Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN

PENDAHULUAN
TETRALOGI OF FALLOT

DEVI TRIANI KUSNIARTY


319083

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan


Gadar Kritis
LAPORAN PENDAHULUAN

TETRALOGI FALLOT

1. Pengertian
Tetralogi of Fallot (TOF) adalah kelainan jantung kongenital dengan
gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi empat hal yang abnormal
meliputi Defek Septum Ventrikel, Stenosis Pulmonal, Overriding Aorta dan
Hipertrofi Ventrikel Kanan.
Tetralogi of Fallot (TOF) adalah merupakan defek jantung yang
terjadi secara kongenital dimana secara khusus mempunyai empat kelainan
anatomi pada jantungnya. TOF ini adalah merupakan penyebab tersering pada
Cyanotik Heart Defect dan juga pada Blue Baby SyndromE.

Tetralogy of Fallot atau TOF adalah gangguan pada bayi yang disebabkan
oleh kombinasi empat penyakit jantung bawaan saat lahir. TOF memengaruhi
struktur jantung, sehingga menyebabkan darah yang dipompa jantung ke seluruh
tubuh tidak mengandung cukup oksigen. TOF termasuk kondisi langka, terjadi pada
1 dari 2500 kelahiran, dan baru terdeteksi setelah bayi lahir.

Tetralogy of Fallot (TOF) merupakan kelainan jantung bawaan sianotik.


Kelainan yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau
lubang dari bagian infundibulum septum intraventrikular (sekat antara rongga
ventrikel) dengan syarat defek tersebut paling sedikit sama besar dengan lubang
aorta (Yayan A.I, 2010). Sebagai konsekuensinya, didapatkan adanya empat
kelainan anatomi sebagai berikut:
Gambar 1. Jantung normal dan jantung TOF
1. Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga
ventrikel
2. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang keluar
dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan
menimbulkan penyempitan.
3. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri
mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik
kanan.
4. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena
peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal

Pada penyakit (TOF) yang memegang peranan penting adalah defek septum
ventrikel dan stenosis pulmonalis, dengan syarat defek pada ventrikel paling sedikit
sama besar dengan lubang aorta (Yayan A.I, 2010).
2. Anatomi Fisiologi Jantung
Daerah dipertengahan dada diantara kedua paru disebut sebagai
mediastinum. Sebagian besar rongga mediastinum ditempati oleh jantung,
yang terbungkus dalam kantong fibrosa tipis yang disebut perikardium.
Perikardium melindungi permukaan jantung agar dapat berfungsi dengan baik.
Ruangan antara permukaan jantung dan lapisan dalam perikardium berisi
sejumlah kecil cairan, yang melumasi permukaan dan mengurangi gesekan
selama kontraksi otot jantung.
Kamar jantung: sisi kanan dan kiri jantung, masing-masing tersusun
atas dua kamar, atrium dan ventrikel. Dinding yang memisahkan kamar kanan
dan kamar kiri disebut septum. Ventrikel adalah kamar yang menyemburkan
darah ke arteri. Fungsi atrium adalah menampung darah yang datang dari vena
dan bertindak sebagai tempat penimbunan sementara sebelum darah kemudian
dikosongkan ke ventrikel.
Katup jantung memungkinkan darah mengalir hanya satu arah dalam
jantung. katup, yang tersusun atas bilah-bilah jaringan fibrosa, membuka dan
menutup secara pasif sebagai respon terhadap perubahan tekanan darahdan
aliran darah. Ada dua jenis katup : Atrioventrikularis dan semilunaris.
1. Katup Atrioventrikularis. Katup yang memisahkan atrium dan
ventrikel disebut sebagai katup atrioventrikularis. Katup trikuspidalis,
dinamakan demikian karena tersusun atas tiga kuspis atau daun,
memisahkan atrium kanan dan ventrikel kanan. Katup mitral atau
bikuspidalis ( dua kuspis ) terletak diantara atrium dan ventrikel kiri.
2. Katup semilunaris. Katup semilunaris terletak diantara tiap ventrikel
dan arteri yang bersangkutan. Katup anatara ventrikel kanan dan
arteri pulmonalis disebut katup pulmonalis; katup antara ventrikel kiri
dan aorta disebut katup aorta. Katup semilunaris normalnya tersusun
atas tiga kuspis, yang berfungsi dengan baik tanpa otot papilaris dan
korda tendinea.
Arteri Koronaria adalah pembuluh yang menyuplai otot jantung., yang
mempunyai kebutuhan metabolisme tinggi terhadap okesigen dan nutrisi.
Jantung menggunakan 70% sampai 80% oksigen yang dihantarkan melalui;
arteri koronaria; sebagai organ perbandingan, organ lain hanya menggunakan
rata-rata seperempat oksigen yang dihantarkan. Arteri koronaria muncul dari
aorta dekat hulunya di ventrikel kiri. Dinding disisi kiri jantung disuplai
dengan bagian yang lebih banyak melalui arteri koronaria utama kiri, yang
kemudian terpecah menjadi dua cabang besar ke bawah (arteri desendens
anterior sinistra )dan melintang ( arteri sirkumfleksa ) sisi kiri jantung.
Otot Jantung adalah jaringan otot khusus yang menyusun dinding
jantung dinamakan otot jantung. secara mikroskopis, otot jantung mirip otot
serat lurik ( skelet ), yang berada dibawah kontrol kesadaran. Namun secara
fungsional, otot jantung menyerupai otot polos karena sifatnya folunter.
Jantung adalah organ berongga dan berotot yang terletak ditengah
thoraks, dan ia menepati rongga ditengah paru dan diafragma. Beratnya
sekitar 300 g ( 10,6 oz ), meskipun berat dan ukuran dipengaruhi oleh usia,
jenis kelamin, berat badan, beratnya latihan dan kebiasaan fisik dan penyakit
jantung.
Fungsi jantung adalah memompa darah ke jaringan, menyuplai O2 dan
zat nutrisi lain sambil mengangkut CO2 dan sampah hasil metabolisme.
Sebenarnya terdapat dua pompa jantung, yang terletak disebelah kanan dan
kiri. Kerja pompa jantung dijalankan oleh kontraksi dan relaksasi ritmit
dinding otot. Selama kontraksi otot ( sistolik ), kamar jantung menjadi lebih
kecil karena darah disemburkan ke luar. Selama relaksasi otot dinding jantung
(diastolik ) , kamar jantung akan terisi darah sebagai persiapan untuk
penyemburan berikutnya. Jantung dewasa normal akan berdetak sekitar 60 –
80 kali/menit, menyemburkan sekitar 70 ml darah dari kedua ventrikel per
detakan, dan keluaran totalnya sekitar 5 L/menit.

3. Klasifikasi TOF
TOF dibagi dalam 4 derajat :
1. Derajat I : tak sianosis, kemampuan kerja normal
2. Derajat II : sianosis waktu kerja, kemampuan kerja kurang
3. Derajat III : sianosis waktu istirahat. kuku terlihat cembung, saat
beraktifitas sianosis bertambah, ada dispneu.
4. Derjat IV : sianosis dan dispneu istirahat,clubbing fingers.
4. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak
diketahui secara pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen.
Faktor –faktor tersebut antara lain :
1. Faktor endogen
- Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
- Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
- Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
2. Faktor eksogen
- Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau
suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide,
dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin, jamu)
- Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
- Pajanan terhadap sinar -X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut
jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan
lebih dari 90% kasus penyebab adaah multifaktor. Apapun sebabnya,
pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua
kehamilan, oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan
jantung janin sudah selesai.
Tetralogi Fallot dimasukkan ke dalam kelainan jantung sianotik karena
terjadi pemompaan darah yang sedikit mengandung oksigen ke seluruh
tubuh, sehingga terjadi sianosis (kulit berwarna ungu kebiruan) dan sesak
nafas. Mungkin gejala sianotik baru timbul di kemudian hari, dimana bayi
mengalami serangan sianotik karena menyusu atau menangis.
5. Patofisiologi
Karena pada tetralogi fallot terdapat empat macam kelainan jantung yang
bersamaan,
maka:
1. Darah dari aorta berasal dari ventrikel kanan bukan dari kiri, atau dari
sebuah lubang pada septum, seperti terlihat dalam gambar, sehingga
menerima darah dari kedua ventrikel.
2. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari
ventrikel kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal; malah darah
masuk ke aorta.
3. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang
septum ventrikel dan kemudian ke aorta atau langsung ke aorta,
mengaabaikan lubang ini.
4. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke
dalam aorta yang bertekanan tinggi, otot-ototnya akan sangat berkembang,
sehingga terjadi pembesaran ventrikel kanan. Kesulitan fisiologis utama
akibat Tetralogi Fallot adalah karena darah tidak melewati paru
sehinggatidak mengalami oksigenasi. Sebanyak 75% darah vena yang
kembali ke jantung dapat melintas langsung dari ventrikel kanan ke aorta
tanpa mengalami oksigenasi.

