Anda di halaman 1dari 60

MAKALAH SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA An. AN DENGAN DHF


DI RUANGAN ANAK RSUD SUNGAI DAREH

Mata Kuliah Keperawatan Anak

OLEH :
KELOMPOK 1

Dian Zultriani
Gusneli
Luluk Setiawan
Leni Hustika Maas
Rita Susiana
Silvi Yunita

PRAKTEK PROFESI NERS


STIKES PERINTIS SUMATERA BARAT
RSUD SUNGAI DAREH
TAHUN 2016/2017

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena dengan rahmat
dan pertolongan-Nya tugas seminar siklus keperawatan Anak ini dapat diselesaikan
dengan penuh kemudahan. Dalam menyelesaikan tugas ini penulis mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, jadi pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya pada semua pihak yang membantu baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan. oleh sebab itu
kritik dan saran yang bersifat membangun akan diterima dengan senang hati dan penuli
berharap tugas ini bermanfaat bagi siapapun. Terima kasih.

Dharmasraya, April 2017

Penulis

BAB I

2
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampai saat ini telah di ketahui beberapa nyamuk sebagai vector dengue,
walaupun Ae.aegypti di perkirakan sebagai vector utama penyakit dengue
hemorrahagic fever (DHF), pengamatan epidemiologis dan percobaan penularan di
laboratorium membuktikan bahwa Ae.Scuttelaris dan Ae.Polinesiensis yang terdapat
di kepulauan pasifik selatan dapat menjadi vector demam dengue. Di kepulauan
Rotuma di daerah Fiji padawa itu terjadi wabah demam dengue pada tahun 1971
1972. Ae.retumae di laporkan satu-satunya vector yang ditemukan. Di pulauponape,
kepulauan caroline sebelah timur pada tahun 1974 terjadi letupan wabah dengue;
virus dengue tipe 1 telah berhasil diisolasi pada stadium akut dari darah penderita
dan ternyata Ae.hakansoni merupakan vektornya. Ae, cooki di duga merupakan
vector pada waktu terjadi pada wabah demam dengue di niue.
Di Indonesia, walaupun vector DHF belum di selidiki secara luas.
Ae.Aegypti diperkirakan sebagai vector terpenting di daerah perkotaan, sedangkan
Ae.albopictus di daerah pedesaan.
Di Indonesia Dengue Hemorrhagic Fever pertama kali di curigai di Surabaya
pada tahun 1968, tetapi konfirmasi virology baru di peroleh pada tahun 1970.
Setelah itu berturut-turut di laporkan kasus dari kota di Jawa maupun dari luar Jawa,
dan pada tahun 1994 telah menyebar keseluruh propinsi yang ada. Pada saat ini
Dengue Hemorrhagic Fever sudah endemis di banyak kota besar, bahkan sejak 1975
penyakit ini telah berjangkit di daerah pedesaan. Oleh karena itu sudah seharusnya
semua tenaga medis yang bekerja di Indonesia untuk mampu mengenali dan
mendiagnosisnya, kemudian dapat melakukan penatalaksanaan, sehingga angka
kematian akibat Demam Berdarah Dengue dapat ditekan.
Infeksi virus dengue pada manusia terutama pada anak mengakibatkan suatu
spectrum manifestasi klinis yang bervariasi antara penyakit ringan (mild
undifferentiated febrile illness), dengue fever, dengue hemorrhagic fever (DHF) dan
dengue shock syindrome (DSS); yang terakhir dengan mortalitas tinggi di sebabkan
renjatan dan perdarahan hebat . gambaran manifestasi klinis yang bervariasi ini
dapat di samakan dengan sebuah gunung es. DHF dan DSS sebagai kasus - kasus
yang dirawat di rumah sakit merupakan puncak gunung es yang kelihatan di atas

3
permukaan laut, sedangkan kasus - kasus dengue ringan (demam dengue dan silent
dengue infection) merupakan dasar gunung es. Di perkirakan untuk setiap kasus
renjatan yang dijumpai di Rumah sakit, telah terjadi 150 200 kasus silent dengue
infection.
Demam dengue adalah demam virus akut yang di sertai sakit kepala, nyeri
otot, sendi dan tulang, penurunan jumlah sel darah putih dan ruam-ruam.
Demam berdarah dengue/dengue hemorrhagic fever (DHF) adalah demam
dengue yang di sertai pembesaran hati dan manifestasi perdarahan.
Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien
jatuh dalam syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. Keadaan ini di sebut
dengue shock syndrome (DSS).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas akhir pada siklus keperwatan anak.
1.2.2 Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat memahami konsep dasar penyakit DHF pada anak
b. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian keperawatan anak dengan DHF
c. Mahasiswa dapat merumuskan diagnosa keperawatan anak dengan DHF
d. Mahasiswa dapat membuat rencana keperawatan anak dengan DHF
e. Mahasiswa dapat melaksanakan implementasi keperawatan anak dengan
DHF
f. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi asuhan keperawatan anak dengan
DHF

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar


2.1.1 Definisi
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang
disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi
mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer
&Suprohaita; 2005; 419).

4
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan
oleh Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. (Ngastiyah, 2007 ; 341).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada
anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri
sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong
arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes
aegepty (betina) (Seoparman , 2001).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam
tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (Christantie
Efendy,2006)
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty dan
beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya
dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).
Sehingga DHF atau yang dikenal dengan istilah demam berdarah dapat
disimpulkan dengan penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro
podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes
Albopictus dan Aedes Aegepty).
2.1.2 Anatomi Fisiologi
Darah merupakan salah satu komponen penting Yang ada di dalam tubuh
manusia. Sebab darah berfungsi, mengalirkan zat zat atau nutrisi yang di
butuhkan tubuh, kemudian mengalirkan karbondioksida hasil metabolisme
untuk di buang. ada empat fungsi utama darah, yaitu memberikan suplai
oksigen keseluruh jaringan tubuh, membawa nutrisi, membersihkan sisa-sisa
metabolisme dan membawa zat antibody.
Komposisi darah
Darah kita mengandung beberapa jenis sel yang yang tersangkut di
dalam cairan kuning yang disebut plasma darah. Plasma darah tersusun atas
90% air yang mengandung sari makanan, protein, hormone, dan endapan
kotoran selain sel-sel darah.

5
Ada 3 jenis sel darah yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit) dan keeping darah (trombosit).Sel darah merah dan sel darah putih
di sebut juga korpuskel
1. Sel darah merah
Sel darah merah berbentuk piringan pipih yang menyerupai
donat. 45% darah tersusun atas sel darah merah yang di hasilkan di
sumsum tulang. Dalam setiap 1 cm kubik darah terdapat 5,5 juta sel.
Jumlah sel darah merah yang diproduksi setiap hari mencapai 200.000
biliun, rata-rata umurnya hanya 120 hari. Semakin tua semakin rapuh,
kehilangan bentuk dan ukurannya menyusun menjadi sepertiga ukuran
mula-mula.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang kaya akan zat
besi. Warnanya yang merah cerah disebabkan oleh oksigen yang di
serap dari paru-paru. Pada saat darah mengalir ke seluruh tubuh,
hemoglobin melepaskan oksigen ke sel dan mengikat karbondioksida.
Sel darah merah yang tua akhirnya akan pecah menjadi partikel-
partikel kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian besar sel yang tua
dihancurkan oleh limpa dan yang lolos dihancurkan oleh hati. Hati
mentimpan kandungan zat besi dari hemoglobin yang kemudian di
angkut oleh darah ke sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah
yang baru. Persediaan sel darah merah di dalam tubuh diperbarui setiap
empat bulan sekali.
2. Sel darah putih
Sel darah putih jauh lebih besar dari pada sel darah merah
jumlahnya dalam setiap 13 darah adalah 4000-10.000 sel. Tidak seperti
sel darah merah, sel darah putih memiliki inti (nucleus). Sebagian sel
darah putih bisa bergerak di dalam aliran darah, membuatnya dapat
melaksanakan tugas sebagai system ketahanan tubuh.
Sel darah putih adalah bagian dari sistem ketahanan tubuh yang
penting. Sel darah putih yang terbanyak adalah neutrofil (+60%).
Tugasnya adalah memerangi bakteri pembawa penyakit yang memasuki
tubuh. Mula mula bakteri dikepung, lalu butir-butir didalam sel segera

6
melepaskan zat kimia untuk menghancurkan dan mencegah bakteri
berkembang biak.
Sel darah putih mengandung +5% eosinofil. Fungsinya adalah
memerangi bakteri, mengatur pelepasan zat kimia saat pertempuran,
dan membuang sisa-sisa sel yang rusak.
Basofil yang menyusun 1% sel darah putih, melepaskan zat untuk
mencegah terjadinya penggumpalan darah di dalam pembuluhnya. 20
s\d 30% kadungan sel darah putih adalah trombosit. Tugasnya adalah
menghasilkan antibody, suatu protein yang membantu tubuh memerangi
penyakit.
Monosit bertugas mengepung bakteri. Kira-kira ada 5 sampai 10% di
dalam sel darah putih.
Tubuh mengatur banyak sel darah putih yang dihasilkan sesuai
dengan kebutuhan. Jika kita kehilangan darah, tubuh akan segera
membentuk sel-sel darah untuk menggantinya. Jika kita mengalami
infeksi, maka tubuh akan membentuk lebih banyak sel darah putih
untuk memeranginya.
Pembekuan darah
Proses yang mencegah kehilangan darah dari badan melalui luka
disebut hemostasis dan proses ini terdiri dari tiga stadium yang bekerja
bersama-sama, yaitu :
Spasme vaskuler : penyempitan lumen pembuluh darah yang
putus untuk mengurangi aliran darah yang hilang.
1.Pembentukan sumbat trombosit : untuk menghentikan kebocoran
darah.
2.Pembekuan fibrin disekitar sumbat trombosit dan reaksi fibrin: untuk
merekat pembuluh yang putus dan menarik sisi pinggirnya supaya
merapat (Watson, 2001)
Fungsi darah
Fungsi darah dalam metabolisme tubuh kita antara lain sebagai alat
pengangkut (pengedar), pengatur suhu tubuh dan pertahanan tubuh.
Peredaran oksigen pada tubuh :

7
1. Oksigen diedarkan ke seluruh tubuh oleh sel darah merah
2. Darah yang di pompa dari bilik kanan jantung menuju paru-paru
melepaskan CO2 dan mengambil O2 dibawa menuju serambi kiri.
3. O2 dari serambi kiri disalurkan ke bilik kiri
4. Dari bilik kiri O2 dibawa keseluruh tubuh oleh sel darah merah
untuk pembakaran (oksidasi)
5. Peredaran darah besar yaitu peredaran darah yang berasal dari
jantung membawa oksigen dan sari makanan ke seluruh tubuh dan
kembali ke jantung membawa karbondioksida.
6. Peredaran darah kecil yaitu peredaran darah dari jantung membawa
karbondioksida menuju paru-paru untuk dilepas dan mengambil
oksigen dibawa ke jantung.
Jadi kesimpulannya, fungsi darah adalah:
- Mengedarkan sari-sari makanan keseluruh tubuh
- Mengedarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh
- Mengangkut karbondioksida ke paru-paru
- Mengedarkan hormone
2.1.3 Etiologi
Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus
dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di
Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus
dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer
dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan
baik yang berasal dari sel sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster
Kidney) maupun sel sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.
(Soedarto, 1990; 36).
Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan

8
salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap
serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis
yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 420).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor
penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui
gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah
perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk
tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada
genangan Air bersih yang terdapat bejana bejana yang terdapat di dalam
rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang
lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air
bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai
menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari
dan senja hari. (Soedarto, 1990 ; 37).
Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia
akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia
masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun
virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika
seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu
mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula
terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya
jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.
(Soedarto, 1990 ; 38).
2.1.4 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala penyakit DHF adalah :
- Meningkatnya suhu tubuh (Demam tinggi selama 5 7 hari
- Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
- Nyeri kepala menyeluruh atau berpusat pada supra orbita, retroorbita
- Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis,
hematoma.
- Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.

9
- Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
- Pembengkakan sekitar mata.
- Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
- Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan
lemah).

2.1.5 Klasifikasi
Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi
menjadi 4 tingkat (UPF IKA, 1994 ; 201) yaitu :
Derajat I
Panas 2 7 hari , gejala umumtidak khas, uji tourniquet hasilnya positif
Derajat II
Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala gejala pendarahan spontan
seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena,
perdarahan gusi telinga dan sebagainya.
Derajat III

10
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi
lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan
darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.
Derajat IV
Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140 mmHg)
anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4
golongan, yaitu :
- Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari,
Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
- Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan
seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
- Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat
(>120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( 120 mmHg ), tekanan darah menurun,
(120/80 120/100 120/110 90/70 80/70 80/0 0/0 )
- Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung 140x/mnt)
anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
Derajat (WHO 1997):
Derajat I : Demam dengan test rumple leed positif.
Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan dikulit atau
perdarahan lain.
Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,
tekanan nadi menurun/ hipotensi disertai dengan kulit dingin
lembab dan pasien menjadi gelisah.
Derajat IV : Syock berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah
tidak dapat diukur.
2.1.6 Patofisiologi

11
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty.
Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita
mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh
tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar
getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa
(Splenomegali).
Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah
kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator
kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh
darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra
seluler.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya
volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta
efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %)
menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma
sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan
intravena.
Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya
faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal
pada DHF.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan
ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga
peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan
yang diberikan melalui infus.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit
menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan
intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah
terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan

12
cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat
mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia
jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan
baik. Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan
vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di
seluruh tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal.
2.1.7 Patways

2.1.8 Komplikasi
a. DHF mengakibatkan pendarahan pada semua organ tubuh, seperti
pendarahan ginjal, otak, jantung, paru paru, limpa dan hati. Sehingga
tubuh kehabisan darah dan cairan serta menyebabkan kematian.
b. Ensepalopati.
c. Gangguan kesadaran yang disertai kejang.

13
d. Disorientasi, prognosa buruk.

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang


Untuk mendiagnosis Dengue Haemoragic Fever (DHF) dapat dilakukan
pemeriksaan dan didapatkan gejala seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
juga dapat ditegakan dengan pemeriksaan laboratorium yakni :
- Trombositopenia (< 100.000 / mm3) , Hb dan PCV meningkat (> 20%)
leukopenia (mungkin normal atau leukositosis), isolasi virus, serologis
(UPF IKA, 1994).
- Pemeriksaan serologik yaitu titer CF (complement fixation) dan anti bodi
HI (Haemaglutination ingibition) (Who, 1998 ; 69), yang hasilnya adalah :
Pada infeksi pertama dalam fase akut titer antibodi HI adalah kurang
dari 1/20 dan akan meningkat sampai < 1/1280 pada stadium
rekovalensensi pada infeksi kedua atau selanjutnya, titer antibodi HI
dalam fase akut > 1/20 dan akan meningkat dalam stadium
rekovalensi sampai lebih dari pada 1/2560.
Apabila titer HI pada fase akut > 1/1280 maka kadang titernya dalam
stadium rekonvalensi tidak naik lagi. (UPF IKA, 1994 ; 202)
- Pada renjatan yang berat maka diperiksa : Hb, PCV berulangkali (setiap
jam atau 4-6 jam apabila sudah menunjukan tanda perbaikan) faal
haemostasis x-foto dada, elektro kardio gram, kreatinin serum.
- Laboratorium:
Trombositopenia (< 100.000/ uL) dan terjadi hemokonsentrasi lebih dari
20%.
Secara singkat, pemeriksaan penunjang yang menunjukkan DHF :
a. Darah
1) Trombosit menurun.
2) HB meningkat lebih 20 %
3) HT meningkat lebih 20 %
4) Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
5) Protein darah rendah
6) Ureum PH bisa meningkat

14
7) NA dan CL rendah
b. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).
1) Rontgen thorax : Efusi pleura.
2) Uji test tourniket (+)

2.1.10 Penatalaksaan DHF Pada Anak


Pada dasarnya pengobatan pasien Dengue Haemoragic Fever (DHF)
bersifat simtomatis dan suportif (Ngastiyah, 12995 ; 344)
Dengue Haemoragic Fever (DHF) ringan tidak perlu dirawat, Dengue
Haemoragic Fever (DHF) sedang kadang kadang tidak memerlukan
perawatan, apabila orang tua dapat diikutsertakan dalam pengawasan
penderita di rumah dengan kewaspadaan terjadinya syok yaitu perburukan
gejala klinik pada hari 3-7 sakit ( Purnawan dkk, 1995 ; 571)
Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue (UPF IKA, 1994 ;
203) yaitu:
- Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan kurang)
atau kejangkejang.
- Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati uji torniquet
positif/negatif, kesan sakit keras (tidak mau bermain), Hb dan Ht/PCV
meningkat.
- Panas disertai perdarahan- perdarahan.
- Panas disertai renjatan.

Belum atau tanpa renjatan:


1. Alur Tatalaksana Pemberian Cairan DHF Derajat I dan II

15
Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF
IKA, 1994 ; 203 206 adalah:
Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan surface
cooling. Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan
asetaminofen,asetosal tidak boleh diberikan
Umur 6 12 bulan : 60 mg / kali, 4 kali sehari
Umur 1 5 tahun : 50 100 mg, 4 sehari
Umur 5 10 tahun : 100 200 mg, 4 kali sehari
Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari.
a. Oral ad libitum atau
b.1 Infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk anak
dengan BB < 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB <
10 10 kg bersama sama di berikan minuman oralit, air bauh susu
secukupnya
b.2 Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum
sebanyak banyaknya dan sesering mungkin.
b.3 Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan
infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita
dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :
100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg

16
75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
Obat-obatan lain :
- antibiotika apabila ada infeksi sekunder lain
- antipiretik untuk anti panas
- darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.

Dengan renjatan:
2. Alur Tatalaksana Pemberian Cairan DHF Derajat III

17
Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF
IKA, 1994 ; 203 206 adalah.
a. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan
nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat)
lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi
stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan
kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah
masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi waktu yang dipakai
untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm
diperhitungkan sebagai berikut :
100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg
75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.
60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.
50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.

b. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam


keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan nadi cepat lemah,
akral dingin maka penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma
ekspander (dextran L atau yang lainnya) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam
dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.
Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan
cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu
setelah dapat mengatasi renjatan.
Perhitungan kebutuhan cairan seperti yang tertera pada 2.a.
c. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 ml/Kg BB/ 1
jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg
dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus

18
memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya)
sebanyak 10 ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB
dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membaik dilanjutkan
dengan cairan RL dengan perhitungan sebagai berikut : kebutuhan cairan
selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu
setelah dapat mengatasi renjatan.
Perhitungan kebutuhan cairan seperti yang tertera pada 2.a.
3. Alur Tatalaksana Pemberian Cairan DHF Derajat IV

Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut


UPF IKA, 1994 ; 203 206 adalah.
a. Berikan cairan RL sebanyak 30 ml/Kg BB/1 jam, bila keadaan baik (T
> 80 mmHg dan nadi < 120 x/menit, akral hangat lanjutkan dengan RL
sebanyak 10 ml/Kg BB/1 jam. Jika keadaan umum tidak stabil infus RL
dilanjutkan sampai perhitungan sebagai berikut :
Kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk

19
dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
Perhitungan kebutuhan cairan seperti yang tertera pada 2.a.
b. Apabila setelah pemberian Rl 30 ml/Kg BB/ 1 jam keadaan umum
masih buruk. Tensi tak terukur dan nadi tak teraba maka klien harus
dipasang infus 2 tempat dengan maksud satu tempat untuk RL 10ml/Kg
BB/1 jam dan tempat lain untuk pemberian plasma atau plasma
ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 20 ml/Kg BB/1 jam
selama 1 jam. Jika keadaan umum membaik lanjutkan pemberian RL
dengan perhitungan sebagai berikut :
Kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk
dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
Perhitungan kebutuhan cairan seperti yang tertera pada 2.a.
c. Apabila setelah pemberian Rl 30 ml/Kg BB/ 1 jam keadaan umum
masih buruk. Tensi tak terukur secara palpasi dan nadi teraba cepat
lemah, akral dingin maka klien ini sebaiknya diberikan plasma atau
plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 20 ml/Kg BB/1
jam. Jika keadaan umum membaik lanjutkan pemberian RL dengan
perhitungan sebagai berikut :
Kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk
dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
Perhitungan kebutuhan cairan seperti yang tertera pada 2.a.
d. Apabila setelah pemberian Rl 30 ml/Kg BB/ 1 jam keadaan umum
membaik tetapi tensi terukur kurang dari 80 mmHg dan nadi > 120
x/menit akral hangat atau akral dingin maka klien ini sebaiknya
diberikan plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya)
sebanyak 10 ml/Kg BB/1 jam dan dapat diulangi maksimal sampai 30
ml/Kg BB/24 jam. Jika keadaan umum membaik lanjutkan pemberian
RL dengan perhitungan sebagai berikut :
Kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk
dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
Perhitungan kebutuhan cairan seperti yang tertera pada 2.a.
e. Jika tata laksana grade IV setelah 2 jam sesudah plasma atau plasma

20
ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 20 ml/Kg BB/1 jam dan
RL 10 ml/Kg BB/1 jam tidak menunjukkan perbaikan T = 0, N = 0
maka klien ini perlu dikonsultasikan ke bagian anestesi untuk dievaluasi
kebenaran cairan yang dibutuhkan apabila sudah sesuai dengan yang
masuk. Dalam hal ini perlu monitor dengan pemasangan CVP, gunakan
obat Dopamin, Kortikosteroid dan perbaiki kelainan yang lain.
f. Jika tata laksana grade IV setelah 2 jam sesudah plasma atau plasma
ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 20 ml/Kg BB/1 jam dan
RL 30 ml/Kg BB/1 jam belum menunjukkan perbaikan yang optimal (T
< 80, N > 120 x/menit), maka klien ini perlu diberikan lagi plasma atau
plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 ml/Kg BB/1
jam. Jika reaksi perbaikan tidak tampak, maka klien ini perlu
dikonsultasikan ke bagian anestesi.
g. Jika tata laksana grade IV sesudah memperoleh plasma atau plasma
ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 ml/Kg BB/1 jam dan
RL 30 ml/Kg BB/1 jam belum menunjukkan perbaikan yang optimal (T
> 80, N < 120 x/menit), akral dingin maka klien ini perlu diberikan lagi
plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10
ml/Kg BB/1 jam dan dapat diulangi maksimal sampai 30 ml/Kg BB/24
jam. Jika reaksi perbaikan tidak tampak, maka klien ini perlu
dikonsultasikan ke bagian anestesi.
Untuk kasus kasus yang sudah memperoleh cairan 60 mg/Kg BB/2
jam pikirkan bahaya overload dan kemampuan kontraksi yang kurang.
Dalam hal ini klien perlu diberikan Lasix 1 mg/Kg BB/kali dan
Dopamin.
2.2 Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas
- Umur: DHF merupakan penyakit daerah tropik yang sering
menyebabkan kematian pada anak, remaja dan dewasa ( Effendy,
1995 ).
- Jenis kelamin : secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan pada

21
penderita DHF. Tetapi kematian lebih sering ditemukan pada anak
perempuan daripada anak laki-laki.
- Tempat tinggal : penyakit ini semula hanya ditemukan di beberapa kota
besar saja, kemudian menyebar kehampir seluruh kota besar di
Indonesia, bahkan sampai di pedesaan dengan jumlah penduduk yang
padat dan dalam waktu relatif singkat.
2. Riwayat Keperawatan
P (Provocative) : Virus dengue.
Q (Quality) : Keluhan dari ringan sampai berat.
R (Region) : Semua sistem tubuh akan terganggu.
S (Severity) : Dari Grade I, II, III sampai IV.
T (Time) : Demam 5 8 hari, ruam 5 12 jam.
3. Keluhan Utama
Penderita mengeluh badannya panas (peningkatan suhu tubuh) sakit
kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.
4. Riwayat Keperawatan Sekarang
Panas tinggi (Demam) 2 7 hari, nyeri otot dan pegal pada seluruh
badan, ruam, malaise, mual, muntah, sakit kapala, sakit pada saat
menelan, lemah, nyeri ulu hati dan penurunan nafsu makan (anoreksia),
perdarahan spontan.
5. Riwayat Keperawatan Sebelumnya
Tidak ada hubungannya antara penyakit yang pernah diderita dahulu
dengan penyakit DHF yang dialami sekarang, tetapi kalau dahulu pernah
menderita DHF, penyakit itu bisa terulang.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF didalam keluarga yang lain (yang tinggal
didalam satu rumah atau beda rumah dengan jarak rumah yang
berdekatan) sangat menentukan karena ditularkan melalui gigitan
nyamuk aides aigepty.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
DHF ditularkan oleh 2 jenis nyamuk, yaitu 2 nyamuk aedes:
- Aedes aigepty: Merupakan nyamuk yang hidup di daerah tropis

22
terutama hidup dan berkembang biak di dalam rumah, yaitu pada
tempat penampungan air bersih, seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat
air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang
dibersihkan. Dengan jarak terbang nyamuk + 100 meter.
- Aedes albapictus.
8. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak
a. Faktor Keturunan ; yaitu faktor gen yang diturunkan dari kedua
orang tuanya.
b. Faktor Hormonal ; banyak hormon yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak, namun yang paling berperan
adalah Growth Hormon (GH).
c. Faktor Gizi ; Setiap sel memerlukan makanan atau gizi yang baik.
Untuk mencapai tumbuh kembang yang baik dibutuhkan gizi yang
baik.
d. Faktor Lingkungan; Terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan biologi
dan lingkungan psikososial.
Teori kepribadian anak menurut Teori Psikoseksual Sigmund Freud
meliputi tahap
a. Fase oral, usia antara 0 - 11/2 Tahun
b. Fase anal, usia antara 11/2 - 3 Tahun
c. Fase Falik, usia antara 3 - 5 Tahun
d. Fase Laten, usia antara 5 - 12 Tahun
e. Fase Genital, usia antara 12 - 18 Tahun
Tahap-tahap perkembangan anak menurut Teori Psikososial Erik Erikson
:
a. Bayi (oral) usia 0 - 1 Tahun
b. Usia bermain (Anal ) yakni 1 - 3 Tahun
c. Usia prasekolah (Phallic) yakni 3 - 6 Tahun
d. Usia sekolah (latent) yakni 6 - 12 tahun
e. Remaja (Genital) yakni 12 tahun lebih

23
f. Remaja akhir dan dewasa muda
g. Dewasa
h. Dewasa akhir
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
a. Faktor keturunan (genetik)
Seperti kita ketahui bahwa warna kulit, bentuk tubuh dan lain-lain
tersimpan dalam gen. Gen terdapat dalak kromosom, yang dimiliki
oleh setiap manusia dalam setiap selnya. Baik sperma maupun ovum
masing masing mempunyai 23 pasang kromosom. Jika ovum dan
sperma bergabung akan terbentuk 46 pasang kromosom, yang
kemudian akan terus smembelah untuk memperbanyak diri sampai
akhirnya terbentuk janin, bayi. Setiap kromosom mengandung gen
yang mempunyai sifat diturunkan pada anak dari keluarga yang
memiliki abnormalitas tersebut.
b. Faktor Hormonal
Kelenjar petuitari anterior mengeluarkan hormon pertumbuhan
(Growth Hormone, GH) yang merangsang pertumbuhan epifise dari
pusat tulang panjang. Tanpa GH anak akan tumbuh dengan lambat dan
kematangan seksualnya terhambat. Pada keadaan hipopetuitarisme
terjadi gejala-gejala anak tumbuh pendek, alat genitalia kecil dan
hipoglikemi. Hal sebaliknya terjadi pada hiperfungsi petuitari,
kelainan yang ditimbulkan adalah akromegali yang diakibatkan oleh
hipersekresi GH dan pertumbuhan linear serta gigantisme bila terjadi
sebelum pubertas. Hormon lain yang juga mempengaruhi
pertumbuhan adalah hormon-hormon dari kelenjar tiroid dan lainya.
c. Faktor Gizi.
Proses tumbuh kembang anak berlangsung pada berbagai tingkatan
sel, organ dan tumbuh dengan penambahan jumlah sel, kematangan
sel, dan pembesaran ukuran sel. Selanjutnya setiap organ dan bagian
tubuh lainnya mengikuti pola tumbuh kembang masing-masing.
Dengan adanya tingkatan tumbuh kembang tadi akan terdapat rawan

24
gizi. Dengan kata lain untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal
dibutuhkan gizi yang baik.
d. Faktor Lingkungan
Lingkungan fisik; termasuk sinar matahari, udara segar, sanitas,
polusi, iklim dan teknologi
Lingkungan biologis; termasuk didalamnya hewan dan tumbuhan.
Lingkungan sehat lainnya adalah rumah yang memenuhi syarat
kesehatan.
Lingkungan psikososial; termasuk latar belakang keluarga, hubungan
keluarga.
e. Faktor sosial budaya
Faktor ekonomi, sangat memepengaruhi keadaan sosial keluarga.
Faktor politik serta keamanan dan pertahanan; keadaan politik dan
keamanan suatu negara juga sangat berpengaruh dalam tumbuh
kembang seorang anak.
Tahap perkembangan anak menurut Erik Erikson
Erikson mengemukakan bahwa dalam tahap-tahap perkembangan
manusia mengalami 8 fase yang saling terkait dan berkesinambungan

Tugas Perkembangan Bila Tugas Perkembangan


Tidak Tercapai
Bayi (0 - 1 tahun) Tidak percaya
Rasa percaya mencapai harapan,
Dapat menghadapi frustrasi dalam jumlah
kecil
Mengenal ibu sebagai orang lain dan berbeda
dari diri sendiri.
Usia bermain (1 - 3 Tahun) Malu dan ragu-ragu
Perasaan otonomi.
Mencapai keinginan
Memulai kekuatan baru
Menerima kenyataan dan prinsip kesetiaan

25
Usia pra sekolah ( 3 - 6 Tahun) Rasa bersalah.
Perasaan inisiatif mencapai tujuan
Menyatakan diri sendiri dan lingkungan
Membedakan jenis kelamin.
Usia sekolah ( 6 - 12 Tahun) Rasa rendah diri
Perasaan berprestasi
Dapat menerima dan melaksanakan tugas dari
orang tua dan guru
Remaja ( 12 tahun lebih) Difusi identitas
Rasa identitas
Mencapai kesetiaan yang menuju pada
pemahaman heteroseksual.
Memilih pekerjaan
Mencapai keutuhan kepribadian
Remaja akhir dan dewasa muda Isolasi
Rasa keintiman dan solidaritas
Memperoleh cinta.
Mampu berbuat hubungan dengan lawan jenis.
Belajar menjadi kreatif dan produktif.
Dewasa Absorpsi diri dan
Perasaan keturunan stagnasi
Memperoleh perhatian.
Belajar keterampilan efektif dalam
berkomunikasi dan merawat anak
Menggantungkan minat aktifitas pada
keturunan
Dewasa akhir keputusasaan
Perasaan integritas
Mencapai kebijaksanaan

Tahap Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah : 6 12 Tahun

26
Tahap pertumbuhan
Berat badan pada usia sekolah sebagai pedomannya adalah :

Umur (tahun) x 7 - 5

Tinggi badan : Umur (tahun) x 6 x 7


Tahap perkembangan, Menurut Teori Psikososial Erik Erikson :
Anak usia 6 12 tahun termasuk tahap: Industry Versus Inferioritas
(Rendah diri).
Berfokus pada hasil akhir suatu pencapaian (membuat sesuatu sampai
selesai). Anak memperoleh kesenangan dari penyelesaian tugasnya atau
pekerjaannya dan menerima penghargaan untuk usahanya.
Jika anak tidak mendapat penerimaan dari teman sebayanya atau tidak
dapat memenuhi harapan orang tuanya, akan merasa rendah diri, kurang
menghargai dirinya untuk dapat berkembang.
Jadi fokus pada anak sekolah adalah pada hasil prestasinya, pengakuan
dan pujian dari keluarganya, guru dan temas sebaya. Perkembangan
adalah pengertian dari persaingan/kompetisi dan kerajinannya.
Menurut Perkembangan Intelektual oleh Piaget :
Termasuk tahap : Konkrit Operasional.
(1) Anak mempunyai pemikiran logis terarah, dapat mengelompokkan
fakta-fakta, berfikir abstrak.
(2) Anak mulai dapat mengatasi masalah secara nyata dan sistematis.
Menurut Teori Psikoseksual Sigmund Freud :
Termasuk fase : Laten (5 12 tahun).
(1) Anak masuk ke permulaan fase pubertas.
(2) Anak masuk pada periode integrasi, dimana anak harus berhadapan
dengan berbagai tuntutan sosial, contoh : hubungan kelompok,
pelajaran sekolah, dll.
(3) Fase tenang.
(4) Dorongan libido mereda sementara.
(5) Zona erotik berkurang.

27
(6) Mulai tertarik dengan kelompok sebaya (peer group).

Pemeriksaan Fisik / Pengkajian Persistem


1. Sistem Pernapasan / Respirasi
Sesak, perdarahan melalui hidung (epistaksis), pernapasan dangkal,
tachypnea, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi
terdengar ronchi, effusi pleura (crackless).
2. Sistem Cardiovaskuler
Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositipeni.
Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat (tachycardia),
penurunan tekanan darah (hipotensi), cyanosis sekitar mulut, hidung dan
jari-jari.
Pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
3. Sistem Persyarafan / neurologi
Nyeri pada bagian kepala, bola mata dan persendian. Pada grade III
pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat
terjadi DSS
4. Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan
mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
5. Sistem Pencernaan / Gastrointestinal
Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri
tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran pada hati
(hepatomegali) disertai dengan nyeri tekan tanpa diserta dengan ikterus,
abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat
menelan, dapat muntah darah (hematemesis), berak darah (melena).
6. Sistem integumen
Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering, ruam
makulopapular, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi

28
bintik merah seluruh tubuh/ perdarahan dibawah kulit (petikie), pada
grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
2.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolic, dehidrasi,
viremia
- PK: Syok Hipovolemia b.d dengan kebocoran plasma, perdarahan,
- Takut b.d prosedur pengambilan darah (cek AT dan Hmt serial),
hospitalisasi.
- Cemas orang tua b.d perkembangan penyakit anaknya
- Defisit self care b.d kelemahan, sesak nafas
- Kerusakan pertukaran gas b.d akumulasi cairan di rongga paru
- Resiko kelebihan volume cairan
2.2.3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1 Hipertermi b.d, pening-Setelah dilakukan tindak-Pengaturan Panas (3900)


katan metabolik, viremia an perawatan selama X
24 jam suhu badan pasien1. Monitor suhu sesuai kebutuhan
normal, dengan kriteria : 2. Monitor tekanan darah, nadi dan
Batasan karakteristik : respirasi

Suhu tubuh > nor-mal Termoregulasi (0800) 3. Monitor suhu dan warna kulit

Kejang Suhu kulit normal 4. Monitor dan laporkan tanda dan


gejala hipertermi
Takikardi Suhu badan 35,9C-
5. Anjurkan intake cairan dan nutrisi
Respirasi meningkat 37,3C yang adekuat
Diraba hangat Tidak ada sakit kepa-la
/ pusing 6. Ajarkan klien bagaimana
Kulit memerah mencegah panas yang tinggi
Tidak ada nyeri otot
7. Berikan obat antipiretik
Tidak ada perubahan
warna kulit 8. Berikan obat untuk mencegah
atau me-ngontrol menggigil
Nadi, respirasi dalam
batas normal Pengobatan Panas (3740)

Hidrasi adequate 1. Monitor suhu sesuai kebutuhan

29
Pasien menyatakan2. Monitor IWL
nyaman
3. Monitor suhu dan warna kulit
Tidak menggigil
4. Monitor tekanan darah, nadi dan
Tidak iritabel / gra- respirasi
gapan / kejang
5. Monitor derajat penurunan
kesadaran

6. Monitor kemampuan aktivitas

7. Monitor leukosit, hematokrit, Hb

8. Monitor intake dan output

9. Monitor adanya aritmia jantung

10. Dorong peningkatan intake


cairan

11. Berikan cairan intravena

12. Tingkatkan sirkulasi udara


dengan kipas angin

13. Dorong atau lakukan oral


hygiene

14. Berikan obat antipiretik untuk


mencegah klien menggigil /
kejang

15. Berikan obat antibiotic untuk


mengobati penyebab demam

16. Berikan oksigen

17. Kompres dingin diselangkangan,


dahi dan aksila.

18. Anjurkan klien untuk tidak


memakai selimut

19. Anjurkan klien memakai baju


berbahan dingin, tipis dan
menyerap keringat

30
Manajemen Lingkungan (6480)

1. Berikan ruangan sendiri sesuai


indikasi

2. Berikan tempat tidur dan kain /


linen yang bersih dan nyaman

3. Batasi pengunjung

Mengontrol Infeksi (6540)

1. Anjurkan klien untuk mencuci


tangan sebelum makan

2. Gunakan sabun untuk mencuci


tangan

3. Cuci tangan sebelum dan


sesudah me-lakukan kegiatan
perawatan klien

4. Ganti tempat infuse dan


bersihkan sesuai dengan SOP

5. Berikan perawatan kulit di area


yang odem

6. Dorong klien untuk cukup


istirahat

7. Lakukan pemasangan infus


dengan teknik aseptik

8. Anjurkan klien minum antibiotik


sesuai advis dokter

2. PK: Syok hipovolemiaSetelah dilakukan tindak-1. Kaji dan catat status perfusi
b.d kebocoran plasma,an / penanganan selama perifer. Laporkan temuan
perdarahan , dehidrasi 1 jam diharapkan klien bermakna : ekstremitas dingin
mempunyai perfusi yang dan pucat, penurunan amplitude
adekuat, dengan criteria : nadi, pengisian kapiler lambat.

2. Pantau tekanan darah pada

31
interval sering ; waspadai pada
pembacaan lebih dari 20 mmHg
Kriteria hasil : di bawah rentang normal klien
Amplitudo nadi perifer atau indicator lain dari hipotensi :
meningkat pusing, perubahan mental,
keluaran urin menurun.
Pengisian kapiler
singkat (< 2 detik) 3. Bila hipotensi terjadi, tempatkan
klien pada posisi telentang untuk
Tekanan darah dalam meningkatkan aliran balik vena.
rentang normal Ingat bahwa tekanan darah > atau
= 80/60 mmHg untuk perfusi
CVP > atau = 5 cm
koroner dan arteri ginjal yang
H2O
adekuat.
Frekuensi jantung
4. Pantau CVp (bila jalur dipasang)
teratur
untuk menentukan keadekuatan
Berorientasi terhadap aliran balik vena dan volume
waktu, tempat, dan orang darah; 5-10 cm H2O biasanya
dianggap rentang yang adekuat.
Keluaran urin > atau = Nilai mendekati 0 menunjukkan
30 ml/jam hipovolemia, khususnya bila
terkait dengan keluaran urin
Akral hangat
menurun, vasokonstriksi, dan
Nadi teraba peningkatan frekuensi jantung
yang ditemukan pada
Membran mukosa hipovolemia.
lembab
5. Observasi terhadap indicator
Turgor kulit normal perfusi serebral menurun :
Berat badan stabil dan gelisah, konfusi, penurunan
dalam batas normal tingkat kesadaran. Bila indicator
positif terjadi, lindungi klien dari
Kelopak mata tidak cidera dengan meninggikan
cekung pengaman tempat tidur dan
menempatkan tempat tidur pada
Tidak demam
posisi paling rendah.
Tidak ada rasa haus Reorientasikan klien sesuai
yang sangat indikasi.

