TINJAUAN PUSTAKA
Sistem penyaluran air buangan adalah suatu rangkaian bangunan air yang berfungsi
untuk mengurangi atau membuang air limbah dari suatu kawasan/lahan baik itu dari rumah
tangga maupun kawasan industri. Prinsip penyaluran air buangan adalah membuat suatu
sistem penyaluran yang mengalirkan air buangan dari sumber ke Bangunan Pengolahan
Air Limbah (BPAL) melalui jarak yang paling pendek agar waktu penyaluran yang
dibutuhkan lebih singkat. Pengelolaan air buangan adalah suatu usaha yang dilakukan
untuk meminimalisasi dampak negatif yang ditimbulkan dari air buangan yang berasal dari
suatu kegiatan, yang dilakukan melalui serangkaian teknologi yng sesuai dengan
karakteristik air buangan tersebut. Dalam dasar perencanaan sistem penyaluran air buangan
seharusnya air buangan dialirkan dalam saluran tertutup agar tidak terlalu mengganggu
kesehatan masyarakat, lingkungan, dan estetika kota. Seperti diketahui bahwa sebagaian
besar masyarakat di indonesia menggunakan sistem tercampur dalam menyalurkan air
buangan. Dimana air buangan dialirkan dalam satu saluran drainase bersama air hujan.
Sistem shallow sewer yaitu sistem riol dengan pembenaman pipa relatif dangkal.
Luas satu unit pelayanan sistem riol dangkal maksimum sekitar 4 unit luas
daerah pelayanan retikulasi yang tersusun dalam orde sama (tidak seri). Setiap
unit daerah retikulasi sambungan rumah maksimum sekitar 800 rumah dengan
ukuran riol terbesar 225 mm. Jadi ada 4 lajur pipa dengan D = 225 mm dari 4 x
800 sambungan rumah yang masuk BPAB. Daerah pelayanan shallow sewer
mempunyai luas maksimum 4 x 25 Ha 100 Ha, dengan kepadatan penduduk rerata
160 jiwa/Ha. Dalam sistem riol konvensional, shallow sewer identik dengan
tributary area (Hardjosuprapto, 2000).
Ciri – ciri fisik utama air limbah adalah kandungan padat, warna, bau, dan suhunya.
a) Bahan padat total, terdiri dari bahan padat tak terlarut atau bahan padat yang
terapung serta senyawa – senyawa yang larut dalam air. Kandungan bahan padat
terlarut ditentukan dengan mengeringkan serta menimbang residu yang didapat dari
pengeringan.
b) Warna adalah ciri kualitatif yang dapat dipakai untuk mengkaji kondisi umum air
limbah. Jika warnanya coklat muda, maka umur air kurang dari 6 jam. Warna abu–
abu muda sampai setengah tua merupakan tanda bahwa air limbah sedang
mengalami pembusukan atau telah ada dalam sistem pengumpul untuk beberapa
lama. Bila warnanya abu – abu tua atau hitam, air limbah sudah membusuk setelah
mengalami pembusukan oleh bakteri dengan kondisi anaerobik.
c) Penentuan Bau, menjadi semakin penting bila masyarakat sangat mempunyai
kepentingan langsung atas terjadinya operasi yang baik pada sarana pengolahan air
limbah. Senyawa utama yang berbau adalah hidrogen sulfida, senyawa – senyawa
lain seperti indol skatol, cadaverin, dan mercaptan yang terbentuk pada kondisi
anaerobik dan menyebabkan bau yang sangat merangsang dari pada bau hidrogen
sulfida.
d) Suhu, air limbah biasanya lebih tinggi dari pada air bersih karena adanya tambahan
air hangat dari pemakaian perkotaan. Suhu air limbah biasanya bervariasi dari
musim ke musim, dan juga tergantung pada letak geografisnya.
Selain pengukuran BOD, COD dan TOC pengujian kimia yang utama
adalah yang bersangkutan dengan Amonia bebas, Nitrogen organik, Nitrit, Nitrat,
Fosfor organik dan Fosfor anorganik. Nitrogen dan fosfor sangat penting karena
kedua nutrien ini telah sangat umum diidentifikasikan sebagai bahan untuk
pertumbuhan gulma air. Pengujian – pengujian lain seperti Klorida, Sulfat, pH,
serta Alkalinitas diperlukan untuk mengkaji dapat tidaknya air limbah yang sudah
diolah dipakai kembali serta untuk mengendalikan berbagai proses pengolahan.
Air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industri,
dan tempat-tempat umum lainnya dan biasanya mengandung bahan-bahan atau zat
yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian
lingkungan. Beberapa sumber air limbah antara lain adalah :
Contoh: air bekas cucian,air bekas memasak, air bekas mandi, dan sebagainya.
Contoh: air limbah dari perkantoran, perdagangan, selokan, dan dari tempat-
tempat ibadah.
Contoh: air limbah dari pabrik baja, pabrik tinta, pabrik cat, dan pabrik karet.
Pada dasarnya ada dua alternatif penanganan, yaitu membawa limbah cair
ke pusat pengolahan limbah atau memiliki sendiri instalasi pengolahan air limbah
(IPAL) proses pengolahan limbah cair pada dasarnya dikelompokkan menjadi tiga
tahap yaitu proses pengolahan primer, sekunder, dan tersier.
Kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air yang digunakan pada tempat-tempat
hunian pribadi untuk memenuhi keperluan sehari-hari seperti memasak, minum, mencuci,
dan memenuhi kebutuhan lainnya. Sehingga kebutuhan air domestik merupakan bagian
terbesar dalam perencanaan kebutuhan air. Jumlah kebutuhan air domestik dipengaruhi
oleh faktor kebiasaan, pola dan tingkat kehidupan yang didukung oleh adanya
perkembangan sosial ekonomi. Kebutuhan air domestik dihitung berdasarkan jumlah
penduduk, tingkat pertumbuhan , kebutuhan air perkapita dan proyeksi waktu air akan di
gunakan (yulistiysnto dan kironoto,2008). Standar kebutuhan air domestik adalah dari
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah tahun 2003 dan SNI tahun 2002.
Tabel 2.1 Kebutuhan Air Bersih Untuk Domestik Berdasarkan Kategori Kota
Kebutuhan air domestik akan dipengaruhi juga oleh pola konsumsinya seperti penduduk
kota menggunakan air lebih banyak dibandingkan penduduk desa. Berdasarkan SNI tahun
2002 tentang sumberdaya air penduduk kota membutuhkan 120L/hari/kapita, sedang
penduduk pedesaan memerlukan 60L/hari/kapita Prediksi jumlah penduduk di masa yang
akan datang sangat penting dalam memperhitungkan jumlah kebutuhan air minumnya.
Prediksi ini didasarkan pada laju perkembangan kota dan kecenderungannya, arahan tata
guna lahan serta ketersediaan lahan untuk menampung perkembangan jumlah penduduk.
2) Metode aritmatika
Metode ini biasanya disebut juga dengan rata-rata hilang. Metode ini
digunakan apabila data berkala menunjukkan jumlah penambahan yang relatif
sama tiap tahun. Hal ini terjadi pada kota dengan luas wilayah yang kecil, tingkat
pertumbuhan ekonomi kota rendah dan perkembangan kota tidak terlalu pesat.
Rumus metode ini adalah :
Keterangan :
Pn = jumlah penduduk tahun ke-n
P0 = jumlah penduduk awal
r = jumlah pertambahan penduduk tiap tahun
Tn = tahun yang diproyeksi
T0 = tahun awal
P1 = jumlah penduduk tahun ke-1 (yang diketahui)
P2 = jumlah penduduk tahun terakhir (yang diketahui)
3) Metode Geometri
Untuk keperluan proyeksi penduduk, metode ini digunakan bila data jumlah
penduduk menunjukkan peningkatan yang pesat dari waktu ke waktu. Rumus
metode geometrik :
Keterangan:
Pn = jumlah penduduk tahun yang diproyeksi
P0 = jumlah penduduk tahun awal
r = rata-rata angka pertumbuhan penduduk tiap tahun
n = jangka waktu
Ŷ = a + bX
Keterangan :
Ŷ = nilai variabel berdasarkan garis regresi;
X = variabel independen;
a= kotanta;
b= koefisien arah regresi linear
Adapun persamaan a dan b adalah sebagai berikut:
Bila koefisien b telah dihitung terlebih dahulu, maka konstanta a dapat ditentukan
dengan persamaan lain, yaitu:
5) Metode Eksponensial
Metode eksponensial dilakukan dengan menggunakan persamaan :
6) Metode Logaritmik
Metode logaritmik dilakukan dengan menggunakan persamaan :
Dimana ,
Pn : Proyeksi penduduk
Berikut ini merupakan tabel kebutuhan air domestic menurut P.U. Cipta Karya dan
P3KT (PELITA V):
Faktor hari
5. 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1
maksimum
6. Faktor Jam Puncak 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
Kebutuhan dasar air non domestik ditentukan oleh banyaknya konsumen non
domestik yang berupa fasilitas – fasilitas antara lain sebagai berikut :
Kebutuhan air non domestik dapat diasumsikan sebagaimana dalam tabel berikut.
Kebutuhan air non domestik untuk kota dapat dibagi dalam beberapa kategori antara lain :
(Ditjen Cipta Karya, 2000)
Kota kategori l (Metro)
Tabel 2.4 Kebutuhan air non domestik kota kategori I, II, III dan IV
Tabel 2.5 Kebutuhan air bersih kategori V
Untuk menentukan debit non domestik perlu diketahui asumsi pemakaian menggunakan
rumus berikut :
Untuk memprediksi perkembangan kebutuhan air non domestik , perlu diketahui rencana
pengembangan kota dan aktifitasnya . Bila tidak diketahui , maka prediksi dapat
didasarkan pada satu ekuivalen penduduk dan perkembangan kebutuhan air .Penggunaan
air di Indonesia mengalami fluktuasi setiap harinya. Dari keseluruhan aktifitas dan
konsumsi sehari itu ,dapat diketahui pemakaian air rata-rata. Dengan memasukkan
besarmya faktor kehilangan air ke dalam kebutuhan dasar, maka selanjutnya dapat di
fluktuasi kebutuhan air .
1) Kebutuhan Air Rata-Rata Harian (Qrh)
Yaitu air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan domestik, non
domestik dan kehilangan air . Secara umum kebutuhan rata-rata harian dapat
dituliskan sebagai berikut :
Qkebocoran = 20 %x (Qdomestik+Qnondomestik)
Keterangan :
Qrh : Kebutuhan air rata-rata harian (m3/hari)
Qdomestik : Kebutuhan domestik(m3/hari)
Qnondomestik : Kebutuhan non domestik(m3/hari)
Qkebocoran : Kehilangan air karena bocor (m3/hari)
Keterangan :
Qjm : Kebutuhan air jam maksimum (m3/hari)
Qhm : Kebutuhan air harian maksimum(m3/hari)
Fjm : Faktor jam maksimum (175% - 210%)
Qkebakaran = Qjm . X
Keterangan :
Qkebakaran : Kebutuhan pemadam kebakaran(m3/hari)
Qjm : Kebutuhan jam maksimum(m3/hari)
X : Faktor asumsi kebutuhan pemadam (10% - 25%)
1) Infiltrasi / inflow
Infiltras adalah air yang berasal dari tanah dan masuk ke sistem penyaluran
air buangan melalui sambungan pipa, dinding manhole, asesoris pipa, dll. Inflow
adalah air yang dibuang ke saluran air buangan dan berasal dari roofleaders, yard
and area drain, surface runoff, street wash water, drainase,dll. Besarnya infiltrasi =
0,2-30 m3/ha.hari saat musim hujanbisa mencapai >500 m 3/ha.hari. kuantitas
infiltrasi tergantung dari panjang saluran, area pelayanan, kondisi tanah dan
topografi, dan kepadatan penduduk
QA = QD + QND ………………………..(1)
Dengan :
2) Kehilangan Air
QL = % Kebocoran X QA …………………….(2)
Dengan :
Dengan :
Dengan :
Dengan :
Dengan :
Gambar 2.3 grafik jumlah populasi dan debit air buangan rata-rata
a) Pipa induk
b) Pipa service
Pipa PVC terbuat dari material solid dan fiber. Pipa ini secara luas digunakan
dalam sistem perpipaan domestik dan sistem distribusi air. Jenis pipa ini
mempunyai umur relatif lama, bebas dari korosi, murah, ringan, mudah dalam
penyambungan dan tahan terhadap sinar matahari serta cuaca. Tersedia dengan
diameter 50-400 mm.
