ALKALOSIS RESPIRATORIK
DI SUSUN OLEH:
TAHUN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ALKALOSIS RESPIRATORIK
“Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Memenuhi Penugasan Program Studi Profesi
Ners Stase Gawat Darurat dan Kritis”
DI SUSUN OLEH:
GINA LUTHFIA SAFITRI, S.Tr.Kep
NIM. 22.300.0331
Mengetahui,
ALKALOSIS RESPIRATORIK
A. DEFINISI
Darah manusia terdiri dari unsur asam dan basa. Kadar asam dan basa dalam
darah diukur melalui pemeriksaan darah dengan skala pH. Asam basa larutan apa pun,
termasuk darah, berkisar dari angka 0 (sangat asam) hingga 14 (sangat basa). Sementara
itu, angka pH darah normal berkisar antara 7,35 hingga 7,45. Biasanya, ginjal dan paru-
paru menjaga keseimbangan kedua zat tersebut dengan nilai pH sekitar 7,4. Normalnya,
kadar basa dalam darah manusia harus lebih tinggi daripada asam. Namun, terdapat
kondisi dimana kadar basa sudah terlalu tinggi dan berlebihan, kondisi ini disebut
dengan alkalosis.
Alkalosis adalah kondisi Ketika darah mengandung terlalu banyak basa atau
alkali akibat penurunan kadar asam dalam tubuh. Penyebabnya bisa karena
mneurunnya kadar karbondioksida, elektrolit klorida atau kalium.
Alkalosis respiratorik adalah suaty keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga meyebabkan kadar karbondioksida dalam
darah menjadi rendah. Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi yang
menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran
darah. Alkalosis respiratorik ditandai dengan pH lebih dari 7,45 dan PCO2 kurang dari
38 mmHg.
Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat
menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin
memburuk, bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.
B. ETIOLOGI
Dalam kondisi normal, manusia seharusnya bernapas sebanyak 12-20 kali per
menit saat sedang tidak beraktivitas fisik. Jika jumlah napas setiap menit melebihi
rentang tersebut, tubuh bisa membuang karbon dioksida secara berlebihan Akibatnya,
karbon dioksida yang terlalu sedikit di dalam tubuh menyebabkan pH dalam darah tidak
seimbang dan didominasi oleh alkali.
Karbondioksida tergolong dalam zat asam, sedangkan alkali termasuk dalam zat
basa. Jika asam terbuang terlalu banyak, kadar basa di dalam darah pun akan
meningkat.
1. Hiperventilasi psikogenik yang disebabkan oleh stress emosional (yang paling
sering terjadi), demam, pengaruh overdosis aspirin pada pusat pernafasan, hipoksia
karena tekanan udara yang rendah didataran tinggi atau akibat anemia berat
2. Rangsangan hipoksemik :penyakit jantung dengan edema paru, penyakit jantung
dengan right to left shunt, anemia gravis
3. Stimulasi pusat pernafasan di medulla : kelainan neurologis, psikogenik (panic,
nyeri), gagal hati dengan ensefalopati, kehamilan
4. Keadaan hipermetabolik : demam, tirotoksikosis
5. Gangguan SSP karena meningkatnya overeksitabilitas
6. Cedera kepala atau gangguan pembuluh darah otak
7. Kadar oksigen darah yang rendah
8. Penyakit paru (Pneumonia, Asma, dsb)
9. Konsumsi obat salisilat berlebihan (seperti aspirin)
10. Kehamilan juga berpotensi menyebabkan alkalosis. Hal ini, ibu hamil cenderung
bernapas lebih cepat pada trimester ketiga karena perkembangan janin di dalamnya.
11. Pemasangan alat bantu pernapasan seperti ventilator di rumah sakit juga berisiko
menyebabkan pasien bernapas terlalu cepat sehingga mengalami alkalosis.
E. KOMPLIKASI
Alkalosis dapat menyebabkan aritmia yang mengancam jiwa (takiaritmia atrium
dan ventrikel), terutama bila dikaitkan dengan hipokalemia dan hipokalsemia. Kelainan
elektrolit terkait ini juga dapat menyebabkan kejang otot, kelemahan otot, dan
perubahan status mental
F. PATHWAY
Mengembalikan
Mengembalikan ke pH
pH ke normal
ke normal
G. PENATALAKSANAAN
Penanganan pertama yang dilakukan adalah memastikan pasien memiliki kadar
oksigen yang cukup dan mengembalikan kadar karbondioksida kembali normal.
Caranya adalah dengan memberikan oksigen melalui masker oksigen.
Pada alkalosis respiratorik yang disebabkan oleh hiperventilasi akibat nyeri,
dokter akan memberikan obat antinyeri. Sedangkan pada alkalosis respiratorik yang
disebabkan oleh serangan panik, dokter akan menganjurkan penderita untuk bernapas
lebih lambat dan dalam, guna membantu meringankan gejala. Sambil memberikan
penanganan, amati tanda vital pasien, seperti suhu tubuh, denyut nadi, laju pernapasan,
dan tekanan darah.
Pengobatan diarahkan untuk memperbaiki ventilasi. Preparat farmakologi
digunakan sesuai indikasi. Sebagai contoh, bronkodilator membantu menurunkan
spasme bronkhial, dan antibiotik yang digunakan untuk infeksi pernapasan.
Tindakan hygiene pulmonari dilakukan, ketika diperlukan, untuk membersihkan
saluran pernapasan dari mukus dan drainase pluren. Hidrasi yang adekurat di
indikasikan untuk menjaga membran mukosa tetap lembab dan karenanya
memfasilitasi pembuangan sekresi. Oksigen suplemen diberikan bila diperlukan.
Ventilasi mekanik, yang digunakan secara waspada dapat memperbaiki ventilasi
pulmonari. Penggunaan ventilasi mekanik yang tidak bijaksana dapat
menyebabkan eksresi karbondioksida yang demikian cepat sehingga ginjal tidak
mampu untuk mengeliminasi kelebihan biokarbonat dengan cukup cepat untuk
mencegah alkalosis dan kejang. Untuk alasan ini, kenaikan PaCO 2 harus
diturunkan secara lambat. Membaringkan pasien dalam posisi semifowler
memfasilitasi ekspansi dinding dada.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Analisis Darah Arteri: pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang utama untuk
ketidakstabilan asam dan basa.
2. Darah Lengkap dan pemeriksaan kadar elektrolit darah
3. Tes urine atau urinalisis
Tes dengan mengambil sampel urine ini bertujuan untuk memeriksa kadar
elektrolit dan pH urine.
Tabel Ringkasan Penilaian Keadaan Asam-Basa
Jenis Gangguan pH PCO2 HCO3
Asidosis Respiratorik Murni ↓ ↑ N
Terkompensasi sebagian ↓ ↑ ↑
Terkompensasi penuh N ↑ ↑
Asidosis Metabolik Murni ↓ N ↓
Terkompensasi sebagian ↓ ↓ ↓
Terkompensasi penuh N ↓ ↓
Asidosis: respiratorik dan metabolik ↓↓ ↑ ↓
Alkalosis Respiratorik Murni ↑ ↓ N
Terkompensasi sebagian ↑ ↓ ↓
Terkompensasi penuh N ↓ ↓
Alkalosis Metabolik Murni ↑ N ↑
Terkompensasi sebagian ↑ ↑ ↑
Terkompensasi penuh N ↑ ↑
Alkalosis: respiratorik dan metabolik ↑↑ ↓ ↑
Corwin, Elisabeth. (2009). Buku Saku PatofisiologiEdisi 3. Jakarta : EGC hal 755-763.
Heather Herdman (Ed). (2015).Nanda Nic Noc Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi
2009-2011 Edisi 10. Jakarta: EGC.
Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan HolistikEdisi 6. Jakarta : EGC, hal
479-486.
Muttaqin. (2009). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika hal 497-526
Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 3.
