OLEH :
KELOMPOK 1
Dian Zultriani
Gusneli
Luluk Setiawan
Leni Hustika Maas
Rita Susiana
Silvi Yunita
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena dengan rahmat
dan pertolongan-Nya tugas seminar siklus keperawatan Anak ini dapat diselesaikan
dengan penuh kemudahan. Dalam menyelesaikan tugas ini penulis mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, jadi pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya pada semua pihak yang membantu baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan. oleh sebab itu
kritik dan saran yang bersifat membangun akan diterima dengan senang hati dan penuli
berharap tugas ini bermanfaat bagi siapapun. Terima kasih.
Penulis
BAB I
2
PENDAHULUAN
3
permukaan laut, sedangkan kasus - kasus dengue ringan (demam dengue dan silent
dengue infection) merupakan dasar gunung es. Di perkirakan untuk setiap kasus
renjatan yang dijumpai di Rumah sakit, telah terjadi 150 200 kasus silent dengue
infection.
Demam dengue adalah demam virus akut yang di sertai sakit kepala, nyeri
otot, sendi dan tulang, penurunan jumlah sel darah putih dan ruam-ruam.
Demam berdarah dengue/dengue hemorrhagic fever (DHF) adalah demam
dengue yang di sertai pembesaran hati dan manifestasi perdarahan.
Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien
jatuh dalam syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. Keadaan ini di sebut
dengue shock syndrome (DSS).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas akhir pada siklus keperwatan anak.
1.2.2 Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat memahami konsep dasar penyakit DHF pada anak
b. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian keperawatan anak dengan DHF
c. Mahasiswa dapat merumuskan diagnosa keperawatan anak dengan DHF
d. Mahasiswa dapat membuat rencana keperawatan anak dengan DHF
e. Mahasiswa dapat melaksanakan implementasi keperawatan anak dengan
DHF
f. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi asuhan keperawatan anak dengan
DHF
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
4
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan
oleh Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. (Ngastiyah, 2007 ; 341).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada
anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri
sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong
arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes
aegepty (betina) (Seoparman , 2001).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam
tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (Christantie
Efendy,2006)
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty dan
beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya
dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).
Sehingga DHF atau yang dikenal dengan istilah demam berdarah dapat
disimpulkan dengan penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro
podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes
Albopictus dan Aedes Aegepty).
2.1.2 Anatomi Fisiologi
Darah merupakan salah satu komponen penting Yang ada di dalam tubuh
manusia. Sebab darah berfungsi, mengalirkan zat zat atau nutrisi yang di
butuhkan tubuh, kemudian mengalirkan karbondioksida hasil metabolisme
untuk di buang. ada empat fungsi utama darah, yaitu memberikan suplai
oksigen keseluruh jaringan tubuh, membawa nutrisi, membersihkan sisa-sisa
metabolisme dan membawa zat antibody.
Komposisi darah
Darah kita mengandung beberapa jenis sel yang yang tersangkut di
dalam cairan kuning yang disebut plasma darah. Plasma darah tersusun atas
90% air yang mengandung sari makanan, protein, hormone, dan endapan
kotoran selain sel-sel darah.
5
Ada 3 jenis sel darah yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit) dan keeping darah (trombosit).Sel darah merah dan sel darah putih
di sebut juga korpuskel
1. Sel darah merah
Sel darah merah berbentuk piringan pipih yang menyerupai
donat. 45% darah tersusun atas sel darah merah yang di hasilkan di
sumsum tulang. Dalam setiap 1 cm kubik darah terdapat 5,5 juta sel.
Jumlah sel darah merah yang diproduksi setiap hari mencapai 200.000
biliun, rata-rata umurnya hanya 120 hari. Semakin tua semakin rapuh,
kehilangan bentuk dan ukurannya menyusun menjadi sepertiga ukuran
mula-mula.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang kaya akan zat
besi. Warnanya yang merah cerah disebabkan oleh oksigen yang di
serap dari paru-paru. Pada saat darah mengalir ke seluruh tubuh,
hemoglobin melepaskan oksigen ke sel dan mengikat karbondioksida.
Sel darah merah yang tua akhirnya akan pecah menjadi partikel-
partikel kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian besar sel yang tua
dihancurkan oleh limpa dan yang lolos dihancurkan oleh hati. Hati
mentimpan kandungan zat besi dari hemoglobin yang kemudian di
angkut oleh darah ke sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah
yang baru. Persediaan sel darah merah di dalam tubuh diperbarui setiap
empat bulan sekali.
2. Sel darah putih
Sel darah putih jauh lebih besar dari pada sel darah merah
jumlahnya dalam setiap 13 darah adalah 4000-10.000 sel. Tidak seperti
sel darah merah, sel darah putih memiliki inti (nucleus). Sebagian sel
darah putih bisa bergerak di dalam aliran darah, membuatnya dapat
melaksanakan tugas sebagai system ketahanan tubuh.
Sel darah putih adalah bagian dari sistem ketahanan tubuh yang
penting. Sel darah putih yang terbanyak adalah neutrofil (+60%).
Tugasnya adalah memerangi bakteri pembawa penyakit yang memasuki
tubuh. Mula mula bakteri dikepung, lalu butir-butir didalam sel segera
6
melepaskan zat kimia untuk menghancurkan dan mencegah bakteri
berkembang biak.
Sel darah putih mengandung +5% eosinofil. Fungsinya adalah
memerangi bakteri, mengatur pelepasan zat kimia saat pertempuran,
dan membuang sisa-sisa sel yang rusak.
Basofil yang menyusun 1% sel darah putih, melepaskan zat untuk
mencegah terjadinya penggumpalan darah di dalam pembuluhnya. 20
s\d 30% kadungan sel darah putih adalah trombosit. Tugasnya adalah
menghasilkan antibody, suatu protein yang membantu tubuh memerangi
penyakit.
