Anda di halaman 1dari 48

PAPER SKILL LAB BLOK 12

FORMULASI TABLET METAMPIRON


“METAMFIR TABLET”

DISUSUN OLEH:
NAMA : FIRDA RATNASARI RAMADHANI
NIM : 20170350081

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019

i
KATA PENGANTAR
Assalamu’aliakum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya


menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Sholawat serta salam
kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya
yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penulis
tidak akan sanggup menyelesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa makalah yang berjudul


“Formulasi Sediaan Tablet Metampiron” jauh dari kesempurnaan. Kritik dan
saran sangat penulis harapkan guna mendapatkan hasil karya tulis ilmiah yang
lebih baik. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin
ya Robbal’alamin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 05 Juli 2019

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB 1 TINJAUAN UMUM SENYAWA AKTIF DAN SEDIAAN........................................1
I.1. Deskripsi Umum Senyawa Aktif....................................................................................2
I.2. Definisi Bentuk Sediaan Terkait.....................................................................................2
I.3. Dasar Pertimbangan dan Landasan Hukum Penggolongan Obat...................................3
I.4. Penandaan Pada Wadah, Leaflet atau Brosur.................................................................3
I.5. Nomor Registrasi (Dengan Uraian/ Penjelasan Penomoran) & Nomor Bets
4
BAB II URAIAN DAN ANALISIS FARMAKOLOGI............................................................5
II.1. Nama Obat dan Sinonim.................................................................................................5
II.2. Bentuk Senyawa Aktif....................................................................................................5
II.3. Mekanisme Kerja Dalam Tubuh.....................................................................................5
II.4. Nasib Obat Dalam Tubuh................................................................................................6
II.5. Indikasi dan Dasar Pemilihan..........................................................................................6
II.6. Kontraindikasi dan Alasannya........................................................................................7
II.7 Dosis dan Perhitungan.....................................................................................................7
II.8. Cara Pakai.......................................................................................................................8
II.9. Efek Samping..................................................................................................................9
II.10.Toksisitas.....................................................................................................................10
II.11.Interaksi Obat...............................................................................................................10
II.12.Penggunaan Pada Kondisi Khusus..............................................................................10
II.13. Peringatan...................................................................................................................11
II.14.Cara Penyimpanan.......................................................................................................11
II.15.Contoh Sediaan yang Beredar di Pasaran....................................................................12
II.16.Analisis Farmakologi...................................................................................................12
BAB III ANALISIS PREFORMULASI, FORMULASI DAN USULAN
FORMULA..............................................................................................................................13
III.1.Pendekatan Formulasi (Analisis Pemilihan Zat Aktif dan Eksipien)...........................13
III.2.Formulasi......................................................................................................................17
BAB IV PEMBUATAN DAN EVALUASI FARMASETIK SEDIAAN AKHIR
..................................................................................................................................................19
IV.1.Metode Pembuatan Sediaan.........................................................................................19

iv
IV.2.Perhitungan dan Penimbangan.....................................................................................19
IV.3.Prosedur Pembuatan Sediaan.......................................................................................22
IV.4.Pengawasan Dalam Proses (IPC).................................................................................24
IV.5.Uji Mutu Farmasetik Sediaan Akhir............................................................................28
IV.6.Pengemasan Sediaan Jadi.............................................................................................35
BAB V WADAH DAN INFORMASI OBAT.........................................................................36
BAB VI DAFTAR PUSTAKA................................................................................................41
LAMPIRAN.............................................................................................................................42

iv
BAB 1

TINJAUAN UMUM SENYAWA AKTIF DAN SEDIAAN

I.1. Deskripsi Umum Senyawa Aktif

1. Pemerian

Pemerian serbuk hablur, berwarna putih atau putih kekuningan.

2. Nama Lain (Sinonim), Nama Kimia, Struktur Kimia

a. Nama Lain (Sinonim)

Antalgin, Levorphanol atau Dipiron


b. Nama Kimia

Natrium 2,3-dimetil-1-fenil-5-pirazolon-4-metilaminometanasulfonat
c. Struktur Kimia

3. Rumus Molekul & Bobot Molekul

a. Rumus Molekul : C₁₃H₁₆N₃NaO₄S.H₂O

b. Bobot Molekul : 351,37

4. Kelarutan

Mudah larut dalam air, dalam metanol, dan praktis tidak larut dalam eter,

aseton, benzen dan kloroform.

1
5. pH Larutan, Ph Stabilitas

a. pH Stabilitas : 6-7,8

b. pH Larutan :-

6. Titik Didih atau Leleh

a. Titik Didih :-

b. Titik Leleh : 198-199oC

7. Stabilitas

Tidak stabil terhadap udara lembab dan terurai bila terkena cahaya matahari.
8. Inkompatibilitas

Efek ototoksik meningkat bila diberikan bersama aminoglikosida, tidak

boleh diberikan bersama etakrinat, toksisitas salisilat meningkat bila diberikan

secara bersamaan, mengantagonis tubokurarin dan meningkatkan efek

suksinolkolin dan obat antihipertensi.

9. Wadah dan Penyimpanan

Simpan dalam wadah tertutup baik, simpan pada suhu kamar (25 – 30)°C,

simpan ditempat yang sejuk serta kering, dan terlindung dari cahaya.

10. Sifat Khusus yang Penting Untuk Formulasi

I.2. Definisi Bentuk Sediaan Terkait

Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau

tanpa bahan pengisi (Farmakope Indonesia IV, 1995).

2
I.3. Dasar Pertimbangan dan Landasan Hukum Penggolongan Obat

Penggolongan obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

917/Menkes/Per/X/1993 yang kini telah diperbaiki dengan Permenkes RI

Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000 Penggolongan Obat dimaksudkan untuk

peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan

distribusi. Penggolongan obat ini terdiri atas : obat bebas, obat bebas terbatas,

obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika.

“Berdasarkan SK Menkes Nomor 917/Menkes/Per/X/1993 yang kini telah

diperbaiki dengan Permenkes RI Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000 tentang

Penggolongan Obat maka sediaan Metampiron digolongkan kedalam obat

keras yang padanya berlaku tentang obat keras dan juga ketentuan penandaan

pada kemasan serta nomor registrasi.”

I.4. Penandaan Pada Wadah, Leaflet atau Brosur

Pada sediaan Metampiron tablet berlaku aturan penandaan sebagai berikut:

Obat keras (daftar G = geverlijk = berbahaya): Obat keras adalah semua

obat yang memiliki takaran dosis minimum (DM), diberi tanda khusus lingkaran

bulat merah garis tepi hitam dan huruf K menyentuh garis tepinya, semua obat

3
baru kecuali ada ketetapan pemerintah bahwa obat itu tidak membahayakan, dan

semua sediaan parenteral/injeksi/infus intravena.

I.5. Nomor Registrasi dan Nomor Batch

Nomor Registrasi Metampiron adalah DKL9420906010A1

D : Obat dengan nama dagang


K : Golongan obat keras
L : Produksi dalam negeri (lokal)
94 : Tahun penandaan obat jadi
209 : Nomor urut pabrik di Indonesia
060 : Nomor urut obat yang disetujui oleh pabrik
10 : Nomor urut sediaan
A : Kekuatan obat jadi
1 : Kemasan untuk kekuatan obat jadi tersebut

Sediaan Metampiron dibuat oleh pabrik atau industri yang telah memenuhi

persyaratan Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB).

