SWASTYASTU
KELOMPOK 4
KADEK FAJAR WIDYASTIKA (19)
NI WAYAN SURATMINI (20)
RIZQIA REZA UMAMI (21)
NI LUH LISTYA DEWI (22)
NI KADEK J.A DWIVANISSHA (23)
Patofisiologi, Farmakologi dan Terapi
Diet Pada Kasus Kritis Dengan
Gangguan Sistem Pernafasan
(Community-acquired pneumonia
(CAP)) Dan Kardiovaskuler (Congestive
Heart Failure (CHF))
A. COMMUNITY-ACQUIRED PNEUMONIA (CAP)
1. DEFINISI
berbagai agen infeksius yaitu bakteri, jamur, virus serta zat kimia (asam lambung).
terapi suportif di ruang ICU karena mempunyai angka mortalitas yang tinggi.
Setelah diagnosis CAP ditegakkan maka dalam tatalaksana lebih lanjut ada beberapa
DEFINISI
Gagal jantung kongestif dapat dilihat sebagai suatu kelainan yang progresif, dapat
terjadi dari kumpulan suatu kejadian dengan hasil akhir kerusakan fungsi miosit
jantung atau gangguan kemampuan kontraksi miokard. Beberapa mekanisme
kompensatorik diaktifkan untuk mengatasi turunnya fungsi jantung sebagai
pompa, di antaranya adalah sistem adrenergik, renin angiotensin dan sitokin.
Dalam waktu pendek beberapa mekanisme ini dapat mengembalikan fungsi
kardiovaskuler dalam batas normal, sehingga pasien menjadi asimptomatik.
Meskipun demikian, jika tidak terdeteksi dan semakin berlanjut akan
menyebabkan kerusakan ventrikel dan terjadi remodeling yang pada akhirnya
menimbulkan gagal jantung yang simptomatik.
PENANGANAN CHF
Furosemide iv dengan dosis 40 – 80 mg harus diberikan.
Nitrogliserin Sublingual akan menurunkan preload dengan cepat,
memberikan penurunan gejala setelah efek dari diuretic tubulus
maximal. Morphin Sulfat dosis rendah (1 – 2 mg) biasanya
digunakan untuk meredakan kecemasan (juga menurunkan preload).
Morphin dosis tinggi dapat menekan pusat pernafasan, sehingga
makin memperburuk hipoksemia. Pasien edema paru mungkin
beruntung jika tekanan Ventrikel positif dengan tekanan ekspirasi
akhir positif (PEEP) atau CPAP/BIPAP. Tekanan ventilasi positif
(plus PEEP) adalah bagus untuk ventrikel kiri, karena mengurangi
kerja pernafasan, mengurangi preload dan afterload ventrikel kiri.
FARMAKOLOGI CHF
1. Diuretik
2. ACE Inhibitor
3. Isosorbide Dinitrat dan Hydralazin
4. Digoksin
5. Beta Bloker
6.Obat Penghambat Calsium Channel
7. Dobutamine
8. Anticoagulan
TERAPI DIET PADA CHF
1. Penilaian Status Nutrisi
Penilaian status gizi menggunakan indeks massa tubuh menggunakan pengukuran berat badan adalah cara
termudah menilai status gizi pasien, namun pada keadaan edema cara ini menjadi kurang relevan. Dapat
digunakan pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk menilai massa bebas lemak seperti pemeriksaan
tebal lipatan kulit, lingkar lengan atas, ekskresi kreatinin urin 25 jam, ataupun analisis bioimpedans.
Beberapa marker protein plasma juga dapat digunakan untuk menilai status nutrisi seperti albumin,
prealbumin, transferrin, thyroxin-binding globulin (TBG), retinol binding protein (RBP) dan lain-lain.
Protein-protein yang mempunyai half life pendek seperti RBP dan prealbumin dengan half life masing-
masing 0,5 dan 2 hari mempunyai korelasi yang lebih baik dengan perubahan akut status nutrisi dan
metabolisme dibanding albumin yang mempunyai half life 20 hari.
2. Kebutuhan Energi Dan Komposisi Makronutrien
Metode terbaik untuk menentukan kebutuhan energi pada pasien gagal jantung adalah
menggunakan kalorimetri indirek. Apabila kalorimetri indirek tidak tersedia maka dapat digunakan
rumus perhitungan kebutuhan energi basal yang kemudian disesuaikan dengan faktor stres sesuai status
hipermetabolisme.
Kecukupan asam amino esensial dan non esensial mungkin lebih berpengaruh terhadap perbaikan
metabolism protein pada pasien gagal jantung. Asam amino merupakan nutrien yang penting pada
metabolisme jantung. Salah satu asam amino yang penting adalah taurin. Taurin tidak terlibat dalam
sintesis protein, namun merupakan seperempat dari total asam amino yang tersimpan di jaringan
jantung dan berfungsi sebagai antioksidan dan turut dalam regulasi homeostasis kalsium. Beberapa
penelitian melaporkan bahwa suplementasi taurin pada pasien gagal jantung meningkatkan kapasitas
fisik, menurunkan tekanan darah diastolkc dan memperbaiki fungsi sistolik.
Kebutuhan lemak pada pasien dengan penyakit kardiovaskular berkisar antara 25–
35% dari total kalori dan kolesterol <200 mg/hari. Komposisi lipid yang disarankan
adalah saturated fatty acid (SAFA) <7%, polyunsaturated fatty acid (PUFA) sampai
dengan sekitar 10% dan monounsaturated fatty acid (MUFA) mencapai 20% kalori
total. Pada pasien dengan gejala malabsorbsi pemberian lipid berbentuk MCT lebih
mudah dihidrolisis dan efektif diabsorpsi ke dalam sirkulasi portal. Namun energi
yang dihasilkan oleh MCT 14% lebih rendah dibanding LCT, dan tidak memenuhi
asam lemak esensial yang juga dibutuhkan oleh tubuh. Karbohidrat dapat diberikan
50-60% kalori total per hari dengan jenis karbohidrat kompleks dalam bentuk biji-
bijian, sayur dan buah. Karbohidrat sederhana harus dibatasi penggunaannya.
3. Kebutuhan Mikronutrien