Anda di halaman 1dari 21

OM

SWASTYASTU
KELOMPOK 4
KADEK FAJAR WIDYASTIKA (19)
NI WAYAN SURATMINI (20)
RIZQIA REZA UMAMI (21)
NI LUH LISTYA DEWI (22)
NI KADEK J.A DWIVANISSHA (23)
Patofisiologi, Farmakologi dan Terapi
Diet Pada Kasus Kritis Dengan
Gangguan Sistem Pernafasan
(Community-acquired pneumonia
(CAP)) Dan Kardiovaskuler (Congestive
Heart Failure (CHF))
A. COMMUNITY-ACQUIRED PNEUMONIA (CAP)

1. DEFINISI

 Community-acquired pneumonia (CAP) adalah pneumonia yang didapat di

masyarakat. Pneumonia merupakan peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh

berbagai agen infeksius yaitu bakteri, jamur, virus serta zat kimia (asam lambung).

 Severe community-acquired pneumonia (SCAP) adalah CAP yang memerlukan

terapi suportif di ruang ICU karena mempunyai angka mortalitas yang tinggi.

Setelah diagnosis CAP ditegakkan maka dalam tatalaksana lebih lanjut ada beberapa

hal yang harus diperhatikan


2. PATOFISIOLOGI

Dalam keadaan sehat tidak terjadi pertumbuhan


mikroorganisme di paru. Keadaan ini disebabkan oleh
mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi
ketidakseimbanga antara daya tahan tubuh,
mikroorganisme dapat berkembang biak dan
menimbulkan penyakit. Resiko infeksi di paru sangat
tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk
sampai dan merusak permukaan epitel saluran nafas.
LANJUTAN….

Pada pneumonia, mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau


aspirasi. Pneumonia jarang tejadi lewat penyebaran hematogen (misalnya
dari endokarditis trikuspid) atau infeksi lanjutan dari infeksi pleura atau
ruang mediastinum. Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam
alveoli menyebabkan reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul
dengan infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit sehingga terjadi
permulaan fagositosis sebelum terbentuknya antibodi.
3. PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGI CAP

Pilihan antibiotik Pada Severe Community-Acquired


Pneumonia
Secara garis besar berkaitan dengan jenis antibiotik yang
diberikan maka terapi SCAP dapat dibagi menjadi terapi
awal yang bersifat empiris dan terapi definitif sesuai
kuman penyebab yang didapat (pathogen-directed therapy).
LANJUTAN…
Untuk menentukan jenis terapi empiris yang sesuai maka ada
beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
Pemahaman mengenai spektrum antibiotik yang diberikan.
Antibiotik empiris yang diberikan ditujukan untuk mengatasi
infeki oleh Pseudomonas aeruginosa
Antibiotik yang diberikan harus dapat juga mengatasi infeksi
oleh patogen atipik yaitu Legionella, Chlamidya dan
Mycoplasma.
Menentukan ada tidaknya kemungkinan infeksi oleh
methicillin- resistant Staphylococcus aureus (MRSA).
LANJUTAN…

Regimen antibiotik Pada Severe Community-


Acquired Pneumonia
Antibiotik empiris yang diberikan pada SCAP
ditujukan untuk mengatasi infeksi oleh kuman
Pseudomonas dengan pemberian kombinasi 2 golongan
antibiotik yang mempunyai efek antipseudomonas.
4. TERAPI DIET PADA PNEUMONIA
Tujuan intervensi nutrisi adalah mengobati malnutrisi
yang ada dan mencegah terjadinya defisiensi nutrisi serta
menyangga sistem ilnun sehingga diharapkan dapat
menurunkan infection rate , length of stay dan pembiayaan.
Beberapa penelitian menemukan bahwa pada penderita
yang dirawat lebih dari 2 minggu, 69% penderita
mengalami perburukan status nutrisi. Hill et al.cit Kushner
mendapatkan pula bahwa pada 50% penderita post operasi
I minggu terjadi perburukan status nutrisi.
LANJUTAN…

Estimasi kebutuhan nutrisi adalah: REE (Resting Energy Expenditure)


yang dihitung dengan rumus Harris-Benedict dikalikan faktor aktivitas
atau stress.
REE laki-laki : 66 + l3,7 BB (kg) + 5 TB (Cm)-6,8 Umur (tahun).
REE perempuan : 65,4 + 9,6 BB (kg) +1,7 TB (Cm) – 4,7 Umur
(tahun).
LANJUTAN…

Pada penderita malnutrisi pemberian nutrisi dianjurkan diawali


dengan hypocaloric feeding (20-25 Kcal/kg/BB) untuk mencegah
terjadinya refeeding syndrome. Setelah evaluasi elektrolit stabil baru
diberikan feeding sesuai perhitungan. Total kalori intake 140% REE
secara total parental dengan glukosa laju infus < 4 mg kg/BB/menit
dan kandungan lemak 40-60% tidak meningkatkan respiratory
quotient >1. Overfeeding bila terjadi dapat berakibat hiperglikemia,
peningkatan produksi CO2 dan fatty liver.
B. CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)

DEFINISI

Suatu kondisi dimana jantung mengalami kegagalan dalam


memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh
akan nutrien dan oksigen secara adekuat.
PATOFISIOLOGI

Gagal jantung kongestif dapat dilihat sebagai suatu kelainan yang progresif, dapat
terjadi dari kumpulan suatu kejadian dengan hasil akhir kerusakan fungsi miosit
jantung atau gangguan kemampuan kontraksi miokard. Beberapa mekanisme
kompensatorik diaktifkan untuk mengatasi turunnya fungsi jantung sebagai
pompa, di antaranya adalah sistem adrenergik, renin angiotensin dan sitokin.
Dalam waktu pendek beberapa mekanisme ini dapat mengembalikan fungsi
kardiovaskuler dalam batas normal, sehingga pasien menjadi asimptomatik.
Meskipun demikian, jika tidak terdeteksi dan semakin berlanjut akan
menyebabkan kerusakan ventrikel dan terjadi remodeling yang pada akhirnya
menimbulkan gagal jantung yang simptomatik.
PENANGANAN CHF
Furosemide iv dengan dosis 40 – 80 mg harus diberikan.
Nitrogliserin Sublingual akan menurunkan preload dengan cepat,
memberikan penurunan gejala setelah efek dari diuretic tubulus
maximal. Morphin Sulfat dosis rendah (1 – 2 mg) biasanya
digunakan untuk meredakan kecemasan (juga menurunkan preload).
Morphin dosis tinggi dapat menekan pusat pernafasan, sehingga
makin memperburuk hipoksemia. Pasien edema paru mungkin
beruntung jika tekanan Ventrikel positif dengan tekanan ekspirasi
akhir positif (PEEP) atau CPAP/BIPAP. Tekanan ventilasi positif
(plus PEEP) adalah bagus untuk ventrikel kiri, karena mengurangi
kerja pernafasan, mengurangi preload dan afterload ventrikel kiri.
FARMAKOLOGI CHF

1. Diuretik
2. ACE Inhibitor
3. Isosorbide Dinitrat dan Hydralazin
4. Digoksin
5. Beta Bloker
6.Obat Penghambat Calsium Channel
7. Dobutamine
8. Anticoagulan
TERAPI DIET PADA CHF
1. Penilaian Status Nutrisi

Penilaian status gizi menggunakan indeks massa tubuh menggunakan pengukuran berat badan adalah cara
termudah menilai status gizi pasien, namun pada keadaan edema cara ini menjadi kurang relevan. Dapat
digunakan pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk menilai massa bebas lemak seperti pemeriksaan
tebal lipatan kulit, lingkar lengan atas, ekskresi kreatinin urin 25 jam, ataupun analisis bioimpedans.

Beberapa marker protein plasma juga dapat digunakan untuk menilai status nutrisi seperti albumin,
prealbumin, transferrin, thyroxin-binding globulin (TBG), retinol binding protein (RBP) dan lain-lain.
Protein-protein yang mempunyai half life pendek seperti RBP dan prealbumin dengan half life masing-
masing 0,5 dan 2 hari mempunyai korelasi yang lebih baik dengan perubahan akut status nutrisi dan
metabolisme dibanding albumin yang mempunyai half life 20 hari.
2. Kebutuhan Energi Dan Komposisi Makronutrien

Metode terbaik untuk menentukan kebutuhan energi pada pasien gagal jantung adalah
menggunakan kalorimetri indirek. Apabila kalorimetri indirek tidak tersedia maka dapat digunakan
rumus perhitungan kebutuhan energi basal yang kemudian disesuaikan dengan faktor stres sesuai status
hipermetabolisme.
Kecukupan asam amino esensial dan non esensial mungkin lebih berpengaruh terhadap perbaikan
metabolism protein pada pasien gagal jantung. Asam amino merupakan nutrien yang penting pada
metabolisme jantung. Salah satu asam amino yang penting adalah taurin. Taurin tidak terlibat dalam
sintesis protein, namun merupakan seperempat dari total asam amino yang tersimpan di jaringan
jantung dan berfungsi sebagai antioksidan dan turut dalam regulasi homeostasis kalsium. Beberapa
penelitian melaporkan bahwa suplementasi taurin pada pasien gagal jantung meningkatkan kapasitas
fisik, menurunkan tekanan darah diastolkc dan memperbaiki fungsi sistolik.
Kebutuhan lemak pada pasien dengan penyakit kardiovaskular berkisar antara 25–
35% dari total kalori dan kolesterol <200 mg/hari. Komposisi lipid yang disarankan
adalah saturated fatty acid (SAFA) <7%, polyunsaturated fatty acid (PUFA) sampai
dengan sekitar 10% dan monounsaturated fatty acid (MUFA) mencapai 20% kalori
total. Pada pasien dengan gejala malabsorbsi pemberian lipid berbentuk MCT lebih
mudah dihidrolisis dan efektif diabsorpsi ke dalam sirkulasi portal. Namun energi
yang dihasilkan oleh MCT 14% lebih rendah dibanding LCT, dan tidak memenuhi
asam lemak esensial yang juga dibutuhkan oleh tubuh. Karbohidrat dapat diberikan
50-60% kalori total per hari dengan jenis karbohidrat kompleks dalam bentuk biji-
bijian, sayur dan buah. Karbohidrat sederhana harus dibatasi penggunaannya.
3. Kebutuhan Mikronutrien

Mikronutrien berperan mengoptimalkan metabolisme dan memperbaiki kegagalan jantung. Pada


pasien gagal jantung sering kali pasien diberi terapi diuretik. Diuretik menyebabkan hilangnya
kalsium melalui ginjal, menurunkan kadar kalium serum, magnesium, natrium. Tiazid dapat
menurunkan kadar seng. Kekurangan seng dapat mengakibatkan gangguan fungsi imun.
Kemungkinan defisiensi beberapa mikronutrien menyebabkan pasien gagal membutuhkan asupan
mikronutrien yang lebih besar.
SEKIAN & TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai