Fz, seorang apoteker pemilik perusahaan IKOT, berencana untuk membuat produk kapsul dari ektrak kering daun kelor
Step 1
Step 2
Step 3
1. Proses pembuatan ekstrak daun kelor
Maserasi : diambil dan dijadikan simplisia, dimaseriasi dgn etanol, dilakukan pengocokan berulang, Daun kelor sebanyak 1,27 kg dicuci dengan air mengalir dan selanjutnya dilakukan sortasi basah untuk memisahkan daun kelor yang masih segar. Daun kelor kemudian ditiriskan dan disimpan dalam wadah tertutup. Daun kelor dikeringkan di dalam oven pada suhu 500C sampai kering dan kemudian diukur kadar airnya dengan alat moisture balance. Simplisia daun kelor kering diblender dan diayak menggunakan ayakan no 40 Mesh. Serbuk yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk pembuatan EMDK dan EEDK. Proses maserasi simplisia daun kelor dilakukan dengan merendam 300 gram serbuk daun kelor dengan 2.250 mL methanol untuk EMDK dan 2.250 mL etanol 70% untuk EEDK dalam bejana maserasi. Bejana maserasi ditutup dan dibiarkan selama tiga hari serta diletakkan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung. Selama proses perendaman, rendaman diaduk beberapa kali dengan tujuan untuk meningkatkan efektifitas proses difusi senyawa terlarut ke dalam cairan penyari. Campuran simplisia dan cairan penyari disaring dan diperas hingga diperoleh hasil maserat pertama. Ampas yang sudah diperas direndam kembali dengan metanol dan etanol (masing-masing sebanyak 750 mL) selama tiga hari hingga diperoleh maserat kedua. Maserat kedua kemudian digabungkan dengan maserat pertama. Maserat yang diperoleh didiamkan selama semalam dan diendapkan. Maserat dipekatkan dengan menggunakan rotarry evaporator pada suhu 50 oC sehingga diperoleh ekstrak kental daun kelor (EMDK dan EEDK). 2. Apa saja kandungan kima atau zat aktif pada daun kelor Vitamin A, C, K E B1 B2 B3 B6 Flavonoid Alkaloid Savonin Tannin Terpenoid Protein Glukosinolat Kalsium Besi Elenium Triptofan Xantin Betakaroten Kalium Natrium Zinc
3. Uji evaluasi yang dapat dilakukan
1. Uji keseragaman bobot 2. Uji waktu hancur 3. Uji disolusi, media HCl 300 mL 4. Uji higroskopis 5. Uji kadar air, mngetahui kadar air dalam kapsul, syarat kadar air tidak lebih dari 10% 6. Uji penetapan kadar 4. Keuntungan dan krugian dari sediaan kapsul Keuntungan : Dapat menutupi rasa obat, bahan obat, mudah ditelan daripada tablet, praktis, selain serbuk bahan obat lain yang kering dapat dimasukkan dalam kapsul, resep dengan kombinasi obat lain sesuai kebutuhan pasien, tdak memerlukan bahan penolong seperti pembuatan pil atau tablet, pengisian lebih cepat dari puyer kerugian Tidak bias untuk zat yg mudah menguap, tdak bias utk zat higroskopis,tidak dapat dibagi-bagi, tidak cocok utk bahan obat yang dapat mengembang, garam dengan kelarutan tinggi tidak dapat digunakan pada kapsul gelatin keras, tdk bias utk zat zat yg dapat bereaksi dgn cangkang kapsul 5. Bahan eksipien yg perlu ditambahkan dalam kapsul 1. Bahan pengisi : utk mencukupi massa kapsul sampai pada bobot yg diinginkan dan harus bersifat inner (laktosa) 2. Gildegan : mengurangi daya tarik antar pertikel shgg tidak meggumpakl dan mudah mengalir 3. Lubrikan: mngurangi interaksi gesrekan (magnesium stearat) 4. Adsorben : melindungi bahan dari pengaruh kelembaban akibat reaksi antar baha (aerosol, magnesium karbonat)
6. Standarisasi dosis OHT
1. Ukuran dosis yang diunakan 2. Dosis untuk takaran dan waktu dalam sehari Perlu standarisasi ukuran/dosis yang digunakan. Misalnya, ukuran “segenggam” harus distandarkan dengan disebutkan satuan-satuannya, misal (berat = gram, volume = ml). Perlu standarisasi dosis untuk berapa takaran/jumlah, waktu, dan frekuensi penggunaannya dalam sehari. Herbal yang digunakan untuk pengobatan penyakit tertentu bisa berefek negatif bila penggunaannya tidak tepat dosis. Guna dari standarisasi dosis ini karena penetapan cara aplikasi dan dosis produk herbal tradisional seringkali masih menjadi kendala bagi para peternak karena konsistensi dosis dari pemberian ramuan pertama, kedua, dan seterusnya belum optimal (dosis kadang masih berubah-ubah). Hal ini disebabkan data dosis respon dari penelitian/studi klinis masih terbatas, belum semua jenis tanaman herbal telah melalui prosedur standar sampai uji klinis 7. Bahan digunakan untuk membuat cangkang kapsul 1. Terbuat dari gelatin : tulang sapi, kulit ikan tuna, dan kulit kambing 2. Pati atau bahan lain yang sesuai 3. Gula sebagai pengeras (keras) 4. Gelatin, bahan pelunak, dan air (lunak) 8. Bagaimana pemilihan cangkang kapsul untuk bahan herbal 1. Waktu lunak <15 menit 2. Memenuhi syarat : kadar kapsul <10%, aklotopsis <30 bpg, dlm wadah tertutp baik. 9. Titik kritis pembuatan kapsul daun kelor 1. Pada pemilihan cangkang kapsul, sesuai dengan bobot 2. Penyimpanan 3. Pengisian , berefek pada dosisnya
10. Cara pencampuran massa kapsul
1. Spatulasi : metode dimana sebuah serbuk dapat digerus selembar kertas atau tatakan pembuat pil dgn gerakan spatula obat 2. Triturasi : proses menggerus obat dlm lumping utnuk mengecil ukuran 3. Tumbling : mengguling2kan seruk dlm suatu wadah besar yg biasanya diputar dgn mesin 4. Penggiling serbuk : untuk mencapur serbuk dengan gerakan jungkir balik, pencampuran dgn cara ini merata tapi memerlukan waktu
Step 4
Step 5
1. Cpotb dari kapsul yg dibuat
2. Evaluasi kimia dari kapsul 3. Uji ekstrak 4. Uji granul 5. Bagaimana cara mengubah ekstrak kental menjadi serbuk 6. Metode pembuatan granul 7. Syarat syarat IKOT dari yang memenuhi CPOTB