Anda di halaman 1dari 126

FORMULASI DAN UJI SIFAT FISIK SEDIAAN

GEL FACIAL WASH DARI EKSTRAK


LOBAK (Raphanus sativus L) DAN
BENGKUANG (Pachyrizus erosus)

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :
DWI RESTU HERAWATI
17080131

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL
2020
FORMULASI DAN UJI SIFAT FISIK SEDIAAN
GEL FACIAL WASH DARI EKSTRAK
LOBAK (Raphanus sativus L) DAN
BENGKUANG (Pachyrizus erosus)

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Derajat
Ahli Madya

Oleh :
DWI RESTU HERAWATI
17080131

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL
2020
ii
HALAMAN PERSETUJUAN

iii
iv
v
vi
MOTTO

 Berbuat baiklah kepada orang lain selagi kita mampu dan


janganlah jadi orang yang merepotkan orang lain selagi
kita bisa (Dwi Restu Herawati)
 Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak
mustahil, kita baru yakin kalau kita telah berhasil
melakukannya dengan baik (Evelyn Underhill)
 Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah
gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh
(Confusius)
 Saya menemukan bahwa semakin keras saya bekerja,
semakin banyak keberuntungan yang saya miliki
(Thomas Jefferson)

Karya Tulis Ilmiah ini kupersembahkan untuk :


 Allah SWT
 Kedua Orang tuaku
 Sahabat-sahabatku
 Keluarga kecil DIII Farmasi
 Teman-teman satu angkatam
 Dosen pembimbingku
 Almamaterku
 Semua pihak yang telah membantu

vii
PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa serta anugrah dan
karunia-Nya sehingga karya Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“FORMULASI DAN UJI SIFAT FISIK SEDIAAN GEL FACIAL WASH
DARI EKSTRAK LOBAK (Raphanus sativus L) DAN BENGKUANG
(Pachyrizus erosus)
dapat diselesaikan. Karya Tulis Ilmiah ditulis untuk memenuhi persyaratan

dalam mendapat gelar Diploma Tiga Farmasi.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini

banyak mengalami hambatan. Tetapi berkat dari bantuan beberapa pihak

maka hambatan-hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat

1. Bapak Ir. MC. Chambali, B. Eng. EE. M. Com selaku direktur

Politeknik Harapan Bersama Tegal yang telah memberi izin

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Bapak Heru Nurcahyo, S. Farm. M.Sc.,Apt selaku ketua program

studi DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal yang telah

memberikan pengarahan dan izin atas penyusunan Karya Tulis Ilmiah

ini.

3. Bapak Aldi Budi Riyanta, S.Si.,M.T selaku pembimbing I yang selalu

memberikan banyak ilmunya dan memberi masukkan demi

penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

viii
4. Ibu Rizki Febriyanti, M.Farm., Apt sebagai pembimbing II yang

senantiasa ikhlas dan sabar dalam membimbing dan meluangkan

sedikit waktunya untuk mengarahkan dan memotivasi, sehingga Karya

Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.

5. Semua pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya Karya

Tulis Ilmiah ini. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan

rahmatnya atas kebaikan yang telah diberikaan.

Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, tetapi meskipun

demikian diharapkan sudah memenuhi persyaratan yang wajib penulis

penuhi. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan khususnya

pengetahuan di bidang kesehatan serta pengetahuan bagi pembaca.

Tegal, Mei 2020

Penulis

ix
INTISARI

Herawati, Dwi Restu., Riyanta, Aldi Budi., Febriyanti, Rizki., 2020.


Formulasi Dan Uji Sifat Fisik Sediaan Gel Facial Wash Dari Ekstrak Lobak
(Raphanus sativus L) Dan Bengkuang (Pachyrizus erosus)

Lobak dan bengkuang dapat digunakan gel facial wash, hal ini karenakan
lobak dan bengkuang mengandung senyawa vitamin C yang berfungsi
mengurangi garis-garis penuaan pada kulit serta memutihkan dan menghilangkan
tanda hitam serta pigmentasi di kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh variasi konsentrasi dari ekstrak lobak dan pati bengkuang(12,5%,
17,5%, dan 20%) pada formulasi sediaan terhadap sifat fisik gel facial wash.
Metode ekstraksi yang digunakan adalah Refluks dengan pelarut etanol
95%. Uji sifat fisik yang dilakukan meliputi uji organoleptis, uji homogenitas, uji
pH, uji bobot jenis, uji viskositas, uji daya sebar, uji tinggi busa dan uji kesukaan.
Analisa data menggunakan analisa One Way Anova.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh variasi
konsentrasi dari ekstrak lobak dan pati bengkuang terhadap sifat fisik sediaan gel
facial wash dilihat dari uji viskositas, uji daya sebar dan uji kesukaan. Konsentrasi
yang paling baik adalah 12,5% dilihat dari uji viskositas, dan uji kesukaan.

Kata kunci : Ekstrak lobak, Pati bengkuang, Vitamin C, gel facial wash, Uji
sifat fisik, Konsentrasi 12,5%.

x
ABSTRACT

Herawati, Dwi Restu., Riyanta, Aldi Budi., Febriyanti, Rizki., 2020.


Formulation and Physical Properties Test of Gel Preparation Facial Wash
from Radish Extract (Raphanus sativus L) And Yam (Pachyrhizus Erosus)

Radish and yam can be used as facial wash gel. This is because the radish
and yam contain vitamin C compounds which can reduce the facial wrinkles on
the skin as it can be whitening and eliminate the black marks and pigmentation on
the skin. This research aims to determine the effect of variations in the
concentration of radish extract and yam starch (12.5%, 17.5%, and 20%) on the
preparation formulations on the physical properties of facial wash gel.

The extraction method used is reflux with 95% ethanol solvent. The
physical properties test included organoleptic test, homogeneity test, pH test,
specific gravity test, viscosity test, dispersion test, foam height test and preference
test. The data analysis used is One Way Anova.

Based on the results of the research, it showed that there was a various
effect in the concentration of radish extract and yam starch on the physical
properties of facial wash gel seen from the viscosity test, spreadability test and
preference test. The best concentration found is 12.5% , as it was seen from the
viscosity test, and the preference test.

Keywords: Radish extract, yam starch, Vitamin C,gel facial wash,test physical
properties, 12.5% concentration.

xi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i
HALAMAN JUDUL...................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN........................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii
PRAKATA ..................................................................................................... viii
INTISARI ....................................................................................................... x
ABSTRACT ................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
1. 2. Rumusan Masalah ...................................................................... 3
1.3. Batasan Masalah .......................................................................... 3
1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
1.5. Manfaat Penelitian....................................................................... 4
1.6. Keaslian Penelitian ...................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS .................................... 7
2.1 Tinjauan Pustaka ......................................................................... 7
1. Klasifikasi Tanaman ............................................................... 7
2. Kandungan kimia .................................................................... 9
3. Kegunaan ................................................................................ 11
4. Simplisia .................................................................................. 12
5. Identifikasi Kebenaran Simplisia ........................................... 13
6. Identifikasi Vitamin C dengan Reaksi Warna........................ 14
7. Ekstraksi ................................................................................. 15
8. Pati ......................................................................................... 16
9. Gel ........................................................................................ 16
10.Sabun Facial Wash................................................................. 19
11. Uraian Bahan ............................................................... ......... 23
12. Evaluasi Gel........................................................ .................. 26
2.2. Hipotesis ..................................................................... .................. 29
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 30
3.1. Objek Penelitian ............................................................................ 30
3.2. Sampel dan Teknik Sampling ........................................................ 30
3.3. Variabel Penelitian ........................................................................ 30
3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 31
3.4.1. Bahan dan Alat ................................................................... 31
3.4.2. Cara Kerja ............................................................................ 32
1. Pengambilan Sampel ........................................................ 32
xii
2. Penyiapan Simplisia.......................................................... 32
3. Cara Kerja Refluks........................................................... 32
4. Cara Kerja Pati Bengkuang ............................................. 33
5. Cara Kerja Uji Makroskopis ............................................ 34
6. Cara Kerja Uji Mikroskopis ............................................. 35
7. Cara Kerja Vitamin C dengan Reaksi Warna ................... 36
3.4.3. Pembuatan Sediaan Gel Facial Wash ........................................ 36
1. Formulasi ................................................................................ 36
2. Prosedur Pembuatan .............................................................. 38
3. Uji Evaluasi Gel ..................................................................... 39
3.5. Cara Analisis ................................................................................ 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 46
4.1 Uji Makroskopis ............................................................................. 47
4.2 Uji Organoleptis Ekstrak ................................................................ 49
4.3 Uji Mikroskopis .............................................................................. 49
4.4 Uji Vitamin C .................................................................................. 53
4.5 Pembuatan Gel Facial Wash ............................................................ 54
4.6 Uji Organoleptis ............................................................................... 55
4.7 Uji Homogenitas .............................................................................. 57
4.8 Uji pH ............................................................................................... 58
4.9 Uji Bobot Jenis ................................................................................. 59
4.10 Uji Viskositas .. .............................................................................. 61
4.11 Uji Daya Sebar ............................................................................... 63
4.12 Uji Tinggi Busa ............................................................................ 66
4.13 Uji Kesukaan ................................................................................. 67
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 69
5.1 Simpulan ....................................................................................... 69
5.2 Saran . ............................................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 70
LAMPIRAN ................................................................................................. 75
CURICULUM VITAE ................................................................................. 111

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian......................................................................... 5


Tabel 2.1 Kandungan Lobak .......................................................................... 9
Tabel 3.1 Formulasi Sediaan Gel Facial Wash.............................................. 37
Tabel 4.1 Idetifikasi Makroskopis Lobak dan Pati Bengkuang.................... 48
Tabel 4.2 Hasil Uji Organoleptis Ekstrak Lobak dan Pati Bengkuang.. ....... 49
Tabel 4.3 Identifikasi Mikroskopis Lobak (Raphanus sativus L)................. 50
Tabel 4.4 Identifikasi Mikroskopis Bengkuang (Pachyrhizus erosus)........ 52
Tabel 4.5 Uji Vitamin C dengan Reaksi warna ........................................... 53
Tabel 4.6 Hasil Uji Organoleptis................................................................... 56
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas .................................................................. 57
Tabel 4.8 Hasil Uji pH ................................................................................. 58
Tabel 4.9 Hasil Uji Bobot Jenis..................................................................... 60
Tabel 4.10 Tabel One-way Anova Uji Bobot Jenis........................................ 61
Tabel 4.14 Hasil Uji Viskositas .................................................................... 61
Tabel 4.12 Hasil analisis anova uji viskositas .............................................. 62
Tabel 4.13 Hasil Uji Daya Sebar ................................................................. 63
Tabel 4.14 Hasil Tabel Anova Uji Daya Sebar 50 gram.............................. 64
Tabel 4.15 Hasil Tabel Anova Uji Daya Sebar 100 gram............................ 65
Tabel 4.16 Hasil Uji Tinggi Busa .............................................................. 66
Tabel 4.17 Hasil Uji Kesukaan .................................................................... 68

xiv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Lobak ......................................................................................... 7


Gambar 2.2 Bengkuang ................................................................................. 8
Gambar 3.1 Skema pembuatan ekstrak.......................................................... 33
Gambar 3.2 Skema Pembuatan Pati.. ............................................................ 34
Gambar 3.3 Skema uji makroskopis... .......................................................... 35
Gambar 3.4 Skema uji mikroskopis.... .......................................................... 35
Gambar 3.5 Skema identifikasi Vitamin C.... ............................................... 36
Gambar 3.6 Skema pembuatan gel facial wash............................................. 38
Gambar 3.7 Skema Uji Organoleptis... ......................................................... 39
Gambar 3.8 Skema Uji Homogenitas.. .......................................................... 40
Gambar 3.9 Skema Uji pH... ......................................................................... 40
Gambar 3.10 Skema Uji pH... ........................................................................ 41
Gambar 3.11 Skema Uji Viskositas... ............................................................. 42
Gambar 3.12 Skema Uji Daya Sebar............................................................... 42
Gambar 3.13 Skema Uji Tinggi Busa...... ....................................................... 43
Gambar 3.14 Skema Uji Kesukaan.. .............................................................. 44
Gambar 4.1 Diagram Hasil Kesukaan ........................................................... 68

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Facial wash berbahan alam masih jarang ditemukan dipasaran,

kebanyakan masih menggunakan bahan kimia untuk zat aktifnya. Facial

wash menggunakan bahan alam sangat aman bagi kulit, lebih mudah didapat

dan harga lebih ekonomis. Facial wash merupakan jenis sabun yang

digunakan untuk membersihkan area wajah, sehingga mampu mengangkat

kotoran dan minyak secara menyeluruh pada wajah (Sitorus dkk, 2019).

Dampak penggunaan Facial wash dengan bahan kimia dapat merusak

kulit wajah seperti kulit terasa perih, terjadinya ruam kemerahan, munculnya

jerawat, bruntusan serta komedo. Macam-macam sabun ada lima yaitu sabun

batang, sabun cair, sabun bentuk busa atau foam, sabun dengan bentuk krim

atau gel dan sabun dengan bentuk serbuk yang biasa disebut dengan detergen.

Sabun wajah mempunyai 8 jenis yang di gunakan yaitu opaque, transparan,

sabun herbal, sabun foam, sabun scrub, sabun gel, sabun acne dan sabun yang

mengandung ekstrak hewani (Melian, 2018).

Iklim indonesia yang tropis dengan mayoritas masyarakat wanita

sehingga dibutuhkan facial wash. Pentingnya menggunakan facial wash

dapat mengangkat sel kulit mati atau kotoran pada wajah kita, dapat

membuat wajah kita menjadi sehat dan dapat membuat wajah kita

menjadi segar. Facial wash dengan bentuk gel karena salah satu bentuk

sediaan obat yang mudah digunakan, mudah dibersihkan, tidak mengandung

1
2

minyak, memberi rasa dingin dan mudah mengering serta tekstur gel yang

ringan untuk membersihkan wajah dan membuat wajah tampak segar(Melian,

2018).

Bahan aktif yang digunakan dalam facial wash adalah kombinasi ekstrak

lobak dengan ekstrak bengkuang, karena lobak mempunyai senyawa vitamin

A dan vitamin C yang berfungsi sebagai garis-garis penuaan pada kulit dan

kelebihan pigmen kulit. Sedangkan menggunakan ekstrak bengkuang karena

mempunyai agen pemutih (whitening agent) yang dapat memutihkan dan

menghilangkan tanda hitam serta pigmentasi di kulit dan bengkuang

mengandung vitamin C yang dapat membuat kulit lebih sehat serta mencegah

terjadinya penuaan dini(Awalia, 2018).

Kandungan air didalam bengkuang ini memiliki unsur kandungan anti

inflamasi yang bermanfaat untuk melembabkan kulit yang kering sehingga

kulit tampak lebih cerah(Awalia, 2018) selain itu juga mempunyai senyawa

fenol yang dapat berfungsi sebagai sumber antioksidan bagi tubuh (Adawiyah

dan Pakki, 2018).Gel facial wash ekstrak lobak dan bengkuang dilakukan uji

sifat fisik untuk memastikan kualitas keamanan sediaan gel facial wash sesuai

dengan syarat standar yang tertera. Konsentrasi lobak dan bengkuang perlu di

variasi karena untuk mengetahui konsentrasi yang paling efektif pada sediaan

facial wash .

Hubungan konsentrasi zat aktif dengan sifat fisik secara organoleptis

dengan mengetahui penampilan fisik yang dilihat dari bentuk, warna, dan

bau. Uji homogenitas, sediaan harus bersifat homogen karena apabila tidak
3

homogen maka zat aktif yang diberikan tidak dapat terserap secara merata

dan maksimal. Uji daya sebar diartikan sebagai kemampuan menyebar

sediaan gel facial wash pada saat digunakan karena menyebabkan kontak

antara zat aktif dengan kulit menjadi luas. Uji tinggi busa salah satu

parameter yang paling peting karena busa dapat membantu membersihkan

kotoran yang menempel pada kulit wajah. pH menunjukkan derajat keasaman

suatu bahan karena pH dapat mempengaruhi daya absorpsi kulit.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian mengenai

“Formulasi dan Uji Sifat Fisik Sediaan Gel Facial Wash dari Ekstrak

Lobak (Raphanus sativus L) dan Bengkuang (Pachyrhizus erosus).

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah ada pengaruh variasi konsentrasi dari ekstrak lobak dan

bengkuang pada formulasi sediaan terhadap sifat fisik gel facial wash ?

2. Berapa konsentrasi yang paling baik dari ekstrak lobak dan bengkuang

terhadap sifat fisik sediaan gel facial wash?

1.3. Batasan Masalah

1. Sampel Lobak dan bengkuang didapat dari daerah Guci, Kecamatan

Bumijawa, Kabupaten Tegal.

2. Identifikasi simplisia sampel dilakukan secara mikroskopis dan

makroskopis.

3. Identifikasi uji kandungan senyawa vitamin C pada lobak dan bengkuang

dengan reaksi warna


4

4. Metode isolasi ekstrak lobak menggunakan refluks dengan pelarut etanol

95% sedangkan bengkuang menggunakan pati.

5. Konsentrasi pada lobak dan bengkuang yang digunakan yaitu 12,5%,

17,5%, dan 20% .

6. Pengujian sifat fisik gel antara lain organoleptis, pH,

homogenitas,viskositas, daya sebar, tinggi busa dan uji kesukaan.

7. Merk x sebagai parameter kriteria.

1.4. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi dari ekstrak lobak dan

bengkuang pada formulasi sediaan terhadap sifat fisik gel facial wash.

2. Mengetahui konsentrasi yang paling baik dari ekstrak lobak dan

bengkuang terhadap sifat fisik sediaan gel facial wash.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Menambah pengetahuan tentang manfaat lain dari lobak dan bengkuang

selain sebagai sayuran yaitu dalam bentuk sediaan kosmetik gel facial

wash

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu kajian bagi peneliti

lain tentang lobak dan bengkuang.

3. Menambah wawasan kepada pembaca tentang khasiat lobak dan

bengkuang dan pemanfaatannya menjadi sediaan kosmetik.


5

1.6. Keaslian Penelitian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil pemikiran penulis sendiri dan

peneliti orang lain sebagai acuan untuk diteliti.

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Pembeda Peneliti 1 Peneliti 2 Peneliti 3

Neni Sri Gunarti Anarisa Budiati, Dwi Restu


1 Peneliti (2014) Anny Victor Herawati
Purba, Shirly (2020)
Kumala (2017)
2 Judul Pemanfaatan Pengembangan “Formulasi
Peneliti Ekstrak Daun Produk Gel dan Uji Sifat
Jambu Biji Sabun Wajah Fisik Sediaan
(Psidium Ekstrak Gel Facial
Guazava) Buah Belimbing Wash dari
Sebagai Gel Wuluh Ekstrak
Facial Wash (Averrhoa Lobak
Antijerawat bilimbi L.) dan (Raphanus
Daun Sosor sativus L)
Bebek dan
(Kalanchoe Bengkuang
pinnata (Lam.) (Pachyrhizus
Per.) sebagai erosus).
Anti Bakteri
Penyebab
Jerawat
3 Metode Metode Pencarian Metode
penelitian experiment konsentrasi experiment
dengan ekstrak dengan dengan
menggunakan difusi agar menggunaka
sampel ekstrak untuk n sampel
daun jambu biji. mendapatkan ekstrak lobak
Diameter dan pati
Daerah Hambat bengkuang
(DDH)
6

Lanjutan tabel 1.1


4 Variabel Variabel bebas : Variabel bebas :Variabel
Ekstrak Daun Gel Sabun bebas :
Jambu Biji WajahEkstrak Perbandingan
(Psidium Buah Belimbing konsentrasi
Guazava) Wuluh kombinasi
Sebagai Gel (Averrhoa dari ekstrak
Facial Wash bilimbi L.) dan lobak dan
Antijerawat Daun Sosor bengkuang
Variabel terikat : Bebek yang
aktivitas (Kalanchoe berbeda.
penghambatan pinnata (Lam.) Variabel
terhadap bakteri Per.) sebagai terikat : Uji
Propionibacteri Anti Bakteri Sifat fisik
um acnes. Penyebab Sediaan
Jerawat Gel Facial
Wash
5 Hasil Ekstrak daun Uji daya anti Konsentrasi
jambu biji bakteri yang paling
memiliki menunjukkan baik dari
aktivitas pemberian ekstrak lobak
antijerawat yang hambatan dan pati
kuat terhadap (DDH) pada bengkuang
bakteri Staphylococcus terhadap sifat
Propionibacteri aureus fisik yaitu
um acnes. 12,5%
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1. Tinjauan Pustaka

1. Klasifikasi Tanaman

A. Tanaman Lobak (Raphanus sativus L)

Gambar 2.1 Tanaman Lobak (Dokumen pribadi).

Klasifikasi dari tanaman lobak adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Brassica

Famili : Brassicaceae

Genus : Raphanus

Spesies : Raphanus sativus L. (Pratama, 2018)

7
8

B. Tanaman Bengkuang (Pachyrhizus erosus)

Gambar 2.2 Tanaman bengkuang (Dokumen pribadi)

Klasifikasi tanaman bengkuang adalah sebagai berikut :

Kelas : Magnoliopsida

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Dicotyledonee

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae

Genus : Pachyrhizus

Spesies : Pachyrhizus erosus (Fratiwi, 2017)


9

2. Kandungan kimia

a. Tanaman Lobak

Zat Gizi Lobak Putih


Energi 66 kJ (16 kcal)
Karbohidrat 3,40 g
Gula 1,86 g
Makanan serat 1,6 g
Lemak 0,10 g
Protein 0,68 g
Thiamina (Vit B1) 0,012 mg (1%)
Riboflavin (Vit B2) 0,039 mg (3%)
Niacin (Vit B3) 0,254 mg (2%)
Asam pantotenat (Vit B5) 0,165 mg (3%)
Vitamin B6 0,071 mg (5%)
Folat (Vit B9) 25 mg (6%)
Vitamin C 14,8 mg (25%)
Kalsium 25 mg (3%)
Besi 0,34 mg (3%)
Magnesium 10 mg (3%)
Fosfor 20 mg (3%)
Kalium 233 mg (5%)
Seng 0,28 mg (3%)
Tabel 2.1 Kandungan lobak (Susanti, 2016)

b. Tanaman bengkuang

Bengkuang (Pachyrhizus erosus L.) merupakan jenis tanaman

polong-polongan yang umbinya kaya akan kandungan air (sekitar 80-

90%) serta zat gizi seperti karbohidrat, vitamin C, B1, mineral Ca, P, K

dan inulin yang merupakan golongan fruktan dengan sifat serat pangan
10

larut. Bengkoang memiliki komposisi yang bervariasi sesuai dengan

jenis kultivar dan kematangan bagian tanaman. Pada bentuk umbi siap

panen, bengkoang mengandung 80 – 90% air, 10 – 17% karbohidrat, 1

– 2,5% protein, 0,5 – 1% serat, 0,1 – 0,2% lemak dan vitamin C. Pada

buah muda bengkoang mengandung 86% air, 10% karbohidrat, 2,6%

protein, 0,9% serat, 0,3% lemak dan vitamin C. Pada bentuk benih yang

sudah matang, mengandung 30% minyak/lemak, pachyrrizon, asam

pachyrrizon, 0,5 – 1% rotenon dan 0,5 – 1% rotenoid. Pada bagian daun

bengkuang mengandung kurang dari 0,01% rotenon dan rotenoid, tetapi

pada bagian umbi tidak memiliki senyawa ini (Adawiyah dan Pakki,

2018).

Walaupun umbinya dapat dimakan, bagian bengkuang yang lain

seperti biji sangat beracun karena mengandung rotenon, sama seperti

tuba. Racun ini sering dipakai untuk membunuh serangga atau

menangkap ikan, terutama yang diambil dari biji-bijinya. Biji

bengkuang yang telah masak kaya akan lipid yaitu ± 30% namun tidak

dapat dimakan karena memiliki isoflavonoid yang tinggi yaitu rotenone,

isoflavanon dan furano-3-fenil kumarin yang sangat beracun bagi

manusia (Adawiyah dan Pakki, 2018).


11

3. Kegunaan

a. Tanaman Lobak

Manfaat dari lobak yaitu selain umbi akarnya bisa dimakan

mentah atau direbus. Lobak dikupas lalu dimasak dalam sup atau

dimasak bersama daging. Selain itu, dapat disajikan dalam bentuk

asinan. Selain sebagai bahan makanan, lobak dipercaya dapat

bermanfaat untuk melancarkan menstruasi, gangguan ginjal,

hipertensi, dan diabetes mellitus (Susanti, 2016).

Lobak merupakan diuretik yang cukup kuat, membantu

pembuangan asam urat melalui urine, perangsang nafsu makan, baik

untuk pencernaan, mempermudah dan memperlancar pencernaan

pati dalam usus, mencegah terjadinya penumpukan lemak dalam

jaringan tubuh, serta dapat membersihkan empedu dan ginjal

sehingga mencegah timbulnya batu ginjal. Jus lobak dan jeruk juga

sangat baik untuk system saraf sehingga dapat mengurangi

ketegangan (stress) (Susanti, 2016).

b. Tanaman Bengkuang

Umbi bengkuang (Pachyrhizus erosus) mempunyai manfaat

yang sangat banyak baik untuk pangan, kesehatan dan kecantikan.

Untuk kesehatan, bengkuang memiliki khasiat sebagai obat

diantaranya untuk mengatasi penyakit kulit, diabetes, demam, eksim,

sariawan, dan wasir. Sedangkan untuk kecantikan, bengkuang

mampu berfungsi sebagai pelembab (softening), pencerah


12

(lightening) dan pemutih (whitening). Pada pangan, bengkuang

biasanya dimanfaatkan sebagai buah segar, dibuat rujak, atau asinan.

Sifat fungsional dari bengkuang menyebabkan komoditas ini banyak

digemari, sedangkan pengolahan bengkuang untuk produk olahan

makanan masih belum banyak dilakukan (Kamsina, 2014).

4. Simplisia

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain

berupa bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1985). Menurut

Gunawan dan Mulyadi, 2002 menjelaskan bahwa simplisia merupakan

istilah yang dipakai untuk menyebut bahan – bahan obat alam yang

berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk.

Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :

a. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh,

bagian tanaman, atau eksudat tanaman.

b. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian

hewan atau zat yang dihasilkan hewanyang masih berupa zat

kimia murni.

c. Simplisia pelikan (mineral) adalah simplisia yang berupa

bahan pelikan (mineral) yang belum diolah atau telah diolah

dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.


13

5. Identifikasi Kebenaran Simplisia

Untuk mengetahui kebenaran dan mutu obat tradisional termasuk

simplisia, maka dilakukan analisis yang meliputi analisis kuantitatif dan

kualitatif. Analisis kuantitatif terdiri atas pengujian organoleptik,

pengujian makroskopik, dan pengujian mikroskopik (Dewi, 2012):

a. Uji Organoleptik

Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui kebenaran

simplisia menggunakan panca indra dengan mendeskripsikan

bentuk, warna, bau, dan rasa sebagai berikut :

1. Bentuk : padat, serbuk, kering, kental, dan cair

2. Warna : warna dari ciri luar dan warna bagian dalam

3. Bau : aromatik, tidak berbau, dan lain-lain

4. Rasa : pahit, manis, khelat, dan lain-lain

b. Uji Makroskopik

Uji makroskopik dilakukan dengan menggunakan kaca

pembesar atau tanpa menggunakan alat. Cara ini dilakukan untuk

mencari khususnya morfologi, ukuran, dan warna simplisia yang

diuji.

c. Uji Mikroskopik

Uji mikroskopik dilakukan dengan menggunakan

mikroskop yang derajat pembesarannya disesuaikan dengan

keperluan. Simplisia yang diuji dapat berupa sayatan melintang,

radial, paradermal maupun membujur atau berupa serbuk. Pada uji


14

mikroskopik dicari unsur – unsur anatomi jaringan yang khas. Dari

pengujian ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen

pengenal yang spesifik bagi masing – masing simplisia.

6. Identifikasi Vitamin C dengan Reaksi Warna

Vitamin C memiliki serbuk atau hablur putih atau agak kuning,

rasa asam oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi gelap. Dalam

keadaan kering, di udara cepat teroksidasi, mudah larut dalam air, agak

sukar larut dalam etanol (95%), praktis tidak larut dalam kloroform P,

dalam eter P, dalam benzene P (Depkes RI, 1995).

Vitamin C diperlukan tubuh untuk membentuk kolagen dalam

tulang, tulang rawan, otot, pembuluh darah dan membantu dalam

penyerapan zat besi. Asupan vitamin C yang kurang menimbulkan

defisiensi vitamin C berupa pendarahan kulit dan gusi, lemah, efek

perkembangan tulang. Kadar vitamin C yang tinggi terutama terdapat

dalam buah-buahan seperti buah buni, jeruk, apel, tomat, nangka,

mangga dan nanas maupun sayur-sayuran seperti kentang,sawi, kol,

asparagus dan cabe. (Siti dkk, 2016).

Kebutuhan vitamin C bagi orang dewasa adalah sekitar 60 mg

untuk wanita hamil 95 mg, anak –anak 45mg dan bayi 35 mg, namun

karena banyaknya polusi di lingkungan antara lain oleh adanya asap

kendaran bermotor dan asap rokok maka penggunaan vitamin C perlu


15

ditingkatkan lagi hingga dua kali lipatnya yaitu 120 mg untuk dewasa

(Siti dkk, 2016).

7. Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu cara menarik satu atau lebih zat dari

bahan asal menggunakan suatu cairan penarik atau pelarut. Umumnya

ekstraksi dikerjakan untuk simplisia yang mengandung zat-zat

berkhasiat atau zat-zat lain untuk keperluan tertentu. Simplisia yang

digunakan umumnya sudah dikeringkan, tetapi kadang simplisia segar

juga dipergunakan. Simplisia dihaluskan lebih dahulu agar proses difusi

zat-zat berkhasiatnya lebih cepat (Syamsuni, 2006).

Tujuan ekstraksi dimaksudkan agar zat berkhasiat yang terdapat

dalam simplisia masih berada dalam kadar yang tinggi sehingga

memudahkan untuk mengatur dosis zat berkhasiat karena dalam sediaan

ekstrak dapat distandarisasikan kadar zat berkhasiatnya sedangkan

kadar zat berkhasiat dalam simplisia sukar diperoleh kadar yang sama

(Anief, 1983).

a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur

titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang

ralatif konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes RI, 2000).

Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan

akan menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan


16

kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan

mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi

sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung.

Sedangkan aliran gas N2 diberikan agar tidak ada uap air atau gas

oksigen yang masuk .

8. Pati

Pati merupakan salah satu polisakarida yang tersebar di alam yang

disimpan sebagai cadangan makanan di dalam biji, akar, rimpang dan

umbi dari tumbuh-tumbuhan (Syofyan dkk, 2013).

Pati bengkuang adalah zat pati dari umbi bengkuang yang

didapatkan dari proses pengendapan air bengkuang. Pati bengkuang

yang berwarna putih bersifat dingin dan menyejukkan sehingga dapat

digunakan untuk mendinginkan lapisan kulit yang telah terkena sinar

matahari (Meliani, 2016).

9. Gel

Gel umumnya merupakan suatu sediaan semi padat yang jernih,

tembus cahaya dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid

mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling

berikatan pada fase terdispersi (Ansel, 1989). Zat-zat pembentuk gel

digunakan sebagai pengikat dalam granulasi, koloid pelindung dalam

suspensi, pengental untuk sediaan oral dan sebagai basis supositoria.


17

Secara luas sediaan gel banyak digunakan pada produk obat-obatan,

kosmetik dan makanan juga pada beberapa proses industri. Pada

kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo, sediaan

pewangi dan pasta gigi (Herdiana, 2007).

Makromolekul pada sediaan gel disebarkan keseluruh cairan

sampai tidak terlihat ada batas diantaranya, disebut dengan gel satu

fase. Jika masa gel terdiri dari kelompok-kelompok partikel kecil yang

berbeda, maka gel ini dikelompokkan dalam sistem dua fase (Ansel,

1989). Polimer-polimer yang biasa digunakan untuk membuat gel-gel

farmasetik meliputi gom alam tragakan, pektin, karagen, agar, asam

alginat, serta bahan-bahan sintetis dan semi sintetis seperti metil

selulosa, hidroksietilselulosa, karboksi metilselulosa, dan karbopol yang

merupakan polimer vinil sintetis dengan gugus karboksil yang

terionisasi. Gel dibuat dengan proses peleburan, atau diperlukan suatu

prosedur khusus berkenaan dengan sifat mengembang dari gel

(Lachman., dkk, 1994).

Dasar gel yang umum digunakan adalah gel hidrofobik dan gel

hidrofilik.

1. Dasar gel hidrofobik

Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel

anorganik, bila ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya

sedikit sekali interaksi antara kedua fase. Berbeda dengan bahan


18

hidrofilik, bahan hidrofobik tidak secara spontan menyebar, tetapi

harus dirangsang dengan prosedur yang khusus (Ansel, 1989).

2. Dasar gel hidrofilik

Dasar gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul-molekul

organik yang besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan

molekul dari fase pendispersi. Istilah hidrofilik berarti suka pada

pelarut. Umumnya daya tarik menarik pada pelarut dari bahan-bahan

hidrofilik kebalikan dari tidak adanya daya tarik menarik dari bahan

hidrofobik. Sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah untuk

dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih besar (Ansel, 1989). Gel

hidrofilik umummnya mengandung komponen bahan pengembang,

air, humektan dan bahan pengawet (Voigt, 1994).

Keuntungan dan kerugian sediaan gel, beberapa keuntungan

sediaan gel (Voigt, 1994) adalah sebagai berikut:

a. kemampuan penyebarannya baik pada kulit

b. efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit

c. tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis

d. kemudahan pencuciannya dengan air yang baik - pelepasan

obatnya baik.

Kerugian sediaan gel adalah sebagai berikut :

a. untuk hidrogel : harus menggunakan zat aktif yang larut didalam

air sehingga diperlukan penggunaan kelarutan


19

b. penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan atau

dihilagkan untuk mencapai kejernihan yang tinggi

c. untuk hidroalkoholik : gel dengan kandungan alkohol yang tinggi

dapat menyebabkan pedih pada wajah dan mata.

Tingginya kandungan air dalam sediaan gel dapat

menyebabkan terjadinya kontaminasi mikrobial, yang secara efektif

dapat dihindari dengan penambahan bahan pengawet. Untuk upaya

stabilisasi dari segi mikrobial di samping penggunaan bahan-bahan

pengawet seperti dalam balsam, khususnya untuk basis ini sangat

cocok pemakaian metil dan propil paraben yang umumnya

disatukan dalam bentuk larutan pengawet. Upaya lain yang

diperlukan adalah perlindungan terhadap penguapan yaitu untuk

menghindari masalah pengeringan. Oleh karena itu untuk

menyimpannya lebih baik menggunakan tube. Pengisian ke dalam

botol, meskipun telah tertutup baik tetap tidak menjamin

perlindungan yang memuaskan.

10. Sabun Facial Wash

a. Pengertian sabun

Sabun adalah surfaktan yang digunakan bersama air untuk

membersihkan atau mencuci yang tersedia dalam bentuk padat dan

cair. Dilihat dari segi kimia sabun adalah garam dari asam lemak,

sedangkan secara tradisional sabun dibuat dengan mereaksikan


20

antara lemak atau minyak dan basa (natrium hidroksida dan kalium

hidroksida). Reaksi yang terjadi disebut reaksi penyabunan atau

saponifikasi (Apgar, 2010).

Sabun dapat bermanfaat sebagai alat pembersih sebab molekul

sabun mengandung gugus polar (berikatan dengan air) dan non polar

(berikatan dengan minyak) sehingga dapat membersihkan lemak atau

kotoran yang tidak dapat langsung terangkat oleh air (Apgar, 2010).

b. Prinsip Kerja Sabun

Molekul sabun terdiri dari bagian besar hidrokarbon non polar

yang bersifat hidrofobik dan ion karboksilat yang bersifat hidrofilik.

Jika sabun dilarutkan dalam air, ujung hidrofilik dari molekulnya

ditarik kedalam air dan melarutkannya, tetapi bagian hidrofobik

ditolak oleh molekul air. Akibatnya suatu lapisan terbentuk di atas

permukaan air dan secara drastis menurunkan tegangan permukaan

air. Jika larutan sabun tersebut mengenai barang yang berlemak

(sebagian besar kotoran merupakan suatu lapisan film atau lapisan

tipis minyak yang melekat), maka bagian molekul sabun langsung

terorientasi. Bagian hidrofobik membalut kotoran yang bersifat

minyak, sedangkan bagian hidrofilik tetap larut dalam fase air

(Apgar, 2010).

c. Jenis Sabun

Sabun dapat digolongkan menjadi 2 kategori berdasarkan

bentuknya, yaitu :
21

1. Sabun padat

Sabun padat adalah sabun yang terbuat dari alkali natrium

dan asam lemak rantai panjang. Berdasarkan tingkat

transparannya, sabun padat dikelompokkan beberapa jenis, yaitu :

a. Sabun opaque, sabun yang memiliki tampilan tidak tembus

cahaya

b. Sabun translucent, sabun yang memiliki tampilan agak tembus

cahaya

c. Sabun transparan, sabun yang memiliki tampilan tembus

cahaya (Melian, 2018).

2. Sabun cair

Sabun yang terbuat dari alkali potasium dan asam lemak

rantai panjang. Menurut standar nasional indonesia (1996) sabun

cair adalah sediaan pembersih kulit berbentuk cair yang dibuat

dari bahan dasar sabun atau deterjen dengan penambahan bahan

lain yang diizinkan dan digunakan tanpa menimbulkan iritasi

(Melian, 2018).

Perbedaan keduanya terletak pada jumlah dan tipe garam

basanya. Sabun padat lebih banyak mengandung NaOH sebab

garam natrium dari asam lemak berbentuk padat dan garam kalium

lebih lembut. Sedangkan pada sabun cair lebih banyak

mengandung KOH (Wahyuni, 2014).


22

Facial wash merupakan salah satu pembersih yang tidak

hanya digunakan sel kulit mati, kotoran, minyak, dan kosmetik

tetapi juga langkah awal dalam perawatan kulit sehari – hari, serta

membantu mempersiapan kulit saat pemberian pelembab atau

perawatan lainnya terhadap kulit wajah. Karakteristik yang

diharapkan dari sediaan pembersih wajah atau facial wash adalah

mampu membersihkan kulit wajah dari kotoran yang ada di

permukaan kulit wajah atau make up, membantu membersihkan sel

– sel kulit mati, membersihkan mikroorganisme (bakteri),

meminimalisir kerusakan pada epidermis dan stratum korneum

(Diah dan rahma, 2019).

Facial wash adalah sabun yang dikhususkan untuk

membersihkan wajah. Facial wash juga dapat diartikan sebagai

substansi yang aktif dipermukaan kulit yang menurunkan tekanan

antara minyak dan air pada wajah. Mekanisme kerja facial wash

yaitu dengan mengangkat kotoran, keringat, bakteri dan lemak –

lemak berlebih pada kulit dalam bentuk emulsi tanpa mengiritasi

kulit ataupun menyebabkan kulit kering. Kerja facial wash

dipengaruhi pH dan sifat facial wash itu sendiri (Oktavia, 2014).

d. Komponen Pembentuk Sabun

Bahan dasar pembentuk sabun terdiri atas lemak atau minyak

dan alkali kaustik seperti NaOH, KOH. Selain itu, terdapat pula

bahan tambahan yang ditujukan untuk memperbaiki penampilan dan


23

cara kerja sabun seperti surfaktan, humektan, antioksidan, fragrance,

pewarna, preservative, serta bahan tambahan khusus seperti fillers,

exfoliants, antiacne dan anti iritan (Melian, 2018).

11. Uraian Bahan

a. Sodium lauril sulfat

Pemerian serbuk atau hablur, putih atau kuning pucat, bau

lemah dan khas. Kelarutan Sangat larut dalam air, larutan berkabut,

larut sebagian dalam etanol (95%) P . SLS digunakan sebagai

surfaktan dengan konsentrasi 0,5 – 2,5 % (Rowe et al., 2009 :

651).Dari standar konsentrasi yang telah ditetapkan maka dari itu

dalam penelitian yang dilakukan menggunakan konsentrasi 1% .

Hal ini bertujuan agar gel yang dihasilkan dapat diharapkan mampu

menghasilkan sediaan yang kental dan memiliki busa.

b. CMC Na

Pemerian serbuk berwarna putih, tidak berasa, bergranul.

Kelarutan mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal,

tidak larut dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut organik lain.

CMC Na digunakan sebagai gelling agent dengan konsentrasi 3 – 6

%(Rowe et al., 2009 : 119). Dari standar konsentrasi yang telah

ditetapkan maka dari itu dalam penelitian yang dilakukan

menggunakan konsentrasi 5%. Hal ini bertujuan agar gel yang


24

dihasilkan diharapkan mampu menghasilkan sediaan yang baik,

tidak terlalu kental dan tidak terlalu encer.

c. Gliserin

Pemerian cairan seperti sirop, jernih, tidak berwarna, tidak

berbau, manis diikuti rasa hangat, higroskopik. Jika disimpan

dibeberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk

massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu

mencapai lebih kurang 200. Kelarutan gliserin dapat bercampur

dengan air, dan dengan etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam

kloroform P, dalam eter P dan dalam minyak lemak (Depkes RI,

1979: 271). Gliserin digunakan sebagai humektan atau pelembut

dengan konsentrasi ≤ 30% (Rowe et al., 2009 : 283).Dari standar

konsentrasi yang telah ditetapkan maka dari itu dalam penelitian

yang dilakukan menggunakan konsentrasi 15%. Hal ini bertujuan

untuk menjaga kelembapan dari sediaan dengan cara mengikat air

sehingga sediaan tetap lembab dan tidak kering selama

penyimpanan.

d. KOH

Kalium Hidroksida (KOH) massa berbentuk batang, pelet atau

bongkahan, putih, sangat mudah meleleh basah. Larut dalam air,

etanol (95 %) P, sangat mudah larut dalam etanol mutlak P

mendidih (Depkes RI, 1979). Konsentrasi yang digunakan yaitu 16

% sebagai alkali.
25

e. Asam Sitrat

Asam sitrat berbentuk hablur tak berwarna atau serbuk putih,

rasa asam kuat, agak higroskopis dalam udara lembab, larut dalam

kurang dari 1 bagian air dan dalam 1,5 bagian etanol (95 %) P,

sukar larut dalam eter P. (Depkes RI, 1979). Konsentrasi 0,3 – 2,0

% digunakan sebagai penstabil pH (Rowe dkk, 2009). asam sitrat

untuk menurunkan pH sediaan agar sabun ini memiliki pH yang

sesuai dengan persyaratan (Budiati dkk, 2017).

f. Propil paraben

Pemerian serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna.

Kelarutan sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol,

dan dalam eter, sukar larut dalam air mendidih (Depkes, 1995:

535). Propil paraben digunakan sebagai pengawet dengan

konsentrasi 0,01 – 0.6% (Rowe et al., 2009 : 596). Dari standar

konsentrasi yang telah ditetapkan maka dari itu dalam penelitian

yang dilakukan menggunakan konsentrasi 0,18% . Hal ini

bertujuan agar gel yang dihasilkan terbebas dari pertumbuhan fungi

karena sediaan gel pelarut air.

g. Methyl Paraben

Methyl paraben mengandung tidak kurang dari 99,0% dan

tidak lebih dari 101,0% C10H12O3. Methyl paraben berbentuk

hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa,

kemudiaan agak membakar diikuti rasa tebal. Methyl paraben larut


26

dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5

bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton P, mudah larut

dalam eter P dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60

bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati

panas, jika didinginkan larutan tetap jernih (Depkes RI, 1979).

Metyhl paraben digunakan sebagai pengawet dengan konsentrasi

0,02 – 0.3% (Rowe et al., 2006 : 466). Dari standar konsentrasi

yang telah ditetapkan maka dari itu dalam penelitian yang

dilakukan menggunakan konsentrasi 0,02% .Hal ini bertujuan agar

gel yang dihasilkan terbebas dari pertumbuhan bakteri.

h. Aquadest

Merupakan air suling yang biasanya digunakan sebagai

pelarut. Aquadest memiliki pemerian bentuknya cairan jernih,

tidak berbau, tidak berwarna serta tidak mempunyai rasa (Depkes

RI, 1979).

12. Evaluasi Gel

a. Uji Organoleptis

Uji organoleptis meliputi warna, bau dan konsistensi dapat

digunakan sebagai indikator kualitatif ketidakstabilan fisik sediaan

yang behubungan dengan kenyamanan sediaan oleh konsumen. Uji

organoleptis dilakukan dengan sediaan diamati menggunakan


27

pancaindera yang meliputi warna, bentuk dan bau (Lachman dkk.,

1994).

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah

pencampuran masing – masing komponen dalam pembuatan facial

wash tercampur merata. Hal ini untuk menjamin bahwa zat aktif

yang terkandung di dalamnya telah terdistribusi secara merata.

Dikatakan homogen jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan

transparan lain yang cocok menunjukkan susunan yang homogen

(Depkes RI, 1979).

c. Uji pH

Uji pH yang digunakan untuk mengamati pH gel apakah

sesuai dengan pH kulit yang akan mempengaruhi kenyamanan dan

keasaman penggunaannya. pH sediaan yang memenuhi kriteria pH

untuk sabun cair yaitu pH 8-11 (Sari dan Ade, 2017).

d. Bobot Jenis

Bobot jenis merupakan perbandingan relatif antara massa

jenis suatu zat dengan massa jenis air murni pada volume dan suhu

yang sama (SNI, 1996). Pengukuran bobot jenis bertujuan untuk

menentukan mutu dan melihat kemurnian dari suatu senyawa, dalam

hal ini khususnya sabun cair yang dihasilkan. Penetapan bobot jenis

dilakukan menggunakan alat piknometer karena tepat dan praktis

serta dapat digunakan untuk mengukur bobot jenis suatu zat cair dan
28

zat padat. Menurut SNI 1996, rentang bobot jenis sabun cair yang

baik adalah 1.01 – 1.1 g/ml (Sari dan Ade, 2017)

e. Uji Viskositas

Uji viskositas memiliki peranan penting karena viskositas

dapat mempengaruhi parameter daya sebar dan pelepasan zat aktif

dari gel, karena gel yang memiliki viskositas yang optimal akan

mampu menahan zat aktif tetap terdispersi dalam basis gel dan

meningkatkan konsentrasi gel tersebut (Nailufar, 2013).

f. Uji Daya sebar

Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui kualitas gel yang

dapat menyebar pada kulit dengan cepat pula memberikan efek

terapinya dan untuk mengetahui kelunakan dari sediaan gel untuk

dioleskan pada kulit. Sebuah contoh gel dengan volume tertentu

diletakkan pada pusat antara dua lempeng gelas, dalam waktu

tertentu dibebani oleh peletakkan anak timbangan. Permukaan

penyebaran yang dihasilkan dengan menaikkan pembebanan

menggambarkan suatu karakteristik untuk daya sebar (Voigh, 1994).

Uji daya sebar ini dilakukan dengan cara menimbang gel

sebanyak 0,5 g diletakkan di tengah kaca bulat berskala, kemudian

diatas gek diletakkan kaca bulat lain dan pemberat 150 g diamkan

selama 1 menit. Selanjutnya catat diameter penyebarannya, daya

sebar gel yang baik yaitu antara 5 - 7 cm (Yati dkk, 2018) .


29

g. Uji Tinggi Busa

Evaluasi ini dilakukan untuk melihat seberapa banyak busa

yang akan terbentuk, karena busa merupakan salah satu parameter

penting dalam penentuan mutu produk – produk deterjen terutama

facial wash. Busa adalah salah satu struktur stabil yang terdiri dari

kantong – kantong udara terbungkus dalam lapisan – lapisan tipis,

dispersi gas dalam cairan yang distabilkan oleh suatu zat pembusa.

Berdasarkan SNI, syarat tinggi buih/busa dari sabun cair yaitu 13-

220 mm (Casenda dkk, 2016).

h. Uji Kesukaan

Pada uji ini penulis mengemukakan tanggapan pribadi suka

atau tidak suka, di samping itu juga mengemukakan tingkat

kesukaannya.

2.2.Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada pengaruh perbandingan konsentrasi ekstrak lobak dan pati bengkuang

terhadap uji sifat fisik gel facial wash.

2. Konsentrasi yang paling baik dari ekstrak lobak dan pati bengkuang yaitu

12,5 % terhadap sifat fisik sediaan gel facial wash .


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah formulasi dan uji sifat fisik sediaan gel

facial wash dari ekstrak lobak (Rhaphanus sativus L.) dan bengkuang

(Pachyrhizus erosus).

3.2. Sampel dan Teknik sampling

Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah facial

wash ekstrak lobak dan bengkuang yang diperoleh dari Desa Guci,

Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal.

Teknik sampling yang digunakan yaitu dengan pengambilan

sampel dengan cara total sampling, merupakan teknik pengambilan

sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2011).

Sedangkan bahan – bahan lainnya diperoleh di Laboratorium Politeknik

Harapan Bersama Tegal

3.3. Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah variabel

yang sengaja diubah-ubah untuk dipelajari pengaruhnya terhadap variabel

tergantung (Sugiyono, 2015). Variabel bebas dari dalam penelitian ini

adalah perbandingan konsentrasi kombinasi dari ekstrak lobak dan

bengkuang yang berbeda.

30
31

3.3.2 Variabel Terikat

Variabel yang muncul akibat adanya variabel bebas. Variabel

terikat dalam penelitian ini berupa sifat fisik gel facial wash. Sifat fisik gel

facial wash antara lain meliputi uji organoleptis, uji pH, uji berat jenis,uji

viskositas, uji homogenitas, uji daya sebar, uji tinggi busa dan uji

kesukaan.

3.3.3 Variabel kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang dibuat konstan sehingga

tidak akan mempengaruhi variabel yang akan diteliti. Variabel kontrol

yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis basis, formula gel, metode

pembuatan, bahan dan alat yang digunakan.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif

dan kuantitatif, metode pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu menggunakan eksperimen di Laboratorium DIII

Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal.

3.4.1. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak

lobak dan pati bengkuang,CMC Na, Sodium lauril sulfate (SLS),

Gliserin, Propil paraben, methyl paraben, asam sitrat, KOH,

aquadest,dan etanol 95 %.
32

2. Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu diantaranya

menggunakan blender, mikroskop, timbangan, piknometer, gelas

ukur, beaker glass, tabung reaksi, stopwatch, objek glass, deck

glass, kaca arloji, mortir dan stemper, cawan porselen, corong,

penangas, kaki tiga dan kassa, kompor spirtus, batang pengaduk,

pipet tetes, erlenmeyer, labu alas bulat, kondensor refluks, selang,

klem dan statif.

3.4.2. Cara Kerja

a. Pengambilan Sampel

Lobak dan bengkuang diperoleh dari Desa Guci,

Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal.

b. Penyiapan Simplisia

Lobak dan bengkuang tersebut dicuci bersih dengan

air mengalir kemudian merajangi lobak dan bengkuang tipis

– tipis.

c. Cara Kerja Refluks

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode refluks

yaitu dengan menimbang sampel yang telah dipotong kecil –

kecil lalu dimasukkan ke dalam labu alas bulat. Tambahkan

etanol 95% 500ml kemudian direfluks selama 2 jam.

Selanjutnya disaring menggunakan corong dan kain flanel

sehingga diperoleh filtrat yang jernih. Hasil ekstrak dari cair


33

etanol kemudian diuapkan di atas waterbath hingga diperoleh

ekstrak kental.

Mencuci bersih dan potong lobak kecil – kecil

sebanyak 500 g

Menimbang lobak kemudian tambahkan 500 ml

etanol 95% kemudian refluks selama 2 jam

Menyaring hasil ekstraksi menggunakan corong dan

kain flannel

Filtrat diuapkan di atas waterbath hingga kental

Gambar 3.1 Skema pembuatan ekstrak


(Auzia dkk, 2017)
d. Cara Kerja Pati Bengkuang

Menyiapkan bengkuang yang telah disortir, yang masih

segar, dan tidak busuk. Bengkuang dikupas dan dicuci bersih,

kemudian dipotong tipis – tipis lalu ditambahkan air 300 ml.

Bengkuang diblender dan disaring menggunakan kain flanel

kemudian didiamkan air perasan bengkuang tersebut selama 2-3

jam hingga menghasilkan endapan pati. Pati bengkuang

dikeringkan dalam oven selama kurang lebih 4-6 jam dengan suhu

maksimal 50˚C. Mengayak pati bengkuang agar mendapatkan hasil

yang halus.
34

Mencuci dan mengkupas bengkuang

Memotong bengkuang tipis –tipis kemudian tambahkan

300ml air

Selanjutnya blender dan saring menggunakan kain flanel

mendiamkan air perasan selama 2-3 jam kemudian oven

selama 4-6 jam dengan suhu maksimal 500C

Kemudian mengayak pati bengkuang

Gambar 3.2 Skema Pembuatan Pati


(Wijaya dkk, 2018)

a. Cara Kerja Uji Makroskopis

Pengamatan makroskopis bertujuan untuk menentukan ciri

khas simplisia dengan pengamatan secara langsung berdasarkan

bentuk simplisia dan ciri-ciri organoleptis. Penetapan organoleptis

yaitu dengan pengenalan secara fisik dengan menggunakan panca

indra dalam mendiskripsikan bentuk, warna, bau dan rasa

(Khoirani, 2013).
35

Melakukan uji makroskopik simplisia lobak dan bengkuang

Mengamati bentuk, warna, bau dan rasa simplisia lobak dan

bengkuang

Gambar 3.3 Skema Uji Makroskopis

(Khoirani, 2013)

a. Cara Kerja Uji Mikroskopis

Pengamatan mikroskopis dilakukan dengan mikroskop,

ambil sedikit simplisia dan menempatkan simplisia pada objek

glass, tambahkan 1-2 tetes aquadest kemudian tutup dengan kaca

penutup/deck glass, melihat di bawah mikroskop dan mengamati

bagian – bagian simplisia.

Menyiapkan mikroskop, atur cahaya mikroskop dengan

mencari cahaya terang

Mengambil sedikit simplisia ditempatkan pada objek glass

Menambahkan aquades 1 – 2 tetes kemudian tutup dengan

deck glass

Melihat di bawah mikroskop, dan mengamati bagian –

bagian simplisia

Gambar 3.4 Skema Uji Mikroskopis (Mayasari, 2018)


36

e. Cara Kerja Vitamin C dengan Reaksi Warna

Menyiapkan alat dan bahan kemudian masukkan 2ml

sampel ke dalam tabung reaksi. Menambahkan 4 tetes metilen blue

kemudian panaskan diatas penangas air dengan suhu 400 C

menunggu hingga 3 menit amati perubahan warna. Jika warna

memudar maka dikatakan positif mengandung vitamin C .

Memasukkan 2ml sampel ke dalam tabung reaksi

Menambahkan 4 tetes metilen blue

Memanaskan di atas penangas air dengan suhu 400 C dan

tunggu hingga 3 menit

Kemudian mengamati perubahan warna yang terjadi

Gambar 3.5 Skema identifikasi Vitamin C (Mulyani, 2017)

3.4.3. Pembuatan sediaan gel facial wash dari ekstrak lobak dan

bengkuang

1. Formulasi

Dalam penelitian ini rancangan formula untuk gel facial

wash dibuat seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.


37

Tabel 3.1 Formula Gel Facial Wash Ekstrak Lobak dan Bengkuang
Bahan F0 FI F II F III Konsentrasi Pustaka Fungsi
Standar

Suesti
Ekstrak - 12,5% 17,5 % 20 % L.P. et
Lobak al.,
25 % - 40% 2017 Zat Aktif
Pati Wijaya
Bengkuang - 12,5% 17,5 % 20 % dkk,
2018

Sodium Rowe
Lauril Sulfat 1% 1% 1% 1% 0,5% – 2,5% et al., Surfaktan
2009 :
651
Rowe
CMC Na 5% 5% 5% 5% 3% – 6% et al., Gelling
2009 : Agent
119
Rowe
Gliserin 15% 15% 15 % 15 % ≤ 30 % et al., Humectan
2009 :
283
Rowe
KOH 16% 16% 16 % 16 % 15 - 20% et al., Basis
2009 : Sabun
576
Rowe
Asam 1% 1% 1% 1% 0,1 - 2 % et al., Penetral
Sitrat 2009 : pH
181
Rowe
Metil Paraben 0,02% 0,02% 0,02% 0,02% 0,02 – 0,3% et al., Pengawet
2009 :
442
Rowe
Propil 0,18% 0,18% 0,18% 0,18% 0,01 – 0.6% et al., Pengawet
Paraben 2009 :
596
ad ad ad ad
Aquadest 30ml 30ml 30ml 30ml Pelarut
38

2. Prosedur Pembuatan

Semua bahan-bahan yang diperlukan ditimbang sesuai

dengan formula yang digunakan. Meleburkan asam sitrat, dan

CMC Na yang sebelumnya telah dibuat mucilago kemudian diaduk

sampai homogen dan mengental. Memasukkan ekstrak lobak dan

pati bengkuang ke dalam mortir. Melarutkan methyl paraben dan

propil paraben dengan gliserin kemudian masukkan kedalam

campuran. Selanjutnya menambahkan sedikit demi sedikit KOH

aduk hingga kalis. Kemudian menambahkan Sodium Lauril Sulfat

lalu aduk secara perlahan hingga rata. Memasukkan campuran

tersebut ke dalam wadah facial wash yang telah disiapkan.

Menimbang semua bahan

Membuat mucilago CMC Na dengan air panas, tunggu dan

aduk hingga homogen

Menambahkan methyl paraben dan propil paraben yang telah

dilarutkan dengan gliserin, aduk sampai homogeny

Menambahkan KOH sedikit demi sedikit, aduk sampai

terbentuk massa yang homogen dan kalis


39

Menambahkan ekstrak lobak dan pati bengkuang aduk sampai

terbentuk massa yang homogen

Memasukkan Sodium lauril sulfat aduk perlahan sampai

homogen

Angkat dan diamkan sampai suhu ruang lalu masukkan ke

dalam wadah facial wash

Gambar 3.6 Skema pembuatan gel facial wash

(Eugresya dkk, 2017)

3. Uji Evaluasi gel

a. Uji Organoleptis

Evaluasi organoleptis gel facial wash ekstrak lobak

dengan pati bengkuang dilakukan secara visual berdasarkan

pengamatan alat indera manusia meliputi bentuk, warna dan

bau dari facial wash yang telah dibuat.

Menyiapkan gel facial wash yang telah dibuat

Mengamati bentuk, warna dan bau

Mencatat hasilnya

Gambar 3.7 Skema Uji Organoleptis

(Eugresya dkk, 2017)


40

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan meletakkan sejumlah

facial wash pada kaca transparan dan dilihat susunan partikel

dari sediaan. Apabila tidak terdapat partikel padat maka

sediaan dikatakan homogen .

Meletakkan sediaan secukupnya pada objek glass

Menutup dengan deck glass

Mengamati apakah sediaan homogen atau tidak

Gambar 3.8 Skema Uji Homogenitas (Utami, 2019)

c. Uji pH

Penentuan pH dilakukan dengan menggunakan pH

meter. Mengoleskan sedikit facial wash diatas kertas pH

kemudian mencocokkan warna kertas pH pada indikator warna

pH. Angka yang tertera pada indikator warna pH merupakan

nilai pH dari facial wash yang dibuat.

Mengoleskan sedikit sediaan di atas kertas pH

Mencocokkan warna kertas pH pada indikator warna pH

Mencatat hasilnya

Gambar 3.9 Skema Uji pH (Sari dan Ade, 2017)


41

d. Uji Bobot Jenis

Uji bobot jenis dilakukan dengan piknometer bersih, kering

dan telah dikalibrasi dengan menatapkan bobot piknometer

dan air yang baru pada suhu 20oC, masukkan ke dalam

piknometer yang telah diuji suhu 25oC buang kelebihan zat

uji dan timbang. Kurangkan bobot piknometer kosong dari

bobot piknometer yang telah diisi (Depkes RI, 1995).

Menyiapkan sediaan gel facial wash

Menimbang piknometer kosong

Mengisi piknometer dengan air dan ditimbang

Mengisi piknometer dengan sampel dan ditimbang

Gambar 3.10 Skema Uji Bobot Jenis (Depkes RI, 1995)

e. Uji Viskositas

Dilakukan dengan menggunakan alat uji viskositas yaitu

Ostwald, dilakukan dengan cara memasukkan sediaan gel

facial wash kedalam viskometer Ostwald, kemudian menarik

cairan menggunakan filler sampai batas atas pada viskometer,

kemudian melepas cairan tersebut sampai batas bawah

viskometer, dan mencatat waktunya (Ratnasari, 2016).


42

Memasukkan sediaan sediaan gel facial wash kedalam

viskometer Ostwald

Menarik cairan menggunakan filler sampai batas atas pada

viskometer

Memasukkan zat uji pada gelas ukur, lalu menentukkan dua

batas dengan jarak tertentu

Melepas cairan tersebut sampai batas bawah viskometer,

dan mencatat waktunya

Gambar 3.11 Skema Uji Viskositas (Ratnasari, 2017)

f. Uji Daya Sebar

Uji daya sebar ini dilakukan dengan cara menimbang gel

facial wash sebanyak 0,5 g diletakkan di tengah kaca bulat

berskala, kemudian diatas gel facial wash diletakkan kaca

bulat lain dan pemberat 150 g diamkan selama 1 menit.

Selanjutnya catat diameter penyebarannya.

Menimbang gel facial wash sebanyak 0,5 g

Gel facial wash diletakkan di tengah kaca bulat berskala


43

kemudian diatas gel facial wash diletakkan kaca bulat lain

dan pemberat 150 g diamkan selama 1 menit

Kemudian mencatat diameter penyebarannya

Gambar 3.12 Skema Uji Daya Sebar (Yati dkk, 2018)

g. Uji Tinggi busa

Pengukuran tinggi busa dilakukan dengan pengocokkan

10% sampel gel facial wash dalam aquadest sampai 50 ml.

Memasukkan sediaan gel facial wash kedalam gelas ukur

100 ml

Menambahkan aquadest 50 ml lalu kocok dengan

membolak balikkan gelas ukur

Mengamati tinggi busa yang dihasilkan dan diamkan

selama 5 menit

Setelah 5 menit kemudian mengamati kembali tinggi

busanya

Gambar 3.13 Skema Uji Tinggi Busa

(Eugresya, 2017)
44

h. Uji Kesukaan

Uji kesukaan gel facial wash dilakukan terhadap sediaan

gel facial wash dengan formula 0, I, II, dan III menggunakan

teknik uji usap pada muka. Uji kesukaan dengan cara, sediaan

gel facial wash diletakkan pada telapak tangan sukarelawan

dengan diberi air sedikit kemudian gosok gosok dan

mengamati apakah terjadi iritasi atau tidak (utami, 2019)

Mengambil sediaan gelfacial wash yang akan di uji

Meletakkan sediaan gel facial wash di telapak tangan

kemudian diberi air sedikit lalu digosok gosok

Mengamati reaksi yang terjadi adalah rasa gatal dan timbul

ruam kulit karena terjadi reaksi iritasi pada kulit kemudian

mencatat hasilnya

Gambar 3.14 Skema Uji Kesukaan (Utami, 2019)

3.5. Cara Analisis

Pada penelitian ini dilakukan analisis dengan cara one way anova.

Anova digunakan untuk membandingkan rata – rata dari beberapa

populasi yang mewakili oleh beberapa kelompok sampel secara

bersama. One way anova hanya memiliki satu faktor. One way

anova digunakan untuk uji bobot jenis, uji viskositas, uji daya sebar.
45

Menggunakan analisis teoritis pada uji organoleptis, uji

homogenitas, uji pH.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian tentang formulasi dan uji sifat fisik sediaan gel facial wash

dari ekstrak lobak (Raphanus sativus L) dan bengkuang (Pachyrhizus

erosus) bertujuan untuk mengetahui ekstrak lobak dan pati bengkuang dapat

digunakan sebagai facial wash dan formula berapakah yang paling baik

dilihat dari sifat fisik sediaan dengan konsentrasi formula I (12,5%),

formula II (17,5%) dan formula III (20%). Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sediaan gel facial wash dari ekstrak lobak (Raphanus

sativus L) dan pati bengkuang (Pachyrhizus erosus) diperoleh dari Desa

Guci Kecamatan Bumijawa kabupaten Tegal.

Lobak dan bengkuang diambil secara acak tanpa melihat ukuran,

setelah itu lobak dan bengkuang dicuci bersih dengan menggunakan air

yang mengalir untuk menghilangkan kotoran, selanjutnya melakukan

pengupasan pada lobak dan bengkuang. Kemudian memotong lobak kecil-

kecil agar mudah saat memasukkan dan mengeluarkan ke dalam labu alas

bulat serta menambahkan pelarut etanol 95% sebanyak 500ml. Proses

selanjutnya merefluks selama 2 jam dan melakukan penyaringan

menggunakan kain flanel tujuannya agar dapat memisahkan antara ampas

dan pelarut yang sudah menyatu dengan zat aktif, kemudian dilakukan

penguapan dari hasil penyaringan tersebut sampai terbentuk ekstrak cair.

46
47

Memotong 500 gram bengkuang kecil-kecil agar mudah saat diblender serta

menambahkan air sebanyak 300ml sampai halus. Kemudian melakukan

penyaringan menggunakan kain flanel dan didapat air perasan. Mendiamkan

air perasan selama 3 jam dan didapat endapan, melakukan proses

pengeringan endapan bengkuang dengan oven suhu 100oC selama 2 jam.

Endapan bengkuang yang sudah kering selanjutnya diblender agar lebih

halus.

Sebelum melakukan pengolahan bahan terlebih dahulu

mengidentifikasi lobak dan bengkuang yang bertujuan untuk memastikan

kebenaran dari sampel lobak dan bengkuang yang akan digunakan sebagai

zat aktif gel facial wash, yaitu melalui uji makroskopis, uji organoleptis, uji

mikroskopis dan uji vitamin C. Berikut hasil identifikasi lobak dan

bengkuang.

4.1 Uji Makroskopis

Uji makroskopis merupakan pengujian yang dilakukan dengan mata

telanjang atau dengan bantuan kaca pembesar terhadap berbagai organ

tanaman yang digunakan untuk simplisia. Cara ini dilakukan untuk mencari

kekhususan bentuk, warna, dan bau sampel. Uji ini bertujuan untuk

mengidentifikasi kebenaran sampel. Hasil identifikasi makroskopis lobak

(Raphanus sativus L) dapat dilihat pada tabel berikut:


48

Tabel 4.1 Idetifikasi Makroskopis Lobak (Raphanus sativus L)


dan Bengkuang (Pachyrhizus erosus)
No Gambar Hasil Literatur Ket
Tanaman
1. Umbinya Umbinya
panjang panjang ±20cm
15,5 cm dan dan berwarna +
berwarna putih serta rasa
putih serta pedas (Susanti
rasa agak maulani, 2016 )
pedas

2. Umbinya berbentuk bulat


bulat, atau membulat
berkulit seperti gasing.
tipis dengan Kulit umbinya
coklat tipis berwarna +
muda, kuning pucat
dagingnya dan bagian
berwarna dalamnya
putih, berair berwarna putih
dan manis. dengan cairan
segar agak
manis. Daging
umbi
bagian dalam
berwarna putih
dan memiliki
tekstur renyah
berair (Fauzi,
2009 )

Berdasarkan tabel 4.1 hasil identifikasi makroskopis lobak (Raphanus

sativus L) menunjukkan hasil positif dengan menghasilkan panjang

umbinya 15,5 cm dan berwarna putih serta rasa agak pedas. Hal ini

menunjukkan bahwa hasil identifikasi makroskopis sesuai dengan standart

atau literatur. Sedangkan hasil identifikasi makroskopis Bengkuang


49

(Pachyrhizus erosus) menunjukkan hasil positif dengan menghasilkan

umbinya bulat, berkulit tipis dengan warna coklat muda, dagingnya

berwarna putih, berair dan manis. Hal ini menunjukkan bahwa hasil

identifikasi makroskopis sesuai dengan standart atau literatur.

4.2 Uji Organoleptis Ekstrak

Uji organoleptis ekstrak bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak

yang dibuat memiliki bentuk, bau dan warna yang diharapkan oleh peneliti

atau tidak. Uji ini dilakukan dengan melihat bentuk, menghirup bau yang

dihasilkan, dan warna. Berikut hasil uji organoleptis ekstrak lobak dan pati

bengkuang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.2 Hasil Uji Organoleptis Ekstrak Lobak dan Pati Bengkuang
Uji Organoleptis Ekstrak Lobak Pati Bengkuang

Bentuk Cair Serbuk Halus


Warna Kuning Pucat Putih
Bau Khas Lobak Tidak berbau

Berdasarkan dari tabel 4.2 diatas bahwa hasil uji organoleptis ekstrak

yang telah dibuat memiliki bentuk cair, warna kuning pucat dan berbau khas

lobak. Sedangkan untuk pati bengkuang yang telah dibuat memiliki bentuk

serbuk halus dengan warna putih dan tidak berbau. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa ekstrak lobak dan pati bengkuang memiliki bentuk,

warna dan bau sesuai dengan literatur.

4.3 Uji Mikroskopis

Uji mikroskopis dilakukan dengan cara meletakkan simplisia di atas

objek glass kemudian tambahakan 1 tetes aquadest, selanjutnya ditutup


50

dengan deck glass dan mengamatinya di bawah mikroskop. Uji ini bertujuan

untuk mengidentifikasi kebenaran sampel. Identifikasi mikroskop lobak

(Raphanus sativus L) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Identifikasi Mikroskopis Lobak (Raphanus sativus L)

No Nama Fragmen Hasil Literatur Ket


(DepKes RI, 1989)

1 Lapisan gabus
+

2 Parenkim +

3 Hablur kalsium +
oksalat

4 Floem +

5 Kambium +
51

Lanjutan tabel 4.3

7 Xilem +

8 Jari-jari +
empulur

Fragmen pengenalnya pada tabel 4.3 adalah fragmen gabus terdiri dari

beberapa lapis sel, bentuk segi panjang. Parenkim korteks terdiri dari

beberapa lapis sel, bentuk isodiametris, dinding tipis, diantaranya terdapat

hablur kalsium oksalat berbentuk pasir. Kambium terdiri dari beberapa lapis

sel, bentuk pipih, dinding tipis. Pada korteks terdapat floem. Pada teras

terdapat xilem, terdiri dari trakca dan trekeida. Jari-jari empulur terdiri dari

beberapa lapis sel (Depkes RI, 1989). Berdasarkan tabel 4.3 identifikasi

mikroskopis Lobak (Raphanus sativus L) menunjukkan hasil positif, dapat

terlihat dengan menghasilkan adanya lapisan gabus, parenkim, hablur

kalsium oksalat, floem, kambium, xilem, dan jari-jari empulur. Hal ini

menunjukkan bahwa hasil identifikasi sesuai dengan standar atau literatur.

Identifikasi mikroskop bengkuang (Pachyrhizus erosus) dapat

dilihat pada tabel berikut :


52

Tabel 4.4 Identifikasi Mikroskopis Bengkuang (Pachyrhizus erosus)

No Nama Fragmen Hasil Literatur Ket


(DepKes RI, 1989)

1 Jaringan gabus +

2 Paraekim korteks +

3 Parenkim floem +

4 Parenkim xilem +

5 Jaringan gabus +
tangensial
53

Berdasarkan tabel 4.4 hasil identifikasi mikroskopis bengkuang

(Pachyrhizus erosus) dapat terlihat dengan adanya jaringan gabus

tangensial, xilem, floem, korteks dan jaringan gabus

4.4 Uji Vitamin C

Uji vitamin C dilakukan pada ekstrak lobak dan pati begkuang yang

bertujuan untuk memastikan kebenaran bahwa ekstrak dan pati yang dibuat

mengandung vitamin C. Uji ini dilakukan dengan reaksi identifikasi

menggunakan larutan metilen blue kemudian dihangatkan hingga 40oC,

kemudian mengamati perubahan warna yang terjadi dari warna biru tua

dalam waktu 3 menit berubah warna menjadi biru muda atau menghilang

(Depkes RI, 1995). Data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

Tabel 4.5 Uji Vitamin C dengan Reaksi warna


Perlakuan Hasil Keterangan Literatur
Ekstrak lobak 2ml + + Biru muda
4 tetes metilen blue atau hilang
(DepKes
RI, 1995)

Pati bengkuang 2ml + Biru muda


+ 4 tetes metilen atau hilang
blue (DepKes
RI, 1995)

Hasil tabel 4.5 ada reaksi bahwa pada uji vitamin C pada ekstrak

lobak dan pati bengkuang dengan ditambahkan metilen blue mengalami

perubahan warna dari biru tua menjadi biru muda, hal ini berarti ekstrak
54

lobak dan pati bengkuang positf mengandung vitamin C. Filtrat ditetesi

dengan metilen blue kemudian dipanaskan, terjadi warna biru yang semakin

pudar karena terjadi reaksi metilen blue tereduksi oleh vitamin C pada

filtrat. Vitamin C pada filtrat sampel mendonorkan elektron kepada metilen

blue sehingga vitamin C berubah menjadi asam dehidroaskorbat dan metilen

blue berubah menjadi leukometilen blue (Putri, 2017).

Setelah melakukan uji organoleptis ekstrak dan pati, uji makroskopis,

uji mikroskopis dan uji vitamin C langkah selanjutnya yaitu pembuatan gel

facial wash. Pembuatan gel facial wash dibuat menjadi 4 formula. Formula

pertama tidak menggunakan ekstrak lobak dan pati bengkuang, formula

kedua menggunakan ekstrak lobak dan pati bengkuang dengan konsentrasi

12,5%, formula ketiga menggunakan ekstrak lobak dan pati bengkuang

dengan konsentrasi 17,5% dan formula ke empat menggunakan ekstrak

lobak dan pati bengkuang dengan konsentrasi 20%.

4.5 Pembuatan Facial Wash

Langkah pertama yaitu menimbang semua bahan yang akan

digunakan, kemudian mengembangkan gelling agent dengan menaburkan

CMC-Na kedalam mortir yang berisi air panas, kemudian aduk sampai

mengembang dan homogen. Selanjutnya nipagin, nipasol, asam sitrat dan

gliserin pada cawan uap aduk sampai homogen. Penambahan nipagin dan

nipasol yang berfungsi sebagai pengawet untuk mencegah tumbuhnya

mikroorganisme, karena sediaan gel memiliki kandungan air yang banyak.


55

Nipagin lebih efektif sebagai antimikroba sedangkan nipasol lebih efektif

sebagai antijamur.

Fungsi penambahan asam sitrat sebagai penetral pH agar sediaan gel

facial wash tidak mengandung pH yang rendah. Fungsi penambahan gliserin

yaitu sebagai humektan agar ketika digunakan sediaan gel facial wash

memberikan kesan yang lembab pada wajah dan menjaga kelembapan agar

tidak kering selama penyimpanan. Mencampurkan kedalam mortir yang

berisi gelling agent dan menambahkan ekstrak lobak serta pati bengkuang

aduk sampai homogen. Kemudian menambahkan KOH yang telah

dilarutkan dengan aquadest. Fungsi penambahan KOH yaitu sebagai zat

basa yang lebih stabil dalam sabun cair.

Setelah melakukan proses pembuatan gel facial wash, langkah

selanjutnya melakukan uji sifat fisik sediaan gel yang tujuannya untuk

mengetahui apakah kombinasi dari ekstrak lobak dan pati bengkuang bisa

digunakan sebagai facial wash ditinjau dari dari uji sifat fisik sediaan. Uji

sifat fisik sediaan meliputi uji organoleptis, uji pH, uji homogenitas, uji

bobot jenis, uji viskositas, uji daya sebar, uji tinggi busa dan uji kesukaan.

Berikut uji sifat fisik sediaan gel facial wash.

4.6 Uji Organoleptis

Tujuan uji organoleptis untuk mengetahui penampilan fisik sediian gel

facial wash dari ekstrak lobak dan pati bengkuang, dengan melihat bentuk,

bau dan warna sediaan. Hasil uji organoleptis gel facial wash dapat dilihat

pada tabel berikut :


56

Tabel 4.6 Hasil Uji Organoleptis


Pengamatan Formula
0 I II III Merk X
Bentuk Cair agak Cair Cair Kental Cair agak
kental kental kental kental

Warna Coklat Coklat Coklat Coklat Merah


muda muda muda
terang
Bau Tidak Khas Khas Khas Khas
berbau ekstrak ekstrak ekstrak ekstrak
lobak lobak lobak mawar

Keterangan :

Formula 0 : Tidak menggunakan ekstrak lobak dan pati bengkuang

Formula I : Ekstrak lobak dan pati bengkuang dengan konsentrasi 12,5%

Formula II : Ekstrak lobak dan pati bengkuang dengan konsentrasi 17,5%

Formula III : Ekstrak lobak dan pati bengkuang dengan konsentrasi 20%

Merk X : Sebagai parameter kriteria

Penelitian yang dilakukan bahwa ke empat formula tersebut

berdasarkan uji sifat fisik memiliki sedikit perbedaan, hal ini disebabkan

karena kombinasi ekstrak lobak dan pati bengkuang yang digunakan

memiliki konsentrasi yang berbeda. Berdasarkan dari tabel 4.6 hasil uji

organoleptis menunjukkan bahwa pada formula 0 yang tidak menggunakan

ekstrak lobak dan pati bengkuang menghasilkan gel yang cair agak kental,

berwarna coklat muda terang karena pada proses pembuatan KOH

menimbulkan warna coklat dan tidak berbau. Pada formula I dengan

konsentrasi 12,5% menghasilkan gel yang cair kental dengan warna coklat

dan berbau khas lobak.


57

Formula II dengan konsentrasi 17,5% menghasilkan gel yang cair

kental dengan warna coklat dan berbau khas lobak. Pada formula III dengan

konsentrasi 20% menghasilkan gel yang kental dengan warna coklat muda

dan berbau khas lobak. Formula I, II dan III menimbulkan bau khas lobak

dibanding dengan bau bengkuang karena pati bengkuang tidak berbau,

sehingga gel facial wash berbau khas lobak. Konsentrasi ekstrak yang

digunakan mempengaruhi konsentrasi gel yang dibuat, semakin banyak

ekstrak yang digunakan semakin kental sediaan gel.Pada merk X

menghasilkan gel yang cair agak kental dengan warna merah muda dan

berbau khas ekstrak mawar. Tujuan dari menggunakan merk X karena

digunakan sebagai parameter yang sudah beredar di konsumen.

4.7 Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah bahan-bahan

dalam formulasi tersebut tercampur merata atau tidak. Pengamatan

homogeitas ini dilakukan saat sediaan dioleskan pada kaca transparan

dibawah lampu. Hasil uji homogenitas gel facial wash dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas


Formula

Replikasi 0 I II III Merk X

1 Homogen Homogen Homogen Homogen

2 Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen

3 Homogen Homogen Homogen Homogen


58

Keterangan :

Formula 0 : Tidak menggunakan ekstrak lobak dan pati bengkuang

Formula I : Ekstrak lobak dan pati bengkuang dengan konsentrasi 12,5%

Formula II : Ekstrak lobak dan pati bengkuang dengan konsentrasi 17,5%

Formula III : Ekstrak lobak dan pati bengkuang dengan konsentrasi 20%

Merk X : Sebagai parameter kriteria

Berdasarkan dari tabel diatas menghasilkan sediaan yang homogen

untuk tiap sediaan, dilihat berdasarkan tidak adanya gumpalan maupun

butiran kasar pada sediaan gel. Sediaan gel yang homogen menunjukkan

bahwa ketercampuran dari bahan-bahan gel serta kombinasi dari ekstrak

lobak dan pati bengkuang yang digunakan baik sehingga tidak terdapat

gumpalan atau butiran kasar pada sediaan gel facial wash.

4.8 Uji pH

Uji pH dilakukan untuk mengetahui keamanan suatu sediaan, terutama

pada sediaan topikal. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan

indikator pH universal. Namun untuk sabun cair mempunyai standar pH

antara 8-11, sehingga aman untuk diaplikasikan pada kulit karena pada pH

tersebut diharapkan tidak terjadi iritasi pada kulit (Sari, dan Ade, 2017).

Berikut hasil pH gel facial wash dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.8 Hasil Uji pH


Replikasi Formulasi
0 I II III Merk X
1 12 12 12 12
2 12 12 12 12 8
3 12 12 12 12
59

Keterangan :

Formula 0 : Tidak menggunakan ekstrak lobak dan pati bengkuang

Formula I : Ekstrak lobak dan pati bengkuang dengan konsentrasi 12,5%

Formula II : Ekstrak lobak dan pati bengkuang dengan konsentrasi 17,5%

Formula III : Ekstrak lobak dan pati bengkuang dengan konsentrasi 20%

Merk X : Sebagai parameter kriteria

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan stik pH yang

dioleskan, stik pH tersebut terlihat perubahan warna dan stik pH tersebut

dicocokkan dengan indeks pH. Berdasarkan dari tabel diatas hasil uji pH

menunjukkan bahwa formulasi 0, I , II, dan III memiliki pH yang sama yaitu

12. Nilai pH tersebut tidak sesuai dengan standar pH sabun cair.

Penambahan KOH dan Sodium Lauril Sulfat sangat berpengaruh terhadap

nilai pH sediaan sehingga didapatkan nilai pH yang lebih tinggi dari pH

yang ditentukan. Secara umum, produk sabun cair memiliki pH yang

cenderung basa dan nilai pH yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan

iritasi pada kulit (Sari dan Ade, 2017).

4.9 Uji Bobot Jenis

Uji bobot jenis dilakukan untuk mengetahui bobot sampel dengan

bobot air pada volume dan suhu yang sama. Uji bobot jenis dilakukan

dengan metode piknometer. Penentuan bobot jenis sangat penting karena

dapat mengetahui kemurnian dari suatu sediaan khususnya yang berbentuk

larutan. Standar zat cair menggunakan air karena mudah didapat dan mudah

dimurnikan. Hasil yang diperoleh dari penelitian dapat dilihat tabel berikut :
60

Tabel 4.9 Hasil Uji Bobot Jenis


Formula Hasil Rata-rata Standar (Sari dan Ade,
2017)
1,0916 g/ml 1,1032 g/ml 1,01 – 1,10 g/ml
0 1,1032 g/ml
1,1148 g/ml
1,1752 g/ml 1,4094 g/ml
I 1,1868 g/ml
1,1852 g/ml
1,2148 g/ml 1,2227 g/ml
II 1,2232 g/ml
1,23 g/ml
1,2028 g/ml 1,2010 g/ml
III 1,198 g/ml
1,2024 g/ml
Merk X 1,0916 g/ml 1,0916 g/ml

Keterangan :

Formula 0 : Tidak menggunakan ekstrak lobak dan pati bengkuang

Formula I : Ekstrak lobak dan pati bengkuang dengan konsentrasi 12,5%

Formula II : Ekstrak lobak dan pati bengkuang dengan konsentrasi 17,5%

Formula III : Ekstrak lobak dan pati bengkuang dengan konsentrasi 20%

Merk X : Sebagai parameter kriteria

Berdasarkan tabel hasil uji bobot jenis menunjukkan bahwa untuk

sediaan gel facial wash yang sesuai dengan standar terdapat pada formula 0.

Kemudian melakukan analisis dengan menggunakan SPSS Statistic 22 yaitu

dengan One-way Anova untuk memperkuat data penelitian sehingga

menjadi akurat, dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.10 Tabel One-way Anova Uji Bobot Jenis


ANOVA
uji_bobot_jenis
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups ,024 3 ,008 136,147 ,000
Within Groups ,000 8 ,000
61

Total ,025 11
Berdasarkan hasil analisa di atas didapatkan nilai F hitung sebesar

136,147 dan tabel F tabel 4,07. Hal ini menunjukkan nilai F hitung lebih

besar dari F tabel (F hitung > F tabel) yaitu 136,147 > 4,07 sehingga

hipotesis diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

perbandingan konsentrasi ekstrak lobak dan pati bengkuang terhadap uji

sifat fisik gel facial wash.

4.10 Uji Viskositas

Tujuan dari dilakukannya uji viskositas adalah untuk mengetahui

seberapa kental gel yang mempengaruhi daya sebar. Semakin besar

viskositasnya, maka akan semakin kecil daya sebarnya.

Tabel 4.11 Hasil Uji viskositas


Replikasi Formula Standar

0 I II III Gel facial


wash merk X
1 3,72 cP 5,20 cP 6,98 cP 6,93 cP 5,33 cP

2 3,60 cP 2,10 cP 6,90 cP 6,64 cP

3 3,96 cP 5,67 cP 7,20 cP 6,82 cP

Rata-rata 3,76 cP 4,32 cP 7,02 cP 6,79 cP

Keterangan :

Formula 0 : Tidak menggunakan ekstrak lobak dan pati bengkuang

Formula I : Ekstrak lobak dan pati bengkuang dengan konsentrasi 12,5%

Formula II : Ekstrak lobak dan pati bengkuang dengan konsentrasi 17,5%

Formula III : Ekstrak lobak dan pati bengkuang dengan konsentrasi 20%

Merk X : Sebagai parameter kriteria


62

Berdasarkan hasil uji viskositas diatas dapat dilihat hasil rata-rata pada

formula 0 sebesar 3,76 cP, formula I sebesar 4,32 cP, formula II sebesar

7,02 cP dan formula III sebesar 6,79 cP. Dari hasil tersebut dapat diketahui

hasil rata-rata uji viskositas yang mendekati dengan standar yaitu formula I.

Kemudian melakukan analisis dengan menggunakan SPSS yaitu dengan

One-way Anova untuk memperkuat data penelitian sehingga menjadi akurat,

dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.12 Hasil analisis anova uji viskositas


ANOVA
uji_viskositas
Sum of Mean
Squares Df Square F Sig.
Between
25,266 3 8,422 8,769 ,007
Groups
Within Groups 7,684 8 ,960
Total 32,950 11

Berdasarkan tabel perhitungan analisis anova uji viskositas pada

penelitian memiliki nilai signifikansi 0,007 dimana nilai F hitung lebih besar

dari pada F tabel (F hitung > F tabel) dengan nilai sebesar 8,42 > 4,07 dari

hasil tersebut sehingga hipotesis diterima. Dengan demikian ada pengaruh

perbandingan ekstrak lobak dan pati bengkuang terhadap uji sifat fisik gel

facial wash.

4.11 Uji Daya Sebar

Uji daya sebar bertujuan untuk mengetahui penyebaran gel facial

wash pada sediaan kulit wajah. Penyebaran gel yang baik yaitu antara 5 - 7

cm (Yati dkk, 2018). Uji daya sebar gel berkaitan dengan kenyamanan

pemakaian. Sediaan gel facial wash diharapkan memiliki daya sebar yang
63

sesuai dengan parameter kriteria. Konsistensi gel yang lunak menyebabkan

gel lebih mudah merata, mudah meresap dikulit dan berkesan lembut di

kulit daripada gel yang kaku (Sayuti, 2015). Semakin besar nilai daya sebar

suatu sediaan, kemampuan menyebar sediaan semakin besar, sebaliknya

apabila nilai daya sebar sediaan semakin kecil, kemampuan menyebar

sediaan ditempat aksi semakin kecil pula (Wulandari, 2015). Hasil uji daya

sebar gel facial wash dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.13 Hasil Uji Daya Sebar


Beban 50 g Beban 100 g
Diameter Luas Diameter Luas
Rata-rata (cm) permukaan (cm) permukaan
(cm2) (cm2)

F0 6,3 32,53 6,6 35,57


FI 5,0 25,37 5,3 22,24
F II 4,8 18,21 5 19,74
F III 3,9 12,65 4,23 14,13
Merk X 5,6 24,61 5,9 27,32

Keterangan :

Formula 0 : Tidak menggunakan ekstrak lobak dan pati bengkuang

Formula I : Ekstrak lobak dan pati bengkuang dengan konsentrasi 12,5%

Formula II : Ekstrak lobak dan pati bengkuang dengan konsentrasi 17,5%

Formula III : Ekstrak lobak dan pati bengkuang dengan konsentrasi 20%

Merk X : Sebagai parameter kriteria

Berdasarkan nilai rata-rata diameter uji daya sebar dengan beban 50

gram pada formula 0 sebesar 6,3 cm, formula I sebesar 5,0 cm, formula II

sebesar 4,8 cm, formula III sebesar 4,3 cm dan untuk merk x 5,6 cm. Jadi
64

nilai rata-rata diameter uji daya sebar berdasarkan daya menyebar paling

baik terdapat pada formula 0 karena dilihat dari daya sebarnya luas sehingga

gel facial wash dioleskan pada wajah dan cepat memberikan efek terapinya.

Karena semakin besar nilai daya sebar suatu sediaan maka kemampuan

menyebar sediaan semakin baik.

Data yang sudah diperoleh kemudian dilakukan analisa data dengan

menggunakan One-way Anova, untuk memperkuat hasil penelitian. Hasil

tabel One-way Anova uji daya sebar 50 gram dapat dilihat pada tabel

dibawah berikut :

Tabel 4.14 Hasil Tabel Anova Uji Daya Sebar 50 gram


ANOVA
daya_sebar_50_gram
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between
8,909 3 2,970 7,199 ,012
Groups
Within Groups 3,300 8 ,413
Total 12,209 11

Berdasarkan dari tabel perhitungan One-way Anova diatas didapatkan

nilai signifikasi 0,12 nilai F hitung 7,199 dan nilai F tabel 4,07. Hipotesis

yang diajukan adalah ada pengaruh perbandingan konsentrasi ekstrak lobak

dan pati bengkuang terhadap uji sifat fisik gel facial wash.

Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih besar dari pada

F tabel (F hitung > F tabel) dengan nilai sebesar 7,199 > 4,07 dan nilai

signifikasi < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak lobak dan pati

bengkuang dapat digunakan sebagai zat aktif pada sediaan gel facial wash

berdasarkan sifat fisik.


65

Berdasarkan nilai rata-rata diameter uji daya sebar dengan beban 100

gram, formula 0 sebesar 6,3 cm, formula I sebesar 5,0 cm, formula II

sebesar 5,3cm dan formula III 4,3cm. Jadi nilai rata-rata diameter uji daya

sebar berdasarkan daya menyebar paling baik terdapat pada formula 0

memiliki nilai rata-rata diameter paling tinggi yaitu 6,3 cm karena dilihat

dari daya sebarnya luas sehingga gel facial wash mudah digunakan pada

wajah. Karena semakin besar nilai daya sebar suatu sediaan maka

kemampuan menyebar sediaan semakin baik.

Data yang sudah diperoleh kemudian dilakukan analisa data dengan

menggunakan One-way Anova untuk memperkuat hasil penelitian. Hasil

tabel Anova uji daya sebar 100 gram dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.15 Hasil Tabel Anova Uji Daya Sebar 100 gram

ANOVA
daya_sebar_100_gram
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 8,750 3 2,917 7,813 ,009
Within Groups 2,987 8 ,373
Total 11,737 11
Berdasarkan dari tabel perhitungan One-way Anova diatas didapatkan

nilai signifikasi 0,09 nilai F hitung 7,813 dan nilai F tabel 4,07. Oleh karena

itu dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh perbandingan konsentrasi

ekstrak lobak dan pati bengkuang terhadap uji sifat fisik gel facial wash.

Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih besar dari pada

F tabel (F hitung > F tabel) dengan nilai sebesar 7,813 > 4,07 dan nilai

signifikasi < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak lobak dan pati
66

bengkuang dapat digunakan sebagai zat aktif pada sediaan gel facial wash

berdasarkan sifat fisik.

4.12 Uji Tinggi Busa

Tujuan pengujian busa adalah untuk melihat daya busa dari facial

wash. Uji tinggi busa dalam air suling dilakukan untuk mengetahui tinggi

terhadap air suling setelah dilakukan pengocokan dan didiamkan selama 5

menit. Dari uji yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.16 Hasil Uji Tinggi Busa


Replikasi Uji Tinggi Busa Standar
F0 F1 F2 F3
1 0,2 cm 0,1 cm 0,3 cm 0 cm Gel facial
2 0,5 cm 0,4 cm 0,5 cm 0 cm wash merk
3 0,4 cm 0 cm 0,3 cm 0 cm X 5 cm
Rata-rata 0,36 cm 0,16 cm 0,37 cm 0 cm
Keterangan :

Formula 0 : Tidak menggunakan ekstrak lobak dan pati bengkuang

Formula I : Ekstrak lobak dan pati bengkuang dengan konsentrasi 12,5%

Formula II : Ekstrak lobak dan pati bengkuang dengan konsentrasi 17,5%

Formula III : Ekstrak lobak dan pati bengkuang dengan konsentrasi 20%

Merk X : Sebagai parameter kriteria

Berdasarkan tabel 4.16 menunjukkan bahwa rata-rata tinggi busa pada

formula 0 sebesar 0,36 cm, pada formula I 0,16 cm, formula II sebesar 0,37

cm dan formula III 0 cm. Hasil uji tinggi busa yang diperoleh dibandingkan

dengan standar parameter kriteria dari merk x. Karakteristik busa sabun

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu adanya bahan surfaktan, penstabil

busa dan bahan-bahan penyusun sabun cair lainnya.


67

Produk sabun yang beredar di pasaran umumnya mengandung

surfaktan yaitu Sodium Lauryl Sulfate (SLS) yang berfungsi sebagai

peningkat busa. SLS sering digunakan pada pembuatan sabun namun dalam

dosis yang besar dapat mengiritasi kulit (Sari dan Ade, 2017). Pembuatan

sabun facial wash pada penelitian ini menggunakan Sodium Lauryl Sulfate

(SLS) dengan dosis atau konsentrasi yang kecil, sehingga mendapatkan busa

yang sedikit dan diharapkan dapat meminimalkan terjadinya iritasi kulit.

4.13 Uji Kesukaan

Uji kesukaan merupakan pengujian yang meminta panelis

mengemukakan responnya berupa suka atau tidaknya terhadap sifat bahan

yang diuji. Pada pengujian ini panelis diminta untuk mengemukakan

pendapatnya secara spontan tanpa membandingkan dengan sampel standar

(Lamusu, 2018).

Uji kesukaan dilakukan terhadap 20 orang responden, masing-masing

responden diminta untuk menilai kesukaan terhadap sediaan gel facial wash

ekstrak lobak dan pati bengkuang kedalam 2 kategori yaitu suka dan tidak

suka yang meliputi bau, warna dan rasa dikulit. Hasil yang diperoleh dari

penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.17 Hasil Uji Kesukaan


Kriteria N F0 FI F II F III
Responden ∑R ∑N ∑R ∑N ∑R ∑N ∑R ∑N

Suka 2 16 32 20 40 15 30 14 28
Tidak 1 4 4 0 0 5 5 6 6
Suka
68

Total nilai 36 40 35 34
Keterangan :

N : Nilai

∑R : Jumlah Responden

∑N : Jumlah Nilai

Pada tabel di atas yang paling disukai yaitu formula I dengan total

nilai 40 pada zat aktif ekstrak lobak dan pati bengkuang dengan konsentrasi

12,5% kemudian formula 0 dengan total nilai 36 yang tidak terdapat zat

aktif, yang memiliki nilai terkecil formula III dengan total nilai 35 pada zat

aktif ekstrak lobak dan pati bengkuang dengan konsentrasi 20%.

Gambar 4.1 Diagram Hasil Uji Kesukaan


Uji Kesukaan
25
Responden (Orang)

20
15
10
Rasa suka
5
0 Rasa Tidak suka

Pada diagram di atas yang banyak disukai yaitu formula I, dengan

responden yang suka yaitu 20 orang dengan nilai 40 pada konsentrasi

ekstrak lobak dan pati bengkuang 12,5%. Kemudian yang memiliki nilai

terkecil yaitu formula III dengan jumlah panelis yang suka yaitu 14 orang

dengan nilai 24 dan yang tidak suka ada 6 orang panelis dengan nilai 6 pada

ekstrak lobak dan pati bengkuang 20%


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian sediaan gel facial wash ekstrak lobak

dan pati bengkuang dengan konsentrasi yang berbeda dapat disimpulkan

bahwa :

1. Adanya pengaruh variasi konsentrasi dari ekstrak lobak dan pati

bengkuang terhadap sifat fisik sediaan gel facial wash dilihat dari

uji viskositas, uji daya sebar dan kesukaan

2. Konsentrasi yang paling baik dari ekstrak lobak dan pati

bengkuang terhadap sifat fisik sediaan gel facial wash yaitu 12,5 %

dilihat dari uji viskositas dan uji kesukaan.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan uji

aktivitas antibakteri.

2. Memperbaiki formulasi agar sesuai dengan standar yang ditetapkan

dan melakukan pengujian sifat fisik untuk uji yang belum

dilakukan yaitu uji stabilitas

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan penambahan essen

69
DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, R., dan Pakki, T., 2018. Peran Tanaman Bengkuang (Pachyrrhizuz
Erosus L.) Dalam Mendukung Sistem Pertanian Organik. Jurnal Penelitian
Biologi Volume 5 No 2

Anief, M., 1983. Ilmu Farmasi. Jakarta

Ansel, H.C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press


Auzia, Nanda., Yani Lukmayani., dan Undang Ahmad Dasuki. 2017. Isolasi dan
Identifikasi Senyawa Flavonoid Dari Umbi Lobak Putih (Raphanus
Sativus L). Bandung : Universitas Islam Bandung
Awalia, Ulfi. 2018. Pengaruh Proporsi Tepung Beras (Oryza Sativa), Pati
Bengkoang (Pachyrhizus Erosus) Dan Ekstrak Melati (Jasminum
Officinale) Terhadap Sifat Fisik Lulur Tradisional. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya

Apgar, Satrias. 2010. Formulasi Sabun Mandi Cair yang Mengandung Gel Daun
Lidah Buaya (Aloe vera (L) Webb) dengan Basis Virgin Coconut Oil
(VCO). Bandung : Universitas Islam Bandung

Budiati, anarisa., Anny Victor Purba., dan Shirly Kumala. 2017. Pengembangan
Produk Gel Sabun Wajah Ekstrak Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa
bilimbi L.) dan Daun Sosor Bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.) Per.)
sebagai Anti Bakteri Penyebab Jerawat. Jurnal Ilmu Kefarmasian
Indonesia Volume 15 No 1. Jakarta : Universitas Pancasila

Casenda, Jesicca Ch., Paulina V.Y.YamLean., dan Widya Astuty Lolo. 2016.
Formulasi Dan Pengujian Aktivitas Antibakteri Sabun Cair Ekstrak Etanol
Daun Ekor Kucing (Acalypha hispida Burm.F) Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Staphylococcus aureus. Jurnal Ilmiah Farmasi Volume 5 No 3.
Manado : Universitas Sam Ratulangi

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). 1979. Farmakope


Indonesia. Edisi III. Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Materia Medika Indonesia Jilid


V. Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter Standar Umum


Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta : Direktorat Jendral Pengawas Obat dan
Makanan

70
71

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.


Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). 1985. Farmakope


Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Depkes RI

Diah, Permatasari Lany., Rahma Hanifa., 2019. Pengaruh PEG terhadap


Stabilitas Fisik Formula Pembersih yang Mengandung Nanoemulsi
Minyak Biji Anggur (Vitis vinifera). Jurnal Riset Kesehatan Volume 11 No
1. Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Eugresya, Christina Avanti., dan Stella Agustina Uly. 2017. Pengembangan


Formula dan Uji Stabilitas Fisik-pH Sediaan Gel Facial Wash yang
Mengandung Ekstrak Etanol Kulit Kayu Kesambi. Artikel Penelitian
Media Pharmaceutica Indonesia Volume 1 No 4. Surabaya

Fauzi, M. 2009. Kajian Produksi Minuman Probiotik Dari Kombinasi Bengkuang


dan Pisang Menggunakan Starter Lactobacillus bulgarius. Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian. Universitas Lampung.

Fratiwi, Megawati. 2017. Pembuatan Sirup Glukosa Dari Bengkuang (Pachyrizus


Erosus) Secara Hidrolisis Asam Dalam Tangki Berpengaduk. Palembang :
Politeknik Negeri Sriwijaya

Herdiana, Y., 2007. Formulasi Gel Uudesilenil Fenilalanin dalam Aktivitas


Sebagai Pencerah Kulit. Universitas Padjajaran

Kamsina. 2014. Pengaruh Konsentrasi Sari Buah Dan Jenis Gula Terhadap Mutu
Minuman Fungsional Dari Bengkuang (Pachyrhizus erosus). Jurnal
Litbang Industri Volume 4 No 1

Khoirani, Nur., 2013. Karakteristik Simplisia dan Standarisasi Ekstrak Etanol


Herba Kemangi (Ocimum americanum L). Jakarta : UIN Syarif
Hidayatullah

Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri,.
Jakarta: UI Press

Lamusu, darni. 2018. Uji Organoleptik Jalangkote Ubi Jalar Ungu ( Ipomoea
Batatas L) Sebagai Upaya Diversifikasi Pangan. Jurnal Pengolahan
Pangan Volume 3 No 1. Universitas Muhammadiyah

Mayasari, Ulfayani., Melfi Teokarsa Laoli. 2018. Karakterisasi Simplisia dan


Skrining Fitokimia Daun Jeruk Lemon (Citrus limon (L.) Burm.f.). Jurnal
KLOROFIL Volume 2 No. 1. Indonesia
72

Melian, Elsa. 2018. Formulasi kaolin facial wash dengan variasi konsentrasi
sodium laurileter sulfat (SLES) dan uji bersihnya terhadap bakteri
penyebab jerawat (Propioni bacterium acnes). Jakarta: Uin Syarif
Hidayatullah

Meliani, Furry Indah. 2016. Pemanfaatan Biji Pepaya dan Pati Bengkuang
(Pachyrhizus Erosus) Sebagai Lulur Tradisional Untuk Kulit Kering.
Semarang : Universitas Negeri Semarang
Mulyani, elly., 2017. Perbandingan Hasil Penetapan Kadar Vitamin C pada Buah
Kiwi (Actinidia deliciousa) dengan Menggunakan Metode Iodimetri dan
Spektrofotometri UV-Vis. Phamrmauho Jurnal Farmasi, Sains Dan
Kesehatan Volume 3 No 2. Bengkulu.

Nailufar, Nurul Putri., 2013. Pengaruh Variasi Gelling Agent Carbomer 934
Dalam Sediaan Gel Ekstrak Etanolik Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis L.) Terhadap Sifat Fisik Gel Dan Aktivitas Antibakteri
Staphylococcus aureus. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oktavia, Niken Rima. 2014. Efektifitas beberapa sabun pembersih wajah antiacne
terhadap pertumbuhan bakteri Propioni bacterium acnes. Jakarta : Uin
Syarif Hidayatullah

Putri, amelia. 2017. Penetapan Kadar Vitamin C Dari Selai Kulit Pisang Ambon
(Musa Paradisiaca L) Dengan Penambahan Buah Kersen (Muntingia
Calabura) Daun Buah Strawberry (Fragaria Ananassa Duchessne)
Dengan Metode Spektrofotometri Uv-Vis. Karya Tulis Ilmiah. Tegal:
Politeknik Harapan Bersama

Pratama, hartono putra. 2018. Pemanfaatan Limbah Ampas Tahu Dan Pemberian
Poc Daun Gamal (Gliricidia Sepium J.) Terhadap Pertumbuhan Dan
Hasil Tanaman Lobak (Raphanus sativus L). Medan : Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara

Ratnasari, Devi., Effionora Anwar., dan Fadlina Chany. 2016. Uji Penetrasi In-
Vitro Sediaan Gel yang Mengandung Transfersom “Rutin” Serta Uji
Aktivitas Anti Artritis Reumatoid. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia
Volume 14 No 2. Universitas Indonesia

Riyanta, aldi budi., Rizki Febriyanti., 2018. Pengaruh Kombinasi Ekstrak Biji
Kopi Dan Rimpang Jahe Terhadap Sifat Fisik Sediaan Foot Sanitizer
Spray. Jurnal Para Pemikir Volume 7 No 2. Politeknik Harapan Bersama
Tegal
73

Rowe, R.C. et Al. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients. Edisi 6. The


Pharmaceutical Press, London.

Sari, Rafika., Ade Ferdinan., 2017. Pengujian Aktivitas Antibakteri Sabun Cair
dari Ekstrak Kulit Daun Lidah Buaya. Pharmaceutical Sciences &
Research Volume 4 No 3. Pontianak : Universitas Tanjungpura

Sayuti, Nutrisia Aquariushinta. 2015. Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan
Gel Ekstrak Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L). Jurnal Kefarmasian
Indonesia Volume 5 No 4. Surakarta : Poltkes Kemenkes Surakarta

Siti, Nurjanah., Anita Agustina., Rahmi Nurhaini., 2016. Penetapan Kadar


Vitamin C pada Jerami Nangka (Artocarpus heterpophyllus L). Stikes
Muhammadiyah Klaten

Sitorus, Dini Rizky., Agus Alim Muin., dan Muhammad Amin. 2019. Pemilihan
Facial Wash Untuk Kulit Wajah Berminyak dengan Metode Promethee II.
Kalimantan: Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari
Banjarmasin

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung

Sugiyono.2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung

Susanti, Maulani. 2016. Pengaruh Perebusan Terhadap Kandungan Nitrat dan


Nitrit dalam Lobak (Raphanus sativus). Medan : Universitas Sumatera
Utara

Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Jakarta

Syofyan., Yelni, E.A., Azhar, R., 2013. Penggunaan Kombinasi Pati Bengkuang-
Avicel Ph 101 Sebagai Bahan Pengisi Co-Process Tablet Isoniazid Cetak
Langsung. Jurnal Farmasi Higea, Volume 5, No.1.

Utami, Novi Fajar., Sara Nurmala., Cantika Zaddana., dan Rizqi Aulia Rahmah.
2019. Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Face Wash Gel Lendir Bekicot
(Achatina fulica) dan Kopi Robusta (Coffea canephora) Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus. Jurnal Fitofarmaka Volume 9 No 1. Indonesia

Voigt, R., 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi 5. Yogyakarta:


Universitas Gadjah Mada

Wijaya, Kusuma Lestari., Hari Santoso., dan Ahmad Syauqi. 2018. Analisa
Organoleptik Proporsi Pati Bengkuang (Pachyrizus erosus) dan Bubuk
Daun Katuk (Sauropus androgynus) sebagai Lulur Kulit pada Wanita.
Jurnal Ilmah Sains Alami Volume 1 No 1. Universitas Islam Malang
74

Wulandari, putri. 2015. Formulasi dan Evaluasi Sifat Fisik Sediaan Gel Ekstrak
Pegagan (Centella asiatica L) dengan gelling agent Karbopol 940 dan
Humektan Propilen Glikol. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma

Yati, Kori., Mahdi Jufri., Misri Gozan., Mardiastuti., dan Lusi Putri Dwita. 2018.
Pengaruh Variasi Konsentrasi Hidroxy Propyl Methyl Cellulose (HPMC)
terhadap Stabilitas Fisik Gel Ekstrak Tembakau (Nicotianatabaccum L.)
dan Aktivitasnya terhadap Streptococcus mutans. Pharmaceutical Sciences
& Research Volume 5 No 3. Jakarta : Universitas Muhammadiyah Prof.
Dr. HAMKA
75
76

Lampiran 1

Perhitungan Hasil Ekstrak Dan Pati

1. Perhitungan Ekstrak Lobak

a. Ekstrak Lobak

Beaker glass kosong = 162,46 gram (a)

Beaker glass + sampel = 662,67 gram (b)

Beaker glass + sisa = 162,53 gram (c)

Berat sampel =b–c

= 662,67 – 162,53 gram

= 500 gram

b. Presentase Ekstrak Cair Lobak

Beaker glass kosong = 92,57 gram (a)

Beaker glass + sampel = 266,31 gram (b)

Berat ekstrak cair =b–a

= 266,31 - 92,57 gram

= 173,45 gram

Presentase Rendemen = x 100%

,
= x 100%

= 34,69 %
77

2. Perhitungan Pati Bengkuang

Berat sampel = 8000 gram

Berat pati = 97,56 gram

berat pati
Rendemen = x 100%
berat sampel

53,05 gram
= x 100%
8000 gram

= 1,21 %
78

Lampiran 2

Perhitungan Penimbangan Bahan

Formula 0

16
- KOH = 100 x 30 ml

= 4,8 gram

- Cmc Na = x 30 ml

= 0,9 gram

- Gliserin = x 30 ml

= 4,5 ml

- Asam sitrat = x 30 ml

= 0,3 gram
. '
- Metil paraben = x 30 ml

= 0,006 gram
, (
- Propil paraben = x 30ml

= 0,054 gram

- Sodium lauril sulfat = x 30 ml

= 0,3 gram

- Aquadest = 30ml - (4,8 + 0,9 + 4,5 + 0,3 + 0,006 +

0,054 + 0,3 )

= 19,14 ml
79

Formula I

12,5
- Ekstrak lobak = x 30 ml
100

= 3,75 ml

12,5
- Pati bengkuang = x 30 ml
100

= 3,75 gram

16
- KOH = 100 x 30 ml

= 4,8 gram

- Cmc Na = x 30 ml

= 0,9 gram

- Gliserin = x 30 ml

= 4,5 ml

- Asam sitrat = x 30 ml

= 0,3 gram
. '
- Metil paraben = x 30 ml

= 0,006 gram
, (
- Propil paraben = x 30ml

= 0,054 gram

- Sodium lauril sulfat = x 30 ml

= 0,3 gram

Aquadest = 30ml - (3,75 + 3,75 + 4,8 + 0,9 + 4,5 + 0,3


80

+ 0,006 + 0,054 + 0,3 )

= 11,64 ml

Formula II

17,5
- Ekstrak lobak = x 30 ml
100

= 5,25 ml

17,5
- Pati bengkuang = 100
x 30 ml

= 5,25 gram

16
- KOH = 100 x 30 ml

= 4,8 gram

- Cmc Na = x 30 ml

= 0,9 gram

- Gliserin = x 30 ml

= 4,5 ml

- Asam sitrat = x 30 ml

= 0,3 gram
. '
- Metil paraben = x 30 ml

= 0,006 gram
, (
- Propil paraben = x 30ml

= 0,054 gram

- Sodium lauril sulfat = x 30 ml


81

= 0,3 gram

- Aquadest = 30ml - (5,25 + 5,25 + 4,8 + 0,9 + 4,5 + 0,3

+ 0,006 + 0,054 + 0,3 )

= 8,64 ml

Formula III

20
- Ekstrak lobak = 100 x 30 ml

= 6 ml

20
- Pati bengkuang = x 30 ml
100

= 6 gram

16
- KOH = 100 x 30 ml

= 4,8 gram

- Cmc Na = x 30 ml

= 0,9 gram

- Gliserin = x 30 ml

= 4,5 ml

- Asam sitrat = x 30 ml

= 0,3 gram
. '
- Metil paraben = x 30 ml

= 0,006 gram
, (
- Propil paraben = x 30ml

= 0,054 gram
82

- Sodium lauril sulfat = x 30 ml

= 0,3 gram

- Aquadest = 30ml - (6 + 6 + 4,8 + 0,9 + 4,5 + 0,3

+ 0,006 + 0,054 + 0,3 )

= 7,14 ml
83

Lampiran 3

Perhitungan bobot jenis

Formula Pikno Pikno Pikno + Hasil Standar


Kosong + air sampel (Sari dan
(A) (B) (C) Ade, 2017)
0 19,92 44,50 47,21 1,0916 g/ml 1,01 – 1,10
19,92 44,54 47,50 1,1032 g/ml g/ml
19,92 44,52 47,79 1,1148 g/ml
I 19,83 45,79 49,21 1,1752 g/ml
19,83 45,83 49,50 1,1868 g/ml
19,83 45,92 49,52 1,1852 g/ml
II 20,24 45,87 50,61 1,2148 g/ml
20,24 45,95 50,82 1,2232 g/ml
20,24 45,85 50,99 1,23 g/ml
III 19,92 45,21 49,99 1,2028 g/ml
19,92 45,50 49,87 1,198 g/ml
19,92 45,79 49,98 1,2024 g/ml
Merk X 19,92 45,63 47,21 1,0916 g/ml

Formula 0

Replikasi 1

- Berat pikno kosong = 19,92 gram

- Berat pikno + sampel = 47,21 gram

- Volume = 25 ml
,' + ,,,'
- Bj sampel = '

= 1,0916 g/ml

Replikasi 2

- Berat pikno kosong = 19,92 gram

- Berat pikno + sampel = 47,50 gram

- Volume = 25 ml
84

, + ,,,'
- Bj sampel =
'

= 1,1032 g/ml

Replikasi 3

- Berat pikno kosong = 19,92 gram

- Berat pikno + sampel = 44,52 gram

- Volume = 25 ml
, '+ ,,,'
- Bj sampel = '

= 1,1148 g/ml

Formula I

Replikasi 1

- Berat pikno kosong = 19,83 gram

- Berat pikno + sampel = 49,21 gram

- Volume = 25 ml
,,' + ,,(
- Bj sampel =
'

= 1,1752 g/ml

Replikasi 2

- Berat pikno kosong = 19,83 gram

- Berat pikno + sampel = 49,50 gram

- Volume = 25 ml
,, + ,,(
- Bj sampel =
'

= 1,1868 g/ml
85

Replikasi 3

- Berat pikno kosong = 19,83 gram

- Berat pikno + sampel = 49,52 gram

- Volume = 25 ml
,, '+ ,,(
- Bj sampel =
'

= 1,1852 g/ml

Formula 2

Replikasi 1

- Berat pikno kosong = 20,24 gram

- Berat pikno + sampel = 50,61 gram

- Volume = 25 ml
,- +' ,'
- Bj sampel =
'

= 1,0252 g/ml

Replikasi 2

- Berat pikno kosong = 20,24 gram

- Berat pikno + sampel = 50,82 gram

- Volume = 25 ml
,('+' ,'
- Bj sampel =
'

= 1,2232 g/ml
86

Replikasi 3

- Berat pikno kosong = 20,24 gram

- Berat pikno + sampel = 50,99 gram

- Volume = 25 ml
,,,+' ,'
- Bj sampel =
'

= 1,23 g/ml

Formula III

Replikasi 1

- Berat pikno kosong = 19,92 gram

- Berat pikno + sampel = 49,99 gram

- Volume = 25 ml
,,,, + ,,,'
- Bj sampel =
'

= 1,2028 g/ml

Replikasi 2

- Berat pikno kosong = 19,92 gram

- Berat pikno + sampel = 49,87 gram

- Volume = 25 ml
,,( + ,,,'
- Bj sampel =
'

= 1,198 g/ml
87

Replikasi 3

- Berat pikno kosong = 19,92 gram

- Berat pikno + sampel = 49,98 gram

- Volume = 25 ml
,,,( + ,,,'
- Bj sampel =
'

= 1,2024 g/ml

Merk X

- Berat pikno kosong = 19,92 gram

- Berat pikno + sampel = 47,21 gram

- Volume = 25 ml
,' + ,,,'
- Bj sampel =
'

= 1,0916 g/ml
88

Lampiran 4

Perhitungan Viskositas

Perhitungan viskositas dilakukan dengan cara :


. / 0
.'
= /' 0'

Keterangan :

η1 : viskositas standar 0,8904 cP (Riyanta, 2018)

η2 : viskositas dari sampel

ρ1 : berat jenis standar (aqudest)

ρ2 : berat jenis sampel

t1 : waktu alir dalam detik standar (aqudest)

t2 : waktu alir dalam detik sampel

Formula 0

Replikasi 1

Diketahui = η1 = 0,8904 cP

ρ1 = 1,02 g/ml

ρ2 = 1,09 g/ml

t1 = 2,50 s

t2 = 4,80 s
. / 0
=
.' /' 0'

,(, , ' 1 ',


.'
= , , 1 ,(

= 3,72 cP
89

Replikasi 2

Diketahui = η1 = 0,8904 cP

ρ1 = 1,02 g/ml

ρ2 = 1,10 g/ml

t1 = 2,50 s

t2 = 4,60 s
. / 0
.'
= /' 0'

,(, , ' 1 ',


=
.' , 1 ,-

= 3,60 cP

Replikasi 3

Diketahui = η1 = 0,8904 cP

ρ1 = 1,02 g/ml

ρ2 = 1,11 g/ml

t1 = 2,50 s

t2 = 5,01 s
. / 0
=
.' /' 0'

,(, , ' 1 ',


=
.' , 1 ,

= 3,96 cP
90

Formula I

Replikasi 1

Diketahui = η1 = 0,8904 cP

ρ1 = 1,02 g/ml

ρ2 = 1,17 g/ml

t1 = 2,50 s

t2 =6,25 s
. / 0
= /' 0'
.'

,(, , ' 1 ',


.'
= , 1 -,'

= 5,20 cP

Replikasi 2

Diketahui = η1 = 0,8904 cP

ρ1 = 1,02 g/ml

ρ2 = 1,18 g/ml

t1 = 2,50 s

t2 = 6,40 s
. / 0
= /' 0'
.'

,(, , ' 1 ',


=
.' , ( 1 -,

= 2,10 cP
91

Replikasi 3

Diketahui = η1 = 0,8904 cP

ρ1 = 1,02 g/ml

ρ2 = 1,10 g/ml

t1 = 2,50 s

t2 = 4,60 s
. / 0
=
.' /' 0'

,(, , ' 1 ',


.'
= , 1 ,-

= 3,60 cP

Formula II

Replikasi 1

Diketahui = η1 = 0,8904 cP

ρ1 = 1,02 g/ml

ρ2 = 1,21 g/ml

t1 = 2,50 s

t2 = 8,10 s
. / 0
= /' 0'
.'

,(, , ' 1 ',


.'
= ,' 1 (,

= 6,98 cP
92

Replikasi 2

Diketahui = η1 = 0,8904 cP

ρ1 = 1,02 g/ml

ρ2 = 1,22 g/ml

t1 = 2,50 s

t2 = 7,95 s
. / 0
=
.' /' 0'

,(, , ' 1 ',


.'
= ,'' 1 ,,

= 6,90 cP

Replikasi 3

Diketahui = η1 = 0,8904 cP

ρ1 = 1,02 g/ml

ρ2 = 1,23 g/ml

t1 = 2,50 s

t2 = 8,23 s
. / 0
=
.' /' 0'

,(, , ' 1 ',


=
.' ,' 1 (,'

= 7,20 cP
93

Formula III

Replikasi 1

Diketahui = η1 = 0,8904 cP

ρ1 = 1,02 g/ml

ρ2 = 1,20 g/ml

t1 = 2,50 s

t2 = 8,11 s
. / 0
=
.' /' 0'

,(, , ' 1 ',


.'
= ,' 1 (,

= 6,93 cP

Replikasi 2

Diketahui = η1 = 0,8904 cP

ρ1 = 1,02 g/ml

ρ2 = 1,19 g/ml

t1 = 2,50 s

t2 = 7,85 s
. / 0
= /' 0'
.'

,(, , ' 1 ',


.'
= , , 1 ,(

= 6,64 cP
94

Replikasi 3

Diketahui = η1 = 0,8904 cP

ρ1 = 1,02 g/ml

ρ2 = 1,20 g/ml

t1 = 2,50 s

t2 = 7,98 s
. / 0
=
.' /' 0'

,(, , ' 1 ',


.'
= ,' 1 ,,(

= 6,82 cP

Merk X

Diketahui = η1 = 0,8904 cP

ρ1 = 1,02 g/ml

ρ2 = 1,09 g/ml

t1 = 2,50 s

t2 = 6,87 s
. / 0
=
.' /' 0'

,(, , ' 1 ',


=
.' , , 1 -,(

= 5,33 cP
95

Lampiran 5

Perhitungan Daya Sebar

Formula Beban 50 g Beban 100 g


Diameter Luas Diameter Luas
(cm) 2
Permukaan(cm ) (cm) Permukaan(cm2)
0 7,3 41,83 7,5 44,14

5,5 24,61 5,8 26,40

6,3 31,15 6,5 33,16

Rata-rata 6,3 32,53 6,6 35,57

I 4,8 18,08 5,0 19,62

5,7 25,50 6,0 28,26

4,6 16,61 4,9 18,84

Rata-rata 5,0 25,37 5,3 22,24

II 4,3 14,51 4,5 15,89

4,8 18,08 5,0 19,62

5,3 22,05 5,5 23,74

Rata-rata 4,8 18,21 5 19,74

III 4,2 13,84 4,4 15,19

3,4 9,61 3,8 11,33

4,3 14,51 4,5 15,89

Rata-rata 3,9 12,65 4,23 14,13

Merk x 5,6 24,61 5,9 27,32


96

Perhitungan Luas Daya Sebar 50 gram

Formula 0

1. L = π(r) 2

= 3,14 x (3,65) 2

= 3,14 x 13,32

= 41,83 cm2

2. L = π(r) 2

= 3,14 x (2,8) 2

= 3,14 x 7,84

= 24,61 cm2

3. L = π(r) 2

= 3,14 x (3,15) 2

= 3,14 x 9,9225

= 31,15 cm2

Formula I

1. L = π(r) 2

= 3,14 x (2,4) 2
97

= 3,14 x 5,76

= 18,08 cm2

2. L = π(r) 2

= 3,14 x (2,85) 2

= 3,14 x 8,1225

= 25,50 cm2

3. L = π(r) 2

= 3,14 x (2,3) 2

= 3,14 x 5,29

= 16,61 cm2

Formula II

1. L = π(r) 2

= 3,14 x (2,15) 2

= 3,14 x 4,6225

= 14,51 cm2

2. L = π(r) 2

= 3,14 x (2,4) 2
98

= 3,14 x 5,76

= 18,08 cm2

3. L = π(r) 2

= 3,14 x (2,65) 2

= 3,14 x 7,0225

= 22,05 cm2

Formula 3

1. L = π(r) 2

= 3,14 x (2.1) 2

= 3,14 x 4,41

= 13,84 cm2

2. L = π(r) 2

= 3,14 x (1,75) 2

= 3,14 x 3,0625

= 9,61 cm2

3. L = π(r) 2

= 3,14 x (2,15) 2
99

= 3,14 x 4,6225

= 14,51 cm2

Merk X = L = π(r) 2

= 3,14 x (2,8) 2

= 3,14 x 7,84

= 24,61 cm2

Perhitungan Luas Daya Sebar 100 gram

Formula 0

1. L = π(r) 2

= 3,14 x (3,75) 2

= 3,14 x 14,06

= 44,14 cm2

2. L = π(r) 2

= 3,14 x (2,9) 2

= 3,14 x 8,41

= 26,40 cm2
100

3. L = π(r) 2

= 3,14 x (3,25) 2

= 3,14 x 10,56

= 33,16 cm2

Formula I

1. L = π(r) 2

= 3,14 x (2,5) 2

= 3,14 x 6,25

= 19,62 cm2

2. L = π(r) 2

= 3,14 x (3) 2

= 3,14 x 9

= 28,26 cm2

3. L = π(r) 2

= 3,14 x (2,45) 2

= 3,14 x 6

= 18,84 cm2
101

Formula II

1. L = π(r) 2

= 3,14 x (2,25) 2

= 3,14 x 5,06

= 15,89 cm2

2. L = π(r) 2

= 3,14 x (2,5) 2

= 3,14 x 6,25

= 19,62 cm2

3. L = π(r) 2

= 3,14 x (2,75) 2

= 3,14 x 7,56

= 23,74 cm2

Formula III

1. L = π(r) 2

= 3,14 x (2,2) 2
102

= 3,14 x 4,84

= 15,19 cm2

2. L = π(r) 2

= 3,14 x (1,9) 2

= 3,14 x 3,61

= 11,33 cm2

3. L = π(r) 2

= 3,14 x (2,25) 2

= 3,14 x 5,06

= 15,89 cm2

Merk X = L = π(r) 2

= 3,14 x (2,95) 2

= 3,14 x 8,70

= 27,32 cm2
103

Lampiran 6

Gambar penelitian

No. Gambar Keterangan

1. Mencuci lobak

2. Memotong lobak

3. Direfluk selama 2
jam
104

4.
Menyaring hasil
ekstraksi

5. Hasil ekstrak cair

Menyaring
bengkuang yang
6. sudah diblender
105

7.

Oven dengan suhu


100oC selama 2 jam

8.

Hasil pati bengkuang

9.

Pembuatan gel facial


wash

10. Gel facial wash


formula 0
106

Gel facial wash


formula I
11.

12. Gel facial wash


formula II

13. Gel facial wash


formula III

14. Uji Homogenitas


107

15. Uji pH

16. Uji daya sebar 50


gram

17. Uji daya sebar 100


gram
108

18. Uji bobot jenis

19. Uji viskositas

20. Uji tinggi busa


109

21. Uji kesukaan


110
CURICULUM VITAE

Nama : Dwi Restu Herawati


Tempat Tanggal Lahir: Tegal, 24 Mei 1999
Alamat : Gumayun Rt 16 Rw 06 Kec. Dukuhwaru Kab. Tegal
Email : herawatidwirestu@gmail.com
No. HP/ WA : 0877 9485 3518

Pendidikan
SD : SD Gumayun 03
SMP : SMP N 1 Dukuhwaru
SMA : SMA N 1 Dukuhwaru
DIII : DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal
Judul KTI : Formulasi Dan Uji Sifat Fisik Sediaan Gel Facial Wash
dari Ekstrak Lobak (Raphanus Sativus L) dan Bengkuang
(Pachyrizus Erosus)

Nama Orang Tua


Ayah : Raharjo
Ibu : Sugiasih

Pekerjaan Orang Tua


Ayah : PNS
Ibu : Ibu Rumah Tangga

Alamat Orang Tua


Ayah : Gumayun Rt 16 Rw 06 Kec. Dukuhwaru Kab. Tegal
Ibu : Gumayun Rt 16 Rw 06 Kec. Dukuhwaru Kab. Tegal

111

Anda mungkin juga menyukai