Anda di halaman 1dari 111

PENGARUH BASIS MINYAK KELAPA, MINYAK ZAITUN,

DAN MINYAK JARAK TEHADAP SIFAT FISIK SEDIAAN

SABUN PADAT EKSTRAK KULIT DURIAN

(Durio zibethinus Murr)

HALAMAN SAMPUL

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

FANY RIZZA IMAMI

16080193

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL

2019
PENGARUH BASIS MINYAK KELAPA, MINYAK ZAITUN,

DAN MINYAK JARAK TEHADAP SIFAT FISIK SEDIAAN

SABUN PADAT EKSTRAK KULIT DURIAN

(Durio zibethinus Murr)

HALAMAN JUDUL

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Derajat Ahli Madya

Oleh :

FANY RIZZA IMAMI

16080193

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL

2019

ii
iii
iv
v
vi
MOTTO

Pendidikan merupakan senjata paling ampuh yang bisa kamu gunakan

untuk merubah dunia (Nelson Mandela)

Hargailah usahamu dan yakinlah dibalik kesuksesanmu ada setitik doa dari

kedua orang tuamu.

Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan;

dan saya percaya pada diri saya sendiri." (Muhammad Ali)

Kegagalan dan kesalahan mengajari kita untuk mengambil pelajaran dan menjadi

lebih baik.

Karunia Allah yang paling lengkap adalah kehidupan yang didasarkan pada ilmu

pengetahuan (Ali bin Abi Thalib)

Seorang yang bertindak tanpa ilmu ibarat bepergian tanpa petunjuk. Dan sudah

banyak yang taahu kalau orang seperti itu sekuranya akan hancur, buakan

selamat. (Hasan Al Basri).

Kupersembahkan Buat:

Allah SWT
Kedua orang tuaku
Keluarga besarku di Tegal
Sahabat-sahabat ku
Teman-teman satu angkatan
Dosen pembimbingku
Keluarga kecil DIII Farmasi
Almamaterku

vii
PRAKATA

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun Karya

Tulis Ilmiah yang berjudul “PENGARUH MINYAK KELAPA, MINYAK

JARAK, DAN MINYAK ZAITUN TERHADAP SIFAT FISIK SEDIAAN

SABUN PADAT EKSTRAK KULIT DURIAN (Durio zibethinus Murr)”

Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi persyaratan

dalam menempuh ujian akhir Pendidikan Diploma III Farmasi Politeknik Harapan

Bersama Tegal.

Dalam penyusunan Kaya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan, pengarahan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Ir. MC. Chambali, B.Eng. EE, M.Kom selaku Direktur Politeknik Harapan

Bersama Tegal.

2. Bapak Heru Nurcahyo, S.Farm, M. Sc., Apt selaku Ka. Prodi DIII Farmasi

Politeknik Harapan Bersama Tegal.

3. Bapak Aldi Budi Riyanta, S.Si., M.T selaku dosen pembimbing I yang telah

meluangkan waktu guna memberi pengarahan dan saran dalam menyusun

Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Ibu Rizki Febriyanti, M.Farm., Apt selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan dorongan serta arahan.

viii
5. Seluruh Staf dan Dosen Politeknik Harapan Bersama Tegal.

6. Orang tua tercinta yang telah banyak memberikan dorongan moril maupun

material dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan dorongan dan semangat

dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu dalam pelaksanaan

pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

Karya Tulis ilmiah ini, maka penulis berharap kritik dan saran pembaca untuk

kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Tegal, Mei 2019

Penulis

ix
Intisari

Imami, Fany Rizza., Riyanta, Aldi Budi., Febriyanti, Rizki., 2019. Pengaruh
Basis Minyak Kelapa, Minyak Zaitun, Dan Minyak Jarak Tehadap Sifat Fisik
Sediaan Sabun Padat Ekstrak Kulit Durian (Durio zibethinus Murr).

Kulit durian (Durio zibethinus Murr) merupakan salah satu tanaman yang
mengandung senyawa tanin, alkaloid, triterpenoid, flavononoid dan saponin.
Kandungan senyawa aktif pada ekstrak pangsa kulit buah durian mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada keringat penyebab
bau badan, sehingga untuk memudahkan penggunaan maka dibuat menjadi sediaan
sabun padat. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan basis
terhadap sifat fisik sediaan sabun padat ekstrak kulit durian (Durio zibethinus
Murr).
Dalam penelitian ini dibuat 3 formula dengan basis minyak kelapa, minyak
zaitun, dan minyak jarak dengan konsentrasi 15%. Metode pembuatan ekstrak kulit
durian adalah metode maserasi. Sediaan sabun padat yang telah jadi dilakukan
pengujian sifat fisiknya yang meliputi uji organoleptis, uji tinggi busa, uji kadar air,
uji asam lemak, dan uji alkali bebas. Hasil uji kemudian dianalisis menggunakan
uji ANOVA satu arah yang terdiri dari deskriptive anova.
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh perbedaan basis minyak
kelapa, minyak jarak, dan minyak zaitun terhadap sifat fisik sediaan sabun padat
ekstrak kulit durian (Durio zibethinus Murr) dengan minyak kelapa memberikan
pengaruh paling baik dilihat dari uji asam lemak dan uji alkali bebas.

Kata kunci : kulit durian, sabun padat, basis minyak, uji sifat fisik.

x
Abstract

Imami, Fany Rizza., Riyanta, Aldi Budi., Febriyanti, Rizki., 2019. The effect of
Coconut Oil Base, Olive Oil, and Tea Castor Oil on Physical Properties of Solid
Soap Preparation of Durian Skin Extract (Durio zibethinus Murr).

Durian skin (Durio zibethinus Murr) is one of the plants containing


tannins, alkaloids, triterpenoids, flavonoids and saponins. The active compound
content in the extract of the share of durian fruit skin can inhibit the growth of
Staphylococcus aureus bacteria in sweat causing body odor, so that to facilitate use
it is made into solid soap preparations. This study aimed to determine the effect of
the base use on the physical properties of solid soap preparations of durian skin
extract (Durio zibethinus Murr).
In this study 3 formulas were made based on coconut oil, olive oil and
castor oil with a concentration of 15%. The method of making durian skin extract
was the maceration method. Solid soap preparations had been tested for their
physical properties which include organoleptic test, foam high test, moisture
content test, fatty acid test, and free alkali test. The test results were then analyzed
by using a one-way ANOVA test consisting of descriptive anova.
The results showed the influence of differences in the basis of coconut oil,
castor oil, and olive oil on the physical properties of solid soap preparations durian
skin extract (Durio zibethinus Murr) with coconut oil give the best influence seen
from the fatty acid test and free alkali test.

Keywords: durian skin, solid soap, oil base, physical properties test.

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i


HALAMAN JUDUL............................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................... Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................................ v
MOTTO ................................................................................................................ vii
PRAKATA ........................................................................................................... viii
INTISARI................................................................................................................ x
ABSTRACT ........................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
1.3 Batasan Masalah.......................................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 5
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5
1.6 Keaslian Penelitian ...................................................................................... 6
BAB II ..................................................................................................................... 7
2.1 Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 7
2.1.1 Tanaman Buah Durian ...................................................................... 7
2.1.2 Simplisia.......................................................................................... 11
2.1.3 Ekstrak............................................................................................. 11
2.1.4 Maserasi .......................................................................................... 11
2.1.5 Flavonoid ........................................................................................ 14
2.1.6 Sabun ............................................................................................... 14
2.1.7 Uraian Bahan ................................................................................... 23
2.1 Hipotesis.................................................................................................... 27
BAB III ................................................................................................................. 28
3.1 Objek Penelitian .......................................................................................... 28
3.2 Sampel dan Teknik Sampling...................................................................... 28
3.3 Variabel Penelitian ...................................................................................... 28
3.3.1. Variabel Bebas ................................................................................ 29
3.3.2. Variabel Terikat ............................................................................. 29
3.2.3. Variabel Kontrol.............................................................................. 29
3.4 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 29
3.4.1. Cara Pengumpulan Data.................................................................. 29

xii
3.4.2. Alat dan Bahan ................................................................................ 30
3.4.3. Cara kerja ........................................................................................ 30
3.5 Cara Analisis ............................................................................................... 44
3.5.1. Pendekatan teoritis .......................................................................... 44
3.5.2. Pendekatan Statistik ........................................................................ 44
BAB IV ................................................................................................................. 45
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 45
1. Uji Organoleptis ........................................................................................ 49
2. Uji pH ........................................................................................................ 50
3. Uji Tinggi Busa dan Stabilitas Busa ......................................................... 51
4. Uji Kadar Air............................................................................................. 53
5. Uji Asam Lemak ....................................................................................... 55
6. Uji Alkali Bebas ........................................................................................ 57
BAB V................................................................................................................... 60
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 60
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 60
5.2 Saran ............................................................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 61
LAMPIRAN .......................................................................................................... 64
CURRICULUM VITAE ....................................................................................... 94

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kulit Durian......................................................................................... 7


Gambar 3. 1 Skema Persiapan Bahan Kulit Durian .............................................. 31
Gambar 3. 2 Skema Pembuatan Serbuk Simplisia Kulit Durian .......................... 31
Gambar 3. 3 Skema Identifikasi Sampel Secara Mikroskopis .............................. 32
Gambar 3. 4 Skema Pembuatan Ekstrak Kulit Durian .......................................... 33
Gambar 3. 5 Skema Uji Bebas Alkohol ................................................................ 33
Gambar 3. 6 Skema Uji Identifikasi Flavonoid .................................................... 34
Gambar 3. 7 Skema Pembuatan Sabun Padat ....................................................... 36
Gambar 3. 8 Skema uji organoleptis ..................................................................... 37
Gambar 3. 9 Ilustrasi Uji Organoleptis ................................................................. 37
Gambar 3. 10 Skema Uji Tinggi Dan Stabilitas Busa Dalam Air Suling ............. 37
Gambar 3. 11 Ilustrasi Uji Tinggi dan Stabilitas Busa Dalam Air Suling ............ 38
Gambar 3. 12 Skema Uji pH Sabun ...................................................................... 38
Gambar 3. 13 Ilustrasi Uji pH Sabun .................................................................... 39
Gambar 3. 14 Skema Uji Penetapan Kadar Air .................................................... 40
Gambar 3. 15 Ilustrasi Uji Penetapan Kadar Air .................................................. 40
Gambar 3. 16 Skema Uji Asam Lemak ............................................................... 41
Gambar 3. 17 Ilustrasi Uji Penetapan Kadar Air .................................................. 42
Gambar 3. 18 Skema Uji Alkali Bebas ................................................................. 43
Gambar 3. 19 Ilustrasi Uji Alkali Bebas ............................................................... 44

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian................................................................................. 6


Tabel 3.1 Rancangan Formula Sabun Padat ......................................................... 35
Tabel 4. 1 Uji Mikroskopis ................................................................................... 46
Tabel 4. 2 Hasil uji identifikasi ............................................................................. 48
Tabel 4. 3 Hasil Uji Organoleptis Sabun padat ekstrak kulit durian ..................... 49
Tabel 4. 4 Hasil Uji pH ......................................................................................... 51
Tabel 4. 5 Uji Tinggi Busa dan Stabilitas Busa .................................................... 52
Tabel 4. 6 Hasil Anova Satu Arah ........................................................................ 53
Tabel 4. 7 Uji Kadar Air ....................................................................................... 54
Tabel 4. 8 Hasil Anova Satu Arah ........................................................................ 55
Tabel 4. 9 Hasil Uji Asam Lemak ......................................................................... 56
Tabel 4. 10 Hasil Anova Satu Arah ...................................................................... 57
Tabel 4. 11 Hasil Uji Alkali Bebas ....................................................................... 58
Tabel 4. 12 Hasil Anova Satu Arah ...................................................................... 59

xv
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Perhitungan Sampel Simplisia ..................................................... 61


LAMPIRAN 2 Perhitungan Ekstrak Cair Hasil Maserasi..................................... 65
LAMPIRAN 3 Perhitungan larutan NaOH 30% ................................................... 66
LAMPIRAN 4 Perhitungan Larutan KOH 0,1 N Dalam etanol ........................... 67
LAMPIRAN 5 Perhitungan pembuatan larutan HCl 0,1 N Dalam Etanol .......... 68
LAMPIRAN 6 Perhitungan larutan H2SO4 20% ................................................... 69
LAMPIRAN 7 Penimbangan Bahan ..................................................................... 70
LAMPIRAN 8 Hasil Uji Organoleptis .................................................................. 72
LAMPIRAN 9 Hasil Uji pH ................................................................................. 73
LAMPIRAN 10 Hasil Uji Tinggi Busa dan Stabilitas Busa ................................. 74
LAMPIRAN 11 Hasil Uji Kadar Air .................................................................... 75
LAMPIRAN 12 Hasil Uji Asam Lemak ............................................................... 78
LAMPIRAN 13 Hasil Uji Alkali Bebas................................................................ 82
LAMPIRAN 14 Dokumentasi Penelitian ............................................................. 86
LAMPIRAN 15 Dokumentasi Proses Pembuatan Sabun ..................................... 88
LAMPIRAN 16 Dokumentasi Uji Sediaan ........................................................... 90

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebersihan merupakan hal yang sangat penting karena semakin banyaknya

penyakit yang timbul karena bakteri dan kuman.Sabun merupakan salah satu

sarana untuk membersihkan diri dari kotoran, kuman dan hal-hal lain yang

membuat tubuh menjadi kotor. Bahkan di zaman sekarang ini sabun bukan

hanya digunakan untuk membersihkan diri, tetapi juga ada beberapa sabun yang

sekaligus berfungsi untuk melembutkan kulit, memutihkan kulit, maupun

menjaga kesehatan kulit (Maripa dkk., 2014).

Berdasarkan bentuknya, sabun yang dikenal pada saat ini ada bermacam-

macam diantaranya berupa sabun cair (liquid soap), sabun padat opaque (sabun

padat biasa), dan juga sabun padat transparan. Di pasaran, sabun padat lebih

sering digunakan oleh masyarakat pada umumnya, selain harganya lebih

ekonomis dibandingkan dengan sabun mandi jenis lain, sabun mandi padat

sangat akrab dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian besar masyarakat

menggunakan sabun padat untuk membersihkan badan. Hal ini karena sabun

mandi padat harganya relatif lebih murah (Langingi dkk., 2012).

Dalam Pembuatan Sabun diperlukan basis. Basis merupakan bahan dasar

pembuatan sabun yang berupa asam lemak. Dua komponen utama penyusun

sabun adalah asam lemak dan alkali. Pemilihan jenis asam lemak menentukan

karakteristik sabun yang dihasilkan, karena setiap jenis asam lemak akan

1
2

memberikan sifat yang berbeda pada sabun. Asam lemak merupakan komponen

utama penyusun lemak dan minyak, sehingga pemilihan jenis minyak yang akan

digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun merupakan hal yang sangat

penting (Widyasanti dkk., 2018). Bahan baku minyak yang digunakan dalam

penelitian ini adalah minyak kelapa, minyak zaitun, dan minyak jarak. Minyak

kelapa dipilih karena harganya yang murah dan mudah untuk didapat. Minyak

zaitun memiliki manfaat sangat baik bagi kesehatan tubuh, kecantikan wajah,

rambut, kulit dan untuk mengatasi berbagai masalah gangguan penyakit.

Minyak zaitun yang sudah diolah menjadi sabun dianggap sebagai obat terbaik

untuk kulit kering karena membantu mengangkat sel kulit mati dan

melembabkan kulit bersisik (Widyasanti, 2017). Minyak jarak termasuk

kategori superlatting oil. Minyak yang termasuk golongan ini memiiki nilai

lebih dalam melembabkan dan melembutkan kulit (Nugraha, 2017).

Produk sabun khususnya sabun mandi berbahan baku alam masih jarang

ditemukan. Kebanyakan dari sabun tersebut masih menggunakan bahan sintetik

sebagai bahan aktifnya. Penggunaan bahan sintetik sebagai bahan aktif pada

pembuatan sabun memiliki efek negatif terhadap kulit manusia seperti

menimbulkan iritasi (Ulia dkk, 2014). Potensi bahaya tersebut dapat diatasi

dengan pembuatan sabun dengan menggunakan bahan alami sebagai bahan

aktifnya seperti kulit durian.

Durian (Durio zibhetinus Murr) merupakan buah yang memiliki aroma yang

sangat khas, buah ini juga merupakan buah yang banyak diminati masyarakat

karena rasa enak dan aromanya yang harum. Pada saat musim buah durian,
3

maka masalah lingkungan pun terjadi akibat dari limbah kulit itu sendiri yang

merupakan limbah rumah tangga yang di buang sebagai sampah dan tidak

memiliki nilai ekonomi. Selama ini masyarakat yang tinggal di perkotaan hanya

mengonsumsi daging buah sedangkan kulit durian tersebut hanya menghiasi

lingkungan sebagai setumpuk sampah yang menghasilkan bau busuk dan

mendatangkan banyak kuman, serangga,lalat dan nyamuk yang dapat

menimbulkan sumber penyakit (Nururrahmah dan Rosnita 2018).

Menurut riset badan statistik pada tahun 2011, Indonesia mampu mencapai

1.818.949 ton untuk produksi durian. Dari segi struktur, bagian terbesar durian

adalah kulit durian sekitar 60-75 % (Arlofa 2015). Menurut Arlofa

(2015)dalam penelitiannya melaporkan bahwa kulit bagian dalam buah durian

mengandung senyawa tanin, alkaloid, triterpenoid, flavononoid dan saponin.

Hasrianti dkk. (2018), menyatakan bahwa kandungan senyawa aktif pada

ekstrak pangsa kulit buah durian mampu menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus pada keringat penyebab bau badan. Ekstrak etanol kulit

buah durian (Durio zibethinus Murr) juga mempunyai aktivitas antibakteri

terhadap Klebsiella pneumoniae dan Streptococcus pyogenes (Faizah, 2015).

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “PENGARUH JENIS MINYAK NABATI TERHADAP SIFAT

FISIK SEDIAAN SABUN PADAT EKSTRAK KULIT DURIAN (Durio

zibethinus Murr)”.
4

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan

sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh basis minyak kelapa, minyak zaitun, dan minyak

jarak terhadap sifat fisik sabun padat ekstrak kulit durian (Durio zibethinus

Murr) ?

2. Basis minyak manakah yang memiliki pengaruh paling baik terhadap sifat

fisik sabun padat ekstrak kulit durian (Durio zibethinus Murr) ?

1.3 Batasan Masalah

Agar pembahasan masalah menjadi terfokus, maka penulis hanya

membatasi peneltian pada bagian :

1. Kulit durian (Durio zibethinus Murr) yang digunakan diperoleh dari

pedagang durian di Jalan Setia Budi Kota Tegal.

2. Identifikasi kulit durian (Durio zibethinus Murr) yaitu menggunakan uji

mikroskopis.

3. Ekstraksi yang dilakukan dengan menggunakan metode maserasi dengan

etanol 70 % dengan perbandingan 1:7,5.

4. Uji identifikasi kandungan flavonoid pada ekstrak kulit durian (Durio

zibethinus Murr) dengan menggunakan uji warna.

5. Basis yang digunakan untuk pembuatan sabun adalah minyak kelapa ,

minyak jarak, dan minyak zaitun dengan konsentrasi masing-masing 15%.


5

6. Pengujian sabun padat yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji

organoleptis, uji pH, uji tinggi dan stabilitas busa dalam air suling, uji

penetapan kadar air, uji jumlah asam lemak dan uji alkali bebas.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh basis minyak kelapa, minyak

zaitun, dan minyak jarakterhadap sifat fisik sabun padat ekstrak kulit durian

(Durio zibethinus Murr).

2. Untuk mengetahui basis minyak yang memiliki pengaruh paling baik

terhadap sifat fisik sabun padat ekstrak kulit durian (Durio zibethinus

Murr).

1.5 Manfaat Penelitian

a) Manfaat Bagi Peneliti

1. Sebagai dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam rangka

pengembangan dalam memanfaatkan limbah kulit buah durian (Durio

zibethinus Murr).

2. Memberikan informasi kepada pembaca khususnya tentang manfaat

kulit durian (Durio zibethinus Murr) .

b) Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Peneltian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi di lingkungan

institusi pendidikan prodi DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama Kota

Tegal.
6

1.6 Keaslian Penelitian

Tabel 1. 1Keaslian Penelitian

No Pembeda Widyasanti Hasriantidkk. Imami (2018)


(2009) (2018)
1. Judul Kajian Pengaruh Efektivitas Pengaruh Basis
Penelitian Jenis Minyak Ekstrak Pangsa Minyak Kelapa,
Terhadap Mutu Kulit Buah Minyak Zaitun, dan
Sabun Transparan Durian Minyak Jarak
Terhadap Tehadap Sifat Fisik
Pertumbuhan Sediaan Sabun Padat
Bakteri Bau Ekstrak Kulit
Badan Durian (Durio
Zibethinus Murr)
2. Sampel Sabun Transparan Ekstrak Pangsa Sediaan Sabun Padat
(Subjek) Kulit Buah Ekstrak Kulit Durian
Penelitian Durian (Durio Zibethinus
Murr)
3. Variabel 5 Jenis Minyak Konsentrasi Minyak Kelapa,
Penelitian Berbeda, yaitu : Ekstrak Pangsa Minyak Zaitun, dan
- minyak kelapa Kulit Buah Minyak Jarak
- minyak sawit Durian,
- minyak jarak Pertumbuhan
- minyak jagung Bakteri Bau
- dan minyak Badan
kedelai
4. Metode Eksperimental Eksperimental Eksperimental
Penelitian
5. Hasil Dari kelima sabun Kandungan Basis minyak yang
Penelitian yang diteliti, yang senyawa aktif mempunyai pengaru
paling sesuai pada ekstrak paling baik basis
dengan kriteria pangsa kulit minyak kelapa
adalah sabun yang buah durian dilihat dari uji kadar
dibuat dari mampu air, uji asam lemak,
minyak kelapa, menghambat dan uji alkali bebas
sementara sabun pertumbuhan
yang paling mirip bakteri
dengan produk Staphylococcus
pembanding aureus pada
adalah yang keringat
dibuat dari penyebab bau
minyak jagung badan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tanaman Buah Durian

Gambar 2.1 Kulit Durian


(Dokumentasi Pribadi, 2018)

1. Klasifikasi tanaman

Tanaman durian (Durio zibethinus Murr) dengan klasifikasi sebagai

berikut (Sobir & Napitupulu, 2010) :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Malvales

Famili : Bombacaceae

Genus : Durio

Spesies : Durio zibethinus Murr

7
8

2. Morfologi tanaman

Tanaman durian berbentuk pohon, tinggi 27-40 meter.

Berakar tunggang, batang berkayu, silindris, tegak, kulit pecah-

pecah, permukaan kasar, percabangan simpodial, bercabang banyak,

arah mendatar. Daun tunggal, bertangkai pendek, tersusun berseling,

permukaan atas berwarna hijau tua, permukaan bawah cokelat

kekuningan, bentuk jorong hingga lanset, panjang 6,5-25 cm, lebar

3-5 cm, ujung runcing, pangkal membulat, permukaan atas

mengkilat, permukaan bawah buram, tidak pernah meluruh, bagian

bawah berlapis bulu halus berwarna cokelat kemerahan. Bunga

muncul di batang atau cabang yang sudah besar, bertangkai, kelopak

berbentuk lonceng berwarna putih hingga cokelat keemasan. Buah

bulat atau lonjong, kulit dipenuhi duri-duri tajam, warna cokelat

keemasan atau kuning, bentuk biji lonjong, berwarna cokelat,

berbuah setelah berumur 5-12 tahun (Irawati, 2014).

Umumnya warna lamina daun bewarna hijau muda dan hijau

gelap, warna daun suatu jenis tumbuhan dapat berubah menurut

keadaan tempat tumbuhnya dan erat sekali hubungannya dengan

persediaan air dan makanan serta penyinaran. Permukaan daun

bagian atas umumnya berlekuk mengikuti pola tulang daun, tetapi

ada juga yang rata ataupun halus. Permukaan bawah daun tanaman

durian memiliki warna yang berbeda dengan permukaan atasnya

yang didominasi warna hijau. Sementara permukaan bawah daun


9

bewarna putih kehijauan, krem, cokelat muda dan cokelat. Struktur

daun agak tebal, bagian terlebar daunnya ada yang terdapat di

pangkal, di tengah dan di ujung. Bentuk pangkal daun ada yang

menumpul, membundar, tepi daun rata dan bergelombang. Panjang

ujung daun pada umumnya 2 cm. Permukaan daunnya rata dan

berbingkul. Tonjolan urat daun pada permukaan atasnya ada yang

jelas dan tidak jelas. Lipatan daunnya sangat beragam ada daun yang

tidak melipat (rata), lipatan daunnya incurve (terlengkung masuk)

membentuk huruf U, lipatan daunnya incurve membentuk huruf V

dan lipatan daunnya recurve (terlengkung balik). Bunga memiliki

panjang kelopak tambahan umumnya 2 cm, jumlah benang sari pada

umumnya 40, sedangkan bentuk buahnya ada yang membulat, ruang

buahnya berlekuk dalam, ada ruang buahnya rata (tidak berlekuk).

Bunga durian berkelamin sempurna dalam satu bunga terdapat

kelamin betina dan jantan. Setiap kuntum bermahkota lima helai

yang terlepas satu sama lain dan memiliki benang sari 3-12 helai

yang berwarna putih atau kuning. Kuncup bunga berbentuk bulat

panjang dengan ukuran sekitar 2 cm (Irawati, 2014).

Buah durian berbentuk bulat, dari bulat panjang sampai tidak

beraturan.Tangkai buah berbentuk bulat panjang dan terletak di

pangkal buah. Panjangnya bisa sampai 15 cm, buah terdiri atas kulit,

daging dan biji. Warnanya hijau sampai cokelat kekuningan,


10

tergantung pada tingkat kematangan buah. Daging buah terletak di

juring-juring atau petak-petak dalam buah. Ketebalan, rasa, warna

dan tekstur daging buah juga tergantung pada jenis dan variasi

durian. Daging buah menyelimuti biji yang berwarna putih

kekuningan sampai cokelat. Akar tanaman durian merupakan akar

(Irawati, 2014).

3. Kandungan kimia

Buah durian mengandung B1, B2, dan vitamin C. Kulit

durian mengandung minyak atsiri, flavonoid, saponin, unsur

selulosa, lignin, serta 11 kandungan pati. Daunnya mengandung

saponin, flavonoid dan polifenol, sedangkan akarnya mengandung

tanin (Maradona, 2013).

4. Khasiat dan Kegunaan

Daun dan akar durian digunakan sebagai antipiretik dan daun

durian yang dihancurkan dapat juga digunakan untuk pasien yang

demam yaitu dengan cara diletakkan di atas dahi. Bagi orang yang

mempunyai tekanan darah tinggi dianjurkan agar menghindari buah

durian karena dapat meningkatkan tekanan darah, sedangkan kulit

durian dapat digunakan sebagai penolak nyamuk. (Maradona, 2013).

Selain Itu kandungan senyawa aktif pada ekstrak pangsa kulit buah

durian mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus pada keringat penyebab bau badan (Hasrianti dkk, 2018)


11

2.1.2 Simplisia

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain,

berupa bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1979).

Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian

tanaman dan eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi yang

spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya

dengan cara tertentu atau zat yang dipisahkan dari tanamannya dengan

cara tertentu ang belum berupa zat kimia murni (Depkes RI, 1979).

2.1.3 Ekstrak

Ekstrak adalah suatu produk hasil pengambilan zat aktif melalui

proses ekstraksi menggunakan pelarut, dimana pelarut yang digunakan

diuapkan kembali sehingga zat aktif ekstrak menjadi pekat. Bentuk dari

ekstrak yang dihasilkan dapat berupa ekstrak kental atau ekstrak kering

tergantung jumlah pelarut yang diuapkan (Marjoni, 2016).

2.1.4 Maserasi

Metode dasar dari ekstraksi adalah maserasi. Biasanya metode

ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan

mentah obat dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi.

Istilah maceration berasal dari bahasa latin macerace, yang artinya

“merendam”. Merupakan proses yang sangat tepat dimana obat yang

sudah halus memungkinkan untuk direndam sampai meresap dan


12

melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut

(Ansel, 2005).

a. Prinsip kerja maserasi

Prinsip kerja maserasi adalah proses melarutnya zat aktif

berdasarkan sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved

like). Ekstraksi zat aktif dilakukan dengan cara merendam simplisia

nabati dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada suhu

kamar dan terlindung dari cahaya. Pelarut yang digunakan, akan

menembus dinding sel kemudian masuk ke dalam sel tanaman yang

penuh dengan zat aktif. Pertemuan antara zat aktif dan pelarut akan

mengakibatkan terjadinya proses pelarutan dimana zat aktif akan

terlarut dalam pelarut. Pelarut yang berada di dalam sel mengandung

zat aktif sementara pelarut berada di luar sel belum terisi zat aktif,

sehingga terjadi ketidak seimbangan antara konsentrasi zat aktif di

dalam dengan konsentrasi yang ada di luar sel. Perbedaan konsentrasi

ini akan mengakibatkan terjadinya proses difusi, dimana larutan

dengan konsentrasi tinggi akan terdesak keluar sel dan digantikan

oleh pelarut dengan konsentrasi rendah. Peristiwa ini terjadi

berulang-ulang sampai didapat suatu keseimbangan konsentrasi

larutan antara di dalam sel dengan konsentrasi di luar sel (Marjoni,

2016).
13

b. Pengerjaan maserasi

Maserasi biasanya dilakukan pada suhu antara 15 – 20 oC

dalam waktu selama 3 hari sampai zat aktif yang dikehendaki larut.

Kecuali dinyatakan lain, maserasi dilakukan dengan cara merendam

10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat

kehalusan tertentu, di masukkan ke dalam bejana kemudian dituangi

dalam 70 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 3 – 5

hari pada tempat yang terlindung dari cahaya. Diaduk berulang –

ulang, diserkai dan diperas. Ampas dari maserasi dicuci

menggunakan cairan penyari secukupnya sampai diperoleh 100

bagian sari. Bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari di tempat

sejuk dan terlindung dari cahaya matahari kemudian dipisahkan

endapan yang diperoleh (Marjoni, 2016).

Maserasi merupakan metode sederhana dan paling banyak

digunakan karena metode ini sesuai dan baik untuk skala kecil

maupun industri (Marjoni, 2016).

c. Keuntungan dan kerugian maserasi

Keuntungan dari metode maserasi adalah cara

pengerjaannya dan peralatan yang digunakan sederhana,

kemungkinan zat aktif didapat banyak. Sedangkan kerugian cara

maserasi adalah pengerjaannya lama (Depkes RI, 1986).


14

2.1.5 Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit

sekunder yang paling banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman.

Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa phenolik dengan struktur

kimia C6-C3-C6 . Kerangka flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik

A, satu cincin aromatik B, dan cincin tengah berupa heterosiklik yang

mengandung oksigen dan bentuk teroksidasi cincin ini dijadikan dasar

pembagian flavonoid ke dalam sub-sub kelompoknya. Sistem penomoran

digunakan untuk membedakan posisi karbon di sekitar molekulnya

(Redha, 2010).

Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik, menghambat

banyak reaksi oksidasi baik secara enzim maupun non enzim.

Mekanisme kerja flavonoid sebagai anti bakteri dengan cara membentuk

senyawa kompleks terhadap protein ekstra seluler yang menyebabkan

terdenaturasinya protein sel bakteri sehingga membran sel mengalami

kerusakan (Arlofa, 2015)

2.1.6 Sabun

Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara

basa natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau

lemak hewani. Sabun mandi merupakan sabun natrium yang pada

umumnya ditambah zat pewangi atau antiseptik, digunakan untuk

membersihkan tubuh manusia dan tidak berbahaya bagi kesehatan (SNI,

1994).
15

1. Komponen Sabun

Dalam formula sabun memiliki beberapa komponen penting

yaitu (Pujiati, 2018):

a. Basis

Minyak atau lemak berperan sebagai bahan dasar atau basis.

Jenis minyak atau lemak yang digunakan minyak nabati atau

lemak hewan

b. Bahan alkali

Bahan terpenting lainnya dalam pembuatan sabun adalah

alkali seperti NaOH dan KOH

c. Bahan pendukung

Bahan pendukung digunakan untuk membantu proses

penyempurnaan sabun hasil saponifikasi (pengendapan sabun

dan pengambilan gliserin) sampai sabun menjadi produk yang

siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut ada NaCl, bahan-bahan

aditif dan lain-lain

2. Metode Pembuatan Sabun

Metode pembuatan sabun ada beberapa cara, antara lain:

a. Metode Panas (full boiled)

Secara umum proses ini melibatkan reaksi saponifikasi

dengan menggunakan panas yang menghasilkan sabun dan

membebaskan gliserol. Tahap selanjutnya dilakukan pemisahan

dengan penambahan garam (salting out), kemudian akan


16

terbentuk 2 lapisan yaitu bagian atas merupakan lapisan sabun

yang tidak larut didalam air garam dan lapisan bawah

mengandung gliserol, sedikit alkali dan pengotor-pengotor

dalam fase air (Novitasari, 2016).

b. Metode Dingin

Cara ini merupakan cara yang paling mudah untuk dilakukan

dan tanpa disertai pemanasan. Namun cara ini hanya dapat

dilakukan terhadap minyak yang pada suhu kamar memang

sudah berbentuk cair. Minyak dicampurkan dengan larutan

alkali disertai pengandukan terus menerus hingga reaksi

saponifikasi selesai. Larutan akan menjadi sangat menebal dan

kental. Selanjutnya dapat ditambahkan pewarna, pewangi dan

zat tambahan lain (Novitasari, 2016).

Berbeda dengan fully-boiled process, gliserol yang terbentuk

tidak dipisahkan. Ini menjadi suatu nilai tambah tersendiri

kerena gliserol merupakan humektan yang dapat memberikan

kelembaban. Lapisan gliserol akan tertinggal pada kulit sehingga

melembabkan kulit. Proses pembuatan sabun secara dingin

dikenal menghasilkan kualitas sabun 16 yang tahan lama. Sabun

dari minyak kelapa dapat dibuat dengan proses ini (Novitasari,

2016).
17

c. Metode Semi-Panas (semi boiled)

Teknik ini merupakan modifikasi dari cara dingin.

Perbedaannya hanya terletak pada pengggunaan panas pada

temperatur 70-80oC. Cara ini memungkinkan pembuatan sabun

dengan menggunakan lemak bertitik leleh lebih tinggi

(Novitasari, 2016).

Berdasarkan uraian tersebut, pembuatan sabun yang

digunakan pada penelitian ini adalah metode semi panas. Metode

ini dipilih karena menyesuaikan pada titik leleh dari bahan-

bahan yang digunakan sebagai pembuat sabun terutama basis

lemak asam stearat yang memliki titik lebur antara 69-70oC

(Zafirah, 2018).

3. Mekanisme Kerja Sabun

Tiga elemen penting dalam mekanisme kerja sabun adalah

tempat susbstratnya berasal (kulit manusia, pakaian, alat gelas dan

perkakas lainya), jenis kotoran yang akan dibersihkan (padat atau

minyak, kepolaran, sifat elektrolit, dan lainya), serta kemampuan

membersihkan dari sabun itu sendiri (Mauliana, 2016).

Saat kontak dengan air, sabun berpenetrasi ke dalam antarmuka

kulit dan kotoran untuk melemahkan gaya adhesi dan membuat

kotoran mudah untuk dihilangkan. Kotoran tersebut kemudian

dihilangkan secara fisik dan kemudian terdispersi dalam larutan sabun


18

sebagai akibat dari emulsifikasi oleh molekul sabun. Beberapa jenis

kotoran dapat dihilangkan dengan cara tersolubilisasi dalam misel

yang terbentuk dari sabun (Mauliana, 2016).

Sabun berfungsi untuk memindahkan kotoran dari permukaan

seperti kulit, lantai, atau kain. Kotoran biasanya merupakan campuran

dari bahan berlemak dan partikel padat. Lemak dapat berupa sebum

yang dihasilkan oleh kulit, dan bertindak sebagai pengikat kotoran

yang baik, misalnya terhadap debu (Mauliana, 2016).

Kotoran yang berupa minyak, dibersihkan melalui pembilasan

dengan air saja tidak cukup. Dibutuhkan zat lain untuk menurunkan

tegangan antar muka antara minyak dengan air. Dengan adanya sifat

surfaktan pada sabun, terjadi proses emulsifikasi sehingga bagian

yang polar (hidrofilik) berikatan dengan air dan bagian non polar

(lipofilik) berikatan dengan minyak. Bagian non polar dari sabun

memecah ikatan antar molekul minyak sehingga dapat menurunkan

tegangan permukaan. Akibatnya air dapat menyebar membasahi

seluruh permukaan dan mengangkat kotoran (Mauliana, 2016).

4. Reaksi Penyabunan

Pada umumnya metode pembuatan sabun dapat dibagi menjadi

dua, yaitu reaksi penyabunan (saponifikasi) dan reaksi netralisasi.

Pada reaksi saponifikasi, prinsipnya yaitu tersabunkannya asam lemak

dengan alkali, baik asam lemak yang terdapat dalam keadaan bebas

atau asam lemak yang terikat sebagai minyak atau lemak (gliserida)
19

dengan cara minyak dan lemak direaksikan dengan alkali

menghasilkan sabun dan gliserin. Pada reaksi netralisasi, sabun

dihasilkan oleh reaksi asam lemak langsung dengan alkali (Novitasari,

2016).

Secara umum pembuatan sabun ada 2 macam yaitu :

a. Reaksi saponifikasi, yaitu reaksi antara minyak atau lemak dengan

alkali kuat menghasilkan gliserol dan asam lemak (sabun).

CH2 O OCR CH2OH


CH2 O OCR + 3 XOH 3 RCOOX + CHOH
CH2 O OCR CH2OH
Gliserida Alkali Sabun Gliserin
.............(1)

Pada reaksi saponifikasi, larutan alkali kuat akan mengubah

minyak dan lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak

lalu bereaksi dengan alkali kuat menghasilkan garam asam lemak

yaitu sabun dan gliserol (Novitasari, 2016)

b. Reaksi netralisasi, yaitu minyak dan lemak sebelumnya di pecah

menjadi asam lemak dan gliserol, lalu asam lemak di netralkan

melalui reaksi dengan larutan alkali kuat menghasilkan sabun.

(Novitasari, 2016).
20

CH2 OOCR CH2 OH


CH2 OOCR + H2O 3 RCOOH +CH OH
CH2 OOCR CH2 OH
Minyak atau lemak Asam Lemak Gliserol
RCOOH + XOH RCOOX + H2O
Asam lemak Sabun
...........(2)

5. Syarat Mutu Sabun

Syarat mutu sabun mandi menurut Standar Nasional Indonesia 06-

3235-1994 yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.1Syarat mutu sabun

No Uraian (%) Tipe I Tipe II Superfat

1 Kadar air Maks 15 Maks 15 Maks 15

2 Jumlah asam lemak >70 64-70 >70

3 Alkali bebas

- dihitung sebagai Maks 0,1 Maks 0,1 Maks 0,1

NaOH

- dihitung sebagai KOH Maks 0,14 Maks 0,14 Maks 0,14

4 Asam lemak bebas dan <2,5 <2,5 2,5-7,5

atau lemak netral

5 Minyak Mineral Negatif Negatif Negatif


21

6. Uji Sifat Fisik Sabun Padat

Pengujian dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

a. Uji Organoleptis

Pengujian organoleptis ini dilakukan untuk mengetahui

kualitas sabun padat ekstrak kulit durian secara fisik meliputi

bentuk, warna, dan bau dari sabun.

b. Uji pH sabun

Derajat keasaman atau pH sabun digunakan untuk

menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan suatu larutan dengan

menggunakan kertas indikator pH. standar pH untuk sabun mandi

berkisar antara 9-11. pH optimum untuk sabun mandi adalah 9,2,

karena bila lebih tinggi, warna sabun akan menjadi lebih gelap

(Hernani dkk., 2010).

c. Tinggi dan stabilitas busa dalam air suling

Tinggi dan stabilitas busa dalam air suling dilakukan untuk

mengetahui tinggi busa yang dihasilkan dan untuk mengukur

Stabilitas busa setelah didiamkan selama 5 menit (Mulyani, 2018).

d. Kadar Air

Kadar air merupakan bahan yang menguap pada suhu dan

waktu tertentu. Maksimal kadar air pada sabun adalah 15%, hal ini

disebabkan agar sabun yang dihasilkan cukup keras sehingga lebih

efisien dalam pemakaian dan sabun tidak mudah larut dalam air.

Kadar air akan mempengaruhi kekerasan dari sabun (Qisti, 2009).


