Anda di halaman 1dari 69

KARYA TULIS ILMIAH

(RESUME ARTIKEL)

PENGARUH BASIS VANISHING CREAM TERHADAP

EVALUASI FISIK DAN STABILITAS KRIM DENGAN

EKSTRAK HERBAL

OLEH

IDA TRI LESTARI

NIM : 1351710134

PROGRAM PENDIDIKAN D-III FARMASI

AKADEMI FARMASI SURABAYA

SURABAYA

2020
KARYA TULIS ILMIAH

(RESUME ARTIKEL)

PENGARUH BASIS VANISHING CREAM TERHADAP

EVALUASI FISIK DAN STABILITAS KRIM DENGAN

EKSTRAK HERBAL

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Ahli Madya Farmasi

Dalam Program Pendidikan D-III Farmasi

Akademi Farmasi Surabaya

OLEH

IDA TRI LESTARI

NIM : 1351710134

PROGRAM PENDIDIKAN D-III FARMASI

AKADEMI FARMASI SURABAYA

SURABAYA

2020

ii
iii
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS

KARYA TULIS ILMIAH

(RESUME ARTIKEL)

Saya Ida Tri Lestari, NIM 1351710134, menyatakan bahwa:

1. Karya tulis ilmiah (resume artikel) saya ini adalah asli dan benar-benar hasil

karya saya sendiri,

2. Karya tulis ilmiah (resume artikel) ini dibuat sebagai pengganti naskah KTI

hasil penelitian sendiri dikarenakan Bencana Nonalam Penyebaran Corona

Virus Disease 2019 (COVID-19).

3. Karya tulis ilmiah (resume artikel) ini belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik baik di Akademi Farmasi Surabaya, maupun

perguruan tinggi lainnya,

4. Dalam karya tulis ilmiah (resume artikel) ini terdapat beberapa data yang

telah ditulis atau dipublikasikan orang lain dari beberapa artikel untuk

dijadikan materi pembahasan. Semua sumber pustaka tertulis dengan jelas

dan dicantumkan sebagai acuan dengan disebutkan nama pengarang dan

dicantumkan dalam daftar kepustakaan,

5. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dan apabila dikemudian

hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka

saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang

telah diperoleh karena karya tulis ilmiah (resume artikel) ini, serta sanksi-

sanksi lainnya sesuai dengan norma dan peraturan yang berlaku di Akademi

Farmasi Surabaya.

v
vi
vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-

Nya sehingga naskah karya tulis ilmiah (resume artikel) dengan judul

“PENGARUH BASIS VANISHING CREAM TERHADAP EVALUASI

FISIK DAN STABILITAS KRIM DENGAN EKSTRAK HERBAL” telah

terselesaikan tepat waktu. Ucapan terima kasih dengan tulus disampaikan kepada

pihak-pihak yang telah membimbing, memberikan inspirasi, bantuan, dan

dukungan dalam penyelesaian karya tulis ilmiah (resume artikel) ini.

Pertama, ucapan terima kasih disampaikan kepada Bapak Dr. Abd. Syakur,

M.Pd. selaku Direktur Akademi Farmasi Surabaya yang telah menerima dan

memberikan kesempatan untuk studi di lembaga yang beliau pimpin.

Kedua, ucapan terima kasih disampaikan kepada jajaran akademisi Ibu Tri

Puji Lestarai Sudarwati, M.Si. selaku Wakil Direktur Akademik, Bapak Prasetyo

Handrianto, M.Si. selaku Wakil Direktur Kemahasiswaan.

Ketiga, ucapan terima kasih disampaikan kepada Ketua Program Studi Ibu

Mercyska Suryandari, S.Farm, Apt. Beserta jajarannya.

Keempat, ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya disampaikan

kepada Ibu Dra. Siti Annurijati Hatidja, Apt. MT dan ibu Silvi Ayu Wulansari,

S.Farm,. Apt. selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah meluangkan

waktu, tenaga dan pikirannya untuk selalu memberikan bimbingan, sehingga

karya tulis ilmiah resume artikel ini dapat terselesaikan.

Kelima Ibu Fitria Abbas Thalib, S.Farm., M. Farm., Apt. selaku penguji

pada penelitian ini yang telah banyak memberikan arahan, masukkan, kritik dan

saran kepada penulis untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah resume artikel ini.

viii
Keenam Bapak dan Ibu yang telah senantiasa memberikan do’a dan

semangat baik moril maupun materi yang sangat luar biasa, sehingga saya dapat

menyelesaikan kuliah serta karya tulis ilmiah ini dengan lancar.

Ketujuh Sahabat-sahabat saya yang selalu membantu dalam proses

pengerjaan proposal karya tulis ilmiah (Ica, Dhea, Ranny, Diah, Dini, Ziyana,

Putri, Mbak Cici, Eva, Riska, Mbak Icha dan Mbak Rahma).

Kedelapan Rekan-rekan seperjuangan Pendidikan D-III Farmasi angkatan

2017.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan yang telah dilakukan.Tiadag

ading yang tak retak, demikian pula dengan karya tulis ilmiah ini, dengan

kurangnya pengetahuan yang dimiliki, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah

dan segala kekurangan hanyalah milik peneliti. Makadari itu, kritik dan saran

perlu untuk menyempurnakan kualitas karya tulis ilmiah ini. Akhir kata, semoga

karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Surabaya, 14 Agustus 2020

Penulis

ix
RINGKASAN

(RESUME ARTIKEL)

PENGARUH BASIS VANISHING CREAM TERHADAP

EVALUASI FISIK DAN STABILITAS KRIM DENGAN

EKSTRAK HERBAL

Ida Tri Lestari

Dalam krim, basis merupakan komponen penting yang bisa mempengaruhi


sifat fisik dan pelepasan zat aktif. Vanishing cream merupakan krim tipe minyak
dalam air yang mengandung asam stearat dan trietanolamin. Asam stearat dengan
trietanolamin akan membentuk krim tipe minyak dan air yang stabil dan halus.
Kelebihan krim basis Vanishing cream adalah praktis, mudah diaplikasikan,
mudah dicuci tidak meninggalkan noda dan tidak memberikan rasa lengket.
Ekstrak kental ditambahkan kedalam basis krim agar mempermudah
penggunaannnya serta diformulasikan dalam bentuk krim dikarenakan memiliki
keuntungan saat diaplikasikan ke kulit seperti mudah menyebar merata, mudah
dicuci dengan air, tidak lengket, cara kerja langsung ke jaringan setempat, bahan
untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun sehingga
pengaruh absorpsi biasanya tidak diketahui pasien, aman digunakan dewasa
maupun anak-anak.
Berdasarkan hasil resume 5 artikel, yaitu 3 artikel nasional dan 2 artikel
internasional. Semua artikel tersebut menggunakan basis vanishing cream dengan
ekstrak kental sebagai bahan aktifnya. Pada 5 artikel tersebut semuanya
melakukan uji evaluasi fisik terhadap krim yang diteliti. Uji evaluasi fisik meliputi
uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar, uji daya lekat, uji
viscositas, dan uji tipe krim. Tetapi tidak semua artikel melakukan uji evaluasi
yang sama terhadap krim yang diteliti.
Dari kelima artikel hanya uji organoleptis, uji pH dan uji viscositas saja
yang sama antar 5 artikel. Sehingga dalam penelitian ini akan dilakukan
perbandingan uji evaluasi fisik organoleptis, uji pH dan uji viscositas dari kelima
artikel tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
konsentrasi basis vanishing cream asam stearat dan TEA terhadap evalusi fisik
krim dengan ekstrak herbal.
Tiap-tiap artikel memiliki perbandingan asam stearat dan TEA yang
berbeda-beda. Hasil semua krim resume artikel memiliki hasil dengan evalusi
fisik yang baik. Artikel I asam stearat dan TEA memiliki perbandingan 4 : 1,
artikel II asam stearat dan TEA memiliki perbandingan 7 : 1, artikel III asam
stearat dan TEA memilik perbandingan 1 : 1, artikel IV minyak kelapa sawit dan
TEA memiliki perbandingan 12 : 1 dan artikel V asam stearat dan TEA memiliki
perbandingan 6 : 1. Artinya asam stearat dan TEA mampu mempengaruhi
evaluasi fisik pH dan viskositas sediaan.

x
ABSTRACT

(ARTICLE RESUME)

THE EFFECT OF VANISHING CREAM BASE ON PHYSICAL

EVALUATION AND CREAM STABILITY WITH HERBAL

EXTRACT

Ida Tri Lestari

In the cream, the base is an important component that can affect the
physical properties and release of the active substance. Vanishing cream is an oil-
in-water type cream containing stearic acid and triethanolamine. Stearic acid with
triethanolamine will form a cream type oil and water that is stable and smooth.
Based on the results of the resume of 5 articles, namely 3 national articles and 2
international articles. All of these articles are on a basis vanishing cream with
thick extract as the active ingredient. In these 5 articles, all of them carried out a
physical evaluation test of the cream under study. Physical evaluation test
includes organoleptic test, homogeneity test, pH test, spreadability test, adhesion
test, viscosity test, and cream type test. But not all articles carried out the same
evaluation test of the cream studied. Of the five articles, only the organoleptic test,
pH test and viscosity test were the same between 5 articles. So that in this study a
comparison of the organoleptic physical evaluation test, pH test and viscosity test
of the five articles will be carried out. The purpose of this study was to determine
the effect of base concentration vanishing cream stearic acid and TEA against
physical evaluation of cream with herbal extracts. Each article has a different ratio
of stearic acid and TEA. The results of all article resume creams have results with
good physical evaluation. Article I stearic acid and TEA have a ratio of 4: 1,
article II stearic acid and TEA have a ratio of 7: 1, article III stearic acid and TEA
have a ratio of 1: 1, article IV palm oil and TEA have a ratio of 12: 1 and article V
stearic acid and TEA have a ratio of 6: 1. This means that stearic acid and TEA
are able to influence the physical evaluation of pH and viscosity of the
preparation.
Keywords: Stearic Acid, TEA, Coconut Oil, Organoleptic, pH, Viscosity

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM ................................................................... ii


LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iii
PERNYATAAN ORISINILITAS ................................................................ v
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
RINGKASAN ................................................................................................ x
ABSTRAK ..................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 7
2.1 Deskripsi Teori ........................................................................................... 7
2.1.1 Daun Sirih ........................................................................................ 7
2.1.2 Jahe Merah ....................................................................................... 8
2.1.3 Daun Lagetan ................................................................................... 9
2.1.4 Kelapa Sawit .................................................................................... 10
2.1.5 Daun Teh .......................................................................................... 11
2.2 Kandungan Senyawa Kimia ....................................................................... 13
2.1.1 Daun Sirih ........................................................................................ 13
2.1.2 Jahe Merah ....................................................................................... 13
2.1.3 Daun Lagetan ................................................................................... 14
2.1.4 Kelapa Sawit .................................................................................... 14
2.1.5 Daun Teh .......................................................................................... 15
2.3 Proses Menjadi Simplisia ........................................................................... 15
2.3.1 Pengambilan Bahan Baku ................................................................ 15
2.3.2 Sortasi Basah .................................................................................... 15
2.3.3 Pencucian ......................................................................................... 16
2.3.4 Pengeringan ...................................................................................... 16
2.4 Metode Ekstraksi ........................................................................................ 17

xii
2.4.1 Ekstraksi Secara Dingin ................................................................... 17
2.4.2 Ekstraksi Secara Panas ..................................................................... 18
2.5 Sediaan Krim .............................................................................................. 20
2.6 Deskripsi Bahan ......................................................................................... 21
2.6.1 Asam Stearat .................................................................................... 21
2.6.2 TEA .................................................................................................. 22
2.6.3 Setil Alkohol .................................................................................... 23
2.6.4 Cera Alba ......................................................................................... 23
2.7 Stabilitas Sediaan ....................................................................................... 24
2.7.1 Stabilitas Fisika ................................................................................ 26
2.7.2 Stabilitas Kimia ................................................................................ 26
2.7.3 Stabilitas Mikrobiologi .................................................................... 26
2.7.4 Stabilitas Farmakologi ..................................................................... 27
2.7.5 Stabilitas Toksikologi ...................................................................... 27
2.8 Persyaratan Krim ........................................................................................ 27
2.8.1 Tercampur Baik dengan Bahan Obat ............................................... 27
2.8.2 Stabil Dalam Penyimpanan .............................................................. 27
2.8.3 Mudah Dicuci dengan Air ................................................................ 28
2.8.4 Reaksi Netral .................................................................................... 28
2.9 Evaluasi Sediaan Krim ............................................................................... 28
2.9.1 Uji Organoleptis ............................................................................... 28
2.9.2 Uji pH............................................................................................... 28
2.9.3 Uji Viskositas ................................................................................... 29
2.10 Kerangka Konseptual ............................................................................... 30
BAB III METODELOGI PENELITIAN .................................................... 31
3.1 Rentang Tahun Publikasi Artikel ............................................................... 31
3.1.1 Artikel I ............................................................................................ 31
3.1.2 Artikel II........................................................................................... 31
3.1.1 Artikel III ......................................................................................... 31
3.1.2 Artikel IV ......................................................................................... 31
3.1.5 Artikel V ........................................................................................... 31
3.2 Judul dan Identitas Publikasi yang Diresume ............................................ 31

xiii
3.2.1 Artikel I ............................................................................................ 31
3.2.2 Artikel II........................................................................................... 32
3.2.3 Artikel III ......................................................................................... 32
3.2.4 Artikel IV ......................................................................................... 32
3.2.4 Artikel V .......................................................................................... 32
3.3 Metode Pencarian Sumber ......................................................................... 33
3.3.1 Keyword ........................................................................................... 33
3.3.2 Faktor Inklusi dan Eklusi ................................................................. 33
3.3.3 Data yang akan Dibahas ................................................................... 34
3.4 Analisis yang Akan Dilakukan .................................................................. 35
BAB IV HASIL PENELITIAN RESUME ARTIKEL ............................... 36
4.1 Hasil Pencarian Sumber Pustaka Artikel ................................................... 36
4.2 Analisa Data Resume Artikel ..................................................................... 38
BAB V PEMBAHASAN RESUME ARTIKEL ........................................... 42
BAB VI KESIMPULAN dan SARAN .......................................................... 51
6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 51
6.2 Saran ........................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 52

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Daun Sirih ................................................................................... 7


Gambar 2.2 Jahe Merah .................................................................................. 8
Gambar 2.3 Daun Lagetan .............................................................................. 10
Gambar 2.4 Kelapa Sawit ............................................................................... 11
Gambar 2.5 Daun teh ...................................................................................... 12
Gambar 2.6 Struktur Kimia Asam Stearat ...................................................... 21
Gambar 2.7 Struktur Kimia TEA ................................................................... 22
Gambar 2.8 Struktur Kimia Gliserin .............................................................. 23
Gambar 2.9 Struktur Kimia Setil Alkohol ...................................................... 23
Gambar 2.10 Kerangka Konseptual Penelitian............................................... 30

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Identitas Artikel ............................................................................... 36


Tabel 4.2 Analisa Data Resume Artikel .......................................................... 38

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia, definisi kesehatan

menurut kemenkes yang tertulis dalam UU No. 23 tahun 1992 merupakan

keadaan normal dan sejahtera anggota tubuh, sosial dan jiwa seseorang agar dapat

melakukan aktifitas tanpa gangguan yang berarti dimana ada kesinambungan

antara kesehatan fisik, mental dan sosial seseorang termasuk dalam melakukan

interaksi dengan lingkungan. Upaya untuk mencapai tingkat kesehatan yang

optimal sangat diperlukan. Berbagai cara dilakukan masyarakat untuk hidup

dengan sehat bersama keluarga. Sebelum zaman berkembang umumnya

masyarakat menggunakan pengobatan tradisional, bahan dasarnya berasal dari

alam yang mereka kenal dan berfungsi sebagai obat (Prakash, 2001). Obat-obatan

tradisional saat ini telah menjadi andalan masyarakat Indonesia dalam mengatasi

berbagai penyakit.

Sediaan farmasi semi padat meliputi salep, pasta, krim dan gel. Sifat

umum sediaan ini adalah mampu melekat pada permukaan tempat pemakaian

dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau dihilangkan.

Sediaan semi padat digunakan pada kulit, dimana umumnya sediaan tersebut

berfungsi sebagai pembawa pada obat-obat topikal, sebagai pelunak kulit, atau

sebagai pembalut pelindung atau pembalut penyumbat. Salep adalah sediaan

setengah padat yang berminyak yang memiliki aliran plastis dan memiliki basis

anhidrat serta memiliki nilai yield yang tinggi dan tahan terhadap dorongan aliran,

digunakan pada kulit, membran mukosa, rektum, dan pembuatan dengan cara

1
2

digosok secara berkelanjutan. Pasta adalah sediaan semi padat untuk penggunaan

eksternal atau penggunaan luar, dengan konsistensinya lebih kaku dari salep

dengan 20%-60% padatan halus, basisnya yang digunakan anhidrat atau larut air,

digunakan sebagai pelindung, antiseptik, absorben dan pelindung untuk lapisan

kulit yang rusak, memiliki aliran dilatan dimana nilai yieldnya tinggi. Sediaan

yang dibuat harus memenuhi persyaratan mutu yang setara dengan ketentuan.

Gel adalah sediaan padatan/semi padat yang transparan dan tidak berminyak/

tembus pandang yang terdiri dari larutan/dispersi dari atau lebih bahan aktif dalam

basis hidrofilik/hidrofobik, gel memiliki sistem pengantaran obat yg sangat baik

untuk berbagai rute pemberian dan kompaktibel dengan banyak zat obat yang

berbeda. Gel mengandung peningkat penetrasi yang sangat popular untuk

pembuatan obat-obat anti inflamasi, dan anti nauseal. Gel menunjukan sifat aliran

pseudoplastis dan atau tiksotropik dan memiliki nilai yield cukup tinggi dengan

viskositas rendah. Sedangkan krim adalah sediaan semi padat yang ditujukan

untuk penggunaan luar dengan aliran pseudoplastis, yang mana memiliki nilai

yield sangat kecil sehingga tidak dipengaruhi oleh gravitasi, yg terdiri dari 2 jenis

yaitu : krim berair dan berminyak, dimana basis minyak dalam air dapat di cuci

sedangkan basis air dalam minyak sebagai basis emolien, mosterizing, cleansing,

absorbsi subkutan dan penampakannya opaque (tidak tembus cahaya).

Dalam krim, basis merupakan komponen penting yang bisa mempengaruhi

sifat fisik dan pelepasan zat aktif (Joenoes, 2006). Kedua basis krim tersebut

memiliki beberapa kelebihan. Vanishing cream merupakan krim tipe minyak

dalam air yang mengandung asam stearat dan trietanolamin. Asam stearat dengan

trietanolamin akan membentuk krim tipe minyak dan air yang stabil dan halus
3

(Rowe et al., 2009). Sedangkan cold cream merupakan krim tipe air dalam

minyak, dimana tipe basis ini mempunyai daya melekat yang baik pada kulit

(Lachman et al., 1994). Menurut Rahmawati et al., (2010) pelepasan zat aktif dari

basis sangat dipengaruhi oleh viskositas. Formula vanishing cream mengandung

komponen air lebih banyak dibandingkan cold cream sehingga viskositas

vanishing cream lebih rendah dibandingkan cold cream. Pada prinsipnya,

viskositas mempunyai hubungan berbanding terbalik dengan koefisien difusi

(kecepatan ekstrak keluar dari basis) (Aulton, 2003).

Vanishing cream merupakan krim tipe minyak dalam air yang

mengandung asam stearat dan trietanolamin. Asam stearat dengan trietanolamin

dapat membentuk krim tipe minyak dan air yang stabil dan halus (Rowe et al.,

2009). Vanishing cream dengan cara fase minyak (asam stearate, paraffin cair dan

setyl alkohol) dan fase air (trietanolamin, gliserin dan aquadest). Fase minyak,

yaitu bahan obat yang larut dalam minyak. Contoh : asam stearat, adeps lanae,

paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil

alkohol, stearil alkohol dan sebagainya. Fase air, yaitu bahan obat yang larut

dalam air. Contoh : Na tetraborat, Trietanolamin/TEA, Gliserin,

Polietilenglikol/PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat, Na setostearil

alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya).

Kestabilan suatu zat merupakan suatu yang harus diperhatikan dalam

membuat suatu formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu

sediaan biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu

yang cukup panjang untuk sampai ke tangan konsumen. Oleh karena itu sediaan

tersebut juga perlu diuji kestabilannya sesuai prosedur yang telah ditentukan.
4

Sediaan krim yang stabil yaitu sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat

diterima selama masa periode penyimpanan dan penggunaan, yaitu sifat dan

karakterisasinya tetap sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat. Adanya zat

aktif diperkirakan mempengaruhi kestabilan fisik dari setiap formulasi krim yang

dibuat. Pengukuran konsentrasi pada berbagai selang waktu memperlihatkan

adanya kestabilan dan ketidakstabilan dari sediaan obat pada kondisi yang

dicirikan dengan adanya perubahan waktu. Produk yang akan dipasarkan atau

suatu sediaan yang akan diedarkan harus mencantumkan tanggal kadaluarsa yang

tepat dan jelas. Tanggal kadaluarsa ini menunjukkan waktu selama produk

tersebut di edarkan sehingga dapat ditetapkan potensinya dan tetap stabil pada

kondisi penyimpanan (Ansel, 1989). Uji stabilitas ada dua macam yaitu uji

stabilitas jangka pendek (dipercepat) dan jangka panjang (real time study). Uji

stabilitas jangka pendek dilakukan selama 6 bulan dengan kondisi ekstrim (suhu

40±20°C dan RH 75± 5%), sedangkan uji stabilitas jangka panjang dilakukan

sampai dengan waktu kadaluarsa produk seperti yang tertera pada kemasan. Jenis

pengujian stabilitas untuk sediaan obat dan kosmetik meliputi stabilitas;

terapi/khasiat, fisika, kimia, mikrobiologi dan teratologi.

Ekstrak kental diformulasikan dalam bentuk krim dikarenakan memiliki

keuntungan saat diaplikasikan ke kulit seperti mudah menyebar merata, mudah

dicuci dengan air, tidak lengket, cara kerja langsung ke jaringan setempat, bahan

untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun sehingga

pengaruh absorpsi biasanya tidak diketahui pasien, aman digunakan dewasa

maupun anak-anak, memberikan rasa dingin karena lambatnya penguapan air


5

pada kulit, dapat meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak

menyebabkan kulit berminyak serta pelepasan obat yang baik.

Asam stearat memiliki peranan penting pada formulasi krim, yakni sebagai

emulgator anionik dan thickening agent pada krim tipe M/A. Asam stearat

biasanya digunakan dalam pembuatan krim dengan netralisasi menggunakan

bahan alkalis yang digunakan dalam pembuatan krim seperti trietanolamin.

Trietanolamin berfungsi sebagai agen pengemulsi dengan konsentrasi 2-4%

(Rowe et al., 2009). Asam stearat berfungsi sebagai emulgator dengan konsentrasi

1 – 20% pada sediaan krim (Rowe et al., 2009). Penggunaan asam stearat pada

formulasi krim biasanya dikombinasikan dengan trietanolamin sebagai netralisasi

sehingga akan terbentuk suatu garam trietanolamin stearat yang bersifat anionik

dan akan dihasilkan butiran halus sehingga akan menstabilkan tipe krim minyak

dalam air (M/A) (Rowe et al., 2009). Selain itu, Asam stearat akan meningkatkan

konsistensi krim dan membuat krim tampak lebih kaku sementara trietanolamin

menurunkan konsistensi krim sehingga krim lebih encer dan mudah dituang (Rowe,

et al., 2009).

Berdasarkan hasil resume 5 artikel, yaitu 3 artikel nasional dan 2 artikel

internasional. Semua artikel tersebut menggunakan basis vanishing crean dengan

ekstrak sebagai bahan aktifnya. Pada 5 artikel tersebut semuanya melakukan uji

evaluasi fisik terhadap krim yang diteliti. Uji evaluasi fisik meliputi uji

organoleptis, uji homogenitas, pH, daya sebar, daya lekat, viskositas, dan uji tipe

krim. Tetapi tidak semua artikel melakukan uji evaluasi yang sama terhadap krim

yang diteliti. Dari kelima artikel hanya uji organolptis, uji pH dan uji viskositas

saja yang sama antar 5 artikel. Sehingga dalam penelitian ini akan dilakukan
6

perbandingan uji evaluasi fisik organoleptis, uji pH dan uji viscositas dari kelima

artikel.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang didapat suatu perumusan masalah :

Bagaimana pengaruh konsentrasi basis vanishing cream asam stearat dan TEA

terhadap uji evaluasi fisik krim dengan ekstrak herbal ?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi

basis vanishing cream asam stearat dan TEA terhadap evalusi fisik krim dengan

ekstrak herbal.

1.4 Manfaat

Diperoleh evaluasi fisik sediaan krim dengan basis vanishing cream asam

stearat dan TEA yang baik dan stabil secara fisik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Daun Sirih

Sirih adalah nama sejenis tumbuhan merambat yang bersandar pada batang

pohon lain. Tinggi 5-15m. Batang sirih berwarna coklat kehijauan, berbentuk

bulat, beruas dan merupakan tempat keluarnya akar. Daunnya yang tunggal

berbentuk jantung, berujung runcing, tepi rata, tulang daun melengkung, lebar

daun 2,5-10 cm, panjang daun 5-18cm, tumbuh berselang-seling, bertangkai, dan

mengeluarkan bau yang sedap bila diremas.

Gambar 2.1 Daun Sirih (Rohmawati, 2015)

Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi sirih (Piper bettle L.) adalah

sebagai berikut :

Regnum : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledoneae

7
8

Ordo : Piperales

Familia : Piperaceae

Genus : Piper

Species : Piper bettle L.

2.1.2 Jahe Merah

Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan tanaman obat berupa

tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe termasuk dalam suku temu-temuan

(zingiberaceae), satu famili dangan Temu-temuan lainnya seperti temu lawak

(Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit, (Curcuma

domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga), dan lain-

lain. Jahe merupakan rempah-rempah Indonesia yang sangat penting dalam

kehidupan sehari-hari, terutama dalam bidang kesehatan. Jahe berasal dari Asia

Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina ( Paimin dan Murhanato, 2008).

Gambar 2.2 Jehe Merah (Bagus, 2010)

Klasifikasi Tanaman Rimpang Jahe :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae
9

Ordo : Musales

Family : Zingiberaceae

Genus : Zingiber

Spesies : officinale

2.1.3 Daun Legetan

Synedrella nodiflora adalah tumbuhan berumur pendek berbatang tegak

dengan panjang kira-kira 30-80 cm dan berbunga dalam setahun. Tumbuhan

dengan sistem akar dangkal biasanya memiliki banyak percabangan. Percabangan

tegak atau mendatar, terkadang batangnya berkayu, bercabang dikotom mulai

dasar tumbuhan, tumbuhan ini cenderung memiliki internodus yang panjang dan

nodus menggembung; membulat atau sedikit miring di bagiannya, lembut,

seringkali berbulu halus, dan biasanya tingginya sekitar 50 cm. Daun-daunnya

tersusun dalam pasangan saling bersilangan dengan panjang 4-9 cm, berbentuk

lonjong hingga bulat telur dengan tiga urat daun yang menonjol dan tepi daun

yang rata, berambut halus dengan tangkai daun pendek, serta digabungkan oleh

sebuah bubungan pada batang. Bunga pada tumbuhan legetan berbentuk kecil

dengan tandan yang penuh membentuk 2-8 bunga majemuk pada nodus dan

ujungnya melewati tiga tingkatan tumbuhan; setiap bunga majemuk terdiri dari

beberapa tangkai tegak yang panjangnya 3-5 mm (Adjibode, et al., 2015).


10

Gambar 2.3 Daun Legetan (Astiti, 2011)

Berikut Klasifikasi Tanamanlegetan (Synedrella nodiflora) :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Synedrella

Spesies : Synedrella nodiflora (L.) Gaertn.

2.1.4 Kelapa Sawit

Buah Kelapa Sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga

merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang

muncul dari tiap pelapah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah

setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid)

akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya. Kelapa sawit

mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah dengan daging buah yang

tipis sehingga kadar minyak dalam perikarp hanya mencapai sekitar 34-40 %

(Satyawibawa, 2008).
11

Gambar 2.4 Kelapa Sawit (Yura, 2014)

Tanaman kelapa sawit memiliki klasifikasi:

Divisi : Embryophyta Siphonagama

Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae

Famili : Arecaceae (dahulu disebut Palmae)

Sub family : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : E.guineensis. Jacq, E.oleifera (HBK) Cortes, E.odora.

2.1.5 Daun Teh

Teh hijau adalah jenis teh yang juga tidak mengalami proses fermentasi

akan tetapi mengalami proses pengeringan dan penguapan daun yang sedikit lebih

lama dibandingkan teh putih.Semua jenis teh mengandung katekin, akan tetapi

saat ini teh hijau lebih populer karena kandungan katekinya lebih tinggi

dibandingkan dengan teh hitam. Sehingga teh hijau lebih dikenal sebagai jenis teh
12

yang dapat mencegah pertumbuhan penyakit kanker.Manfaat lain dari teh hijau

adalah untuk mencegah dan menurunkan tekanan darah tinggi, menurunkan kadar

kolesterol jahat (LDL), resiko terkena stroke dan menghaluskan kulit. Teh hijau

alias green tea adalah salah satu jenis teh yang cukup populer dikonsumsi,

terutama di negara-negara Asia seperti Jepang dan Indonesia sendiri. Di Jepang,

teh hijau (ryokucha) adalah teh yang sangat sering dikonsumsi sehingga bila

disebut teh (ocha) kemungkinan besar yang dimaksud adalah teh hijau. Berasal

dari bahan yang sama dengan black tea — daun Camelia sinensis — teh hijau

tidak mengalami fermentasi seperti teh hitam.

Gambar 2.5 Daun Teh (Fatikah, 2015)

Teh hijau (Camellia sinensis) di klasifikasikan sebagai berikut (Tuminah, 2004):

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Sub Kelas : Dialypetalae

Ordo : Guttiferales (Clusiales)

Genus : Camellia

Spesies : Camellia sinensis


13

2.2 Kandungan Senyawa Kimia

2.2.1 Daun Sirih

Sirih merupakan tanaman yang berasal dari famili Piperaceae yang

memiliki ciri khas mengandung senyawa metabolit sekunder yang biasanya

berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan (hama)

ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain dalam

mempertahankan ruang hidup. Menurut Hutapea (2000), senyawa metabolit

sekunder yang dihasilkan oleh tanaman sirih berupa saponin, flavonoid, polifenol

dan minyak atsiri triterpenoid, minyak atsiri (yang terdiri atas khavikol,

chavibetol, karvakrol, eugenol, monoterpena, estragol), seskuiterpen, gula, dan

pati. Kandungan minyak atsiri yang terdapat pada daun sirih juga berkhasiat

sebagai insektisida alami. Disamping itu, kandungan minyak atsiri yang

terkandung di dalam daun sirih juga terbukti efektif digunakan sebagai antiseptik

(Dalimartha, 2006).

2.2.2 Jahe Merah

Rimpang jahe merah mengandung komponen senyawa kimia yang terdiri

dari minyak menguap (volatile oil), minyak tidak menguap (nonvolatile oil) dan

pati. Secara umum jahe mengandung pati, minyak atsiri, serat, sejumlah kecil

protein, vitamin, mineral dan enzim proteolitik yang disebut zingibain. Jahe merah

mempunyai kandungan pati (52,9%), minyak atsiri (3,9%) dan ekstrak yang larut

dalam alkohol (9,93%) lebih tinggi dibandingkan jahe emprit (41,48; 3,5 dan

7,29%) dan jahe gajah (44,25; 2,5 dan 5,81%). Komponen utama dari jahe adalah

senyawa homolog fenolik keton yang dikenal sebagai gingerol. Gingerol sangat

tidak stabil dengan adanya panas dan pada suhu tinggi akan berubah menjadi
14

shogaol. Shogaol lebih pedas dibandingkan gingerol, merupakan komponen

utama jahe kering (Hernani dan Winarti, 2010).

2.2.3 Daun Legetan

Synedrella nodiflora Gaertn. digunakan sebagai tapal untuk sakit rematik,

sedangkan sarinya digunakan untuk mengobati sakit telinga. Penelitian yang

dilakukan oleh (Rathi & Gopalakrishnan, 2005) membuktikan, efek dari ekstrak

petroleum ether (400-600C), benzena, kloroform, methanol dan air dengan bagian

aerial dari Synedrella nodiflora telah diujikan dapat menyebabkan kematian 50%

(median lethal dose) pada larva Spodoptera litura instar IV (Rathi &

Gopalakrishnan, 2005). Aktivitas yang berbeda disebabkan oleh spesies vegetal

ini di seluruh dunia. Tumbuhan ini mengandung komponen bioaktif seperti

flavonoid, alkaloid, tanin dan lainnya, dan digunakan dalam mengobati berbagai

macam penyakit serta daunnya dikonsumsi sebagai sayuran dan menjadi pakan

bagi ternak tertentu (Adjibode et al., 2015).

2.2.4 Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit mengandung antara 500 sampai 700 ppm karoten dan

merupakan bahan pangan sumber karoten alami terbesar. CPO (Coconut Palm

Oil) berwarna merah jingga. Minyak kelapa sawit ini diperoleh melalui proses

ekstraksi dan mengandung sedikit air serta serat halus yang berwarna kuning

hingga merah dan berbentuk semi padat pada suhu ruang. Keberadaan air dan

serat halus tersebut menyebabkan minyak kelapa sawit tidak dapat langsung

digunakan sebagai bahan pangan maupun non pangan (Naibaho, 2003). Sifat fisik

kimia dari minyak kelapa sawit meliputi warna, bau dan flavor atau rasa,

kelarutan dalam pelarut organik, titik asap, polymorphism, dan lain-lain, warna
15

minyak kelapa sawit ditentukan oleh adanya pigmen yang terdapat didalam kelapa

sawit, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange atau

kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak kelapa sawit

(Pahan, 2006).

2.2.5 Daun Teh

Secara umum, daun teh mengandung zat – zat yang berguna bagi tubuh. Di

antaranya polifenol, teofilin, teobromin, flavonoid, vitamin C, vitamin E, katekin,

kafein, serta beberapa mineral (Yellia, 2003). Zat flavonoid berfungsi sebagai

penangkal radikal bebas yang dapat mengacaukan sistem keseimbangan tubuh dan

memicu timbulnya kanker dan tumor. Katekin pada daun teh dapat menurunkan

kolesterol darah dan mengurangi kemungkinan terserang kanker (Kartasapoetra,

1992). Meskipun bermanfaat bagi kesehatan, meminum teh secara berlebihan

tidak baik. Hal ini disebabkan di dalam teh terkandung kafein meskipun tidak

setinggi yang terkandung dalam kopi. Terlalu tingginya jumlah kafein yang

dikonsumsi menyebabkan gangguan, seperti insomnia, dan ketidakteraturan kerja

jantung. Minum teh sebaiknya dilakukan 2 cangkir sehari (Yellia, 2003).

2.3 Proses Menjadi Simplisia

2.3.1 Pengambilan Bahan Baku

Pengumpulan bahan baku

2.3.2 Sortasi Basah

Sortasi basah adalah pemisahan benda asing dari hasil panen ketika

tanaman masih segar. Sortasi basah dilakukan tehadap :

(1) Tanah dan kerikil.

(2) Rumput-rumputan.
16

(3) Bagian tanaman yang tidak digunakan.

(4) Bagian tanaman yang rusak.

2.3.3 Pencucian

Pencucian dilakukan untuk membersihkan kotoran yang melekat, terutama

bahan berasal dari tanah dan juga bahan-bahan yang tercemar pestisida. Pencucian

dilakukan menggunakan dengan air yang bersih dapat berasal dari beberapa

sumber mata air, sumur atau PAM.

2.3.4 Pengeringan

Pengeringan ada dua macam yaitu dengan oven dan pengeringan

menggunakan sinar matahari secara langsung. Pengeringan bertujuan untuk :

(1) Menurunkan kadar air bahan, sehingga simplisia tidak mudah ditumbuhi

kapang atau bakteri. Kadar air yang baik untuk simplisia adalah 10-13%.

(2) Menghilangkan aktifitas enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut

kandungan zat aktif.

(3) Memudahkan dalam proses selanjutnya.

Proses sortasi kering sama halnya dengan sortasi basah, yang membedakan

adalah kondisi bahan yang sudah menjadi simplisia. Simplisia disimpan pada

tempat yang bersih, tertutup dan terhindar dari sinar matahari secara langsung.

Tujuan penyimpanan adalah menjaga kualitas dan kuantitas simplisia dalam

jangka waktu yang lama. Penggilingan adalah proses perubahan bentuk

menghaluskan simplisia menjadi serbuk.


17

2.4 Metode Ekstaksi

2.4.1 Ekstrasi Secara Dingin

(1) Metode Maserasi

Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa latin, artinya merendam)

adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu

direndam menggunakan pelarut bukan air (pelarut non polar) atau setengah air

misalnya etanol encer, selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam

buku resmi kefarmasian (Depkes RI, 1995).

Kelemahan dari metode maserasi adalah :

a. Proses penyarian tidak sempurna, karena zat aktifnya hanya mampu

terekstraksi sebesar 50% saja.

b. Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.

c. Penyarianya kurang sempurna (dapat terjadi kejenuhan cairan penyari sehingga

kandungan kimia yang tersari terbatas).

Kelebihan metode maserasi adalah :

a. Alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam.

b. Biaya operasionalnya relatif rendah.

c. Prosesnya relatif hemat penyari.

d. Tanpa pemanasan.

(2) Metode Perkolasi

Perkolasi merupakan estraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna (exhaustive extraction) umumnya dilakukan pada suhu kamar.

Kelemahannya antara lain sebagai berikut :

a. Cairan penyari lebih banyak.


18

b. Resiko cemaran mikroba untuk penyari air karena dilakukan secara terbuka.

Kelebihannya antara lain sebagai berikut :

a. Tidak terjadi kejenuhan.

b. Pengaliran meningkatkan difusi (dengan dialiri cairan penyari sehingga zat

seperti terdorong untuk keluar dari sel).

2.4.2 Ekstraksi Secara Panas

(1) Refluk

Ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu

tertentu dan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

Ekstraksi refluks digunakan untuk mengektraksi bahan-bahan yang tahan terhadap

pemanasan.

Kelemahan dari metode refluk :

Kelemahannya yaitu butuh volume total pelarut yang besar dan sejumlah

manipulasi operator.

Kelebihan dari metode refluk :

Kelebihannya yaitu digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang

memiliki tekstur kasar.

(2) Soxhlet

Soxhletasi adalah proses untuk menghasilkan ekstrak cair yang dilanjutkan

dengan proses penguapan. Pada cara ini pelarut dan simplisia ditempatkan secara

terpisah. Sokhletasi digunakan untuk simplisia dengan khasiat yang relatif stabil

dan tahan terhadap pemanasan. Kelemahannya antara lain sebagai berikut :


19

a. Waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi cukup lama, sehingga kebutuhan

energinya tinggi dan bahan terekstraksi yang terakumulasi dalam labu

mengalami beban panas dalam waktu yang cukup lama.

b. Pemanasan berlebih terhadap kandungan kimia dalam serbuk, sehingga tidak

cocok untuk zat kimia yang termolabil.

c. Jumlah bahan terbatas (30-50 gram).

d. Tidak bisa dengan penyari air (harus solvent organik), sebab titik didih air

100°C harus dengan pemanasan tinggi untuk menguapkannya.

e. Memerlukan energi listrik.

Kelebihannya antara lain sebagai berikut :

a. Cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung diperoleh

hasil yang lebih pekat.

b. Serbuk simplisia disari oleh penyari yang murni sehingga dapat menyari zat

aktif lebih banyak.

c. Penyari dapat diteruskan sesuai dengan keperluan tanpa menambah volume

cairan penyari.

(3) Infudasi/Dekok

Infudasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari

zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Infus adalah

sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air, pada suhu 90°C

selama 15 menit. Sedangkan dekok adalah sediaan cair yang dibuat dengan

menyari simplisia nabati dengan pelarut air pada suhu 90°C selama 30 menit.

Kelemahan dari metode ini:

Sari yang dihasilkan tidak stabil dan mudah tercemar oleh bakteri dan kapang.
20

Kelebihan dari metode ini antara lain:

a. Peralatan sederhana, mudah dipakai.

b. Biaya murah.

c. Dapat menyari simplisia dengan pelarut air dalam waktu singkat.

2.5 Sediaan Krim

Dalam krim, basis merupakan suatu komponen penting yang dapat

mempengaruhi sifat fisik dan pelepasan zat aktif (Joenoes, 2006). Farmakope

Indonesia Edisi IV krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu

atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.

Formularium Nasional krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental

mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.

Selain krim ada sediaan setengah padat lain yang beredar di pasaran yang

dimaksudkan untuk pengobatan seperti pasta, salep dan gel, tetapi dari sediaan-

sediaan tersebut krim paling sering digunakan sebagai basis.

Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan ke

bagian kulit. Krim memiliki 2 tipe yaitu air dalam minyak (A/M) atau minyak

dalam air (M/A). Tipe krim A/M merupakan krim dengan fase luar minyak, tidak

mudah dicuci dengan air dan meninggalkan noda pada pakaian serta tidak mudah

mengering. Cold cream merupakan krim tipe air dalam minyak, tipe krim ini

memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, berwarna putih dan bebas dari

butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar. Tipe krim M/A

merupakan krim yang fase luarnya air, sehingga mudah dicuci dengan air dan

tidak meninggalkan noda pada pakaian. Vanishing cream adalah sediaan setengah

padat yang dapat meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit. Vanishing


21

cream adalah sediaan setengah padat minyak dalam air, mengandung air dalam

prosentase yang besar dari pada minyak.

Vanishing cream merupakan krim tipe minyak dalam air yang

mengandung asam stearat dan trietanolamin. Asam stearat dengan trietanolamin

dapat membentuk krim tipe minyak dan air yang stabil dan halus (Rowe et al.,

2009). Vanishing cream dengan cara fase minyak (asam stearate, paraffin cair dan

setyl alkohol) dan fase air (trietanolamin, gliserin dan aquadest). Fase minyak,

yaitu bahan obat yang larut dalam minyak. Contoh : asam stearat, adeps lanae,

paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil

alkohol, stearil alkohol dan sebagainya. Fase air, yaitu bahan obat yang larut

dalam air. Contoh : Na tetraborat, Trietanolamin/TEA, Gliserin,

Polietilenglikol/PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat, Na setostearil

alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya).

2.6 Deskripsi Bahan

2.6.1 Asam Stearat

Gambar 2.6 Struktur Kimia Asam Stearat (Rowe et al., 2009).

Pemerian : Zat keras mengkilat susunan hablur, putih, atau kuning pucat

mirip lemak.

Nama Lain : Asam Setilasetik, Crodacid.

Kelarutan : Praktis larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95%)P, 2

bagian klorofom P dan dalam 3 bagian ester.

Titik Didih : 112 .


22

Titik Leleh : 69 – 70 .

Stabilitas : Asam stearat merupakan bahan stabil, antioksi dan juga dapat

ditambahkan kedalamnya.

Inkompatibilitas: salisital tidak kompatibel dengan logam hidroksida dan mungkin

tidak kompatibel dengan basa, bahkan pereduksi, dan oksidator.

2.6.2 TEA (Triethanolamine)

Gambar 2.7 Struktur Kimia TEA (Rowe et al., 2009).

Pemerian : Cairan kental tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lebih

mirip amoniak, higroskopik.

Nama Lain : TEA, Tealan, triethylolamine, trihydroxytriethylamine, tris

(hydroxyethyl)amine dan trolaminum.

Kelarutan : Mudah larut dalam air dan etanol 95% dan larut dalam

kloroform.

Titik Leleh : 20-21°C.

Titik Didih : 335°C.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.

Stabilitas : Trietanolamin bisa berubah menjadi coklat, akibat pemaparan

pada udara dan cahaya. Trietanolamin harus disimpan dalam wadah tertutup baik,

di tempat yang sejuk dan kering.

Inkompatibilitas: Trietanolamin akan bereaksi dengan asam mineral untuk

membentuk garam kristal dan eter. Trietanolamin juga bereaksi dengan tembaga
23

untuk membentuk garam kompleks. Trietanolamin juga dapat bereaksi dengan

reagen seperti tionil klorida untuk mengganti kelompok hidroksi dengan halogen.

2.6.3 Setil Alkohol

Gambar 2.8 Struktur Kimia Setil Alkohol (Rowe et al., 2009).

Pemerian : Berupa serpihan putih atau granul seperti lilin, berminyak

memiliki bau khas dan rasa khas.

Nama Lain : Cachalot, arol, ethal.

Kelarutan : Mudah larut dalam etanol 95 % dan eter, kelarutan meningkat

dengan peningkatan suhu, tidak larut dalam air.

Titik Didih : 165℃.

Titik Leleh : 45-52℃.

2.6.4 Cera Alba

Pemerian : Zat padat, lapisan tipis bening, putih kekuningan dan bau khas

Nama Lain : Malam putih, white bees wax

Kelarutan : larut dalam kloroform, eter, minyak lemak dan minyak atsiri.

Tidak dapat larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dingin.

Titik Leleh : 62-64℃.


24

2.7 Stabilitas Sediaan

Pengujian stabilitas terhadap produk komersial berupa obat, kosmetik,

olahan makanan dan minuman telah umum dilakukan oleh industri atau

laboratorium penguji. Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk

dalam menjaga kualitasnya sesuai spesifikasi kualitas yang ditetapkan sepanjang

periode waktu penggunaan atau penyimpanan. Uji stabilitas dilakukan untuk

menjamin identitas, kekuatan, kualitas dan kemurnian produk yang telah

diluluskan dan beredar di pasaran, sehingga aman digunakan oleh konsumen.

Berdasarkan hasil uji stabilitas dapat diketahui pengaruh faktor lingkungan

seperti suhu dan kelembaban terhadap parameter–parameter stabilitas produk

seperti kadar zat aktif, pH, berat jenis, bau, warna dan lainnya sehingga dapat

ditetapkan tanggal kadaluarsa yang sebenarnya. Untuk sediaan obat dan kosmetik

stabilitas lebih ditujukan pada kemampuan produk tersebut untuk

mempertahankan sifat dan karakteristik khasiat/terapi agar sama dengan yang

dimilikinya pada saat dibuat hingga batasan yang ditetapkan sepanjang periode

penyimpanan dan penggunaan (shelf-life). Umumnya uji stabilitas dilakukan

terhadap produk baru atau ada perubahan pada proses produksi.

Stabilitas yang mampu mempertahankan sifat fisika awal, termasuk

penampilan, kesesuaian, keseragaman, disolusi dan kemampuan untuk

disuspensikan metode pengolahan), perubahan formula, perubahan bahan awal

dan bahan pengemas. Berdasarkan lamanya, uji stabilitas dibagi menjadi dua

yakni uji stabilitas jangka pendek (dipercepat) dan jangka panjang (real time

study). Uji stabilitas jangka pendek dilakukan selama 6 bulan dengan kondisi

ekstrim (suhu 40±20°C dan RH 75± 5%), sedangkan uji stabilitas jangka panjang
25

dilakukan sampai dengan waktu kadaluarsa produk seperti yang tertera pada

kemasan. Uji dipercepat terdapat 2 macam yaitu uji sentrifugasi dan freeze-thaw.

Sentrifugasi ialah proses pemisahan partikel berdasarkan berat partikel

tersebut terhadap densitas layangnya (bouyant density). Dengan adanya gaya

sentrifugal maka akan terjadi perubahan berat partikel dari keadaan normal pada 1

xg (sekitar 9,8 m/s2) menjadi meningkat seiring dengan kecepatan serta sudut

kemirteingan perputaran partikel tersebut terhadap sumbunya. Pada pemisahan,

partikel yang densitasnya lebih tinggi daripada pelarut turun (sedimentasi), dan

partikel yang lebih ringan mengapung ke atas. Perbedaan densitas yang tinggi,

membuat partikel bergerak lebih cepat. Jika tidak terdapat perbedaan densitas

(kondisi isoponik), partikel tetap setimbang. Merupakan suatu metode yang dapat

membentuk fase kristalin pada polimer hidrogel yang membuat hidrogel menjadi

lebih kuat dan liat. Selain karena lebih banyaknya fase kristalin yang terbentuk,

kekuatan hidrogel dari metode ini didapatkan karena fase kristalin hasil freeze-

thaw akan menghasilkan ikatan silang (Puspitasari et al., 2011; Millon et al.,

2007).

Metode freeze-thaw adalah metode dengan cara penyimpanan pada dua

suhu yang berbeda untuk melihat pengaruh suhu pada fase krim. Proses freeze-

thaw dapat berhasil atau tidak terjadi pemisahan fase bergantung dari kemampuan

krim untuk segera pulih dari tekanan air Kristal. Pada proses freeze, terbentuk

Kristal air yang memiliki struktur lebih teratur dan rapat sehingga krim tidak

dapat mengalir. Saat suhu 4°C fase air membeku dan cenderung menyusut,

sehingga terjadi penyempitan ruang fase air dan menyebabkan globul minyak

saling berdekatan atau cenderung bergabung membentuk ikatan antar partikel


26

yang lebih rapat, akibatnya kekentalan sediaan jadi meningkat (Martin, 1993).

Pada proses thaw kristal akan mencair dan akan kembali menyebar pada sistem.

Jika kecepatan pemulihan dari krim lambat maka dapat terjadi ketidakstabilan.

Pada uji freeze-thaw terdapat siklus, menentukan siklus dapat dilihat dari berapa

hari dilakukan pengujian pada sediaan. 1 siklus terdiri dari 48 jam pada suhu 4°C

dan 48 jam pada suhu 40°C. Bedasarkan studi litertur sediaan dapat dikatakan

memiliki stabilitas yang baik apabila mampu melewati 3 siklus uji freeze-thaw.

Hal ini bertujuan untuk lebih mendalami pengaruh siklus freeze-thaw terhadap

stabiltas fisik sediaan.

Jenis pengujian stabilitas untuk sediaan obat dan kosmetik meliputi

stabilitas; terapi/khasiat, fisika, kimia, mikrobiologi dan teratologi. Ada lima jenis

stabilitas yang umum dikenal, yaitu :

2.7.1 Stabilitas Fisika

Uji stabilitas fisik mencakup penyimpanan selama pada suhu ruang, suhu

tinggi (40°±2°C), suhu rendah (4°±2°C). Parameter stabilitas adalah pengamatan

organoleptis, pH, ukuran globul, viskositas dan hasil uji cycling.

2.7.2 Stabilitas Kimia

Stabilitas yang dapat mempertahankan tiap zat aktif keutuhan kimiawi dan

potensiasi yang tertera pada etiket dalam batas yang dinyatakan dalam spesifikasi.

2.7.3 Stabilitas Mikrobiologi

Sterilisasi atau resistensi terhadap pertumbuhan mikroba dipertahankan

sesuai dengan persyaratan yang tertera. Zat antimikroba yang ada

mempertahankan efektifitas dalam batas yang ditetapkan.


27

2.7.4 Stabilitas Farmakologi

Stabilitas yang efek terapinya tidak berubah selama usia guna sediaan.

2.7.5 Stabilitas Toksikologi

Stabilitas yang tidak terjadi peningkatan bermakna dalam toksisitas selama

usia guna sediaan.

Dari beberapa stabilitas yang telah disebutkan, pada penelitian ini penulis

memilih stabilitas secara fisika selama 28 hari pada suhu ruang dikarenakan,

penulis mengevaluasi perubahan sifat fisika dari suatu produk yang tergantung

waktu (periode penyimpanan). Contoh dari perubahan fisika antara lain :

perubahan warna, perubahan rasa, perubahan bau, perubahan tekstur atau

penampilan. Evaluasi dari uji stabilitas fisika meliputi : pemeriksaan organoleptis,

homogenitas, daya sebar, daya lekat dan ph.

2.8 Persyaratan Krim

2.8.1 Tercampur Baik dengan Bahan Obat

Basis krim dan bahan aktif ketika dilakukan pencampuran diharapkan

dapat tercampur merata secara homogen, untuk menghasilkan krim yang mudah

digunakan dan terdistribusi secara merata saat digunakan pada kulit.

2.8.2 Stabil dalam Penyimpanan

Kestabilan suatu zat merupakan suatu yang harus diperhatikan dalam

membuat suatu formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu

sediaan biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu

yang cukup panjang untuk sampai ke tangan konsumen. Krim diharapkan stabil

untuk memberikan bukti tentang mutu suatu bahan obat atau produk obat yang
28

berubah seiring waktu dibawah pengaruh faktor lingkungan seperti suhu,

kelembapan dan cahaya.

2.8.3 Mudah Dicuci dengan Air

Produk krim yang dibuat akan mudah dicuci karena kandungan minyak

didalam air lebih sedikit, sehingga pada penggunaanya tidak menimbulkan rasa

lengket.

2.8.4 Reaksi Netral

Krim yang ditujukan untuk penggunaan lokal pada kulit diyakini tidak

mengiritasi kulit karena pH yang diharapkan dapat diterima sesuai dengan pH

kulit dan bahan yang digunakan adalah bahan yang aman sesuai dengan

persyaratan.

2.9 Evaluasi Sediaan Krim

2.9.1 Uji Organoleptis

Pemeriksaan organoleptis krim dilakukan untuk mengamati stabilitas fisik

sediaan dengan melihat perubahan bentuk, warna dan bau yang mungkin terjadi

selama penyimpanan (Azkia et al., 2017).

2.9.2 Uji pH

Uji pH bertujuan untuk mengetahui keamanan sediaan krim saat

digunakan sehingga tidak mengiritasi kulit. Ditimbang sebanyak 1 gram krim dan

diencerkan dengan aquadest 10 ml. Persyaratan pH kulit 4,5-6,5 pada pH

konsestrasi asam stearate yang terlalu tinggi atau banyak akan menghasilkan nilai

pH yang rendah karena, banyaknya gugus asam pada asam stearat. Sedangkan

semakin tinggi konsentrasi atau jumlah triethanolamin akan menyembabkan pH

menjadi tinggi karena keberadaan gugus basa yang terkandung dalam TEA (Azkia
29

et al., 2017). Selain asam stearat dan TEA bahan-bahan lain yang terdapat dalam

formula juga mampu mempengaruhi pH salah satunya adalah ekstrak yang

digunakan.

2.9.3 Uji Viskositas

Viskositas merupakan gambaran dari tahanan suatu benda cair untuk

mengalir. Sifat ini sangat penting dalam formulasi sediaan cair dan semipadat

karena sifat ini menentukan sifat dari sediaan dalam hal campuran dan sifat

alirnya, baik pada saat diproduksi, dimasukkan ke dalam kemasan, serta sifat-sifat

penting pada saat pemakaian, seperti konsistensi, daya sebar, dan kelembaban.

Syarat mutu sediaan topical menurut SNI 16-4399-1996 memiliki rentang nilai

2.000 - 50.000 cp Pada uji viskositas, semakin banyak jumlah TEA yang

digunakan dan semakin sedikit jumlah asam stearat yang digunakan maka nilai

viscositas yang dihasilkan semakin rendah. Begitu pula sebaliknya, apabila

jumlah asam stearat lebih banyak dan jumlah TEA lebih kecil maka hasil

viskositas krim tersebut menjadi kental (Nuralifah et al., 2018). Selain asam stearat

dan TEA bahan-bahan lain yang terdapat dalam formula juga mampu mempengaruhi

viskositas salah satunya adalah minyak kelapa, karena minyak kelapa mengandung

asam lemak. Apabila semakin banyak jumlah asam lemak pada sistem emulsi

untuk uji viscositas maka krim yang dihasilkan semakin kental. Penggunanan

asam lemak sebagai emulgator pada sediaan topikal akan membentuk basis yang

kental.
30

2.10 Kerangka Konseptual

E. Daun Sirih E. Jahe E. Daun Minyak Ekstrak Daun


Merah Legetan Kelapa Teh

Krim vanishing cream

Asam TEA
Stearat

Evaluasi fisik

1. Uji Organoleptis
2. Uji pH
3. Uji Viskositas

Gambar 2.10 Kerangka Konseptual Penelitian


BAB III

METODE PENELITIAN RESUME ARTIKEL

3.1 Rentang Tahun Publikasi Artikel

3.1.1 Artikel I

Diteliti oleh Nuralifah et al., 2018. Tahun publikasi artikel dilakukan

September 2017.

3.1.2 Artikel II

Diteliti oleh Zulfa Azkiya et al., 2017. Rentang tahun publikasi artikel

dilakukan pada 08 Agustus 2017 - 25 September 2017.

3.1.3 Artikel III

Diteliti oleh Atiti Noer et al., 2015. Rentang tahun publikasi artikel

dilakukan pada 10 Desember 2014 – 15 Januari 2015.

3.1.4 Artikel IV

Diteliti oleh Ugandar et al., 2013. Rentang tahun publikasi artikel

dilakukan pada 29 April 2013 – 01 September 2013.

3.1.5 Artikel V

Diteliti oleh Arun Raj et al., 2018. Rentang tahun publikasi artikel

dilakukan pada September – Oktober 2018.

3.2 Jumlah dan Identitas Publikasi yang Diresume

3.2.1 Artikel Nasional I

a. Nama jurnal : Jurnal Farmasi, Sains dan Kesehatan

b. Judul artikel : Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Krim Anti

Jerawat Ekstrak Etanol Terpurifikasi Daun Sirih (Piper betle L.)

dengan Basis Vanishing Cream Terhadap Propionibacterium acne

31
32

c. ISSN : 2442-9791

3.2.2 Artikel Nasional II

a. Nama jurnal : Current Pharmaceutica Sciences

b. Judul artikel : Evaluasi Sifat Fisik Krim Ekstrak Jahe Merah

(Zingiber officinale Rosc. var. rubrum) Sebagai Anti Nyeri

c. ISSN : 2598-2095

3.2.3 Artikel Nasional III

a. Nama jurnal : Jurnal Farmasi Indonesia

b. Judul artikel : Optimasi Kombinasi asam Stearat dan

Trietanolamin dalam Formulasi Krim Daun Legetan (Spilanthes

acmella L.) Sebagai Antioksidan Secara Simplex Lattice Design

c. ISSN : 693-8615

3.2.4 Artikel Internasional IV

a. Nama jurnal : Internasional Journal Of Pharmaceutical Sciences

And Research

b. Judul artikel : Formulation and Evaluation of Natural Palm

Based Vanishing Cream

c. ISSN : 0975-8232

d. DOI : 10.13040

3.2.5 Artikel Internasional V

a. Nama jurnal : Innoriginal Origating Innovation

b. Judul artikel : Formulation and Evaluation Of Camellia Sinensis

Leaf Extract Incorporated Vanishing Cream For Photo-Chemo

Propectife Activity
33

c. ISSN : 2349-7041

3.3 Metode Pencarian Sumber

3.3.1 Keyword

1. Artikel I : Anti jerawat, daun sirih, krim m/a,

propionibacterium, antibakteri

2. Artikel II : Jahe merah, sifat fisik krim, vanishing cream, cold

cream.

3. Artikel III : Asam stearat, trietanolamin, krim antioksidan,

ekstrak daun legetan, Simplex Lattice Design, DPPH, antioksidan

4. Artikel IV : Formula emulsi O/W, bentuk sediaan semi padat

dan vanishing cream

5. Artikel V : Ekstrak daun Camellia sinensis, SPF, vanishing

cream

3.3.2 Faktor Inklusi dan Ekslusi

1. Artikel I

Faktor Inklusi : Uji evaluasi fisik krim dengan basis vanishing

cream

Faktor Eklusi : Evaluasi fisik uji tipe krim anti jerawat.

2. Artikel II

Faktor Inklusi : Uji evaluasi fisik krim dengan basis vanishing

cream

Faktor Eklusi : Evaluasi fisik uji tipe krim.

.
34

3. Artikel III

Faktor Inklusi : Uji evaluasi fisik krim dengan basis vanishing

cream

Faktor Eklusi : Dilakukan uji tipe krim, desain percobaan Simplex

Lattice Design (SLD) dan uji aktivitas antioksidan (DPPH).

4. Artikel IV

Faktor Inklusi : Uji evaluasi fisik krim dengan basis vanishing

cream

Faktor Eklusi : Dilakukan evaluasi uji ekstrudabilitas dan uji

iritasi terhadap hewan coba.

5. Artikel V

Faktor Inklusi : Uji evaluasi fisik krim dengan basis vanishing

cream

Faktor Eklusi :-

3.3.3 Data yang akan dibahas

1. Artikel I

Pada artikel I melakukan penelitian untuk melihat evaluasi fisik krim

dengan pengaruh asam stearat dan TEA.

2. Artikel II

Pada artikel I melakukan penelitian untuk melihat evaluasi fisik krim

dengan pengaruh asam stearat dan TEA.


35

3. Artikel III

Pada artikel III melakukan penelitian untuk melihat evaluasi fisik krim

dengan pengaruh asam stearat dan TEA.

4. Artikel IV

Pada artikel IV melakukan penelitian untuk mengetahui evaluasi fisik

dan uji kestabilan dipercepat pada sediaan krim.

5. Artikel V

Pada artikel V melakukan penelitian untuk melihat evaluasi fisik krim

dengan pengaruh asam stearat dan TEA.

3.4 Analisis Data Yang Dilakukan

Artikel yang telah dikumpulkan sekanjutnya diresume berupa tabel data :

a. Identitas Artikel dan Faktor Inklusi/Eksklusi

b. Analisa Data Resume Artikel


BAB IV

HASIL PENELITIAN RESUME ARTIKEL

4.1 Hasil Pencarian Sumber Pustaka (Artikel)

Tabel 4.1 Indentitas Artikel

No Judul Artikel Author Nama Jurnal Faktor Faktor


(ISSN)/Tahun Inklusi Eksklusi
1. Uji Aktivitas Nuralifah, 2442-9791 Uji Evaluasi fisik
Antibakteri Ferry evaluasi uji tipe krim
Sediaan Krim Anti indradewi. fisik krim anti jerawat.
Jerawat Ekstrak Armadany, dengan
Etanol Parawansah basis
Terpurifikasi dan Aulif vanishing
Daun Sirih (Piper pratiwi. cream
betle L.) dengan
Basis Vanishing
Cream Terhadap
Propionibacterium
acne
2. Evaluasi Sifat Zulfa Current Uji Evaluasi fisik
Fisik Krim Azkiya, Pharmaceutica evaluasi uji tipe krim.
Ekstrak Jahe Herda Sciences fisik krim
Merah (Zingiber Ariyani, (2598-2095) / dengan
officinale Rosc. Tyas Setia 2017 basis
var. rubrum) Nugraha vanishing
Sebagai Anti cream
Nyeri
3. Optimasi Astiti Noer Uji Dilakukan uji
Kombinasi asam Cahyati, Jurnal Farmasi evaluasi tipe krim,
Stearat dan Dewi Indonesia (693- fisik krim desain
Trietanolamin Ekowati, 8615) / 2017 dengan percobaan
dalam Formulasi Reslely basis Simplex
Krim Daun Harjanti vanishing Lattice Design
Legetan cream (SLD) dan uji
(Spilanthes aktivitas
acmella L.) antioksidan
Sebagai (DPPH).
Antioksidan
Secara Simplex
Lattice Design

36
37

4. Formulation And Ugandar Uji Dilakukan


Evaluation Of R.E dan International evaluasi evaluasi uji
Natural Palm Oil Deivi K. Journal fisik krim ekstrudabilitas
Based Vanishing Sakthy Pharmaceutical dan uji iritasi
Scinces And dengan
Cream terhadap
research basis hewan coba.
vanishing
cream
5. Formulation and Arun raj, Uji -
Evaluation Of Aiswarya Innoriginal evaluasi
Camellia Sinensis aravid, Origating fisik krim
Leaf Extract Geethu Innovation dengan
Incorporated raveendran, basis
Vanishing Cream Minnu vanishing
For Photo-Chemo tomy dan cream
Propectife Activity Sulfina.
38

4.2 Analisa Data Resume Artikel

Tabel 4.2 Analisa Data Resume Artikel

No Judul Artikel Data yang Desain Penelitian: Hasil Penelitian


Akan dibahas Sampel, Variable,
Instrumen
1. Uji Aktivitas Uji evaluasi  Sampel Sediaan krim ekstrak
Antibakteri sifat fisik Sediaan krim yang daun sirih dengan
Sediaan Krim Anti krim basis mengandung konsentrasi 0,5%,
vanishing
Jerawat Ekstrak ekstrak daun sirih. 1%, 1,5%, dan 2%
cream
Etanol Sampel diambil dari memiliki aktivitas
Terpurifikasi Kecamatan antijerawat dengan
Daun Sirih (Piper Watopote nilai daya hambat
betle L.) dengan Kabupaten Muna masing-masing zona
Basis Vanishing Provinsi Sulawesi hambat 1,41 mm;
Cream Terhadap Tenggara. 5,33 mm; 9,58 mm;
Propionibacterium  Variable dan 13 mm terhadap
acne Krim dengan bakteri P. acne.
kandungan ekstrak Formula sediaan krim
daun sirih sebagai ekstrak terpurifikasi
antibakteri sediaan daun sirih stabil
krim jerawat. secara fisik selama
 Instrumen penyimpanan ditinjau
Timbangan analitik, dari pengamatan
cawan porselen, organoleptis,
mortar dan stamper, homogenitas, pH,
gelas ukur, kompor viskositas, daya
listrik, pH stick, sebar, dan tipe krim
viscometer m/a.
brookfield, dan
peralatan penunjang
lainnya.
2. Evaluasi Sifat Perbedaan  Sampel Hasil penelitian
Fisik Krim evaluasi sifat Sediaan krim yang menunjukkan bahwa
Ekstrak Jahe fisik krim mengandung krim dengan kedua
Merah (Zingiber antara basis ekstrak jahe merah basis tersebut
officinale Rosc. vanishing (Zingiber (vanishing cream
var. rubrum) cream dan officinale). Sampel dan cold cream)
Sebagai Anti cold cream. diambil dari daerah memenuhi semua
Nyeri Banjarmasin persyaratan sifat fisik
39

Tengah, Kalimantan krim. Berdasarkan


Selatan. perbandingan
 Variable evaluasi dari uji
Krim dengan organoleptis, uji
kandungan ekstrak homogenitas, uji pH,
jahe merah uji daya sebar dan uji
(Zingiber officinale) daya lekat.
sebagai anti nyeri.
 Instrumen
Timbangan analitik,
cawan porselen,
mortar dan stamper,
gelas ukur, kompor
listrik, pH stick,
viscometer
brookfield, dan
peralatan penunjang
lainnya.
3. Optimasi Pengaruh  Sampel Hasil menunjukan
Kombinasi asam emulgator Simplisia lagetan krim tetap stabil
Stearat dan asam stearate (Spilanthes acmella selama
penyimpanan.
Trietanolamin dan TEA L.)
Dengan
dalam Formulasi terhadap  Variable perbandingan
Krim Daun sediaan Krim dengan emulgator asam
Legetan krim. kandungan daun stearat 1,824% dan
(Spilanthes lagetan (Spilanthes trietanolamin
acmella L.) acmella L.) sebagai 2,176%.
Sebagai antioksidan.
Antioksidan  Instrumen
Secara Simplex Oven,
Lattice Design penggiling
simplisia, mesh 40,
botol
gelap dan tutupnya,
corong gelas,
Erlenmeyer, kain
flanel, kertas saring,
seperangkat alat
Evaporator,
seperangkat
alat
40

Spektrofotometer
UV-Vis, mortir dan
stamfer, gelas ukur,
beaker glass, cawan
penguap, batang
pengaduk, sudip, pH
meter, Viskometer
Brookfield Nomor
spindle 5 (R5),
timbangan dan anak
timbangan, dan
penangas air.
4. Formulation And Evaluasi fisik  Sampel Didapatkan krim
Evaluation Of dan uji Minyak kelapa minyak kelapa sawit
Natural Palm Oil stabilitas sawit, sampel alami yang
Based Vanishing
dipercepat didapatkan dari bermanfaat sebagai
Cream
krim Universitas Malaya, pelembab kulit
Malaysia. dengan basis
 Variable vanishing cream
Krim dengan TEA. Dari penelitian
kandungan minyak tersebut krim basis
kelapa sawit vanishing krim TEA
sebagai pelembab dan minyak kelapa
kulit. sawit alami memiliki
hasil evaluasi fisik
 Instrumen krim yang baik
Timbangan analitik, dengan uji stabilitas
cawan porselen, krim yang stabil
mortar dan stamper, selama
gelas ukur, kompor penyimpanan.
listrik, pH stick,
viscometer
brookfield, dan
peralatan
penunjang lainnya.
5. Formulation and Uji evaluasi  Sampel Didapatkan hasil
Evaluation Of sifak fisik Ekstrak daun the bahwa krim yang
Camellia Sinensis krim basis yang didapatkan mengandung ekstrak
Leaf Extract vanishing dari Kattapana daun teh mampu
Incorporated cream distrik Iddurki, stabil selama
Vanishing Cream Kerala India penyimpanan. Krim
For Photo-Chemo  Variable tersebut memiliki
41

Propectife Activity Krim dengan aktivitas


kandungan ekstrak perlindungan
daun the sebagai Photochemo yang
krim protective baik. Formulasi itu
ketika foto kemo. ditemukan stabil
 Instrumen secara fisik meliputij
Timbangan analitik, uji organoleptis,
cawan porselen, homogenitas, pH,
mortar dan stamper, daya lekat dan
gelas ukur, kompor viskositas.
listrik, pH stick,
viscometer
brookfield, dan
peralatan
penunjang lainnya.
BAB V

PEMBAHASAN RESUME ARTIKEL

Karya Tulis Ilmiah terdahulu membahas mengenai pengaruh asam stearat

dan TEA terhadap stabilitas fisik sediaan krim dengan ekstrak herba pegagan.

Dikarenakan belum mendapatkan hasil data penelitian maka, Karya Tulis Ilmiah

resume artikel ini dibuat sebagai pengganti naskah KTI hasil penelitian sendiri

dikarenakan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-

19). Sehingga dilakukan resume artikel dengan 3 artikel nasional dan 2 artikel

internasional. Dimana masing-masing artikel saling berkaitan dengan Karya Tulis

Ilmiah terdahulu. Dalam Karya Tulis Ilmiah resume artikel ini terdapat beberapa

data yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain dari beberapa artikel untuk

dijadikan materi pembahasan. Semua sumber pustaka tertulis dengan jelas dan

dicantumkan sebagai acuan dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan

dalam daftar kepustakaan.

Penelitian ini melakukan pembandingan evaluasi fisik dari kelima artikel.

Berdasarkan hasil, uji stabilitas dapat diketahui pengaruh faktor lingkungan

seperti suhu dan kelembaban terhadap parameter–parameter stabilitas produk

seperti kadar zat aktif, pH, berat jenis, bau, warna dan lainnya sehingga dapat

ditetapkan tanggal kadaluarsa yang sebenarnya. Untuk sediaan krim basis

vanishing cream stabilitas lebih ditujukan pada kemampuan produk tersebut untuk

mempertahankan sifat dan karakteristik khasiat/terapi agar sama dengan yang

dimilikinya pada saat dibuat hingga batasan yang ditetapkan sepanjang periode

penyimpanan dan penggunaan (shelf-life). Umumnya uji stabilitas dilakukan

terhadap produk baru atau ada perubahan pada proses produksi.

42
43

Dari kelima artikel tersebut evaluasi yang akan dibahas meliputi uji fisik

organoleptis krim, pH dan viskositas krim. Karena, dari seluruh artikel evaluasi

hanya uji organoleptis, pH dan viskositas yang dapat dibahas. Pemeriksaan

organoleptis krim dilakukan untuk mengamati stabilitas fisik sediaan dengan

melihat perubahan bentuk, warna dan bau yang mungkin terjadi selama

penyimpanan secara visual (Azkia et al., 2017). Pengujian organoleptis pada

sediaan krim dilakukan secara visual. Warna dan bau yang dihasilkan oleh krim

berasal dari ekstrak yang digunakan (Nathalia et al., 2020) serta banyak sedikitnya

jumlah ekstrak yang ditambahkan kesediaan krim.

Artikel I mendapatkan hasil warna coklat tua, warna tersebut didapatkan

dari zat aktif ektrak daun sirih. Dimana hasil ekstrak yang dihasilkan memiliki

warna coklat. Artikel II mendapatkan hasil coklat, warna tersebut dihasilkan dari

ekstrak yang dihasilkan dari proses maserasi jahe merah. Artikel III mendapatkan

warna hijau, warna tersebut didapatkan dari ekstraksi daun lagetan yang bewarna

hijau. Artikel IV mendaptakan warna putih mengkilat dari minyak kelapa yang

tidak bewarna, artikel V mendaptkan warna coklat dari hasil ekstraksi daun teh.

Uji pH bertujuan mengetahui keamanan sediaan krim saat digunakan

sehingga tidak mengiritasi kulit (Juwita, 2013). Pengukuran pH menggunakan alat

pH meter. Hasil pengukuran menunjukan bahwa pH sediaan memenuhi kriteria

pH kulit, yaitu anatara 4,5-7,0 (Wasitaadmadja, 1997). Jika sediaan memiliki pH

yang rendah atau asam dapat mengiritasi kulit, dan sebaliknya jika pH sediaan

terlalu tinggi akan mengakibatkan kulit menjadi kering saat digunakan (Ainaro et

al., 2015). Sediaan topikal harus memenuhi persyaratan tersebut, Karena apabila
44

pH terlalu basa akan berakibat kulit menjadi bersisik, sebaliknya jika pH kulit

terlalu asam dapat memicu terjadinya iritasi kulit (Swastika et al., 2013).

Hasil kelima artikel yang diresume tiap-tiap artikel memiliki hasil pH yang

berbeda-beda. Artikel I 6,6, artikel II 6, atikel III 6,6, artikel IV 6,7 dan artikel V

6,4. Artinya kelima artikel yang diresume memiliki hasil nilai pH yang baik karna,

masuk dalam rentang pH kulit 4,5-7,0. Dari kelima artikel semuanya

menggunakan basis vanishing cream dengan ekstrak yang berbeda-beda. Artikel I

menggunakan basis vanishing cream asam Stearat dan triethanolamin dengan

ekstrak daun sirih, artikel II menggunakan basis vanishing cream asam stearat dan

triethanolamin dengan ekstrak jahe merah. Artikel III menggunakan basis

vanishing cream asam stearate dan triethanolamin dengan ekstrak daun lagetan,

arikel IV menggunakan basis vanishing cream dengan minyak kelapa dan artikel

V menggunakan basis vanishing cream asam stearat dan triethanolamin dengan

ekstrak bunga teh.

4 artikel menggunakan asam stearat dan TEA dalam basisnya, sedangkan 1

artikel dari artikel ke 4 menggunakan TEA dan minyak kelapa sebagai fase

minyak. Dalam krim asam stearat dan TEA merupakan kombinasi emulgator yang

baik (Annisa, 2018). Namun penggunaan kedua bahan tersebut perlu dilihat

konsentrasinya. Konsestrasi asam stearat yang terlalu tinggi atau banyak akan

menghasilkan nilai pH yang rendah karena, banyaknya gugus asam pada asam

stearat (Annisa, 2018). Sedangkan semakin tinggi konsentrasi atau jumlah

triethanolamin akan menyebabkan pH menjadi tinggi karena keberadaan gugus

basa yang terkandung dalam TEA (Astikah, 2015). Asam sitrat memiliki fungsi
45

pada formula sebagai buffer dan alkalizing agent sehingga pH sediaan tetap

terkontrol (Rowe et al., 2009).

Artikel I menggunakan asam stearat sejumlah 12% dan TEA 3% nilai pH

yang dihasilkan adalah 6,6. Pada artikel I krim dilakukan uji cycling tets. Sediaan

krim yang mengandung ekstrak etanol daun sirih sebelum cycling test

menunjukkan perubahan nilai pH setelah ditambahkan ekstrak sehingga dengan

ditambahnya ekstrak, semakin besar konsentrasi ekstrak yang ditambahkan maka

pH sediaan yang diperoleh semakin asam sehingga mempengaruhi nilai pH

sediaan krim. Sedangkan setelah cycling test pH sediaan mengalami penurunan,

hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya pengaruh hidrolisis dari senyawa

yang dikandung ekstrak pada sediaan krim, semakin sedikit OH- dalam suatu

sediaan maka nilai pH sediaan akan cenderung turun. Meskipun mengalami

perubahan, nilai pH masih masuk dalam rentang yang ideal bagi kulit.

Artikel II menggunakan asam stearat sejumlah 34,78% dan TEA 4,35%.

Dari jumlah kedua bahan tersebut, jumlah asam stearat lah yang paling banyak.

Asam stearat yang terlalu tinggi atau banyak akan menghasilkan nilai pH yang

rendah atau asam karena, banyaknya gugus asam pada asam stearat. Tetapi karena

terdapat ekstrak jahe merah yaitu senyawa oleorin pH krim menjadi 6, pH dari

senyawa oleorin adalah netral. Nilai pH pun masuk dalam rentang pH kulit.

Artikel III menggunakan asam stearat sebesar 2% dan TEA 2%. Kedua

bahan tersebut memiliki konsentrasi yang sama, nilai pH yang dihasilkan pun

sesuai dengan rentang pH kulit yaitu 6,6. pH dengan nilai tersebut dikarenakan

asam stearat dan TEA memiliki konsentrasi yang sama atau imbang sehingga

mampu memberikan pH yang hampir netral.


46

Artikel IV menggunakan TEA sejumlah 24,84% dan minyak kelapa 2%.

Pada artikel ini ditambahkan minyak sawit sebagai fase minyak dari basis, pH dari

krim ini memiliki nilai 6,7 hampir mendekati pH netral. Apabila semakin banyak

jumlah asam lemak pada sistem emulsi maka jumlah H+ yang terdisosiasi menjadi

semakin besar. Hal ini memberikan dampak pada semakin rendahnya pH emulsi

yang dihasilkan. Menurut Smaoui tahun 2012 mengatakan bahwa kandungan

asam-asam lemak dalam minyak kelapa dapat menurunkan pH. Penurunan pH

cenderung kecil, karena asam-asam lemak dalam minyak kelapa merupakan asam

lemah sehingga hanya sebagian kecil yang terdisosiasi menjadi ion H+.

Artikel V menggunakan asam stearat sejumlah 12% dan TEA 2%. Jumlah

asam stearat lebih banyak dari TEA sehingga pH yang dihasilkan akan cenderung

asam karna terlalu tinggi atau banyak banyaknya gugus asam pada asam stearat

(Annisa, 2018).

Viskositas merupakan gambaran dari tahanan suatu benda cair untuk

mengalir. Sifat ini sangat penting dalam formulasi sediaan cair dan semipadat

karena sifat ini menentukan sifat dari sediaan dalam hal campuran dan sifat

alirnya, baik pada saat diproduksi, dimasukkan ke dalam kemasan, serta sifat-sifat

penting pada saat pemakaian, seperti konsistensi, daya sebar, dan kelembaban. Uji

viskositas menggunakan alat viscometer Brookfield. Syarat mutu sediaan topical

menurut SNI 16-4399-1996 memiliki rentang nilai 2.000 - 50.000 cp. Viskositas

merupakan pernyataan dari suatu cairan untuk mengalir, makin tinggi

viskositasnya makin sulit untuk mengalir / semakin besar tahanannya (Barokah,

2014). Uji viskositas dapat dipengaruhi oleh bahan-bahan yang digunakan dalam
47

krim. Artikel yang digunakan rata-rata menggunakan basis vanishing cream asam

stearat dan TEA.

Semakin banyak jumlah TEA yang digunakan dan semakin sedikit jumlah

asam stearat yang digunakan maka nilai viskositas yang dihasilkan semakin

rendah. Begitu pula sebaliknya, apabila jumlah asam stearat lebih banyak dan

jumlah TEA lebih kecil maka hasil viskotas krim tersebut menjadi kental. Karena,

peningkatan viskositas krim dipengaruhi oleh adanya asam lemak yang terdapat

dalam krim, yaitu asam stearat. Semakin banyak jumlah lemak yang digunakan

maka krim yang dihasilkan semakin kental. Penggunanan asam stearat sebagai

emulgator pada sediaan topikal akan membentuk basis yang kental dan tingkat

kekentalannya dipengaruhi oleh jumlah triethanolamin yang digunakan (Allen,

2009).

Artikel I mendapatkan hasil uji viskositas sebesar 160.000 cp. Syarat mutu

sediaan topical menurut SNI 16-4399-1996 memiliki rentang nilai 2.000 - 50.000

cp. sedangkan hasil yang didapat melebihi jumlah rentang yang telah ditetapkan.

Viskositas krim pada penelitian ini meningkat seiring dengan peningkatan

konsentrasi ekstrak baik sebelum dan setelah cycling test dilakukan. Ekstrak yang

ditambahkan kedalam basis krim berupa ekstrak kental, sehingga semakin besar

konsentrasi ekstrak, maka viskositasnya meningkat. Selain ekstrak, setil alkohol

juga mampu meningkatkan viskositas sediaan. Meningkatnya viskositas dapat

menyebabkan sifat dan stabilitas krim semakin baik sehingga krim dapat melekat

pada kulit lebih lama (apabila nilai viskositas masuk rentang persnyaratan mutu

SNI). Dalam beberapa siklus selama cycling test, formula krim ditempatkan pada

suhu 40°C yang memungkinkan terbentuknya uap air selama cycling test. Dengan
48

terbentuknya uap air menunjukkan bahwa air dalam sediaan mengalami

penguapan sehingga kadar air dalam sediaan menjadi berkurang. Berkurangnya

kadar air dalam sediaan akan menunjukkan peningkatan viskositas.

Artikel II memiliki hasil viskositas sebesar 8.000 cp artinya artikel II

memiliki viscositas yang baik karna masuk rentang mutu 2.000 - 50.000 cp.

Tetapi dari jumlah asam stearat dan TEA yang diigunakan asam stearat lebih

banyak jumlahnya dari pada TEA. Karena, peningkatan viscositas krim

dipengaruhi oleh adanya asam lemak yang terdapat dalam krim, yaitu asam

stearat. Semakin banyak jumlah lemak yang digunakan maka krim yang

dihasilkan sem akin kental. Tetapi jumlah TEA yang digunakan terlalu sedikit

disbanding asam stearat maka hasil viscositasnya tidak terlalu besar. Karena,

tingkat kekentalannya dipengaruhi oleh jumlah triethanolamin yang digunakan

(Allen, 2009).

Artikel III mendaptkan hasil nilai viskositas sebesar 121.670 cp. Syarat

mutu sediaan topical menurut SNI 16-4399-1996 memiliki rentang nilai 2.000 -

50.000 cp. sedangkan hasil yang didapat melebihi jumlah rentang yang telah

ditetapkan. Dari formula yang digunakan jumlah asam stearat dan TEA nya sma

yaitu sebesar 2%. Tetapi hasi viskositas terlalu kental. Karna didalam krim

tersebut mengandung zat aktif ekstrak kental. Ekstrak yang ditambahkan kedalam

basis krim berupa ekstrak kental, sebesar 10%, artinya besarnya konsentrasi

ekstrak, maka viskositasnya meningkat. Selain ekstrak, cera alba juga mampu

meningkatkan viskositas sediaan.

Artikel IV memiliki hasil viskositas 25.000 cp artinya artikel IV memiliki

viskositas yang sangat baik karna masuk rentang mutu 2.000 - 50.000 cp. Fase
49

minyak dalam artikel ini adalah minyak kelapa, minyak kelapa mengandung asam

lemak. Apabila semakin banyak jumlah asam lemak pada sistem emulsi untuk uji

viskositas maka krim yang dihasilkan semakin kental. Penggunanan asam lemak

sebagai emulgator pada sediaan topikal akan membentuk basis yang kental dan

tingkat kekentalannya dipengaruhi oleh jumlah triethanolamin yang digunakan.

Artikel V mendapatkan hasil nilai viskositas sebesar 7.200 cp. Artikel V

memiliki hasil viskositas sebesar 7.200 cp artinya artikel V memiliki viskositas

yang baik karna masuk rentang mutu 2.000 - 50.000 cp. Tetapi dari jumlah asam

stearat dan TEA yang diigunakan asam stearat lebih banyak jumlahnya dari pada

TEA. Karena, peningkatan viskositas krim dipengaruhi oleh adanya asam lemak

yang terdapat dalam krim, yaitu asam stearat. Semakin banyak jumlah lemak

yang digunakan maka krim yang dihasilkan semakin kental. Tetapi jumlah TEA

yang digunakan terlalu sedikit dibanding asam stearat maka hasil viskositasnya

tidak terlalu besar. Karena, tingkat kekentalannya dipengaruhi oleh jumlah

triethanolamin yang digunakan (Allen, 2009).

Bedasarkan hasil pembahasan artikel 1 – 5 evaluasi fisik organoleptis, pH

dan viskositas dapat dipengaruhi oleh basis yang digunakan. Basis Vanishing

cream yang digunakan mengandung asam stearat dan TEA. Kominasi kedua

bahan tersebut akan menghasilkan dengan dengan hasil yang baik. Pada evaluasi

pH, konsestrasi asam stearat yang terlalu tinggi atau banyak akan menghasilkan

nilai pH yang rendah karena banyaknya gugus asam pada asam stearat. Sedangkan

semakin tinggi konsentrasi atau jumlah triethanolamin akan menyembabkan pH

menjadi tinggi karena keberadaan gugus basa yang terkandung dalam TEA.

Sedangkan evaluasi viskositas, semakin banyak jumlah TEA yang digunakan dan
50

semakin sedikit jumlah asam stearat yang digunakan maka nilai viskositas yang

dihasilkan semakin rendah. Begitu pula sebaliknya, apabila jumlah asam stearat

lebih banyak dan jumlah TEA lebih kecil maka hasil viskositas krim tersebut

menjadi kental.
BAB VI

KESIMPULAN dan SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil resume kelima artikel dapat disimpulkan sebagai berikut :

Tiap-tiap artikel memiliki perbandingan asam stearat dan TEA yang

berbeda-beda. Hasil semua krim resume artikel memiliki hasil dengan

evaluasi fisik yang baik. Artikel I asam stearat dan TEA memiliki

perbandingan 4 : 1, artikel II asam stearat dan TEA memiliki perbandingan

7 : 1, artikel III asam stearat dan TEA memilik perbandingan 1 : 1, artikel

IV minyak kelapa sawit dan TEA memiliki perbandingan 12 : 1 dan artikel

V asam stearat dan TEA memiliki perbandingan 6 : 1. Artinya asam stearat

dan TEA mampu mempengaruhi evaluasi fisik pH dan viskositas sediaan.

6.2 Saran

Saran yang dapat diberikan pada penelitian selanjutnya adalah

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang

menyebabkan nilai viskositas yang terlalu tinggi.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai formula krim dengan

hasil ph dan viskositas yang baik.

51
Daftar Pustaka

Alam, Samsul. 2016. Perbedaan SALEP, KRIM, GEL & PASTA. (https://hiandsl.
blogspot.com/2016/12/perbedaan-salep-krim-gel-pasta.html?m=1), diakses 12
November 2019.

Allen, L, V., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6ndEd. Rowe,


Raymond C., Sheskey, paul J dan Queen, M. E., (Editor), London,
Pharmaucetical Press and American Pharmacists Association, 154-754.

Ansel, HC., Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Diterjemahkan


oleh Farida Ibrahim. Jakarta: UI-Press; 1998 ha. 105-401.

Azkia, Zulfa., Ariyani, Herda., Nugraha, Tyas Setya. 2017. Evaluasi Sifat Fisik
Krim Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc. var. rubrum) Sebagai
Anti Nyeri. J Current Pharmcy Scinces. Vol. 1 No. 1, halaman : 12-18.

Bahtiar, Akmal. 2019. Sediaan Krim (Cream) : Uraian dan Penjelasan Lengkap.
(https://biofar.id/krim/), diakses 29 Otober 2019.

BPOM RI, 2010, Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, Revisi,


Vol.1, 181-189, Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan
Produk Komplemen, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia,
Jakarta.
Cahyanti, Astiti Noer., Ekowati, Dewi., Harjanti, Reslely., 2019. Optimasi
Kombinasi asam Stearat dan Triethanolamin dalam Formula Krim Ekstrak
Daun Lagetan (Spilanthus acmella L.) Sebagai Antioksidan secara Simplex
Lattice Design. Jurnal Farmasi Indonesia. Vol. 12 No. 1, halaman : 60-69.

Dewi, Rosmala., Anwar, Effionora., K, S, Yunita. 2014. Uji Stabilitas Fisik


Formula Krim yang Mengandung Ekstrak Kacang Kedlai (Glycine max). J
Pharmacy. Vol. 1 No. 3, halaman: 194-208.

Hasniar., Yusriadi., Khumaidi, Akhmad. 2015. FORMULASI KRIM


ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN KAPAS (Gossypium sp.)
ANTIOXIDANT CREAM FORMULATION OF Gossypium sp. LEAF
EXTRACT. J Pharmacy. Vol. 1 No. 3, halaman: 9-15.

Ikhsan, Muhammad. 2015. Paraffin Liquidum: Kegunaan dan Oksidasi.


(https://muhammadikhsanc.blogspot.com/2015/12/paraffain-liquid-kegunaan-
dan-oksidasi.html), diakses 27 November 2019.

Maslina, Lidia. 2018. 6 Jenis-Jenis pH Meter Beserta Gambarnya.


(https://materiipa.com/jenis-jenis-ph-meter), diakses 23 Oktober 2019

52
53

Meta, Anto. 2011. Macam-Macam Stabilitas.


(antometa208.blogspot.com/2011/08/macam-macam-stabilitas_16.html?m=1),
diakses 4 November 2019.
Nuralifah., Armadany, Fery Indradewi., Parawansah., Pratiwi., Aulif. 2018. Uji
Aktivitas Antibakteri Sediaan Krim Anti Jerawat Ekstrak Etanol Terpurifikasi
Daun Sirih (Piper betle L.) dengan Basis Vanishing Cream Terhadap
Propionibacterium acne. Jurnal Farmasi Sains dan Kesehatan. Vol. 4 No.
2, halaman : 30-35.

Nur F. 2012. Formulasi Sediaan Krim dari Ekstrak Etanol Kunyit (Curcuma
domesticae. Val ) dan Uji Efektivitas Terhadap Bakteri Staphylococcus
Aureus. Skripsi. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Putri, Febriyanti, Alifia., Jazimah, Iswarin, Siti., Digjayanti, Tristy. 2016.


Perbandingan Kadar Asiatikosida dalam Ekstrak Etanol 70% Pegagan
(Centella asiatica (L)Urban) dengan Metode Ekstraksi Maserasi dan
Sonifikasi Secara LC-MS/MS. J Pharmacy. Vol. 4 No. 2, halaman: 50-57.

Putri Vivin Sulistyana. 2013. Formulasi Krim EKstrak Etanol Herba Pegagan
(Centella asiatica (L.) Urban) Konsentrasi 6% dan 10% Dengan basis Cold
Cream dan Vanishing Cream Serta Uji Aktivitas Bakteri Staphylococcus
aureus. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ugandar., K., Sakthy Daivi. 2015. Formulation and Evaluation Of Natural Palm
Oil Based Vanishing Cream. International Journal Pharmaceutical Siences
and Research. Vol. 4 No. 9, halaman : 3375-3380.

Raj., Arun, Aravind., Aiswarya, Ravendran., Geethu, Tommy., Minnu Mol, S.,
Sulfina. 2018. Formulation and Evaluation Of Camellia Sinensis Leaf Extract
Incorporated Vanishing Cream For Photo-Chemo Propectife Activity.
Innoriginal Origating Innovation. Vol. 5 No. 5, halaman : 10-12.

Rohmawati Putri. 2015. Karakteristik Morfologi dan Anatomi Pegagan (Centella


asiatica (L.) Urban.) Di Kabupaten Batang Sebagai Sumber Belajar Pada
Mata Kuliah Praktikum Morfologi dan Anatomi Tumbuhan. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

Sarono, Joko. 2012. BUDIDAYA TANAMAN PEGAGAN (Centella asiatica


L) DAN MANFAATNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI (DI
UPT MATERIA MEDICA BATU, MALANG). Karya Tulis Ilmiah.
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Widianingtyas, Dhiar., Andri, Wuhastuti, Titin., Setijowati, Nanik. 2014.


Pengaruh Perawatan dengan Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica) dalam
Mempercepat Penyembuhan Luka Bakar Derajat 2 Dangkal pada Tikus Putih
(Rattus norvegicus) Strain Wistar. Kesehatan. Edisi 1 No.4, halam: 223-227.

Yefta Moenajat, dkk. 2008: Luka Bakar, vol. 1, Balai penerbit FKUI, Jakarta,.

Anda mungkin juga menyukai