Saluran
pencernaan
terdiri
dari
mulut,
tenggorokan
(faring),
antibodi
dan
enzim
(misalnya
lisozim),
yang
2. Tenggorokan ( Faring)
Penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal
dari bahasa yunani yaitu Pharynk.
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata
yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
lambung.
Makanan
berjalan
melalui
kerongkongan
dengan
gudang
makanan,
yang
sistem
saraf
yang
menimbulkan
keinginan
untuk
B. PENGERTIAN
Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari)
disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa
darah dan/atau lendir (Prof. Sudaryat, dr.SpAK, 2007).
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan
pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya,
dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi
lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari
dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat A, 2006).
tekanan
intraokuler
dan
kadang-kadang
anak
Selain itu juga gastroenteritis yang akut maupun yang kronik dapat
meyebabkan gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang,
pengeluaran bertambah), hipoglikamik, dan gangguan sirkulasi darah
(Ngastiyah, 1997, hal 144).
E. PATHWAY
Hipertermi
F. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Mansyoer Arief (2000), tanda dan gejala gastroenteritis atau diare
adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Mansyoer
Arief
(2000),
pemeriksaan
diagnostik
pada
klien
I. KOMPLIKASI
Menurut Ngastiyah ( 1997), akibat yang ditimbulkan gastroenteritis atau diare
adalah:
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik atau hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia,
perubahan elektrokardiogram).
d. Hipoglikemia.
e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim
laktosa.
f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).
J. PENATALAKSANAAN
Terapi untuk GEA merupakan terapi untuk diare akut sebagai manifestasinya.
(Farthing, 2008; DuPont, 1997)
1. Terapi Cairan dan Elektrolit
Semua pasien yang mengalami diare membutuhkan evaluasi medik, terapi
cairan dan elektroli harus menjadi bagian dari penanganan.
Terapi ini merupakan yang paling penting untuk mencegah atau menghindari
dehidrasi. Cairan elektrolit mengandung Na 60-90 mEq/L, K 20 mEq/L, Cl 80
mEq/L, Sitrat 30 mEq/L, dan glukosa 20 g/L.
Diet yang tepat harus dibeikan sebagai pengganti energi yang terbuat dan
memfasilitasi
perbaruan
enterosit.
Pemberian
susu
dihindari
untuk
4) Campur gula 3 sendok teh dan garam 1 sendok teh dalam air hangat,
lalu diaduk sampai larut dan merata
5) Diminum setelah ketika menderita diare.
Takaran pemberian oralit :
1) Umur kurang 1 tahun takarannya adalah 50 sampai 100ml atau
sama dengan seperempat sampai setengah gelas
2) Umur 1 4 tahun takarannya 100 ml sampai 200 ml atau sama
dengan setengah sampai satu gelas.
3) Umur 5 12 tahun takarannya sekitar 600 ml atau sama dengan 3
gelas.
4) Umur 12 tahun dewasa takarannya 1,5 liter atau sama dengan 6
gelas
1. Terapi Non Spesifik
Obat yang digunakan pada terapi ini digunakan untuk mengatasi
simptomatik diare, tidak mengatasi penyebab diare.
Obat antimotilitas seperti Loperamide merupakan pilihan untuk diare pada
dewasa
(4-6mg/
hari).
Loperamide
menghambat
peristaltik
usus.
DAFTAR PUSTAKA