Jakarta : Salemba Medika
Taylor & Ralph. (2010). Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan. Jakarta : EGC
Bare,Smeltze. 2001. Buku ajar Keperawatan medikal-bedah Jakarta:EGC
Long,Barbara C. 1996 Essentinal of medical-surgical Nursing.USA:The C.U mosby company
St.Louis
G.L. Miessler and D.A. Tarr, Kimia Anorganik (Edisi 2, Prentice-Hall 1998), hal.154
Horne, Myma M. 1995. Keseimbangan Cairan Elektrolit dan Asam Basa Edisi 2. Jakarta: EGC.
Price Sylvia Anderson; Wilson Mc. Carty.1993.Pathofisiologi Konsep Klinik Proses-proses
Penyakit. Jakarta:EGC
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN Tn. S DENGAN ALKALOSIS RESPIRATORIK
DI ICU RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKARAYA
“Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Memenuhi Penugasan Program Studi Profesi Ners
Stase Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis”
OLEH :
GINA LUTHFIA SAFITRI, S. Tr. Kep
NIM. 22.300.0331
“Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Memenuhi Penugasan Program Studi Profesi Ners
Stase Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis”
OLEH :
GINA LUTHFIA SAFITRI, S. Tr. Kep
NIM. 22.300.0331
Keluhan Utama :
Penurunan Kesadaran, sesak nafas
Riwayat alergi :
Pasien tidak memiliki alergi apapun.
TD : 126/87 mmHg
Nadi : 125x/menit
Respirasi : 36x/menit
Temp : 37.5º
SPO2 : 91%
1.1.4 Pernapasan
Inspeksi : Bentuk dada simentris, tampak retraksi dinding dada minimal, bentuk
mamae simetris, pernafasan tampak cepat dan dangkal.
Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak terdapat clubbing finger, warna kulit
kemerahan, tidak ada sianosis.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, CRT <2 detik, akral terara hangat.
1.1.6 Neurosensori
M :3 (flexi abnormal, salah satu tangan atau keduanya menekuk saat diberi
rangsang nyeri)
- Nervus I (Olfaktorius)
Tidak dapat dikaji
- Nervus II (Optikus)
Tidak dapat dikaji
- Nervus III (Okulomotor)
Pupil pasien dapat mengecil saat dilewatkan cahaya senter
- Nervus IV (Toklear)
Tidak dapat dikaji
- Nervus V (Trigeminus
Tidak dapat dikaji
- Nervus VI (Abdusen)
Tidak dapat dikaji
- Nervus VII (Fasialis)
Bibir atas dan bawah pasien nampak simetris
- Nervus VIII (Vestibulokoklearis)
Tidak dapat dikaji
- Nervus IX (Glosofaringeus)
Tidak dapat dikaji
- Nervus X (Vagus)
Pasien sulit dalam menelan makanan.
- Nervus XI (Aksesorius)
Tidak dapat dikaji
- Nervus XII (Hipoglosus)
Lidah tampak normal
1.1.7 Eliminasi dan cairan
Eliminas/BAK
2. Warna 2. Kekuningan
Minum
Klien terpasang NGT dan kateter. Ada BAB, klien menggunakan popok.
Pencernaan
Nutrisi
2. Jumlah 1 porsi
Akral teraba hangat, pergerakan sendi terbatas, tidak ada tanda-tanda oedema dan
sianosis, tidak ada kelianan tulang.
2 2
2 2
1.1.10 Seksualitas
- PO Erphafilin 3x200mg
- PO Salbutamol 3x2mg
- O2 NRM 15 Lpm
DIAGNOSA KEPERAWATAN
- HR : 128 x/menit
- SPO2 : 91%
- pH : 7,44
- PCO2 : 31 mmHg
TD : 128/80 mmHg
HR : 128 x/menit
RR : 38 x/menit
SPO2 : 91%
- ADL total care
Tingkat kesadaran
meningkat
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
MODIFIKASI MODE IDA JEAN ORLANDO
PO Salbutamol 3 x 2mg
Nebulizer combivent+Pulmicort+NS 2 cc
- RR : 34 x/menit
- HR : 116 x/menit
- SPO2 : 97%
- pH : 7,44
- PCO2 : 31 mmHg
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
- GCS E3V1M3
- Tanda-Tanda Vital
TD : 120/76
HR : 115 x/menit
RR : 29 x/menit
SPO2 : 97%
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan