Anda di halaman 1dari 4

Nama : Padhia Haryo Putranto

NIM : 173112620150090
UTS Mikrobiologi Bu Nover, Rangkuman Jurnal

Efek Tanaman Sirih Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus

Daun Sirih dapat digunakan untuk pengobatan berbagai macam penyakit


diantaranya obat sakit gigi dan mulut, sariawan, abses rongga mulut, luka bekas cabut
gigi, penghilang bau mulut, batuk dan serak, hidung berdarah, keputihan, wasir, tetes
mata, gangguan lambung, gatal-gatal, kepala pusing, jantung berdebar dan trachoma
(Syukur dan Hernani, 1999). Daun sirih dapat digunakan sebagai antibakteri karena
mengandung 4,2% minyak atsiri yang sebagian besar terdiri dari betephenol yang
merupakan isomer Euganol allypyrocatechine, Cineol methil euganol, Caryophyllen
(siskuiterpen), kavikol, kavibekol, estragol dan terpinen (Sastroamidjojo, 1997).
Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri Gram positif berbentuk
bulat berdiameter 0,7-1,2 μm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur
seperti buah anggur, non motil, tidak membentuk spora, dapat tumbuh pada berbagai
media pada suasana aerob dan memproduksi katalase yang merupakan bakteri patogen
bagi manusia. Staphylococcus aureus mengandung polisakarida dan protein yang
bersifat antigenik. Antigen ini merupakan kompleks peptidoglikan asam teikhoat dan
dapat menghambat fagositosis dan bagian ini yang diserang bakteriofaga.
Staphylococcus aureus bersifat lisogenik yaitu yang mengandung faga yang tidak
berpengaruh pada dirinya sendiri, tetapi menyebabkan lisis pada anggota dari spesies
sama.
Hasil uji farmakologi menunjukkan bahwa infusa daun sirih dapat menghambat
pertumbuhan bakteri penyebab pneumonia dan Gaseus gangrene. Air rebusan daun sirih
dapat digunakan untuk mengobati batuk maupun berfungsi sebagai bakteriosid terutama
terhadap Haemophylus influenzae, Staphylococcus aureus dan Streptococcus
haemoliticus (Mursito, 2002). Pada uji antibakteri dengan metode dilusi air rebusan
daun sirih jawa dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus pada
konsentrasi 60% (Irmasari, 2002). Bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada
ternak antara lain Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus dapat menyebabkan
infeksi supuratif pada hewan maupun manusia dan sering menimbulkan mastitis pada
sapi dan kambing, pioderma pada anjing maupun kucing serta menimbulkan abses pada
semua spesies hewan termasuk unggas.
Pada Skripsi Seila Inayatullah konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 106 ppm
didapatkan rata- rata zona hambat sebesar 21.3 mm dengan standar deviasi 0.57. Pada
konsentasi ekstrak daun sirih hijau 5.106 ppm didapatkan rata-rata zona hambat sebesar
25.3 mm dengan standar deviasi 0.57. Pada konsentasi ekstrak daun sirih hijau 10 7 ppm
didapatkan rata-rata zona hambat sebesar 27.3 mm dengan standar deviasi 0.09. Dari
hasil penelitian didapatkan konsentrasi ekstrak daun sirih hijau terkecil yaitu sebesar 10 6
ppm dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan kategori
hambatan kuat. Hambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus akan lebih besar
seiring dengan lebih besarnya konsentrasi ekstrak daun sirih hijau yang digunakan, dan
tergolong kategori kuat.
Pada Artikel Ilmiah Anang Hermawan Hasil uji antibakteri ekstrak daun sirih
(Piper betle L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus tampak bahwa perlakuan P1, P2
maupun P3 menghasilkan diameter daya hambat masing-masing sebesar 27,14; 28,28
dan 29,28 mm. Sedangkan diameter daya hambat P4 adalah 20,29 mm, namun pada
perlakuan P0 tidak menunjukkan respon penghambatan. Hal ini membuktikan bahwa
konsentrasi ekstrak daun sirih 2,5, 5 dan 10 % dapat digunakan sebagai bahan
antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Mengacu pada standart umum yang
dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan (1988) disebutkan bahwa mikroba dinyatakan
peka terhadap antimikroba asal tanaman apabila mempunyai ukuran diameter daya
hambatannya 12 - 24 mm. Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa ekstrak daun
sirih berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan
diameter daya hambat yang dihasilkan lebih dari standart yang ditentukan oleh
Departemen Kesehatan yaitu berdiameter 12 sampai 24 milimeter.
Didalam Daun Sirih terdapat flavanoid, saponin, dan tannin. Menurut Mursito
(2002) saponin dan tannin bersifat sebagai antiseptik pada luka permukaan, bekerja
sebagai bakteriostatik yang biasanya digunakan untuk infeksi pada kulit, mukosa dan
melawan infeksi pada luka. Flavanoid selain berfungsi sebagai bakteriostatik juga
berfungsi sebagai anti inflamasi. Kartasapoetra (1992) menyatakan daun sirih antara
lain mengandung kavikol dan kavibetol yang merupakan turunan dari fenol yang
mempunyai daya antibakteri lima kali lipat dari fenol biasa terhadap Staphylococcus
aureus. Menurut Harapini et al., (1996) daya antibakteri minyak atsiri daun sirih hijau
disebabkan oleh adanya senyawa fenol dan turunannya yang dapat mendenaturasi
protein sel bakteri. Heyne (1987) menyebutkan, komponen utama minyak atsiri terdiri
dari fenol dan senyawa turunannya. Salah satu senyawa turunan itu adalah kavikol yang
memiliki daya bakterisida lima kali lebih kuat dibandingkan fenol.
Kehadiran fenol yang merupakan senyawa toksik mengakibatkan struktur tiga
dimensi protein terganggu dan terbuka menjadi struktur acak tanpa adanya kerusakan
pada struktur kerangka kovalen (ikatan disulfida). Hal ini menyebabkan rantai
polipeptida tidak dapat mempertahankan bentuk asalnya sehingga menyebabkan
kerusakan pada dinding sel, dimana dinding sel Staphylococcus aureus hanya terdiri
dari beberapa lapis peptidoglikan tanpa adanya tiga polimer pembungkus yang terletak
diluar lapisan peptidoglikan yaitu lipoprotein, selaput luar dan lipopolisakarida. Deret
asam amino protein tersebut tetap utuh setelah denaturasi, namun aktivitas biologisnya
menjadi rusak sehingga protein tidak dapat melakukan fungsinya.
Dari hasil penelitian tentang pengaruh ekstrak daun sirih (Piper betle L.)
terhadap pertumbuhan bakteri dengan metode difusi disk diperoleh kesimpulan bahwa
ekstrak daun sirih (Piper betle L.) berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus yang ditunjukkan dengan adanya daerah jernih (clear zona) yang
terbentuk pada media uji.
Daftar Pustaka

Hermawan, Anang. 2007. PENGARUH EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.)
TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli
DENGAN METODE DIFUSI DISK. Artikel Ilmiah. Surabaya. Universitas
Airlangga.
Inayatullah, Seila. 2012. EFEK EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.)
TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus. Skripsi.
Jakarta. Universitas Islam Negeri.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26368/1/EKO
%20PRAYOGA-fkik.pdf/ DIAKSES pada 6 Mei 2020 jam 21:30

Anda mungkin juga menyukai