Monosit bertugas mengepung bakteri. Kira-kira ada 5 sampai 10% di
dalam sel darah putih.
Tubuh mengatur banyak sel darah putih yang dihasilkan sesuai
dengan kebutuhan. Jika kita kehilangan darah, tubuh akan segera
membentuk sel-sel darah untuk menggantinya. Jika kita mengalami
infeksi, maka tubuh akan membentuk lebih banyak sel darah putih
untuk memeranginya.
Pembekuan darah
Proses yang mencegah kehilangan darah dari badan melalui luka
disebut hemostasis dan proses ini terdiri dari tiga stadium yang bekerja
bersama-sama, yaitu :
Spasme vaskuler : penyempitan lumen pembuluh darah yang
putus untuk mengurangi aliran darah yang hilang.
1.Pembentukan sumbat trombosit : untuk menghentikan kebocoran
darah.
2.Pembekuan fibrin disekitar sumbat trombosit dan reaksi fibrin: untuk
merekat pembuluh yang putus dan menarik sisi pinggirnya supaya
merapat (Watson, 2001)
Fungsi darah
Fungsi darah dalam metabolisme tubuh kita antara lain sebagai alat
pengangkut (pengedar), pengatur suhu tubuh dan pertahanan tubuh.
Peredaran oksigen pada tubuh :
7
1. Oksigen diedarkan ke seluruh tubuh oleh sel darah merah
2. Darah yang di pompa dari bilik kanan jantung menuju paru-paru
melepaskan CO2 dan mengambil O2 dibawa menuju serambi kiri.
3. O2 dari serambi kiri disalurkan ke bilik kiri
4. Dari bilik kiri O2 dibawa keseluruh tubuh oleh sel darah merah
untuk pembakaran (oksidasi)
5. Peredaran darah besar yaitu peredaran darah yang berasal dari
jantung membawa oksigen dan sari makanan ke seluruh tubuh dan
kembali ke jantung membawa karbondioksida.
6. Peredaran darah kecil yaitu peredaran darah dari jantung membawa
karbondioksida menuju paru-paru untuk dilepas dan mengambil
oksigen dibawa ke jantung.
Jadi kesimpulannya, fungsi darah adalah:
- Mengedarkan sari-sari makanan keseluruh tubuh
- Mengedarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh
- Mengangkut karbondioksida ke paru-paru
- Mengedarkan hormone
2.1.3 Etiologi
Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus
dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di
Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus
dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer
dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan
baik yang berasal dari sel sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster
Kidney) maupun sel sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.
(Soedarto, 1990; 36).
Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan
8
salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap
serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis
yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 420).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor
penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui
gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah
perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk
tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada
genangan Air bersih yang terdapat bejana bejana yang terdapat di dalam
rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang
lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air
bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai
menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari
dan senja hari. (Soedarto, 1990 ; 37).
Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia
akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia
masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun
virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika
seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu
mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula
terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya
jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.
(Soedarto, 1990 ; 38).
2.1.4 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala penyakit DHF adalah :
- Meningkatnya suhu tubuh (Demam tinggi selama 5 7 hari
- Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
- Nyeri kepala menyeluruh atau berpusat pada supra orbita, retroorbita
- Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis,
hematoma.
- Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
9
- Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
- Pembengkakan sekitar mata.
- Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
- Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan
lemah).
2.1.5 Klasifikasi
Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi
menjadi 4 tingkat (UPF IKA, 1994 ; 201) yaitu :
Derajat I
Panas 2 7 hari , gejala umumtidak khas, uji tourniquet hasilnya positif
Derajat II
Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala gejala pendarahan spontan
seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena,
perdarahan gusi telinga dan sebagainya.
Derajat III
10
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi
lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan
darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.
Derajat IV
Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140 mmHg)
anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4
golongan, yaitu :
- Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari,
Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
- Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan
seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
- Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat
(>120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( 120 mmHg ), tekanan darah menurun,
(120/80 120/100 120/110 90/70 80/70 80/0 0/0 )
- Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung 140x/mnt)
anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
Derajat (WHO 1997):
Derajat I : Demam dengan test rumple leed positif.
Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan dikulit atau
perdarahan lain.
Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,
tekanan nadi menurun/ hipotensi disertai dengan kulit dingin
lembab dan pasien menjadi gelisah.
Derajat IV : Syock berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah
tidak dapat diukur.
2.1.6 Patofisiologi
11
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty.
Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita
mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh
tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar
getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa
(Splenomegali).
Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah
kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator
kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh
darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra
seluler.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya
volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta
efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %)
menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma
sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan
intravena.
Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya
faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal
pada DHF.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan
ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga
peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan
yang diberikan melalui infus.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit
menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan
intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah
terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan
12
cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat
mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia
jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan
baik. Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan
vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di
seluruh tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal.
2.1.7 Patways
2.1.8 Komplikasi
a. DHF mengakibatkan pendarahan pada semua organ tubuh, seperti
pendarahan ginjal, otak, jantung, paru paru, limpa dan hati. Sehingga
tubuh kehabisan darah dan cairan serta menyebabkan kematian.
b. Ensepalopati.
c. Gangguan kesadaran yang disertai kejang.
13
d. Disorientasi, prognosa buruk.
14
7) NA dan CL rendah
b. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).
1) Rontgen thorax : Efusi pleura.
2) Uji test tourniket (+)
15
Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF
IKA, 1994 ; 203 206 adalah:
Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan surface
cooling. Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan
asetaminofen,asetosal tidak boleh diberikan
Umur 6 12 bulan : 60 mg / kali, 4 kali sehari
Umur 1 5 tahun : 50 100 mg, 4 sehari
Umur 5 10 tahun : 100 200 mg, 4 kali sehari
Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari.
a. Oral ad libitum atau
b.1 Infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk anak
dengan BB < 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB <
10 10 kg bersama sama di berikan minuman oralit, air bauh susu
secukupnya
b.2 Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum
sebanyak banyaknya dan sesering mungkin.
b.3 Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan
infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita
dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :
100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg
16
75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
Obat-obatan lain :
- antibiotika apabila ada infeksi sekunder lain
- antipiretik untuk anti panas
- darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.