6. Phatway
7. Manifestasi Klinnik
Gejala bisa berupa :
a. Sianosis/ kebiruan : sianosis akan muncul saat anak beraktivitas,
makan/menyusu, atau menangis dimana vasodilatasi sistemik
(pelebaran pembuluh darah di seluruh tubuh) muncul dan
menyebabkan peningkatan shunt dari kanan ke kiri (right to left
shunt). Darah yang miskin oksigen akan bercampur dengan darah
yang kaya oksigen dimana percampuran darah tersebut dialirkan
ke seluruh tubuh. Akibatnya jaringan akan kekurangan oksigen
dan menimbulkan gejala kebiruan.terutama pada bibir dan kuku
b. Bayi mengalami kesulitan untuk menyusu
c. Setelah melakukan aktivitas, anak selalu jongkok (squating) untuk
mengurangi hipoksi dengan posisi knee chest
d. Jari tangan clubbing (seperti tabuh genderang karena kulit atau
tulang di sekitar kuku jari tangan membesar)
e. Pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung lambat
f. Sesak napas jika melakukan aktivitas dan kadang disertai kejang
atau pingsan
g. Berat badan bayi tidak bertambah
h. Pada auskultasi terdengar bunyi murmur pada batas kiri sternum
tengah sampai bawah
i. Hipertrofi gingival
j. Vena jugularis terlihat penuh/menonjol
k. Kadang-kadang hepatomegali dengan hepatojugular reflux.
Serangan sianosis dan hipoksia atau yang disebut “blue spell” terjadi
ketika kebutuhan oksigen otak melebihi suplainya. Episode biasanya
terjadi bila anak melakukan aktivitas (misalnya menangis, setelah makan
atau mengedan).
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht)
akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin
dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65%. nilai AGD
menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2),
penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan pH.
b. Radiologis
Sinar-X pada thoraks didapat gambaran penurunan aliran darah pulmonal,
gambaran penurunan aliran darah pulmonal, gambaran khas jantung
tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu boot (boot shape).
- Paru : gambaran pembuluh darah paru sangat berkurang, diameter
pembuluh darah hilus kecil, tampak cekungan pulmonal (karena
a.pulmonalis dan cabang-cabangnya hipoplasi).
- Jantung: arkus aorta 75% di kiri dan 25% di kanan, tampak prominen,
besar jantung normal, apeks jantung agak terangkat ke kranial.
- Kosta : tampak erosi kosta bila ada sirkulasi kolateral.
c. Elektrokardiogram
- Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan.
- Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan, kadang terdapat juga hipertrofi
atrium kanan.
- Pada anak yang sudah besar dijumpai P pulmonal
d. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi
ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis dan penurunan aliran
darah ke paru-paru.
e. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui Defek
Septum Ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronaria dan
mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan
saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan
pulmonalis normal atau rendah.
9. Penatalaksanaan
Pada penderita yang mengalami serangan stenosis maka terapi
ditujukan untuk memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain
dengan cara:
a. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah karena
peningkatan afterload aorta akibat penekukan arteri femoralis. Selain itu
untuk mengurangi aliran darah balik ke jantung (venous).
b. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kgBB SC, IM, atau IV atau dapat pula
diberi Diazepam (Stesolid) per rektal untuk menekan pusat pernafasan dan
mengatasi takipneu.
c. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian di sini tidak begitu tepat
karena permasalahan bukan kerena kekurangan oksigen, tetapi karena
aliran darah ke paru menurun. Dengan usaha di atas diharapkan anak tidak
lagi takipneu, sianosis berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini
tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian :
d. Propanolol 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan
denyut jantung sehingga serangan dapat diatasi. Dosis total dilarutkan
dngan 10 ml cairan dalam spuit, dosis awal/bolus diberikan separuhnya,
bila serangan belum teratasi sisanyadiberikan perlahan dalam 5-10 menit
berikutnya.
e. Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif
dalam penanganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga
dapat meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke paru
bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh tubuh
juga meningkat.
Tindakan Palliative
1. Anastomose Blalock Taussig
Anastomose sub clavia pulmoner dari Blalock–Taussig adalah
intervensi palliative yang umumnya dianjurkan bagi anak yang tidak
sesuai bedah korektif. Arteri subklavia yang berhadapan dengan sisi
lengkung aorta diikat,dibelah dan dianastomosekan ke arteria pulmoner
kolateral. Keuntungan pirau ini adalah kemampuannya membuat pirau
yang sangat kecil,yang tumbuh bersama anak dan kenyataannya mudah
mengangkatnya selama perbaikan definitive. Anastomosis Blalock-
Taussig yang dimodifikasi pada dasarnya sama , namun memakai bahan
prostetik,umumnya politetrafluoroetilen. Dengan pirau ini ukurannya
dapat lebih dikendalikan, dan lebih mudah diangkat karena kebanyakan
seluruh perbaikan tuntas dilakukan pada saat anak masih sangat muda.
Konsekuensi hemodinamik dari pirau Blalockn- Taussig adalah untuk
memungkinkan darah sistemik memasuki sirkulasi pulmoner melalui
arteria subklavia, sehingga meningkatkan aliran darah pulmoner dengan
tekanan rendah, sehingga menghindari kongesti paru. Aliran darah ini
memungkinkan stabilisasi status jantung dan paru sampai anak itu cukup
besar untuk menghadapi pembedahan korektif dengan aman. Sirkulasi
kolateral akan muncul untuk menjamin aliran darah arterial yang memadai
ke lengan,meskipun tekanan darah tidak dapat diukur pada lengan itu
2. Anastomose Waterston-Cooley
Anastomose Waterston – Cooley adalah prosedur paliatif yang
digunakan untuk bayi yang menurunkan aliran darah paru,seperti Tetralogi
Fallot. Prosedur ini merupakan prosedur jantung tertutup,yaitu aorta
desendens posterior secara langsung dijahit pada bagian anterior arteri
pulmoner kanan,membentuk sebuah fistula. Walaupun pirau ini sulit
diangkat selama perbaikan definitive, pirau ini pada umumnya telah
menggantikan cara anastomose Potts-Smith-Gibson, atau Potts, yang
merupakan pirau end to end antara aorta desenden dan arteria pulmoner
kiri, karena secara tehnis paling mudah dilakukan.
Respon hemodinamik yang diharapkan adalah agar darah dari aorta
mengalir ke dalam arteria pulmoner , dan dengan demikian meningkatkan
aliran darah pulmoner. Prosedur ini akan mengurangi terjadinya
anoksia,sianosis,dan jari tabuh. Dalam prosedur ini dihasilkan murmur
yang mirip dengan bunyi mesin.
Perbaikan definitive
Dulu perbaikan tuntas Tetralogi of fallot ditunda pelaksanaanya
sampai anak memasuki masa usia prasekolah,tetapi sekarang perbaikan
tersebut dapat dengan aman dapat dikerjakan pada anak-anak yang berusia
1 dan 2 tahun. Indikasi untuk pembedahan pada usia yang sangat muda
ini adalah polisitemia berat ( haematokrit diatas 60% )
,hypersianosis,hypoksia dan penurunan kualitas hidup. Pada operasi
tersebut dibuat insisi sternotomi median,dan bypass
kardiopulmoner,dengan hypothermia profunda pada beberapa bayi. Jika
sebelumnya telah terpasang pirau,pirau tersebut harus diangkat. Kecuali
jika perbaikan ini tidak dapat dilakukan melalui atrium kanan,hendaknya
dihindari ventrikulotomi kanan karena berpotensi mengganggu fungsi
ventrikel. Obstruksi aliran keluar dari ventrikel kanan dihilangkan dan
dilebarkan,menggunakan dakron dengan dukungan perikard. Hindari
insufisiensi paru. Katub pulmoner diinsisi. Defek septum ventrikuli
ditutup dengan tambahan Dacron untuk melengkapi pembedahan. Pada
kasus obstruksi saluran keluar ventrikel kanan, dpaat dipasang sebuah
pipa.
10. Komplikasi
Penderita dengan TF sebelum perbaikan rentan terhadap beberapa
komplikasi yang serius:
1. Trombosis otak, biasanya terjadi pada vena serebralis atau sinus dura
dan kadang-kadang pada arteri serebralis, lebih sering bila ada
polisitemia berat. Paling sering terjadi pada penderita di bawah 2
tahun.
2. Abses otak, lebih jarang daripada kejadian-kejadian vaskuler otak.
Penderita biasanya di atas 2 tahun. Terdapat kenaikan tekanan
intrakranial.
3. Endokarditis bakterialis, terjadi pada penderita yang tidak dioperasi
pada infundibulum ventrikel kanan atau pada katup pulmonal, katup
aorta dan jarang pada katup trikuspid.
4. Gagal jantung kongestif, adalah tanda biasa pada orang-orang dengan
tetralogi fallot. Namun, tanda ini dapat terjadi pada bayi muda dengan
TF ”merah” atau asianotik. Karena derajat penyumbatan pulmonal
memburuk bila semakin tua.
11. Pencegahan
Langkah pencegahan untuk penyakit jantung kongenital ini sebenarnya
tidak diketahui tetapi langkah untukk berjaga-jaga bisa diambil untuk
mengurangi risiko mendapat bayi yang mengidap masalah jantung, yaitu:
1. Sebelum mengandung seseorang wanita itu perlu memastikan ia telah
mendapatkan imunisasi rubella.
2. Jangan merokok, minum alkohol, dan menyalahgunakan obat-obatan.
3. Ibu-ibu yang mengalami penyakit kronik seperti Diabetes,
Fenilketonuria (PKU), epilepsi dan kecacatan jantung perlu
mengunjungi dokter sebelum hamil.
Persatuan Jantung Amerika (AHA) mencadangkan pemberian
antibiotik pencegahan (prophylaxis) kepada anak-anak yang
menghidap endokarditis bakterialis apabila mereka menjalani:
1. Pembedahan tonsil dan adenoid.
2. Pembedahan gastrointestinal, saluran reproduksi dan saluran kemih.
3. Ampicillin 50mg/kg (maksimal 2 g) bersama gentamicin 2 mg
(maksimal 80 mg) diberi 30 menit sebelum dilakukan prosedur
berkenaan. Dan hendaknya diulang 6 jam kemudian bagi kedua obat
tersebut. Obat ulangan itu boleh diganti dengan Amoxicillin 25 mg
(maksimal 1.5 g) bagi penderita dengan resiko rendah

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien : Nama, Usia (Menjelang usia 2-3 bulan pembentukan
jari-jari tabuh pada tangan dan kaki akan tampak. Pada usia tahun
pertama, sianosis akan terjadi dan nampak paling menonjol. biasanya
muncul pada umur 5 tahun ke atas), Jenis Kelamin
2. Identitas Orangtua: Nama Ayah/Ibu, Usia, Pendidikan (Pendidikan yang
rendah pada orangtua mengakibatkan kurangnya pengetahuan terhadap
penyakit anak), Pekerjaan (Biasanya ibu hamil yang bekerja di pabrik-
pabrik kimia cernderung mempengaruhi kesehatan anak dalam
kandungan)
3. Keluhan
Menanyakan dan melihat keluhan apa saja yang diungkapkan pasien atau
orangtua pasien, baik secara verbal maupun nonverbal. Keluhan utama
tidak selalu merupakan keluhan yang pertama disampaikan. Tetapi
keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat.
4. Riwayat kehamilan ibu
Ditanyakan keadaan kesehatan ibu selama hamil, ada atau tidaknya
penyakit, serta apa upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit
tersebut. Melakukan pemeriksaan kehamilan atau tidak, bila ya berapa kali
seminggu dan kepada siapa (dukun, bidan atau dokter), obat-obat yang
diminum pada trisemester pertama. Infeksi beberapa jenis virus, misalnya
virus Toksoplasma, Rubela, Cytomegalovirus dan HerpeS simpleks,
maupun HIV (TORCH). (Abdul, 2000; 13).
5. Riwayat penyakit sekarang
Mengumpulkan data kronologi/ awal terjadinya penyakit. Pada penderita
TF, biasanya diawali dengan gejala sianosis, dispneu, pertumbuhan dan
perkembangan abnormal, bising sistolik, dan murmur.
6. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit TF diderita oleh anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit
jantung bawaan, adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti ; DM,
hipertensi,kelainan bawaan jantung, ibu menderita penyakit infeksi
rubella, atau pajanan terhadap sinar X.
7. Riwayat tumbuh kembang
Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena
fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari
kondisi penyakit. Tinggi badan dan keadaan gizi biasanya berada di
bawah rata-rataserta otot-otot dari jaringan subkutan terlihat kendur dan
lunak dan masa pubertas juga terlambat.
8. Data psikososial
Mekanisme koping anak/ keluarga, Pengalaman hospitalisasi
sebelumnya.
9. Pemenuhan kebutuhan dasar (di rumah dan di Rumah Sakit)
a. Nutrisi, cairan dan elektrolit
Pada bayi perlu diketahui susu apa yang diberikan : air susu ibu (ASI)
atau pengganti air susu ibu (PASI), ataukah keduanya. Bila ASI
apakah diberikan secara eksklusif atau tidak. (Abdul, 2000; 13).
b. Hygene perseorangan :Bagaimana cara perawatan diri pada anak
khususnya pada gigi geligi.
c. Eliminasi : Biasanya pada penderita tetralogi fallot terjadi penurunan
haluaran urine.
d. Aktivitas dan istirahat tidur : Anak akan sering Squatting (jongkok)
setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak akan
berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali.
10. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum : Anak terlihat biru, terutama pada bagian wajah dan
ektremitas atas/bawah, terlihat clubbing finger
- TTV :
a. Nadi : laju nadi pada TF biasanya bradikardia, iramanya disritmia
pada keadaan ini denyut nadi teraba lebih cepat pada waktu
inspirasi dan lebih lambat pada waktu ekspirasi
b. Tekanan darah : tekanan darah biasanya menurun karena akibat
dari sirkulasi udara yang mengalami hambatan oleh hipertrofi
ventrikel kanan.
c. Pernapasan : pada penderita TF anak akan mengalami dispneu bila
melakukan aktivitas fisik, yang dapat disertai juga sianosis dan
takipneu. perlu diperhatikan apakah distres terjadi terutama pada
inspirasi atau ekspirasi.
d. Suhu : pada TF normal (36oC-37,5oC)
e. Berat badan : pada bayi TF usia 9 bulan berat badan tidak
mengalami pertumbuhan.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi


ventilasi.
2. Penurunan cardiac output berhubungan dengan penurunan kontraktilitas
jantung, perubahan tekanan jantung.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dengan kebutuhan.
4. Kurang pengetahuan mengenai penatalaksanaan terapi dan perawatan b/d
misinterpretasi informasi.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1. Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi, kecepatan
pertukaran gas tindakan keperawatan dan kedalaman pernafasan.
berhubungan selama, gangguan 2. Catat kesimetrisan
dengan pertukaran gas pasien pergerakan dada,
ketidakseimban teratasi. penggunaan otot
gan perfusi tambahan, dan retraksi
ventilasi otot intercostal.
3. Observasi status mental
atau tingkat kesadaran
pasien.
4. Lakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital.
5. Pantau saturasi O2
6. Observasi adanya
sianosis terutama di
mukosa mulut.
7. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi.
8. Kolaborasi pemberian
oksigen sesuai indikasi.
9. Kolaborasi pemberian
bronkodilator dengan
nebulaizer.

2 Penurunan Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda vital


2. Cardiac Output tindakan keperawatan 2. Informasikan dan
berhubungan terjadi peningkatan curah anjurkan tentang
dengan jantung sehingga keadaan pentingnya istirahat yang
penurunan normal. adekuat.
kontraktilitas 3. Berikan oksigen
jantung, tambahan dengan kanula
perubahan nasal / masker sesuai
tekanan indikasi
jantung. 4. Kaji kulit terhadap pucat
dan sianosis
5. Kaji perubahan pada
sensori, contoh letargi,
bingung disorientasi
cemas
6. Secara kolaborasi,
berikan tindakan
farmakologis berupa
digitalis, digoxin.

3. Intoleransi Setelah dilakukan 1. Observasi


aktivitas tindakan keperawatan, keterbatasan klien dalam
berhubungan pasien bertoleransi melakukan aktivitas.
dengan terhadap aktivitas. 2. Kaji faktor yang
ketidakseimban menyebabkan kelelahan.
gan antara 3. Monitor respon
suplai oksigen kardiovaskuler terhadap
dengan aktivitas (takikardi, sesak
kebutuhan. nafas, diaporesis, pucat).
4. Monitor pola tidur
dan lamanya tidak
5. Bantu klien untuk
mengidetifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan.
6. Memotivasi klien
untuk meningkatkan
aktivitas sesuai dengan
kemampuan.
DAFTAR PUSTAKA

Akhyar, Israr Y.2010.Tetralogy Fallot.Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Riau

Harimurti M. Ganesha.2001. Tetralogi Fallot dalam Buku Ajar Kardiologi. Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Penerbit Gaya Baru.

Hassan R, Dr, dkk,2002. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak, Cetakan ke 10, Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FK-UI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Panggabean Marulam M. dan S. Harun.2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
Ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses Penyakit Edisi 4.


Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai