Anda di halaman 1dari 83

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM STEARAT SEBAGAI

EMULGATOR TERHADAP SIFAT FISIK KRIM SULFUR


BERDASARKAN PENDEKATAN TEORITIS

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :
Titian Bagas Nugroho
NIM 161251573

AKADEMI FARMASI JEMBER


2020
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM STEARAT SEBAGAI
EMULGATOR TERHADAP SIFAT FISIK KRIM SULFUR
BERDASARKAN PENDEKATAN TEORITIS

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan menyelesaikan
Ujian Akhir Pendidikan Diploma III Farmasi
Akademi Farmasi Jember

Oleh :
Titian Bagas Nugroho
NIM 161251573

AKADEMI FARMASI JEMBER


2020

i
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini saya :


Nama Mahasiswa : Titian Bagas Nugroho
Tempat/Tanggal Lahir : Jember, 23 juni 1998
NIM : 161251573

Menyatakan bahwaKarya Tulis Ilmiah yang berjudul “ Pengaruh Variasi


Konsentrasi Asam Stearat Sebagai Emulgator Terhadap Sifat Fisik Krim Sulfur
Berdasarkan Pendekatan Teoritis “ adalah bukan Karya Tulis Ilmiah orang lain
baik sebagian maupun keseluruhan , kecuali dalam bentuk kutipan yang telah
disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dan apabila
surat pernyataan ini tidak benar maka saya akan bersedia mendapatkan saksi
akademik.

Jember ,12 September 2020


Yang Menyatakan

Titian Bagas Nugroho


NIM: 161251573

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul “Pengaruh Variasi Konsentrasi Asam
Stearat Sebagai Emulgator Terhadap Sifat Fisik Krim Sulfur Berdasarkan
Pendekatan Teoritis”disusun oleh Titian Bagas Nugroho NIM 161251573 telah
kami setujui untuk diuji di hadapan tim penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi
Farmasi Jember pada tanggal 30 September 2020.

Jember, 30 September 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Dewi rashati,M.Farm., Apt Hadi Barru Hakam F.S,M.Si


NIP. 030919880108 NIP. 0309199830824

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ Pengaruh Variasi Konsentrasi Asam Stearat
Sebagai Emlugator Terhadap Sifat Fisik Krim Sulfur Berdasarkan Pendekatan
Teoritis “ disusun oleh Titian Bagas Nugroho NIM 161251573 yang telah
diajukan pada 7 Oktober 2020 di hadapan tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Farmasi Jember dan telah diperbaiki sesuai saran dan masukan yang
diberikan dalam Karya Tulis Ilmiah.

Tim Penguji Jember, 7 Oktober 2020

Penguji 1 : Dewi Rashati,M.Farm., Apt (……………….)


NIP. 03091988108

Penguji 2 :Hadi Barru Hakam F.S,M.Si (……………….)


NIP. 0309199830824

Penguji 3 :Mikhania C.E, MSi.,Apt (……………….)


NIP. 030919850826

Mengetahui
Akademi Farmasi Jember
Direktur

Dra.Sri Handajani Purbowati., Apt


NIP.030919460118

iv
CURRICULUM VITAE

Nama : Titian bagas Nugroho


Pendidikan : Akademi Farmasi Jember
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tempat, Tanggal Lahir : Jember, 23-juli-1998
Umur : 22
Alamat : Kraton Wonoasri Tempurejo, Jember
Agama : Islam

Pendidikan Formal
SDN Wonoasri Tempurejo : Tamat 2010
Mts Hidayatul Mubtadiin : Tamat 2013
SMK Farmasi Jember ; Tamat 2016

v
MOTTO

Kodrat hidup manusia untuk memiliki sebuah keyakinan yang haqiqi menurutnya
dan memperjuangkan keyakinannya tersebut. Ini berlaku untuk bebagai aspek,
baik keyakinan agama mapun keyakinan prinsip hidup.

( Habiburrahman El-Shirazy )

vi
THE EFFECT OF VARIETY OF STEARIC ACID CONCENTRATION ON
THE PROPETIES PHYSICAL SULFUR CREAM BASED ON
THEORETICAL APPROACH
(Titian Bagas Nugroho)
ABSTRACT
In Indonesia,acne is a problem for almost all teenagers, around 85% of them
suffer for mi;ld acne and 15% severe acne jeravwat or acne vuigaris is an
abnormal skin condition due to excessive irritation production of oil glands
(sebaceus glands), witch cause blockage of the pores of the skin stearic acid is
know to be used as a single and emulgator with tipe M/A which is good if used for
cream preparations, type M/A cream makes it easy when appiled and removes
from the skin and has a function as an anti-acne with active sulfur ingredients.
This research alms to find out the physical properties of sulfur cream by using a
single acid stearic sulfur mineral formula prepared by a single emulgator with
variations concentrations of 6%, 8%, 10%, with a sulfur composition of 5%,
methyl paraben 0,3%, propylen paraben 0,3%, glycerin 15%, propylenglycol
30%, and aquadest ad 50 result observation of the stability of the cream supply
was tested through organoleptic, treatment, homogenety, pH, disperbility,
viscosity, , dispersibility and test data processing using the SPSS (25). The results
of thee observations indicate there is influence on pH, viscosity, disoersibility, the
influence on variation a very significant concentration of stearic acid. Of this
study is that is an effect of variations in the concentration of acid stearuc to the
viscosity of sulfur based anti acne cream theoretical approach but has no effect
on the physical propertis of organoleps homogeneity, pH, dispersibility, sulfur
cream type anti acne based theoretical approach. The concentration of stearic
acid 10% in the sulfur cream preparation meet the requirements of the physical
properties of the cream based on a theoretical approach
Keywords : Sulfur cream, effect of variation in emulgator concentration, physical
efficay test.

vii
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM STEARAT TERHADAP
SIFAT FISIK KRIM SULFUR BERDASARKAN PENDEKATAN TEORITIS

(Titian Bagas Nugroho)

RINGKASAN

Krim sulfur dengan fungsi anti jerawat untuk menghilangkan ance vulgaris
yang menyebabkan gangguan berlebihan reproduksi kelenjar minyak pada kulit,
sulfur diketahui dapat digunakan sebagai anti jerawat dengan konsentrasi 10%.
Sediaan krim yang dibuat memiliki tipe M/A dengan emulgator tunggal asam
stearat, dapat diketahui asam stearat emulgator baik untuk krim tipe M/A.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variasi
konsentrasi asam strearat terhadap sediaan krim sulfur, yang ditunjukan untuk
mengetahui sifat fisik krim sulfur, penelitian yang digunakan adalah pra-
eksperimental the one shot case study. formula krim dibuat menggunakan
emulgator tunggal asam stearat dengan variasi konsentrasi 6%, 8%, 10%, pada
pengujian ada tiga kelompok sampel dengan konsentrasi asam stearat yang
berbeda, perlakuan uji sifat fisik organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar,
viskositas, tipe emulsi. Pada uji sifat fisik pada uji viskositas tidak memenuhi
syarat tidak memenuhi syarat kemungkinan adanya pengaruh variasi konsentrasi
asam stearat dan tidak efektiv pada penggunaan emulgator tunggal.
Data hasil penelitian uji sifat fisik organoleptis krim sulfur menunjukkan
bahwa ketiga formula menunjukkan bau sulfur tidak menyengat, warna kuning
sulfur, dan bentuk sedikit kental. Pada hasil uji homogenitas krim sulfur dari 3
formula menunjukkan sediaan krim homogen. pH krim sulfur didapatkan hasil
rata-rata formula 1 , formula 2, dan formula 3 , 5:5,3 dan 5,6 dengan nilai SD dari
formula 2 dan formula 3 memiliki rentang ±0,5. Dari hasil diperoleh maka hasil
uji pH yang diperoleh masih memenuhi persyaratan yang ditentukan Literatur.
Data hasil uji sifat fisik viskositas krim sulfur dari F1 13,3 , F2 23,3, dan F3 36,3
dPas. Data hasil penelitian uji sifat fisik Daya sebar krim untuk formula 1 6,8
dengan rentang ±0,3, formula 2 6,4 dengan rentang ±0,1, dan formula 3 6 dengan
rentang ±0,3. Data hasil penelitian uji sifat fisik tipe emulsi krim sulfur dengan

viii
menggunakan metil biru tersebar merata pada sediaan krim dari 3 formula
menunjukan tipe emulsi krim tipe miyak dalam air ( oil in water ).Kesimpulan
dari penelitian ini adalah Ada pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap
sifat fisik viskositas krim sulfur anti jerawat berdasarkan pendekatan teoritis
namun tidak berpengaruh pada sifat fisik organolepti, homogenitas, pH, daya
sebar, tipe krim sulfur anti jerawat berdasarkan pendekatan teoritis. Konsentrasi
asam stearat 10% pada sediaan krim sulfur yang memenuhi persyaratan sifat fisik
krim berdasarkan pendekatan teoritis.

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
HidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul “ Pengaruh Variasi Konsentrasi Asam Stearat Sebagai Emulgator
Terhadap Sifat Fisik Krim Sulfur Berdasarkan Pendekatan Teoritis ”. Tulis Ilmiah
ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Diploma III
di Akademi Farmasi Jember. Sesuai dengan batas kemampuan, kami menyadari
bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi
kesempurnaan penelitian kami.
Pada kesempatan ini perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dra. Sri Handajani P, Apt selaku Direktur Akademi Farmasi Jember yang telah
memberikan ijin penelitian.
2. Dewi Rashati, M.Farm.,Apt. sebagai pembimbing I dan Hadi Barru Hakam
F.S,M.Si sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan serta
petunjuk yang sangat berharga bagi penulis dari awal hingga akhir penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Orang tua saya dan berbagai pihak yang telah banyak membantu hingga
selesainya Tulis Ilmiah ini.Besar harapan kami semoga Karya Tulis Ilmiah ini
beguna bagi semua pihak dan mampu memberikan kontribusi bagi kemajuan ilmu
pengetahuan.

Jember, 30 September 2020

Penulis

x
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Singkatan :
BM : Bobot Molekul
b/b : berat per berat
C : Celcius
Cm : centi meter
Cps : centi pascal secon
Dirjen POM : Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan
et al : et alia
mm : mili meter
Lambang
- : Sampai
% : Persen
/ : Atau, Per
: : Perbandingan
< : Lebih kecil dari
> : Lebih besar dari
o : Derajat
± : Kurang lebih

xi
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM .......................................................................................i


SURAT PERNYATAAN..............................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................ iv
CURRICULUM VITAE................................................................................v
MOTTO........................................................................................................vi
ABSTRACT..................................................................................................vii
RINGKASAN.............................................................................................viii
KATA PENGANTAR ................................................................................ix
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ..............................................x
DAFTAR ISI ...............................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................xv
DAFTAR TABEL......................................................................................xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum....................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................4
1.4 Manfaat penlitian....................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................6
2.1 Jerawat........................................................................................6
2.1.1 Pengertian Jerawat..............................................................6
2.1.2 Epidemiologi Jerawat.........................................................6
2.1.3 Etiologi Jerawat..................................................................8
2.1.4 Epidemiologi.......................................................................9
2.2 Krim.........................................................................................................9
2.3 Bahan Penyusun Krim............................................................12
2.4 Tinjauan Bahan Dalam Formulasi.........................................16

xii
2.4.1 Sulfur..............................................................................16
2.4.2 Asam stearate...................................................................17
2.4.3 Propilen Glikol................................................................18
2.4.4 Metil Paraben...................................................................19
2.4.5 Gliserin............................................................................21
2.4.6 Propil Paraben..................................................................22
2.5 Evaluasi Sediaan Krim.............................................................23
2.6 Hasil Penelitian terdahulu...................................................... 25
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL......................................................27
3.1 Kerangka Konseptual...............................................................27
3.2 Hipotesis.....................................................................................28
BAB 4 METODE PENELITIAN..............................................................29
4.1 Desain Penelitian......................................................................30
4.2 Kerangka Penelitian.................................................................31
4.2.1 Uji sifat fisik organoleptis................................................32
4.2.2 Uji sifat fisik homogenitas................................................33
4.2.3 Uji sifat fisik pH...............................................................34
4.2.4 Uji sifat fisik viskositas....................................................35
4.2.5 Uji sifat fisik daya sebar ..................................................36
4.2.6 Uji sifat fisik tipe emulsi...................................................37
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian.................................................38
4.3.1 Tempat penelitian..............................................................38
4.3.2 Waktu penelitian ...............................................................38
4.4 Populasi dan Sampel.................................................................38
4.4.1 Populasi..............................................................................38
4.4.2 Sampel...............................................................................38
4.5 Variabel dan Definisi Operasional..........................................39
4.5.1 Variabel penelitian.............................................................39
4.5.2 Definisi operasional ..........................................................40
4.6 Instrumen Penelitian................................................................42
4.6.1 Alat....................................................................................42

xiii
4.6.2 Bahan ................................................................................42
4.6.3 Formula krim sulfur...........................................................42
4.7 Pengumpulan Data...................................................................42
4.8 Pengolahan Data.......................................................................43
4.9 Etika Penelitian ........................................................................43
BAB 5. HASIL DAN ANALISIS DATA...................................................44
5.1 Gambaran umum......................................................................44
5.2 Gambaran khusus ....................................................................44
5.3 Hasil Penelitian ........................................................................45
5.4 Analisis Data .............................................................................49
BAB 6.PEMBAHASAN .............................................................................52
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................56
7.1 Kesimpulan ...............................................................................56
7.2 Saran .........................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA....................................................................………. 58
LAMPRIRAN ............................................................................................63

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur kimia sulfur.................................................................16


Gambar 2.2 Struktur kimia asam stearate.....................................................17
Gambar 2.3 Struktur kimia propilen glikol...................................................18
Gambar 2.4 Struktur kimia metil paraben....................................................19
Gambar 2.5 Struktur kimia gliserol..............................................................21
Gambar 2.6 Struktur kimia propil paraben...................................................22
Gambar 3.1 Kerangka konseptual.................................................................27
Gambar 4.1 Desain penelitian.......................................................................29
Gambar 4.2 Kerangka kerja..........................................................................30
Gambar 4.3 Pembuatan sediaan krim...........................................................31
Gambar 4.4 Uji Organoleptis........................................................................32
Gambar 4.5 Uji Homogenitas.......................................................................33
Gambar 4.6 Uji pH ......................................................................................34
Gambar 4.7 Uji Viskositas............................................................................35
Gambar 4.8 Uji daya sebar...........................................................................36
Gambar 4.9 UJi tipe krim.............................................................................37
Gambar 5.1 Diagram batang uji pH..............................................................47
Gambar 5.2 Diagram batang viskositas........................................................48
Gambar 5.3 Diagram batang daya sebar.......................................................48

xv
DAFTAR TABEL

Table 2.1 Penggunaan propilen glikol dalam sediaan farmasi.....................20


Tabel 2.2 Penggunaan metil paraben daam sediaan farmasi........................21
Tabel 4.1 Definisi operasional......................................................................40
Tabel 4.2 Formulasi krim sulfur...................................................................42
Tabel 5.1 Hasil penelitian Organoleptis...................................................... 45
Tabel 5.2 Hasil penelitian Homogenitas.......................................................46
Tabel 5.3 Hasil penelitian pH.......................................................................46
Tabel 5.4 Hasil penelitian Viskositas...........................................................47
Tabel 5.5 Hasil penelitian Daya sebar..........................................................48
Tabel 5.6 Hasil penelitian Tipe emulsi.........................................................48

xvi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia jerawat menjadi masalah hampir seluruh remaja, sekitar 85%

remaja menderita jerawat ringan dan 15% jerawat berat (Widjaya, 2000). Jerawat

atau acne vulgaris merupakan suatu kondisi kulit yang abnormal akibat gangguan

berlebihan produksi kelenjar minyak (sebaceus gland) yang menyebabkan

penyumbatan saluran folikel rambut dan pori-pori (Harmanto,2006).

Jerawat yang timbul dapat menjadi radang karena disebabkan oleh infeksi

bakteri, yaitu bakteri Staphylococcus aureus (Kapoor dan Swarnalata, 2011).

Jerawat yang terinfeksi dan tidak segera mendapatkan perawatan dapat merusak

struktur kulit (Prianto, 2014).

Pengobatan jerawat biasanya dilakukan dengan dengan pemberian

antibiotik , tetraksiklin, eritromisin, klindamisin. Namun obat-obatan tersebut juga

memiliki efek samping seperti resistensi. Bahan-bahan kimia seperti sulfur dan

asam stearate dapat menjadi alternative pengobatan jerawat (Kim et

al.,2006;Adesanya et al.,1992).

Sulfur digunakan untuk terapi jerawat tetapi belum diketahui mekanisme

reaksinya. Namun, telah dilaporkan bahwa sulfur dapat menghambat pertumbuhan

jerawat yang diakibatkan oleh Propionibacterium acne dan pembentukan asam

bebas. Sulfur banyak digunakan dalam pengobatan jerawat dengan konsentrasi

10% (Sweetman, 2002). Sulfur dipasaran tersedian dalam bentuk krim, lotion,

sabun,shampoo, cairan, solusi, gel.

1
2

Krim merupakan salah satu bentuk sediaan yang digunakan untuk kulit.

Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi yang mengandung air tidak

kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (Depkes RI 1979).

Krim ada dua tipe yakni krim tipe M/A dan tipe A/M. Krim yang dapat

dicuci dengan air (M/A), ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika.

Sifat umum sediaan krim ialah mampu melekat pada permukaan tempat

pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau

dihilangkan. Krim dapat memberikan efek mengkilap, berminyak, melembapkan,

dan mudah tersebar merata, mudah berpenetrasi pada kulit, mudah atau sulit

diusap, mudah atau sulit dicuci air (Anwar 2012).

Keuntungan sediaan krim ialah kemampuan penyebarannya yang baik

pada kulit, memberikan efek dingin karena lambatnya penguapan air pada kulit,

mudah dicuci dengan air, serta pelepasan obat yang baik. (Voight 1994).

Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pembuatan krim adalah

pemilihan terhadap emulgator yang sesuai, emulgator harus dapat campur secara

fisika dan kimia dengan zat aktifnya, tidak merusak atau menghambat aksi terapi

dari obat dan dapat melepas obat pada daerah yang diobati (Joenoes, 1998). Asam

stearat dalam sediaan topikal digunakan sebagai emulgator atau zat pengemulsi

dan solubilizing agent dengan konsentrasi 1-20% (Armstrong, 2006).

Penggunaan asam stearat sebagai emulgator dalam sediaan krim tipe M/A

dapat menjadikan krim lebih lunak sehingga nilai viskositasnya menjadi rendah.

Basis dengan nilai viskositas yang tinggi akan menyebabkan nilai koefisien difusi

obat dalam basis memiliki nilai yang rendah, sehingga obat yang terlepas dari
3

basis akan kecil (Lachman, et al., 1989). Berdasarkan latar belakang

diatas, diperlukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh variasi konsentrasi

asam stearat terhadap sifat fisik krim sulfur anti jerawat. Konsentrasi asam stearat

yang tepat akan menghasilkan sifat fisik krim yang baik.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini antara lain:

a. Apakah ada pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap sifat fisik

organoleptis krim sulfur anti jerawat berdasarkan pendekatan teoritis?

b. Apakah ada pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap sifat fisik

homogenitas krim sulfur anti jerawat berdasarkan pendekatan teoritis?

c. Apakah ada pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap sifat fisik pH

krim sulfur anti jerawat berdasarkan pendekatan teoritis ?

d. Apakah ada pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap sifat fisik

viskositas krim sulfur anti jerawat berdasarkan pendekatan teoritis?

e. Apakah ada pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap sifat fisik

daya sebar krim sulfur anti jerawat berdasarkan pendekatan teoritis?

f. Apakah ada pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap sifat fisik tipe

krim krim sulfur anti jerawat berdasarkan pendekatan teoritis?

g. Berapakah konsentrasi asam stearat pada sediaan krim sulfur yang

memenuhi persyaratan sifat fisik krim berdasarkan pendekatan teoritis?


4

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap

sifat fisik krim sulfur anti jerawat berdasarkan pendekatan teoritis.

1.3.2 Tujuan khusus

Penelitian ini bertujuan untuk :

a. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi asam stearate terhadap sifat

fisik organoleptis krim sulfur anti jerawat berdasarkan pendekatan

teoritis.

b. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap sifat

fisik homogenitas krim sulfur anti jerawat berdasarkan pendekatan

teoritis.

c. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap sifat

fisik pH krim sulfur anti jerawat berdasarkan pendekatan teoritis.

d. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap sifat

fisik viskositas krim sulfur anti jerawat berdasarkan pendekatan

teoritis.

e. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap sifat

fisik daya sebar krim sulfur anti jerawat berdasarkan pendekatan

teoritis.

f. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap sifat

fisik tipe krim krim sulfur anti jerawat berdasarkan pendekatan teoritis.
5

g. Mengetahui konsentrasi asam stearat pada sediaan krim sulfur yang

memenuhi persyaratan sifat fisik krim berdasarkan pendekatan teoritis.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini meliputi manfaat bagi peneliti, instansi dan

ilmu pengetahuan.

1.4.1 Bagi peneliti

Manfaat penelitian bagi peneliti adalah dapat memperluas wawasan

peneliti sekaligus sebagai media pembelajaran mengenai pengaruh variasi

Asam stearat terhadap sifat fisik krim sulfur anti jerawat.

1.4.2 Bagi akademi

Manfaat dari penelitian adalah dapat memberikan tambahan

informasi kepada mahasiswa Akademi Farmasi Jember dan dapat menjadi

tambahan informasi terbaru mengenai perkembangan formulasi yang

berkaitan dengan pengaruh variasi Asam stearat terhadap sifat fisik krim

sulfur anti jerawat.

1.4.3 Bagi masyarakat

Manfaat dari penelitian diharapkan untuk masyarakat mendapatkan

sediaan krim sulfur untuk mengatasi jerawat dengan sifat fisik yang baik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jerawat Secara Umum

2.1.1 Definisi Jerawat

jerawat adalah reaksi dari penyumbatan pori-pori kulit disertai

peradangan yang bermuara pada saluran kelenjar minyak kulit. Sekresi

minyak kulit menjadi tersumbat, membesar dan akhirnya mengering

menjadi jerawat (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Gangguan kulit yang berupa peradangan dari folikel pilosebasea ini

ditandai dengan adanya erupsi komedo, papul, pustul, nodus dan kista

pada tempat predileksinya (muka, leher, lengan atas, dada dan punggung)

(Wasitaatmadja, 1997).

2.1.2 Epidemiologi jerawat

Gangguan kulit berupa jerawat sering dianggap sebagai gangguan

kulit yang timbul secara fisiologis, hal ini dikarenakan tidak ada seorang

pun yang semasa hidupnya sama sekali tidak pernah menderita gangguan

kulit tersebut (Effendi, 2003).

Pada wanita jerawat dapat menetap sampai dekade umur 30-an

tahun atau bahkan lebih. Pada pria umumnya jerawat lebih cepat

berkurang, tetapi gejala yang lebih berat justru lebih sering terjadi pada

pria (Cunliffe, 1989).

6
7

2.1.3 Etiologi jerawat

Faktor penyebab jerawat cukup banyak (multifaktorial), antara

lain:

a. Genetik.

Jerawat merupakan penyakit genetik akibat adanya

peningkatan kepekaan unit pilosebasea terhadap kadar androgen

yang normal. Faktor genetik ini berperan dalam menentukan

bentuk, gambaran klinis, penyebaran lesi dan durasi penyakit.

Pada lebih dari 80% penderita mempunyai minimal seorang

saudara kandung yang menderita jerawat dan pada lebih dari 60%

penderita mempunyai minimal salah satu orangtua dengan jerawat

juga (Efendi, 2003).

b. Hormonal, diantaranya:

1. Hormon Androgen

Hormon ini memegang peranan yang penting karena

kelenjar palit sangat sensitif terhadap hormon ini. Hormon

androgen berasal dari testis dan kelenjar anak ginjal (adrenal).

Hormon ini menyebabkan kelenjar palit bertambah besar dan

produksi sebum meningkat.

2. Hormon Estrogen

Pada keadaan fisiologi, estrogen tidak berpengaruh

terhadap produksi sebum. Estrogen dapat menurunkan kadar


8

gonadotropin yang berasal dari kelenjar hipofisis. Hormon

gonadotropin mempunyai efek menurunkan produksi sebum.

3. Hormon Progesteron

Progesteron dalam jumlah fisiologis tidak mempunyai efek

pada efektifitas terhadap kelenjar lemak. Produksi sebum tetap

selama siklus menstruasi, akan tetapi kadang-kadang

progesteron dapat menyebabkan jerawat premenstrual (Rook,

et al.,1972).

Makanan Jenis makanan yang sering dihubungkan dengan

timbulnya jerawat adalah makanan yang tinggi lemak (kacang,

daging, susu dan es krim), tinggi karbohidrat, beryodida tinggi

(makanan asal laut) dan makanan yang pedas. Jenis makanan

diatas diyakini dapat merubah komposisi sebum dan

menaikkan produksi kelenjar sebasea (Efendi, 2003).

Psikis. Stress emosi pada sebagian penderita dapat

menyebabkan kambuhnya jerawat, hal ini terjadi melalui

mekanisme peningkatan produksi hormon androgen dalam

tubuh (Efendi, 2003).

Musim/Iklim. Suhu yang tinggi, kelembaban udara yang

lebih besar, serta sinar ultraviolet yang lebih banyak

menyebabkan jerawat lebih sering timbul pada musim panas

dibandingkan dengan musim dingin. Faktor ini berhubungan

dengan laju ekskresi sebum. Kenaikan suhu udara 1ºC pada


9

kulit mengakibatkan kenaikan laju ekskresi sebum

sebanyak 10% (Efendi, 2003).

Infeksi bakteri Bakteri yang terlibat dalam proses

terbentuknya jerawat adalah Corynebacterium acnes,

Staphylococcusepidermidisdan Propionibacterium acnes.

Peran bakteri ini adalah membentuk enzim lipase yang dapat

memecah trigliserida menjadi asam lemak bebas yang bersifat

komedogenik (Efendi, 2003).

Kosmetika. Menggunakan alas bedak, blush on dan bedak

padat bisa memicu munculnya jerawat, hal ini dikarenakan

partikel kosmetik tersebut bisa menyumbat pori-pori atau

bersifat comedogenic (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.1.4 Epidemiologi

Jerawat biasanya dimulai ketika pubertas, yaitu pada anak

perempuan antara usia 12-14 tahun, dan pada anak laki-laki antara 14-16

tahun, serta terkadang dapat terjadi lebih awal (Kubba et al., 2009).

2.2 Krim

Krim adalah emulsi setengah padat dan umumnya kurang kental dan lebih

ringan daripada salep. Krim dianggap mempunyai daya tarik estetik yng lebih

besar karena sifatnya tidak berminyak dan kemampuannya menghilang ke dalam

kulit pada penggosokan (Ansel, 2008: 107). Krim mengandung air tidak kurang

dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (Dirjen POM, 1979: 8).
10

Krim merupakan salah satu bentuk sediaan topikal umumnya digunakan

untuk terapi yang bersifat lokal (Nugroho, 2013). Krim ada dua tipe yaitu krim

tipe M/A dan krim tipe A/M. Krim yang mudah dicuci dengan air yaitu tipe M/A.

Ditujukan untuk penggunaan kosmetik dan estetika (Syamsuni, 2006).

Emulgator yang digunakan dalam vanishing cream adalah sabun

monovalen seperti asam stearat (Anief, 2002). Asam stearat merupakan campuran

organik padat yang diperoleh dari lemak, sebagian besar terdiri dari asam

oktadenoat dan asam heksadenoat. Penggunaan asam stearat sebagai pengemulsi

vanishing cream sebesar 1-20%. Asam stearat merupakan bahan yang stabil dan

memiliki kelarutan yang tinggi dengan 20 bagian etanol 95%. Berdasarkan

beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa krim merupakan obat yang

digunakan sebagai obat luar yang dioleskan ke bagian kulit tubuh. Adapun

definisi dari obat luar sendiri adalah obat yang pemakaiannya tidak melalui mulut

(oral), kerongkongan dan ke arah lambung (Widodo, 2013).

2.2.1 Persyaratan Krim

Sebagai obat luar krim harus memenuhi beberapa persyaratan

berikut:

a. Stabil.

Selama masih dalam pemakaian untuk pengobatan. Oleh

karena itu, krim harus bebas dari inkompatibilitas, stabil pada

suhu kamar dan kelembapan yang ada di dalam kamar.


11

b. Lunak.

Semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk

menjadi lunak serta homogen.

c. Mudah dipakai.

Umumnya, krim tipe emulsi adalah yang paling mudah

dipakai dan dihilangkan dari kulit.

d. Terdistribusi secara merata.

Obat harus terdistribusi merata melalui dasar krim padat

atau cair pada penggunaan (Widodo, 2013).

2.2.3 Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Krim

Keuntungan Penggunaan Krim. Beberapa keuntungan dari

penggunaan sediaan krim, anatara lain:

a. Mudah menyebar merata

b. Praktis.

c. Mudah dibersihkan atau dicuci

d. Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat;

e. Tidak lengket, terutama tipe A/M;

f. Digunakan sebagai kosmetik; dan

g. Bahan untuk pemakaian topikal, jumlah yang diabsorbsi tidak

cukup beracun.(Widodo, 2013).


12

2.2.4. Kerugiaan Penggunaan Krim.

Adapun kerugian dari penggunaan sediaan krim, antara lain:

a. Susah dalam pembuatannya, karena pembuatan krim harus

dalam keadaan panas.

b. Gampang pecah, karena dalam pembuatan, formula tidak pas.

c. Mudah kering dan rusak, khusunya tipe A/M, karena tergantung

sistem campuran, terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan

perubahan komposisi, yang diakibatkan oleh penambahan salah

satu fase secara berlebihan (Widodo, 2013).

2.3 Bahan Penyusun Krim

Seperti salep, krim juga mengandung basis atau bahan dasar tertentu. Ada

beberapa bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan krim, diantaranya

sebagai berikut:

1. Bahan aktif

Bahan aktif merupakan bahan yang memiliki atau menghasilkan

khasiat farmakologi atau memberikan efek langsung dalam diagnosis,

penyembuhan, peredaan pengobatan atau pencegahan penyakit atau untuk

mempengaruhi struktur dan fungsi tubuh (Depkes RI, 2012).

bahan aktif yang digunakan dalam sediaan krim harus dapat

terdispersi merata dalam cairan pembawa dan menghasilkan sediaan yang

homogen. Dalam pemilihan bahan aktif harus memperhatikan sifat fisika,

kimia, dan stabilitas bahan aktif yang digunakan untuk menghasilkan

sediaan yang baik (Lachman et al., 1994).


13

2. Emulgator

Pembuatan krim perlu digunakan zat pengemulsi atau emulgator.

Emulgator didefinisikan sebagai senyawa yang mempunyai aktivitas

permukaan (surfaceactive agent) sehingga dapat menurunkan tegangan

permukaan antara

cairan-cairan yang terdapat dalam suatu sistem. Penggunaan atau

penambahan emulgator merupakan faktor yang sangat kritis dalam

formulasi sediaan krim yang berbasis emulsi karena terkait dengan

stabilitas sistem emulsi yang terbentuk. Emulgator dapat diklasifikasikan

menjadi tiga kategori yaitu emulgator ionik, emulgator kationik dan

emulgator nonionik (Saifullah dan Kuswahyuning 2008)

a. Emulgator anion aktif (anionik).

Emulgator ini terdisosiasi dalam larutan air, dan memiliki

bagian aktif berupa anion yang sifatnya stabil dalam kondisi asam.

Contoh emulgator anionik yaitu : sabun amin (trictanolaminstearat)

dan sodium lauryl sulfat. Asam stearat.

b. Emulgator kationik.

Emulgator ini memiliki bagian aktif berupa kation yang

pada umumnya tidak bercampur dengan banyak material.

Emulgator ini terdisosiasi dalam larutan air namun dapat

menimbulkan iritasi pada kulit dan mata. Contoh emulgator

kationik yaitu : cetrimide.


14

c. Emulgator nonionik.

Emulgator nonionik ini tidak terionisasi dalam air, bereaksi

netral, dapat sedikit dipengaruhi elektrolit dan memiliki rentang pH

yang baik yaitu mencakup asam dan basa. Salah satu karakterisasi

emulgator nonionik yaitu Hydrophilr-Lipophile Balance (HLB)

yang menunjukkan sesuatu keseimbangan antara gugus hidrofil

dan gugus lipofil yang dimiliki molekulnya.

3. Bahan tambahan

Ada beberapa komponen bahan tambahan yang dapat digunakan

dalam pembuatan sediaan krim, yang pada dasarnya penggunaan bahan

tersebut dapat meningkatkan mutu dari sediaan (Depkes RI, 1985).

Beberapa bahan tambahan, yaitu:

a. Bahan pengawet

Krim merupakan sediaan yang banyak mengandung air

sehingga perluadanya penambahn bahan pengawet untuk

mencegah terjadinya kontaminasibakteri. Pengawet dapat

ditambahkan ke dalam fase cair. Pengawet yangdapat digunakan

yaitu derivat-derivat paraben (Martin et al., 2008).

b. Humektan

Humektan merupakan bahan yang dapat larut dalam air dan

memilikikemampuan yang sangat baik dalam menyerap air untuk

mencegah terjadinya kehilangan air pada sediaan gel. Humektan

berfungsi untuk meningkatkankelembutan kulit, meningkatkan


15

daya sebar sediaan, dan mencegah terjadinya kulit kering (Voigt,

1994). Beberapa bahan tambahan dapat digunakan sebagai

humektan diantaranya sorbitol, gliserin, dan propilenglikol dengan

konsentrasi 5-20% (Martin et al., 2008).

c. Peningkat penetrasi

Peningkat penetrasi yang efektif dapat meningkatkan

penghalangan dari stratum corneum. Bahan-bahan yang dapat

digunakan sebagai penetrasiantara lain: air, sulfoksida, asam-asam

lemak, alkohol dan glikol, surfaktan,minyak atsiri (Williams dan

Barry, 2004).

d. Pendapar.

Bahan yang digunakan untuk memepertahankan pH sediaan

(Widodo,2013).

e. Antioksidan.

Bahan yang digunakan untuk mencegah ketengikan akibat

oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh (Widodo, 2013).

f. Pengemulsian.

Bahan pengemulsian yang digunakan dalam sediaan krim

disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat atau

dikehendaki. Misalnya, emulgide, lemak, bulu domba, setaseum,

setil alkohol, stearil alkohol, trietanolamin stearat, polisorbat, atau

PEG (Widodo, 2013).


16

2.4 Tinjauan Bahan Dalam Formulasi

2.4.1 Sulfur

Gambar 2.1 Struktur kimia sulfur (Depkes RI, 1995).

Sulfur atau belerang merupakan kumpulan kristal kuning padat yang

memiliki berat jenis relatif sebesar 2,07 pada suhu 20°C. Dalam keadaan padat,

struktur sulfur berbentuk belah ketupat dan tetap stabil hingga mencapai suhu

95°C (Depkes RI, 2005).

Sulfur yang umum digunakan dalam sediaan farmasi untuk pengobatan

adalah sulfur precipitatum karena sulfur precipitatum memiliki bentuk paling

halus dibandingkan sulfur sublimatum dan sulfur depuratum (Sweetman, 2009).

Sulfur precipitatum atau belerang endap dengan rumus molekul S

memiliki berat molekul 32,06 yang merupakan serbuk amorf atau serbuk hablur

renik, sangat halus, warna kuning pucat, tidak berbau, dan tidak berasa. Sulfur

memiliki titik lebur pada suhu lebih kurang 115°C berupa cairan encer berwarna

kuning. Pada pemanasan hingga lebih kurang 160°C viskositas sulfur dapat

meningkat dan berwarna gelap. Sulfur praktis tidak larut dalam air, sangat mudah

larut dalam karbon disulfida, sukar larut dalam minyak zaitun, dan praktis tidak

larut dalam etanol (Depkes RI, 1995).

Sulfur dapat digunakan pada pengobatan acne, dandruff, scabies, seborroic

condition atau kelebihan minyak pada kulit kepala dan infeksi jamur pada
17

permukaan (Sweetman, 2009). Sulfur memiliki kemampuan keratolitik pada kulit

yang dapat menghilangkan sisik-sisik kulit yang kasar atau mengurangi lapisan

keratin (McEvoy, 2002)

Pemakaian sulfur secara topikal terpenetrasi ke dalam kulit dan mencapai

epidermis dalam waktu 2 jam setelah digunakan dan melewati kulit selama 8

jam.Obat tidak terdeteksi dalam kulit 24 jam setelah digunakan. Absorbsi

perkutan obat ke dalam sirkulasi sistemik dilaporkan terjadi setelah penggunaan

topical dari 25% salep sulfur yang dioleskan pada kulit hewan, tetapi tidak terjadi

ketika obat digunakan pada kulit yang tidak rusak (McEvoy, 2002). Sulfur banyak

digunakan dalam pengobatan jerawat dengan konsentrasi 10% (Sweetman, 2002).

2.4.2 Asam stearate

Gambar 2.2 struktur kimia asam stearate (Rowe et al., 2006)

Sifat khas asam sterat menurut (Rowe et al., 2009)


Nilai asam = 195-212
Titik didih = 383oC
Kepadatan ( Massal) = 0.537g/cm3
Kepadatan (Disadap) = 0.571g/cm3
Kepadatan (Benar) = 0.980g/cm3
Titik nyala = 113oC ( cawan tertutup)
Titik lebur = 69–70oC
Kadar air secara = praktis tidak mengandung air
Log koenfisiensi
partisi (minyak:air) = 8,2
Indeks bias = 1.43 pada 80oC
Nilai saponifikasi = 200-220
18

Kelarutan bebas larut dalam benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dan eter,
larut dalam eter (95%), heksana, dan propilen glikol, praktis tidak larut dalam air.
Luas permukaan Spesifik = 0.51–0.53m2/g
Asam stearate adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari

lemak, sebagian besar terdiri dari oktadekanoat, C18H32O2 dan asam heksadekanoat

C18H32O2. Asam stearat merupakan zat padat yang berwarna putih atau kuning

pucat, keras dan mengkilat, seperti lemak lilin. Kelarutan praktis tidak larut dalam

air namun larut dalam etanol 20 bagian pada etenol 95%. Titik lebur asam stearat

tidak kurang dari 54℃ (Anonim 1979).

Rumus molekul C18H32O2, berwarna putih atau putih agak kekuningan,

kristal putih atau kekuningan, sedikit berbau dan rasa menyerupai lemak. Asam

stearat umumnya digunakan dalam sediaan oral dan topikal.

Dalam sediaan topikal asam stearat digunakan sebagai emulgator atau

sebagai pelarut dengan konsentrasi 1-20%. Dalam sediaan krim biasanya

dikombinasi dengan trietanolamin (Rowe, 2009: 697). Dengan kadar pH 5,5

(Hariz azim et al., 2011).

2.4.3 Propilen glikol

Gambar 2.3 Struktur kimia propilen glikol (Rowe et al., 2006).


Propilen glikol berbentuk cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak

berbau, rasa agak manis, dan higroskopis. Dalam kondisi biasa,

propilenglikolstabil dalam wadah yang tertutup baik dan merupakan suatu zat
19

kimia yang stabilbila dicampur dengan gliserin, air atau alkohol (Depkes RI,

1979; Rowe et al.,2006).

Propilen glikol telah banyak digunakan sebagai pelarut dan pengawet

dalam berbagai formulasi parenteral dan nonparenteral dalam sediaan farmasi

(Rowe et al., 2006). Propilen glikol memiliki gugus molekul polar yang sangat

hidrofil yang dapat meningkatkan kelarutan zat dalam air (Voigt, 1994).

Tabel 2.1 Penggunaan propilen glikol dalam sediaan farmasi (Rowe et


al., 2006)

Keguaan Sediaan Kosentrasi %


Humektan Topikal ≈15
Pengawet Larutan oral, Topikal
Topikal 15-30
Pelarut Aerosol Larutan oral 10-30
Parenteral 10-25
Topikal 10-60
5-80

2.4.4 Metil paraben

Gambar 2.4 Struktur kimia metil paraben (Rowe et al., 2006)

Metil paraben merupakan serbuk hablur halus, berwarna putih, hamper tidak

berbau, dan tidak mempunyai rasa kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.

Metil paraben larut dalam 500 bagian air, 20 bagian air mendidih, 3,5 bagian

etanol (95%), dan dalam 3 bagian aseton, mudah larut dalam eter dan larutan
20

alkali, larut dalam 60 bagian gliserol panas dan 40 bagian minyak lemak nabati

panas, jika didinginkan larutan tetap jernih (Depkes RI, 1979; Rowe et al.,2006).

Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet dan antimikroba dalam

kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasi. Dalam penggunaannya dapat

digunakan dalam bentuk tunggal atau kombinasi dengan turunan paraben lain atau

antimikroba lain. Pada kosmetik metil paraben adalah pengawet antimikroba yang

paling sering digunakan. Jenis paraben lainnya efektif pada kisaran pH yang luas

dan memiliki aktivitas antimikroba yang kuat.

Metil paraben meningkatkan aktivitas antimikroba dengan panjangnya

rantai alkil, namun dapat menurunkan kelarutan terhadap air, sehingga paraben

sering dicampur dengan bahan tambahan yang berfungsi meningkatkan kelarutan.

Kemampuan pengawet metil paraben ditingkatkan dengan penambahan

propilenglikol (Rowe et al.,2006).

Tabel 2.2 Penggunaan metil paraben dalam sediaan farmasi (Rowe et al.,
2006)

Kegunaan Konsentrasi %
Injeksi (IM, IV, SC) 0,065-0,25
Larutan inhalasi 0,025-0,07
Injeksi intradermal 0,10
Larutan nasal 0,033
Sediaan optalmik 0,015-0,2
Sediaan oral 0,015-0,2
Sediaan rektal 0,1-0,18
Sediaan topical 0,02-0,3
Sediaan vaginal 0,1-0,18
21

2.4.5 Gliserin

Gambar 2.5 struktur kimia gliserol (Rowe et al., 2006)

Gliserol (1,2,3-propanatriol) atau disebut juga gliserin merupakan senyawa

alkohol trihidrat dengan rumus bangun CH₂OHCHOHCH₂OH. Gliserol juga

merupakan senyawa gliserida yang paling sederhana, dengan hidroksil yang

bersifat hidrofilik dan higroskopik. Gliserol berwujud cairan jernih , higroskopis,

kental, terasa manis namun bersifat racun dan tidak berwarna dengan titik didih

29C. Titik didih tinggi yang dimiliki oleh senyawa dengan bobot molekul 92,09

g/mol ini disebabkan adanya ikatan hidrogen yang sangat kuat antar molekul

gliserol.( Kem,1966)

Gliserol yang diproduksi selama produksi biodiesel skala kecil dapat

digunakan sebagai sabun tanpa harus diproses lebih lanjut. Gliserol dapat juga

dikomposkan atau diletakkan di tanah sehingga cepat dikonsumsi oleh bakteri dan

mikroba alami. Gliserol murni digunakan untuk membuat ratusan produk dan

harganya biasanya sangat mahal. Namun, gliserol yang diproduksi selama

transesterifikasi berlangsung mengandung banyak bahan tidak murni. Sebagian

besar katalis dan alkohol yang tidak bereaksi dalam reaksi biodiesel akan turun ke

dalam lapisan gliserol (Syah, 2006).

Fasa gliserol harus dimurnikan karena mengandung asam lemak, sabun,

dan bekas ester asam lemak. Tahap dalam proses ini adalah penambahan asam
22

sulfat untuk mendekomposisi sabun dan membentuk asam lemak bebas. Gliserol

kasar dapat dimurnikan dengan berbagai metode, termasuk destilasi, pencucian

dan pengeringan dengan air, ekstraksi cairan dengan gliserol sebagai pelarut, dan

pemurnian dengan kolom penukar ion. Metode ini dapat menghasilkan suatu

produk yang dapat digunakan sebagai bahan baku industri kosmetik dan farmasi

(Syah, 2006). Dengan rentang konsentrasi 30% digunakan untuk topikal (Rowe et

al., 2006).

2.4.6 Propil paraben

Gambar 2.4.6 struktur kimia propil paraben (Rowe et al., 2009).

Propil paraben (C10H12O3) atau nipasol berbentuk bubuk putih,

Kristal,tidak berbau, dan tidak berasa. Propil paraben banyak digunakan sebagai

pengawet antimikroba dalam kosmetik, produk makanan, dan formulasi sediaan

farmasi. Propil paraben menunjukkan aktivitas antimikroba antara pH 4 – 8.

Efikasi pengawet menurun dengan meningkatnya pH karena pembentukan anion

fenolat.

Paraben lebih aktif terhadap ragi dan jamur dari pada terhadap

bakteri.Mereka juga labih aktif terhadap gram-positif dibandingkan terhadap

bakteri gram-negatif. Penggunaan propil paraben dalam sediaan topikal yaitu

0,01-0,6% (Rowe et al., 2009). Propil paraben sangat sukar larut dalam air, mudah

larut dalam etanol, dan dalam eter, sukar larut dalam air mendidih (Depkes RI,

2014).
23

2.5 Evaluasi Sifat Fisik Krim

Krim akan diuji untuk mengetahui sifat fisik dari suatu sediaan krim yang

telah dibuat. Ada beberapa pengujian yang berkaitan dengan sifat fisik sediaan

krim :

1. Uji sifat fisik organoleptis

Uji organoleptis dilakukan untuk melihat tampilan fisik sediaan dengan

cara melakukan pengamatan warna, bau, dan bentuk dari sediaan yang telah

dibuat (Djajadisastra, 2009). Pada pengujian organoleptis pelaksanaannya

menggunakan subjek responden dengan menetapkan kriteria pada tiap

pengujiannya. Uji organoleptis warna dapat dilihat dengan meletakkan alas

berwarna putih dibawah sediaan. Uji organoleptis bentuk dapat diketahui dengan

Uji organoleptis dimaksudkan untuk melihat tampilan fisik suatu sediaan yang

meliputi bentuk, warna dan bau (Husnani et al .,2019).

2. Uji sifat fisik homogenitas

Krim dioleskan tipis merata di atas kaca bening, kemudian kaca tersebut

diarahkan ke cahaya, tidak boleh terlihat adanya bahan padat (Depkes RI, 1979).

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara sediaan ditimbang 0,1 gram dioleskan

tipis pada kaca arloji secara merata. Krim harus menunjukkan susunan yang

homogen dan tidak terlihat adanya bintik-bintik.( Formularium kosmetika

Indonesia,1985). Uji homogenitas bertujuan untuk melihat dan mengetahui

tercampurnya bahan-bahan sediaan krim (Husnani et al ., 2019).


24

3. Uji sifat fisik pH

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan indikator pH Universal

dan masing-masing formula diuji 3 kali. Universal Indikator pH dicelupkan ke

dalam sediaan krim dan dibiarkan beberapa detik, lalu warna pada kertas

dibandingkan dengan pembanding pada kemasan (Wibowo et al.,

2017).Pemeriksaan pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Kalibrasi

dilakukan dengan menggunakan larutan dapar pH 4,7 dan pH 9. Pemeriksaan

dilakukan dengan mencelupkan elektroda ke dalam 0,5 gram krim yang telah

diencerkan dengan menggunakan aquadest 10 mL(Depkes RI,1995). Produk

kosmetika sebaiknya dibuat sesuai dengan pH kulit dengan rentang 4,5-7,5.

( Standar Nasional Indonesia,1996) Pengujian dilakukan dengan replikasi tiga kali

untuk masing-masing formula.

4. Uji sifat fisik viskositas

Viskositas Alat yang digunakan untuk uji viskositas adalah viskometer

VT-04E RION Co, TLD. Disiapkan alat viskometer dan dipasangkan rotor pada

viskometer. Rotor ditempatkan di tengahtengah wadah yang berisi krim,

kemudian alat dihidupkan agar rotor mulai berputar. Jarum penunjuk viskositas

secara otomatis akan bergerak ke kanan. Setelah stabil, kemudian dibaca pada

skala yang terdapat pada viskosimeter tersebut(Sudjono el at ., 2012).Uji

viskositas bertujuan untuk menentukan nilai kekentalan suatuzat. Persyaratan

viskositas yang baik pada sediaan semisolid adalah sebesar 50-1000 dPas.

(Wasitaatmadja,1997). (Depkes RI 1979) Pengujian dilakukan dengan replikasi

sebanyak tiga kali untuk masing-masing formula.


25

5. Uji sifat fisik daya sebar

Daya sebar merupakan kemampuan sediaan topikal untuk menyebar pada

kulit (Vats, et al., 2012). Sebanyak 1 gram sediaan krim diletakkan dengan hati-

hati di atas kaca berukuran 20 x 20 cm. Selanjutnya ditutupi dengan kaca yang

lain dan digunakan pemberat di atasnya hingga bobot mencapai 100 gram dan

diukur diameternya setelah 1 menit (Garg et al.,2002).

Daya sebar adalah kemampuan dari suatu sediaan untuk menyebar di

tempat aplikasi. Hal ini berhubungan dengan sudut kontak dari sediaan dengan

tempat aplikasinya. Daya sebar merupakan salah satu karakteristik yang

bertanggung jawab dalam keefektifan dalam pelepasan zat aktif dan penerima

konsumen dalam sediaan penggunaan semisolid. Faktor-faktor yang

mempengaruhi daya sebar viskositas sediaan, lama tekanan, temperatur tempat

aksi. Daya sebar yang memiliki konsistensi semisolid yang nyaman dalam

penggunaan berkisar antara 3-7cm (Garg et al., 2002).

6. Uji fisik tipe krim

Emulsi yang telah dibuat dimasukkan ke dalam cawan atau gelas beaker,

kemudian diencerkan dengan ditambahkan air. Jika emulsi dapat diencerkan maka

emulsi adalah minyak dalam air (Nonci et al., 2016). Uji tipe krim dilakukan

untuk mengetahui tipe krim yang sebenarnya (Genatrika et al., 2016).

2.6 Pada Penelitian Terdahulu

Pada penelitian terdahulu Nurshalati Taha pada tahun 2019 Sandi Mahesa

Yudhantara dengan judul “formulasi krim esktrak etanol kulit buah manggis

(garcinia mangostana Linn.) sebagai antioksidan menggunakan variasi asam


26

stearat dan trietanolamin”. Bardasarkan hasil penelitian menunjukan Konsentrasi

emulgator (asam stearat dan TEA) yang digunakan semakin besar maka semakin

besar viskositas dan daya lekat, serta semakin kecil daya sebar.

Pada penelitian terdahulu Anita Dwi Puspita sari tahun 2018 dengan judul

“Formulasi krim tabir surya ekstrak etanol daun kersen (muntingia calabura

L.)untuk kesehatan kulit menggunakan variasi asam stearat dan trietanolamin

terhadap sifat fisik krim berdasarkan hasil penelitian bahwa krim tabir surya

memenuhi standart krim secara baik secara fisika dan kimia yaitu dilihat dari

organoleptis, homogenitas, viskositas, pH, daya sebar.

Pada penelitian terdahulu Husnani tahun 2019 dengan judul “Formulasi

krim anti jerawat ekstrak etanol bawang dayak (eleutherina palmifolia L.)

Berdasarkan hasil penelitian krim ekstrak etanol bawang dayak dengan variasi

emulgator asamstearat dan TEA, merupakan krim tipa M/A dengan organoleptis

bentuk semi padat , warna coklat, dan bau khas bawang dayak. Pada uji

homogenitas tidak ada penggumpalan pada sediaan krim sehingga sediaan

dikatakan homogeny, nilai pH krim yang yang dihasilkan semua formulasi aman

untuk wajah. Daya sebar krim formula II memenuhi syarat dan daya sebaryang

baik. Viskositas krim semua formulasi memenuhi syarat viskositas sediaan semi

solid yang baik. Formula III memenuhi syarat mutu krim yang baik.

Asam stearat dalam sediaan topikal digunakan sebagai emulgator atau zat

pengemulsi dan solubilizing agent dengan konsentrasi 1-20% (Armstrong, 2006).


BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL

VariabelBebas
Variasikonsentrasiasam stearat
Variabel Penghubung

Sifat asam stearate :

a. warna
b. Kelarutan
c. Emulgator
anionik
d. Pengemulsi tipe
M/A
e. Bahan
solubilizing agent
f. pH

Organoleptis Homogenitas pH Viskositas Daya sebar Tipe krim

Sifat fisik krim Variabel Terikat

Keterangan
Diteliti =
Tidak diteliti =

Gambar 3.1 Kerangka konseptual

27
28

3.2 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah penelitian maka hipotesis pada penelitian

ini yaitu :

a. Diduga ada pengaruh variasi konsentrasi asam stearate terhadap sifat

fisik organoleptis krim sulfur.

b. Diduga ada pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap sifat

fisik homogenitas krim sulfur.

c. Diduga ada pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap sifat

fisik pH krim sulfur.

d. Diduga ada pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap sifat

fisik viskositas krim sulfur.

e. Diduga ada pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap sifat

fisik daya sebar krim sulfur.

f. Diduga ada pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap sifat

fisik tipe krim krim sulfur.


BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah pra-eksperimental the one shot

case study. Sebagai obyek penelitian digunakan tiga kelompok sampel dengan

konsentrasi Asam stearat yang berbeda dan tidak adanya kelompok kontrol.

P1 O1 A1

S P2 O2 A2

P3 O3 A3

Gambar 4.1 Desain Penelitian

Keterangan:
S = Krim sulfur dengan emulgator asam stearat
P1 = Perlakuan 1 [menggunakan asam stearat 6%]
P2 = Perlakuan 2 [menggunakan asam stearat 8%]
P3 = Perlakuan 3 [menggunakan asam stearat 10%]
O1 = Observasi 1
O2 = Observasi 2
O3 = Observasi 3
A1 = Analisis 1
A2 = Analisis 2
A3 = Analisis 3

29
30

4.2 Kerangka Kerja

Persiapan alat dan bahan penelitian

Pembuatan sediaan krim sulfur

Uji Fisik krim

Organoleptis Homogenitas Uji pH Viskositas Daya Tipe


Sebar Emulsi

Pengumpulan data

Analisis data

Gambar 4.2 Kerangka Kerja


31

4.2.1 Pembuatan Sediaan Krim

Pembuatan krim Pembuatan krim


Pembuatan krim
dengan emulgator dengan emulgator
dengan emulgator
asam stearat 8% asam stearat 10%
asam stearat 6%

Timbang semua
bahan

Siapkan water bath untuk meleburkan emulgator


dengan suhu kurang dari 54oC

(A1) bahan yang larut air (A2) bahan yang larut (A3) tambahkan
dicampur propilen glikol , minyak dicampur metil aqua dest ad 50
gliserin, propil paraben paraben sulfur P, asam ml
campur gerus sampai stearate gerus sampai
homogen dalam mortir homogeny dalam
hangat mortar hangat

Campurkan A1dan A2 dalam mortir besar, tambahkan A3


aquadest ad 50ml, Sediaan digerus dengan pelan hingga
homogen.

Gambar 4.3 pembuatan sediaan krim (Suyudi, 2014)


32

4.2.2 Uji Organoleptis

Pembuatan krim Pembuatan krim Pembuatan krim


dengan emulgator dengan emulgator dengan emulgator
asam stearat 6% asam stearat 8% asam stearat 10%

Bentuk sediaan krim Warna sediaan krim Bau sediaan krim

Dilakukan sebanyak
3 kali replikasi

Pengamatan dilakukan secara


visual dan dilihat langsung oleh 3
responden

Catat hasil
pengamatan

Gambar 4.3 Uji Organoleptis (Juwita et al., 2013)


33

4.2.3 Uji Homogenitas

Pembuatan krim Pembuatan krim Pembuatan krim


dengan emulgator dengan emulgator dengan emulgator
asam stearat 6% asam stearat 8% asam stearat 10%

Siapkan 1g setiap formulasi (F1,F2,F3) oleskan tipis


krim pada kaca bening kemudian diarahkan ke
cahaya ,tidak boleh terlihat adanya bahan padat

Dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali


replikasi

Analisi data

Homogen tidak Tidak homogen


adanya bahan padat
yang terlihat

Gambar 4.4 Uji Homogenitas (Depkes RI, 1979 )


34

4.2.4 Uji pH

Pembuatan krim Pembuatan krim Pembuatan krim


dengan emulgator dengan emulgator dengan emulgator
asam stearat 6% asam stearat 8% asam stearat 10%

1 gram krim ditambahkan 10 ml aquades


bebas CO2 dalam gelas beker

Elektroda pH meter yang sudah di kalibrasi


dicelupkan ke dalam gelas beker

Amati pH yang tertera pada alat

Dilakukan pengulangan
sebanyak 3 kali replikasi

Catat hasil uji pH

Gambar 4.5 Uji pH (Widodo et al., 2017)


35

4.2.5 Uji Viskositas

Pembuatan krim Pembuatan krim Pembuatan krim


dengan emulgator dengan emulgator dengan emulgator
asam stearat 6% asam stearat 8% asam stearat 10%

Krim ditimbang sebanyak


20g dalam beaker

Menggunakan alat viskometer Brookfield DV-E.Viskometer dikaitkan pada statif


kemudian spindel dipasangkan ke viskometer dan ujungnya dicelupkan ke dalam
sampel

Apitan jarum meter


dipindahkan

Power switch dinyalakan pada posisi on. Ketika spindel mulai berputar,
jarum indikator viskositas secara berkala bergerak ke kanan Sampel

Baca nilai skala viskositas


pada rotor

Dilakukan pengulangan
sebanyak 3 kali replikasi

Catat hasil

Gambar 4.6 Uji Viskositas (Sudjono et al., 2012)


36

4.2.6 Uji Daya Sebar

Pembuatan krim Pembuatan krim Pembuatan krim


dengan emulgator dengan emulgator dengan emulgator
asam stearat 6% asam stearat 8% asam stearat 10%

Sediaan krim sebnyak 1g

Letakan krim pada kaca dengan ukuran 20x20 cm,


kemudain tutup dengan kaca diberi pemberat 100g amati
setelah 1 menit

Amatidiameter daya sebar

Dilakukan pengulangan
sebanyak 3 kali replikasi

Catat hasil

Gambar 4.7 Uji Daya Sebar (Garg et al., 2002)


37

4.2.7 Uji Tipe Krim

Pembuatan krim Pembuatan krim Pembuatan krim


dengan emulgator dengan emulgator dengan emulgator
asam stearat 6% asam stearat 8% asam stearat 10%

Sediaan di larutkan dengan air


berlebih (± 30ml)

Apabila sediaan bercampur sempurna Apabila sediaan tidak bercampur


dengan air, maka sediaan termasuk sempurna dengan air, maka sediaan
emulsi tipe M/A termasuk emulsi tipe A/M

Dilakukan pengulangan
sebanyak 3 kali replikasi

Catat hasil

Gambar 4.8 Uji Tipe Krim (Nonci et al., 2016)


38

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian

4.3.1 Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Farmasi Akademi

Farmasi Jember.

4.3.2 Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan September 2020.

4.4 Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari analisis merupakan data yang

memiliki karakter tertentu dan sama. Sampel adalah bagian dari populasi yang

memiliki karakter dari obyek yang merupakan sumber data. Sampel juga dapat

diartikan sebagian atau populasi yang diteliti (Notoatmodjo, 2012).

4.4.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah krim sulfur menggunakan emulgator

dengan konsentrasi asam stearat yang berbeda, yaitu 6%, 8%, 10%, yang

dihasilkan dari pembuatan krim sulfur di laboratorium Teknologi Farmasi

Akademi Farmasi Jember.

4.4.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah krim sulfur menggunakan emulgator

asam stearate dengan konsentrasi yang berbeda, yaitu 6%, 8%, 10%, yang

dihasilkan dari pembuatan krim sulfur dilaboratorium Teknologi Farmasi

Akademi Farmasi Jember. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

total sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama

dengan populasi.
39

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.5.1 Variabel penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010). Variabel pada

penelitian ini adalah.

1. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono,

2010). Variabel bebas pada penelitian ini adalah variasi konsentrasi asam

st earate.

2. Variabel penghubung

Variabel penghubung adalah variabel yang secara teoritis

mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat

menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan

diukur (Sugiyono, 2010). Variabel penghubung pada penelitian ini adalah

sifat asam stearat : Kelarutan,Emulgator anionic,Pengemulsi tipe M/A,Bahan

solubilizing agent.

3. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010). Variabel terikat

pada penelitian ini adalah sifat fisik krim sulfur yang meliputi

organoleptis, homogenitas, pH, viskositas, daya sebar , dan tipe krim.


40

4.5.2 Definisi Operasional

Tabel 4.1 Definisi Operasional


Variabe Sub Definisi Kategori Alat dan Parameter
l variabel operasional dan kriteria pengukuran dan skala
pengukuran
Variasi Konsentrasi F1 : 6% Timbangan Rasio
konsentr asam stearat F2 : 8% analitik
asi asam F3 : 10%
stearat
Hasil Pemeriksaan a ) Bau :
pengolahan uji 1.bau sulfur
data organoleptis sangat
sebagai meliputi bau, menyengat
tinjauan warna, dan 2.bau sulfur
pendekatan testur. menyengat
data teoritis Pengujian 3.bau sulfur
dilakukan tidak
dengan menyengatb
replikasi b ) Warna :
pada masing- 1.kuning
masing sulfur
formula 2.kuning
sebanyak tiga muda
kali (Depkes 3.kuning
RI ,1979) agak putih
(pucat)
c ) Bentuk :
1.sedikit
kental
2.kental
3.sangat
kental
41

Variabel Sub variabel Definisi Kategori Alat dan Paramet


operasional dan penguku er dan
kriteria ran skala
penguku
ran
Sifat fisik Homogenitas Uji homogenitas Homogen Object Nominal
adalah bila dan tidak glass
menunjukkan homogen
susunan yang (Sorbareey
homogen, terdapat ah , 2015)
persamaan warna
dan tidak terlihat
adanya butiran
kasar (Suardi et
al., 2001).

pH pH (potensial pf pH kulit Rasio


hydrogen) yaitu 4,5 –
merupakan ukuran 6,5
konsentrasi ion (Tranggono
hidrogen yang et al.,
menunjukkan 2007)
keasaman atau
kebasahan suatu
zat.

Viskositas Uji viskositas Viskositas Rasio


digunakan untuk sediaan
mengetahui krim 30-
kekentalan dari 70 dPa.s
sediaankrim
(kurniati,
2011)

Daya sebar Pada daya uji Dengan Nominal


sebar krim rentang 5-7
bertujuan untuk cm
mengetahui (Tranggono
kemampuan krim et al.,2007)
menyebar pada
permukaan kulit

Tipe krim Pada uji tipe krim Pengujian Rasio


bertujuan untuk dilakukan
mengetahui sifat untuk
tipe krim apakah mengetahui
tipe M/A atau tipe krim
A/M yang
sebenarnya
(Genatrika
et al.,
2016)
42

4.6 Instrumen Penelitian

4.6.1 Alat

Mortir dan stamper, timbangan analitik, anak timbangan gram,beaker

glass, batang pengaduk, gelas ukur, cawan, sudip, pipet,stopwatch, kaca arloji, pH

meter, viscometer brookfield, object glass, dan water bath.

4.6.2 Bahan

Sulfur, asam stearate, metil paraben, propil paraben, gliserin, propilenglikol,

akuadest.

4.6.3 formulasi krim sulfur

4.2 tabel formulasi krim sulfur

NO Bahan Fungsi Formulasi Formulasi Formulasi


Bahan 1 2 3
% g % g % g
1 Sulfur Bahan Aktif 10 5 10 5 10 5
2 Asam Sterat Emulgator 6 3 8 4 10 5
3 Metil Paraben Pengawet 0,3 0,15 0,3 0,15 0,3 0,15
4 Propil Paraben Pengawet 0,3 0,15 0,3 0,15 0,3 0,15
5 Gliserin Emolient 30 15 30 15 30 15
6 Propilenglikol Humektan 15 7,5 15 7,5 15 7,5
7 Aquadest Pelarut 38,4 19,2 40,4 20,2 42,4 22,2

4.7 Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data menggunakan observasi yaitupengumpulan

data yang dilakukan dengan cara menggunakan data pendekatan teoritis dari

literatur diuji kemudian hasil data ditulis di Lembar Pengumpulan Data (LPD).
43

4.8 Pengolahan Data

Data hasil penelitian uji sifat organoleptis dan homogenitas krim

menggunakan variasi konsentrasi asam stearat (6% , 8% , dan 10%) dibandingkan

dengan parameter yang sesuai dengan pustaka.Data hasil penelitian uji sifat

organoleptis dan homogenitas krim menggunakan variasi konsentrasi asam stearat

(6% , 8% , dan 10%) dibandingkan dengan parameter yang sesuai dengan pustaka.

Data hasil penelitian uji fisik di analisis menggunakan program Stastistical

Product Sevices Solution (SPSS). Data diuji normalitasnya menggunakan

metodeKolmograv-smirnov, data dikatakan normal jika taraf signifikan (α) lebih

besar dari 0,05. Jika didapatkan data normal maka data selanjutnya di uji

menggunakan One Way Anova.

4.9 Etika Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian percobaan, terdapat etika dan aturan-

aturan yang harus diperhatikan. Etika dalam penelitian ini meliputi :

a. Dalam mengutip pustaka atau kutipan mencantumkan nama sumber

kutipan dengan jelas.

b. Kebebasan bagi publik untuk mengakses hasil penelitian.


BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum

Karya tulis ilmiah yang berjudul “Pengaruh variasi konsentrasi asam stearat

terhadap sifat fisik krim sulfur berdasarkan pendekatan teoritis” bertujuan untuk

mengetahui pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap sifat fisik krim

sulfurSampel penelitian ini adalah krim sulfur dengan variasi konsentrasi asam

stearat antara 6%,8%, dan 10%. Penelitian yang dilakukan meliputi sifat fisik

organoleptis, homogenitas, tipe emulsi krim, pH, dan viskositas. Hasil data

penelitian sifat fisik organoleptis, homogenitas dan tipe emulsi krim diolah

dengan pendekatan secara teoritis yaitu data yang diperoleh dari pengujian

dibandingkan dengan parameter yang sesuai dengan pustaka. Hasil data penelitian

sifat fisik pH dan viskositas dangan uji One Way Anova (Analisys Of

Varian)menggunakan program (SPSS) 25 serta dibandingkan dengan parameter

yang sesuai dengan pustaka.

5.2 Gambaran Khusus

Penelitian ini menggunakan 3 formulasi sampel dengan bahan aktif sulfur

yang dengan variasi konsentrasi asam stearat sebagai emulgator krim. Formulasi1

menggunakan asam stearat dengan konsentrasi 6%, formulasi 2 menggunakan

asam stearat dengan konsentrasi 8% dan formulasi 3 menggunakan asam stearat

dengan konsentrasi 10%. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

total sampling yaitu teknik pengambilan sampel sama dengan populasi dalam tiap

formulasi dibuat sebanyak 50 g.

44
45

5.3 Hasil Penelitian

5.3.1 Hasil penelitian dan analisis data uji sifat fisik organoleptis

Tabel 5.1 Data hasil penelitian uji sifat fisik organoleptis krim sulfur

Uji Formula I Formula II Formula III


Organolepti R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3
s
Bau 2 3 3 2 3 3 3 3 3
Warna 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Bentuk 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Kesimpulan Bau sulfur tidak Bau sulfur tidak Bau sulfur tidak
menyengat, warna menyengat, warna menyengat, warna
kuning sulfur, kuning sulfur, kuning sulfur,
bentuk sedikit bentuk sedikit bentuk sedikit
kental kental kental

Keterangan

a. Bau
1.bau sulfur sangat menyengat
2.bau sulfur menyengat
3.bau sulfur tidak menyengat
b. Warna
1.kuning sulfur
2.kuning muda
3.kuning agak putih (pucat)
c. Bentuk
1.sedikit kental
2.kental
3.sangat kental

Data hasil penelitian uji sifat fisik organoleptis krim sulfur seperti bau,

warna dan bentuk (tabel 5.1) menunjukkan bahwa uji organoleptis krim sulfur

dari 3 formula menunjukkan bau sulfur tidak menyengat, warna kuning sulfur,

dan bentuk sedikit kental.


46

5.3.2 Hasil penelitian dan analisis data uji sifat fisik homogenitas

Tabel 5.2 Data hasil penelitian uji sifat fisik homogenitas krim sulfur

Formulasi Homogenitas
krim R1 R2 R3
Formula I Homogen Homogen Homogen
Formula II Homogen Homogen Homogen
Formula III Homogen Homogen Homogen

Data hasil penelitian uji sifat fisik homogenitas krim sulfur dapat dilihat pada

tabel 5.2. Tabel tersebut menunjukkan bahwa uji homogenitas krim sulfur dari 3

formula menunjukan sediaan krim homogen.

5.3.3 Hasil penelitian dan analisis data uji sifat fisik pH

Tabel 5.3 Data hasil penelitian uji sifat fisik pH krim sulfur

pH Rata-rata
Formulasi krim
R1 R2 R3 ±SD
Formula I 5 5 5 5±0
Formula II 5 6 5 5,3±0,5
Formula III 6 6 5 5,6±0,5

Data hasil penelitian uji sifat fisik pH krim Sulfur dapat dilihat pada tabel

5.3.Tabel tersebut hasil uji sifat fisik pH krim sulfur didapatkan hasil rata-rata

formula 1 , formula 2, dan formula 3 , 5:5,3 dan 5,6 dengan nilai SD dari formula

2 dan formula 3 dengan hasil rata-rata SD ±0,5. Dari hasil diperoleh makan hasil

uji pH yang diperoleh masih memenuhi persyaratan yang ditentukan Literatur.

Diagram batang uji pH krim sulfur dapat dilihat pada gambar 5.1
47

6
5,6
5,5 5,3
pH 5
5
4,5
Formula 1Formula 2Formula 3

Gambar 5.1 Diagram batang pH krim sulfur

5.3.4 Hasil penelitian dan analisis data uji sifat fisik viskosotas

Tabel 5.4 Data hasil penelitian uji sifat fisik viskositas krim sulfur

Viskositas dPa.S Rata-rata


Formulasi krim
R1 R2 R3 ±SD
Formula I 10 20 10 13,3±6
Formula II 30 20 20 23,3±6
Formula III 30 40 40 36,6±6

Data hasil penelitian uji sifat fisik viskositas krim dapat dilihat berdasarkan

tabel 5.4 hasil uji sifat fisik viskositas krim sulfur dari F1 13,3 , F2 23,3, dan F3

36,3 dPas. Hasil nilai SD untuk 3 formula adalah 6%. Diagram batang uji

Viskositas krim sulfur dapat dilihat pada gambar 5.2


48

Viskositas
40 36,666

30 23,333
20 13,333
10

0
1 2 3

Gambar 5.2 Diagram batang Viskositas krim sulfur

5.3.5 Hasil penelitian dan analisis data uji Daya sebar krim sulfur

Tabel 5.5 Data hasil Penelitian Uji sifat fisik daya sebar kirm sulfur

Daya sebar (cm) Rata-rata


Formulasi krim
R1 R2 R3 ±SD
Formula I 7 6,5 6,8 6,8±0,3
Formula II 6,5 6,3 6,5 6,4±0,1
Formula III 6,3 6,0 5,8 6±0,3

Data hasil penelitian uji sifat fisik Daya sebar krim dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel tersebut menunjukkan hasil uji sifat fisik Daya sebar krim untuk formula 1

6,8 dengan rentang ±0,3, formula 2 6,4 dengan rentan ±0,1, dan formula 3 6

dengan rentang ±0,3. Dari 3 formula memiliki perbedaan signifikan. Data analisis

hasil Kolmogorov-Smirnov didapatkan nilai pada uji normalitas hasil yang

diperoleh 0,200 (p>0,05) artinya data terdistribusi normal. Data hasil uji One Way

Anova(Analisys Of Varian) 0,17 (p>0,05) artinya tidak adanya pengaruh variasi

konsentrasi asam stearat terhadap sifat fisik daya sebar krim sulfur. Diagram

batang uji daya sebar krim sulfur dapat dilihat pada gambar 5.3
49

7
6,8
6,8
s 6,6
6,4
d e 6,4
a b
6,2
y a 6
r 6
a
5,8
5,6
Formula 1 Formula 2 Formula 3

Gambar 5.3 diagram batang daya sebar krim sulfur.

5.3.6 Hasil penelitian dan analisis data uji sifat fisik tipe emulsi krim

Tabel 5.6 Data hasil penelitian uji sifat fisik tipe emulsi krim sulfur.

Tipe emulsi krim


Formulasi krim
R1 R2 R3
Formula I M/A M/A M/A
Formula II M/A M/A M/A
Formula III M/A M/A M/A

Keterangan :
1. M/A : minyak dalam air (metil biru tersebar merata)
2. A/M : air dalam minyak (hanya bintik-bintik biru)

Data hasil penelitian uji sifat fisik tipe emulsi krim sulfur dapat dilihat pada

tabel 5.3.T menyatakan bahwa hasil uji sifat fisik tipe emulsi krim sulfur dengan

menggunakan metil biru tersebar merata pada sediaan krim dari 3 formula

menunjukan tipe emulsi krim tipe miyak dalam air ( oil in water ).

5.4 Analisis Data


5.4.1 Analisis data hasil uji sifat fisik Uji organoleptis
50

Data uji sifat fisik organoleptis krim sulfur dengan variasi konsentrasi

asam stearat pada ketiga formula sama yaitu bau sulfur tidak menyengat, warna

kuning sulfur, dan bentuk sedikit kental. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada

pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap sifat fisik organoleptis bau,

warna, bentuk krim sulfur anti jerawat.

5.4.2 Analisis data uji sifat fisik Uji homogenitas


Data uji sifat fisik homogenitas krim sulfur dengan variasi konsentrasi

asam stearat pada ketiga formula dapat diketahui sediaan krim sulfur homogen.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh variasi konsentrasi asam stearat

terhadap sifat fisik organoleptis homogenitas krim sulfur anti jerawat.

5.4.3 Analisi data uji sifat fisik Uji pH

Data uji sifat fisik pH krim sulfur dengan variasi konsentrasi asam stearat

pada ketiga formulasi dapat diketahui sediaan krim sulfur kadar pH dari ketiga

formula memenuhi persyaratan yang sesuai dengan Literatur (4,5-7,5). Data hasil

normalitas didapatkan nilai pada uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Hasil yang

diperoleh pada uji normalitas 0,200 (>0,05) selanjutnya dianalisis menggunakan

uji One-Way Anova data hasil yang diperoleh hasil signifikansi 0,296 (p>0,05)

menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap

sifat fisik daya pH krim sulfur anti jerawat.

5.4.4 Analisi data uji sifat fisik Uji daya sebar

Data uji sifat fisik daya sebar krim sulfur dengan variasi konsentrasi asam

stearat pada ketiga formulasi formula 1 adalah 6,8 cm, formula 2 adalah 6,4 cm ,

dan formula 3 adalah 6 cm. Daya sebar yang memiliki konsistensi semisolid yang
51

nyaman dalam penggunaan berkisar antara 3-7cm. Data analisis hasil

Kolmogorov-Smirnov didapatkan nilai pada uji normalitas hasil yang diperoleh

0,200 (p>0,05) artinya data terdistribusi normal. Data hasil uji One Way

Anova(Analisys Of Varian) 0,17 (p>0,05) artinya tidak adanya pengaruh variasi

konsentrasi asam stearat terhadap sifat fisik daya sebar krim sulfur.
52

5.4.5 Analisis data uji Viskositas

Data uji sifat fisik Viskositas sulfur variasi konsentrasi asam stearat pada ketiga

formulasi formula 1 hasil rata-rata 13,3 dPas dengan nilai SD ±6, dan formula 2

23,3 dPas dengan nilai SD ±6, dan formula 3 hasil rata-rata 36,3 dPas, hasil yang

diketahui tidak memenuhi syarat adanya pengaruh variasi konsentrasi asam stearat

dan tidak efektiv pada penggunaan emulgator tunggal dengan rentan SD ±6. Hasil

dari uji viskositas didapatkan hasil yang signifikan, Data analisis data hasil

Kolmogorov-Smirnov didapatkan nilai pada uji normalitas hasil yang diperoleh

0,71 (>0,05) tidak adanya pengaruh distribusi yang signifikan, dan pada uji one

way anova hasil yang diperoleh 0,07 (>0,05) hasil yang diperoleh pada uji One-

Way Anova tidak adanya pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap sifat

fisik krim sulfur yang signifikan.

5.4.6 Analisi data uji sifat fisik Uji Tipe emulsi


Data uji sifat fisik tipe emulsi krim sulfur dengan variasi konsentrasi asam

stearat pada ketiga formulasi pada ketiga formulasi dapat diketahui sediaan krim

sulfur memiliki tipe krim tipe M/A ( Oil in water ). Hal ini menunjukkan bahwa

ada tidak ada pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap sifat fisik tipe

emulsi krim sulfur anti jerawat.


BAB 6

PEMBAHASAN

Penelitian yang berjudul “ Pengaruh variasi konsentrasi asam stearat

terhadap sifat fisik kirm sulfur berdasarkan pendekatan teoritis” bertujuan untuk

mengetahui variasi konsentrasi asam stearat yang baik pada krim sulfur. Penelitian

sifat fisik krim sulfur meliputi beberapa uji organoleptis, homogenitas, pH,

viskositas, daya sebar, dan tipe krim. Pada penelitian ini terdapat tiga formula dari

setiap formula terdiri dari beberapa campuran bahan aktif, emulgator, pengawet,

bahan penetrasi, humektan, pengemulsi. Pada tiga formula dibedakan dengan

konsentrasi asam stearat yaitu F1 6% asam stearat, F2 8 % asam stearat, dan F3

10%.

Pada uji sifat fisik organoleptis dilakukan secara visual memerlukan

panel/responden yang bertindak sebagai instrument atau alat. Panel yang

digunakan adalah panel terbatas, dapat diartikan panel/responden yang terdiri dari

3-5 orang (Prianto., 2017). Penelitian ini menggunakan 3 orang responden yang

berbeda. Pada pengujian organoleptis juga bertujuan untuk melihat tampilan fisik

sediaan dengan cara melakukan pengamatan warna, bau, dan tekstur sediaan yang

telah dibuat ( Djajadisastra., 2009). Data uji sifat fisik organoleptis krim sulfur

dengan variasi konsentrasi asam stearat pada ketiga formula sama yaitu bau sulfur

tidak menyengat, warna kuning sulfur, dan bentuk sedikit kental. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap

sifat fisik organoleptis bau, warna, bentuk krim sulfur anti jerawat. Dari hasil

pengamatan pada uji organoleptis bau, warna, dan bentuk menunjukan bahwa F1,

53
54

F2, F3 menunjukan warna kuning sulfur semua formula memiliki kesamaan

warna dari bahan aktif. Asam stearat berwarna putih yang tidak mempengaruhi

warna krim sulfur.

Setelah melakukan uji organoleptis akan dilanjutkan pengujian sifat fisik

homogenitas. Uji homogenitas bertujuan untuk melihat dan mengetahui

tercampurnya bahan-bahan sediaan krim (Husnani et al., 2019). Pada pengujian

homogenitas dilakukan secara visual dengan pengujian oleh 3 responden yang

berbeda. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari 3 formula krim sulfur uji

homogenitas dinyatakan homogen karena tidak ada butiran yang terlihat dan

persamaan warna yang merata. Uji homogenitas dapat dipengaruhi dari

pencampuran bahan dan penggerusan bahan ( Pratiwiet al., 2017). Hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap

sifat fisik organoleptis homogenitas krim sulfur anti jerawat.

Uji sifat fisik selanjutnya yaitu uji pH memiliki tujuan untuk mengetahui

tingkat keamanan suatu sediaan krim yang akan digunakan pada kulit terutama

pada wajah, pH yang ideal yang digunakan pada sediaan topikal pada sediaan

mempunyai tingkat pH yang dengan kulit. Produk kosmetika sebaiknya dibuat

sesuai dengan pH kulit dengan rentang 4,5-7,5. (Standar Nasional

Indonesia,1996). Dari hasil uji pH rata-rata pH 5 - 5,6 dapat diketahui sediaan

krim sulfur memiliki kadar stabilitas pH yang sesuai dengan literatur. Data hasil

normalitas didapatkan nilai pada uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Hasil yang

diperoleh pada uji normalitas 0,200 (>0,05) selanjutnya dianalisis menggunakan

uji One-Way Anova data hasil yang diperoleh hasil signifikansi 0,296 (p>0,05)
55

menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap

sifat fisik daya pH krim sulfur anti jerawat.

Pengujian sifat fisik daya sebar dilakukan pengujian bertujuan untuk

mengetahui sifat penyebaran krim yang digunakan pada sediaan topical. Semakin

besar daya sebar, luas permukaan kulit yang kontak dengan krim kan semakin

luasdan zat aktif akan terdistribusi secara baik. Persyaratan daya sebar yang baik

untuk sediaan topical yaitu 5-7 cm ( Ulean et al., 2012) dari hasil pengujian

rentang daya sebar krim 6 - 6,8 cm dari 3 formula. Data analisis hasil

Kolmogorov-Smirnov didapatkan nilai pada uji normalitas hasil yang diperoleh

0,200 (p>0,05) artinya data terdistribusi normal. Data hasil uji One Way Anova

(Analisys Of Varian) 0,17 (p>0,05) artinya tidak adanya pengaruh variasi

konsentrasi asam stearat terhadap sifat fisik daya sebar krim sulfur.

Pengujian sifat fisik viskositas sediaan krim sulfur pengujian dilakukan

bertujuan untuk mengetahui tingkat kekentalan sediaan krim yang dapat

memengaruhi pada penggunaan krim. Viskositas sediaan krim diukur

menggunakan viskometer brookfield seri VT-04F dengan spindel nomer tiga.

Pengujian viskositas dilakukan 3 kali replikasi untuk tiap formula krim sulfur

sehingga didapatkan rata-rata viskositas untuk data yang diperoleh dari formulasi

formula 1 hasil rata-rata 13,3 dPas dengan nilai SD ±6, dan formula 2 23,3 dPas

dengan nilai SD ±6, dan formula 3 hasil rata-rata 36,3 dPas. Persyaratan viskositas

yang baik pada sediaan semisolid adalah sebesar 4.000-40.000 dPas

(Wasitaatmadja,1997; Kamishita et al., 1992). Hasil analisis Data uji

Kolmogorov-Smirnov didapatkan nilai pada uji normalitas 0,10 (p>0,05) yang


56

artinya data terdistribusi normal. Pada uji one way anovahasil yang diperoleh

signifikansi 0,03 (p<0,05) yang mennujkkan adanya pengaruh variasi konsentrasi

asam stearat terhadap sifat fisik viskositas krim sulfur.

Pengujian tipe emulsi krim dilakukan penelitian bertujuan untuk

mengetahui tipe krim yang sebenarnya (Genatrika et al., 2016). Pada pengujian

dilakukan 3 replikasi dari setiap formula pengujian dilakukan dengan

ditambahkan dengan metil biru pada setiap formula hasil yang didapatkan

diketahui metil biru tersebar merata pada semua formulasi. Dapat dinyatakan krim

sulfur memiliki sifat tipe krim M/A. Hal ini menunjukkan bahwa ada tidak ada

pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap sifat fisik tipe emulsi krim

sulfur anti jerawat.


BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

a. Tidak ada pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap sifat fisik

organoleptis krim sulfur anti jerawat berdasarkan pendekatan teoritis.

b. Tidak ada pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap sifat fisik

homogenitas krim sulfur anti jerawat berdasarkan pendekatan teoritis.

c. Tidak ada pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap sifat fisik pH

krim sulfur anti jerawat berdasarkan pendekatan teoritis.

d. Ada pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap sifat fisik viskositas

krim sulfur anti jerawat berdasarkan pendekatan teoritis.

e. Tidak ada pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap sifat fisik daya

sebar krim sulfur anti jerawat berdasarkan pendekatan teoritis.

f. Tidak ada pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap sifat fisik tipe

krim krim sulfur anti jerawat berdasarkan pendekatan teoritis.

g. Konsentrasi asam stearat 10% pada sediaan krim sulfur yang memenuhi

persyaratan sifat fisik krim berdasarkan pendekatan teoritis.

57
7.2 Saran

Saran dari penelitian ini adalah

1. Perlu dilakukan penelitian ulang pada penggunaan emulgator dan

pengemulsi yang digunakan terhadap krim sulfur.

2. Perlu dilakukan penelitian ulang pada penggunaan konsentrasi

asam stearat pada krim sulfur.

3. Perlu dilakukan penelitian ulang penambahan bahan tambahan

yang lain untuk meningkatkan sifat fisik krim sulfur.

58
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M., 2002, Formulasi Obat topical dengan Dasar penyakit


kulit , 38-39,46, Gadjah Mada university Press, Yogyakarta.

Adesanya, S.A., Olubade, T. T., Odebiyl, O. O., 1992, Antibacterial


Alkaloids in Crinum jagus, Pharmaceutical
Biology,,30(4),303-307.

Ansel, H. C., 2008, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi .


Diterjemahkan oleh Ibrahim, F., Edisi IV. 605-619.
Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Anwar. 2012. Eksipien Dalam Sediaan Farmasi Karateristik dan Aplikasi,


Penerbit Dian Rakyat Indonesia.

Armstrong, Michel A., 2006 . A Handbook Of Human Resource


Management Pratic Edition. Londo Kagon page.

Badan standart Nasional Indonesia, 1996., Standart Sabun mandi


Cair. SNI 06-4085, 1996. Dewan Standarisai Indonesia
Jakarta. Cetakan Pertama juni 2006.

Cunliffe WJ, Perera Dh. Thackeray P, Williams M, Froster RA and


Williams Sm. Pilo Sebaceuous duct physiology, observation
on the number and size of pilo sebaceuous ducts in acne
vulgaris . But J Dermatol. 2007 95:153-5.

Depkes. RI. 1985. Farmakope Indonesia, Edisi III . Departemen


kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Depkes, RI. 1985. Cara Pembuatan Simplisia , Departemen


Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Depkes, RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV , Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Depkes RI. 2005. Departemen of Environment and Conservation


climate Change Washington D.C. Jakarta

Djajadisastra, J, Munin, A., & Dessy, N.P. 2007. Formulasi gel


Topikal dan ekstrak Nerri Folium dalam sediaan anti jerawat.
jurnal farmasi Indonesia. 4(4): 210 26.

59
Efendi Z., 2003. Peranan kulit dalam Mengatasi terjadinya Akne
Vulgaris.AvailabelFrom: http://library.usu.ac.id/download/fk
histology zukesti3.pdf.
Garg. A., Deepika A. Sanhay, G., & Anil, K. S ., 2002 , Spreading of
semi Solid Formulations : An Update. Pharmaceutical
Tehnology. USA.

Genatrika. E, Nurkhimah I, & Hapsari I., 2016, Formulasi sediaan


krim minyal jintan hitam (Nigella sativa L.,) Sebagai anti
jerawat Terhadap Bakteri Propionibacterium acnes, Pharmacy
13 (2), 192-201.

Harmanto, Ning, Subroto, M 2007. “ibu sehat dan cantik dengan


herbal” Agromedia Pustaka, Jakarta Pt Alex Media
Komputindo.

Hariz Azim, Ramasamy Kalavathy, Tommy Julianto, Chanin chin


Sieo, & Yin wan Ho. Effect of that Heat, pH and coating
Process with stearic acid using a fluidized bed Franulator on
viability of probiotic Lactobacillus reuteri C 10 , Africa
Journal of Biotechnology Vol.11 (26). 2011.

Husnani & Fitri Sri Rizki. (2019). Formulasi Krim Antijerawat


Esktrak etanol Bawang Dayak ( Eleutherina palmiafolia (L.)
Merr). Jurnla Ilmu Farmasidan Farmasi Klinis (JIFFK) Vol.16.
Akademi Farmasi Yarsi Pontianak. Ilmu penyakit kulit.
Jakarta.

Joenoes, Z, N., 1998, Resep yang Rasional, Edisi II, 122-129,


Airlangga University Press, Surabaya.

Juwita, A. P. K., Yamlen, P.V. Y., Evy H. J. 2013. Formulasi cream


Ekstrak Etanol daun lamun 9Syring isoetifoluim). Progam
studi Farmasi FMPIPA UNSTRAT Manado. Junal Ilmiah
Farmasi : Paracon. Vol. 2 No.02.

Kem, J. 1966, Glycerol. Di dalam H. Mark., J. Mcketta, &


D.Orthmer. Othmer. 1966 Krik Othmer Encylopedia of
Chemical thechnology Vol.10. Interscience Publisher,
New York.

Kim. T. W., Sei J. N., Suh T. H., Park H. J., Kim J.H Kim J. Y et al
2006. Involvement of Lymphocytes in dextran sulgate sodium
-induced experiment colitis. World J. Gastroenterol.
12(2) : 302-305.

60
Kubba R, Bajaj A, Thappa D. Sharma R, Vendamurthy M. et al
Guideline formanagement – AIA consensus document. India
J Dermatol. 2009 : 75(7) : 3.

Lachman, L., Lieberman, H. A., & Kanig, J. L., 1994. Teori dan
praktek Farmasi Industru II. Edisi ketiga. Universitas
Indonesia Press. Jakarta.

Lacham. L., Schawartz., J. B & Lieberman H. A., 1989,


Pharmaceutical Dosage Forms., tablets, 2 Ed , 492, marchell
Dekker Inc., New York.

Malhotra R, Grover V, Kapoor A, Saxena D. 2011, Comprison of


the effectiveness of a commercially avaible Herbal
Mounthrisewith chlorhexidine gluconate at the clinical and
patient level. Journal India Soc Periodontol. Vol. 15 No.4
P : 52: 249.

Martin A. James, S., & Arhut. C. A., 2008. Farmasi Fisik. Edisi
Ketiga. Penerbit UIPress. Jakarta.

McEvoy, G. K., 2002 AHFS. Drug Information. America Society of


Health System Pharmaceutical. Inc, USA.

Muliyawan. D., & Suriana, N. (2013). A-Z Tentang Kosmetik .


Jakarta : PT Elex Media Komputidion. Halaman 14,16-17,21
25,141-142.

Nonci F. Yemmy, Nurshalati. T. Qoriatul. A., 2016. Formulation


dan uji stabilitas fisik Krim susu kuda Sumbawa dengan
Emulgator Non-In\onik dan Anioniu\k. JF FIK UNINAM
(4)4.

Notoatmodjo. S. 2012. MEtodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka


Cipta. Jakarta

Nugroho, & Akhmad. K., 2013. Sediaan transdermal : Solusi


Masalah Terapi Obat, Pustaka Pelajar, Yogyakarta of
lymphocytes in dectran sulfate sodium – induced
experimental colitis. World J. Gastroenterol. 12(2) : 302-305.

Prianto, J., 2004 Atlas parasitology Kedokteran . Jakarta


Gramedia Pustaka.

61
Putri, R.A. A. P., 2015. Pengaruh Variasi konsentrasi HPMC
sebagai Gelling Agent . Terhadap sifat fisik Gel Sulfur. Karya
Tulis Ilmiah . Akademi Farmasi Jember.

Rook, A Wilkinson, DS., & Ebling, F. J. G., 1972. Textbook Of


Dematology. Edisi II , London : Black well Scientific
Publications Osney Mead, Oxford. Hal. 1545-1552.

Rowe, R. C., Paul. J. S., & Marian. E. Q., 2009. Handbook of


pharmaceutical Excipients Sixth Edition . Pharmaceutical
Press and America Pharmacists Association. USA

Rowe, R. C. Owen, S. J. Waller, P. J., Shesky, P. J., 2006 .


Handbook Of Pharmaceutical Excipients, The Pharmaceutical
Press. London.

Saifulah , T. Nm Rina Kuswahyuning. 2008, Teknology dan


Farmasi Sediaan semi padat, Pustaka Laboratprium
Teknologi Farmasi UGM, Yogyakarta, 59,63,64.

Sapto Aji Wibowo, Arif B, Dwi H. Formulasi Aktifitas Anti Jamur


Sediaan Krim M/A Ekstrak etanol buah takokak
(solanumtorvum Swartz) Terhadap Candida Albicans. Jurnal
Riset Sains dan Teknologi . Vol.1 ISSN 2549-9750.

Sorbareeyah. Lateh. M 2015. Formulasi Gel tangan snitizer ekstrak


etanol buah asam gelugur (Gaeciania Atriviridis Griff Et
Andres). Sebagai anti bakteri terhadap Staphyloccus aureus.
Surakarta : Fakultas farmasi universitas Muhammadyah.

Suardi, M., Armenia, Maryawati, A. 2001. Formulasi dan uji klinik


Gel anti jerawat Benzoil Peroksida-HPMC. Fakultas
farmasi FMIPA UNAD. Aceh

Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D


Persada Jakarta.

Suyudi, S. D. 2014. Formulasi Gel Semprot Mengunakan


Kombinasi Karbopol 940 Dan Hidroksipropil metilse Lulosu
(HPM) Sebagai Pembentuk Gel. Skripsi. Fakultas Kedokteran
Ilmu Kesehatan UIN Syarifdayatullah Jakarta.

Sweetman, Sean. S. C., Paul . S. B., Alison, B Julie, M. M., Gail, C.


N., &Anne., 2009. Martindle The Complete Drug
Reference, Thirty – sixth. Pharmaceutical Press. London

62
Sweetman, A., 2006. Martindle the complete drug reference thirty
thrind edition pharmaceutica l press. London.

Syamsuni, A 2006, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi,


Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta,

Syah, A 2006, Tlakukan Penyakit dengan The hijau. Jakarta : Argo


Media Pustaka. Hal. 34-42, 46-61, 69-70, 106-12.

Tramgono, R. R, Latifa. F., 2007. Buku pegangan Ilmu pengetahuan


Kosmetik. Jakarta : Garmedia Pustaka Utama.

Ulean, S. P. J., Banne. Y. S., Ririn, A., 2012. Pembuatan salep anti
jerawat dari ekstrak rimpang temulawak (Curcuma
xanthoriza Roxb.) Jurnal Ilmiah Farmasi 3 (20) : 45-49.

Vast, A. Sharma, P. 2012. Formulation and evalalution of topical


anri acne formulation of Coriande extract . Int, J. Pharm,
Sci, Re., 16(2) : 97-103.

Vats. A., Sharma, P. 2012. Formulation And Evalution of Topical


Anti acne formulation of Coriander Oil. International
Journal of pharmacy and Pharmaceutical science, Research .
23, 61-66.

Voigr, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V.


UGM Press Yogyakarta.

Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran teknologi Farmasi Edisi V


UGM Press. Yogyakarta.

Wasitaatmadja, 1997. Penentuan Kosmetik Medik , University


Indonesia Jakarta.

Wasitaatmadja, S. 2010. Akne Vulgaris. Ilmu penyakit kulit dan


kelamin. Balai Penerbit FK UI. Jakarta.

Widhaya, E. S., 2000. Rosasea dan akne vulgaris Dalam : Marwali


Harapan, Ilmu penyakit kulit dan kelamin, ed V.
Jakarta Vol : 89:2119-2126.

Widodo, Jarot Kwardiniya Andawaningtyas. 2017. Pengantar


Statistika .Malang: UB Press

Williams, A. C. Barry, B. W., 2004. Penetration Enhancers.


Advanced Drug Delivery Reviews , 56: 603 –618.

63
LAMPIRAN

Lampiran 1. Uji pH
a.) Uji pH krim sulfur normalitas menggunakan program (SPSS) 25

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 9
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .40824829
Most Extreme Differences Absolute .167
Positive .167
Negative -.167
Test Statistic .167
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

b.) Uji pH krim sulfur anova menggunakan program (SPSS) 25

ANOVA
rata
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .667 2 .333 1.500 .296
Within Groups 1.333 6 .222
Total 2.000 8

64
Lampiran 2. Uji Viskositas

a.) Uji viskositas krim sulfur normalitas menggunakan program (SPSS) 25

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardize
d Residual
N 9
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 5.06896878
Most Extreme Absolute .264
Differences Positive .264
Negative -.223
Test Statistic .264
Asymp. Sig. (2-tailed) .071c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

b.) Uji viskositas krim sulfur anova menggunakan program (SPSS) 25

ANOVA
rata_rata
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 822.222 2 411.111 12.333 .007
Within Groups 200.000 6 33.333
Total 1022.222 8

65
Lampiran 3. Uji Daya sebar
a.) Uji daya sebar normalitas menggunakan SPSS (25)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 9
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .18782379
Most Extreme Differences Absolute .126
Positive .126
Negative -.126
Test Statistic .126
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

b.) Uji daya sebar one-way anovamenggunakan SPSS (25)

ANOVA
rata_rata
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .809 2 .404 8.667 .017
Within Groups .280 6 .047
Total 1.089 8

66

Anda mungkin juga menyukai