Dengan renjatan:
2. Alur Tatalaksana Pemberian Cairan DHF Derajat III
17
Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF
IKA, 1994 ; 203 206 adalah.
a. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan
nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat)
lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi
stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan
kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah
masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi waktu yang dipakai
untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm
diperhitungkan sebagai berikut :
100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg
75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.
60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.
50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.
18
memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya)
sebanyak 10 ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB
dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membaik dilanjutkan
dengan cairan RL dengan perhitungan sebagai berikut : kebutuhan cairan
selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu
setelah dapat mengatasi renjatan.
Perhitungan kebutuhan cairan seperti yang tertera pada 2.a.
3. Alur Tatalaksana Pemberian Cairan DHF Derajat IV
19
dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
Perhitungan kebutuhan cairan seperti yang tertera pada 2.a.
b. Apabila setelah pemberian Rl 30 ml/Kg BB/ 1 jam keadaan umum
masih buruk. Tensi tak terukur dan nadi tak teraba maka klien harus
dipasang infus 2 tempat dengan maksud satu tempat untuk RL 10ml/Kg
BB/1 jam dan tempat lain untuk pemberian plasma atau plasma
ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 20 ml/Kg BB/1 jam
selama 1 jam. Jika keadaan umum membaik lanjutkan pemberian RL
dengan perhitungan sebagai berikut :
Kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk
dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
Perhitungan kebutuhan cairan seperti yang tertera pada 2.a.
c. Apabila setelah pemberian Rl 30 ml/Kg BB/ 1 jam keadaan umum
masih buruk. Tensi tak terukur secara palpasi dan nadi teraba cepat
lemah, akral dingin maka klien ini sebaiknya diberikan plasma atau
plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 20 ml/Kg BB/1
jam. Jika keadaan umum membaik lanjutkan pemberian RL dengan
perhitungan sebagai berikut :
Kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk
dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
Perhitungan kebutuhan cairan seperti yang tertera pada 2.a.
d. Apabila setelah pemberian Rl 30 ml/Kg BB/ 1 jam keadaan umum
membaik tetapi tensi terukur kurang dari 80 mmHg dan nadi > 120
x/menit akral hangat atau akral dingin maka klien ini sebaiknya
diberikan plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya)
sebanyak 10 ml/Kg BB/1 jam dan dapat diulangi maksimal sampai 30
ml/Kg BB/24 jam. Jika keadaan umum membaik lanjutkan pemberian
RL dengan perhitungan sebagai berikut :
Kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk
dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
Perhitungan kebutuhan cairan seperti yang tertera pada 2.a.
e. Jika tata laksana grade IV setelah 2 jam sesudah plasma atau plasma
20
ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 20 ml/Kg BB/1 jam dan
RL 10 ml/Kg BB/1 jam tidak menunjukkan perbaikan T = 0, N = 0
maka klien ini perlu dikonsultasikan ke bagian anestesi untuk dievaluasi
kebenaran cairan yang dibutuhkan apabila sudah sesuai dengan yang
masuk. Dalam hal ini perlu monitor dengan pemasangan CVP, gunakan
obat Dopamin, Kortikosteroid dan perbaiki kelainan yang lain.
f. Jika tata laksana grade IV setelah 2 jam sesudah plasma atau plasma
ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 20 ml/Kg BB/1 jam dan
RL 30 ml/Kg BB/1 jam belum menunjukkan perbaikan yang optimal (T
< 80, N > 120 x/menit), maka klien ini perlu diberikan lagi plasma atau
plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 ml/Kg BB/1
jam. Jika reaksi perbaikan tidak tampak, maka klien ini perlu
dikonsultasikan ke bagian anestesi.
g. Jika tata laksana grade IV sesudah memperoleh plasma atau plasma
ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 ml/Kg BB/1 jam dan
RL 30 ml/Kg BB/1 jam belum menunjukkan perbaikan yang optimal (T
> 80, N < 120 x/menit), akral dingin maka klien ini perlu diberikan lagi
plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10
ml/Kg BB/1 jam dan dapat diulangi maksimal sampai 30 ml/Kg BB/24
jam. Jika reaksi perbaikan tidak tampak, maka klien ini perlu
dikonsultasikan ke bagian anestesi.
Untuk kasus kasus yang sudah memperoleh cairan 60 mg/Kg BB/2
jam pikirkan bahaya overload dan kemampuan kontraksi yang kurang.
Dalam hal ini klien perlu diberikan Lasix 1 mg/Kg BB/kali dan
Dopamin.
2.2 Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas
- Umur: DHF merupakan penyakit daerah tropik yang sering
menyebabkan kematian pada anak, remaja dan dewasa ( Effendy,
1995 ).
- Jenis kelamin : secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan pada
21
penderita DHF. Tetapi kematian lebih sering ditemukan pada anak
perempuan daripada anak laki-laki.
- Tempat tinggal : penyakit ini semula hanya ditemukan di beberapa kota
besar saja, kemudian menyebar kehampir seluruh kota besar di
Indonesia, bahkan sampai di pedesaan dengan jumlah penduduk yang
padat dan dalam waktu relatif singkat.
2. Riwayat Keperawatan
P (Provocative) : Virus dengue.
Q (Quality) : Keluhan dari ringan sampai berat.
R (Region) : Semua sistem tubuh akan terganggu.
S (Severity) : Dari Grade I, II, III sampai IV.
T (Time) : Demam 5 8 hari, ruam 5 12 jam.
3. Keluhan Utama
Penderita mengeluh badannya panas (peningkatan suhu tubuh) sakit
kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.
4. Riwayat Keperawatan Sekarang
Panas tinggi (Demam) 2 7 hari, nyeri otot dan pegal pada seluruh
badan, ruam, malaise, mual, muntah, sakit kapala, sakit pada saat
menelan, lemah, nyeri ulu hati dan penurunan nafsu makan (anoreksia),
perdarahan spontan.
5. Riwayat Keperawatan Sebelumnya
Tidak ada hubungannya antara penyakit yang pernah diderita dahulu
dengan penyakit DHF yang dialami sekarang, tetapi kalau dahulu pernah
menderita DHF, penyakit itu bisa terulang.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF didalam keluarga yang lain (yang tinggal
didalam satu rumah atau beda rumah dengan jarak rumah yang
berdekatan) sangat menentukan karena ditularkan melalui gigitan
nyamuk aides aigepty.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
DHF ditularkan oleh 2 jenis nyamuk, yaitu 2 nyamuk aedes:
- Aedes aigepty: Merupakan nyamuk yang hidup di daerah tropis
22
terutama hidup dan berkembang biak di dalam rumah, yaitu pada
tempat penampungan air bersih, seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat
air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang
dibersihkan. Dengan jarak terbang nyamuk + 100 meter.
- Aedes albapictus.
8. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak
a. Faktor Keturunan ; yaitu faktor gen yang diturunkan dari kedua
orang tuanya.
b. Faktor Hormonal ; banyak hormon yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak, namun yang paling berperan
adalah Growth Hormon (GH).
c. Faktor Gizi ; Setiap sel memerlukan makanan atau gizi yang baik.
Untuk mencapai tumbuh kembang yang baik dibutuhkan gizi yang
baik.
d. Faktor Lingkungan; Terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan biologi
dan lingkungan psikososial.
Teori kepribadian anak menurut Teori Psikoseksual Sigmund Freud
meliputi tahap
a. Fase oral, usia antara 0 - 11/2 Tahun
b. Fase anal, usia antara 11/2 - 3 Tahun
c. Fase Falik, usia antara 3 - 5 Tahun
d. Fase Laten, usia antara 5 - 12 Tahun
e. Fase Genital, usia antara 12 - 18 Tahun
Tahap-tahap perkembangan anak menurut Teori Psikososial Erik Erikson
:
a. Bayi (oral) usia 0 - 1 Tahun
b. Usia bermain (Anal ) yakni 1 - 3 Tahun
c. Usia prasekolah (Phallic) yakni 3 - 6 Tahun
d. Usia sekolah (latent) yakni 6 - 12 tahun
e. Remaja (Genital) yakni 12 tahun lebih
23
f. Remaja akhir dan dewasa muda
g. Dewasa
h. Dewasa akhir
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
a. Faktor keturunan (genetik)
Seperti kita ketahui bahwa warna kulit, bentuk tubuh dan lain-lain
tersimpan dalam gen. Gen terdapat dalak kromosom, yang dimiliki
oleh setiap manusia dalam setiap selnya. Baik sperma maupun ovum
masing masing mempunyai 23 pasang kromosom. Jika ovum dan
sperma bergabung akan terbentuk 46 pasang kromosom, yang
kemudian akan terus smembelah untuk memperbanyak diri sampai
akhirnya terbentuk janin, bayi. Setiap kromosom mengandung gen
yang mempunyai sifat diturunkan pada anak dari keluarga yang
memiliki abnormalitas tersebut.
b. Faktor Hormonal
Kelenjar petuitari anterior mengeluarkan hormon pertumbuhan
(Growth Hormone, GH) yang merangsang pertumbuhan epifise dari
pusat tulang panjang. Tanpa GH anak akan tumbuh dengan lambat dan
kematangan seksualnya terhambat. Pada keadaan hipopetuitarisme
terjadi gejala-gejala anak tumbuh pendek, alat genitalia kecil dan
hipoglikemi. Hal sebaliknya terjadi pada hiperfungsi petuitari,
kelainan yang ditimbulkan adalah akromegali yang diakibatkan oleh
hipersekresi GH dan pertumbuhan linear serta gigantisme bila terjadi
sebelum pubertas. Hormon lain yang juga mempengaruhi
pertumbuhan adalah hormon-hormon dari kelenjar tiroid dan lainya.
c. Faktor Gizi.
Proses tumbuh kembang anak berlangsung pada berbagai tingkatan
sel, organ dan tumbuh dengan penambahan jumlah sel, kematangan
sel, dan pembesaran ukuran sel. Selanjutnya setiap organ dan bagian
tubuh lainnya mengikuti pola tumbuh kembang masing-masing.
Dengan adanya tingkatan tumbuh kembang tadi akan terdapat rawan
24
gizi. Dengan kata lain untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal
dibutuhkan gizi yang baik.
d. Faktor Lingkungan
Lingkungan fisik; termasuk sinar matahari, udara segar, sanitas,
polusi, iklim dan teknologi
Lingkungan biologis; termasuk didalamnya hewan dan tumbuhan.
Lingkungan sehat lainnya adalah rumah yang memenuhi syarat
kesehatan.
Lingkungan psikososial; termasuk latar belakang keluarga, hubungan
keluarga.
e. Faktor sosial budaya
Faktor ekonomi, sangat memepengaruhi keadaan sosial keluarga.
Faktor politik serta keamanan dan pertahanan; keadaan politik dan
keamanan suatu negara juga sangat berpengaruh dalam tumbuh
kembang seorang anak.
Tahap perkembangan anak menurut Erik Erikson
Erikson mengemukakan bahwa dalam tahap-tahap perkembangan
manusia mengalami 8 fase yang saling terkait dan berkesinambungan
25
Usia pra sekolah ( 3 - 6 Tahun) Rasa bersalah.