22

e. Jumlah Asam Lemak

Jumlah asam lemak merupakan jumlah total seluruh asam

lemak pada sabun yang telah atau pun yang belum bereaksi dengan

alkali. Sabun yang berkualitas baik mempunyai kandungan total

asam lemak minimal 70%, hal ini berarti bahanbahan yang

ditambahkan sebagai bahan pengisi dalam pembuatan sabun

kurang dari 30%. Tujuannya untuk meningkatkan efisiensi proses

pembersihan kotoran berupa minyak atau lemak pada saat sabun

digunakan. Bahan pengisi yang biasa ditambahkan adalah madu,

gliserol, waterglass, protein susu dan lain sebagainya. Tujuan

penambahan bahan pengisi untuk memberikan bentuk yang

kompak dan padat, melembabkan, menambahkan zat gizi yang

diperlukan oleh kulit (Qisti, 2009).

f. Alkali Bebas

Alkali bebas merupakan alkali dalam sabun yang tidak diikat

sebagai senyawa. Kelebihan alkali bebas dalam sabun tidak boleh

lebih dari 0,1% untuk sabun Na, dan 0,14% untuk sabun KOH

karena alkali mempunyai sifat yang keras dan menyebabkan iritasi

pada kulit. Kelebihan alkali bebas pada sabun dapat disebabkan

karena konsentrasi alkali yang pekat atau berlebih pada proses

penyabunan. Sabun yang mengandung alkali tinggi biasanya

digunakan untuk sabun cuci (Qisti, 2009).


23

2.1.7 Uraian Bahan

1. Minyak Kelapa (Coconut oil)

Minyak kelapa adalah minyak lemak yang diperoleh dengan

pemerasan endosperm kering Cocos nucifera. Pemerian: cairan

jernih, tidak berwarna atau kuning pucat, bau khas, tidak tengik.

Bilangan penyabunan: 250 sampai 264. Zat tidak tersabunkan tidak

lebih dari 0,8%. Zat warna alamiah yang terdapat pada minyak

kelapa adalah karotene yang merupakan hidrokarbon tidak jenuh

dan tidak stabil pada suhu tinggi. Minyak kelapa termasuk dalam

minyak dengan asam lemak jenuh yang bersifat stabil dan tidak

mudah bereaksi/berubah menjadi asam lemak jenis lain dan tidak

mengering. Kandungan minyak kelapa terbesar (50%) adalah asam

laurat(Ningrum, 2011). Konsentasi >20,5% digunakan sebagai basis

sabun (Zafirah, 2018).

.......(3)

2. Minyak Jarak

Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dari

perasan dingin biji Ricinus communis L. yang telah dikupas.

Pemerian: cairan kental, jernih, kuning pucat atau hampir tidak

berwarna, bau lemah, rasa manis kemudian agak pedas, umumnya

memualkan. Bilangan penyabunan: 177 sampai 187 . Minyak jarak

termasuk dalam minyak tidak mengering dan sedikit larut dalam air.
24

Kandungan utama minyak jarak adalah asam risinoleat

(90%)(Ningrum, 2011).Konsentasi 10-30% digunakan sebagai basis

sabun (Zafirah, 2018).

.............(4)

3. Minyak Zaitun (Olive oil)

Minyak zaitun adalah minyak lemak yang diperoleh dengan

pemerasan dingin biji masak Olea europae. Pemerian: cairan,

kuning pucat atau kuning kehijauan, bau lemah, tidak tengik, rasa

khas. Pada suhu rendah sebagian atau seluruhya membeku. Minyak

zaitun termasuk dalam minyak tidak mengering. Kandungan utama

minyak zaitun adalah asam oleat (55-80%) (Ningrum, 2011).

Konsentasi 10-30% digunakan sebagai basis sabun (Zafirah, 2018).

....................(5)
25

4. NaOH

Natrium Hidroksida adalah senyawa alkali berbentuk padat

berwarna putih dengan berat molekul 40,1, titik leleh 318,4oC, titik

didih 1390oC dan merupakan basa kuat yang larut air (Widiyanti,

2009).

Natrium Hidroksida mengandung tidak kurang dari 97,5%

alkali jumlah dihitung sebagai NaOH. Bentuk batang, butiran, masa

hablur, artau keping, kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan

hablur, putih mudah melelh basah, sangat alkalis dan korosif, segera

menyerap di karbon dioksida (Depkes RI 1979). Konsentarsi 1-20%

sebagai alkali yang mampu menetralisir asam (Rowe dkk., 2009).

5. Asam stearat

Asam stearat adalah campuran asam organik diperoleh dari

lemak dan minyak yang sebagian besar terdiri atas asam oktadekonat

dan asam heksadekonat, berupa zat padat keras mengkilat

menunjukkan susunan hablur putih atau kuning pucat, mirip lemak

lilin, praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol (95%), dalam

bagian kloroform dan tiga bagian eter p suhu lebur tidak kurang dari

54oC. Bilangan iodium tidak lebih dari empat(Depkes RI, 1979).

Konsentrasi 1-20% digunakan sebagai pengeras sabun dan pelembut

(Rowe dkk., 2009).


26

6. Gliserin

Cairan seperti sirup, jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

manis diikuti rasa hangat. Higroskopik, jika disimpan beberapa lama

pada suhu rendah dapat memadat masa hablur tidak berwarna yang

tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih

kurang 20oC. Gliserin dapat mencampur dengan air dan dengan

etanol (95%), praktis tidak larut dalam kloroform p, dalam eter p,

dan dalam minyak lemak (Depkes RI, 1979). Konsentrasi <30%

sebagai humectan (Rowe dkk., 2009).

7. NaCl

Natrium klorida mengandung tidak kurang dari 99,5% NaCl,

dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian hablur

heksahedral tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau,

rasa asin (Depkes RI, 1979). Konsentrasi <0,9% digunakan sebagai

pembusaan sabun dan penyeimbang sabun selama proses pemanasan

(Rowe dkk., 2009).

8. Aquadest

Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa. Digunakan sebagai penambah volume (Depkes RI,

1979).
27

2.1 Hipotesis

1. Ada pengaruh perbedaan penggunaan minyak kelapa, minyak, zaitun,

dan minyak jarak terhadap sifat fisik sediaan sabun padat kulit durian

(Durio zibethinus Murr)

2. Basis minyak yang memiliki pengaruh paling baik terhadap sifat fisik

sediaan sabun padat kulit durian (Durio zibethinus Murr) adalah

minyak kelapa.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah pengaruh basis minyak

kelapa, minyak zaitun, dan minyak jarak terhadap sifat fisik sabun padat ekstrak

kulit durian (Durio zibethinus).

3.2 Sampel dan Teknik Sampling

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sabun padat ekstrak

kulit durian dengan perbedaan basis minyak nabati. Kulit durian yang

digunakan diambil dari pedagang di Jalan Setia Budi Kota Tegal, sedangkan

minyak nabati yang digunakan diperoleh dari Laboratorium Politeknik Harapan

Bersama Tegal.

Teknik sampling pada penelitian ini sampel diambil dengan metode

purposive sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan beberapa

pertimbangan. Pertimbangan yang diambil pada penelitian ini yaitu kulit durian

yang masih segar, tidak busuk, dan kulit durian yang sudah matang buahnya.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu konsep yang nilainya bervariasi atau suatu konsep

yang akan diasumsikan sebagai seperangkat nilai.

28
29

3.3.1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah basis minyak yang digunakan, yaitu minyak

kelapa, minyak zaitun, dan minyak jarak.

3.3.2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sifat fisik sabun padat ekstrak kulit durian (Durio zibethinus).

3.2.3. Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang perlu disamakan atau dibuat

konstan, sehingga tidak mempengaruhi hubungan variabel utama yang

diteliti. Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Kulit Durian, lokasi pengambilan kulit durian, metode ekstraksi.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Cara Pengumpulan Data

1. Jenis data secara kualitatif dan kuantitatif.

2. Metode pengumpulan data menggunakan eksperimen laboratorium.

3. Metode analisis data menggunakan uji ANOVA satu arah yang

terdiri dari descriptive anova.


30

3.4.2. Alat dan Bahan

a. Alat

Alat yang digunakan dalam peneltian ini adalah mikroskop,

objek glass, deg glass, erlenmeyer, corong, crus, waterbath, beaker

glass, gelas ukur, oven, timbangan analitik, cawan petri, kertas pH,

batang pengaduk, kaki tiga, lampu spirtus, asbes, dan cetakan sabun.

b. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kulit durian. Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk ekstraksi

adalah etanol 70 %, dan bahan kimia lainnya untuk analisis adalah

minyak kelapa, minyak jarak, minyak zaitun, Natrium hidroksida

30% , asam klorida 0,1 N, kalium hidroksida 0,1 N, asam sulfat 20%,

asam stearat, Gliserin, Natrium klorida, dan Aquadest.

3.4.3. Cara kerja

1. Persiapan Bahan

Kulit buah durian diambil dari Jalan Setia Budi Kota Tegal.

Pengumpulan sampel yang dilakukan terdiri dari beberapa tahapan,

yaitu pengambilan sampel kulit buah durian yang masih segar,

kemudian tahapan pencucian sampel dilakukan untuk

menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat pada

bahan. Pencucian dilalukan dengan air bersih yang mengalir.

Perajangan bahan dilakukan untuk mempermudah proses

pengeringan. Lalu tahapan pengeringan, tujuan pengeringan ialah


31

untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga

dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama, dengan mengurangi

kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan

mutu atau perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam

simplisia pada kadar tertentu merupakan media pertumbuhan kapang

dan jasad renik lainnya. Pengeringan kulit buah durian dengan cara

dijemur terkena sinar matahari langsung.

Mengambil kulit durian yang masih segar

mencuci kulit durian dengan air bersih yang


mengalir

merajang kulit durian untuk mempemudah


proses pengeringan

mengeringkan kulit durian di udara terbuka


dibawah sinar matahari langsung

Gambar 3.1 Skema Persiapan Bahan Kulit Durian


(Setyowati dkk., 2017)

2. Pembuatan Serbuk Simplisia

Pada pembuatan serbuk simplisia dilakukan dengan cara

menghaluskan simplisa menggunakan blender kemudian menimbang

serbuk.

Menghaluskan simplisia dengan blender

Menimbang serbuk simplisia

Gambar 3. 2 Skema Pembuatan Serbuk Simplisia Kulit Durian


(Setyowati dkk., 2017)
32

3. Uji Identifikasi Mikroskopis

Mengambil serbuk kulit durian secukupnya, lalu meletakkan

diatas objek glass, kemudian menetesi serbuk dengan aquadest

secukupnya dan ditutup menggunakan deg glass, selanjutnya

mengamati bentuk fragmen menggunakan mikroskop, scanner

bentuk fragmen pengenal tersebut dengan menggunakan scanner

mikroskop.

Mengambil serbuk kulit durian secukukupnya

Meletakkan serbuk di atas objek glass

Menetesi serbuk dengan aquadest secukupnya

Menutup menggunakan dec glass

Mengamati bentuk fragmen menggunakan mikroskop

Gambar 3.3 Skema Identifikasi Sampel Secara Mikroskopis

(Depkes RI, 1989)

4. Pembuatan Ekstrak Maserasi kulit durian

Pada pembuatan maserasi kulit durian dilakukan dengan

merendam 200 mg serbuk simplisia dalam 1500 ml etanol 70%

selama ± 5 hari, setiap hari dilakukan pengadukan untuk meratakan

konsentrasi senyawa yang kontak dengan cairan penyari dengan

bagian lain sehingga didapatkan ekstrak yang maksimal, kemudian

dilakukan penyaringan untuk menghilangkan pelarutnya,


33

menguapkan dengan menggunakan metode penguapan dengan

menggunakan waterbath kemudian didapatkan ektrak cair.

Merendaman serbuk simplisia dalam etanol 70%


dengan perbandingan 1:7,5 selama ±5 hari

Mengaduk secara berkala

Melakukan penyaringan untuk menghilangkan


pelarutnya

Menguapkan dengan menggunakan kompor


spirtus

ekstrak cair

Gambar 3.4 Skema Pembuatan Ekstrak Kulit Durian

(Setyowati dkk., 2017)

5. Uji Bebas Alkohol

Reaksi identifikasi uji bebas alkohol yaitu dengan menggunakan

pereaksi H2SO4 pekat dan asam asetat dengan cara dua tetes ekstrak

dimasukan ke dalam tabung reaksi, kemudian menambahkan 2 tetes

H2SO4 pekat dan 2 tetes asam asetat (ester) maka ekstrak masih

belum terbebas dari alkohol, dan perlu diuapkan kembali hingga bau

etil asetat (ester) hilang (Fessenden, 1982)

Memasukan 2 tetes ekstrak ke dalam tabung reaksi

Menambah 2 tetes H2SO4 pekat dan asam asetat

Mengamati perubahan bau yaitu bau etil asetat (ester)


pada ekstrak hilang

Gambar 3.5 Skema Uji Bebas Alkohol (Fessenden, 1982)


34

6. Identifikasi flavonoid Ekstrak Kulit Durian

Uji kandungan flavonoid dilakukan menggunakan reaksi warna,

Ekstrak yang diperoleh diambil sebanyak 2 tetes, dimasukkan kedalam

tabung reaksi kemudian direaksikan dengan 5 tetes NaOH 10%. Jika

ekstrak terbentuk warna kuning sampai kuning kecoklatan maka positif

mangandung senyawa flavonoid (Asih, 2009).

Memasukkan 2 tetes ekstrak kedalam tabung reaksi

Menambahkan 5 tetes NaOH 10%

Mengamati warna yang terjadi

Bila warna kuning sampai kuning kecoklatan positif


flavonoid

Gambar 3.6 Skema Uji Identifikasi Flavonoid (Asih, 2009).

7. Formula

Pembuatan sabun padat ekstrak kulit durian (Durio zibhetinus M)

sebanyak tiga formula dengan mengguakan minyak kelapa, minyak

jarak, dan minyak zaitun sebagai basis. Sediaan dibuat 100 g.


35

Tabel 3.1 Formula Sabun Padat

Bahan F1 F2 F3 Range Fungsi Literatur

Ekstrak Kulit 20% 20% 20% 10-20% Zat aktif Hasrianti


Durian dkk, 2018
Minyak 15% - - >20,5% Basis Zafirah,
kelapa 2018
- 15% - 10-30% Basis Zafirah,
Minyak jarak
2018
Minyak - - 15% 10-30% Basis Zafirah,
zaitun 2018
15% 15% 15% 1-20% Alkali Rowe dkk,
NaOH 30%
2009
10% 10% 10% 2-20% Pengeras Rowe dkk,
Asam Stearat
sabun 2009
10% 10% 10% <30% Humectan Rowe dkk,
Gliserin
2009
0,5% 0,5% 0,5% <0,9% Elektrolit Rowe dkk,
NaCl
2009
Ad Ad Ad - Pelarut Depkes
Aquadest
100% 100% 100% RI, 1979

Keterangan : Masing-masing formula dibuat sebanyak 100 g dan dibuat 3

formula.

Formula 1 : Basis minyak kelapa

Formula 2 : Basis minyak jarak

Formula 3 : Basis minyak zaitun


36

8. Prosedur Pembuatan Sabun

Proses pembuatan sabun padat ekstrak kulit durian yang pertama

menyiapkan alat dan bahan lalu menimbang semua bahan yang akan

digunakan. Membuat larutan NaOH 30%, kemudian meleburkan asam

stearat diatas lampu spirtus dan menambahkan basis yang digunakan

atur suhu 70-80oC. Lalu menambahkan larutan NaOH 30% sedikit demi

sedikit sampe terbentuk trace (kondisi campuran yang mengental),

menambahkan gliserin, NaCl dan tahap terakhir menambahkan ekstrak

kulit durian dan sisa aquadest, aduk sampai homogen, angkat dan

dituang pada cetakan, menunggu hingga sabun keras, kemudian

keluarkan dari cetakan dan melakukan evaluasi sediaan.

Menyiapkan alat dan bahan

Menimbang semua bahan

Meleburkan asam stearat sampai larut diatas lampu spirtus dan


menambahkan basis sesuai dengan formula atur suhu 70-80oC

Menambahkan larutan NaOH aduk sampai terbentuk trace

Menambahkan gliserin, NaCl aduk sampai homogen

Menambahkan ekstrak kulit durian dan sisa aquadest aduk sampai


homogen dan menuangkan dalam cetakan sabun

Menunggu hingga sabun keras, kemudian keluarkan dari cetakan


sabun dan melakukan evaluasi sediaan

Gambar 3. 7 Skema Pembuatan Sabun Padat (Novitasari, 2016)


37

9. Evaulasi Sabun Padat

a. Organoleptis

Uji organoleptis dilalukan dengan mengamati bentuk, warna,

dan bau dari sabun.

Mengambil sediaan sabun

Mengamati bentuk, warna, dan bau

Gambar 3. 8 Skema uji organoleptis

?
Mengamati Bentuk Warna Bau
Gambar 3. 9 Ilustrasi Uji Organoleptis (Zafirah, 2018)

b. Tinggi dan Stabilitas Busa dalam Air Suling

Pengukuran dilakukan dengan metode sederhana, dengan 10

g sabun dimasukkan kedalam gelas ukur 100 ml, kocok dengan

membolak-balikkan gelas ukur, lalu segera amati tinggi busa yang

dihasilkan dan 5 menit kemudian amati kembali stabilitasnya (SNI,

1994).

Menimbang sabun 10 g

Memasukkan sabun ke dalam gelas ukur

Membolak balikkan gelas ukur

Mengamati tinggi busa yang dihasilkan setelah 5 menit

Gambar 3.10 Skema Uji Tinggi Dan Stabilitas Busa Dalam


Air Suling (SNI, 1994)
38

Tinggi
Aquadest Busa
Sabun

Memasukkan 10 g Menambahkan Aquadest Mengamati tinggi


sabun ke dalam lalu membolak balikkan busa
gelas ukur gelas ukur

Gambar 3.11 Ilustrasi Uji Tinggi dan Stabilitas Busa Dalam Air Suling

c. Ukuran pH Sabun

Timbang sampel sebanyak 1 g, kemudian masukkan

kedalam wadah. Pipetkan 9 ml aquadest kedalamnya kemudian

kocok secukupnya. Masukkan kertas pH kedalamnya dan baca nilai

pH pada parameter warna kertas pH kemudian catat nilainya (SNI,

1994).

Menimbang sampel 1 gram

Memasukkan kedalam beaker glass dan


menambahkan aquadet 9 ml

Mengaduk hingga sabun larut, menyiapkan kertas


pH, mencelupkan kedalam larutan sabun

Mengamati dan mencatat hasilnya

Gambar 3.12 Skema Uji pH Sabun (SNI, 1994)


39

Kertas pH
Aquadest
Sabun

Memasukkan 1 g sabun Menambahkan 9 ml Mengaduk sabun Mencelupkan


kedalam beaker glass Aquadest hingga larut kertas pH, amati
dan catat hasilnya

Gambar 3. 13 Ilustrasi Uji pH Sabun

d. Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air dilakukan dengan metode gravimetri,

prosedur metode gravimetri adalh menimbang sabun 4 g, masukkan

kedalam cawan krus yang sudah diketahui beratnya. Masukkan

sabun kedalam lemari pengering pada suhu 105oC selama 2 jam

kemudain timbang hasil sampel yang sudah dioven (SNI, 1994).

Perhitungan : % kadar air = x 100 %

Keterangan : W1 = Bobot awal sabun

W2 = Bobot sampel setelah dipanaskan


40

Menimbang sabun 4 g

Memasukkan kedalam cawan krus yang sudah diketahui

Memasukkan sabun pada oven selama 2 jam, dengan


suhu 105oC

Menimbang hasil sampel sampai berat tetap

Menimbang dan menghitung hasilnya

Gambar 3. 14 Skema Uji Penetapan Kadar Air (SNI, 1994)


Neraca
analitik
Oven
Sabun

Memasukkan 4 g sabun Memasukkan pada oven Menimbang hasil


kedalam cawan krus ± 2 jam dengan suhu 105oC sampel

Gambar 3. 15 Ilustrasi Uji Penetapan Kadar Air

e. Jumlah Asam Lemak

Menimbang sabun sebanyak 10 g, kemudian masukkan

kedalam gelas piala 250 ml, lalu menambahkan air 100 ml dan

memanaskan pada lampu spirtus. Meneteskan larutan jingga metil

kemudian menambahkan H2SO4 20% secukupnya sampai warna

merah, mengaduk dengan batang pengaduk agar homogen, tutup

dengan kaca arloji, kemudian memanaskan terus sampai terbentuk

dua lapisan. Menambahkan parafin padat sebanyak 10 g panaskan

hingga seluruhnya tercampur menjadi larutan jernih. Dinginkan


41

didalam mortir yang berisi air dingin, dan batang pengaduk berada

dalam beaker glass. Setelah campuran padat dan asam lemak

menjadi padat, campuran kemudian dikeluarkan dari beaker glass

dengan bantuan pengaduk tadi. Menimbang di atas arloji yang sudah

diketahui beratnya (SNI, 1994), kemudian hitung jumlah asam

lemak dengan rumus sebagi berikut

Perhitungan :


Jumlah asam lemak = x 100 %

Menimbang 10 g dan memasukkan ke dalam beaker glass 250


ml

Menambahkan 100 ml air dan memanaskan di atas lampu


spirtus

Meneteskan jingga metal dan H2SO4 20% sampai warna merah


mengaduk sampai homogen

Menambahkan 10 g parafin padat, memanaskan sampai


campuran menjadi jernih, tutup dengan kaca arloji hingga
terbentuk dua lapisan

Mendinginkan di dalam mortir yang berisi air dingin, batang


pengaduk berada di dalam beaker glass

Mengeluarkan campuran parrafin padat dan lemak yang telah


memadat dengan bantuan batang pengaduk

Menghitung asam lemak

Gambar 3. 16 Skema Uji Asam Lemak (SNI, 1994)


42

Kaca arloji

Lampu
Mortir
spirtus

Memasukkan Menambahkan Menambahkan Mendinginkan Mengeluarkan


10 g sabun dan jingga metal 10 g parrafin di dalam campuran
100 ml aquadet dan H2SO4 padat sampai mortir berisi parrafin padat
ke dalam 30% sampai jernih, tutup air dingin, dan lemak,
beaker glass, warna merah dengan kaca masukkan menghitug
memanaskan di arloji hingga batang hasilnya
atas lampu terbentuk 2 pengaduk
spirtus lapisan

Gambar 3.17 Ilustrasi Uji Penetapan Kadar Air

f. Uji Alkali Bebas

Siapkan alkohol netral dengan mendidihkan 100 ml etanol

dalam erlenmeyer 250 ml, tambahkan 0,5 ml fenoftalein dan

dianginkan sampai suhu 70 ºC kemudian netralkan dengan KOH-

etanol 0,1 N. Timbang dengan teliti ± 5 g contoh dan masukkan

dalam alkohol netral di atas, tambahkan batu didih. Pasang

pendingin tegak dan panasi agar cepat larut di atas penangas air,

didihkan selama 30 menit (SNI, 1994)

a. Apabila larutan tidak bersifat alkalis (tidak berwarna

merah),dinginkan sampai suhu 70 ºC dan titrasi dengan KOH-

etanol 0,1 Nsampai timbul warna yang tahan selama 15 detik.

b. Apabila larutan tersebut bersifat alkalis (berwarna merah) maka

yang diperiksa bukan asam lemak bebas tetapi alkali bebas


43

denganmentitrasinya menggunakn HCl-etanol 0,1 N sampai

warna merah tepat hilang.

Perhitungan :
,
Kadar alkali bebas (NaOH) = X 100%

Keterangan :

V = Volume HCl-etanol 0,1 N yang digunakan (ml)

N = Normalitas HCl-etanol yang digunakan

W = Bobot sampel

0,04 = Bobot setara NaOH

Menyiapkan alkohol dengan cara mendidihkan 100 ml


alkohol dalam labu erlenmeyer 250 ml

Menambahkan 0,5 ml indikator pp dinginkan sampai suhu


70oC

Kemudian menetralkan dengan KOH-etanol 0,1 N

Menimbang 5 g sabun dan dimasukkan kedalam alkohol,


panaskan agar cepat larut

Didihkan selama 30 menit, dinginkan sampai suhu 70oC

Titrasi dengan larutan KOH-etanol 0,1 N sampai timbul


warna tetap selama 15 detik

apabila larutan berwarna merah maka bukan asam lemak


melainkan alkali bebas

Titrasi dengan HCl-etanol 0,1 N sampai warna merah


hilang

Gambar 3. 18 Skema Uji Alkali Bebas (SNI, 1994)


44

Alkohol Sabun

Mendidihkan 100 ml Netralkan


Apabila larutan
alkohol dalam dengan KOH-
tidak berwarna
erlenmeyer, etanol 0,1,
merah titrasi
menambahkan 0,5 ml masukkan 5 g
dengan KOH-
indikator pp, sabun, panaskan
etanol 0,1 N
dingnkan sampai agar cepat larut.
suhu 70oC

Apabila larutan berwarna


merah titrasi dengan HCl-
etanol 0,1 N

Gambar 3. 19 Ilustrasi Uji Alkali Bebas


3.5 Cara Analisis

3.5.1. Pendekatan teoritis

Data yang diperoleh dibandingkan dengan SNI sabun mandi dan

pustaka lainnya.

3.5.2. Pendekatan Statistik

Data stabilitas fisik sabun meliputi uji tinggi busa dalam air suling,

uji penetapan kadar air, uji jumlah asam lemak dan uji alkali bebas

dianalisis menggunakan uji ANOVA satu arah yang terdiri dari

deskriptive anova.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian pengaruh konsentrasi minyak kelapa, minyak jarak, dan minyak

zaitun terhadap sifat fisik sabun padat ekstrak kulit durian (Durio zibethinus)

bertujuan untuk mengetahui apakah minyak kelapa, minyak jarak, dan minyak

zaitun mempengaruhi karakteristik sifat fisik sabun padat ekstrak kulit durian.

Dengan demikian dapat diketahui minyak manakah yang paling paling baik dalam

sediaan sabun padat ekstrak kulit durian dilihat dari sifat fisiknya. Penelitian

sediaan sabun padat ini diuji meliputi uji organoleptis, tinggi dan stabilitas busa

dalam air suling, pH, kadar air, asam lemak, dan alkali bebas.

Kulit durian diperoleh dari pedagang durian di Jalan Setia Budi Kota Tegal.

Kulit durian diambil dengan metode purposive sampling dengan memperhatikan

beberapa pertimbangan. Pertimbangan yang diambil pada penelitian ini yaitu kulit

durian yang masih segar, tidak busuk, dan kulit durian yang sudah matang buahnya.

Proses pembuatan simplisia diawali dengan sortasi basah yaitu memisahkan

kulit durian dari kotoran dan bahan yang tidak diperlukan kemudian mencuci bersih

kulit durian dengan air mengalir, langkah berikutnya merajang kulit durian menjadi

kecil-kecil. Selanjutnya mengeringkan kulit durian di bawah sinar matahari hingga

didapatkan berat konstan dalam penyusutan kandungan air yang menandakan

bahwa simplisia benar-benar sudah kering. Selanjutnya dilakukan proses

penyerbukan. Penyerbukan dilakukan dengan tujuan untuk

45
46

memperluas permukaan dari kulit durian sehingga akan mempermudah pelarut

masuk kedalam sel dan sel akan terlarut oleh pelarut yang digunakan pada proses

ekstraksi.

Proses selanjutnya yaitu pengujian kebenaran sampel dilakukan dengan

mikroskop. Uji ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan fragmen dari

simplisia secara jelas. Hasil uji kebenaran sampel disajikan pada tabel 4.1. Dimana

teridentifikasi fragmen yang meliputi Hablur kalsium oksalat, rambut penutup,

epidermis bawah, sklerenkim, dan mesofil dengan hablur kalsium oksalat.

Tabel 4. 1 Hasil Uji Mikroskopis

No Pustaka Hasil penelitian Gambar pustaka Keterangan

1 DepkesRI Hablur
(1989) kalsium
oksalat

2 DepkesRI Rambut
(1989) penutup

3 DepkesRI Epidermis
(1989) bawah
47

Lanjutan Tabel 4.1

No Pustaka Hasil penelitian Gambar pustaka Keterangan

4 DepkesRI
(1989) Sklerenkim

5 DepkesRI Mesofil
(1989) dengan
hablur
kalsium
oksalat

Pembuatan ekstrak kulit durian dilakukan dengan metode maserasi, metode

maserasi dipilih karena metode ini merupakan metode yang sederhana, metode

maserasi tidak melibatkan panas sehingga tidak ada faktor temperatur yang dapat

mempercepat reaksi dan mempengaruhi senyawa aktif pada ekstrak yang

dilakukan. Bahan yang digunakan adalah serbuk kulit durian sebanyak 200 gram

dan sebagai penyari digunakan penyari etanol 70% sebanyak 1500 ml.

Proses maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk kulit durian

selama 5 hari dengan disertai pengadukan setiap hari. Setelah itu disaring menjadi

ekstrak cair kemudian diuapkan untuk menghilangkan pelarutnya. Ekstrak cair

yang diperoleh selanjutnya dilakukan pengujian bebas etanol dan identifikasi

senyawa flavonoid. Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan

bahwa ekstrak kulit yang digunakan dalam pembuatan sabun padat sudah bebas dari
48

etanol yang digunakan sebagai pelarut pada proses maserasi, selain itu juga untuk

memastikan kebenaran adanya senyawa flavonoid di dalam kulit durian.

Uji identifikasi kandungan flavonoid dilakukan dengan cara mereaksikan

sampel (ekstrak kulit durian) dengan 0,1 g serbuk magnesium kemudian

ditambahkan 5 tetes HCl pekat. Jika masing-masing larutan terbentuk warna kuning

jingga sampai merah, maka positif mengandung flavonoid. Hasil uji kualitatif dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4. 2 Hasil uji identifikasi flavonoid

Reaksi Hasil Pustaka Keterangan

Sampel + 0,1 g Kuning jingga Kuning jingga (+)

serbuk Mg + 5 sampai merah

tetes HCl pekat

Keterangan : (+) sesuai dengan pustaka (DepkesRI, 1995)

Setelah melakukan identifikasi flavonoid kulit durian dilakukan pembuatan

sabun. Langkah pertama yang dilakukan adalah meleburkan asam stearat diatas

lampu spirtus dan menambahkan basis minyak yang digunakan atur pada suhu 70-

80oC karena pada suhu tersebut asam stearat dapat meleleh dengan sempurna.

Selanjutnya menambahkan NaOH sampai terbnetuk trace (kondisi campuran

mengental). Langkah selanjutnya menambahkan gliserin, NaCl, dan ekstrak kulit

durian. Setelah dilakukan proses pembuatan sabun dilakukan evaluasi sediaan

sabun ekstrak kulit durian meliputi uji organoleptis, uji pH, uji tinggi busa, uji kadar

air, uji asam lemak, dan uji alkali bebas.


49

Hasil-hasil yang didapat sebagai berikut :

1. Uji Organoleptis

Uji organoleptis meliputi bentuk, warna, dan bau pada sediaan sabun padat

ekstrak kulit durian. Berikut adalah hasil uji organoleptis sabun padat ekstrak

kulit durian :

Tabel 4. 3 Hasil Uji Organoleptis Sabun padat ekstrak kulit durian

Formula Bentuk Tekstur Warna Bau

I Padat Agak keras Coklat muda Khas ekstrak

II Padat Lunak Coklat tua Khas ekstrak

III Padat Agak lunak Coklat Khas ekstrak

Keterangan :

Fomula I : minyak kelapa

Formula II : minyak jarak

Formula III : minyak zaitun

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan basis sabun yang

berbeda dapat berpengaruh dalam bentuk sediaan. Pada tabel di atas, formula I

dengan minyak kelapa menghasilkan sabun dengan bentuk yang agak keras.

Minyak kelapa mengandung asam laurat yang mampu mengencangkan kulit

dan sifat pembusaan yang baik, hasil sabun berwarna coklat muda karena dari

warna ekstrak dan karakterstik warna minyak kelapa yang berwarna bening

sampai kuning dan berbau khas minyak. Sedangkan pada formula II dengan

minyak jarak menghasilkan sabun dengan bentuk yang lunak. Minyak jarak
50

mengandung asam risinoleat yang mampu melembabkan kulit, menghasilkan

busa yang stabil dan lembut, hasil sabun berwarna coklat tua karena dari warna

ekstrak dan karakteristik warna minyak jarak yang berwarna jernih sampai

kuning kecoklatan. Kemudian pada formula III dengan basis minyak zaitun

menghasilkan sabun dalam bentuk yang agak lunak. Minyak zaitun

mengandung asam oleat yang mampu melembabkan kulit, hasil sabun berwarna

coklat karena dari warna ekstrak dan karakteristik warna minyak zaitun jernih

sampai kuning kecoklatan dan berbau khas minyak. Dari hasil yang diperoleh

dalam penggunaan minyak jarak sebagai basis kurang tepat digunakan dalam

pembuatan sabun padat karena bentuk sabun yang dihasilkan berbentuk lunak.

Hal ini karena minyak jarak termasuk dalam golongan soft oil dan banya

mengandung asam oleat, linoleat, dan linolenat. Kandungan tokoferol yang

termasuk kecil (0,05%) dan kandungan asam lemak essensial yang sangat

rendah menyebabkannya sangat berbeda dengan minyak-minyak nabati yang

lain (Widiyanti, 2009)

2. Uji pH

Pengukuran pH dilakukan untuk mengetahui apakah sabun bersifat asam,

basa, atau netral. Standar pH untuk sabun mandi berkisar 9-11. Sabun dengan

pH netral merupakan sabun yang baik karena lembut dikulit. Sedangkan pH

yang sangat tinggi atau rendah dapat menyebabkan iritasi.

Hasil uji pH sabun yang terlampir pada tabel berikut ini :


51

Tabel 4. 4 Hasil Uji pH

Replikasi Uji Asam Lemak Standar


Formula I Formula II Formula III
1 9 9 9 9-11
2 9 9 9 (Hernani et al
3 9 9 9 2010)
Rata-rata 9 9 9
Keterangan :

Formula I : minyak kelapa

Formula II : minyak jarak

Formula III : minyak zaitun

Berdasarkan hasil uji pH maka sediaan sabun yang dibuat menunjukan

sediaan yang stabil dan dapat digunakan pada kulit karena tidak menyebabkan

iritasi. Hasil penelitian menunjukan untuk semua formula mempunyai pH yang

sama yaitu 9, maka perbedaan penggunaan basis tidak mempengaruhi pH dari

sediaan sabun padat ekstrak kulit durian. Hasil pH sediaan menunjukan PH

yang sesuai dengan standar pH sabun padat yaitu 9-11 (Hernani et al, 2010).

3. Uji Tinggi Busa dan Stabilitas Busa

Uji tinggi stabilitas busa bertujuan untuk mengukur kestabilan sabun dalam

membentuk busa. Busa yang dihasilkan setelah melakukan pengocokan sabun

dalam gelas ukur dan didiamkan selama 5 menit kemudian mengukur

ketinggian busa yang terbentuk dalam gelas ukur. Nilai standar stabilitas busa

pada literatur disebutkan bahwa untuk memenuhi syarat tinggi busa 1,3 – 22 cm

(Hernani et al, 2010).


52

Hasil uji tinggi busa dan stabilitas busa adalah seperti yang terlampir pada

tabel berikut ini :

Tabel 4. 5 Uji Tinggi Busa dan Stabilitas Busa

Replikasi Uji Tinggi Busa dan Stabilitas Busa Standar

Formula I Formula II Formula III

1 3,10 cm 1,50 cm 5,20 cm 1,3-22 cm

2 3,50 cm 1,30 cm 5,60 cm (Hernani et

3 3,20 cm 1,70 cm 5,50 cm al, 2010)

Rata-rata 3,26 cm 1,50 cm 5,43 cm

Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai rata-rata pada formula I sebesar 3,26

cm, formula II sebesar 1,5 cm dan formula III sebesar 5,43 cm. Dari hasil uji

yang dilakukan nilai rata-rata uji tinggi busa formula yang paling baik adalah

formula III (minyak zaitun) yaitu 5,43 cm. Akan tetapi pada ketiga formula

tersebut sudah memenuhi standar tinggi uji busa yaitu 1,3-22 cm.

Karakteristik busa yang dihasilkan dipengaruhi oleh jenis asam lemak yang

digunakan. Asam Laurat dari minyak kelapa menghasilkan busa yang banyak

dan lembut, asam risinoleat dari minyak jarak menghasilkan busa yang lembut

dan stabil, dan asam oleat dari minyak zaitun menghasilkan busa yang banyak,

melembabkan dan melembutkan kulit (Cavitch, 2001)

Hasil yang diperoleh diatas dianalisis menggunakan analisis One Way

Anova :
53

Tabel 4. 6 Hasil Anova Satu Arah

ANOVA

Uji_tinggi_busa_dan_stabilitas_busa

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 23,287 2 11,643 275,763 ,000

Within Groups ,253 6 ,042

Total 23,540 8

Dari analisis tersebut menunjukkan nilai F hitung lebih besar dari nilai f

Tabel (F hitung > F tabel) sebesar 275,763 > 5,14 berarti menyatakan bahwa

Adanya pengaruh minyak kelapa, minyak jarak, dan minyak zaitun terhadap

sifat fisik sediaan sabun padat ekstrak kulit durian (Durio zibethinus).

4. Uji Kadar Air

Banyak air yang ditambahkan pada sabun akan berpengaruh terhadap

kelarutan sabun. Semakin banyak air yang terkandung dalam sabun maka sabun

akan semakin mudah menyusut saat digunakan. Kriteria sabun mempunyai

kadar air maksimal 15%. Apabila kandungan air pada sabun terlalu tinggi maka

mutu sabun yang dihasilkan akan lembek dan mudah larut dalam air.

Hasil uji kadar air adalah seperti yang terlampir pada tabel berikut ini :
54

Tabel 4. 7 Uji Kadar Air

Replikasi Uji Kadar Air Standar

Formula I Formula II Formula III

1 14,75% 30,50 % 20,50 %

2 18,00 % 29,25 % 23,75 % Maks 15 %

3 17,25% 32,75 % 22,75 % (SNI, 1994)

Rata-rata 16,67 % 30,83 % 22,33%

Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai rata-rata pada formula I sebesar 16,67

%, formula II sebesar 30,83 %, dan formula III sebesar 22,33%. Dari

persyaratan standar uji kadar air menurut SNI, maka untuk ketiga formula tidak

memenuhi standar.

Handayani (2009) menyatakan, tingginya kadar air pada sabun yaitu

minyak-minyak nabati yang direaksikan dengan NaOH akan menghasilkan

gliserin saat proses saponifikasi yang berguna sebagai pelembab pada sabun.

Gliserin merupakan humektan yang bersifat hidroskopis yang dapat menyerap

uap air dari udara dalam jumlah tertentu. Sehingga gliserin pada formula perlu

dikurangi konsentrasinya supaya kadar air yang dihasilkan tidak terlalu tinggi.

Widiyanti (2009) juga menyatakan kadar air dalam sabun, selain berasal

dari banyak air yang ditambahkan sewaktu proses pembuatan sabun, juga

merupakan hasil samping dari proses penyabunan. Menurut Vilella

(1996) dalam penelitiannya menyatakan bahwa asam lemak (RCOOH) yang

bereaksi dengan NaOH akan membentuk sabun (RCOONa) dan air (H2O).
55

Hasil yang diperoleh diatas dianalisis menggunakan Analisis One Way

Anova :

Tabel 4. 8 Hasil Anova Satu Arah

ANOVA

Uji_kadar_air

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 305.056 2 152.528 51.924 .000

Within Groups 17.625 6 2.938

Total 322.681 8

Dari analisis tersebut menunjukkan nilai F hitung lebih besar dari nilai f

Tabel (F hitung > F tabel) sebesar 51.924 > 5.14 berarti menyatakan bahwa

Adanya pengaruh minyak kelapa, minyak jarak, dan minyak zaitun terhadap

sifat fisik sediaan sabun padat ekstrak kulit durian (Durio zibethinus).

5. Uji Asam Lemak

Jumlah asam lemak adalah keseluruhan asam lemak baik asam lemak yang

terikat dengan natrium atau asam lemak bebas ditambahkan lemak netral

(trigliserida atau lemak tak tersabunkan). Prinsip penetapan jumlah asam lemak

adalah pemisahan jumlah asam lemak dari ikatan sabun natrium dengan

penambahan asam kuat, kemudian mengekstraknya dengan cake yang berisi

campuran parrafin padat, asam lemak bebas, lemak netral dan minyak mineral

yang mungkin ada.


56

Hasil uji asam lemak adalah seperti yang terlampir pada tabel berikut ini :

Tabel 4. 9 Hasil Uji Asam Lemak

Replikasi Uji Asam Lemak Standar

Formula I Formula II Formula III

1 82,3 % 70,5% 77,3 %

2 84,5 % 69,2 % 76,8 % >70 %

3 86,3 % 72,6 % 75,3 % (SNI, 1994)

Rata-rata 84,36 % 70,76 % 76,46 %

Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai rata-rata pada formula I sebesar 84,36

%, formula II sebesar 70,76 % dan formula III sebesar 76,46 %. Dari

persyaratan standar jumlah asam lemak menurut SNI, maka untuk ketiga

formula telah memenuhi standar dan yang memiliki jumlah asam lemak paling

baik adalah formula I yaitu 84,36%.

Asam lemak yang terkandung dalam sabun yang dihasilkan berasal dari

asam stearat pada formula dan asam lemak yang terkandung pada minyak

kelapa, minyak jarak, dan minyak zaitun. Pada formula I (minyak kelapa)

memiliki jumlah asam lemak terbanyak, antara lain asam laurat, miristat,

palmitat, kaprilat, kaprat, stearat, kaproat, arachidat, oleat, linoleat, dan

palmitoleat, sehingga kadar asam lemaknya terbanyak dan formula II (minyak

jarak) memiliki jumlah asam lemak paling sedikit, antara lain asam stearat,

risinoleat, oleat, dan linoleat, sehingga kadar asam lemaknya paling sedikit.
57

Hasil yang diperoleh diatas dianalisis menggunakan Analisis One Way

Anova :

Tabel 4. 10 Hasil Anova Satu Arah

ANOVA

Uji_asam_lemak

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 279,860 2 139,930 52,213 ,000

Within Groups 16,080 6 2,680

Total 295,940 8

Dari analisis tersebut menunjukkan nilai F hitung lebih besar dari nilai f

Tabel (F hitung > F tabel) sebesar 52,213 > 5,1 berarti menyatakan bahwa

Adanya pengaruh minyak kelapa, minyak jarak, dan minyak zaitun terhadap

sifat fisik sediaan sabun padat ekstrak kulit durian (Durio zibethinus).

6. Uji Alkali Bebas

Uji alkali bebas ini dilakukan untuk mengetahui jumlah alkali dalam sabun

yang tidak terikat sebagai senyawa sabun. Yang dilakukan setelah proses titrasi.

Syarat berdasarkan SNI 06 – 3532 – 1994 alkali bebas sabun padat maksimal

0,1 %.

Hasil uji alkali bebas adalah seperti yang terlampir pada tabel berikut ini :
58

Tabel 4. 11 Hasil Uji Alkali Bebas

Replikasi Uji Alkali Bebas Standar

Formula I Formula II Formula III

1 0,048 % 0,096 % 0,072 %

2 0,04 % 0,104 % 0,064 % Maks 0,1 %

3 0,048 % 0,088 % 0,056 % (SNI, 1994)

Rata-rata 0,045 % 0,096 % 0,064 %

Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai rata-rata pada formula I sebesar

0,045% formula II sebesar 0,096 % dan formula III sebesar 0,064%. Dari hasil

uji yang dilakukan nilai rata-rata uji alkali bebas untuk formula yang paling baik

adalah pada formula I yaitu sebesar 0,045 %. Dari ketiga formula tersebut sudah

memenuhi standar alkali bebas yang ditetapkan SNI yaitu maksimal 0,1%.

Sabun dikatakan baik apabila memiliki nilai alkali bebas yang paling sedikit

karena alkali bersifat keras dan dapat mengiritasi kulit.

Alkali bebas yang ada dalam sabun merupakan alkali (NaOH) yang tidak

dapat bereaksi dengan asan lemak pada saat pembentukan stok sabun. Adanya

alkali dalam bentuk bebas menandakan kurangnya jumlah asam lemak dalam

formula sabun (Villela, 1996). Artinya, kadar alkali bebas dalam sabun

dipengaruhi oleh kadar asam lemak yang dihasilkan. Semakin tinggi kadar asam

lemak maka kadar alkali bebas akan semakin rendah. Begitu juga sebaliknya,

semakin rendah kadar asam lemak maka kadar alkali bebas akan semakin tinggi.

Ini sesuai dengan hasil penelitian, yaitu pada formula I asam lemak yang
59

dihasilkan tertinggi sehingga kadar alkali bebasnya terendah dan formula II

asam lemak yang dihasilkan terendah sehingga kadar alkali bebasnya tertinggi.

Hasil yang diperoleh diatas dianalisis menggunakan Analisis One Way

Anova :

Tabel 4. 12 Hasil Anova Satu Arah

ANOVA

uji_alkali_bebas

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups ,004 2 ,002 39,571 ,000

Within Groups ,000 6 ,000

Total ,004 8

Dari analisis tersebut menunjukkan nilai F hitung lebih besar dari nilai f

Tabel (F hitung > F tabel) sebesar 39,571 > 5,14 berarti menyatakan bahwa

Adanya pengaruh minyak kelapa, minyak jarak, dan minyak zaitun terhadap

sifat fisik sediaan sabun padat ekstrak kulit durian (Durio zibethinus).
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Ada pengaruh penggunaan basis minyak kelapa, minyak jarak, dan minyak

zaitun terhadap sifat fisik sediaan sabun padat ekstrak kulit durian (Durio

zibethinus).

2. Penggunaan basis minyak kelapa memberikan pengaruh paling baik

terhadap sifat fisik sabun padat ekstrak kulit durian (Durio zibethinus)

diilihat dari uji asam lemak dan uji alkali bebas.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian yang berbeda terhadap ekstrak kulit durian yang

diformulasikan menjadi sediaan topikal lain.

2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang pengaruh basis terhadap sifat

fisik sabun padat dengan basis minyak yang berbeda.

3. Perlu adanya perbaikan formula untuk pembuatan sediaan sabun padat

dengan menambahkan essens supaya sabun yang dihaasilkan wangi.

60
61

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C., 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Jakarta : UI Press.
Arlofa, Nina. 2015. Uji Kandungan Senyawa Fitokimia Kulit Durian sebagai Bahan
Aktif Pembuatan Sabun. Jurnal. Serang : Universitas Serang Jaya.
Badan Standarisasi Nasional, 1994. Standar Mutu Sabun Mandi, SNI 06-3552-
1994. Jakarta : Dewan Sandarisasi Nasional
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). 1979. Farmokope
Indonesia. Edisi III. Jakarta : Depkes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). 1986. Sediaan Galenika.
Jakarta : Depkes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). 1989. Materia medika
Indoneisa. Jilid IV. Jakarta : Depkes RI
Faizah, Lu’lu’ Hanif. 2015. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Durian
(Durio zibethinus Murr.) Terhadap Klebsiella Pneumoniae dan
Streptococcus Pyogenes Serta Bioautografinya. Skripsi. Surakarta :
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hasrianti, Sukarti, Arwansyah, dan Suhaeni. 2018. Efektivitas Ekstrak Pangsa Kulit
Buah Durian Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bau Badan. Jurnal. Bogor :
Institut Pertanian Bogor
Hernani, Tatit K. Bunasor, dan Fitriati. 2010. Formula Sabun Transparan Antijamur
Dengan Bahan Aktif Ekstrak Lengkuas (Alpinia galanga L.Swartz.). jurnal.
Palopo : Universitas Cokroaminoto Palopo.
Irawati. 2014. “Karakterisasi Morfologi Daun Durian Lokal (Durio zibethinus
Murr.) DI Kecamatan Kerumutan Kabupaten Pelalawan.” Jurnal.
Pekanbaru : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasi Riau.
Langingi, Raymon, Lidya I. Momuat, dan Maureen G.Kumaunang. 2012.
Pembuatan Sabun Mandi Padat dari VCO yang Mengandung Karotenoid
Wortel.Jurnal. Manado: Universitas Sam Ratuangi.
Maradona, Doni. 2013. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Durian
(Durio zibethinus L), Daun Lengkeng (Dimocarpus longan Lour), Dan
Daun Rambutan (Nephelium lappaceum L) Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus ATCC 25925 dan Escherichia coli ATCC 25922.
Skripsi. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
Maripa, Baiq Risni, Yeti Kurniasih, dan Ahmadi. 2014. Pengaruh Konsentrasi Naoh
Terhadap Kualitas Sabun Padat Dari Minyak Kelapa (Cocos nucifera) Yang
Ditambahkan Sari Bunga Mawar (Rosa L.). Jurnal. Mataram : IKIP
Mataram.
Marjoni, Mhd. Riza. 2016. Dasar-Dasar Fitokimia. Jakarta : Trans Info Media
(TIM)
Mauliana. 2016. Formulasi Sabun Padat Bentonit Dengan Variasi Konsentrasi
Asam Stearat dan Natrium Lauril Sulfat. Skripsi. Jakarta : UIN Syarif
Hidayatullah.
62

Mulyani, Sri. 2018. Pengaruh Penggunaan Minyak Sawit Dan Minyak Jelantah
Sebagai Sumber Asam Lemak Sediaan Sabun Padat Dengan Ekstrak
Lengkuas Merah (Alpinia galanga, Linn.). Karya Tulis Ilmiah. Tegal : DIII
Farmasi Politeknik Harapan Bersama.
Ningrum, Amelia Hardika. 2011. Pemanfaatan Fraksi Etanol Infusa Daun Beluntas
(Pluchea indica Less.) Menggunakan 3 Basis Minyak Nabati Berbeda Untuk
Pembuatan Sabun Mandi Cair Antiseptik. Skripsi. Surakarta : Universitas
Sebelas Maret.
Novitasari. 2016. Formula Pembuatan Sabun Transparan dengan penambahan Kulit
Pisang Ambon (Musa paradisiacavar. sapientum (L.) Kunt.) dan
sumbangsihnya Pada Materi Pemanfaatan Limbah Organik di Kelas X
SMA/MA. Skripsi. Palembang : UIN Raden Fatah.
Nugraha, Dwiyan. 2017. Pembuatan Sabun Padat Transparan Berbahan Baku
Bahan Minyak Jarak (Castor oi) dengan Penambahan Bahan Aktif Teh
Putih (Camelia sinensis). Skripsi. Jatinangor : Universitas Padjadjaran
Nururrahmah dan Rosnita. 2018. Uji Efektivitas Limbah Kulit Durian Sebagai
Adsorben Tumpahan Minyak Pelumas. Jurnal. Universitas Cokroaminoto
Palopo.
Pujiati, Fatimah. 2018. Pengaruh Penggunaan Minyak Kelapa, Minyak Jagung, Dan
Minak Zaitun Sebagai Basis Terhadap Sifat Fisik Sabun Padat Minyak
Atsiri Bunga Melati (Jasminum sambac Linn). Karya Tulis Ilmiah. Tegal :
DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama.
Qisti, Rachmiati. 2009. Sifat Kimia Sabun Padat Transparan Dengan Penambahan
Madu Pada Konsentrasi yang berbeda. Skripsi. Bogor : Institut Pertanian
Bogor.
Redha, Abdi. 2010. Flavonoid: Struktur, Sifat Antioksidatif Dan Peranannya Dalam
Sistem Biologis. Jurnal. Pontianak : Politeknik Negeri Pontianak.
Rowe, Raymond C, Paul J Sheskey, dan Siân C Owen. 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipients. Sixth Edition. London : Pharmaceutical Press
and American Assosiation.
Sobir, dan Napitupulu, R. M. 2010. Bertanam Durian Unggul. jurnal. Jakarta:
Penebar Swadaya
Ulia, Hasnah. 2014. Pengaruh Kadar Minyak Atsiri Kencur dan Temulawak
Terhadap Aktivitas Antibakteri dalam Sabun Padat. Jurnal. Cimahi :
Universitas Jendral Ahchmad Yani.
Widiyanti, Yunita. 2009. Kajian Pengaruh Jenis Minyak Terhadap Mutu Sabun
Transaparan. Skripsi. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Widyasanti, Asri, dan Jayanti Mega Rohani. 2017. Pembuatan Sabun Padat
Transparan Bebasis Minyak Zaitun dengan Penambahan Ekstrak Teh Putih.
Jurnal.Bandung : Universitas Padjadjaran.
Widyasanti, Asri, Chintya Listiarsi Farddani, dan Dadan Rohdiana. 2018.
Pembuatan Sabun Padat Transparan Menggunakan Minyak Kelapa Sawit
(Palm Oil) Dengan Penambahan Bahan Aktif Ekstrak Teh Putih (Camellia
sinensis). Jurnal. Bandung : Universitas Padjadjaran.
Zafirah, Nida Raffa. 2018. “Pengaruh Kombinasi Minyak Jarak, Minyak Zaitun,
Dan Minyak Kelapa Sebagai Basis Basis Sabun Terhadap Sifat Fisik Sabun
63

Transparan Minyak Atsiri Bunga Kenanga (Cananga odorata L).” Karya


Tulis Ilmiah. Tegal : DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama.
64

LAMPIRAN 1

Perhitungan Sampel Simplisia

LAMPIRAN

Perhitungan prosentase berat kering terhadap berat basah kulit durian

Berat kulit durian basah = 2500 g

Berat kulit durian kering = 236,23 gram

Prosentase berat kering

terhadap berat basah = x 100%

,
= x 100%

= 9,44 %
65

LAMPIRAN 2

Perhitungan Ekstrak Cair Rendemen

Berat sampel = 200 g

Berat cawan kosong = 83,78 g (a)

Berat cawan + ekstrak = 260,37 g (b)

Berat ekstrak dari maserasi = (b) – (a)

= 260,37 g – 83,78 g

= 176,59 g

Presentasi ekstrak kulit durian

% Rendemen = x 100%
!

" , #
= x 100%

= 88,29%
66

LAMPIRAN 3

Perhitungan larutan NaOH 30%

NaOH yang digunakan untuk membuat larutan merupakan NaOH padat yang

berbentuk kepingan yang kering, keras, dan rapuh. Sehingga untuk membuat

larutan NaOH 30% dilakukan perhitungan sebagai berikut

M NaOH = x 100 ml

= 30 g NaOH dalam 100 ml aquadest


67

LAMPIRAN 4

Perhitungan Larutan KOH 0,1 N Dalam etanol

Massa atom K = 39

Massa atom O = 16

Massa atom H =1

Mr KOH = 56

Untuk membuat larutan KOH 0,1 N dalam etannol sebanyak 100 ml dilakukan

perhitungan sebagai berikut :


$
N =% x

$
0,1 N = x

, $
m =

= 0,56 g

Untuk membuat larutan KOH 0,05 N dalam etanol dengan melarutkan KOH Kristal

sebanyak 0,56 g dalam 1 ml aquadest. Kemudian larutan tersebut dimasukkan ke

dalam labu ukur 100 ml utnuk selanjutnya ditambahkan dengan etanol 96% sampai

tanda batas
68

LAMPIRAN 5

Perhitungan pembuatan larutan HCl 0,1 N Dalam Etanol

Massa atom H =1

Massa atom Cl = 35

Mr HCl = 36

Berat jenis HCl 32% = 1,16 g/ml

Berat molekul = 36,5 g/mol

Diketahui konsentrasi HCl di laboratorium adalah 32%. Untuk membuat larutan

HCl 0,1 N langkah pertama mencari konsentrasi HCl 32 % yaitu sebagai berikut :

& % (
N = %

)
, %
*+
= , /$

= 10,16 N

Maka perhitungan pembuatan larutan HCl 0,1 N sebanyak 100 ml adalah sebagai

berikut :

V1 x N1 = V2 x N2

V1 x 10,16 = 100 ml x 0,1 N

$ ,
V1 =
,

= 0,98 ml ≈ 1 ml

Untuk membuat larutan HCl 0,1 N sebanyak 100 ml adalah dengan mengencerkan

HCl 32 % sebanyak 1 ml kedalam labu ukur 100 ml kemudian tambahkan etanol

96% sampai tanda batas.


69

LAMPIRAN 6

Perhitungan larutan H2SO4 20%

Konsentasi H2SO4 adalah 98%

Untuk membuat larutan H2SO4 20% sebanyak 100 ml dilakukan pengenceran

larutan dari H2SO4 murni dengan perhitungan sebagai berikut :

V1 x N1 = V2 x N2

V1 x 98% = 100 ml x 20%

$ %
V1 = #.%

= 20,40 ml

Untuk membuat larutan H2SO4 20% sebanyak 100 ml adalah dengan mengencerkan

H2SO4 98% sebanyak 20,40 ml kedalam labu ukur 100 ml kemudian tambahkan

aquadest sampai tanda batas.


70

LAMPIRAN 7

Penimbangan Bahan

1. Formula I (Basis minyak kelapa)

Ekstrak kulit durian =10/100 x 100 gram = 10 gram

Minyak kelapa = 15/100 x 100 gram = 15 gram

Asam stearat = 10/100 x 100 gram = 10 gram

NaOH 30% = 15/100 x 100 gram = 15 gram

Gliserin = 10/100 x 100 gram = 10 gram

NaCl = 0,5/100 x 100 gram = 0,5 gram

Aquadest = 100 gram – (10+15+10+15+10+0,5)

= 100 gram – 50,5 gram

= 49,5 gram

2. Formula II (Basis minyak jarak)

Ekstrak kulit durian = 10/100 x 100 gram = 10 gram

Minyak Jarak = 15/100 x 100 gram = 15 gram

Asam stearat = 10/100 x 100 gram = 10 gram

NaOH 30% = 15/100 x 100 gram = 15 gram

Gliserin = 10/100 x 100 gram = 10 gram

NaCl = 0,5/100 x 100 gram = 0,5 gram

Aquadest = 100 gram – (10+15+10+15+10+0,5)

= 100 gram – 50,5 gram

= 49,5 gram
71

3. Formula III (Basis minyak zaitun)

Ekstrak kulit durian = 10/100 x 100 gram = 10 gram

Minyak zaitun = 15/100 x 100 gram = 15 gram

Asam stearat = 10/100 x 100 gram = 10 gram

NaOH 30% = 15/100 x 100 gram = 15 gram

Gliserin = 10/100 x 100 gram = 10 gram

NaCl = 0,5/100 x 100 gram = 0,5 gram

Aquadest = 100 gram – (10+15+10+15+10+0,5)

= 100 gram – 50,5 gram

= 49,5 gram
72

LAMPIRAN 8

Hasil Uji Organoleptis

Formula Bentuk Tekstur Warna Bau

I Padat Agak keras Coklat muda Khas ekstrak

II Padat Lunak Coklat tua Khas ekstrak

III Padat Agak lunak Coklat Khas ekstrak

Keterangan :

Formula I : Minyak kelapa

Formula II : Minyak jarak

Formula III : Minyak zaitun


73

LAMPIRAN 9

Hasil Uji pH

Replikasi Uji Ph Standar

Formula I Formula II Formula III

1 9 9 9 9-11

2 9 9 9 (Hernani et al

3 9 9 9 2010)

Rata-rata 9 9 9

Keterangan :

Formula I : Minyak kelapa

Formula II : Minyak jarak

Formula III : Minyak zaitun


74

LAMPIRAN 10

Hasil Uji Tinggi Busa dan Stabilitas Busa

Replikasi Uji Tinggi Busa dan Stabilitas Busa Standar

Formula I Formula II Formula III

1 3,10 cm 1,50 cm 5,20 cm 1,3-22 cm

2 3,50 cm 1,30 cm 5,60 cm (Hernani et

3 3,20 cm 1,70 cm 5,50 cm al, 2010)

Rata-rata 3,26 cm 1,50 cm 5,43 cm

Keterangan :

Formula I : Minyak kelapa

Formula II : Minyak jarak

Formula III : Minyak zaitun


75

LAMPIRAN 11

Hasil Uji Kadar Air

Replikasi Uji Kadar Air Standar

Formula I Formula II Formula III

1 14,75% 30,50 % 20,50 %

2 18,00 % 29,25 % 23,75 % Maks 15 %

3 17,25% 32,75 % 22,75 % (SNI, 1994)

Rata-rata 16,67 % 30,83 % 22,33%

Keterangan :

Formula I : Minyak kelapa

Formula II : Minyak jarak

Formula III : Minyak zaitun

Rumus % kadar air = x 100 %

Keterangan : W1 = Bobot awal sampel sabun

W2 = Bobot sampel sabun setelah dipanaskan

Perhitungan :

• Formula I (Minyak Kelapa)

• Replikasi 1 Kadar air = x 100 %

$ , $
= $
x 100%

= 14,75%
76

• Replikasi 2 Kadar air = x 100 %

$ , . $
= $
x 100%

= 18 %

• Replikasi 3 Kadar air = x 100 %

$ , $
= x 100 %
$

= 17,25%

• Formula I (Minyak Jarak)

• Replikasi 1 Kadar air = x 100 %

$ ,". $
= $

= 30,5 %

• Replikasi 2 Kadar air = x 100 %

$ ,. $
= $

= 29,25 %

• Replikasi 3 Kadar air = x 100 %

$ , # $
=
$

= 32,75 %

• Formula I (Minyak Zaitun)

• Replikasi 1 Kadar air = x 100 %

$ , . $
= $
77

= 20,5 %

• Replikasi 2 Kadar air = x 100 %

$ , $
= $

= 23,75 %

• Replikasi 3 Kadar air = x 100 %

$ , # $
= $

= 22,75 %
78

LAMPIRAN 12

Hasil Uji Asam Lemak

Replikasi Uji Asam Lemak Standar

Formula I Formula II Formula III

1 82,30 % 70,50 % 77,30 %

2 84,50 % 69,20 % 76,80 % >70 %

3 86,30 % 72,60 % 75,30 % (SNI, 1994)

Rata-rata 84,36 % 70,76 % 76,46 %

Keterangan :

Formula I : Minyak kelapa

Formula II : Minyak jarak

Formula III : Minyak zaitun

Jumlah asam lemak = $


x 100%

Perhitungan :

1. Forumla I (Minyak Kelapa)

• Replikasi 1 diketahui : Berat wake cake = 18,32 gram

Berat parafin = 10 gram

Berat sampel = 10 gram ,


.,
Jumlah asam lemak = x 100%

.,
= x 100%

= 82,3 %
79

• Replikasi 2 diketahui : Berat wake cake = 18,45 gram

Berat parafin = 10 gram

Berat sampel = 10 gram


.,
Jumlah asam lemak = x 100%

.,
= x 100%

=84,5 %

• Replikasi 3 diketahui : Berat wake cake = 18,63 gram

Berat parafin = 10 gram

Berat sampel = 10 gram


.,
Jumlah asam lemak = x 100%

.,
= x 100%

= 86,3 %

2. Forumla II (Minyak Jarak)

• Replikasi 1 diketahui : Berat wake cake = 17,05 gram

Berat parafin = 10 gram

Berat sampel = 10 gram

",
Jumlah asam lemak = x 100%

",
= x 100%

= 70,5%
80

• Replikasi 2 diketahui : Berat wake cake = 16,92 gram

Berat parafin = 10 gram

Berat sampel = 10 gram


,#
Jumlah asam lemak = x 100%

,#
= x 100%

= 69,2 %

• Replikasi 3 diketahui : Berat wake cake = 17,26 gram

Berat parafin = 10 gram

Berat sampel = 10 gram


",
Jumlah asam lemak = x 100%

",
= x 100%

= 72,6 %

3. Forumla III (Minyak Zaitun)

• Replikasi 1 diketahui : Berat wake cake = 17,73 gram

Berat parafin = 10 gram

Berat sampel = 10 gram


","
Jumlah asam lemak = x 100%

","
= x 100%

= 77,3 %
81

• Replikasi 2 diketahui : Berat wake cake = 17,68 gram

Berat parafin = 10 gram

Berat sampel = 10 gram


", .
Jumlah asam lemak = x 100%

", .
= x 100%

= 76,8 %

• Replikasi 3 diketahui : Berat wake cake = 17,53 gram

Berat parafin = 10 gram

Berat sampel = 10 gram


",
Jumlah asam lemak = x 100%

",
= x 100%

= 75,3 %
82

LAMPIRAN 13

Hasil Uji Alkali Bebas

Replikasi Uji Alkali Bebas Standar

Formula I Formula II Formula III

1 0,048 % 0,096 % 0,072 %

2 0,040 % 0,104 % 0,064 % Maks 0,1 %

3 0,048 % 0,088 % 0,056 % (SNI, 1994)

Rata-rata 0,045 % 0,096 % 0,064 %

Keterangan :

Formula I : Minyak kelapa

Formula II : Minyak jarak

Formula III : Minyak zaitun


/ / ,
Uji alkali bebas = x 100%

Keterangan : V = Volume HCl yang digunakan untuk titrasi

N = Normalitas HCl

W = Bobot sabun

0,04 = Bobot setara NaOH

Perhitungan :

1. Formula I (Minyak Kelapa)

• Replikasi 1 diketahui : V = 0,6 ml

N = 0,1 N

W = 5 gram
83

, $ , ,
Jumlah Alkali bebas = x 100 %

= 0,048 %

• Replikasi 2 diketahui : V = 0,5 ml

N = 0,1 N

W = 5 gram

, $ , ,
Jumlah Alkali bebas = x 100 %

= 0,04 %

• Replikasi 3 diketahui : V = 0,6 ml

N = 0,1 N

W = 5 gram
, $ , ,
Jumlah Alkali bebas = x 100 %

= 0,048 %

2. Formula II (Minyak Jarak)

• Replikasi 1 diketahui : V =1,2 ml

N = 0,1 N

W = 5 gram

, $ , ,
Jumlah Alkali bebas = x 100 %

= 0,096 %

• Replikasi 2 diketahui : V = 1,3 ml

N = 0,1 N

W = 5 gram
84

, $ , ,
Jumlah Alkali bebas = x 100 %

= 0,104 %

• Replikasi 3 diketahui : V = 1,1 ml

N = 0,1 N

W = 5 gram
, $ , ,
Jumlah Alkali bebas = x 100 %

= 0,088 %

3. Formulasi III (Minyak Zaitun)

• Replikasi 1 diketahui : V = 0,9 ml

N = 0,1 N

W = 5 gram

,# $ , ,
Jumlah Alkali bebas = x 100 %

= 0,072 %

• Replikasi 2 diketahui : V = 0,8 ml

N = 0,1 N

W = 5 gram

,. $ , ,
Jumlah Alkali bebas = x 100 %

= 0,064 %

• Replikasi 3 diketahui : V = 0,7 ml

N = 0,1 N

W = 5 gram
85

," $ , ,
Jumlah Alkali bebas = x 100 %

= 0,056 %
86

LAMPIRAN 14

Dokumentasi Penelitian

No Gambar Keterangan
1 Kulit durian

2 Serbuk simplisia kulit durian

3 Uji bebas Etanol


87

3 Uji kandungan flavonoid


88

LAMPIRAN 15

Dokumentasi Proses Pembuatan Sabun

No Gambar Keterangan
1 Peleburan asam stearat

2 Penambahan basis minyak

3 Penambahan NaOH
89

4 Penambahan gliserin, NaCl, aquadest,


dan ektrak kulit durian

5 Memasukkan campuran kedalam


cetakan

6 Hasil sediaan sabun


90

LAMPIRAN 16

Dokumentasi Uji Sediaan

No Gambar Keterangan
1 Uji organoleptis Formula I

2 Uji organoleptis Formula II

3 Uji organoleptis Formula III


91

4 Uji pH sediaan Formula I

5 Uji pH sediaan formula II

6 Uji pH sediaan formula II

7 Uji tinggi busa sediaan formula I


92

8 Uji tinggi busa sediaan formula II

9 Uji tinggi busa sediaan formula III

10 Uji kadar air

11 Uji asam lemak formula I


93

12 Uji asam lemak formula II

13 Uji asam lemak formula III

14 Uji alkali bebas


CURRICULUM VITAE

Nama : FANY RIZZA IMAMI


TTL : TEGAL, 06 DESEMBER 1998
Email : fanyrizzaimami06@gmail.com
No. Hp : 082322938832
Alamat : Desa Bongkok RT 01/RW 04 Kec. Kramat Kab. Tegal
Agama : ISLAM

PENDIDIKAN
SD : SDN 03 Bongkok
SMP : SMP N 3 Tegal
SMA : SMA N 4 Tegal
D3 : Politeknik Harapan Bersama Tegal
Judul KTI : Pengaruh Minyak Kelapa, Minyak Jarak, Dan Minyak Zaitun
Terhadap Sifat Fisik Sediaan Sabun Padat Ekstrak Kulit Durian
(Durio zibethinus Murr).

NAMA ORANG TUA


Ayah : CHAERIYANTO
Ibu : NURCHAYATI

ALAMAT ORANG TUA


Ayah : Desa Bongkok RT 01/RW 04 Kec. Kramat Kab. Tegal
Ibu : Desa Bongkok RT 01/RW 04 Kec. Kramat Kab. Tegal

Anda mungkin juga menyukai