b) Elbow
Merupakan belokan pipa, dengan sudut belokan 90o, 45o, 22,5o, 11,5o.
d) Tee
Untuk menyambung pipa pada percabangan.
a) Manhole harus di tutup dengan tutup yang dilengkapi kunci, agar tidak
dibuka/dicuri oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
b) Bersifat padat dan kokoh.
c) Kuat menahan gaya-gaya dari luar.
d) Accessibility tinggi, tangga dari bahan anti korosi.
e) Dinding dan pondasinya kedap air.
f) Terbuat dari beton atau pasangan batu kali. Jika diameternya lebih dari atau
sama dengan 2,50 m, kontruksinya beton bertulang.
g) Bagian atas dinding manhole, sebagai perletakkan tutup manhole,
merupakan konstruksi yang fleksibel, agar dapat selalu di sesuaikan dengan
level permukaan jalan yang mungkin berubah, sehingga tutup manhole tidak
menonjol atau tenggelam terhadap permukaan jalan.
a) Kedalaman
b) Kondisi tanah
c) Beban yang diterima
d) Material yang digunakan
Persyaratan lantai kerja adalah luasnya cukup untuk orang berdiri dan
menyimpan peralatan pembersih. Kemiringan lantai dasar 8%. Persyaratan
ketebalan lantai dasar sama dengan ketebalan dinding manhole. Untuk saluran
berdiameter besar, lantai dasarnya berupa papan injakan yang ditempatkan
melintang saluran atau pada salah satu dinding manhole.
2.7.6 Siphon
Inlet chamber berfungsi sebagai bangunan peralihan dari pipa air buangan yang
sifat alirannya terbuka menuju pipa siphon yang sifat alirannya bertekanan, selain
itu inlet chamber pun berfungsi untuk mendistribusikan air buangan ke dalam
masing-masing pipa siphon sesuai dengan kondisi alirannya. Inlet
chamber berbentuk bujur sangkar atau persegi panjang yang dilengkapi dengan unit
pembagi aliran.
2.7.9 Drain
Untuk pembersihan pipa bagian dasar, diperlukan pipa drain yang menyalurkan
kotorannya ke bak penampung yang terdapat dalam manhole, selanjutnya dipompa.
Bentuknya berupa pipa horizontal yang dihubungkan dengan pipa siphon dan
menggunakan ‘Y connection‘ serta dilengkapi dengan valve. Diameternya sama
dengan diameter pipa siphon. Tempat penyambungannya pada bagian sisi
pipa siphon yang menurun.
1) Statik
Yaitu beban yang diam atau tidak bergerak namun beban ini terus
menerus ada. Beban statik terdiri dari tekanan, temperature, dan berat pipa.
a. Pressure atau tekanan
Tekanan adalah gaya persatuan luas yang tegak lurus dengan arah
gaya. Tekanan pada sistem perpipaan bisa berasal dari dalam maupun dari
luar. Tekanan dari dalam bisa dari tekanan operasi kemudian tekanan dari
luar bisa berupa saat kondisi vacum/hampa.
b. Temperature
Temperature pada pipa dapat menyebabkan thermal expansion yaitu
pemuaian atau pengerutan akibat temperatur yang besarnya dipengaruhi
oleh sifat material pipa. Pada pemuaian dan pengkerutan pipa akan
menimbulkan defleksi dan beban pada support.
c. Berat pipa
Berat pada pipa berasal dari pipa itu sendiri dan semua yang
ditambahkan pada pipa seperti insulasi, fitting atau sambungan, fluida, dan
kondisi lingkungan(salju, pasir, tanah). Macam – macam jenis berat pada
pipa yaitu:
1. Berat mati, yaitu berat pipa persatuan panjang ditambah berat insulasi,
berat fitting dan berat komponen komponen yang terpasang,
2. Berat operasi yaitu berat mati pipa ditambah berat fluida yang mengalir
dalam pipa,
3. Berat ocosional yaitu berat yang ada pada kondisi tertentu saja seperti
berat salju berat pasir.
2) Dinamik
Yaitu beban yang bergerak yang menyebabkan pipa bergerak/
bergetar. Umumnya getaran itu disebabkan oleh equipment yang terhubung
dengan system penggerak seperti motor, turbin, pompa dan lain lain. Pada
beban dinamik bisa di kelompokkan kedalam tiga jenis yaitu random,
harmonic dan impulse.
a. Random
Beban random adalah beban akibat dari alam sehingga tidak bisa
diprediksi kapan akan terjadi dan berapa kali terjadi. Sumber beban random
ini berasal dari angin dan gempa bumi.
b. Harmonic
Beban ini akan berjalan terus sepanjang waktu operasi disebabkan
oleh equipment yang bergetar.
c. Impulse
aliran fluida yang menyebabkan getaran akibat tidak teraturnya
aliran seperti perubahan tekanan yang biasanya terjadi di PSV, aliran
turbulensi, water hammer dan aliran dua fase/slug flow.
Penggabungan dari beban beban di atas kemudian menjadi load case untuk melakukan
analisa pada sistem perpipaan. Load case yang sering digunakan adalah:
a) Sustained load : Adalah case untuk beban akibat berat mati pipa + berat
occosional
b) Operating load : Adalah case untuk beban akibat berat mati pipa + berat
operasi
c) Expansion load : Adalah case untuk beban akibat ditahannya pemuaian.
d) Occasional load : Adalah case untuk beban akibat berat dinamik yang
disebabkan dari beban random seperti angin dan gempa.
Itulah berbagai jenis beban atau load yang bekerja pada sebuah sistem perpipaan
yang di gunakan untuk menganalisa stress yang terjadi pada sistem tersebut.
Sistem pembuangan harus mampu mengalirkan dengan cepat air buangan yang
biasanya mengandung bagian-bagian padat. Untuk maksud tersebuut, pipa buangan harus
mempunyai ukuran dan kemiringan yang cukup, sesuai dengan banyaknya dan jenis air
buangan yang harus dialirkan..
Biasanya pipa dianggap tidak penuh berisi air buangan, melainkan hanya
tidak lebih dari 2/3 terhadap penampang pipa, sehingga bagian atas yang “kosong"
cukup untuk mengalirkan udara.
Kemiringan pipa pembuangan gedung dan riol gedung dapat dibuat lebih landai dari pada
yang dinyatakan dalam tabel asal kecepatannya tidak kurang dari 0.6 m/detik. Kalau
kurang, kotoran dalam air buangan pada akhirnya akan dapat menyumbat pipa. Sebaliknya
bila terlalu cepat akan menimbulkan turbulensi aliran yang dapat menimbulkan gejolak-
gejolak tekanan dalam pipa. Disamping itu kemiringan lebih curam dari 1/50 cenderung
menimbulkan efek sifon yang akan menyedot air penutup dalam perangkap alat plambing.
Untuk jalur yang panjang, ukuran pipa sebaiknya tidak kurang dari 50 mm
karena endapan kotoran ataupun kerak walaupun dipasang dengan kemiringan yang
cukup akan menyumbat.
d) Lokasi pemasangan
R=A/P
Keterangan: R = Jari-jari Hidrolis (M)
A = Luas permukaan aliran (M2)
P = Kelilinga terbasahi penampanng (M)
HM = K . (V2/2G)