Perasaan inisiatif mencapai tujuan
Menyatakan diri sendiri dan lingkungan
Membedakan jenis kelamin.
Usia sekolah ( 6 - 12 Tahun) Rasa rendah diri
Perasaan berprestasi
Dapat menerima dan melaksanakan tugas dari
orang tua dan guru
Remaja ( 12 tahun lebih) Difusi identitas
Rasa identitas
Mencapai kesetiaan yang menuju pada
pemahaman heteroseksual.
Memilih pekerjaan
Mencapai keutuhan kepribadian
Remaja akhir dan dewasa muda Isolasi
Rasa keintiman dan solidaritas
Memperoleh cinta.
Mampu berbuat hubungan dengan lawan jenis.
Belajar menjadi kreatif dan produktif.
Dewasa Absorpsi diri dan
Perasaan keturunan stagnasi
Memperoleh perhatian.
Belajar keterampilan efektif dalam
berkomunikasi dan merawat anak
Menggantungkan minat aktifitas pada
keturunan
Dewasa akhir keputusasaan
Perasaan integritas
Mencapai kebijaksanaan
26
Tahap pertumbuhan
Berat badan pada usia sekolah sebagai pedomannya adalah :
Umur (tahun) x 7 - 5
27
(6) Mulai tertarik dengan kelompok sebaya (peer group).
28
bintik merah seluruh tubuh/ perdarahan dibawah kulit (petikie), pada
grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
2.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolic, dehidrasi,
viremia
- PK: Syok Hipovolemia b.d dengan kebocoran plasma, perdarahan,
- Takut b.d prosedur pengambilan darah (cek AT dan Hmt serial),
hospitalisasi.
- Cemas orang tua b.d perkembangan penyakit anaknya
- Defisit self care b.d kelemahan, sesak nafas
- Kerusakan pertukaran gas b.d akumulasi cairan di rongga paru
- Resiko kelebihan volume cairan
2.2.3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Suhu tubuh > nor-mal Termoregulasi (0800) 3. Monitor suhu dan warna kulit
29
Pasien menyatakan2. Monitor IWL
nyaman
3. Monitor suhu dan warna kulit
Tidak menggigil
4. Monitor tekanan darah, nadi dan
Tidak iritabel / gra- respirasi
gapan / kejang
5. Monitor derajat penurunan
kesadaran
30
Manajemen Lingkungan (6480)
3. Batasi pengunjung
2. PK: Syok hipovolemiaSetelah dilakukan tindak-1. Kaji dan catat status perfusi
b.d kebocoran plasma,an / penanganan selama perifer. Laporkan temuan
perdarahan , dehidrasi 1 jam diharapkan klien bermakna : ekstremitas dingin
mempunyai perfusi yang dan pucat, penurunan amplitude
adekuat, dengan criteria : nadi, pengisian kapiler lambat.
31
interval sering ; waspadai pada
pembacaan lebih dari 20 mmHg
Kriteria hasil : di bawah rentang normal klien
Amplitudo nadi perifer atau indicator lain dari hipotensi :
meningkat pusing, perubahan mental,
keluaran urin menurun.
Pengisian kapiler
singkat (< 2 detik) 3. Bila hipotensi terjadi, tempatkan
klien pada posisi telentang untuk
Tekanan darah dalam meningkatkan aliran balik vena.
rentang normal Ingat bahwa tekanan darah > atau
= 80/60 mmHg untuk perfusi
CVP > atau = 5 cm
koroner dan arteri ginjal yang
H2O
adekuat.
Frekuensi jantung
4. Pantau CVp (bila jalur dipasang)
teratur
untuk menentukan keadekuatan
Berorientasi terhadap aliran balik vena dan volume
waktu, tempat, dan orang darah; 5-10 cm H2O biasanya
dianggap rentang yang adekuat.
Keluaran urin > atau = Nilai mendekati 0 menunjukkan
30 ml/jam hipovolemia, khususnya bila
terkait dengan keluaran urin
Akral hangat
menurun, vasokonstriksi, dan
Nadi teraba peningkatan frekuensi jantung
yang ditemukan pada
Membran mukosa hipovolemia.
lembab
5. Observasi terhadap indicator
Turgor kulit normal perfusi serebral menurun :
Berat badan stabil dan gelisah, konfusi, penurunan
dalam batas normal tingkat kesadaran. Bila indicator
positif terjadi, lindungi klien dari
Kelopak mata tidak cidera dengan meninggikan
cekung pengaman tempat tidur dan
menempatkan tempat tidur pada
Tidak demam
posisi paling rendah.
Tidak ada rasa haus Reorientasikan klien sesuai
yang sangat indikasi.
32
teratur.
33
Impulsif Klien mampu meng-5. Dorong orang tua untuk selalu
ontrol respon takut menemani anak
Nadi, respirasi, TD
sistolik meningkat Klien tidak melarika6. Berikan pilihan yang realistic
diri tentang aspek perawatan
Anoreksia
Durasi takut menu-run 7. Dorong klien untuk melakukan
Mual, muntah aktifitas social dan komunitas
Klien kooperatif saat
Pucat dilakukan perawatan dan8. Dorong penggunaan sumber
Stimulus sebagaipengobatan spiritual
ancaman Anxiety Reduction (5820)
Lelah Anxiety control (1402) 1. Jelaskan semua
Otot tegang prosedur termasuk pe-
Tidur pasien adekuat rasaan yang mungkin
Keringat meningkat Tidak ada manifes-tasi dialami selama
fisik menjalani prosedur
Gempar
Tidak ada manifes-- 2. Berikan objek yang
Ketegangan me-
tasi perilaku memberikan rasa aman
ningkat
Klien mau berinter- 3. Berbicara dengan pelan
Menyatakan takut
aksi sosial dan tenang
Menangis
4. Membina hubungan
Protes saling percaya
34
11. Anjurkan klien menggunakan
teknik relaksasi
35
digemari dan sesuai
36
meledak-ledak 5. Dengarkan dengan penuh
perhatian
Menghindari perila-ku
yang merusak 6. Ciptakan suasana saling percaya
Mengungkapkan me-
nerima keadaan
Mencari informasi
berkaitan dengan pe-
nyakit dan pengo-batan
Memanfaatkan du-
kungan social
Tidur adekuat
Mencari informasi
untuk mengurangi cemas
Menggunakan teknik
37
relaksasi untuk me-
ngurangi cemas
Berinteraksi social
Aggression Control
(1401)
Menghindari perila-ku
yang merusak
Mampu mengontrol
verbal
Coping (1302)
Mampu mengidenti-
fikasi pola koping yang
efektif dan ti-dak efektif
Mampu mengontrol
verbal
Melaporkan stress /
cemasnya berkurang
Mengungkapkan me-
nerima keadaan
Mencari informasi
berkaitan dengan pe-
nyakit dan pengo-batan
Memanfaatkan du-
kungan sosial
38
39
2.2.4 IMPLEMENTASI
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan
kepada perawat untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun
tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, meliputi peningkatan kesehatan atau penceglahan penyakit, pemulihan
kesehatan dari fasilitas yang dimiliki.
2.2.5 EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir proses keperawatan untuk melengkapi proses
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan telah berhasil dicapai, melalui evaluasi
memungkinkan perawat untukk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian,
analisa perncanaan dan pelaksanaan tindakan. Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada
akhir proses keperawatan, tetapi evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap
proses keperawatan. Diagnosa juga perlu dievaluasi untuk menetukan apakah realistis
dapat dicapai dan efektif.
Evaluasi Subyektif :
Keluarga mengatakan demam berkurang atau tidak ada
Keluarga mengatakan nafsu makan klien meningkat
Evaluasi Obyektif :
Suhu tubuh dalam batas normal
Intake dan out put kembali normal / seimbang.
Pemenuhan nutrisi yang adekuat.
Perdarahan tidak terjadi / teratasi.
Pengetahuan keluarga bertambah.
Shock hopovolemik teratasi
40
BAB III
LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : An. A N
Umur : 7,5 thn
Alamat : Koto Baru
Agama : Islam
2. Keluhan Utama :
Sakit kepala, panas dan tidak nafsu makan.
3. Riwayat penyakit sekarang :
Senin pagi panas, dibawa ke puskesmas dapat paracetamol. Panas turun. Rabu malam anak
tiba-tiba muntah-muntah air, makan tidak mau, minum masih mau. Kamis jam 03 pagi
keluar darah dari hidung pada waktu bersin, keluhan pusing, mencret air, dibawa ke IGD.
4. Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya klien tidak penah dirawat karena penyakit apapun.
5. Riwayat penyakit keluarga
Menurut keluarga ( Ibu ) tidak ada keluarga yang dalam waktu dekat ini menderita sakit
DBD.
6. Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut ibu kondisi lingkungan rumah cukup bersih, walaupun tinggal dekat kali kecil,
sekitar rumah terdapat beberapa ban bekas untuk menanam tanaman yang belum dipakai,
bak mandi dikuras setiap seminggu 1 kali. Menurut ibu seminggu yang lalu ada tetangga
41
gang yang menderita DHF, tetapi sekarang sudah sembuh, dan lingkungan wilayah belum
pernah disemprot.
7. Riwayat kehamilan
Anak lahir pada usia kehamilan 9 bulan, dengan berat badan lahir 4 kg. Lahir spontan dan
selama 1 tahun anak mendapat imunisasi lengkap dan minum PASI Lactona s/d 2 tahun.
8. Pengkajian Pola Fungsional
1. Pola Nutrisi Metabolik
Sebelum Sakit
Pagi : Nasi, lauk, piring
Siang : Nasi, lauk, sayur
Sore :-
Saat Sakit
Nasi bubur, 1 2 sendok.
Nafsu makan menurun
Klien tidak mengalami kesulitan dalam menelan.
Keadaan gigi atas dan bawah partial dan tidak menggunakan protesa.
2. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit
Kebiasaan defekasi 1 kali/hari.
Abdomen simetris, tidak ada distensi
Frekuensi BU normal ( 8-12 x/menit )
Kebiasaan miksi 4 kali/hari.
Ginjal tidak teraba dan blast tidak distensi.
Keadaan uretra normal
Saat Sakit
Kebiasaan defekasi 1 kali/hari.
Pada Abdomen terdapat nyeri tekan daerah hepar dan asites positif
Frekuensi BU Normal ( 8 x/menit )
Kebiasaan miksi 4 kali/hari.
Ginjal tidak teraba dan blast tidak distensi.
Keadaan uretra normal
3. Pola Aktivitas Latihan
Sebelum Sakit
Mandi : Mandiri
42
Berpakaian/Berhias : Mandiri
Toileting : Mandiri
Klien tidak menggunakan alat bantu, dan hampir seluruh aktifitas dilakukan secara
mandiri.
Saat Sakit
Mandi : Dibantu oleh orang lain
Berpakaian/Berhias : Dibantu oleh orang lain
Toileting : Dibantu oleh orang lain
Mobilitas di TT : Dibantu oleh orang lain
Klien tidak menggunakan alat bantu, hampir seluruh aktifitas dibantu oleh orang
lain.
4. Pola Tidur Istirahat
Sebelum Sakit
Kebiasaan tidur 8 jam/hari. Tidur malam 2 jam. Klien merasa segar dan tidak ada
gangguan tidur
Saat Sakit
Kebiasaan tidur 8 jam/hari. Tidur malam 2 jam. Klien merasa lemas dan tidak ada
gangguan tidur
5. Pola Kognitif Konseptual
Sebelum Sakit
Pendengaran normal, penglihatan normal dan tidak ada gangguan berfikir
Saat Sakit
Pendengaran normal, penglihatan normal dan tidak ada gangguan berfikir
6. Pola Persepsi Diri / Konsep Diri
Masalah utama mengenai perawatan di RS/penyakit, keadaan emosional normal
kemampuan adaptasi baik, tidak ada gangguan konsep diri :
7. Pola Peran / Hubungan
Kepedualian keluarga mengenai perawatan baik. Terlihat orang tua selalu setia
merawat / menjaga klien saat di RS, secara bergantian.
8. Pola Seksualitas
Klien berjenis kelamin perempuan. Tidak ada kelainan pada genetalia. Tidak ada
penyakit mengenai seks.
9. Pola Koping Toleransi Stress
43
Klien mampu beradaptasi dengan baik. Keputusan diambil oleh ayah dan ibu. Koping
toleransi terhadap stress tidak terkaji
10. Pola Nilai Kepercayaan
Klien beragama Islam, Klien dan keluarga berdoa agar klien diberikan kesembuhan.
9. Pemeriksaan Fisik
Status mental: CM, GCS 4, 5, 6
Tanda vital: TB: -, BB: 16, 5 kg, TD 100/60 mmhg, N 98 x/m, R 25 x/m
Kulit:
- Warna : Normal
- Suhu : 38 0C
- Turgor : Baik
- Edema : Tidak
- Lesi : Tidak
- Memar : Tidak
Mulut:
- Hygiene : Bersih
- Gusi : Normal
- Gigi : Normal
- Lidah : Bersih
- Mucosa : Normal
- Tonsil : Normal
- Wicara : Normal
Rambut dan kulit kepala: rambut tebal, warna hitam.
Pernafasan/sirkulasi
Pergerakan napas simetris, tidak terdapt pernapasan cuping hidung, pd saat pengkajian
tanda-tanda epistaksis sudah tidak ada, Frekuensi napas 25x/menit. Bunyi nafas
tambahan tidak terdengar
Muskuloskletal
Tidak terdapat kontraktur sendi, tidak ada deformitas, keempat ekstremitas simetris,
kekuatan otot baik
Mata
- Mata normal pupil isokor, refleks terhadap cahaya normal, kiri kanan
- Tidak ada lingkaran hitam disekitar mata
Cardiovaskuler
44
TD : 100/60, nadi 98x/mnt, akral dingin, tidak terdapat tanda-tanda cyanosis, cap.
Refill < 3 detik, tidak terjadi perdarahan spontan, tanda-tanda petikhie spontan tidak
terlihat, hanya tanda pethike bekas rumple leed.
45
- Terpasang infus RL 17 tts/m.
- Klien terlihat masih lemah.
- Tanda-tanda vital :
Suhu : 38 0C
Nadi : 98 x/menit
Resp : 25 x/menit
C. DAFTAR MASALAH
No Diagnosa Keperawatan Tgl Muncul Tgl Teratasi
1. Hypertermi berhubungan dengan virus Dengue 24 Maret 2017 24 Maret 2017
ditandai dengan :
Klien mengatakan badan terasa panas dan
kepala pusing.
Suhu tubuh : 38 0C.
Nadi : 98 x/menit.
Respirasi : 25 x/menit.
Tampak gelisah dan lemah.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan 24 Maret 2017 -
dengan penurunan nafsu makan ( anoreksia )
ditandai dengan :
Klien mengatakan tidak mau makan.
BB : 16,5 kg.
Makanan yang disediakan hanya
dimakan 1-2 sendok makan.
Klien terlihat lemah.
3. Kelelahan berhubungan dengan Faktor 24 Maret 2017 -
Psikologis
Klien mengatakan tidak bisa duduk, mandi,
jalan, ketoilet.
Klien terbaring di TT.
Saat aktivitas selalu dibantu ibunya.
Terpasang infus RL 11 tts/m.
Klien terlihat masih lemah.
46
D. RENCANA KEPERAWATAN
1. Hipertermi b.d, pening-Setelah dilakukan tindak-Pengaturan Panas (3900)
katan metabolik, viremia an perawatan selama X
24 jam suhu badan pasien1. Monitor suhu sesuai kebutuhan
normal, dengan kriteria : 2. Monitor tekanan darah, nadi dan
Batasan karakteristik : respirasi
Suhu tubuh > nor-mal Termoregulasi (0800) 3. Monitor suhu dan warna kulit
Kejang Suhu kulit normal 4. Monitor dan laporkan tanda dan gejala
hipertermi
Takikardi Suhu badan 35,9C-
5. Anjurkan intake cairan dan nutrisi yang
Respirasi meningkat 37,3C adekuat
Diraba hangat Tidak ada sakit kepa-la
/ pusing 6. Ajarkan klien bagaimana mencegah
Kulit memerah panas yang tinggi
Tidak ada nyeri otot
7. Berikan obat antipiretik
Tidak ada perubahan
warna kulit 8. Berikan obat untuk mencegah atau me-
ngontrol menggigil
Nadi, respirasi dalam
batas normal
47
angin
3. Batasi pengunjung
48
8. Anjurkan klien minum antibiotik sesuai
advis dokter
49
jam, klien mengerti cara2. Libatkan klien dan dampingi
memenuhi ADL secara
bertahap sesuai kemam-3. Berikan bantuan selama klien masih
puan, dengan indicator : mampu mengerjakan sendiri
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
51
No Tgl Dx.kep Impelentasi
1. 24/3/2017 I 1. Memberikan kompres hangat didaerah axilla / bagian kepala.
2. Memberikan pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
3. Memberikan minuman air sesering mungkin.
4. Melaksanakan kolaborasi /membantu memasang cairan infus
RL 17 tts/m.
5. Memberikan antipiretik ( paracetamol ).
F. CATATAN PERKEMBANGAN
54
BAB IV
PEMBAHASAN
I. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistimatis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi status kesehatan klien. (Nursalam, 2001).
Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 24 Maret 2017 dan merupakan hari ketiga An.
A N di rawat dengan diagnosa DHF. Pada tahap pengkajian menurut teori ada beberapa metode
yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu metode observasi langsung, wawancara dengan
klien, pemeriksaan fisik head to toe, hasil pemeriksaan penunjang, catatan medis, catatan
keperawatan dan informasi dari perawat ruangan.
55
Secara teoritis Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang
disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang
dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2005; 419).
Tanda dan gejala penyakit DHF meningkatnya suhu tubuh (Demam tinggi selama 5 7
hari, mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi, nyeri kepala menyeluruh atau
berpusat pada supra orbita, retroorbita, perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie,
echymosis, hematoma, epistaksis, hematemisis, melena, hematuri, nyeri otot, tulang sendi,
abdoment, dan ulu hati, pembengkakan sekitar mata, pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah
bening, tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah,
capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada pasien tanggal 24 Maret 2017 tanda dan
gejala yang ditemui suhu demam, mual, muntah, tidak ada nafsu makan, nyeri kepala, diare,
keluar darah dari hidung.
Menurut penulis klien hanya memiiki tanda dan gejala seperti yang tersebut diatas karena
klien baru menderita DHF stage II.
Faktor pendukung yang penulis temukan yaitu ketersediaannya format pengkajian yang
dijadikan acuan, catatan medis dan catatan keperawatan. Sikap klien dan keluaraga yang
kooperatif juga membentu penulis saat melakukan pengkajian pada klien, penulis tidak
menemukan faktor penghambat saat melakukan pengkajian.
56
- Hypertermi berhubungan dengan virus Dengue
Diagnosa ini muncul karena adanya proses infeksi yang terjadi pada pasien ditandai dengan
suhu tubuh 38 c.
- Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan nafsu makan
Diagnosa muncul ditandai dengan BB 16,5 Kg, makanan habis 1-2 sendok makan, klien
tampak lemah
- Kelelahan berhubungan dengan faktor psikologis
Diagnosa muncul ditandai dengan klien tampak cemas, aktivitas klien dibantu orang tua
Diagnosa lain tidak dimunculkan karena klien baru menderita DHF derajad II yang belum
ditandai dengan syok, dan orang tua sudah diberikan penyuluhan kesehatan sehingga rasa cemas
orang tua .
Dalam merumuskan diagnosa keperawatan ini penulis menemukan faktor pendukung yaitu
tersedianya buku pedoman dalam pembuatan diagnosa keperawatan klien dengan DHF, sedangkan
faktor penghambat tidak ditemukan.
IV.Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai kemingkinan terjadi pada tahap evaluasi proses dan evaluasi hasil (Suprajitno,
2004).
Intervensi, Implementasi dan evalusia telah dilakukan sesuai teori yang berpedoman pada
buku aplikasi keperawatan Nanda NOC-NIC. Selama 2 hari dilakukan implementasi keperawatan
kondisi klien,sesak masih terasa, aktivitas masih dibanu keluarga, nutrisi klien belum tercukpi, dan
alat-alat invasif masih terpasang.
Faktor pendukung yang ditemukan pada saat penulis melakukan asuahan keperawatan
adalah keluarga yang kooperatif, tersedia catatan keperawatan medis yang lengkap, tersedianya
format pengkajian, mendapat arahan dari pembimbing Akademik serta dari pembimbing klinik
57
dan kerja sama yang baik dengan perawat ruangan, faktor penghambat melakukan implementasi
keperawatan tidak ada karena sikap klien yang kooperatif
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
a. Pada pengkajian yang penulis lakukan didapatkan data yang menunjukkan gejala DHF, adanya
demam tinggi, badan lemas, mukosa bibir kering disertai sedikit minum dan tidak nafsu
makan. Terjadi penurunan berat badan. Klien di diagnose medis DHF akibat terinfeksi virus
dengue melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
b. Pada diagnose keperawatan yang penyusun dapatkan pada An. AN ada 3 diagnosa yaitu :
Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism, nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan, kelelahan berhubungan dengan faktor
psikologis
58
c. Intervensi keperawatan yang telah disusun semua berdasarkan standar asuhan keperawatan.
Pada diagnose hipertermi intervensi yang dibuat adalah Ukur tanda-tanda vital ( suhu ),
Berikan kompres hangat, Tingkatkan intake cairan. Diagnosa deficit volume cairan intervensi
yang dibuat adalah Observasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam, dan Observasi
dan cata intake dan output. Diagnosa perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh intervensi
yang dibuat adalah Timbang berat badan, Monitor pemberian cairan melalui intravena setiap
jam, Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi, Ciptakan lingkungan yang nyaman,
Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake
nutrisi, Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi
sering secara bertahap, Anjurkan kebersihan oral, Timbang berat badan setiap hari pada waktu
yang sama dan dengan skala yang sama
e. Pada tahap akhir, yaitu evaluasi disimpulkan bahwa 3 diagnosa yang ada telah diatasi semua
selama tiga hari perawatan pada An. AN yaitu diagnose
VII. Saran
59
a. Hendaknya institusi meyediakan referensi yang terbaru untuk meningkatkan kemampuan
mahasiswa/I sehingga dapat memecahkan adanya masalah yang ada di tempat praktek
keperawatan.
b. Hendaknya masyarakat dapat menyebutkan tanda-tanda DHF sehingga komplikasi DHF dapat
diidentifikasi sedini mungkin.
c. Hendaknya profesi keperawatan dapat menjamin kompetensi profesi perawat melalui uji
kompetensi yang dilakukan pada setiap perawat sehingga perawat terampil dalam
memberikan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
M. Nurs, Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan pada bayi dan anak. Salemba Medika. Jakarta
Suriadi, Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak edisi 2. Sagung Seto. Jakarta
60