Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DIBETES MELITUS TIPE 2

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Pankreas adalah organ pipih yang terletak dibelakang dan sedikit di bawah
lambung dalam abdomen merupakan kelenjar retroperitoneal dengan panjang
sekitar 12-15 cm (5-6 inchi) dan tebal 2,5 cm (1 inchi). Pankreas berada di
posterior kurvatura mayor lambung. Pankreas terdiri dari kepala, badan, dan ekor
dan biasanya terhubung ke duodenum oleh dua saluran, yaitu duktus Santorini
dan ampula Vateri (lihat Gambar 2.1) (Tortora & Derrickson, 2012).

Gambar 2.1. Anatomi Pankreas dan Saluran-Salurannya

(Sumber: Tortora & Derrickson, 2012: Principles of Anatomy & Physiology, 13th
Edition)

Sebuah penelitian oleh Nirmala (2015) yang bertujuan untuk meninjau


distribusi dan frekuensi sel-sel alfa dan beta yang dilakukan pada 3 ekor musang
luak. Hasil penelitian menunjukkan pulau Langerhans terdistribusi pada seluruh
bagian pankreas dengan frekuensi terbanyak pada bagian cauda. Distribusi dan
frekuensi sel alfa paling banyak ditemukan pada bagian caput, sedangkan
distribusi dan frekuensi sel beta ditemukan paling banyak pada bagian cauda
dengan rasio 1:2,5.

Histologi Pankreas
Pankreas terdiri dari kelompok-kelompok kecil sel epitel kelenjar. Sekitar
99% dari kelompok yang disebut asini (AS-i-n), merupakan bagian eksokrin
organ pancreas. Organ pankreas memiliki 2 fungsi, yaitu fungsi endokrin dan
fungsi eksokrin. Bagian eksokrin dari pankreas berfungsi sebagai sel asinar
pankreas, memproduksi cairan pankreas yang disekresi melalui duktus pankreas
ke dalam usus halus. Sel endokrin dapat ditemukan dalam pulau-pulau
langerhans, yaitu kumpulan kecil sel yang tersebar di seluruh organ (Tortora &
Derrickson, 2012).

Exocrine acinus

Pancreatic islet

Beta cell

Alpha cell

Pancreatic duct

Gambar 2.2. Pulau Langerhans dan Asini Sekitar

(Sumber: Tortora & Derrickson, 2012 : Principles of Anatomy & Physiology 13th
Edition)

Menurut Tortora dan Derrickson (2012), setiap pulau pankreas meliputi empat
jenis sel yang mensekresi hormon :
1. Alpha atau sel A merupakan sekitar 17% dari sel-sel islet pankreas dan
mengeluarkan glukagon (Gloo-ka-gon).
2. Beta atau sel B merupakan sekitar 70% dari sel-sel islet pankreas dan
mensekresi insulin (IN-soo-lin).
3. Delta atau sel D merupakan sekitar 7% dari sel islet pankreas dan
mengeluarkan somatostatin (SO-ma ke-STAT in).
4. Sel F merupakan sisa sel islet pankreas dan mensekresi polipeptida pankreas.
B. DEFINISI

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronik dimana tubuh


tidak dapat memproduksi insulin atau tidak dapat menggunakan insulin secara
efektif. (IDF, 2013)
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan
beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah
(ADA, 2014).

C. ETIOLOGI

a. Obesitas
b. Riwayat Keluarga atau Genetik
c. Faktor Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia 65 tahun)
d. Pola hidup yang tidak sehat
e. Kurangnya aktivitas fisik
f. Hipertensi
g. Alkohol dan Rokok
(Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.)
D. PATOFISIOLOGI

1) Patofisiologi diabetes tipe 2

Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan insulin namun tidak mutlak. Ini
berarti bahwa tubuh tidak mampu memproduksi insulin yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan yang ditandai dengan kurangnya sel beta atau
defisiensi insulin resistensi insulin perifer (ADA, 2014). Resistensi insulin
perifer berarti terjadi kerusakan pada reseptor-reseptor insulin sehingga
menyebabkan insulin menjadi kurang efektif mengantar pesan-pesan
biokimia menuju sel-sel (CDA, 2013).
F. MANIFESTASI KLINIS

Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh penyakit DM diantaranya :


a. Pengeluaran urin berlebihan (Poliuria)
b. Rasa haus (Polidipsia)
c. Rasa lapar (Polifagi)
d. Penurunan berat badan
e. Kelelahan
f. Kesemutan
g. Gatal
h. Pandangan kabur
(PERKENI, 2011).

G. KOMPLIKASI

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan


berbagai macam komplikasi, antara lain :
1. Komplikasi akut

a. Hipoglikemia
b. Ketoasidosis diabetik
c. Sindrom HHNK (koma hiperglikemia hiperosmoler nonketotik)
2. Komplikasi kronik
b. Komplikasi pembuluh darah kecil (mikrovaskuler)

a) Kerusakan retina mata (Retinopati)

b) Kerusakan ginjal (Nefropati diabetik)

c) Kerusakan syaraf (Neuropati diabetik)


c. Komplikasi pembuluh darah besar (makrovaskuler)
a) Penyakit jantung koroner
b) Penyakit serebrovaskuler
c) Darah tepi dan otak
(PERKENI, 2011).
H. PENATALAKSANAAN

1. MEDIS

a. Obat Hipoglikemik Oral


b) Golongaan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
c) Golongan Biguanad /metformin
d) Golongan Inhibitor Alfa Glikosidase

a. Insulin
Insulin merupakan obat tertua untuk diabetes, paling efektif dalam
menurunkan kadar glukosa darah. Bila digunakan dalam dosis adekuat,
insulin dapat menurunkan setiap kadar A1C sampai mendekati target
terapeutik. Tidak seperti obat antihiperglikemik lain, insulin tidak
memiliki dosis maximal. Terapi insulin berkaitan dengan peningkatan
berat badan dan hipoglikemia

2. KEPERAWATAN

a. Diet

Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu yang seimbang


dengan komposisi Idealnya sekitar 68% karbohidrat, 20% lemak dan
12% protein. Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan dan
mencugah agar berat badan ideal dengan cara:
1. Kurangi Kalori
2. Kurangi Lemak
3. Kurangi Karbohidrat komplek
4. Hindari makanan manis
5. Perbanyak konsumsi serat
b. Olahraga dan aktvitas fisik

Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena


membuat insulin bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu
menurunkan berat badan, memperkuat jantung dan mengurangi
stress .Bagi pasien DM melakukan olahraga dengan teratur akan
lebih baik tetapi jangan melakukan olahraga terlalu berat. Lakukan
olahraga teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit
terdiri dari pemanasan 15 menit dan pendinginan 15 menit),
merupakan salah satu cara untuk mencegah DM. Selain itu kegiatan
sehari-hari seperti menyapu, mengepel, berjalan kaki ke pasar,
menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan dan
menghindari aktivitas sedenter misalnya menonton televisi, main
game komputer, dan lainnya.

c. Kontrol Kesehatan
Seseorang harus rutin mengontrol kadar gula darah agar diketahui
nilai kadar gula darah untuk mencegah terjadinya diabetes melitus
supaya ada penanganan yang cepat dan tepat saat terdiagnosa
diabetes mellitus. (PERKENI, 2011)
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Gula darah puasa


Pada pemeriksaan ini pasien harus berpuasa 8-10 jam sebelum pemeriksaan
dilakukan. Nilai normal 70-110 mg/dl.

2. Gula darah sewaktu


Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan pada pasien tanpa perlu diperhatikan
waktu terakhir pasien. Nilai normal <200 mg/dl.

3. Gula darah 2 jam PP (Post Prandial)


Pemeriksaan ini sukar di standarisasi, karena makanan yang dimakan baik
jenis maupun jumlah yang sukar disamakan dan juga sukar diawasi pasien
selama 2 jam untuk tidak makan dan minum lagi, juga selama menunggu
pasien perlu duduk, istirahat yang tenang, dan tidak melakukan kegiatan
jasmani yang berat serta tidak merokok. Untuk pasien yang sama,
pemeriksaan ini bermanfaat untuk memantau DM. Nilai normal <140 mg/dl.
(PERKENI,2011)
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


defisiensi insulin, penurunan intake oral
2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan osmotic dan poliuria
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat penurunan
produksi energi
4. Gangguan Persepsi Sensori : Penglihatan berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa atau insulin
5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan fungsi
neuropati
L. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
a. Riwayat
a) Tinjau kembali kesehatan pasien sebelumnya dan tinjau
kembali indikasi terjadinya penyakit DM.
b) Catat keluhan yang disampaikan oleh pasien dan catat
tanda-tanda vital dari pada pasien.
c) Tinjau kembali kesehatan keluarga yang dapat
mempengaruhi terjadinya penyakit DM.
b. Aktivitas

Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan.

Kram otot, tonus menurun

Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan beraktivitas

Letargi/disorientasi, koma

Penurunan kekuatan otot

c. Istirahat

Gejala : Gangguan tidur/istirahat

Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat

d. Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat hipertensi, MCI, kesemutan pada


ekstremiitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.

Tanda : Takikardia, hipertensi

Nadi yang menurun / tidak ada

Kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata


cekung.

e. Eliminasi

Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia


Rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK
baru/berulang, nyeri tekan abdomen.

Diare.

Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat


berkembang menjadi oliguria/anuria jika terjadi hipovolemia
berat)

Urine berkabut, bau busuk (infeksi)

Abdomen keras, adanya asites

Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare)

f. Makanan/cairan

Gejala : Hilang nafsu makan, mual muntah

Tidak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa/ karbohidrat.

Penurunan berat badan dar periode beberapa hari/minggu.

Haus.

g. Penggunaan diuretik (tiazid)

Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek

Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan


peningkatan gula darah).

Kekakuan/distensi abdomen, muntah

Bau halitosis, bau buah (nafas aseton)

h. Pernapasan

Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa


sputum purulen/tergantung adanya infeksi/tidak.

Tanda : Lapar udara

Batuk dengan/tanpa sputum purulen (infeksi)

Frekuensi pernapasan
II. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik pada pasien diabetes melitus meliputi keadaan umum,


kesadaran, tanda-tanda vital dan head to toe.

b. Pemeriksaan diagnostik
a) Glukosa darah meningkat 200-100 mg/dl atau lebih
b) Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
c) Asam lemak bebas, kadar lipid dan kolesterol meningkat
d) Osmolalitas serum meningkat tetapi biasanya kurang dari
330 mmol /L

c. Elektrolit

1) Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun

2) Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler),


selanjutnya akan menurun.

3) Fosfor : lebih sering menurun

d. Gemoglobin glukolisat

Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang


mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir
dan karenanya sangat bermanfaat dan membedakan DKA dengan
kontrol tidak dekuat versus DKA yang berhubungan dengan
insiden (misalnya ISK baru).

e. Gas darah arteri

Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada


HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis
respiratorik.

f. Trombosit darah

Ht mungkin meningkat (dehidrasi) ; leukositosis,


hemokonsentrasi, merupakan respons terhadap respons atau
infeksi.

g. Ureum/kreatinin

Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan fungsi


ginjal)
h. Amilase darah

Mungkin meningkat yang mengindikjasikan adanya pankreatitis


akut sebagai penyebab DKA.

i. Insulin darah

Mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (pada tipe I) atau


normal sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi
insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen).
Resistensi insulin dpt berkembang sekunder terhadap
pembentukan antibodi (autoantibodi).

j. Urine

Gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin


meningkat.

k. Kultur dan sensitivitas

Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi


pernapasan dan infeksi pada luka
M. PENCEGAHAN

2. Pencegahan Primer
Untuk pencegahan primer harus dikenai faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap timbulnya DM dan upaya untuk menghilangkan faktor-faktor
tersebut. Oleh karena sangat penting dalam pencegahan ini. Sejak dini
hendaknya telah ditanamkan pengertian tentang pentingnya kegiatan jasmani
teratur, pola dan jenis makanan yang sehat menjaga badan agar tidak terlalu
gemuk:, dan risiko merokok bagi kesehatan.

3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya
penyulit dengan tindakan deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak awal
penyakit. Dalam pengelolaan pasien DM, sejak awal sudah harus diwaspadai
dan sedapat mungkin dicegah kemungkinan terjadinya penyulit menahun.
Pilar utama pengelolaan DM meliputi: Penyuluhan, Perencanaan makanan,
Latihan jasmani , Obat berkhasiat hipoglikemik.

4. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut
dan merehabilitasi pasien sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut
menetap. Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin
terkait sangat diperlukan, terutama dirumah sakit rujukan, misalnya para ahli
sesama disiplin ilmu seperti ahli penyakit jantung, mata, rehabilitasi medis,
gizi dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association., 2012. Diagnosis and Classification of Diabetes


Mellitus. Diabetes Care volume 35 Supplement 1 : 64-71.
American Diabetes Association (2014). Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus. Diabetes Care Vol 37, Supplement 1, January 2014.
CDA. Type 2 diabetes-the basics. Canadian Diabetes Association Clinical Practice
Guidelines. 2013.
Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
PERKENI, 2011, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia. PERKENI, Jakarta.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia, PB. PERKENI. Jakarta. 2015

Anda mungkin juga menyukai