Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


HIPERTENSION HEART FAILURE (HHF) DI RUANG PERAWATAN B
RUMAH SAKIT UMUM KALIWATES JEMBER

oleh
Nunung Ratna Sari
NIM 152310101219

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus komprehensif yang dibuat oleh:

Nama : Nunung Ratna Sari


NIM : 152310101219
Judul : LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN HIPERTENSION HEART FAILURE (HHF) DI RUANG
PERAWATAN B RUMAH SAKIT UMUM KALIWATES JEMBER

telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:

Hari :
Tanggal :

Jember, Januari 2018

TIM PEMBIMBING

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

NIP NIK.

DAFTAR ISI
ii
HALAMAN JUDUL............................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
BAB 1. KONSEP TEORI PENYAKIT............................................................................... 1
1.1 Anatomi dan Fisiologi Jantung............................................................................ 1
1.2 Definisi Penyakit.................................................................................................. 3
1.3 Epidemiologi........................................................................................................ 3
1.4 Etiologi................................................................................................................. 3
1.5 Klasifikasi............................................................................................................ 4
1.6 Patofisiologi......................................................................................................... 4
1.7 Manifestasi Klinis................................................................................................ 4
1.8 Pemeriksaan Penunjang....................................................................................... 6
1.9 Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi.......................................... 6
1.10 Clinical Pathway.................................................................................................. 8
BAB 2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN................................................................. 9
2.1 Pengkajian............................................................................................................ 9
2.2 Diagnosa.............................................................................................................. 12
2.3 Intervensi.............................................................................................................. 12
2.4 Discharge Planning.............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 15

iii
BAB 1. KONSEP TEORI PENYAKIT

I.1 Anatomi dan Fisiologi Jantung

Gambar 1. Anatomi jantung manusia


1. Anatomi Jantung
Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung, vaskuler (arteri, vena, kapiler) dan limfatik
(Tarwoto, 2009). Fungsi utama sistem kardiovaskuler adalah menghantarkan darah yang kaya
oksigen ke seluruh tubuh dan memompakan darah dari seluruh tubuh (jaringan) ke sirkulasi
paru untuk dioksigenasi.
a. Jantung
Merupakan organ utama sistem kardiovaskuler, berotot dan berongga, terletak di rongga
toraks bagian mediastirnum, diantara dua paru-paru. Bentuk jantung seperti kerucut
tumpul, pada bagian bawah disebut apeks, letaknya lebih ke kiri dari garis medial, bagian
tepinya pada ruang interkosta V kiri atau kira-kira 9cm dari kiri linea medioclavikularis,
sedangkan bagian atasnya disebut basis terletak agak ke kanan tepatnya pada kosta ke III,
1cm dari tepi lateral sternum. Ukuran jantung kira-kira panjangnya 12cm, lebar 8-9cm dan
tebalnya 6cm. memiliki berat sekitar 200-425gram, pada laki-laki sekitar 310gram, pada
perempuan sekitar 225gram.
b. Lapisan Otot Jantung
Terdapat tiga lapisan jantung, yaitu lapisan bagian luar disebut epikardium, lapisan bagian
tengah disebut miokardium yang tersusun atas otot lurik dan mampu berkontraksi dengan
kuat. Sedangkan lapisan bagian dalam disebut endokardiumyang terdiri dari jaringan
endothelia yang juga melapisi ruang jantung, katup-katup jantung.
c. Selaput Jantung

1
Jantung dilapisi oleh dua membrane untuk mencegah terjadinya trauma juga infeksi, yaitu
pericardium parietal yang tersusun atas jaringan fibrosa dan pericardium visceral.
d. Ruang Jantung
Jantung terbagi atas dua belahan yang dipisahkan oleh otot pemisah yang disebut septum.
Dengan demikian jantung memiliki empat ruangan, yaitu atrium kanan, ventrikel kanan,
atrium kiri, dan ventrikel kiri.
e. Katup Jantung
Jantung memiliki dua jenis katup, yaitu katup atrioventrikuler dan katup semilunar. Katup
jantung tersusun atas endothelium yang dilapisi oleh jaringan fibrosa, sehingga katup dapat
membuka dan menutup karena sifatnya yang fleksibel.
f. Siklus Jantung
Merupakan periode dimanan jantung berkontraksi relaksasi. Satu kali siklus jantung sama
dengan satu periode systole (saat ventrikel berkontraksi) satu periode diastole (saat
ventrikel relaksasi). Normalnya siklus jantung dimulai dengan depolarisasi spontan dari sel
pacemaker dari SA Node berakhir dengan keadaan relaksasi ventrikel.
g. Frekuensi Jantung
Jantung berdenyut dalam satu menit sekitar 60-100 kali atau rata-rata 75 kali per menit.
Jika jantung berdenyut lebih dari 100 kali disebut tachycardia, jika kurang dari 60 kali
disebut bradycardia. Frekuensi denyut jantung dipengaruhi oleh keadaan aktivitas, umur,
jenis kelamin, endokrin, suhu, tekanan darah, kecemasan, stress dan nyeri.
2. Fisiologi Jantung
Sistem kardiovaskuler berfungsi sebagai sistem regulasi melakukan mekanisme yang
bervariasi dalam merespon seluruh aktivitas tubuh (Mutaqqin, 2014). Salah satu contoh
adalah mekanisme meningkatkan suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi, pada
keadaan tertentu darah akan lebih banyak dialirkan pada organ-organ vital seperti jantung,
otak, untuk memelihara sistem sirkulasi organ tersebut.
a. Darah
Komponen darah merupakan alat pembawa (carrier) pada sistem kardiovaskuler, secara
normal volume darah yang berada dalam sirkulasi pada seseorang laki-laki dengan berat
badan 70kg berkisar 8% dari berat badan atau sekitar 5600ml. berdasarkan jumlah tersebut,
sekitar 55% merupakan plasma, volume komponen darah harus memiliki jumlah yang
sesuai dengan rentang yang normal agar sistem kardiovaskuler dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
b. Curah Jantung
Tubuh manusia memiliki berbagai mekanisme kontrol regulasi yang digunakan untuk
meningkatkan suplai darah secara aktif ke jaringan, yaitu dengan meningkatkan jumlah
cairan jantung (cardiac output). Pengaturan curah jantung bergantung pada hasil perkalian
2
denyut jantung (heart rate) dengan volume sekuncup (stroke volume). Curah jantung orang
dewasa adalah antara 4,5-8 liter per menit, peningkatan curah jantung terjadi karena
adanya peningkatan denyut jantung atau volume sekuncup.
c. Denyut Jantung
Denyut jantung normalnya berkisar 70 kali per menit, denyut jantung ini dikontrol sendiri
oleh jantung melalui mekanisme regulasi nodus SA dan sistem purkinje.
d. Tekanan Vena
Kembalinya darah ke jantung disebabkan adanya tekanan gradient, ketika darah dipompa
oleh jantung, tekanan arteri berkisar 120mmHg pada saat sistolik dan 70mmHg pada saat
diastolik.

I.2 Definisi Penyakit


Hipertensi Heart Failure adalah komplikasi penyakit jantung pada pasien hipertensi
yang disebabkan tingginya tekanan darah dan proses aterosklerosis yaitu proses pengerasan
pada pembuluh darah bahkan menjadi plak berupa endapan lemak, kolesterol, trombosit, sel
makrofag, leukosit, kalsium dan produk sampah seluler yang mengganggu aliran darah
jantung ke seluruh tubuh (PAPDI, 2014).
Penyakit jantung hipertensif ditegakkan bila dapat dideteksi hipertrofi ventrikel kiri,
peningkatan bertahap pada pembuluh perifer dan beban akhir ventrikel kiri (Arif Mansjoer,
dkk, 2001 : 441). Decompensasi cordis atau heart failure adalah penurunan fungsi jantung
untuk memompa kebutuhan darah ke seluruh tubuh yang dapat menyebabkan respon sistemik
(Prince, 2005).

I.3 Epidemiologi
Hipertensi merupakan etiologi tersering dari gagal jantung pada individu dengan kulit
hitam di United State. Prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar antara 5-10% sedangkan
tercatat pada tahun 1978 proporsi penyakit jantung hipertensif sekitar 14,3% dan meningkat
menjadi sekitar 39% pada tahun 1985 sebagai penyebab penyakit jantung di Indonesia
(Khalilullah, 2011). Sebanyak 85-90% hipertensi tidak diketahui penyababnya (hipertensi
primer/hipertensi idiopatik/hipertensi esensial) dan hanya sebagian kecil yang dapat
ditetapkan penyebabnya (hipertensi sekunder).

I.4 Etiologi

3
Menurut Mansjoer (2001) dalam Kadavi (2017), terdapat 2 faktor penyebab penyakit
jantung hipertensi yaitu:
1. Peningkatan tekanan darah tidak terkontrol
2. Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan kapiler perunit otot jantung
bila timbul hipertrofi eksentrik

I.5 Klasifikasi
Klasifikasi fungsi gagal jantung menurut New York Heart Association (NYHA) dalam
PAPDI (2000):
Kelas I : Aktifitas fisik sehari-hari tidak menimbulkan sesak
Kelas II : Saat istirahat tidak ada keluhan, aktifitas sehari-hari menimbulkan sesak
nafas/kelelahan
Kelas III : Saat istirahat tak ada keluhan, aktifitas fisik yang kurang ringan dan aktifitas
sehari-hari sudah menimbulkan sesak.
Kelas IV : Saat istirahat sudah timbul sesak

I.6 Patofisiologi
Adapun patofisiologi gagal jantung hipertensi yang dikemukakan oleh PAPDI (2000)
ialah sebagai berikut :
1. Stadium permulaan hipertesi, hipertrofi yang terjadi adalah difus (konsentrik).
Rasio masa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat tanpa perubahan yang
berarti pada funsi pompa efektif ventrikel kiri.
2. Stadium selanjutnya, karena penyakit terus berlanjut, hipertrofi menjadi tidak
teratur, dan akibat terbatasnya aliran darah koroner menjadi eksentrik. Berkurangnya rasio
antara masa dan volume jantung mengakibatkan peningkatan volume diastolik yang
merupakan khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik.
3. Dilanjutkan dengan penurunan secara menyeluruh fungsi pompa yaitu penurunan
ejeksi, peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistolik, peningkatan konsumsi
oksigen otot jantung, serta penurunan efek mekanik pompa jantung.
4. Tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh koroner juga meningkat
sehingga cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan hemodinamik sirkulasi
koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat hipertrofi otot jantung.

I.7 Manifestasi Klinis

4
Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan, gagal jantung di
bagi atas (Kadavi, 2017):
1. Gagal jantung kiri : terjadi dispneu d’effort, fatiq, ortopnea, dispnea noktural proksimal,
batuk
2. Gagal jantung kanan : timbul fatiq, sesak, edemal
3. Gagal jantung campuran : manifestasi antara gagal jantung kanan dan kiri.
Gagal Jantung Kanan Gagal Jantung Kiri
 Oedema/pitting oedema  Lemas/fatique
 Anoreksia/ perut kembung  Berdebar-debar
 Nausea  Sesak nafas (dyspneu d’effort)
 Ascites  Orthopnea
 Jugulare Vein Pressure meningkat  Dyspnea nocturnal paroxismal
 Pulsasi vena jugularis  Pembesaran jantung
 Hepatomegali  Keringat dingin
 Fatique  Takikardia
 Hipertrofi jantung kanan  Kongesti vena pulmonalis
 Irama derap/ gallop ventrikel kanan  Ronchi basah dan wheezing
 Irama derap/ gallop atrium kanan  Terdapat BJ III dan IV (gallop)
 Murmur  Cheynes stokes
 Tanda-tanda penyakit paru kronik
 Hidrothorax
Menurut Ziliwu (2013), dalam menentukan diagnosa gagal jantung kongestif
menggunakan kriteria Framingham, meliputi:
a) Kriteria mayor:
1. Dispnea nokturnal paroksismal atau ortopnea
2. Peningkatan tekanan vena jugularis
3. Ronki basah tidak nyaring
4. Kardiomegali
5. Edema paru akut
6. Irama derap S3 (gallop rhythm)
7. Peningkatan tekanan vena > 16 cm H2O
8. Refluks hepatojugular
b) Kriteria minor:
1. Edema pergelangan kaki
2. Batuk malam hari
3. Dyspneu d’effort
4. Hepatomegali
5. Efusi pleura
6. Kapasitas vital berkurang menjadi 1/3 maksimum
7. Takikardia (> 120x/ menit)
c) Kriteria mayor atau minor:

5
Penurunan berat badan > 4,5 kg dalam 5 hari setelah terapi dengan ditemukan 2 kriteria
mayor atau 1 kriteria mayor ditambah kriteria minor yang ditemukan pada saat bersamaan.

I.8 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Kadavi (2017), berikut merupakan pemeriksaan penunjang gagal jantung:
1. Radiologi
Pada gambar rontgent torak posisi anterior posterior terlihat pembesaran jantung
kekiri,elongasi aorta pada hipertensi yang kronis dan tanda-tanda bendungan pembuluh
paru stadium payah jantung hipertensi
2. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium darah rutin yang diperlukan adalah hematokrit, ureum dan
kreatinin, untuk menilai ruang ginjal. Selain itu juga elektrolit untuk melihat kemungkinan
adanya kelainan hormonal aldosteron.Pemeriksaan laboratorium urinalis juga diperlukan
untuk melihat adanya kelainan pada ginjal.
3. Elektrokardiogram
Tampak tanda-tanda hipertrofi ventrikel kiri dan strain
4. Ekokardiografi
Perubahan-perubahan pada jantung akibat hipertnsi yang dapat dilihat dari ekokardiogram
adalah sebagai berikut
a. Tanda-tanda hipersirkulasi pada stadium dini seperti hiperkinesis dan hipervolemia
b. Hipertrofi yang difus/konsentrik atau yang reguler eksentrik
c. Dilatasi ventrikel yang dapat merupakan tanda-tanda payah jantung serta tekanan akhir
diastolik ventrikel kiri yang meningkat
d. Tanda-tanda iskemia seperti hipokinesis dan pada stadium lanjut adanya dikinetik juga
dapat terlihat pada ekokardiografi

I.9 Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi


1. Penatalaksanaan farmakologi pada hipertensi antara lain:
1) Diuretik seperti tiazid, furosemid, dan spironolaktan digunakan untuk menurunkan
tekanan darah, volume darah, dan curah jantung.
2) Beta blocker seperti atenolol, dan nadolod digunakan untuk menekan sekresi urin.
3) Kalsium antagonis seperti nifedipin, diltiazem, verapamil digunakan untuk menghambat
pengeluaran kalsium, dan dapat menyebabkan vasodilatasi.
4) ACE Inhibitor seperti captopril, isonopril, quinapril digunakan untuk menghambat
perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II.
6
2. Penatalaksaan non farmakologi pada hipertensi diantaranya:
1) Diit rendah lemak
2) Diit rendah garam dapur (tidak lebih dari ¼-1/2 sendok the atau 6gr/hari), soda, baking
powder, natrium benzoate, monosodium glutamate.
3) Hindari makanan daging kambing, buah durian, minuman beralkohol lebih dari 2 gelas
per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan darah.
4) Lakukan olahraga secara teratur sebanyak 30–60 menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu.
5) Hentikan kebiasaan merokok (minum kopi).
6) Menjaga kestabilan BB pada penderita hipertensi dengan memperbanyak asupan
sayuran dan buah-buahan untuk menghindari diabetes dan dislipidemia.
7) Menghindari stress dan gaya hidup yang lebih santai.
8) Pemberian O2 pada kondisi kritis dapat menggunakan rumus :
MV = VTxRR
VT= Volume Tidal, 6-8 ml/kg bb
1. Sistem aliran rendah
 Kateter nasal: aliran 1 – 6 L/mnt, konsentrasi O2 24% – 44%.
 Kanula nasal: aliran 1 – 6 L/mnt, konsentrasi O2 24% – 44%
 Masker sederhana: aliran 5 – 8 L/mnt, konsentrasi O2 40 – 60%
 Masker rebreathing: aliran 8 – 12 L/mnt, konsentrasi O2 60 – 80%
 Masker non rebreathing: aliran 8 – 12 L/mnt, konsentrasi O2 mencapai 99%
2. Sistem aliran tinggi, contoh: masker ventury, aliran udara 4–14 L/mnt dengan
konsentrasi 30 – 55%

7
I.10 Clinical Pathway

Peningkatan Tekanan Darah

Kontraktilitas jantung meningkat

Hipertrofi ventrikekl kiri

Struk volume menrun

Penurunan cardiak output

iskemia

Jantung tidak mampu berkontraksi

ekstremitas Hipertrofi atrium kiri ginjal otak

Metabolisme anaerob Bendungan atrium kiri GFR menurun Tekanan


dan pe dalam vena vaskuler
serebral
ATP menurun Produksi urine meningkat
Asam laktat naik pulmonalis menurun

Fatig / kelelahan Regurgitasi darah ke Retensi air + Na Nyeri akut


paru
Intoleransi aktivitas Gangguan
Edema paru eliminasi

sesak

Gangguan
pertukaran gas

1
BAB 2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
A. Pengkajian Umum
1. Identitas klien meliputi: nama, umur (kelompok umur yang beresiko antara lain :
kelompok umur setelah usia remaja (sering pada usia 30 tahun keatas)), jenis kelamin,
status pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku, tanggal dan jam MRS, nomor
registrasi dan diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Keluhan penderita hipertensi seperti sakit kepala disertai rasa berat ditengkuk, sakit
kepala berdenyut, dan sesak nafas
3. Riwayat Kesehatan sekarang
Klien mengeluh sesak nafas, terjadi peningkatan tekanan darah, batuk dahak kadang
darah, sakit kepala, kelelahan, muntah, pandangan menjadi kabur karena adanya
kerusakan pada mata, otak, jantung dan ginjal. Kadang juga dapat mengalami
penurunan kesadaran dan bahkan koma
4. Riwayat penyakit
Adanya riwayat hipertensi, penggunaan diuretik, riwayat merokok, penyakit ginjal,
obesitas, hiperkolesterol, konsumsi alkohol dan penggunaan obat kontrasepsi diri.
5. Riwayat penyakit keluarga
Terdapat anggota keluarga yang mengalami hipertensi dapat meningkatkan resiko
terjadinya hipertensi
6. Riwayat psiko, sosio
Psiko: Kegelisahan, emosi labil, kecemasan terhadap penyakit ketergantungan dan
kepedihan
Sosio : Sulit berinteraksi karena emosi labil dan marah
B. Pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas/istirahat
Gejala berupa kelemahan, letih, sesak nafas, nyeri kepala. aktifitas yang berlebihan
menyebabkan frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea, dan
sulit tidur karena mengalami nyeri kepala

2. Sirkulasi
Gejala berupa riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler.
Tanda berupa kenaikan TD, takikardi, bunyi jantung murmur, perubahan warna kulit,
suhu dingin.
3. Eliminasi
1
Gejala berupa gangguan pada ginjal saat ini maupun yang lalu menyebabkan konstipasi
dan retensi
4. Makanan dan cairan
Makanan yang disukai berupa makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol, alkohol,
rokok, dan riwayat penggunaan diuretik menyebabkan mual muntah, perubahan berat
badan, edema, dan peningkatan jvp (tekanan vena jugularis).
5. Neurosensori
Gejalanya berupa keluhan pusing dan pening, sakit kepala, gangguan penglihatan,
epistaksis (perdarahan hidung). Tandanya berupa perubahan proses pikir atau ingatan
memori, pola nafas, dan perubahan retinal optik.
6. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala berupa nyeri kepala pada bagian tengkuk, sakit kepala berat, dan nyeri abdomen.
7. Pernafasan
Gejala berupa dispneu pada saat melakukan aktivitas, takipnea, riwayat merokok.
Tandanya berupa penggunaan bantuan alat pernafasan, bunyi nafas tambahan (ronkhi,
mengi), dan sianosis.
C. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : lemah
2) TTV:
Tekanan Darah : tinggi (Normal : 120/80mmHg)
Pernafasan (RR) : abnormal >20 x / menit (Normal : 16-20x/menit)
Denyut nadi (HR): bradikardi > 100 x/menit (Normal : 60-100x/menit)
Suhu tubuh : kadang normal atau tinggi (Normal: 36 ˚C)
3) Kesadaran : Compos Mentis GCS 456
4) Pemeriksaan fisik per system
Berdasarkan sistem – sistem tubuh:
a) B1 (Breathing)
1. Inspeksi
Pada klien hipertensi terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan.
Inspeksi terutama untuk melihat postur bentuk dan kesimetrisan, adanya
peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot interkostalis, sifat dan
irama pernafasan dan frekuensi pernafsan.
2. Palpasi

2
Pada palpasi biasanya kesimetrisan, ekspansi, dan taktil fremitus normal.Namun,
terdapat juga pada pasien asma taktil fremitus menurun disisi yang sakit.
3. Perkusi
Retraksi dada negative, tidak ada nyeri tekan pada adda, tidak ada benjolan pada
dada.
4. Auskultasi
Bunyi nafas tambahan utama terdengar suara sonor pada dada sebelah kiri dan
kanan, tidak ada wheezing.
b) B2 (Blood)
Perawat perlu memonotori dampak hipertensi pada status kardiovaskuler meliputi
keadaan hemodinamik seperti nadi,tekanan darah, dan CRT.
c) B3 (Brain)
Pada saat inspeksi,tingkat kesadarn perlu dikaji. Di samping itu, diperlukan
pemeriksaan GCS untuk menentukan tingkat kesadaran klien apakah compos
mentis,somnolen, atau koma.
d) B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine perlu dilakukan karena berkaitan dengan intake
cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonotor ada tidaknya oligouria, karena hal
tersebut merupakan tanda awal dari syok.
e) B5 (Bowel)
Pengkaji tentang status nutrisi klien meliputi jumlah, frekuensi dan kesulitan-
kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Pada klien dengan hipertensi,sangat
potensial terjadi kekurangan pemenuhan kebutuhan nutrisi,hal ini karena sering
mengalami mual dan pusing sehingga sulit makan, laju metabolisme, serta
kecemasan yang dialami klien.
f) B6 (Bone)
Pada integumen perlu dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan
pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, pendarahan, pruritus,
eksim, dan adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis. Pada rambut, dikaji
warna rambut, kelembapan, dan kusam. Perlu dikaji pula tentang bagaimana tidur
dan istirahat klien yang meliputi berapa lama waktunya.
5) Pemeriksaan fisik
Kepala : Mata anemis, penglihatan berkurang, odem pupil

3
Leher : Sering di dapat bendungan vena jugularis
Dada : Gangguan irama dan otot gerak pernafasan, bunyi jantung galop, bising abdomen
meningkat

2.2 Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay O2
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan cardiac output, kelemahan fisik,
ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen

2.3 Intervensi
Diagnosa NOC NIC
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan - Mempertahankan
dengan peningkatan keperawatan selama 3x24 jam tirah baring selama fase
tekanan vaskuler serebral diharapkan nyeri dapat akut
berkurang. - Berikan tindakan non
Kriteria Hasil: farmakologi untuk
1. Mampu mengontrol nyeri menghilangkan nyeri
2. Melaporkan bahwa nyeri
(massage punggung
berkurang dengan
distraksi)
menggunakan manajemen
- Bantu klien dalam
nyeri
ambulasi sesuai kebutuhan
3. Mampu mengenali nyeri
- Kolaborasi dengan
(skala, frekuensi dan tanda
pemberian analgesik
nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang.
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan - Bantu klien untuk
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 jam mengidentfikasiaktifitas
kelemahan fisik diharapkan klien dapat yang mampu dilakukan
- Bantu klien untuk membuat
melakukan aktivitas secara
jadwal latihan diwaktu
mandiri
luang
Kriteria Hasil:
- Bantu pasien untuk
1. Mampu melakukan aktivitas
mengembangkan motivasi
sehari-hari secara mandiri
diri dan penguatan
2. Tanda-tanda vital normal
- Monitor respon fisik,
4
3. Level kelemahan emosi, sosial, dan spiritual
1.
Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan - Berikan oksigen sesuai
berhubungan dengan keperawatan selama 1 jam indikasi
- Auskultasi bunyi nafas
ketidakseimbangan diharapkan gangguan pertukaran
- Anjurkan pasien untuk
suplay O2 gas dapat teratasi
batuk efektif, nafas dalam
Kriteria Hasil: - Dorong perubahan posisi
1. RR normal (16-20x/mnt) semi fowler
2. Tidak ada pergerakan cuping
hidung
3. Tidak ada tarikan intercostae

2.4 Discharge Planning


1. Minum obat secara teratur sesuai dengan petunjuk yang sudah dianjurkan serta
memperhatikan 5 benar yaitu :
a. Benar nama (orang yang akan minum obat sesuai dengan yang tertera di obat)
b. Benar dosis (dosis yang akan diminum sesuai dengan dosis yang dianjurkan)
c. Benar waktu (waktu pemberian obat sesuai dengan waktu yang dianjurkan)
d. Benar cara masuk (cara minum obat susuai dengan yang dianjurkan)
e. Benar obat (obat yang akan diminum sesuai dengan yang dianjurkan)
2. Rajin mengontrolkan kesehatan pasien kepada tenaga kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas)
setiap kali obat habis.
3. Lakukan aktivitas secara bertahap seperti mandi dengan seka kemudian jika sudah cukup
mampu/kuat baru mandi di kamar mandi.
4. Hiduplah dengan pola hidup sehat :
a. Makan makanan empat sehat lima sempurna tetapi yang mengandung rendah garam dan
rendah kolesterol serta perbanyak makan buah dan sayuran.
b. Rajin berolah raga setiap hari, minimal jalan sehat selama 30 menit sehari
c. Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan yang ideal (cegah kegemukan)
d. Usahakan tidur nyenyak minimal 6 jam sehari agar meredam stress. Atau usahakan tidur
semu (tiduran, tidak bergerak, pejamkan mata, usahakan melepas semua masalah)
e. Meninggalkan kebiasaan lama yang buruk, seperti : merokok, minum-minuman keras,
terlalu banyak pikiran/stress, makan makanan yang asin, minum kopi, dll

5
6
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius


Bulechek, M. Gloria, dkk. 2016. Nursing Intervensin Classification (NIC). Edisi Keenam.
Jakarta: Mocomedia.
Kadavi, M. 2017. Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Hipertensi Heart Failure di
Ruang ICCU RSUD Kabupaten Sidoarjo. Diakses dari [08:44, 1/19/2018] +62 822-
3362-5400: https://www.scribd.com/mobile/document/359294238/HHF. [Sitasi 19
Januari 2017].
Keliat, B. Anna, dkk. 2016. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifiasi 2015-2017. Edisi
Kesepuluh. Jakarta: EGC.
Khalilullah,S. A. 2011. Mekanisme Gagal Jantung Pada Hipertensi Kronis. Aceh: Universitas
Syiah uala Banda Aceh.
Moorhead, Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi Kelima. Jakarta:
Mocomedia.
Nurwulandari. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Ny. K Dengan Hipertensi di Ruang Dahlia
Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto. Diakses dari
https://www.slideshare.net/rezkhadanang/askep-hipertensi-30252300. [Sitasi 15 Januari
2018].
PAPDI. 2000. Congestif Hearth Failure (New York Heart Association (NYHA)). Jakarta. Hal
195-197.
PAPDI. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI : Hipertensi Esensial. Jakarta :
Interna Publishing. Hal. 599-603.
Prince, Sylvia A, et al. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta:
EGC.
Tarwoto. 2009. Anatomi Fisiologi Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:
Transinfomedia
Ziliwu, H.J. 2013. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gagal Jantung (Health Failure/
Decompensatio Cordis). Jurnal diterbitkan: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai