RANGKUMAN

KEPERAWATAN GADAR MULTISISTEM II

Nama : Annisa Aryati

NIM : 14.IK.375

FEBRILE CONVULSION

DEFINISI
Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (Rectal di atas 38o C)
yang disebabkan oleh proses ekstrakranium yang bisa menyebabkan kerusakan
kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara biasanya
dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun.

ETIOLOGI
1. ISPA
2. Otitis Media
3. Pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih
4. Hipoksemia berat, hipoglikemia, asodemia, alkalemia, dehidrasi,
intoksikasi air atau demam tinggi

MANIFESTASI KLINIS
1. Suhu tubuh biasanya mencapai > 38⁰c biasanya serangan kejang
terjadi berlangsung singkat
2. Ada beberapa sifat bangkitan
a. Tonik (terjadinya hipersaliva dan ada sentakan berulang dan teratur
pada kedua bagian tubuh pada saat yang bersamaan.)
b. Klonik (terjadi kekakuan pada otot diseluruh dan terjadi hipersaliva
c. Tonik klonik (otot kaku, kontraksi otot ritmik atau otot bergetar dan
berlangsung singkat)
d. Akinetik (tidak bergerak, kedua bola mata berubah keatas)
3. Umumnya kejang bias berhenti dengan sendirinya
KLASIFIKASI
1. Kejang Demam Sederhana
Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun biasanya
kejang berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari 15 menit.

2. Kejang bersifat umum

Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam, dilakukan
pemeriksaan syaraf sebelum dan sesudah kejang apabila normal,
selain itu dilakukan pemeriksaan EEG sedikitnya 1 minggu sesudah
suhu normal dan tidak menunjukan kelainan. Frekuensi kejang
bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.

PENATALAKSANAAN
Primary Survey
1. ABC
2. Kesadaran (AVPU)

TINDAKAN PRIMER
Baringkan klien pada tempat yang rata, miringkan klien bila muntah
Bebaskan jalan nafas, berikan oksigen, dan pemberian diazepam
dengan dosis10 kg 0,5-0,75 mg/BB dan > 20 kg 0,5 mg/kg BB. Bila
tidak tersedia Diazepam berikan fenobarbital sesuai dosis yang
dianjurkan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko tinggi obstruksi jalan nafas b/d penutupan faring oleh
lidah,spasme otot bronkus.
2. Resiko gangguan perfusi jaringan b/d penurunan oksigen darah.
3. Hipertermi b/d infeksi kelenjar tonsil,telinga,bronkus atau pada
tempat lain.
4. Risiko gangguan pertumbuhan BB b/d penurunan asupan nutrisi.
 VERTIGO

DEFINISI
Gangguan keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan biasanya
menyerang sistem vestibular, sistem visual dan sistem somato sensorik.
Penderita merasa atau melihat lingkungannya bergerak atau dirinya
bergerak terhadap lingkungannya selain itu juga terjadi nistagmus.

ETIOLOGI
1. Terdapat kasus otologi 24-61%
2. Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
3. Meniere Desease
4. Parese N VIII Uni/bilateral
5. Otitis Media
6. Neurologik 23-30% kasus
7. Gangguan serebrovaskuler batang otak atau serebelum
8. Gangguan visus ,gangguan serebelum
9. Multiple sklerosis
10. Vertigo servikal
11. Interna kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler
12. Tekanan darah naik turun
13. Aritmia kordis
14. Penyakit koroner
15. Infeksi
16. Hipoglikemia
17. Intoksikasi Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax
18. Psikiatrik > 50% kasus
19. Depresi
20. Fobia

KOMPLIKASI
Cidera fisik bisa juga disertai kelemahan otot

PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Anti kolinergik
a. Sulfas Atropin : 0,4 mg/im
b. Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam
2. Simpatomimetika
a. Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit
3. Menghambat aktivitas nukleus vestibuler
a. Antihistamin
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Berbaring diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama, kemudian
fokuskan pandangan mata pada suatu obyek yang dekat, Relaksasi
mental disertai fiksasi visual yang kuat, jika terjadi mual dan muntah
berikan cairan intravena.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko jatuh b.d kerusakan keseimbangan (N. VIII)
2. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
3. Resiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan
4. Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus

DIZZINESS

Ditandai dengan berkurangnya suplai darah pada otak, terjadinya

hipotensi dan hipertensi, diabetes, perdarahan, dan diertai dengan
vertigo.