggi dari pusat gravitasi berubah dengan perubahan posisi tubuh.
Saat pusat gravitasi bergerak lebih dekat ke dasar tumpuan semakin mendukung
perpindahan sudut yang lebih banyak sebelum melampaui dasar tumpuan (Hamilton
et al, 2001).
24

II.2.12.1 Hubungan pusat gravitasi (COG), garis gravitasi (LOG) dan bidang
tumpu (BOS)
Ketika terjadi ketidakseimbangan pada muskuloskeletal, maka stress dan
ketegangan otot dapat diminimalkan dan kondisi ini dianggap sebagai postur tubuh
yang tepat. Selain itu, propioseptif juga memiliki peran penting dalam menjaga
keseimbangan. Karena propioseptif dipengaruhi oleh mechanoceptor yang terletak di
otot. Masalah pada otot juga dianggap faktor utama yang mempengaruhi
kesimbangan (Tawakkalni, 2017).
II.2.12.2 Hubungan Forward Head Posture (FHP) dan Center of Gravity (COG)
FHP merupakan salah satu jenis yang paling umum dari kelainan postur yang
umumnya digambarkan dengan posisi kepala berada di anterior garis vertikal dari
pusat gravitasi tubuh (COG). Bergesernya letak COG akan berpengaruh pada garis
gravitasi yang merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat gravitasi
dengan pusat bumi. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam
keadaan seimbang.
Pada FHP terjadi hiperkifosis pada cervical atau fleksi cervical 3 -7 dan
ekstensi cervical 1 – 2, hal ini menyebabkan ketidakseimbangan kerja otot-otot leher
dan otot postural dimana fleksi leher berkontraksi terus-menerus sedangkan ekstensor
leher dan otot postural menjadi lemah (Tawakkalni, 2017).

II.2.13 Penilaian Forward Head Posture Menggunakan Craniovertebrae Angle


Forwrad Head Posture (FHP) adalah ketika kepala berada pada bidang
sagittal yang tidak stabil, dimana tragus lebih maju melewati sendi bahu. Hingga saat
ini, jumlah pasien yang mengalami FHP banyak disebabkan karena penggunaan
perangkat elektronik seperti ponsel dan komputer. FHP berbahaya bagi tubuh
manusia. Bisa mengakibatkan masalah di tulang servikal, juga bisa menjadi penyebab
dari disfungsi sendi tempomandibula, kejadian kifosis toraks, dan penurunan
kapasitas (Lee, 2015).
Ada cukup banyak metode untuk mengevaluasi masalah postur, tetapi metode
obervasi dengan menggunakan penilaian visual dengan penanda anatomi yang
25

disarankan oleh Kendal paling sering digunakan di klinik (Salahdeh et al, 2014). Cara
termudah kedua dan paling sederhana menganalisis FHP adalah menggunakan
metode fotografi (Gadotti dan Biasotto-Gonzalez, 2010). Dilaporkan bahwa metode
ini memiliki tingkat reliabilitas dan validitas yang tinggi (Grimmer Somers et al,
2008). Namun, keakuratannya mungkin berbeda dengan cara yang benar-benar
menggunakan penanda yang diletakkan di tubuh pasien (Rosario et al, 2012).
Sudut yang digunakan untuk menganalisis FHP adalah sudut Craniovertebral
(CVA), sudut posisi kepala (HPA), dan sudut kemiringan kepala (HTA). CVA paling
sering digunakan. Salahzadeh et al (2014) percaya bahwa pengukuran CVA adalah
cara yang lebih baik daripada memeriksa HPA dan HTA untuk membedakan antara
postur leher kepala normal dan FHP berat. Hal tersebut menandakan bahwa CVA
dapat digunakan sebagai indikator yang baik untuk pengukuran FHP (Lee, 2015).

Cara Pengukuran:
Sudut craniovertebral (CVA) mengacu pada derajat FHP dan didefinisikan
sebagai sudut horizontal melalui prosus spinosus C7, dengan garis yang
menghubungkan prosus spinosus C7 dengan tragus. Secara umum, subjek dengan
CVA yang lebih kecil menunjukkan lebih besar indikasi FHP. Dapat dilihat pada
Gambar 1-A.
Sudut kemiringan kepala (HTA: Head Tilt Angel) adalah sudut yang
digunakan untuk mengevaluasi kemiringan kepala dan mewakili posisi fleksi atau
ekstensi servikal atas. Sudut tersebut didefinisikan sebagai sudut antara garis yang
menghubungkan tragus ke canthus dan garis horizontal melewati tragus. HTA yang
lebih besar menunjukkan ekstensi kepala relatif terhadap tulang belakang leher. Dapat
dilihat pada Gambar 1-B.
Sudut bahu (FSA: Forward Shoulder Angle) adalah sudut yang terbentuk di
persimpangan garis antara titik tengah humerus dan proses spinosus C7 dan garis
horizontal melalui titik tengah humerus. Sudut yang lebih kecil menunjukkan bahu
yang relatif maju dalam kaitannya dengan C7. Dapat dilihat pada Gambar 1-C.
26

Sudut posisi kepala (HPA: Head Position Angel) mengevaluasi status


kepala dalam hubungannya dengan trunk dan menunjukkan jarak vertikal antara dagu
dan sternum. Sudut ini didefinisikan sebagai sudut antara tragus manubrium line dan
garis yang memanjang dari titik pusat dagu ke tragus (Gambar 1-D). Sudut posisi
kepala yang lebih besar menunjukkan lebih banyak FHP (Salahzadeh et al, 2014).
Dapat dilihat pada Gambar 1-D (Lee, 2015).

Sumber: Lee, 2015


Gambar 12 Sudut Posisi Kepala

Hasil:
Hasil pengukuran CVA berupa sudut yaitu dikatakan normal apabila leher
yang merupakan bagian paling atas dari kurvatura tulang belakang atau spina
vertebrae, dan pada bidang sagittal membentuk sudut dengan batang tubuh sekitar
49º-59º. Semakin kecil sudut kraniovertebra, maka FHP semakin besar (Winarti,
2012).
27

II.2.14 Penatalaksanaan Nyeri Leher


Kebanyakan kasus nyeri leher menghilang dengan sendirinya tanpa
penanganan berarti atau hilang dengan analgetik ringan. Jika nyeri leher tidak
berakhir setelah tiga bulan atau lebih, ini disebut nyeri leher kronik.
Untuk keluhan nyeri ringan dapat diberika obat anti peradangan non steroid.
Disarankan untuk menghindari duduk lama dengan leher dalam posisi menetap atau
posisi ekstrem dari leher atau kepala, dan aktivitas yang menimbulkan gangguan
leher (Samara, 2007).
28

II.3 Penelitian Terkait


Penelitian terkait dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Penelitian Terkait
No. Nama Peneliti Tahun Judul Persamaan dan Hasil
Perbedaan
1 Audiyah 2017 Hubungan Persamaan: 1. Terdapat
Tawakkalni Antara a. Menilai hubungan
Forward Forward antara
Head Head Posture Forward
Posture Perbedaan: Head Posture
Dengan a. Tidak menilai dengan
Keseimbang durasi lama keseimbangan
-an Dinamis duduk dinamis.
b. Tidak menilai P = 0,001
keseimbangan
dinamis
2 Lusianawaty 2009 Hubungan Persamaan: 1. Terdapat
Tana, Delima, Lama Kerja a. Menilai hubungan
Sulistyowati dan Posisi kejadian nyeri antara lama
Tuminah Kerja leher kerja dengan
Dengan Perbedaan: kejadian nyeri
Keluhan a. Subjek yang leher. P=
Otot Rangka diteliti. 0,009
Leher dan b. Tidak menilai 2. Terdapat
Ekstremitas durasi lama hubungan
Atas Pada duduk . antara posisi
Pekerja c. Tidak menilai badan saat
Garmen forward head bekerja
Perempuan posture (duduk)
di Jakarta dengan
Utara kejadian nyeri
leher.
P= 0,038
3 T. T. W. Chiu, 2002 A study on Persamaan: 1. Terdapat
W. Y. Ku et all the a. Menilai durasi hubungan
Prevalence lama duduk antara nyeri
of and Risk terhadap leher dan
Factors for kejadian nyeri postur kepala
Neck Pain leher selama
Among b. Menilai penggunaan
University pengaruh komputer.
Academic forward head P= 0,02.
Staff in posture
Hong Kong terhadap 2. Terdapat
kejadian nyeri hubungan
leher antara durasi
Perbedaan: lama duduk
a. Subjek yang dengan
diteliti kejadian nyeri
leher.
P= 0,013
29

3. Terdapat
hubungan
antara forward
head posture
dengan
kejadian nyeri
leher.
P= 0,02
4 Jung-Ho Kang, 2011 The Effect Persamaan: 1. Terdapat
M.D., Rae- of The a. Meneiliti hubungan
Young Park, Forward kejadian yang
M.D., Su-Jin Head forward head bermakna
Lee, M.D., Ja- Posture on posture antara
Young Kim, Postural Perbedaan: perubahan
M.D., Seo-Ra Balance in a. Subjek yang sudut pada
Yoon, M.D., Long Time diteliti leher dan
and Kwang-Ik Computer b. Tidak meneliti kejadian
Jung, M.D. Based durasi lama forward head
Worker duduk posture akibat
c. Tidak meneliti penggunaan
penggunaan komputer
computer dalam jangka
sebagai faktor waktu yang
risiko lama.
terjadinya P= 0,057
forward head
posture.
30

II.4 Kerangka Teori

Durasi duduk > 5 IMT Penggunaan laptop


jam/hari >2 jam/hari
Obess >>

Tidak beristirahat
Posisi kepala yang
(berdiri/berjalan)
tidak baik

Kelelahan tulang
Forward head
belakang untuk
posture
menopang tubuh

Kerja otot leher


menjadi lebih berat

Kelelahan otot
bagian leher

Stretching otot yang


berlebihan di sekitar leher
dan pundak

Jenis Kelamin
Merangsang
Wanita risiko > mechanonociceptive
daripada pria

Nyeri leher

Bagan 1. Kerangka Teori


Sumber: Modifikasi Perkeni 2011; Fuad, 2013; Sujaya, 2009; dan Kementrian Kesehatan, 2013

Keterangan :
= Area yang diteliti

= Area yang tidak diteliti


31

II.5 Kerangka Konsep


Variabel Independen Variabel Dependen

Durasi Lama Duduk

Nyeri Leher

Forward Head Posture

Bagan 2. Kerangka Konsep

II.6 Hipotesis
H1 : Terdapat hubungan antara durasi lama duduk dengan kejadian nyeri leher
non spesifik pada mahasiswa FK UPN “Veteran” Jakarta tahun 2018.
H2: Terdapat hubungan antara forward head posture dengan kejadian nyeri
leher non spesifik pada mahasiswa FK UPN “Veteran” Jakarta tahun 2018.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain
potong lintang, yaitu penelitian analitik adalah penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antar variabel (Dahlan, 2016). Survei potong lintang adalah
suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko
dengan efek, dengan cara melalui pendekatan, observasi atau pengumpulan data pada
satu waktu (point time approach) (Notoatmodjo, 2012).

III.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


III.2.1 Lokasi : FK UPN “Veteran” Jakarta
III.2.2 Waktu : Maret - April 2018

III.3 Subjek Penelitian


Seluruh mahasiswa/mahasiswi aktif FK UPN “Veteran” Jakarta yang
memenuhi kriteria.
III.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua mahasiswa/mahasiswi aktif FK
UPN “Veteran” Jakarta.
III.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 136 sampel.
III.3.2.1 Perhitungan Besar Sampel
Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah dengan
menggunakan rumus Uji Korelatif sebagai berikut:

32
33

Keterangan :
n : Jumlah subjek.
Alpha (α) : Kesalahan tipe satu ditetapkan 5%, hipotesis dua arah.
Zα : Nilai standar α = 1,64.
Beta (β) : Kesalahan tipe dua ditetapkan 10%.
Zβ : Nilai standar β = 1,28
r : Koefisien korelasi minimal yang dianggap bermakna
ditetapkan 0,375 yang didapatkan dari penelitian pendahulu
n= 62 x 2
n = 124 ± 10%
n = 136.
III.3.2.2 Kriteria Penelitian
a. Kriteria Inklusi
1) Mahasiswa mahasiswi aktif FK UPN “Veteran” Jakarta Tahun 2018.
b. Kriteria Ekslusi
1) Mahasiswa/mahasiswi yang menderita kelainan anatomi tulang
belakang, penyakit inflamasi, cervical radiculopathy menurut persepsi
responden.
2) Mahasiswa/mahasiswi yang menolak untuk dijadikan sebagai subek
penelitian.

III.4 Metode Pengumpulan Data


Pada penelitian ini dilakukan pengambilan sampel dengan menggunakan
metode probability sampling, dimana peneliti memilih sampel dengan memberikan
34

kesempatan yang sama kepada semua anggota populasi untuk ditetapkan sebagai
anggota sampel. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling.

III.5 Identifikasi Variabel Penelitian


III.5.1 Variabel Bebas
Adapun variable bebas (independent) dalam penelitian ini adalah durasi lama
duduk dan forward head posture.

III.5.2 Variabel Dependen


Adapun variable terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah nyeri leher.

III.6 Definisi Operasional


Definisi operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.
35

Tabel 2 Definisi Operasional Penelitian

Definisi
No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Operasional
Variabel Independen
1. 2-5 jam/hari=
Waktu yang Rendah
1 Durasi 2. >5jam/hari=
dihabiskan oleh Wawancara
Lama Tinggi Ordinal
responden untuk
Duduk (Kamwendo et al,
duduk perhari
1991)

Ketidakseimbang
-an kerja otot-otot
leher dan otot
postural, dimana
terjadi fleksi otot
Forward leher terus- Pengukuran 1. 49º-59º = Normal
Ordinal
2 Head menerus dan Sudut 2. <49º = FHP
Posture menyebabkan Craniovertbra (Winarti, 2012)
melemahnya
esktensor otot
leher dan postural
(Tawakkalni,
2017)

Variabel Dependen

Rasa nyeri yang


meliputi kelainan
Kuesioner 1. 0= Tidak
Nyeri saraf, tendon, otot
1 Nordic Body 2. 1= Ya Ordinal
Leher dan ligament di
Map (Kusmandari,
sekitar leher
(Samara, 2007). Oktaviana, &
Yuliawati, 2014)
36

III.7 Instrumen Penelitian


Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer.
Pengambilan data dilakukan dengan memberikan kuesioner dan penilaian langsung
kepada mahasiswa dan mahasiswi FK UPN “Veteran” Jakarta.
Instrumen penelitian ini data yang diambil menggunakan:
a. Wawancara
Berisikan pertanyaan tentang durasi lama duduk responden perhari.
b. Kuesioner Nordic Body Map
Untuk mengetahui apakah terdapat nyeri di region leher.
c. Pengukuran Sudut Craniovertebra
Mengukur sudut yang dibentuk oleh C7 dan juga tragus untuk mengetahui
derajat forward head posture.

III.8 Teknik Pengumpulan Data


III.8.1 Sumber Data
Data Primer
Merupakan data yang diambil secara langsung, meliputi durasi lama duduk,
forward head posture, dan kejadian nyeri leher.

III.9 Uji Validitas dan Realibilitas


Nordic Body Map paling sering digunakan untuk mengetahui
ketidaknyamanan pada para pekerja, dan kuesioner ini paling sering digunakan
karena sudah terstandarisasi dan tersusun rapi (Kroemer, 2011).
Nordic Body Map telah menjadi instrumen baku dan sudah teruji untuk
mendeteksi nyeri muskuloskeletal dengan nilai sensitifitas berada pada rentang 66-
92% serta nilai spesifitas berada pada rentang 71-88% (Crawford, 2007).
Sudut craniovertebral merupakan salah satu yang paling sering digunakan
unutk mendeteksi kejadian forward head posture. Setelah dilakukan uji validitas dan
reliabilitas sudut craniovertbral mempunyai nilai sensitivitas 92% yang menunjukan
bahwa sudut craniovertebral berguna untuk mengukur subjek dengan atau tanpa
37

forward head posture .Sedangkan unuk nilai reliabilitas pengukuran sudut


craniovertbral dengan teknik foto (0,37) masih berada dibawah pengukuran sudut
craniovertebral dengan teknik radiogrpah (0,83%) (Gadotti, Inae, 2010).

III.10 Protokol Penelitian (Cara Kerja Penelitian)


III.10.1 Pra Penelitian
Mengajukan surat izin kepada FK UPN “Veteran” Jakarta untuk melakukan
penelitian di lingkungan kampus.
III.10.2 Saat Penelitian
Melakukan penentuan kasus, pendataan dan pengkajian kasus yang memenuhi
kriteria penelitian dengan membagikan kuesioner dan melakukan pengukuran sudut
craniovertebral.
III.10.3 Pengolahan Data
Peneliti melakukan tindakan pengolahan data setelah melakukan
pengumpulan data untuk menguji hipotesis dengan menggunakan software Statistical
Product and Service Solution (SPSS). Menurut Dahlan, 2010, pengolahan data terdiri
dari:
a. Editing
Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diperoleh atau
dikumpulkan. Pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah selesai ini dilakukan
terhadap: kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan, relevansi jawaban.
b. Coding
Coding adalah pemberian tanda atau kode-kode tertentu pada kuesioner untuk
memudahkan pengelolaan selanjutnya.
c. Scoring
Scoring adalah memberikan nilai pada setiap pertanyaan untuk menentukan
nilai keseluruhan hasil jawaban respoonden.
d. Data Entry
Entry adalah memasukkan data atau menyimpan data dengan bantuan
program komputer.
38

e. Cleaning
Cleaning adalah pemeriksaan data kembali yang telah di entry untuk
memastikan bawa data telah bersih.
f. Sorting
Sorting adalah mensorting dengan memilih atau mengelompokkan data
menurut jenis yang dikehendaki (klasifikasi data).

III.11 Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat
dan analisis bivariat.
a. Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yang
digunakan dalam penelitian.
b. Analisis Bivariat
Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen
yaitu durasi lama duduk dan forward head posture dengan variabel dependen yaitu
nyeri leher. Dalam penelitian ini, skala pengukuran variabelnya adalah kategorik
tidak berpasangan (ordinal dan ordinal) (Dahlan, 2010).
39

III.12 Alur Penelitian

Perumusan masalah

Menentukan metode penelitian

Menentukan variabel penelitian

Menentukan sumber data, populasi dan sampel

Pelaksanaan sidang proposal


Komisi Penelitian
Etik
Mengajukan surat persetujuan pengambilan data
pada tempat yang dituju

Melakukan penelitian pendahulu

Informed Consent

Pembagian data kuesioner dan pengukuran


langsung

Pengolahan dan analisis data

Hasil dan pembahasan

Kesimpulan

Bagan 3 Alur Penelitian


40

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta.
Penelitian dimulai dari bulan Maret – April 2018 dengan responden seluruh
mahasiswa dan mahasiswi aktif dari angkatan 2014 – 2017. Setelah melakukan
penelitian pendahulu pada 30 responden di dapatkan sampel sebanyak 136 mahasiswa
dan mahasiswi. Sampel yang menjadi responden dalam penelitian ini telah memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi. Selanjutnya akan dilakukan analisis secara univariat dan
bivariat.
IV.1.1 Karakteristik Responden
IV.1.1.1 Distribusi Jenis Kelamin Responden di FK UPN “Veteran” Jakarta
Tahun 2018
Distribusi jenis kelamin responden dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 Distribusi Jenis Kelamin Responden di FK UPN “Veteran”


Jakarta Tahun 2018
Jenis Kelamin n %
Perempuan 118 86.8
Laki-laki 18 13.2
TOTAL 136
Sumber : Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 3 diatas, responden di FK UPN “Veteran” Jakarta tahun


2018 lebih banyak berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 118 responden
(86.8%), sisanya sebanyak 18 responden berjenis kelamin laki-laki (13.2%).
41

IV.1.1.2 Distribusi Indeks Massa Tubuh Responden di FK UPN “Veteran”


Jakarta Tahun 2018
Distribusi indeks massa tubuh responden di FK UPN “Veteran” Jakarta Bulan
Maret – April Tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 Distribusi Indeks Massa Tubuh Responden di FK UPN


“Veteran” Jakarta Tahun 2018
Index Massa Tubuh n %
Underweight 11 8.1
Normoweight 76 55.9
Overweight 23 16.9
Obessitas 26 19.1
TOTAL 136
Sumber : Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 4 di atas, responden di FK UPN “Veteran” Jakarta tahun


2018 memiliki variasi kategori IMT namun yang terbanyak pada responden dengan
kategori IMT Normoweight sebanyak 76 responden (55.9%), sedangkan paling
sedikit responden dengan kategori IMT Underweight yaitu sebanyak 11 responden
(8.1%).

IV.1.2 Hasil Analisis Univariat


IV.1.2.1 Distribusi Frekuensi Durasi Lama Duduk di UPN “Veteran” Jakarta
Distribusi durasi lama duduk responden di FK UPN “Veteran” Jakarta Bulan
Maret – April Tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 5.
42

Tabel 5 Distribusi Durasi Lama Duduk Responden di FK UPN


“Veteran” Jakarta Bulan Maret – April Tahun 2018
Durasi Duduk n %
Rendah (2-5
39 28.7
jam)
Tinggi (>5 jam) 97 71.3
TOTAL 136
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 5 di atas, responden menunjukan durasi lama duduk dengan


frekuensi tinggi paling banyak yaitu 97 responden (71.3%) dan frekuensi duduk
rendah paling sedikit sebanyak 39 responden (28.7%).

IV.1.2.2 Distribusi Frekuensi Kejadian Forward Head Posture di FK UPN


“Veteran” Jakarta Tahun 2018
Distribusi kejadian Forward Head Posture di FK UPN “Veteran” Jakarta
Bulan Maret – April Tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6 Distribusi Kejadian Forward Head Posture di FK UPN


“Veteran” Jakarta Tahun 2018
Forward Head Posture n %
Normal (49º-59º) 25 18.4
FHP (<49º) 111 81.6
TOTAL 136
Sumber: Data Primer, 2018

Berdsarkan tabel 6 di atas, frekuensi responden yang responden yang


mengalami FHP menunjukkan jumlah yang paling banyak yaitu 111 responden
(81.6%), sedangkan responden yang normal atau tidak mengalami FHP hanya
sebanyak 25 responden (18.4%).
43

IV.1.2.3 Distribusi Frekuensi Kejadian Nyeri Leher di FK UPN “Veteran”


Jakarta Tahun 2018
Distribusi kejadian Nyeri Leher di FK UPN “Veteran” Jakarta Bulan Maret –
April Tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7 Distribusi Kejadian Nyeri Leher di FK UPN “Veteran” Jakarta


Tahun 2018
Nyeri Leher n %
Tidak Nyeri Leher 28 20.6
Nyeri Leher 108 79.4
TOTAL 136
Sumber : Data Primer, 2018
Berdasarkan tabel 7 di atas, sebanyak 108 responden (79.4%) paling banyak
menunjukan kejadian nyeri leher, sedangkan responden paling sedikit menunjukan
kejadian normal atau tidak mengalami nyeri leher sebanyak 28 responden (20.6%).

IV. 1.3 Hasil Analisis Bivariat


Analisis Bivariat dalam penelitin ini digunakan untuk mengetahui hubungan
antara durasi lama duduk dan forward head posture dengan kejadian nyeri leher. Uji
yang dilakukan adalah uji Spearman correlation, uji ini dipilih berdasarkan
penggolongan data kategorik dengan skala data ordinal.
IV.1.3.1 Hubungan Durasi Lama Duduk dengan kejadian Nyeri Leher
Hubungan durasi lama duduk dengan nyeri leher dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8 Hubungan Durasi Lama Duduk dengan Nyeri Leher


Nyeri Leher
r 0,15
Durasi Lama Duduk p 0,07
n 136
44

Dari hasil uji non parametrik Spearman antara durasi lama duduk dan nyeri
leher diperoleh sig (p) 0,07 yang menunjukan tidak ada hubungan atau korelasi antara
durasi lama duduk dan nyeri leher.

IV.1.3.2 Hubungan Forward Head Posture dengan nyeri leher


Hubungan forward head posture dengan nyeri leher dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9 Hubungan Forward Head Posture dengan Nyeri Leher


Nyeri
Leher
r 0,583
Forward Head Posture p 0,000
n 136
Dari hasil uji non parametrik Spearman antara forward head posture dan
nyeri leher diperoleh sig (p) 0,000 yang menunjukan adanya hubungan atau korelasi
dengan kekuatan korelasi 0,583 dengan arah korelasi positif. Dengan demikian,
korelasi antara variabel Forward Head Posture dan nyeri leher bersifat lemah, namun
signifikan, dan searah.

IV.2 Pembahasan Hasil Penelitian


IV.2.1 Pembahasan Hasil Analisis Univariat
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Fakultas Kedokteran
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta periode Maret – April 2018,
diketahui sebanyak 118 responden berjenis kelamin perempuan (86.8%). Hasil ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Guez (2002) yang menyatakan bahwa dari
43% populasi yang melaporkan kejadian nyeri leher 48% diantaranya adalah wanita
dan 38% sisanya adalah laki-laki.
Berdasarkan data primer yang diperoleh, diketahui bahwa Indeks Massa
Tubuh responden terbanyak di kategori normoweight yaitu sebanyak 76 responden
(55.9%) berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Viester et al (2013) yang
45

menunjukkan adanya hubungan Indeks Massa Tubuh terhadap gangguan


muskuloskeletal. Hubungan ini terjadi karena pada orang yang memiliki Indeks
Massa Tubuh berlebih memiliki kecenderungan adanya peningkatan tekanan mekanik
akibat gaya gravitasi pada sistem muskuloskeletal mereka, yang dapat berakibat pada
kelelahan sampai terjadinya cedera berupa gangguan muskuloskeletal.
Pada penelitian ini juga didapatkan sebanyak 97 responden memiliki durasi
lama duduk yang tinggi (71.3%), sedangkan 39 responden memiliki durasi duduk
yang rendah (28.7%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chiut et al
(2002), penelitian tersebut menunjukan bahwa durasi duduk lebih dari 5 jam perhari
merupakan faktor risiko yang potensial untuk terjadinya nyeri leher dan menunjukan
adanya hubungan dengan gejala nyeri leher. Selain itu, penelitian oleh Chiu et al
(2002) mengutip penelitian Rossignol et al (1987) melaporkan bahwa pada 1545
pekerja, prevalensi kejadian nyeri leher dan pundak meningkat dengan peningkatan
waktu duduk perhari. Penelitian oleh Purnett (1995) juga menemukan bahwa terdapat
peningkatan risiko mengalami nyeri leher dengan bekerja duduk lebih dari 4 jam
perhari (Chiu et al, 2002). Hasil tersebut didapatkan karena ketika duduk untuk
jangka waktu yang lama dan kemudian bangkit, sejumlah kaskade molekuler terjadi
seperti aktivasi otot dan sistem muskular yang memproses gula darah, trigliserida,
dan kolesterol yang di mediasi oleh insulin. Semua kaskade molekular yang
teraktivasi secara sederhana akan membantu menjaga berat badan. Mekanisme selular
tersebut juga bertanggungjawab untuk mendorong bahan bakar yang diperlukan
kedalam sel dan jika dilakukan secara teatur akan mengurangi risiko diabetes dan
obesitas. Umumnya seseorang akan menopang leher dan kepala ke depan saat bekerja
di komputer. Ini dapat menyebabkan ketegangan pada vertebra servikal bersama
dengan ketidakseimbangan permanen, yang dapat menyebabkan ketegangan leher,
sakit bahu dan punggung (Levine, 2015).
Dilihat dari faktor lain yaitu forward head posture didapatkan hasil penelitian
dari 136 responden yaitu sebanyak 111 responden teridentifikasi mengalami forward
head posture (81.6%), sedangkan hanya sebanyak 25 responden yang tidak
teridentifikasi mengalami forward head posture (18.4%). Hasil ini sesuai dengan
46

penelitian yang dilakukan oleh Tawakkalni (2017), penelitian tersebut mengatakan


bahwa forward head posture mempunyai hubungan yang signifikan dengan
terjadinya keluhan nyeri leher karena dapat menyebabkan cedera pada otot-otot
(skalenus, suboccipital, pectoralis minor, subscapularis, dan pembatas scapula),
tendon, struktur dan ligamen serta menyebabkan perubahan anatomi pada leher yang
menyebabkan ketidakseimbangan kerja pada otot-otot leher sehingga mengganggu
kesehatan. Alasan lain karena forward head posture menyebabkan pemanjangan dan
kelemahan otot-otot leher anterior serta pemendekan otot-otot posterior (otot
trapezius) dan jika terjadi ketidakseimbangan pada otot-otot cervical (dibagi dua
menjadia bagian anterior yaitu otot-otot prevertebralis dan otot hyoid serta bagian
posterior yaitu otot splenius capitis dan group otot suboccipital) yang disebabkan
perubahan alignment pada jangka waktu yang lama, maka otot dan sendi mengalami
beban yang berlebihan sehingga terjadi masalah yang disebabkan oleh forward head
posture kronis (Lee et al, 2015).
Hasil penelitian kepada 136 responden juga menghasilkan data bahwa
sebanyak 108 responden mengalami nyeri leher (79.4%), sedangkan yang
teridentifikasi normal sebanyak 28 responden (20.6%). Sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Lestari (2015) dimana penelitian tersebut mengatakan bahwa terdapat
hubungan nyeri leher pada mahasiswa yang dikaitkan dengan aktivitas individu
seperti penggunaan laptop dalam jangka waktu lama, durasi lama duduk dengan
frekuensi tinggi.

IV.2.2 Pembahasan Hasil Analisis Bivariat


IV.2.2.1 Hubungan Durasi Lama Duduk dan Nyeri Leher
Hasil uji statistik dengan uji korleasi Spearman menunjukan bahwa tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara durasi lama duduk dan kejadian nyeri leher
pada responden mahasiswa dan mahasiswi di FK UPN “Veteran” Jakarta Bulan
Maret – April Tahun 2018 dengan nilai p= 0,07 (nilai p>0,05) dan nilai correlation
Spearman (r) = 0,15 yang menunjukan nilai korelasi yang sangat lemah. Hal ini tidak
sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kamwendo et al (1991),
47

penelitian tersebut menunjukan bahwa durasi duduk lebih dari 5 jam perhari
merupakan faktor risiko yang potensial untuk terjadinya nyeri leher dengan odds ratio
1.49 yang menunjukan adanya hubungan dengan gejala nyeri leher. Selain itu,
penelitian oleh Chiu et al (2002) mengutip dari penelitian oleh Rossignol et al (1987)
melaporkan bahwa pada 1545 pekerja, prevalensi kejadian nyeri leher dan pundak
meningkat dengan peningkatan waktu duduk perhari. Penelitian oleh Purnett (1995)
juga menemukan bahwa terdapat peningkatan risiko mengalami nyeri leher dengan
bekerja duduk lebih dari 4 jam perhari.
Perbedaan hasil yang didapatkan bisa dikarenakan beda nya subjek penelitian,
dimana peneliti terdahulu lebih banyak dilakukan pada pekerja dengan waktu duduk
yang memanjang dan dengan penggunaan laptop ataupun komputer dan juga
menggunakan metode dan waktu penelitian yang berbeda dalam mengukur durasi
lama duduk.

IV.2.2.2 Hubungan Forward Head Posture dan Nyeri Leher


Hasil uji statistik dengan uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara FHP dan nyeri leher pada responden mahasiswa dan
mahasiswi di FK UPN “Veteran” Jakarta tahun 2018 dengan nilai p = 0,000 (nilai
p<0,005) dan nilai correlation Spearman (r) = 0,583 yang menunjukan bahwa
terdapat hubungan namun dengan derajat korelasi yang lemah. Sesuai dengan
penelitian terdahulu, yaitu penelitian yang dilkakukan oleh Chiu et al (2002) di
Hongkong yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara forward head posture
dan nyeri leher dengan p = 0,02.
Hal ini dikarenakan forward head posture meningkatkan beban dari otot
belakang leher dan kelelahan otot mungkin terjadi. Peningkatan beban struktrur non-
kontraktil dan stress abnormal di servikal bagian belakang yang mungkin
menyebabkan nyeri leher (Cailliet, 1990).
48

IV.3 Keterbatasan Penelitian


Penelitian ini telah dilakukan dengan sesuai prosedur, namun terdapat
keterbatasan, diataranya adalah
a. Terdapatnya beberapa faktor, yaitu faktor postur tubuh saat duduk, dan
faktor psikososial yang menjadi faktor risiko terjadinya nyeri leher yang
tidak diteliti pada penelitian ini
b. Faktor jumlah sampel yang terbatas sehinga tidak dapat melihat hubungan
yang lebih signifikan
c. Keterbatasan instrument penelitian untuk mengukur Forwrad Head
Posture sebagai salah satu faktor yang diteliti.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
a. Jumlah responden di FK UPN “Veteran” Jakarta periode Maret – April tahun
2018 dari total 136 responden sebanyak 108 orang diantara nya mengatakan
pernah mengalami nyeri leher (79,4%), sedangkan 28 orang diantaranya tidak
mengeluhkan pernah mengalami nyeri leher (20,6%).
b. Tidak terdapat hubungan yang bermakna / signifikan antara durasi lama
duduk dan nyeri leher pada responden di FK UPN “Veteran” Jakarta periode
Maret – April 2018 (p = 0,07, r = 0,15).
c. Terdapat hubungan yang bermakna / signifikan namun dengan derajat korelasi
yang lemah antara forward head posture dengan nyeri leher pada responden
di FK UPN “Veteran” Jakarta periode Maret – April 2018 (p = 0,000, r =
0,583).

V.2 Saran
V.2.1 Bagi Mahasiswa di Institusi Terkait
a. Bagi mahasiswa di Institusi terkait agar dapat melakukan tindakan
pencegahan terjadinya forward head posture dan nyeri leher dengan
melakukan istirahat sejenak dari duduk dalam jangka waktu yang lama saat
melakukan aktivitas belajar dan juga melakukan gerakan relaksasi otot dan
memperhatikan postur kepala saat membaca atau beraktivitas menggunakan
laptop.

V.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya


a. Penelitian ini dapat dikembangkan menjadi penelitian lanjutan menggunakan
metode lain, seperti cohort retrospective sehingga peneliti dapat mengetahui

49
50

faktor-faktor lain yang meningkatkan kejadian nyeri leher terutama pada


mahasiswa, seperti postur tubuh saat duduk dan beraktivitas menggunakan
laptop ataupun membaca.
b. Penelitiam lanjutan diharapkan dapat meneliti faktor lain yang tidak diteliti
pada penelitian ini, yaitu faktor postur tubuh saat duduk, dan faktor
psikososial yang merupakan faktor risiko lain terjadinya nyeri leher.
c. Penelitian lanjutan diharapkan dapat menggunakan instrument yang berbeda
dalam mengukur derajat forward head posture.
51

DAFTAR PUSTAKA

Alshagga, MA, Nimer, AR, Yan, LP, Ibrahim, IAA , Al-Ghamdi, SS, Al-Dubai, SAR
2013, 'Prevalence and Factors Associated With Neck, Shoulder and Low Back
Pains Among Medical Students in a Malaysian Medical College' BMC Research
Notes, vol.6, no.1, di akses tanggal 3 Maret 2018
https://doi.org/10.1186/1756-0500-6-244

Ariens, GAM, Mechelen, WV, Bongers, PM, Bouter, LM, Wal, GVD 2000, 'Reviews
Physical Risk Factors for Neck Pain', Health, vol.26, no.1, di akses tanggal 29
Mei 2018
http://dare.ubvu.vu.nl/bitstream/handle/1871/22648/263604.pdf?sequence=2

Apriani, I, Puji, L, Trisnawati, E 2013, 'Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Kasir Swalayan Di Kota Pontianak',
Repository, di akses tanggal 28 Mei 2018
http://repository.unmuhpnk.ac.id/264/1/JURNAL.pdf

Berkley, KJ 1997 'Sex Difference In Pain', PubMed, vol.20, no.3, September 1997, di
akses tanggal 10 Maret 2018 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10097000

Binder, AI 2007, 'Cervical Spondylosis and Neck Pain', NCBI, vol.334, no.7592,
Maret 2007, di akses tanggal 15 Desember 2017
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1819511/

Bogduk, N 2011, 'The Anatomy and Pathophysiology of Neck Pain', Physical


Medicine and Rehabilitation Clinics of North America, vol.22, no.3, Maret 2003,
di akses tanggal 29 Mei 2018
https://doi.org/10.1016/j.pmr.2011.03.008

Cailliet, R 1991, Neck and Arm Pain, In: Cailliet R. Soft Tissue Pain and Disability, 2
ed, FA Davis Company, Philadelphia

Chiu, TTW, Ku, WY, Lee, MH, Sum, WK, Wan, MP, Wong, CY, Yuen, CK 2002,
'A Study on the Prevalence of and Risk Factors for Neck Pain Among University
Academic Staff in Hong Kong', Journal of Occupational Rehabilitation, vol.12,
no.2, Juni 2002, di akses tanggal 28 Mei 2018
https://link.springer.com/article/10.1023%2FA%3A1015008513575

Croft, PR, Lewis, M, Papageorgiou, AC, Thomas, E, Jayson, MI, Macfarlane, GJ,
Silman, AJ 2001, 'Risk Factors for Neck Pain: A Longitudinal Study in The
General Population', Elsevier, vol.93, no.3, di akses tanggal 9 Januari 2018
https://pdfs.semanticscholar.org/fbc0/2ddab32b34aa13ead2c82d8391fbbe30acb1
52

.pdf

Dahlan, M 2010, Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran


dan Kesehatan, Sagung Seto, Jakarta

Gadotti, IC 2010, 'Measurement Properties of the Sagittal Craniocervical Posture


Photogrammetry', Doctoral Dissertation, Faculty of Rehabilitation Medicine
University of Alberta, diakses tanggal 29 Mei 2018
https://era.library.ualberta.ca/items/c42cdb0aaf49472e951377fa71aac4a3/view/d
6439202aec744ceb244cdba5c97059a/Gadotti_Inae_Fall%25202010.pdf

Guez, M, Hildingsson, C, Nilsson, M, Toolanen, G 2002, 'The Prevalence of Neck


Pain: A Population-Based Study from Northern Sweden', Acta Orthopaedica
Scandinavica, vol.73, no.4, di akses tanggal 29 Mei 2018
https://doi.org/10.1080/00016470216329

Hamilton, N, Wendi, W, Kathryn, L 2001, Kinesiology: Scientific Basis of Human


Motion 11th edition, Brown & Benchmark, Dubuque, IA

Hansraj, KK 2014 'Assessment of Stresses in the Cervical Spine Caused by Posture


and Position of the Head', vol.25, no.25, di akses tanggal 26 September 2017
https://motamem.org/wp-content/uploads/2016/06/spine-study.pdf

Harman, K, Hubley-Kozey, CL, Butler, H 2005, 'Effectiveness of an Exercise


Program to Improve Forward Head Posture in Normal Adults: A Randomized,
Controlled 10-Week Trial', The Journal of Manual & Manipulative Therapy,
vol.13, no.3, di akses tanggal 29 Mei 2018
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/41489388/Effectiveness_of
_an_Exercise_Program_to_20160123111861yd851z.pdf?AWSAccessKeyId=A
KIAIWOWYYGZ2Y53UL3A&Expires=1535394819&Signature=cZ7CdQaQq
VgWZJLwBw%2B2qFNkL1I%3D&responsecontentdisposition=inline%3B%20
filename%3DEffectiveness_of_an_Exercise_Program_to.pdf

Helmi, ZN 2013, Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Salemba Medika, Jakarta

Huldani 2013, Neck Pain (Nyeri Leher), Fakultas Kedokteran Program Studi Sarjana
Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, di akses tanggal 28 Mei 2018
http://eprints.ulm.ac.id/209/1/HULDANI%20-%20NECK%20PAIN.pdf

Khoirunnisa, N, & Novitasari, RW 2015, 'Assessment Nyeri', Jurnal CDK, vol.42,


no.3, di akses 25 Oktober 2017
http://kalbemed.com/Portals/6/19_226Teknik-Assessment Nyeri.pdf

Kusmindari, CD, Oktaviana, R, Yuliwati, E 2014, 'Desain Dayan Ergonomis untuk


Mengurangi Musculoskeletal Disorder pada Pengrajin Songket dengan
53

Menggunakan Aplikasi Nordic Body Map' : Prosiding seminar nasional


Universitas Bina Drama Palembang, Palembang, di akses tanggal 7 Maret 2018
http://eprints.binadarma.ac.id/2174/1/2.%20bksti7104%20%28Ch%20Desi%20
Kusmindari%2C%20Rina%20Oktaviana%2C%20Erna%20Yuliwati%29%205-
9.pdf

Lee, KJ, Han, HY, Cheon, SH, Park, SH, Yong, MS 2015, 'The Effect of Forward
Head Posture On Muscle Activity During Neck Protraction and Retraction',
Journal of Physical Therapy Science, vol.27, no.3, di akses tanggal 28 April
2018
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4395757/#r7

Lee, HS, Chung, HK, Park, SW 2015, 'The Analysis of Severity of Forward Head
Posture With Observation And Photographic Method', J Korean Social Physical
Medicine, vol.10, no.3, Juli 2015, di akses tanggal 24 Maret 2018
http://kspm.or.kr/files/kspstudy/20151005/1444019411_0.pdf

Lestari, B 2015, 'Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Nyeri Leher pada


Pengguna Laptop', Naskah Publikasi Program S1, Universitas Muhammadiyah
Surakarta di akses tanggal 16 Maret 2017
http://eprints.ums.ac.id/34563/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf

Levine, J 2015, 'Here‟s What Sitting Too Long Does to Your Body' Peak Fitness, di
akses tanggal 20 April 2018
https://fitness.mercola.com/sites/fitness/archive/2015/05/08/sitting-too-long.aspx

Mckenzie, R 1981, 'Classifications Of Mechanical, Capital Physical Therapy' The


McKenzie Institute, di akses tanggal 2 Januari 2018
http://www.capitalpt.com/newsletters/classifications_back-neck pain.pdf

Mitchell, B T 2014, 'Posture and Body Alignment for Health', di akses tanggal 15
Agustus 2017
http://working-well.org/articles/pdf/Posture_Balance.pdf

Morrison, G 2011, 'How Poor Posture Causes Neck Pain', di akses tanggal 20 Januari
2018
https://www.spine-health.com/conditions/neck-pain/how-poor-posture-causes-
neck-pain

Novianti, H 2015, 'Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Kejadian Postural Kifosis
(Postur Membungkuk) Pada Pekerja Buruh Gendong Wanita Di Los Tengah
Pasar Johar Semarang', Jurnal Kesehatan Masyarakat, vol.3, no.1, di akses
tanggal 16 Maret 2017
http://eprints.ums.ac.id/52772/11/NASKAH%20PUBLIKASI%20r.pdf
54

Prayoga, R C 2014, 'Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Cervical Syndrome e.c


Spondylosis C3-6 Di RSUD Dr Moewardi', Naskah Publikasi Program Diploma,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, di akses tanggal 29 Mei 2018
http://eprints.ums.ac.id/30956/11/02_NASKAH_PUBLIKASI.pdf

Salahzadeh, Z, Maroufi, N, Ahmadi, A, Behtash, H, Razmjoo, A, Gohari, M,


Parnianpour, M 2014 'Assessment of forward head posture in females:
Observational and photogrammetric methods' PubMed, vol.27, di akses tanggal
24 Maret 2018
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23963268

Samara, D 2007, 'Nyeri Muskuloskeletal Pada Leher Pekerja Dengan Posisi


Pekerjaan Yang Statis', Universa Medicina, vol.26, no.3, di akses tanggal 16
Agustus 2017
https://www.univmed.org/ejurnal/index.php/medicina/article/view/305

Slosar, P J 2016, 'Neck Pain', Spine Health, di akses tanggal 2 Januari 2018
https://www.spine-health.com/conditions/neck-pain

Szeto, GPY, Straker, L, Raine, S 2002, 'A Field Comparison Of Neck And Shoulder
Postures In Symptomatic And Asymptomatic Office Workers'. Elsevier, vol.33,
no.1, di akses tanggal 5 April 2018
https://doi.org/10.1016/S0003-6870(01)00043-6

Tawakkalni, A 2017, 'Hubungan Antara Forward Head Posture Dengan


Keseimbangan Dinamis', Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Sarjana
Fisioterapi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, di akses tanggal 11 Januari
2018
https://core.ac.uk/download/pdf/148614936.pdf

Victorian Minister for Health, Autralian Government, The dangers of sitting : why
sitting is the new smoking, di akses tanggal 30 September 2017
https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/healthyliving/the-dangers-of-sitting

Viester, L, Verhagen, EALM, Hengel, KMO, Koppes, LLJ, Beek, AJVD, Bongers,
PM 2013, 'The Relation Between Body Mass Index And Musculoskeletal
Symptoms In The Working Population', BMC Musculoskeletal Disorders,
vol.14, no.1, Juli-Agustus 20013, di akses tanggal 29 Mei 2018
https://bmcmusculoskeletdisord.biomedcentral.com/articles/10.1186/1471-2474-
14-238

Yunus, MAS 2015, 'Hubungan Antara Beban Tas Punggung dengan Non Spesific
Neck Pain Pada Mahasiswa PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015',
Fakultas Kedokteran Program Studi Sarjana Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
55

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, di akses tanggal 12 Maret 2017


http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29521/1/Muhammad
%20Alfa%20Septiano%20Yunus-fkik.pdf

Zar, A 2012, 'Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Muskuloskeletal


Pada Upper Limb Extremities Mahasiswa Ketika Proses Belajar Mengajar Di
Kelas Di Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012', Fakultas Kesehatan Masyarakat
Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universita Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, di akses tanggal
28 Januari 2018
http://www.repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25953/1/Abu%2
0Zar-fkik.pdf
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI
Nama : Dea Tasha Meicita Kis Sugianto
Alamat : Jl. Raden Gunawan Gang Anggrek
3 No. 4, Rajabasa.
Bandar Lampung
Telepon : (0721) 774747
HP : 081285860840
Email : deatashaaa@gmail.com
Agama : Islam
Tempat/Tgl Lahir : Bandar Lampung/02 Mei 1995

KELUARGA
Orang Tua
Ayah : Sugianto, SIP
Ibu : Sri Kiswati, SKM, MM.
Saudara
Adik : Ditya Asha Satria Mukti Kis
Sugianto
PENDIDIKAN FORMAL
1999 – 2001 TK Yayasan Perguruan Al-Kautsar, Lampung
2001 – 2007 Sekolah Dasar Yayasan Perguruan Al-Kautsar,
Lampung
2007 – 2010 Sekolah Menengah Pertama Yayasan
Perguruan Al-Kautsar, Lampung
2010 – 2013 Sekolah Menengah Atas Negeri 4, Jakarta

PENDIDIKAN NON FORMAL


2003 – 2008 Bimbingan Lembaga Bahasa LIA, Lampung
2008 – 2009 Bimbingan Belajar Nurul Fikri, Lampung
2009 – 2010 Bimbingan Belajar Ganesha Operation,
Lampung
2010 – 2011 Bimbingan Lembaga Bahasa LIA, Jakarta Pusat
2011 – 2013 Bimbingan Belajar Intens, Jakarta Pusat

PENGALAMAN ORGANISASI
2007 – 2008 Anggota OSIS SMP Al-Kautsar
2015 – 2017 Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jakarta
Lampiran 1
Surat Persetujuan Proposal Penelitian
Lampiran 2
Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 3
Surat Persetujuan Etik (Ethical Approval)
Lampiran 4
Persetujuan Responden Penelitian

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Dea Tasha Meicita Kis Sugianto

NRP : 1410211099

Pekerjaan : Mahasiswa Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta

Alamat : Jl. Raden Gunawan Gang Anggrek 3 No. 4, Rajabasa. Bandar

Lampung.

Bermaksud melakukan penelitian mengenai hubungan durasi lama duduk dan


forward head posture dengan kejadian nyeri leher pada mahasiswa/mahasiswi FK
UPN “Veteran” Jakarta tahun 2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada
atau tidaknya hubungan faktor-faktor penyebab nyeri seperti durasi duduk yang
terlalu lama dan keadaan forward head posture. Penelitian ini dilakukan sebagai
tahap akhir dalam penyelesaian studi S1 di Fakultas Kedokteran Universitas
Pembangunan Nasional „Veteran‟ Jakarta. Penelitian ini diharapkan jauh dari suatu
keadaan yang merugikan baik materiil maupun immateriil. Besar harapan peneliti,
penelitian ini dapat memberikan banyak manfaat bagi semua pihak yang terlibat.
Harapannya, dengan hasil penelitian ini, dapat memberikan informasi kepada
mahasiswa/mahasiswi FK UPN “Veteran” Jakarta agar selanjutnya bias mencegah
terjadinya nyeri leher di tiap individu.
Dalam penelitian ini, berbagai teknik pengambilan data dilakukan dengan
menyebarkan kuesioner dan pemeriksaan langsung (tinggi badan dan berat badan),
dan wawancara. Untuk itu, peneliti meminta kesediaan kepada mahasiswa/mahasiswi
FK UPN “Veteran” Jakarta yang memenuhi kriteria penelitian untuk menjadi subjek
penelitian dalam penelitian ini.
Peneliti sangat menjunjung asas kerahasiaan subjek penelitian. Identitas pribadi
sebagai responden akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan
digunakan untuk penelitian ini. Selain itu, semua pertanyaan yang disampaikan dalam
wawancara ini sesuai dengan tujuan penelitian dan segala informasi yang
disampaikan oleh subjek penelitian adalah murni untuk tujuan penelitian, yaitu
menganalisis hubungan durasi lama duduk dan forward head posture sebagai faktor
resiko terjadinya nyeri leher.
Peneliti tidak akan memaksa apabila pasien menolak untuk terlibat menjadi
subjek penelitian dalam penelitian ini dengan alasan apapun. Selain itu juga tidak ada
sanksi yang diberikan kepada pasien yang menolak untuk berpartisipasi sebagai
subjek penelitian dalam penelitian ini.
Maka dari itu saya memohon kesediaan untuk menandatangani lembar
persetujuan yang saya lampirkan dan memberikan informasi pada data rekam medis
yang saya perlukan untuk kepentingan penelitian. Atas perhatian dan kesediaannya
saya ucapkan terima kasih.

Jakarta, Maret 2018

Peneliti,

Dea Tasha Meicita Kis Sugianto

081285860840
Lampiran 5
Kuesioner Penelitian

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

Judul Penelitian : Hubungan Antara Durasi Lama Duduk Dan Forward Head
Posture Terhadap Kejadian Nyeri Leher Pada Mahasiswa
FK UPN Veteran Jakarta Tahun 2018

Peneliti : Dea Tasha (1410211099)

Nomor Responden : …………………. (diisi oleh peneliti)

Cara Pengisian Kuisioner

1. Mohon lingkari pada pernyataan yang dianggap benar.


2. Mohon isi kuesioner tersebut dengan sejujur-jujurnya dan menjawab seluruh
pertanyaan yang diberikan di dalam kuisioner.

KARATERISTIK RESPONDEN
1. Nama:
2. Usia:
3. Berat Badan: Tinggi Badan:
1. Berapa durasi lama anda duduk selama satu hari? (dalam jam)
a. <2 jam
b. 3 jam
c. 4 jam
d. 5 jam
e. >5 jam

2. NORDIC BODY MAP


Apakah anda pernah merasakan nyeri di bagian yang diberi no 0 dan 1 dalam
6 bulan terakhir?
a. Ya
b. Tidak
Lampiran 6
Data Responden

Nama :

Usia :

Berat Badan :

Tinggi Badan :
Lampiran 7
Dokumentasi Penelitian
Lampiran 8
Hasil Penelitian

A. Hasil Anlisis Univariat

jenis_kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid perempuan 118 86.8 86.8 86.8

laki-laki 18 13.2 13.2 100.0

Total 136 100.0 100.0

IMT

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid underweight 11 8.1 8.1 8.1

normoweight 76 55.9 55.9 64.0

overweight 23 16.9 16.9 80.9

obess 26 19.1 19.1 100.0

Total 136 100.0 100.0

durasi_duduk

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid rendah 39 28.7 28.7 28.7

tinggi 97 71.3 71.3 100.0

Total 136 100.0 100.0


FHP

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid normal 25 18.4 18.4 18.4

identifikasi awal FHP 111 81.6 81.6 100.0

Total 136 100.0 100.0

nyeri_leher

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak nyeri leher 28 20.6 20.6 20.6

nyeri leher 108 79.4 79.4 100.0

Total 136 100.0 100.0


B. Hasil Analisis Bivariat

Correlations

durasi_duduk FHP nyeri_leher

Spearman's rho durasi_duduk Correlation Coefficient 1.000 .450** .153

Sig. (2-tailed) . .000 .076

N 136 136 136

FHP Correlation Coefficient .450** 1.000 .547**

Sig. (2-tailed) .000 . .000

N 136 136 136

nyeri_leher Correlation Coefficient .153 .547** 1.000

Sig. (2-tailed) .076 .000 .

N 136 136 136

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Anda mungkin juga menyukai