Nomor Batch Sediaan Metampiron adalah 19T01

19 : Tahun produksi
T : Kode bentuk sedian
01 : Nomor urut pembuatan

4
BAB II

URAIAN DAN ANALISIS FARMAKOLOGI

II.1. Nama Obat dan Sinonim

1) Nama Lain : Antalgin, Levorphanol atau Dipiron

Nama Kimia : Natrium 2,3-dimetil-1-fenil-5-pirazolon-4-

metilaminometanasulfonat.

2) Golongan Farmol : Analgesik-antipiretik

3) Golongan Kimia : NSAID (Nonsteroidal anti-inflammatory drug)

II.2. Bentuk Senyawa Aktif

Metampiron termasuk derivase metasulfonat dari amidopirin yang mudah larut

dalam air dan cepat diserap kedalam tubuh.

II.3. Mekanisme Kerja Dalam Tubuh

a. Efek Farmol

Metampiron termasuk derivase metasulfonat dari amidopirin yang mudah

larut dalam air dan cepat diserap kedalam tubuh, bekerja secara sentral pada otak

untuk menghilangakan nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatic.

Antalgin mempengaruhi hipotalamus dalam menurunkan sensifitas reseptor rasa

sakit dan thermostat yang mengatur suhu tubuh.

b. Mekanisme Kerja

Menurunkan sintesis prostaglandin D dan E sehingga menghasilkan efek

analgesik (mengurangi rasa sakit), antipiretik (menurunkan demam) dan

antiinflamasi (mengurangi peradangan). Prostaglandin merupakan mediator

5
pembawa pesan proses peradangan di sistem syaraf pusat. Pembentukan

prostaglandin diturunkan dengan cara menghambat enzim cyclooxygenase yang

berperan memacu pembentukan prostaglandin, asam arakidonat dan trmboksan

(menghambat secara reversibel enzim siklooksigenase-1 dan 2, yang

mengakibatkan pembentukan penurunan prostaglandin prekursor (COX-1 dan 2)).

II.4. Nasib Obat Dalam Tubuh (ADME)

Perjalanan Metampiron mulai titik masuk ke dalam badan hingga mencapai

tempat aksinya. Antalgin mengalami proses ADME yaitu absorpsi, distribusi,

metabolisme dan ekskresi yang berjalan secara simultan langsung atau tidak

langsung melintasi sel membrane.

Pada pemberian secara oral senyawa diserap cepat dan sempurna dalam

saluran cerna. Terdapat 60% Metampiron yang terikat oleh protein plasma, masa

paru dalam plasma 3 jam. Obat ini dimetabolisme di hati menjadi metabolit utama

dan diekskresi melalui ginjal.

II.5. Indikasi dan Dasar Pemilihan

Metampiron dalam bentuk sediaan tablet indikasinya untuk mengurangi rasa

nyeri, demam dan inflamasi akibat kondisi-kondisi diantaranya sakit kepala, nyeri

dan radang saraf, nyeri pasca operasi, osteoartritis, batu ginjal, artritis reumatoid,

artritis psoriatik, asam urat, kolik dan sindrom pra-haid (PMS).

6
II.6. Kontraindikasi dan Alasannya

1. Pada penderita yang alergi terhadap derivat pirazolon. Kasus porfiria hati

(amat jarang) dan defisiensi bawaan glukosa-6-fosfat-dehidrogenase.

2. Penderita yang hipersensitif.

3. Bayi 3 bulan pertama atau dengan berat badan dibawah 5 kg.

4. Wanita hamil terutama 3 bulan pertama dan 6 minggu terakhir.

5. Penderita dengan tekanan darah = 100 mmHg.

II.7. Dosis (Sesuai Indikasi) dan Perhitungan

1. Dosis untuk osteoarthritis :

 Awal : 250 mg hingga 500 mg dua kali sehari

 Peringatan : Dapat dituangkan hingga maksimum hariaan 1500 mg

(Antalgin) atau 1650 mg (Antalgin) dalam 2 dosis terbagi, untuk periode

terbatas hingga 6 bulan.

2. Dosis untuk dismenore

 Dosis awal yang direkomendasikan untuk meminum obat Antalgin

terkontrol adalah dua tablet 500 mg (1000 mg) secara oral sekali sehari.

 Untuk pasien yang membutuhkan manfaat analgesic yang lebih besar, dua

tablet 750 mg (1500 mg) atau tiga tablet 500 mg (1500 mg) dapat

digunakan untuk jangka waktu terbatas. Setelah itu, dosis harian total tidak

boleh melebihi dua tablet 500 mg (1000 mg).

7
3. Dosis untuk nyeri pada anak

 Lebih dari 2 tahun: 2,5 hingga 10 mg/kg/dosis.

 Dosis harian maksimum adalah 10 mg/kg, diberikan setiap 8 hingga 12

jam.

II.8. Cara Pakai

 Aturan pakai 3-4 kali sehari 1 tablet, maksimal sehari 4 tablet sesudah

makan. PENGGUNAAN OBAT INI HARUS SESUAI DENGAN

PETUNJUK DOKTER.

 Selalu baca petunjuk pemakaian obat sebelum menggunakan obat ini. Ikuti

semua petunjuk pemakaian yang tertera pada label kemasan atau resep.

 Telan obat secara langsung dengan bantuan air putih. Jangan mengunyah

atau menghancurkan tablet karena hal tersebut dapat meningkatkan efek

samping obat. .

 Minum obat ini di waktu yang sama setiap harinya agar kinerja obat dapat

bekerja lebih efektif. Jika satu waktu lupa minum obat dan jeda dengan

jadwal konsumsi berikutnya tidak terlalu dekat, segera minum ketika

ingat. Namun, jika jadwal konsumsinya sudah dekat, abaikan saja dan

jangan menggandakan dosis obat.

 Jangan gunakan obat ini terlalu banyak, sedikit, lebih lama dari yang

disarankan. Jika setelah minum obat ini kondisi tidak juga membaik atau

justru memburuk, segera konsultasi ke dokter.

8
Silakan konsultasi ke dokter untuk informasi lebih lanjut.

II.9. Efek Samping

Dapatkan bantuan medis darurat jika mengalami tanda-tanda reaksi alergi

terhadap Metampiron: bersin, pilek atau hidung tersumbat; mengi atau kesulitan

bernapas; gatal-gatal; pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan.

Dapatkan bantuan medis darurat jika mengalami tanda-tanda serangan

jantung atau stroke: nyeri dada menyebar ke rahang atau bahu, mati rasa tiba-tiba

atau kelemahan di satu sisi tubuh, bicara cadel, merasa sesak napas.

Berhenti menggunakan Metampiron dan segera hubungi dokter jika mengalami:

1) Sesak napas (bahkan dengan pengerahan tenaga ringan


2) Pembengkakan atau peningkatan berat badan yang cepat
3) Tanda pertama dari ruam kulit, tidak peduli seberapa ringan
4) Tanda-tanda perdarahan lambung – tinja berdarah, batuk darah atau
muntah yang terlihat seperti bubuk kopi
5) Masalah hati – mual, sakit perut bagian atas, gatal, perasaan lelah, gejala
seperti flu, kehilangan nafsu makan, urin gelap, kotoran berwarna ungu,
penyakit kuning (kulit atau mata menguning)
6) Masalah ginjal – sedikit atau tanpa kencing, nyeri atau sulit buang air
kecil, bengkak di kaki atau pergelangan kaki, merasa lelah atau sesak
napas.
7) Sel darah merah rendah (anemia) – kulit pucat, merasa pusing atau sesak
napas, denyut jantung cepat, kesulitan berkonsentrasi
8) Reaksi kulit yang parah – demam, sakit tenggorokan, bengkak di wajah
atau lidah, terasa panas di mata, nyeri kulit diikuti oleh ruam kulit merah
atau ungu yang menyebar (terutama di wajah atau tubuh bagian atas) dan
menyebabkan kulit mengelupas.