Tidak ada napas pen-6. Pantau terhadap indicator perfusi


dek /kusmaul arteri koroner menurun : nyeri
dada, frekuensi jantung tidak

32
teratur.

7. Pantau hasil laboratorium


terhadap BUN (>20 mg/dl) dan
kreatinin (>1,5 mg/dl) meninggi ;
laporkan peningkatan.

8. Pantau nilai elektrolit terhadap


bukti ketidak seimbangan ,
terutama Natrium (>147 mEq/L)
dan Kalium (>5 mEq/L).
Waspadai tanda hiperkalemia :
kelemahan otot, hiporefleksia,
frekuensi jantung tidak teratur.
Juga pantau tanda hipernatremia,
retensi cairan dan edema.

9. Berikan cairan sesuai program


untuk meningkatkan volume
vaskuler. Jenis dan jumlah cairan
tergantung pada jenis syok dan
situasi klinis klien : RL, Asering

10. Siapkan untuk pemindahan klien


ke ICU/PICU

(Keperawatan Medical Bedah :


Swearingen : 1996)

3. Takut b.d prosedur pe-Setelah dilakukan tindak-Coping enhancement (5230)


ngambilan darah, hos-an keperawatan selama
pitalisasi, pengalaman /X 24 jam rasa takut klien1. Kaji respon takut klien : data
lingkungan yang kurangberkurang, dengan criteria objektif dan subyektif
bersahabat. (00148) : 2. Jelaskan klien / keluarga tentang
proses penyakit

Batasan karakteristik : Fear control (1404) : 3. Terangkan klien / keluarga


tentang semua pemeriksaan dan
Panik Klien tidak menye- pengobatan
rang atau menghin-dari
Teror sumber yang menakutkan 4. Sampaikan sikap empati (diam,
mem-berikan sentuhan,
Perilaku menghindar Klien menggunakan mengijinkan menangis, berbicara
atau menyerang teknik relaksasi un-tuk dll)
mengurangi takut

33
Impulsif Klien mampu meng-5. Dorong orang tua untuk selalu
ontrol respon takut menemani anak
Nadi, respirasi, TD
sistolik meningkat Klien tidak melarika6. Berikan pilihan yang realistic
diri tentang aspek perawatan
Anoreksia
Durasi takut menu-run 7. Dorong klien untuk melakukan
Mual, muntah aktifitas social dan komunitas
Klien kooperatif saat
Pucat dilakukan perawatan dan8. Dorong penggunaan sumber
Stimulus sebagaipengobatan spiritual
ancaman Anxiety Reduction (5820)
Lelah Anxiety control (1402) 1. Jelaskan semua
Otot tegang prosedur termasuk pe-
Tidur pasien adekuat rasaan yang mungkin
Keringat meningkat Tidak ada manifes-tasi dialami selama
fisik menjalani prosedur
Gempar
Tidak ada manifes-- 2. Berikan objek yang
Ketegangan me-
tasi perilaku memberikan rasa aman
ningkat
Klien mau berinter- 3. Berbicara dengan pelan
Menyatakan takut
aksi sosial dan tenang
Menangis
4. Membina hubungan
Protes saling percaya

Melarikan diri 5. Jaga peralatan


pengobatan di luar
penglihatan pasien

6. Dengarkan klien dengan


penuh perhatian

7. Ciptakan suasana saling


percaya

9. Dorong klien mengungkapkan


perasaan, persepsi klien dan
takut secara verbal

10. Berikan aktivitas/peralatan yang


meng-hibur untuk mengurangi
ketegangan

34
11. Anjurkan klien menggunakan
teknik relaksasi

12. Anjurkan orang tua untuk


membawakan mainan kesukaan
dari rumah

13. Mengusahakan untuk tidak


mengulang pengambilan darah

14. Libatkan orang tua dalam


perawatan dan pengobatan

15. Berikan lingkungan yang tenang,


batasi pengunjung

4. Defisit self care NOC:


berhu-
bungan dengan kelemah- NIC: Membantu perawatan diri
an Perawatan diri : klien Mandi dan toiletting
(mandi, Makan Toiletting,Aktifitas:
berpakaian) 1. Tempatkan alat-alat mandi
Setelah diberi motivasi ditempat yang mudah dikenali
perawatan selama .x 24 dan mudah dijangkau klien
jam, klien mengerti cara2. Libatkan klien dan dampingi
memenuhi ADL secara
bertahap sesuai kemam-3. Berikan bantuan selama klien
puan, dengan indicator : masih mampu mengerjakan
sendiri
Mengerti secara seder-
hana cara mandi, ma-kan,NIC: ADL Berpakaian
toileting, dan ber-pakaianAktifitas:
serta mau men-coba
secara aman tanpa cemas 1. Informasikan pada Klien dalam
memilih pakaian selama
Klien mau perawatan
berpartisipasi dengan
senang hati tanpa keluhan2. Sediakan pakaian di tempat yg
dalam me-menuhi ADL mudah di jangkau

3. Bantu berpakaian yang sesuai

4. Jaga privcy klien

5. Berikan pakaian pribadi yg

35
digemari dan sesuai

NIC: ADL Makan

1. Anjurkan duduk dan berdoa


bersama teman

2. Dampingi saat makan

3. Bantu jika klien belum mampu


dan beri contoh

4. Beri rasa nyaman saat makan

5. Cemas orang tua b.dSetelah dilakukan tindak-Coping enhancement (5230)


perkembangan penyakitan keperawatan selama
anaknya (perdarahan, X pertemuan kece-1. Kaji respon cemas orang tua
lemah, rewel, sesak na-masan orang tua berku-2. Jelaskan orang tua tentang proses
fas, gelisah) rang, dengan kriteria : penyakit anaknya

3. Jelaskan orang tua tentang


Batasan karakteristik : Anxiety control (1402) prosedur pemeriksaan, perawatan
dan pengobatan
Orang tua sering Tidur adekuat
bertanya 4. Beritahu dan jelaskan setiap
Tidak ada manifest-tasi perkem-bangan penyakit anaknya
Orang tua meng-fisik
ungkapkan perasaan 5. Dorong penggunaan sumber
cemas Tidak ada manifest-tasi spiritual
perilaku
Khawatir Anxiety Reduction (5820)
Mencari informasi
Kewaspadaan me-untuk mengurangi cemas 1. Jelaskan semua prosedur
ningkat termasuk pera-saan yang
Menggunakan teknik mungkin dialami selama men-
Mudah tersinggung relaksasi untuk me- jalani prosedur
ngurangi cemas
Gelisah 2. Berikan objek yang dapat
Berinteraksi social memberikan ra-sa aman
Wajah tegang, me-
merah 3. Berbicara dengan pelan dan
tenang
Kecenderungan me-Aggression Control
nyalahkan orang lain (1401) 4. Membina hubungan saling
percaya
Menghindari kata yang

36
meledak-ledak 5. Dengarkan dengan penuh
perhatian
Menghindari perila-ku
yang merusak 6. Ciptakan suasana saling percaya

Mampu mengontrol7. Dorong orang tua


verbal mengungkapkan pera-saan,
persepsi dan cemas secara verbal

8. Berikan peralatan / aktivitas yang


Coping (1302) meng-hibur untuk mengurangi
Mampu mengidenti- ketegangan
fikasi pola koping yang9. Anjurkan untuk menggunakan
efektif dan tidak efektif teknik re-laksasi
Mampu mengontrol
10 Berikan lingkungan yang tenang,
verbal batasi pengunjung
Melaporkan stress /
cemasnya berkurang

Mengungkapkan me-
nerima keadaan

Mencari informasi
berkaitan dengan pe-
nyakit dan pengo-batan

Memanfaatkan du-
kungan social

Anxiety control (1402)

Tidur adekuat

Tidak ada manifest-tasi


fisik

Tidak ada manifest-tasi


perilaku

Mencari informasi
untuk mengurangi cemas

Menggunakan teknik

37
relaksasi untuk me-
ngurangi cemas

Berinteraksi social

Aggression Control
(1401)

Menghindari kata yang


meledak-ledak

Menghindari perila-ku
yang merusak

Mampu mengontrol
verbal

Coping (1302)

Mampu mengidenti-
fikasi pola koping yang
efektif dan ti-dak efektif

Mampu mengontrol
verbal

Melaporkan stress /
cemasnya berkurang

Mengungkapkan me-
nerima keadaan

Mencari informasi
berkaitan dengan pe-
nyakit dan pengo-batan

Memanfaatkan du-
kungan sosial

38
39
2.2.4 IMPLEMENTASI
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan
kepada perawat untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun
tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, meliputi peningkatan kesehatan atau penceglahan penyakit, pemulihan
kesehatan dari fasilitas yang dimiliki.

Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika


klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan. Selama perawatan atau pelaksanaan, perawat terus melakukan
pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan
kebutuhan klien, dan memprioritaskannya. Semua tindakan keperawatan dicacat ke
dalam format yang telah ditetapkan oleh institusi.

2.2.5 EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir proses keperawatan untuk melengkapi proses
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan telah berhasil dicapai, melalui evaluasi
memungkinkan perawat untukk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian,
analisa perncanaan dan pelaksanaan tindakan. Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada
akhir proses keperawatan, tetapi evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap
proses keperawatan. Diagnosa juga perlu dievaluasi untuk menetukan apakah realistis
dapat dicapai dan efektif.
Evaluasi Subyektif :
Keluarga mengatakan demam berkurang atau tidak ada
Keluarga mengatakan nafsu makan klien meningkat
Evaluasi Obyektif :
Suhu tubuh dalam batas normal
Intake dan out put kembali normal / seimbang.
Pemenuhan nutrisi yang adekuat.
Perdarahan tidak terjadi / teratasi.
Pengetahuan keluarga bertambah.
Shock hopovolemik teratasi

40
BAB III
LAPORAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : An. A N
Umur : 7,5 thn
Alamat : Koto Baru
Agama : Islam

Nama Ibu : Ny. R


Pendidikan : SMA
Nama Ayah : Tn S
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan swasta

Diagnosa Medik : DHF


Pengkajian tanggal : 24 Maret 2017

2. Keluhan Utama :
Sakit kepala, panas dan tidak nafsu makan.
3. Riwayat penyakit sekarang :
Senin pagi panas, dibawa ke puskesmas dapat paracetamol. Panas turun. Rabu malam anak
tiba-tiba muntah-muntah air, makan tidak mau, minum masih mau. Kamis jam 03 pagi
keluar darah dari hidung pada waktu bersin, keluhan pusing, mencret air, dibawa ke IGD.
4. Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya klien tidak penah dirawat karena penyakit apapun.
5. Riwayat penyakit keluarga
Menurut keluarga ( Ibu ) tidak ada keluarga yang dalam waktu dekat ini menderita sakit
DBD.
6. Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut ibu kondisi lingkungan rumah cukup bersih, walaupun tinggal dekat kali kecil,
sekitar rumah terdapat beberapa ban bekas untuk menanam tanaman yang belum dipakai,
bak mandi dikuras setiap seminggu 1 kali. Menurut ibu seminggu yang lalu ada tetangga

41
gang yang menderita DHF, tetapi sekarang sudah sembuh, dan lingkungan wilayah belum
pernah disemprot.
7. Riwayat kehamilan
Anak lahir pada usia kehamilan 9 bulan, dengan berat badan lahir 4 kg. Lahir spontan dan
selama 1 tahun anak mendapat imunisasi lengkap dan minum PASI Lactona s/d 2 tahun.
8. Pengkajian Pola Fungsional
1. Pola Nutrisi Metabolik
Sebelum Sakit
Pagi : Nasi, lauk, piring
Siang : Nasi, lauk, sayur
Sore :-
Saat Sakit
Nasi bubur, 1 2 sendok.
Nafsu makan menurun
Klien tidak mengalami kesulitan dalam menelan.
Keadaan gigi atas dan bawah partial dan tidak menggunakan protesa.
2. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit
Kebiasaan defekasi 1 kali/hari.
Abdomen simetris, tidak ada distensi
Frekuensi BU normal ( 8-12 x/menit )
Kebiasaan miksi 4 kali/hari.
Ginjal tidak teraba dan blast tidak distensi.
Keadaan uretra normal
Saat Sakit
Kebiasaan defekasi 1 kali/hari.
Pada Abdomen terdapat nyeri tekan daerah hepar dan asites positif
Frekuensi BU Normal ( 8 x/menit )
Kebiasaan miksi 4 kali/hari.
Ginjal tidak teraba dan blast tidak distensi.
Keadaan uretra normal
3. Pola Aktivitas Latihan
Sebelum Sakit
Mandi : Mandiri

42
Berpakaian/Berhias : Mandiri
Toileting : Mandiri
Klien tidak menggunakan alat bantu, dan hampir seluruh aktifitas dilakukan secara
mandiri.
Saat Sakit
Mandi : Dibantu oleh orang lain
Berpakaian/Berhias : Dibantu oleh orang lain
Toileting : Dibantu oleh orang lain
Mobilitas di TT : Dibantu oleh orang lain
Klien tidak menggunakan alat bantu, hampir seluruh aktifitas dibantu oleh orang
lain.
4. Pola Tidur Istirahat
Sebelum Sakit
Kebiasaan tidur 8 jam/hari. Tidur malam 2 jam. Klien merasa segar dan tidak ada
gangguan tidur
Saat Sakit
Kebiasaan tidur 8 jam/hari. Tidur malam 2 jam. Klien merasa lemas dan tidak ada
gangguan tidur
5. Pola Kognitif Konseptual
Sebelum Sakit
Pendengaran normal, penglihatan normal dan tidak ada gangguan berfikir
Saat Sakit
Pendengaran normal, penglihatan normal dan tidak ada gangguan berfikir
6. Pola Persepsi Diri / Konsep Diri
Masalah utama mengenai perawatan di RS/penyakit, keadaan emosional normal
kemampuan adaptasi baik, tidak ada gangguan konsep diri :
7. Pola Peran / Hubungan
Kepedualian keluarga mengenai perawatan baik. Terlihat orang tua selalu setia
merawat / menjaga klien saat di RS, secara bergantian.
8. Pola Seksualitas
Klien berjenis kelamin perempuan. Tidak ada kelainan pada genetalia. Tidak ada
penyakit mengenai seks.
9. Pola Koping Toleransi Stress

43
Klien mampu beradaptasi dengan baik. Keputusan diambil oleh ayah dan ibu. Koping
toleransi terhadap stress tidak terkaji
10. Pola Nilai Kepercayaan
Klien beragama Islam, Klien dan keluarga berdoa agar klien diberikan kesembuhan.
9. Pemeriksaan Fisik
Status mental: CM, GCS 4, 5, 6
Tanda vital: TB: -, BB: 16, 5 kg, TD 100/60 mmhg, N 98 x/m, R 25 x/m
Kulit:
- Warna : Normal
- Suhu : 38 0C
- Turgor : Baik
- Edema : Tidak
- Lesi : Tidak
- Memar : Tidak
Mulut:
- Hygiene : Bersih
- Gusi : Normal
- Gigi : Normal
- Lidah : Bersih
- Mucosa : Normal
- Tonsil : Normal
- Wicara : Normal
Rambut dan kulit kepala: rambut tebal, warna hitam.
Pernafasan/sirkulasi
Pergerakan napas simetris, tidak terdapt pernapasan cuping hidung, pd saat pengkajian
tanda-tanda epistaksis sudah tidak ada, Frekuensi napas 25x/menit. Bunyi nafas
tambahan tidak terdengar
Muskuloskletal
Tidak terdapat kontraktur sendi, tidak ada deformitas, keempat ekstremitas simetris,
kekuatan otot baik
Mata
- Mata normal pupil isokor, refleks terhadap cahaya normal, kiri kanan
- Tidak ada lingkaran hitam disekitar mata
Cardiovaskuler

44
TD : 100/60, nadi 98x/mnt, akral dingin, tidak terdapat tanda-tanda cyanosis, cap.
Refill < 3 detik, tidak terjadi perdarahan spontan, tanda-tanda petikhie spontan tidak
terlihat, hanya tanda pethike bekas rumple leed.

10. Pemeriksaan Penunjang


Tanggal 23 Maret 2017 Tanggal 22 Maret 2017 Tanggal 22 Maret 2017
Hb : 12.6 g/dl Hb : 12.6 g/dl Hb : 12.5 g/dl
Leko : 6.070 mm Leko : 3.970 mm Leko : 3.570 mm
Trombo : 45 mm Trombo : 41 mm Trombo : 44 mm
Hematokrit : 38% Hematokrit : 35% Hematokrit : 37%
11. Terapi
Infus RL 17 tts/m
Injeksi Ranitidine 2 x Amp
Paracetamol Syrup 3 x 2 sendok teh
Domperidon Syrup 3 x 1 sendok teh
B. ANALISA DATA
No Data Subyektif dan Obyektif Etiologi Masalah
1. DS : Klien mengatakan badan terasa Proses infeksi virus Hypertermi
panas dan kepala pusing. Dengue
DO : - Suhu tubuh : 38 0C.
- Nadi : 98 x/menit.
- Respirasi : 25 x/menit.
- Tampak gelisah dan lemah.
2. DS : Klien mengatakan tidak mau Penurunan nafsu makan Nutrisi kurang dari
makan. ( anoreksia ) kebutuhan
DO : - BB : 16,5 kg.
- Makanan yang disediakan
hanya dimakan 1-2 sendok
makan.
- Klien terlihat lemah.
3. DS : Klien mengatakan tidak bisa Faktor Psikologis Kelelahan
duduk, mandi, jalan, ketoilet.
DO : - Klien terbaring di TT.
- Saat aktivitas selalu dibantu
ibunya.
- Klien tampak cemas

45
- Terpasang infus RL 17 tts/m.
- Klien terlihat masih lemah.
- Tanda-tanda vital :
Suhu : 38 0C
Nadi : 98 x/menit
Resp : 25 x/menit

C. DAFTAR MASALAH
No Diagnosa Keperawatan Tgl Muncul Tgl Teratasi
1. Hypertermi berhubungan dengan virus Dengue 24 Maret 2017 24 Maret 2017
ditandai dengan :
Klien mengatakan badan terasa panas dan
kepala pusing.
Suhu tubuh : 38 0C.
Nadi : 98 x/menit.
Respirasi : 25 x/menit.
Tampak gelisah dan lemah.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan 24 Maret 2017 -
dengan penurunan nafsu makan ( anoreksia )
ditandai dengan :
Klien mengatakan tidak mau makan.
BB : 16,5 kg.
Makanan yang disediakan hanya
dimakan 1-2 sendok makan.
Klien terlihat lemah.
3. Kelelahan berhubungan dengan Faktor 24 Maret 2017 -
Psikologis
Klien mengatakan tidak bisa duduk, mandi,
jalan, ketoilet.
Klien terbaring di TT.
Saat aktivitas selalu dibantu ibunya.
Terpasang infus RL 11 tts/m.
Klien terlihat masih lemah.

46
D. RENCANA KEPERAWATAN
1. Hipertermi b.d, pening-Setelah dilakukan tindak-Pengaturan Panas (3900)
katan metabolik, viremia an perawatan selama X
24 jam suhu badan pasien1. Monitor suhu sesuai kebutuhan
normal, dengan kriteria : 2. Monitor tekanan darah, nadi dan
Batasan karakteristik : respirasi

Suhu tubuh > nor-mal Termoregulasi (0800) 3. Monitor suhu dan warna kulit

Kejang Suhu kulit normal 4. Monitor dan laporkan tanda dan gejala
hipertermi
Takikardi Suhu badan 35,9C-
5. Anjurkan intake cairan dan nutrisi yang
Respirasi meningkat 37,3C adekuat
Diraba hangat Tidak ada sakit kepa-la
/ pusing 6. Ajarkan klien bagaimana mencegah
Kulit memerah panas yang tinggi
Tidak ada nyeri otot
7. Berikan obat antipiretik
Tidak ada perubahan
warna kulit 8. Berikan obat untuk mencegah atau me-
ngontrol menggigil
Nadi, respirasi dalam
batas normal

Hidrasi adequate Pengobatan Panas (3740)

Pasien menyatakan1. Monitor suhu sesuai kebutuhan


nyaman 2. Monitor IWL
Tidak menggigil 3. Monitor suhu dan warna kulit
Tidak iritabel / gra-4. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
gapan / kejang
5. Monitor derajat penurunan kesadaran

6. Monitor kemampuan aktivitas

7. Monitor leukosit, hematokrit, Hb

8. Monitor intake dan output

9. Monitor adanya aritmia jantung

10. Dorong peningkatan intake cairan

11. Berikan cairan intravena

12. Tingkatkan sirkulasi udara dengan kipas

47
angin

13. Dorong atau lakukan oral hygiene

14. Berikan obat antipiretik untuk mencegah


klien menggigil / kejang

15. Berikan obat antibiotic untuk mengobati


penyebab demam

16. Berikan oksigen

17. Kompres dingin diselangkangan, dahi dan


aksila.

18. Anjurkan klien untuk tidak memakai


selimut

19. Anjurkan klien memakai baju berbahan


dingin, tipis dan menyerap keringat

Manajemen Lingkungan (6480)

1. Berikan ruangan sendiri sesuai indikasi

2. Berikan tempat tidur dan kain / linen


yang bersih dan nyaman

3. Batasi pengunjung

Mengontrol Infeksi (6540)

1. Anjurkan klien untuk mencuci tangan


sebelum makan

2. Gunakan sabun untuk mencuci tangan

3. Cuci tangan sebelum dan sesudah me-


lakukan kegiatan perawatan klien

4. Ganti tempat infuse dan bersihkan sesuai


dengan SOP

5. Berikan perawatan kulit di area yang


odem

6. Dorong klien untuk cukup istirahat

7. Lakukan pemasangan infus dengan


teknik aseptik

48
8. Anjurkan klien minum antibiotik sesuai
advis dokter

2 Nutrisi kurang dariNOC : NIC :


kebutuhan tubuh b/d v Nutritional Status : Nutrition Management
intake nutrisi yang tidak food and Fluid Intake 1. Kaji adanya alergi makanan
adekuat akibat mual danKriteria Hasil : 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
nafsu makan yang v Adanya peningkatan menentukan jumlah kalori dan nutrisi
menurun berat badan sesuai yang dibutuhkan pasien.
dengan tujuan 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
v Berat badan ideal protein dan vitamin C
sesuai dengan tinggi 4. Yakinkan diet yang dimakan mengandung
badan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
v Mampu 5. Ajarkan pasien bagaimana membuat
mengidentifikasi catatan makanan harian.
kebutuhan nutrisi 6. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
v Tidak ada tanda tanda kalori
malnutrisi 7. Kaji kemampuan pasien untuk
v Tidak terjadi penurunan mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
berat badan yang berarti
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat badan
3. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
4. Monitor turgor kulit
5. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah
6. Monitor mual dan muntah
7. Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
dan kadar Ht
8. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
9. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
10. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

4. Defisit self care NOC:


berhu-
bungan dengan kelemah- NIC: Membantu perawatan diri klien Mandi
an Perawatan diri : dan toiletting
(mandi, Makan Toiletting,Aktifitas:
berpakaian) 1. Tempatkan alat-alat mandi ditempat yang
Setelah diberi motivasi mudah dikenali dan mudah dijangkau
perawatan selama .x 24 klien

49
jam, klien mengerti cara2. Libatkan klien dan dampingi
memenuhi ADL secara
bertahap sesuai kemam-3. Berikan bantuan selama klien masih
puan, dengan indicator : mampu mengerjakan sendiri

Mengerti secara seder-NIC: ADL Berpakaian


hana cara mandi, ma-kan,Aktifitas:
toileting, dan ber-pakaian
1. Informasikan pada Klien dalam memilih
serta mau men-coba
pakaian selama perawatan
secara aman tanpa cemas
2. Sediakan pakaian di tempat yg mudah di
Klien mau
jangkau
berpartisipasi dengan
senang hati tanpa keluhan3. Bantu berpakaian yang sesuai
dalam me-menuhi ADL
4. Jaga privcy klien

5. Berikan pakaian pribadi yg digemari dan


sesuai

NIC: ADL Makan

1. Anjurkan duduk dan berdoa bersama


teman

2. Dampingi saat makan

3. Bantu jika klien belum mampu dan beri


contoh

4. Beri rasa nyaman saat makan

5. Kelelahan b.d faktor NOC NIC


psikologis Nutritionl Status: Energy 1. intervensi terapeutik perawat
Kriteria hasil 2. Kaji tingkat kelelahan, kaji frekuensi
Mengatakan kelelahan, aktivitas yang dihubungkan
meningkatnya energi dan dengan peningkatan kelelahan,
kesejahteraan kemampuan melakukan ADL, waktu
Menjelaskan rencana terjadinya peningkatan energi,
konservsi energi untuk kemampuan konsentrasi, mood, dan pola
mengurangi kelelahan aktivitas rutin.
3. Evaluasi kecukupna nutrisi dan tidur.
Anjurkan klien istirahat yang cukup
4. Dengan bantuan praktisi perawatan
50
primer menentukan apakah ada penyebab
fisiologis atau psikologis dari kelelahan
yang perlu ditangani, penyebab fisiologis
dari kelelahan yang dapat ditangani
misalnya anemia, ketidakseimbangan
elektrolit, hipotiroidisme, depresi, atau
efek pengobatan
5. Bekerja sama dengan dokter untuk
menentukan jika klien mempunyai gejala
kronis kelelahan
6. Anjurkan klien mengekspresikan
perasaan kelelahan, gunakan teknik
mendengar aktif dan bantu
mengidentifikasi sumber-sumber harapan
7. Anjurkan klien untuk membuat catatan
aktivitas, gejala kelelahan, dan perasaan
8. Bantu ADL klien jika diperlukan;
anjurkan kemandirian yang tidak
menimbulkan kelelahan
9. Bantu klien tersenyum, memudahkan
penyelesaian tujuan jangka pendek
misalnya menulis dua kalimat dalam
catatan harian atau berjalan dalam kamar
dua kali sehari
10. Dengan persetujuan dokter, rujuk ke
terapi fisik untuk memonitor program
latihan aerobik

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

51
No Tgl Dx.kep Impelentasi
1. 24/3/2017 I 1. Memberikan kompres hangat didaerah axilla / bagian kepala.
2. Memberikan pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
3. Memberikan minuman air sesering mungkin.
4. Melaksanakan kolaborasi /membantu memasang cairan infus
RL 17 tts/m.
5. Memberikan antipiretik ( paracetamol ).

2. 24/3/2017 II 1. Menganjurkan kepada ibu klien untuk memberikan makanan


dalam porsi kecil tapi sering.
2. Membantu dalam menyajikan makanan yang masih dalam
keadaan hangat dan sesuai dengan diet yang telah ditentukan
( ahli gizi ).
3. Menganjurkan untuk menghidari makanan yang berbau dan
berbumbu yang berlebihan.
4. Menganjurkan membawa makanan dari rumah yang sesuai
dengan diet RS.
3. 24/3/2017 III 1. Memantau respon klien terhadap aktivitas dapat dilihat dari
tanda-tanda vital.
2. Membantu klien bangun dari TT, kekamar mandi, toilet,
duduk, makan atau minum.
3. Menganjurkan kepada ibunya dalam hal perawatan diri
anaknya :
- Membantu membersihkan / melap tubuh klien.
- Mengganti pakaian yang kotor.
- Membantu gosok gigi / membersihkan mulut.

F. CATATAN PERKEMBANGAN

No Tgl Dx. kep Perkembangan TT


1. 24/3/2017 I S :Klien mengatakan panas badannya mulai

berkurang dan tidak pusing lagi.

O : Suhu : 37,5 0C, nadi : 94 x/m, respirasi : 24 x/m.


A : Hypertermi.
P : Intervensi
I :
52
- Memberikan kompres dingin.
- Memberikan / menganjurkan pakaian yang
tipis dan menyerap keringat.
- Mengawasi tetesan infus 11 tts/m.
- - Memberikan obat ahsil kolaborasi
( paracetamol ).
2. 24/3/2017 II S : Klien mengatakan tidak mau makan.
O : Makanan yang disedikan hanya dimakan 1-2
sendok. Klien masih lemah.
A : Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan.
P : Intervensi teruskan.
I :
- Memberikan makanan dalam porsi kecil
tapi sering.
- Membantu dalam menyajikan makanan
yang masih dalam keadaan hangat.
- Manganjurkan untuk menghindari
makanan yang berbau dan berbumbu yang
berlebihan.
- Menganjurkan membawa makanan dari
rumah sesuai selera klien.
3. 24/3/2017 III S : Klien masih minta bantuan ibunya untuk
memenuhi kebutuhannya,
O : Klien masih lemah terbaring di TT.
A : Intoleransi aktivitas.
P : Intervensi teruskan.
I :
- Memantau respon klien terhadap aktivitas dari
tanda-tanda vital.
- Membantu klien bangun dari TT, kekamar
mandi, toilet, duduk makan, minum.
- Menganjurkan ibunya dalam perawatan diri
anaknya ( membantu membersihkan / melap
tubuh klien, ganti pakaian kotor, gosok gigi /
membersihkan mulut ).
4. 25/3/2017 I S : Klien mengatakan badannya sudah terasa
53
nyaman.
O : Suhu : 36,4 0C, nadi : 94 x/m, respirasi : 24 x/m.
A : Masalah teratasi.
P:-
I :-
5. 25/3/2017 II S : Klien masih belim mau makan.
O: Makanan yang disediakan baru dimakan 5 sendok
makan.
A: Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan.
P : Intervensi teruskan.
I :
- Memberikan makanan dalam porsi kecil tapi
sering.
- Membantu dalam menyajikan makanan yang
masih dalam keadaan hangat.
- Manganjurkan untuk menghindari makanan
yang berbau dan berbumbu yang berlebihan.
- Menganjurkan membawa makanan dari
rumah sesuai selera klien.
6. 25/3/2017 III S : Klien mengatakan sudah mulai mampu duduk
mandiri.
O : Klien tampak duduk bersandar pada sisi tempat
tidur. Klien dapat merespon pertanyaan perawat.
A : Masalah teratasi sebagian.
P:-
I :-
7. 26/3/2017 II S : Klien mengatakan nafsu makannya mulai ada.
O : Makanan yang disedikan 1/3 porsinya sudah
mampu dihabiskan.
A : Masalah teratasi.
P:-
I :-
8. 26/3/2017 - Klien minta pulang, administrasi beres.

54
BAB IV
PEMBAHASAN

I. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistimatis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi status kesehatan klien. (Nursalam, 2001).
Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 24 Maret 2017 dan merupakan hari ketiga An.
A N di rawat dengan diagnosa DHF. Pada tahap pengkajian menurut teori ada beberapa metode
yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu metode observasi langsung, wawancara dengan
klien, pemeriksaan fisik head to toe, hasil pemeriksaan penunjang, catatan medis, catatan
keperawatan dan informasi dari perawat ruangan.

55
Secara teoritis Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang
disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang
dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2005; 419).
Tanda dan gejala penyakit DHF meningkatnya suhu tubuh (Demam tinggi selama 5 7
hari, mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi, nyeri kepala menyeluruh atau
berpusat pada supra orbita, retroorbita, perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie,
echymosis, hematoma, epistaksis, hematemisis, melena, hematuri, nyeri otot, tulang sendi,
abdoment, dan ulu hati, pembengkakan sekitar mata, pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah
bening, tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah,
capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada pasien tanggal 24 Maret 2017 tanda dan
gejala yang ditemui suhu demam, mual, muntah, tidak ada nafsu makan, nyeri kepala, diare,
keluar darah dari hidung.
Menurut penulis klien hanya memiiki tanda dan gejala seperti yang tersebut diatas karena
klien baru menderita DHF stage II.
Faktor pendukung yang penulis temukan yaitu ketersediaannya format pengkajian yang
dijadikan acuan, catatan medis dan catatan keperawatan. Sikap klien dan keluaraga yang
kooperatif juga membentu penulis saat melakukan pengkajian pada klien, penulis tidak
menemukan faktor penghambat saat melakukan pengkajian.

II. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah keputusan respon klien tentang masalah kesehatan aktul,
potensial dan resiko tinggi. Sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan
asuhan keperwatan klien sesuia dengan kewenwngan perawat, tahap dalam diagnosa keperawatn
klien antra lain : analisa data, perumusan masalah, perioritasa masalah. (suprajitno, 2004). Dalam
merumuskan diagnose keperawatan, diagnosa yang terdapat pada teori ada tujuh yaitu:

1. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolic, dehidrasi, viremia


2. PK: Syok Hipovolemia b.d dengan kebocoran plasma, perdarahan,
3. Takut b.d prosedur pengambilan darah (cek AT dan Hmt serial), hospitalisasi.
4. Cemas orang tua b.d perkembangan penyakit anaknya
5. Kelelahan b.d faktor psikologis
6. Kerusakan pertukaran gas b.d akumulasi cairan di rongga paru
7. Resiko kelebihan volume cairan
Berdasarkan data pada pengkajian yng dilakukan penulis maka diagnos yang sesuai
dengan pasien adalah

56
- Hypertermi berhubungan dengan virus Dengue
Diagnosa ini muncul karena adanya proses infeksi yang terjadi pada pasien ditandai dengan
suhu tubuh 38 c.
- Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan nafsu makan
Diagnosa muncul ditandai dengan BB 16,5 Kg, makanan habis 1-2 sendok makan, klien
tampak lemah
- Kelelahan berhubungan dengan faktor psikologis
Diagnosa muncul ditandai dengan klien tampak cemas, aktivitas klien dibantu orang tua
Diagnosa lain tidak dimunculkan karena klien baru menderita DHF derajad II yang belum
ditandai dengan syok, dan orang tua sudah diberikan penyuluhan kesehatan sehingga rasa cemas
orang tua .
Dalam merumuskan diagnosa keperawatan ini penulis menemukan faktor pendukung yaitu
tersedianya buku pedoman dalam pembuatan diagnosa keperawatan klien dengan DHF, sedangkan
faktor penghambat tidak ditemukan.

III. Intervensi Keperawatan


Perencanaan keperawatan adalah acuan tertulis yang terdiri dari berbagai intervensi
sehingga kebutuhan dasar klien terpenuhi (Darmawan, 2008).
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan
rencana tindakan yang telah disusun. Setiap tindakan keperawatan yang dilakukan dicatat dalam
pencatatan keperawatn agar tindakan keperawatan terhadap klien berlanjut (Suprajitno, 2004).

IV.Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai kemingkinan terjadi pada tahap evaluasi proses dan evaluasi hasil (Suprajitno,
2004).
Intervensi, Implementasi dan evalusia telah dilakukan sesuai teori yang berpedoman pada
buku aplikasi keperawatan Nanda NOC-NIC. Selama 2 hari dilakukan implementasi keperawatan
kondisi klien,sesak masih terasa, aktivitas masih dibanu keluarga, nutrisi klien belum tercukpi, dan
alat-alat invasif masih terpasang.
Faktor pendukung yang ditemukan pada saat penulis melakukan asuahan keperawatan
adalah keluarga yang kooperatif, tersedia catatan keperawatan medis yang lengkap, tersedianya
format pengkajian, mendapat arahan dari pembimbing Akademik serta dari pembimbing klinik

57
dan kerja sama yang baik dengan perawat ruangan, faktor penghambat melakukan implementasi
keperawatan tidak ada karena sikap klien yang kooperatif

BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
a. Pada pengkajian yang penulis lakukan didapatkan data yang menunjukkan gejala DHF, adanya
demam tinggi, badan lemas, mukosa bibir kering disertai sedikit minum dan tidak nafsu
makan. Terjadi penurunan berat badan. Klien di diagnose medis DHF akibat terinfeksi virus
dengue melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

b. Pada diagnose keperawatan yang penyusun dapatkan pada An. AN ada 3 diagnosa yaitu :
Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism, nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan, kelelahan berhubungan dengan faktor
psikologis

58
c. Intervensi keperawatan yang telah disusun semua berdasarkan standar asuhan keperawatan.
Pada diagnose hipertermi intervensi yang dibuat adalah Ukur tanda-tanda vital ( suhu ),
Berikan kompres hangat, Tingkatkan intake cairan. Diagnosa deficit volume cairan intervensi
yang dibuat adalah Observasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam, dan Observasi
dan cata intake dan output. Diagnosa perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh intervensi
yang dibuat adalah Timbang berat badan, Monitor pemberian cairan melalui intravena setiap
jam, Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi, Ciptakan lingkungan yang nyaman,
Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake
nutrisi, Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi
sering secara bertahap, Anjurkan kebersihan oral, Timbang berat badan setiap hari pada waktu
yang sama dan dengan skala yang sama

d. Implementasi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah diagnose hipertermi


berhubungan dengan peningkatan laju metabolism tindakan yang dilakukan untuk
mengatasinya adalah mengukur tanda-tanda vital ( suhu ), memberikan kompres hangat,
meningkatkan intake cairan. Diagnosa deficit volume cairan tindakan yang dilakukan untuk
mengatasinya adalah mengobservasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam, dan
mengobservasi dan cata intake dan output. Diagnosa nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya adalah menimbang berat badan, memonitor
pemberian cairan melalui intravena setiap jam, menimbang berat badan setiap hari atau sesuai
indikasi, menciptakan lingkungan yang nyaman, memberikan makanan yang disertai dengan
suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi, menganjurkan kepada orang tua
untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering secara bertahap,
menganjurkan kebersihan oral, menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan
dengan skala yang sama.

e. Pada tahap akhir, yaitu evaluasi disimpulkan bahwa 3 diagnosa yang ada telah diatasi semua
selama tiga hari perawatan pada An. AN yaitu diagnose

Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism, ditandai dengan suhu


tubuh kembali normal 36,5 C. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan nafsu makan ditandai dengan berat badan masih 16,5 kg,tidak ada muntah, dan
menghabiskan porsi makan yang disediakan.

VII. Saran

59
a. Hendaknya institusi meyediakan referensi yang terbaru untuk meningkatkan kemampuan
mahasiswa/I sehingga dapat memecahkan adanya masalah yang ada di tempat praktek
keperawatan.

b. Hendaknya masyarakat dapat menyebutkan tanda-tanda DHF sehingga komplikasi DHF dapat
diidentifikasi sedini mungkin.

c. Hendaknya profesi keperawatan dapat menjamin kompetensi profesi perawat melalui uji
kompetensi yang dilakukan pada setiap perawat sehingga perawat terampil dalam
memberikan asuhan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather. 2009. Diagnosa Keperawatan Nanda Internasional. EGC. Jakarta

Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta

Agustiani, Nurlinda. 2008. Karya Tulis Ilmiah DHF. Samarinda

M. Nurs, Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan pada bayi dan anak. Salemba Medika. Jakarta

Suriadi, Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak edisi 2. Sagung Seto. Jakarta

60

Anda mungkin juga menyukai