Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Terapi Farmakologi pada Pasien Kritis
Farmakologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang obat dan pengaruhnya
terhadap makhluk hidup. Obat merupakan semua zat, baik kimiawi, hewani maupun nabati
yang dalam dosis terterntu (layak) dapat menyembuhkan, mengantarkan atau mencegah
penyakit beserta gejalanya.
2.1.1 Sistem Pernapasan
a. Terapi Efusi Pleura
Efusi pleura bisa disebabkan oleh beberapa jenis penyakit yaitu penyakit yaitu
sebagai berikut.
Etiologi Penatalaksanaan
Penyakit jaringan ikat: Artritis Steroid: umumnya resolusi tercapai
rheumatoid, lupus dalam 2 minggu
Tuberkulosis Obat antituberkulosis
Amebiasis Metronidazole 3x800 mg/hari selama 5-
10 hari, dilanjutkan dioxane furoate
3x500 mg/hari selama 10 hari
Pleural hydatidosis Albendazole 1x400 mg selama 1 bulan
sebelum pembedahan eksisi kista
Pankreatitis Somastostatin + octreotide
Gagal jantung kongestif Diuretik
Hepatic hydrothorax Restriksi Na + diuretik
Empyema Antibiotik + drainase pus
Meigs syndrom Pengangkatan massa ovarium =>
resolusi asites dan efusi pleura dalam 2-
3 minggu
Chylothorax Diet low-fat medium-chain triglyceride
=> diarbsorpsi langsung ke sirkulasi
porta untuk memperbaiki hippvolemia
dan defisiensi protein/elektrolit
Malignant chylothorax Radioterapi dan/atau kemoterapi
Post-traumatic/post-surgery Ligasi (misalnya ductus thoraxicus)
chylothorax
Keganasan Kemoterapi /radioterapi, torakosintesis
berulang untuk evakuasi cairan bila
terus terakumulasi
b. Terapi Hematothoraks
1) Antibiotik Profilaksis
Antibiotik sefalosporin generasi pertama dalam 24 jam pada pasien dengan
kateter interkostal. Namun apabila sudah terjadi empiema maka antibiotik yang
direkomendasikan adalah yang spesifik untuk bakteri Staphylococcus aureus
dan Streptococcus.
2) Terapi Fibrinotik Intrapleural
Fibrinotik yang digunakan adalah Streptokin (250,000 IU), urokinase (100,000
IU atau 250,000 IU) atau tissue plasminogen activator (TPA). Terapi fibrinotik
intrapleura dapat diberikan selama 2-9 hari untuk streptokinase, dan 2-15 hari
untuk urokinase.
c. Terapi Asma
Terapi yang diberikan pada asma adalah oksigenasi dan obat-obatan bronkodilator.
d. Terapi Penumonia
Terapi yang diberikan pada pasien dengan pneumonia adalah antibiotik, misalnya
azithromycin, clarithromycin, levofloxacin, ceftriaxone, penisilin, atau doxycyline.
2.1.2 Sistem Endokrin
2.1.3 Sistem Kardiovaskuler
Terapi farmakologi
1. Bagi penderita GGK yang juga disertai hipertensi : ACE inhibitor
2. Mengatasi anemia pada penderita GGK : hormon eritropoietin
3. Mengurangi penumpukan cairan pada bagian tubuh : Furosemid
4. Pencegahan hipertyroid : Paricalcitol
5. Obat kortikosteroid untuk penderita GGK karena penyakit glomerulonefiritis atau
peradangan unit penyaringan dalam ginjal
a. Glikosida Jantung
Digitalis, salah satu dari obat – obat tertua, dipakai sejak tahun 1200-an, dan sampai kini
masih terus dipakai dalam bentuk yang telah dimurnikan. Digitalis dihasilkan dari tumbuhan
foxglove ungu dan putih, dapat bersifat racun. Pada tahun 1785, William Withering dari
Inggris menggunakan digitalis untuk menyembuhkan ”sakit bengkak”, yaitu edema pada
ekstremitas akibat insufisiensi ginjal dan jantung.
OBAT DOSIS PEMAKAIAN &
PERTIMBANGAN
Digitalis Masa Kerja Cepat
Digoksin (Lanoxin) Dewasa, Oral dosis awal 0,5 – 1  Untuk PJK, aritmia
mg dalam 2 dosis atrial.
Dosis maintenance : 0,125 – 0,5  Denyut nadi yang
mg/hari lambat Menunjukkan
Lansia : 0,125 mg/hari toksisitasdigitalis.
Anak (2-10th) : Oral: 0,02 – 0,04
mg/kg dalam dosis terbagi
Dosis maintenance :
0,012 mg/kg/hari dalam
dosis terbagi 2
Dewasa : IV : sama seperti oral

OBAT DOSIS PEMAKAIAN &


PERTIMBANGAN
Anak : IV : dosis bervariasi

Deslanosid (Cedilanid- Dewasa : IV : 1,2 – 1,6 mg/hari Untuk digitalisasi cepat;


D) dalam dosisterbagi 1- 2 diikuti dengan digoksin
atau digitoksin oral
Digitalis Masa Kerja Panjang
Digitoksin Oral : IV : dosis awal 0,8 – 1,2 untuk PJK.
(Crystodigin) mg/hari,
R : D : PO : 0,05 – 0,3 mg/hari
Inotropik Positif : Bipiridin
Amrinon (Inocor) D : IV : DP : 0,75 mg/kg dalam 2 Untuk PJK jika digoksin
– 3 menit dan diuretik tidak efektif
D : IV : M : 5 – 10 µg/kg/menit
(tidak melampaui 10 mg/kg/hari)

Keterangan :
D : dewasa, A : anak – anak, PO : per oral, IV : intravena, DP : dosis pembebanan (loading
dose/dosis awal), R : dosis rumatan (maintenance dose), t½ : waktu paruh, PJK : penyakit
jantung koroner (istilahnya lebih dikenal gagal jantung kongestif).

b. Antiangina
Obat – obat antiangina dipakai untuk mengobati angina pektoris (nyeri jantung yang
mendadak akibat tidak cukupnya aliran darah karena adanya sumbatan pada arteri koroner.
yang menuju jantung. Angina pektoris adalah kondisi yang paling sering melibatkan iskemia
jaringan di mana obat – obat vasodilator digunakan.

Obat Dosis Pemakaian dan


Pertimbangan
Nitrogliserin
Isosorbid dinitrat D:PO: 5-40 mg 4 kali sehari Untuk mencegah
SL : 2,5-10 mg 4 kali sehari serangan angina,
Tablet Kunyah 5-10 mg , bila tersedia dalam bentuk
perlu tablet, tablet SL, tablet
kunyah. Toleransi dapat
terjadi pada pemakaian
lama.
pada penggunaan awal
pasien dapat mengalami
nyeri kepala,dizziness,
faintness.
Antagonis kalsium
Nifedipin D:PO: 10-30 mg, setiap 6-8 Untuk angina, tekanan
jam, tidak melebihi 180 mg darah harus dipantau
sehari secara ketat, terutama
jika klien menggunakan
nitrat atau penghambat
beta
Beta-bloker
Propranolol D:PO:M:10-20 mg 3 atau merupakan penghambat
3 kali sehari. Dosis beta pertama, tidak lagi
Rumatan 20-60 mg 3 menjadi obat pilihan
atau 4 kali sehari karena resiko
bronkhospasme
Atenolol D:PO: 50-100 mg/hari, Penghambat beta 1 yang
tidak melebihi 200 mg/hari kardioselektif, dapat
dipakai untuk penderita
asma

c. Antidisritmia
Distritmia (aritmia) jantung didefinisikan sebagai setiap penyimpangan frekuensi atau pola
denyut jantung yang normal; termasuk denyut jantung terlalu lambat (bradikardia), terlalu
cepat (takikardia), atau tidak teratur. Istilah disritmia (irama jantung yang terganggu) dan
aritmia (tidak ada irama) seringkali dipakai berganti-ganti, walaupun artinya sedikit berbeda.

Nama Dosis Pertimbangan


Pemakaian
IA : Penghambat Rantai (Natrium) Cepat I
Quinidin Sulfat (Cin- Dewasa, Oral: 200 – 400 mg, 3 a. Untuk disritmia
Quin) atau 4 kali sehari. artium, ventikel
Anak, Oral : 30 mg/kg atau 900 & supraventrikel
mg/m2 dalam dosis terbagi 5 b. Kadar terapeutik
serum : 2
– 6 µg/mL
c. Interaksi obat
: meningkatkan
kerja
digoksin
Prokainamid Dewasa, Oral: 250 – 500 mg, a. Untuk disritmia atrium
(Pronestyl, setiap 4 – 6 jam. Rumatan : dan ventrikel
Procan) 250 mg – 1 g, setiap 6 jam atau b. Mempunyai efek
50 mg/kg dalam dosis terbagi 4 hipotensi yang lebih
ringan daripada
quinidin
c. Pengikatan pada protein
sebanyak 20%. Kadar
terapeutik serum : 4 – 8
µg/mL
Disopiramid (Norpace) D Dewasa, Oral: 100 – 200 mg, a. Untuk disritmia
setiap 6 jam ventrikel
Anak (4-2 th) : Oral : 10 -15 b. dapat menyebabkan
mg/kg dalam dosis ter gejala-gejala
antikolinergik; t½ : 8
jam
c. Kadar terapeutik
serum : 3
– 8 µg/mL
IB : Penghambat Rantai (Natrium) Cepat II
Lidokain (Xylocaine) Dewasa : IV : dosis bervariasi a. Untuk disritmia
ventrikel pada keadaan
gawat
b. Batas terapeutik serum ;
1,5 – 6 µg/mL
Fenitoin (Dilantin) Dewasa : IV : 100 mg, setiap 5 a. Untuk disritmia
– 10 menit sampai disritmia ventrikel akibat digitalis
berhenti; dosis maksimum b. Tidak disetujui oleh
adalah 1000 mg FDA sebagai obat
disritmia
c. Kadar serum <20
mikrogram/mL

Nama Dosis Pertimbangan Pemakaian


Tokainid (Tonocard) Dewasa, Oral : 400 mg, a. Untuk disritmia ventrikel,
setiap 8 jam terutama (KVP) kontraksi
ventrikel prematur
b. Serupa dengan lidokain
kecuali dalam bentuk oral
c. Pengikatan pada protein
sebanyak 15%; t½ : 11 – 15
jam
d. Kadar serum terapeutik : 4
– 10 µg/mL
Meksiletin (Mexitil) Dewasa, Oral : 200 – 400 a. Untuk disritmia ventrikel,
mg, setiap 8 jam tetapi dapat menimbulkan
disritmia ventrikel baru
b. Kategori kehamilan B
Enkadin Dewasa, Oral : 2 mg, setiap a. Untuk disritmia ventrikular,
8 jam; dapat ditingkatkan tapi dapat menyebabkan
sampai 50-75 mg setiap 8 disritmia ventrikular baru
jam b. Kategori kehamilan B
c. Disetujui FDA untuk situasi
yang mengancam jiwa

II. Penghambat Beta


Propranolol (Inderal) Dewasa, Oral : 10 – 30 mg, Untuk disritmia ventrikel,
3 takikardia artial paroksismal,
atau 4 kali sehari (setiap 6 dan denyut ektopik atrium
– 8 jam) dan ventrikel
Bulos IV : 0,5 – 3 mg pada
1 mg/menit
Asebutolol (Sectral) D Dewasa, Oral: 200 mg, a. Terutama untuk kontraksi
b.i.d., dosis dapat ventrikel prematur
dinaikkan secara bertahap b. Penghambat β yang baru
mempengaruhi reseptor β1
pada jantung
c. Kategori kehamilan B
d. Dapat
menyebabkanbradikardia
dan menurunkan
curah jantung
Nama Dosis Pertimbangan
Pemakaian
III : Obat – obat yang Memperpanjang Repolarisasi
Bretilium (Bretylol) Dewasa : IM : 5 – 10 Untuk takikardi dan
mg/kg, setiap 6 – 8 jam fibrilasi ventrikel (untuk
IV : 5 – 10 mg/kg, ulangi mengubah menjadi ritme
dalam 15 menit, tetes IV sinus yang normal)
atau bolus IV
Dipakai jika lidokain dan
prokainamid tidak efektif
Amiodaron Dewasa, Oral: Awal : a. Untuk disritmia
(Cordarone) 400 – 1600 mg/hari ventrikel yang
dalam dosis terbagi mengancam nyawa
Rumatan : 200 – 600 b. Mula – mula dosis lebih
mg/hari besar dan kemudian
diturunkan
c. Kadar serum : 1 – 2,5
µg/mL
IV : Penghambat Rantai (Kalsium) Lambat
Verapamil (Calan) a. Untuk disritmia
Dewasa, Oral: 240 supraventrikel
– 480 mg/hari b. Kadar terapeutik serum :
dalam dosis terbagi 3 80 – 300 ng/mL atau
–4 0,08
IV : 5 – 10 mg IV yang – 0,3 µg/mL
didorong

2.2 Terapi Diet pada Pasien Kritis


2.2.1 Sistem Pernapasan
Nutrisi pada pasien dengan gangguan sistem respirasi, yaitu:
a. Pada pasien dengan gangguan respirasi diberikan makronutrien.
b. Pemberian energi yang berlebihan pada pasien dengan penyakit
pernapasan dapat meningkatkan metabolik rate sehingga
meningkatkan pada konsumsi oksigen dan karbondioksida.
Respiratoty quotient untuk karbohidrat adalah 1. Respiratoty quotient
untuk protein adalah 0,8, dan untuk lemak adalah 0,7. Pada pasien
dengan hiperkapnia diberikan komposisi karbohidrat 25-30% dan lemak
50-55% sedangkan pada pasien tanpa hiperkapnia diberikan komposisi
karbohidrat 50-60% lemak 20-30%, dan protein 15-20%.
2.2.2 Sistem Endokrin
2.2.3 Sitem Kardiovaskuler
Terapi diet :

Diet khusus

1) Mengurangi konsumsi garam


2) Membatasi asupan protein dan kalium dari makanan untuk meringankan ginjal
3) Makanan dengan kadar kalium tinggi, diantaranya adalah pisang, jeruk, kentang,
bayam dan tomat
4) Makanan dengan kadar kalium rendah, antara lain adalah apel, kol, wortel,
buncis, anggur dan stroberi
5) Batasi juga konsumsi minuman beralkohol

Syarat – syarat diet penyakit jantung adalah sebagai berikut:


a. Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal
b. Protein cukup yaitu 0,8g/kg/BB
c. Lemak sedang yaitu 25-30% dari kebutuhan energi total, 10% berasal
dari lemak jenuh, dan 10-15% lemak tidak jenuh
d. Kolestrol rendah, terutama jika disertai dengan dislipidemia
e. Vitamin dan mineral cukup. Hindari penggunaan suplemen kalium, kalsium,
dan magnesium jika tidak dibutuhkan.
f. Natrium rendah, 2-3 g/hari jika disertai hipertensi atau edema
g. Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas
h. Serat cukup untuk menghindari konstipasi.
i. Cairan cukup ± 2liter/hari sesuai dengan kebutuhan
j. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan dalam porsi
kecil
k. Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat diberikan
tambahan berupa makanan enteral, parenteral, atau suplemen gizi.

Jenis Diet dan Indikasi pemberian


a. Diet Jantung I
Diet jantung I diberikan kepada pasien penyakit jantung akut seperti Myocard
Infarct (MCI) atau decompesasio kordis berat. Diet diberikan berupa 1-1,5liter
cairan/hari selama 1-2 hari pertama bila pasien dapat menerimanya. Diet ini
sangat rendah energi dan semua zat gizi, sehingga sebaiknya hanya diberikan
selama 1-3 hari
b. Diet Jantung II
Diet jantung II diberikan dalam bentuk makanan saring atau lunak. Diet
diberikan sebagai perpindahan dari diet jantung I, atau setelah fase akut dapat
diatasi. Jika di sertai hipertensi dan/atau edema, diberikan sebgai diet
jantung II garam Rendah. Diet ini rendah energi, protein, kalsium, dan
tiamin.
c. Diet Jantung III
Diet jantung III diberikan dalam bentuk makanan lunak atau biasa. Diet
diberikan sebagai perpindahan dari Diet Jantung II atau kepada pasien
jantung dengan kondisi yang tidak terlalu berat. Jika di sertai hipertensi
dan/atau edema, diberikan sebgai diet jantung III garam Rendah. Diet ini
rendah energi, protein, kalsium, dan tiamin.

d. Diet Jantung IV
Diet jantung IV diberikan dalam bentuk makanan biasa. Diet ini diberikan
sebagai perpindahan dari diet jantung III atau kepada pasien dengan keadaan
ringan. Jika di sertai hipertensi dan/atau edema, diberikan sebgai diet
jantung IV garam Rendah. Diet ini rendah energi, protein, kalsium, dan tiamin
Bibliography
Muthmainnah. (2018). Farmakologi dan Terapi Diet pada Kasus Kritis.
Banjarmasin: Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIC INDONESIA.2016. FARMAKOLOGI DALAM

KEPERAWATAN.

Anda mungkin juga menyukai