9
Efek samping Antalgin umum mungkin termasuk:

1) Gangguan pencernaan, nyeri ulu hati, sakit perut, dan mual


2) Diare dan sembelit
3) Sakit kepala, pusing, dan mengantuk
4) Bengkak di tangan atau kaki
5) Memar, gatal, ruam, dan berkeringat
6) Terngiang di telinga

II.10. Toksisitas

Turunnya jumlah sel darah atau granulositopenia atau sakit tenggorokan atau

pernapasan akan tertekan. Jika penggunakan metampiron diatas dosis terapi

adalah Sindroma neuropati dan gangguan ginjal dan hati.

II.11. Interaksi Obat

Efek ototoksik meningkat bila diberikan bersama aminoglikosida, tidak boleh

diberikan bersama etakrinat, toksisitas salisilat meningkat bial diberikan secara

bersamaan, mengantagonis tubokurarin dan meningkatkan efek suksinolkolin dan

obat antihipertensi.

II.12. Penggunaan Pada Kondisi Khusus

Antalgin (Metampiron) tidak boleh diberikan kepada individu dengan kondisi

sebagai berikut:

1) Orang yang memiliki alergi terhadap derivat pirazolon.


2) Memiliki kelainan bawaan berupa defisiensi enzim glukosa-6-fosfat-
dehidrogenase (G6PD).

10
3) Penderita yang hipersensitif atau yang juga memiliki riwayat alergi
terhadap obat-obat golongan NSAID lain seperti aspirin, paracetamol, dan
sebagainya.
4) Bayi yang berusia dibawah 4 bulan atau bayi yang memiliki berat badan di
bawah 5 kg.
5) Ibu hamil terutama 3 bulan pertama dan  6 minggu terakhir.
6) Bagi yang memiliki tekanan darah rendah di bawah 100 mmHg. Karena
Metampiron memiliki efek menurunkan tekanan darah

II.13. Peringatan

1) Hati-hati pada pasien yang memiliki riwayat gangguan


pembentukan sel darah, gangguan fungsi hati, fungsi ginjal.
2) Tidak diindikasikan untuk nyeri otot pada flu, rheumatism, lumbago,
bursitis, nyeri lengan-bahu.
3) Tidak boleh diberikan kepada pasien yang pernah mengalami asma,
urtikaria, atau reaksi tipe alergi setelah minum aspirin atau NSAID
lainnya. Reaksi anafilaktik yang berat, jarang fatal, dan anafilaksis
terhadap NSAID telah dilaporkan pada pasien tersebut.

II.14. Cara Penyimpanan

Disimpan pada suhu kamar (25 – 30)°C, jauhkan obat ini dari paparan

sinar matahari langsung dan tempat yang lembap, jangan dibekukan, perhatikan

instruksi penyimpanan pada kemasan produk atau tanyakan pada apoteker anda,

jauhkan semua obat-obatan dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan, serta

buang produk ini bila masa berlakunya telah habis atau bila sudah tidak

diperlukan lagi.

11
II.15. Contoh Sediaan yang Beredar di Pasaran serta Kekuatannya

 Tablet Antalgin 500 mg (PT Indofarma TBK)


Adimidon, Adineuron, Alvita, Anacof, Analmidon*, Analsik, Antalgin Berlico,

Antalgin Hexpharm, Antalgin Soho, Antrain, Arsinal, Benodon*, Biropyron*,

Betalgin, Biomega*, Biropyron*, Caranal*, Cetalgin*, Cornalgin, Corsanural*,

Cymamidon*, Dactron*, Danalgin*, Decamidon*, Deparon*, Dolocitoneuron*,

Dolo-Licobion*, Dolo Meganeuron*, Dolo-Neurobion*, Dolo Neuromin*, Dolo

Scanneuron*, Duralgin, Emmer, Etalgin, Etamidon*, Erlagin*, Erlamidon*,

Erphavitalgin*, Etaneural*, Foragin, Foraneural*, Fytogin, Gineuron*, Ginifar,

Goralgin*, Hedix*, Hufanal, Hufralgin*, Inerv*, Infalgin, Kokogin, Licogin,

Medizol, Medsalgin*, Mepron, Metaneuron*, Mionalgin*, Mixalgin*,

Mutivaldon*, Nalget*, Nelgin, Neuphralgin, Neuralgin*, Neurodial*, Neurogen*,

Neuromec*, Neuropyron*, Neurosanbe*, Neuroval*, Norages, Novalgin,

Novamidon*, Novapyron*, Novaron, Omegesic*, Panstop, Paramidon, Penagon*,

Prageson, Pritagesic*, Proneuron*, Pronto, Pyronal, Ramalgin*, Rapidon,

Ronalgin, Scanalgin, Stileran*, Supranal*, Tonagin, Tropineuron*, Trovinal,

Unagen*, Validon*, Vardiksia, Xylomidon*, Yekalgin*, Zyparon*

II.16. Analisis Farmakologi


a. Zat aktif yang digunakan yaitu Metampiron.
b. Metampiron dibuat dengan formulasi sediaan tablet dengan bobot rata-
rata 500 mg.
c. Indikasi sebagai analgesik antipiretik untuk menurunkan rasa nyeri
ringan-sedang.
d. Dosis yang digunakan yaitu 500 mg berdasarkan sumber yang didapat.

12
e. Alasan pemilihan kekuatan sediaan adalah karena sudah sesuai dengan
sumber yang didapat.
f. Lain-lain: Obat diminum sesudah makan dikarenakan obat ini dapat
menyebabkan radang lambung, rasa perih atau sakit pada ulu hati.

Kesimpulan Analisis Farmakologi


a. Kekuatan sediaan adalah 500 mg.
b. Indikasinya adalah untuk analgesik antipiretik untuk menurunkan
rasa nyeri ringan-sedang.
c. Dosis dan aturan pakai adalah dosis awal pemberian obat adalah
sebesar 500 mg 3-4 kali sehari. Pemberian obat dilakukan pada
setelah makan.

BAB III
ANALISIS PREFORMULASI, FORMULASI DAN
USULAN FORMULA

III.1. Pendekatan Formulasi (Analisis Pemilihan Zat Aktif dan Eksipien)


Zat aktif yang digunakan yaitu Metampiron atau Antalgin termasuk

derivate Metasulfonat dari Amidopirin karena mudah larut dalam air dan cepat

diserap kedalam tubuh. Bekerja secara sentral pada otak untuk menghilangakan

nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan rematik.

Metode yang digunakan dalam membuat tablet Metampiron atau Antalgin

adalah metode granulasi basah karena sifat alir kalium metampiron dan tahan

terhadap pemanasan. Metode granulasi basah digunakan untuk obat yang tahan

terhadap air dan memiliki sifat alir jelek (Formularium Nasional, 1978 : 311).

Alasan formulator menggunakan metode granulasi basah yaitu untuk memastikan

13
keseragaman kandungan tablet dengan mendispersikan dosis kecil zat aktif,

metampiron memiliki sifat alir yang buruk, dan memiliki dosis efektif zat aktif

yang terlalu besar untuk kempa langsung.

 Preformulasi Eksipien

a) Antalgin (FI III, IV, Handbook of Pharmaceutical)

Deskripsi Keterangan
Nama Antalgin
Sinonim Methampiron
Rumus Molekul C13H16N3NaO4S . H2O
BM 351,37
Pemerian Serbuk hablur, putih sampai kuning
Kelarutan Kelarutanya 1:1.5 dalam air, 1:30 dalam alchohol, sedikit larut
dalam kloroform dan tidak larut dalam eter.
Melting Point 198-199°C
Stabilitas Tidak stabil terhadap udara lembab dan harus terlindungi dari
cahaya matahari
Fungsi dan Sebagai bahan aktif, karena bermanfaat sebagai obat penghilang
Alasan rasa sakit (analgetik) turunan NSAID, atau Non-Steroidal Anti
Pemilihan Anti Inflammatory Drugs. Umumnya obat-obatan analgetik adalah
Bahan golongan obat antiinflamasi (anti pembengkakan), dan beberapa
jenis obat golongan ini memiliki pula sifat antipiretik (penurunan
panas), sehingga dikategorikan sebagai analgetik-antipiretik.
Antalgin merupakan memiliki titik lebur yang tinggi (tahan panas)
dan cocok menggunakan metode granulasi basah.

b) Laktose (HOPE hal 252-261)


Deskripsi Keterangan
Nama Anhydrous lactose
Sinonim Anhydrous Lactose NF 60M; Anhydrous Lactose NF Direct
Tableting; Lactopress Anhydrous; lactosum; lattioso; milk sugar;
Pharmatose DCL 21; Pharmatose DCL 22; saccharum lactis;
Super-Tab Anhydrous.
Pemerian Serbuk putih , tidak berbau, rasa sedikit manis, stabil diudara,
tetapi mudah menyerap bau.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam kloroform, etanol,dan eter. Mudah (dan
pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air
mendidih.
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan bahan yang bersifat oksidasi kuat.
Inkompatibel terhadap amino acids, aminophylline, amfetamines,
dan lisinopril.

14
Stabilitas Laktosa dapat berubah warna dengan adanya basa amin dan Mg-
stearat. Stabil dengan penyimpanan di tempat kering dan tertutup
rapat.
Fungsi dan Fungsi laktosa adalah sebagai bahan pengisi (pemanis).
Konsentrasi Konsentrasi sekitar 65-85% b/b
Alasan Laktosa memiliki sifat antara lain: mudah larut dalam air,
Pemilihan memberikan rasa yang dapat diterima di mulut, tidak higroskopis,
Bahan mudah dikeringkan pada saat pembuatan dengan metode granulasi
basah, memiliki kompresibilitas yang baik, tidak reaktif, memiliki
nilai titik leleh yang tinggi (202°C) sehingga tidak akan menjadi
lunak pada saat terkena tekanan kompresi, sifat alir yang cukup
baik, harga relatif murah, dan terdapat dalam berbagai macam
ukuran partikel.

c) Talk ( Excipient edisi II hal 519, FI IV hal 771 )

Deskripsi Keterangan
Nama Talc
Sinonim Altalc; E553b; hydrous magnesium calcium silicate; hydrous
magnesium silicate; Imperial; Luzenac Pharma; magnesium
hydrogen metasilicate; Magsil Osmanthus; Magsil Star; powdered
talc; purified French chalk; Purtalc; soapstone; steatite; Superiore;
talcum.
Pemerian Sangat halus, putih keabu-abuan putih, tidak berbau, tidak teraba,
bermanis-manis, bubuk kristal. Hal ini melekat mudah pada kulit
dan lembut untuk disentuh dan bebas dari butiran.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam pelarut asam dan alkali, pelarut organik
dan air.
Inkompattibilita
s Inkompatible dengan senyawa amonium kuartener
Stabilitas dan Talk merupakan bahan yang stabil dan dapat disterilkan dengan
Kondisi pemanasan pada 160 C selama tidak kurang dari 1 jam . Hal ini
Penyimpanan juga dapat disterilkan oleh paparan etilen oksida atau iradiasi
gamma . Talk harus disimpan dalam wadah tertutup baik di
tempat sejuk , tempat kering.
Fungsi dan
Konsentrasi Penggunaan Konsentrasi (%)
yang Dusting powder 90-99
Dibutuhkan Glidan and tablet lubricant 1-10
Capsule and tablet diluent 5-30
Alasan Untuk mengurangi keterikatan antar partikel pada saat dicetak
Pemilihan sehingga dapat memberikan sifat alir yang baik. Bahan ini praktis
Bahan tidak larut dan kemungkinan berpengaruh perlambatan pada laju
disolusi, konsentrasi talk harus dibatasi secara tepat dan tidak
melewati 5 % (1 – 5 %).

15
d) Mg Stearat (FI IV hal 115, Excipients ed V hal 432 )

Deskripsi Keterangan
Nama Magnesium stearate
Sinonim Magnesium octadecanoate; octadecanoic acid, magnesium salt;
stearic acid, magnesium salt.
Nama Kimia Octadecanoic acid magnesium salt [557-04-0]
Formula Empiris C36H70MgO4
Pemerian sangat halus, cahaya putih, dipercepat atau digiling, bubuk teraba
dari bobot isi rendah, memiliki bau samar dari asam stearat dan
rasa yang khas. Serbuk ini berminyak saat disentuh dan mudah
melekat pada kulit .
Kelarutan Praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%), eter dan air;
sedikit larut dalam benzena hangat dan etanol hangat (95%).
Inkompatibilitas Tidak kompatibel dengan asam kuat, alkali dan garam besi.
menghindari pencampuran dengan bahan pengoksidasi kuat.
magnesium stearat tidak dapat digunakan dalam produk yang
mengandung aspirin, beberapa vitamin dan garam alkaloid
berlebih.
Stabilitas dan Magnesium stearat stabil dan harus disimpan dalam wadah
Kondisi tertutup baik. di tempat yang sejuk dan kering
Penyimpanan
Fungsi dan Magnesium stearat secara luas digunakan dalam kosmetik,
konsentrasi yang makanan, dan formulasi farmasi . Hal ini terutama digunakan
dibutuhkan sebagai lubrikan dalam kapsul dan pembuatan tablet pada
konsentrasi antara 0,25 % dan 5,0 % b/b. Hal ini juga digunakan
dalam barier krim.

e) CMC (FI III, IV, Handbook of Pharmaceutical


Deskripsi
Keterangan

Nama Natrii carboxymethylcellulosum


Sinonim Natrium Karboksimetilselulosa
Titik lebur 227-2520C
Konsentrasi 5-15%.
Pemerian Serbuk atau butiran; putih atau putih kuning gading; tidak berbau
atau hamper tidak berbau; higroskopik
Kelarutan Mudah mendispersi dalam air, membentuk suspense koloidal;
tidak larut dalam etanol 95% P , dalam eter P dan dalam pelarut
organic lain.
Inkompatibilitas Inkompatibilitas dengan kuat pada garam besi dan beberapa logan
atau baja, beberapa aluminium, merkuri, besi. Namun dapat terjadi
pada pH kurang dari 2 dan juga ketika dikocok dengan etanol
95%. CMC Na terbentuk kompleks dengan gelatin dan pectin.
CMC Na juga dapat komples dengan kolagen dan mengandung

16
beberapa protein
Stabilitas Larutan stabil pada pH 2-10, pengendapan terjadi pada pH
dibawah 2. Viskositas larutan berkurang dengan cepat jika pH
diatas 10. Menunjukan viskositas dan stabilitas maksimum pada
pH 7-9. Bisa disterilisasi dalam kondisi kering pada suhu 160
selama 1 jam, tapi terjadi pengurangan viskositas.
Fungsi dan Sebagai pengikat (1-6 % eksipien). Dapat membantu
Alasan penghancuran obat ketika sudah ditelan dan mampu mengikat
Pemilihan bahan aktif dan tambahan menjadi granul karena CMC-Na yang
Bahan bersifat menyerap air. CMC-Na inkompatibilitas dengan Mg, Ca,
Al dan garamnya. CMC-Na menghasilkan granul yang lebih rapuh
dari PVP. Umumnya tablet CMC-Na mempunyai waktu
disintegrasi yang lebih lama.

f) Amylum ( FI III , FI IV hal 162 Excipient hal 483 )

Deskripsi Keterangan
Nama Amylum Maydis
Konsentrasi 3 – 15 %
Pemerian Tidak berbau dan tidak berasa, serbuk halus dan putih.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam etanol dingin 95% dan air dingin.
Inkompatibilitas Material bersifat inert.
Stabilitas Praktis tidak larut dalam etanol dingin (96%) dan dalam air
dingin. Starch/ amilum larut dalam air panas pada suhu tinggi atau
suhu gelatinisasi. Pati parsial larut dalam dimetilsulfoksida dan
dimetilformamida.
Fungsi dan Sebagai penghancur (pengisi). Dipilih karena amilum merupakan
Alasan bahan yang cepat kontak dengan cairan lambung sehingga tablet
Pemilihan dapat cepat dihancurkan dengan melepaskan zat aktif.
Bahan
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan kering

III.2. Formulasi
III.2.1. Formula Umum

R/ Zat aktif X mg

Zat tambahan (bahan pengisi, pengikat, pelicin, penghancur, dll) X%

III.2.2. Formula Pustaka

R/ Metamizol Sodium (Dipyrone) 500 mg/tab Zat Aktif


Avicel pH 101 100 mg/tab Zat Pengisi
Kollidon 30 15 mg/tab Zat Pengisi
Kollidon CL 25 mg/tab Disintegran 17
Aerosil 200 1 mg/tab Glidant
Talc 8 mg/tab Zat Pelicin
Calcium Arachinat 1 mg/tab Zat Pengikat
Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Compressed
Solid Products, Second Edition.

III.2.3. Pengembangan Formula


R/ Metamizol Sodium (Dipyrone) 500 mg/tab Zat Aktif
CMC Na 100 mg/tab Zat Pengisi
Kollidon 30 15 mg/tab Zat Pengisi
Kollidon CL 25 mg/tab Disintegran
Aerosil 200 1 mg/tab Glidant
Talc 8 mg/tab Zat Pelicin
Calcium Arachinate 1 mg/tab Zat Pengikat
III.2.4. Usulan Formula

a. Formula Utama

R/ Antalgin 500 mg Zat Aktif


CMC Na 10 % Zat Pengikat
Laktose qs Zat Pemanis
Pewarna Hijau (Fast green FCF) qs Zat Pewarna
Mg Stearat
Bobot tablet: 100 mg 1% Lubrikan/Pelicin
Metode:Amylum
Granulasi basah 3% Disintegran
Talk 3% Glidant

b. Formulasi Alternatif

R/ Metampiron 500 mg Zat Aktif


Avicel pH 102 5% Zat Pengikat
Laktose qs Zat Pemanis
Pewarna Ungu qs Zat Pewarna
Mg Stearat 1% Lubrikan/Pelicin
Amylum 5% Disintegran
Talk 2% Glidant

18
BAB IV
PEMBUATAN DAN EVALUASI FARMASETIK
SEDIAAN AKHIR

IV.1. Metode Pembuatan Sediaan

Akan dibuat sediaan tablet Metampiron dengan kekuatan 500 mg, dan bobot

700 mg pertablet. Dengan metode granulasi basah karena metode ini sangat cocok

untuk Metampiron yang memiliki sifat alir yang buruk, sehingga untuk

memperbaiki sifat alir yang buruk dipilih metode granulasi basah.

IV.2. Perhitungan dan Penimbangan

1.1. Perhitungan Formulasi Utama

Dibuat tablet Metampiron berkekuatan 500 mg/tablet dengan bobot tablet

700 mg sebanyak 1000 tablet.

 Diketahui:

- Dosis Metampiron 500 mg

- Bobot tablet 700 mg

- Jumlah tablet yang akan dibuat 1000 tablet

- Fase dalam 93% dari bobot tablet

- Fase luar 7% dari bobot tablet

Maka bahan yang akan ditimbang dalam pembuatan 1000 tablet Metampiron

500 mg adalah:

19
 Fase Dalam (93%)
Antalgin = 500 mg
10
CMC Na = x 700 mg = 70 mg
100
Laktose = 651 - (500 + 70) = 81 mg
93
Total FD x 700 mg=651mg
100

 Fase Luar (7%)

 Permisalan granul FD yg diperoleh 650 mg dengan kadar air 0%


1
Mg Stearate = x 650 mg=6,98 mg
93
3
Talk = x 650 mg=20,96 mg
93
3
Amylum = x 650 mg=20,96 mg
93
650
Jumlah tablet = x 1000 tablet =998,46 tablet
651
650 g+ 6,98 g+ 20,96 g+ 20,96 g
Bobot tablet =
998,46tablet
698,9 g
=
998,46 tablet
= 0,69997 g/tablet = 700 mg/tablet
1.2. Penimbangan Formulasi Utama

Antalgin = 500 mg x 1000 tablet = 500 g


CMC Na = 70 mg x 1000 tablet = 70 g
5
Air untuk CMC Na ¿ x 70.000 mg = 3,5 g
100
Laktosa = 81 mg x 1000 tablet = 81 g
Mg Stearat = 6,98 mg x 1000 tablet = 6,98 g
Amylum = 20,96 mg x 1000 tablet = 20,96 g
Talk = 20,96 mg x 1000 tablet = 20,96 g

Nama Bahan Konsentrasi Jumlah per Jumlah per


tablet batch

20
Antalgin 500 mg 500 mg 500 gr
CMC Na 10 % 70 mg 70 gr
Lactose q.s 81 mg 81 gr
Mg Stearate 1% 6,98 mg 6,98 gr
Talk 3% 20,96 mg 20,96 gr
Amylum 3% 20,96 mg 20,96 gr

2.1. Perhitungan Formulasi Alternatif

Dibuat tablet Metampiron berkekuatan 500 mg/tablet dengan bobot tablet

650 mg sebanyak 1000 tablet.

 Fase Dalam (92%)


Metampiron = 500 mg
5
Avicel pH 102 = x 650 mg = 32,5 mg
100
Laktose = 598 - (500 + 32,5) = 65,6 mg
92
Total FD ¿ x 650 mg=598 mg
100

 Fase Luar (8%)

 Permisalan granul FD yg diperoleh 650 mg dengan kadar air 0%


1
Mg Stearate = x 650 mg=6,5 mg
100
2
Talk = x 650 mg=13 mg
100
5
Amylum = x 650 mg=32,5 mg
100
650
Jumlah tablet = x 1000 tablet =1086,95 tablet
598
650 g+ 6,5 g+13 g+32,5 g
Bobot tablet =
1086,95
702 g
=
1086,95tablet

21
= 0,645 g/tablet = 645 mg/tablet

2.2. Penimbangan Formulasi Alternatif


Metampiron = 500 mg x 1000 tablet = 500 g
Avicel Ph 102 = 32,5 mg x 1000 tablet = 32,5 g
Laktosa = 65,5 mg x 1000 tablet = 65,5 g
Mg Stearat = 6,5 mg x 1000 tablet = 6,5 g
Amylum = 32,5 mg x 1000 tablet = 32,5 g
Talk = 13 mg x 1000 tablet = 13 g

IV.3. Prosedur Pembuatan Sediaan

Disiapkan alat (ayakan 12 dan 16 mesh, oven, loyang, alat pencetak tablet) dan
bahan (Antalgin, Mg stearate, CMC-Na, Amilum, Laktosa, Talk)

Bahan aktif (Antalgin) dan bahan tambahan bahan (Mg stearate, CMC-Na,
Amilum, Laktosa, Talk) ditimbang sesuai dengan perhitungan bahan

Dibuat mucilago CMC Na dengan menimbang serbuk CMC Na dan ditambahkan


air 3,5 g

Dicampurkan Antalgin + Amilum + Laktosa dimasukkan dalam wadah,


kemudian digerus hingga halus dan homogen

Ditambahkan CMC Na sedikit demi sedikit sampai terbentuk granul

Massa yang lembab diayak dengan ayakan 12 mesh dan dikeringkan di oven
dengan suhu 500-600 C selama 30 menit

22
Setelah granul kering, diayak dengan no. 16 mesh. Ditimbang granul kering
yang diperoleh. Kemudian dipindahkan ke mesin pencampur kubik “twin shell
blender”

Ditambahkan pewarna

Ditambahkan Talk, Mg stearat dan campur sampai homogen

Dimasukkan campuran serbuk ke dalam mesin pencetak tablet lalu cetak hingga
didapat jumlah tablet yang diinginkan

Tablet yang telah jadi dimasukkan kedalam kemasan primer dan sekunder

Gambar. Skema Mesin Pencetak Tablet

23
IV.4. Pengawasan Dalam Proses (IPC)

1) Sifat Aliran

Tujuan penetapan: Menjamin keseragaman pengisi ke dalam cetakan

bobot/tablet.

Ada beberapa cara uji yang dapat digunakan sebagai pengukur aliran. Dua

metode yang paling umum dipakai yaitu:

a) Metode Sudut Baring/Sudut Istirahat

α=arc tan H/R

b) Metode Kecepatan Aliran Hopper

Kecepatan aliran dipakai sebagai metode untuk menetapkan kemampuan

mengalir.

Dihitung jumlah granul yang mengalir dalam satuan waktu (granul/detik).

1. Timbang beker glass kosong (Wo)

2. Set skala nol

3. Masukkan serbuk/granul ke corong

4. Catat waktu aliran (T)

5. Timbang beker glass berisi serbuk/ granul(Wt)

6. Hitung aliran serbuk/granul

Aliran=(Wt-Wo)/T

Tablet yang akan menggunakan metode kempa langsung harus memilih

sifat alir yang baik (Sulaiman, T.N.S., 2007).

24
2) Homogenitas Campuran

Homogenitas campuran yang akan dibuat menjadi tablet harus baik,

karena akan berpengaruh terhadap keseragaman zat aktif atau dosis.

3) Kadar Air (Kandungan Lembab)

Adalah jumlah massa (air) yang hilang selama proses pemanasan (70oC).

Kandungan lembab diukur dengan pemanasan (gravimetric) menggunakan alat

seperti Moisture Balance. Tujuan:

a. Mengontrol kandungan lembab granul sehingga dapat mengantisipasi

masalah yang terjadi selama proses pengempaan tablet, terutama

kandungan lembab menjadi factor penyebab.

b. Mengontrol K.L granul berikatan dengan pertumbuhan mikroba, jika

granul tidak langsung langsung di kempa mnjadi tablet.

Prosedur:

c. Timbang granul sebanyak 5 g diatas nampan logam (alumunium)

d. Nyalakan alat, cek suhu pada 70oC

e. Penetapan kandungan lembab dapat diatur skalanya pada alat(% hilang

atau g hilang)

f. Penetapan dihentikan setelah dicapai angka constant.

(Sulaiman, T.N.S., 2007).

4) Kadar Mampat

Kadar pemampatan dan berat jenis dapat untuk menilai aliran.

25
Vo−V 500
%T=
Vo

Ket: %T= Kadar pemampatan

Vo = volume sebelum mampat

V500= Volume setelah mampat 500x

%T<20 atau V<20 mlgranul memiliki aliran yang baik

(Sulaiman, T.N.S., 2007).

5) Distribusi Ukuran Partikel (Granulometri)

Granulometri adalah analisis ukuran dan repartisi granul (penyebaran

ukuran-ukuran granul). Tujuan granulometri adalah untuk melihat

keseragaman dari ukuran granul. Diharapkan ukuran granul tidak terlalu

berbeda. Granulometri berhubungan dengan sifat aliran granul. Jika ukuran

granul berdekatan aliran akan lebih baik.Diharapkan ukuran granul mengikuti

kurva terdistribusi normal. Dalam melakukan analisis granulometri digunakan

susunan pengayak dengan berbagai ukuran. Mesh terbesar diletakkan paling

atas dan dibawahnya disusun pengayak dengan mesh yang makin kecil.

Prosedur:

 Timbang 100 gr granul

 Letakkan granul pada pengayak paling atas

 Getarkan mesin 5-30 menit, tergantung dari ketahanan granul pada

getaran.

 Hitung persentasi granul yang tertahan pada tiap-tiap pengayak

(Sulaiman, T.N.S., 2007).

6) Bobot Jenis

26
Kerapatan granul dapat mempengaruhi kompresibilitas, porositas tablet,

kelarutan, dan sifat-sifat lainnya (Terj.Lachman ed. 2 hal.682).

a) BJ Sejati

BJ diukur dengan piknometer gas Beckmann. Ada 2 metode untuk

menentukan kerapatan granul, keduanya menggunakan piknometer. Yang

pertama mengguankan air raksa sebagai cairan pengisi sela.Yang kedua

memakai pelarut yang bertekanan permukaan rendah (misal, benzene) dan

tidak melarutkan granul.Ketepatan metode ini tergantung pada kemampuan

cairan pengisi sela memasuki pori-pori granul. Ketepatan diukur dari volumr

cairan pengisi sela yang dipindahkan oleh sejumlah tertentu granul dalam

piknometer.

b) BJ Ruah Granul (BJ Nyata)

 Ditimbang seksama 100 gram serbuk/granul

 Dimasukkan ke dalam gelas ukur

 Diamati volume dan hitung BJ ruahan (BJ= bobot/ volume)

c) Berat Jenis Nyata Setelah Pemampatan (BJ Nyata)

 Ditimbang seksama 100 gram serbuk/granul

 Dimasukkan ke dalam gelas ukur

 Dimampatkan granul dengan alat volumeter dengan 500 kali

pemampatan

 Dihitung perbandingan bobot dengan volume setelah proses

27
pemampatan. Dengan skema sebagai berikut:amati volume dan hitung BJ

ruahan (BJ= bobot/ volume)

d) BJ Nyata Setelah Pemampat

 Perbandingan bobot dengan volume setelah proses pemampat (ketukan

sebanyak 500x).

 Masukkan 100 g granul ke dalam gelas takar. Mampatkan 500x dengan

alat volumeter.

 Lihat volume setelah pemampat

BJ nyata setelah pemampatan = bobot/volume setelah


pemampat
e) Bilangan Hauser

Perbandingan Antara BJ mampat dengan BJ nyata. Makin meningkat

kemampuan untuk kempa (BJ rendah), makin kurang daya mengalirnya.

Makin berkursng kemampuan untuk dikempa (BJ tinggi), makin besar daya

mengalirnya (Sulaiman, T.N.S., 2007).

IV.5. Uji Mutu Farmasetik Sediaan Akhir

1) Evaluasi Fisik

28
a) Keseragaman Bobot

Tujuan: untuk mengetahui keseragaman bobot dari tablet yang kita

buat.

Prosedur :

 20 tablet ditimbang satupersatu, hitung rata-rata tiap tablet.

 Tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang terhadap rata-rata lebih

dari kolom A, dan tidak boleh ada satupun tablet yang menyimpang

terhadap rata-rata lebih dari kolom B.

Hasil dapat diterima apabila tidak terdapat lebih dari 2 tablet yang

memiliki bobot menyimpang lebih dari 10% bobot rata-rata dan tidak

boleh ada 1 tablet yang menyimpang lebih dari 20% dari bobot rata-

ratanya (Depkes RI, 1979).

Jika perlu, diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh ada satupun

tablet yang menyimpang terhadap rata-rata lebih dari kolom A dan B.

(Depkes RI, 1979).

b) Kekerasan Tablet

Tujuan: menjamin ketahanan tablet terhadap gaya mekanik pada proses:

pengemasan, penghantaran (shipping). Kekerasan yang cukup dari suatu

tablet merupakan salah satu persyaratan penting dari suatu tablet. Faktor-

faktor yang mempengaruh kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan

29
sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini yang dipakai sebagai ukuran dari

tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan saat

pengempaan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet

dikatakan baik, apabila mempunyai kekerasan antara 4-8 kg (Parrott,

1970).

Prosedur :

 20 tablet diambil secara acak

 Ukur kekerasan masing-masing tablet

 Catat skala yang terukur

 Kekerasan tablet adalah harga rata-rata ke-20 tablet

 Variasi kekerasan dilihat dari harga SD

Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima asalkan

kerapuhannya tidak melebihi batas yang ditetapkan. Tetapi biasanya tablet

yang tidak keras akan mengalami kerapuhan pada saat pengemasan dan

transportasi. Kekerasan tablet yang lebih dari 10 kg masih dapat diterima,

asalkan masih memenuhi persyaratan waktu hancur/desintegrasi dan

disolusi yang dipersyaratkan.

c) Keseragaman Ukuran

Tujuan : Merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui keseragaman

ukuran dari sediaan tablet.

Prosedur :

 Sebanyak 10 tablet diambil sebagai sampel kemudian ukur diameter

masing-masing tablet dengan menggunakanjangka sorong

30
 Catat hasil pengukuran masing-masing tablet.

Penafsiran Hasil : Tablet yang baik memiliki diameter tidak lebih dari 3

kali atau tidak kurang dari 4/3 tebal tablet.

d) Uji Disolusi

Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan

disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan

tablet dan kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus

dikunyah. Persyaratan disolusi tidak berlaku untuk kapsul gelatin lunak

kecuali bila dinyatakan dalam masing-masing monografi. (DepKes RI,

1995).

Prosedur :

 900 mL medium dissolusi di isi pada tabung denga suhu ± 37oC

 Dimasukkan tablet pada masing-masing tabung

 Dijalankan alat uji disolusi metode paddle dengan kecepatan

pengadukan dan lama pengujian yang sesuai.

 Diambil sampel 5 ml pada selang waktu tertentu

 Setiap penggambilan sampel diganti dengan media disolusi dengan

volume dan suhu yang sama

e) Uji Waktu Hancur

Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur

yang tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket

dinyatakan bahwa tablet atau kapsul digunakan sebagai tablet isap atau

dikunyah atau dirancang untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap

31
dalam jangka waktu tertentu atau melepaskan obat dalam dua periode

berbeda atau lebih dengan jarak waktu yang jelas di antara periode

pelepasan tersebut. Tetapkan jenis sediaan yang akan diuji dari etiket serta

dari pengamatan dan gunakan prosedur yang tepat untuk 6 unit sediaan

atau lebih. Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan

aktifnya terlarut sempurna. Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa

sediaan yang tertinggal pada kasa alat uji merupakan masa lunak yang

tidak mempunyai inti yang jelas, kecuali bagian dari penyalut atau

cangkang kapsul yang tidak larut.

Waktu disentegrasi obat yang baik dari tablet yang di uji adalah 15 menit

untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet

bersalutb gula dan bersalut selaput (FI III, hal 7 1979).

Prosedur :

 Bejana diisi HCL 0,1N, volume diatur pada kedudukan tertinggi

(lempeng kasa di permukaan larutan) dan kedudukan terendah (mulut

tabung di atas permukaan) dengan suhu pelarut 36-38oC.

 6 tablet dimasukkan di setiap tabung, dan keranjang di naik-turunkan

teratur selama 30 kali/menit.

 Tablet hancur bila ada bagian yang tertinggal di kasa.

 Dihitung waktu hnacur sejak tablet mulai hancur hingga tidak ada yang

tertinggal di kasa.

f) Friabilitas

32
Data friabilitas digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet

terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman.

Friabilitas diukur dengan friabilator (gambar terlampir). Prinsipnya adalah

menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam

friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran friabilitas, alat

diputar dengan kecepatan 25 putaran permenit dan waktu yang digunakan

adalah 4 menit. Jadi ada 100 putaran. Mula-mula tablet dibersihkan dahulu

dari debunya kemudian ditimbang dengan seksama. Untuk tablet dengan

bobot <> 650 mg, timbang tablet sebanyak 10 buah. Masukan seluruh tablet

yang telah ditimbang ke dalam friabilator. Jalankan alat selama 4 menit.

Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat. Bersihkan dari debu dan timbang

dengan seksama. Hitung persentase bobot yang hilang selama pengujian.

Untuk tablet yang baik (dipersyaratkan di Industri), bobot yang hilang tidak

boleh lebih dari 1 %.

Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam

proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet

tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran

meragukan (bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian harus diulang

sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang

telah dilakukan (USP & NF).

Prosedur :

 20 tablet dibersihkan dengan menggunakan sikat halus dan ditimbang.

 Tablet dimasukkan dalam Friabilator dan diputar sebanyak 100 putaran.

33
 Tablet dibersihkan lagi dan ditimbang.

 Dihitung friabilitas tablet

g) Friksibilitas

Adalah parameter untuk menguji ketahanan tablet jika tablet mengalami

gesekan antar sesama tablet.

Tujuan penetapan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap

gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman.

Prosedur:

 20 tablet diambil secara acak

 Tablet dibersihkan dari debu kemudian ditimbang (Wo)

 Masukkan uji (100 x) putaran

 Bersihkan tablet dan timbang (Wt)

 Hitung % friksibilitas tablet

% F = (Wo – Wt)/Wo x 100%

Pada umumnya persen friksibilitas yang dapat diterima adalah < 1%

2) Evaluasi Kimia

 Identifikasi

A. Pada 3 ml larutan 10% tambahkan 1 ml - 2 ml asam klorida P dan 1 ml

besi(III) klorida P 5%; terjadi warna biru yang jika dibiarkan berubah

menjadi merah, kemudian tidak berwarna.

B. Panaskan 2 ml larutan 10% yang telah diasamkan dengan asam klorida

P 25%; terjadi gas belerang dioksida.

 Penetapan Kadar

34
Timbang saksama lebih kurang 200 mg, larutkan dalam 5 ml air. Tambahkan

5 ml asam klorida 0,02 N dan segera titrasi dengan iodium 0,1 N LV,

menggunakan indikator kanji LP, dengan sekali-sekali dikocok hingga terjadi

warna biru mantap selama 2 menit.

3) Evaluasi Biologi
Dikarenakan pada formula tidak menggunakan pengawet dan bahan antibiotic

IV.6. Pengemasan Sediaan Jadi

Sediaan Metampiron disimpan dalam kemasan primer kedap udara

berbentuk strip/blister berbahan polycellonium yang dapat menampung 10 tablet

sediaan Metampiron, diberi etiket dan brosur yang selanjutnya dimasukkan

kedalam kemasan sekunder.

35
BAB V
WADAH DAN INFORMASI OBAT
Kemasan Primer (Label), Kemasan Sekunder (Wadah) dan Brosur.

Nama Obat : Metamfir® Tablet


Uraian Kerja Farmol :
Metampiron termasuk derivase metasulfonat dari amidopirin yang mudah

larut dalam air dan cepat diserap kedalam tubuh, bekerja secara sentral pada otak

untuk menghilangakan nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatic.

Antalgin mempengaruhi hipotalamus dalam menurunkan sensifitas reseptor rasa

sakit dan thermostat yang mengatur suhu tubuh. Bekerja secara menghambat

secara reversibel enzim siklooksigenase-1 dan 2, yang mengakibatkan

pembentukan penurunan prostaglandin prekursor (COX-1 dan 2).

Indikasi :
Metampiron dalam bentuk sediaan tablet indikasinya untuk mengurangi

rasa nyeri, demam dan inflamasi akibat kondisi-kondisi diantaranya sakit kepala,

nyeri dan radang saraf, nyeri pasca operasi, osteoartritis, batu ginjal, artritis

reumatoid, artritis psoriatik, asam urat, kolik dan sindrom pra-haid (PMS).

Kontraindikasi :
 Pada penderita yang alergi terhadap derivat pirazolon. Kasus porfiria hati

(amat jarang) dan defisiensi bawaan glukosa-6-fosfat-dehidrogenase.

 Penderita yang hipersensitif.

 Bayi 3 bulan pertama atau dengan berat badan dibawah 5 kg.

 Wanita hamil terutama 3 bulan pertama dan 6 minggu terakhir.

36
 Penderita dengan tekanan darah = 100 mmHg.

Efek Samping :
Efek samping Antalgin umum mungkin termasuk:

 Gangguan pencernaan, nyeri ulu hati, sakit perut, dan mual.

 Diare dan sembelit.

 Sakit kepala, pusing, dan mengantuk.

 Bengkak di tangan atau kaki.

 Memar, gatal, ruam, dan berkeringat.

 Terngiang di telinga.

Bentuk Sediaan : Tablet

Kandungan Obat/Komposisi: Metampiron

Volume/Jumlah : 10 strip @ 10 tablet sediaan tablet Metampiron.

Dosis :

 Dewasa: 500-1000 mg 3-4 kali sehari 1 tablet.

 Anak-anak: 250-500 mg 3-4 kali sehari ½ tablet.

Cara Pakai :

 Aturan pakai 3-4 kali sehari 1 tablet, maksimal sehari 4 tablet sesudah

makan. PENGGUNAAN OBAT INI HARUS SESUAI DENGAN

PETUNJUK DOKTER.

37
 Selalu baca petunjuk pemakaian obat sebelum menggunakan obat ini. Ikuti

semua petunjuk pemakaian yang tertera pada label kemasan atau resep.

 Telan obat secara langsung dengan bantuan air putih. Jangan mengunyah

atau menghancurkan tablet karena hal tersebut dapat meningkatkan efek

samping obat.

 Minum obat ini di waktu yang sama setiap harinya agar kinerja obat dapat

bekerja lebih efektif. Jika satu waktu lupa minum obat dan jeda dengan

jadwal konsumsi berikutnya tidak terlalu dekat, segera minum ketika

ingat. Namun, jika jadwal konsumsinya sudah dekat, abaikan saja dan

jangan menggandakan dosis obat.

 Jangan gunakan obat ini terlalu banyak, sedikit, lebih lama dari yang

disarankan. Jika setelah minum obat ini kondisi tidak juga membaik atau

justru memburuk, segera konsultasi ke dokter.

Silakan konsultasi ke dokter untuk informasi lebih lanjut.

Peringatan :

 Hati-hati pada pasien yang memiliki riwayat gangguan

pembentukan sel darah, gangguan fungsi hati, dan fungsi ginjal.

 Tidak diindikasikan untuk nyeri otot pada flu, rheumatism, lumbago,

bursitis, nyeri lengan-bahu.

 Tidak boleh diberikan kepada pasien yang pernah mengalami asma,

urtikaria, atau reaksi tipe alergi setelah minum aspirin atau NSAID

38
lainnya. Reaksi anafilaktik yang berat, jarang fatal, dan anafilaksis

terhadap NSAID telah dilaporkan pada pasien tersebut.

Penandaan Berdasarkan UU :

“Berdasarkan SK Menkes Nomor 917/Menkes/Per/X/1993 yang kini telah

diperbaiki dengan Permenkes RI Nomor 949/Menkes/Per/ VI/2000 tentang

Penggolongan Obat maka sediaan Metampiron digolongkan kedalam Obat Keras

yang padanya berlaku tentang obat keras dan juga ketentuan penandaan pada

kemasan serta nomor registrasi.”

Label : HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Batas Kadaluarsa : JUNI 2022

Wadah & Kemasan :

Sediaan Metampiron disimpan dalam kemasan primer kedap udara

berbentuk strip/blister berbahan polycellonium yang dapat menampung 10 tablet

sediaan Metampiron, diberi etiket dan brosur yang selanjutnya dimasukkan

kedalam kemasan sekunder.

Cara Simpan :

39
Simpan pada suhu kamar (25 – 30)° C dan dalam wadah tertutup baik,

simpan ditempat yang sejuk serta kering dan terlindung dari cahaya.

No. Bets : 19T01


No. Registrasi : DKL9420906010A1
Nama Pabrik : PT. DEX PHARM

Simbol Pabrik :
PT. Dex Pharm
Tarakan - Indonesia

Alamat Pabrik :
Jl. Sebengkok AL RT. 08 NO. 79 Kalimantan Utara, Tarakan – Indonesia

40
BAB VI. DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979, Farmakope Indonesia, edisi 3.,


Departemen Kesehatan Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia ,1995, Farmakope Indonesia, edisi 4.,


Departemen Kesehatan Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

Lachman, L., Liebermann, H.A., and Kaning, J.L., 1994. Teori dan praktek
industry, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, edisi 3, Universitas Indonesia,
Jakarta, 760-779.

Parrot, E. (1970). Pharmaceutical Technology Fundamental. Pharmaceutics.


Burgess Publishing Company. United States of America.

Rowe, R.C, Sheskey, P.J and Owen, S.C, 2009, Handbook of Pharmaceutical
Manufacturing Formulations Compressed Solid Products, Second Edition,
Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association, USA.

Rowe, R.C, Sheskey, P.J and Owen, S.C, 2009, Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 6th Edition, Pharmaceutical Press and American Pharmacists
Association, USA
Sulaiman, T.N.S., 2007, Teknologi & Formulasi Sediaan Tablet, Pustaka
Laboratorium Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.

USP, 2007, This Unique E-Book of The US Pharmacopoeia 30-NF25 is Made


Especially for Arabswell,USP 30-NF25, Amerika.

41
LAMPIRAN

 KEMASAN SEKUNDER (WADAH)

42
 BROSUR

43
 KEMASAN PRIMER (LABEL)

44

Anda mungkin juga menyukai