Anda di halaman 1dari 14

“PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK”

KEPERAWATAN GERONTIK

DISUSUN OLEH :

1. KETUT ELFIRASANI (33)


2. GDE ARYYA ASTAWA PUTRAYANA (34)

KELAS : KELAS B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan
Gerontik mengenai “Perencanaan Asuhan Keperawatan Gerontik”. Pada makalah yang
kami buat ini diharapkan bisa membantu perkembangan ilmu Keperawatan Gerontik.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak – pihak
yang sudah terkait dalam penyusunan tugas makalah ini karena telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk penyusunan makalah ini.

Dengan segala kerendahan hati kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam


penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penampilan maupun
dari segi kualitas penulisan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun jika terdapat kesalahan, kekurangan, dan kata – kata yang kurang berkenan
dalam makalah ini, dan tentu saja dengan kebaikan bersama dan untuk bersama.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak dan pembaca.

Denpasar, 12 Juli 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................1

1.3. Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

2.1 Pengertian Tahap Perencanaan Keperawatan..............................................................3

2.2 Sumber Data Tahap Perencanaan Keperawatan..........................................................3

2.3 Langkah-Langkah Tahap Perencanaan Keperawatan.................................................3

2.4 Contoh Dokumentasi Perencanaan Asuhan Keperawatan Gerontik...........................9

BAB III PENUTUP..................................................................................................................10

3.1 Simpulan....................................................................................................................10

3.2 Saran..........................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Proses keperawatan sebagai alat bagi perawat untuk melaksanakan asuhan keperawatan
yang dilakukan pada pasien memiliki arti penting bagi kedua belah pihak yaitu perawat dan
klien.
Sebagai seorang perawat proses keperawatan dapat digunakan sebagai pedoman dalam
pemecahan masalah klien, dapat menunjukkan profesi yang memiliki profesionalitas yang
tinggi, serta dapat memberikan kebebasan kepada klien untuk mendapatkan pelayanan yang
cukup sesuai dengan kebutuhannya, sehingga dapat dirasakan manfaatnya baik dari perawat
maupun klien. Manfaat tersebut antara lain dapat meningkatkan kemandirian pada perawat
dalam melaksanakan tugasnya karena di dalam proses keperawatan terdapat metode imiah
keperawatan yang berupa langkah-langkah proses keperawatan, dapat meningkatkan
kepercayaan diri perawat dalam melaksanakan tugas, karena klien akan merasakan kepuasan
setelah dikakukan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan, dapat selalu
meningkatkan kemampuan intelektual dan teknikal dalam tindakan keperawatan karena
melalui proses keperawatan dituntut mampu memecahkan masalah yang baru sesuai dengan
masakh yang dialami klien, sehingga akan timbul perasaan akan kepuasan kerja.
Dengan proses keperawatan, rasa tanggung jawab dan tanggung gugat bagi perawat itu
dapat dimiliki dan dapat digunakan dalam tindakan-tindakan yang merugikan atau
menghindari adanya tindakan yang legal. Proses keperawatan pada asuhan keperawatan
gerontik meliputi pengkajian (assessment), merumuskan diagnosa keperawatan (nursing
diagnostic), merencanakan tindakan keperawatan (intervention), melaksanakan tindakan
keperawatan (implementation) dan melakukan evaluasi (evaluation). Pada makalah ini akan
dibahas tentang asuhan keperawatan gerontik, khususnya pada tahap perencanaan
keperawatan (intervention).

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang didapat, antara lain :

1.2.1. Apakah yang dimaksud dengan tahap perencanaan keperawatan?


1.2.2. Apa sajakah sumber data pada tahap perencanaan?
1.2.3. Bagaimanakah langkah-langkah tahap perencanaan keperawatan?
1.2.4. Bagaimanakah contoh dokumentasi perencanaan asuhan keperawatan gerontik?

1
1.3. Tujuan
Adapun tujuan yang didapat, antara lain :

1.3.1. Untuk mengetahui pengertian tahap perencanaan keperawatan.


1.3.2. Untuk mengetahui sumber data pada tahap perencanaan.
1.3.3. Untuk mengetahui langkah-langah tahap perencanaan keperawatan.
1.3.4. Untuk mengetahui contoh dokumentasi perencanaan asuhan keperawatan
gerontik

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tahap Perencanaan Keperawatan

Menurut Ali (2009), Proses keperawatan mempunyai 5 komponen yaitu : pengkajian,


diagnosa, perencanaan, implenentasi, dan evalusi. Perencanaan keperawatan adalah suatu
proses di dalam pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa
yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari
semua tindakan keperawatan (Dermawan, 2012). Perencanaan keperawatan adalah rencana
tindakan keperawatan tertulis yang menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang
akan diharapkan, tindakan- tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik
(Manurung, 2011). Perencanaan keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam
proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha
membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan pasien
(Setiadi, 2012).

2.2 Sumber Data Tahap Perencanaan Keperawatan

Sebelum menuliskan rencana tindakan keperawatan, kaji ulang semua data yang ada
sumber data yang memuaskan meliputi:

1. Pengkajian sewaktu klien masuk rumah sakit.


2. Diagnosa perawatan waktu masuk rumah sakit.
3. Keluhan utama klien atau alasan dalam berhubungan dengan pelayanan kesehatan.
4. Hasil laboratorium.
5. Latar belakang sosial budaya.
6. Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.
7. Observasi dari tim kesehatan lain.

2.3 Langkah-Langkah Tahap Perencanaan Keperawatan

Pada tahap perencanan dapat dilaksanakan dengan berbagai kegiatan, yaitu sebagai
berikut:

1. Penentuan Prioritas Diagnosis

3
Penentuan prioritas diagnosis ini dilakukan pada tahap perencanaan setelah
tahap diagnosis keperawatan. Dengan menentukan diagnosis keperawatan, maka
dapat diketahui diagnosis mana yang akan dikakukan atau diatasi pertama kali atau
yang segera dilakukan. Dalam menentukan prioritas terdapat beberapa pendapat
urutan prioritas, di antaranya:
a. Berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa)
Penentuan prioritas berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa)
yang dilatarbelakangi dari prinsip pertolongan pertama yaitu dengan membagi
beberapa prioritas diantaranya prioritas tinggi, prioritas sedang, dan prioritas
rendah.
1) Priortas tinggi prioritas yang menceminkan stuasi yang mengancam
kehidupan (nyawa seseorang) sehingga perlu dilakukan tindakan
terlebih dahulu seperti masalah pembersihan jalan nafas.
2) Prioritas sedang dimana prioritas ini menggambarkan situasi yang
tidak gawat dan tidak mengancam hidup klien seperti masalah personal
higiene.
3) Priortas rendah prioritas yang menggambarkan situasi yang tidak
berhubungan langsung dengan prognosis dari suatu penyakit yang
secara spesifik seperti masalah keuangan dan lainnya

b. Berdasarkan kebutuhan Maslow


Maslow menentukan prioritas diagnosis yang akan direncanakan
berdasarkan urutan kebutuhan dasar manusia, diantaranya: Kebutuhan
fisiologis, meliputi masalah respirasi, sirkulasi, suhu, nutrisi, nyeri, cairan,
perawatan kulit, mobilisasi dan eliminasi.
Kebutuhan keselamatan dan keamanan, meliputi masalah lingkungan,
kondisi tempat tinggal, perlindungan, pakaian, bebas dari infeksi dan rasa
takut. Kebutuhan mencintai dan dicintai, meliputi masalah kasih sayang,
seksualitas, afiliasi dalam kelompok, dan hubungan antar manusia. Kebutuhan
harga diri, meliputi masalah respek dari keharga, perasaan menghargai diri
sendiri. Kebutuhan aktualisasi diri, meliputi masalah kepuasan terhadap lingk
ungan.

4
2. Penentuan Tujuan Dan Kriteria Hasil Yang Diharapkan
Menurut Dermawan (2012), Pedoman penulisan tujuan dan kriteria hasil
berdasarkan SMART yaitu :
a. Specific : Tujuan harus spesifik tidak boleh memiliki arti ganda, tujuan dan
hasil difokuskan kepada klien yang mencerminkan perilaku serta respon
klien yang dapat diperkirakan sebagai hasil dari intervensi keperawatan.
b. Measureable : Tujuan dapat di ukur khususnya pada prilaku klien yang dapat
dirasakan, dilihat dan diraba.
c. Achievable : Tujuan yang harus dicapai dituliskan dalam istilah yang dapat
di ukur sehingga memungkinkan perawat dapat mengukur serta menilai
secara objektif perubahan status klien.
d. Realistic : Tujuan yang harus dapat dipertanggungjawabkan secra ilmiah
diharapkan singkat dan jelas dengan cepat dapat memberikan perawat serta
klien bisa merasakan pencapaian.
e. Time : Batasan waktu yang dapat membantu perawat dan klien dalam
menetukan kemajuan dengan cepat dan jelas.

Kriteria hasil perencanaan keperawatan mempunyai ciri-ciri menurut Dermawan


(2012) yaitu setiap kriteria hasil berhubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan,
hasil yang ditetapkan dalam kriteria hasil, memungkinkan untuk dicapai, setiap
kriteria hasil adalah pernyataan satu hal yang spesifik, kriteria harus sekonkrit
mungkin untuk memudahkan pengukuran, kriteria cukup besar atau dapat diukur,
kriteria menggunakan kata-kata positif bukan menggunakan kata negatif. Pedoman
penulisan kriteria hasil menurut Setiadi (2012) adalah berfokus pada pasien, singkat
dan jelas, dapat diobservasi dan dapat diukur, ada batas waktu, ditentukan oleh
perawat dan pasien. Komponen pernyataan kriteria hasil antara lain :
a. Subjek :
Menunjukkan siapa yang mencapai kriteria hasil. Mis: Klien, keluarga, atau
orang terdekat dan masyarakat.
b. Kata kerja yang dapat diukur :
Menunjukkan tindakan, tingkah laku, dan respon dari klien yang dapat dilihat,
didengar , atau diraba, jadi dapat diukur.
c. Hasil :

5
Menunjukkan respon fisiologis, psikologis, dan gaya hidup yang diharapkan
dari klien terhadap intervensi Klien dharapkan berespon dalam tingkah kaku
yang spesifik terhadap intervensi keperawatan tertentu.
d. Kriteria :
Mengukur kemajuan klien dalam mencapai hasil Kriteria menunjukkan
tingkatan kecakapan yang diperlukan untuk menyelesaikan hasil akhir.
e. Target waktu :
Menunjukkan periode waktu tertentu yang dinginkan untuk mencapai kriteria
hasil. Batasan waktu membantu perawat dalam evaluasi. Tahap untuk
memastikan apakah krteria hasil dicapai dalam periode waktu tersebut.
3. Menentukan Rencana Tindakan
Rencana tindakan yang akan diberikan pada pasien ditulis secara spesifik,
jelas dan dapat di ukur. Rencana perawatan dibuat selaras dengan rencana medis,
sehingga saling melengkapi dalam meningkatkan status kesehatan pasien. Dalam
merumuskan rencana tindakan yang perlu diperhatikan adalah :
a. Rencana tindakan keperawatan merupakan desain spesifik intervensi yang
membantu klien mencapai kriteria hasil.
b. Dokumentasi rencana tindakan yang telah diimplementasikan harus ditulis
dalam sebuah format agar dapat membantu perawat untuk memproses informasi
yang didapatkan selama tahap pengkaian dan diagnosa keperawatan.
c. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien
d. Bekerjasama dengan klien dalam merencanakan intervensi.

Berikut ini dijelaskan rencana tindakan beberapa masalah keperawatan yang lazim
terjadi pada lansia :
(1) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
Penyebab gangguan nutrisi pada lansia adalah penurunan alat penciuman dan
pengecapan, pengunyahan kurang sempurna, gigi tidak lengkap, rasa penuh
pada perut dan susah buang air besar, otot-otot lambung dan usus melemah.
Rencana tindakan untuk lansia :
 Berikan makanan sesuai dengan kalori yang dibutuhkan,
 Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin,
 Berikan makanan yang mengandung serat,
 Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori,

6
 Batasi minum kopi dan teh.
(2) Gangguan keamanan dan keselamatan lansia
Penyebab kecelakaan pada lansia antara lain fleksibilitas kaki yang berkurang,
fungsi pengindraan dan pendengaran menurun, pencahayaan yang berkurang,
lantai licin dan tidak rata, tangga tidak ada pengaman, kursi atau tempat tidur
yang mudah bergerak.
Rencana tindakan mencegah kecelakaan :
 Anjurkan lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan
keselamatan.
 Latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi.
 Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika tidur.
 Bila mengalami masalah fisik misalnya reumatik, latih klien untuk
menggunakan alat bantu berjalan.
 Bantu klien kekamar mandi terutama untuk lansia yang menggunakan
obat penenang/deuretik.
 Anjurkan lansia memakai kaca mata jika berjalan atau melakukan
sesuatu.
 Usahakan ada yang menemani jika berpergian.
 Tempatkan lansia diruangan yang mudah dijangkau.
 Letakkan bel didekat klien dan ajarkan cara penggunaannya.
 Gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi.
 Letakkan meja kecil didekat tempat tidur agar lansia menempatkan alat-
alat yang biasa digunakannya.
 Upayakan lantai bersih, rata dan tidak licin/basah.
 Pasang pegangan dikamar mandi/WC
 Hindari lampu yang redup/menyilaukan, sebaiknya gunakan lampu 70-
100 watt.
 Jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan lansia untuk
memejamkan mata
 sesaat.
(3) Gangguan kebersihan diri
Penyebab kurangnya perawatan diri pada lansia adalah penurunan daya ingat,
kurangnya motivasi, kelemahan dan ketidak mampuan fisik.
Rencana tindakan untuk kebersihan diri :

7
 Bantu lansia untuk melakukan upaya kebersihan diri,
 Anjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak yang mengandung
minyak atau berikan skin lotion
 Ingatkan lansia untuk membersihkan telinga dan mata,
 Membantu lansia untuk menggunting kuku.
(4) Gangguan istirahat tidur
Rencana tindakannya, antara lain :
 Sediakan tempat tidur yang nyaman,
 Mengatur waktu tidur dengan aktivitas sehari-hari,
 Atur lingkungan dengan ventilasi yang cukup, bebas dari bau-bauan,
 Latih lansia dengan latihan fisik ringan untuk memperlancar sirkulasi
darah dan
 melenturkan otot (dapat disesuaikan dengan hobi),
 Berikan minum hangat sebelum tidur, misalnya susu hangat.
(5) Gangguan hubungan interpersonal melalui komunikasi
Rencana tindakan yang dilakukan antara lain :
 Berkomunikasi dengan lansia dengan kontak mata,
 Mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan dilakukan,
 Menyediakan waktu berbincang-bincang untuk lansia,
 Memberikan kesempatan lansia untuk mengekspresikan atau perawat
tanggap terhadap respon verbal lansia,
 Melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan kemampuan
lansia,
 Menghargai pendapat lansia.
(6) Masalah mekanisme pertahanan diri (Koping)
Rencana tindakan yang dilakukan :
 Dorong aktifitas sosial dan komunitas,
 Dorong lansia untuk mengembangkan hubungan,
 Dorong lansia berhubungan dengan seseorang yang memiliki tujuan dan
ketertarikan yang sama,
 Dukung lansia untuk menggunakan mekanisme pertahanan yang sesuai,
 Kenalkan lansia kepada seseorang yang mempunyai latar belakang
pengalaman yang sama.
(7) Masalah cemas

8
Rencana tindakan yang dilakukan adalah
 Bantu lansia mengidentifikasi situasi yang mempercepat terjadinya
cemas,
 Dampingi lansia untuk meningkatkan kenyamanan diri dan mengurangi
ketakutan,
 Identifikasi kondisi yang menyebabkan perubahan tingkat cemas,
 Latih klien untuk teknik relaksasi.

2.4 Contoh Dokumentasi Perencanaan Asuhan Keperawatan Gerontik

Diagnosa Tujuan dan Intervensi Nama


No Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan Paraf
1 Ansietas Setelah dilakukan
tindakan keperawatan 1. Tentukan pola 1. Untuk
selama 1x24 jam, defekasi bagi klien mengembalikan
diharapkan gangguan dan latih klien untuk keteraturan pola
konstipasi pada klien menjalankannya defekasi klien
teratasi dengan kriteria 2. Atur waktu yang 2. Untuk
hasil : tepat untuk defekasi memfasilitasi
1. Pola defekasi klien seperti sesudah refleks defekasi
kembali normal ( 3 makan
hari sekali) 3. Berikan cakupan 3. Nutrisi serat
2. Bising usus 5 – 12 nutrisi berserat tinggi untuk
kali/menit sesuai dengan melancarkan
3. Tidak ada indikasi eliminasi fekal
pembesaran oada 4. Pemberian laksatif 4. Untuk
abdomen atau enema sesuai melunakkan feses
indikasi

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Perawat sebagai tenaga kerja yang dapat menjalankan asuhan keperawatan dapat
menjalankan tahap-tahap proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan cara yang
sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama klien dalam menentukan kebutuhan asuhan
keperawatan dengan melakukan pengkajian, menentukan diagnosis, merencanakan tindakan
yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah
diberikan dengan berfokus pada klien, berorientasi pada tujuan pada setiap tahap saling
terjadi ketergantungan dan saling berhubungan. Pada tahap perencanaan keperawatan
perawat perlu menuliskan tujuan dan kriteria hasil dari perencanan keperawatan tersebut.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kelompok sampaikan bagi pembaca khususnya mahasiswa/i
keperawatan, hendaknya dapat menguasai konsep asuhan keperawatan lansia dan
memberikan asuhan keperawatan lansia dengan benar dan tepat sehingga dapat sesuai dengan
evaluasi yang diharapkan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. (2009). Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC.

Alimul Hidayat, A. Aziz 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika

Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan: Penerapan Konsep & Kerangka Kerja.


Yogyakarta : Gosyen.

Manurung, S. (2011). Keperawatan Professional. Jakarta : Trans Info Media

Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Jakarta:
Salemba Medika

Setiadi. (2012). Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan; Teori dan Praktik.
Yogyakarta : Graha Ilmu

11

Anda mungkin juga menyukai