Anda di halaman 1dari 2

Nama : Padhia Haryo Putranto (173112620150090)

Perihal : Ringkasan Artikel Bakteri Positif untuk Pertanian

Bakteri Azospirillum sebagai Pupuk Hayati

Azospirillum adalah bakteri yang hidup di daerah perakaran tanaman. Bakteri ini
berkembang biak terutama pada daerah perpanjangan akar dan pangkal bulu akar.
Sumber energi yang mereka sukai adalah asam organik seperti malat, suksinat, laktat,
dan piruvat (Hanafiah et al., 2009). Azospirillum termasuk bakteri yang hampir
dilupakan orang. Sejarahnya, menurut Holguin et al. (1999), Azospirillum pertama
sekali diisolasi dari tanah berpasir yang miskin unsur nitrogen di Belanda. Akan tetapi,
manfaat dari penemuan ini tidak disadari selama lebih dari 50 tahun sampai Döbereiner
and Day pada tahun 1976 melaporkan bahwa rumput yang berasosiasi dengan
Azospirillum tidak menunjukkan gejala kekurangan nitrogen dibandingkan dengan
rumput sekitarnya yang tanpa Azospirillum. Sejak saat itu, diketahuilah bahwa anggota
genus bakteri ini mampu menambat nitrogen atmosfer dan memacu pertumbuhan
tanaman.
Menurut Reis et al. (2011), Azospirillum adalah bakteri gram negatif, termasuk
dalam phylum alphaproteobacteria. Bakteri ini hidup pada lingkungan dan tanaman
yang beraneka ragam, tidak hanya tanaman agronomi yang penting, seperti sereal, tebu,
rumput, tetapi juga pada tanaman lain seperti kopi, buah-buahan dan bunga-bungaan.
Azospirillum adalah bakteri aerobik kemoorganotrop non-fermentatif, vibroid dan
memproduksi fitohormon, terutama auksin. Mereka menggunakan beberapa sumber
karbon terutama gula dan alkohol gula.
Mekanisme pertama yang diusulkan terhadap pemacuan pertumbuhan tanaman
oleh Azospirillum hampir sepenuhnya terkait dengan status nitrogen dalam tanaman,
melalui fiksasi biologi atau aktivitas enzim reduktase nitrat. Akan tetapi, mekanisme ini
kenyataannya kurang berarti dari sisi agronomi dari yang pernah diharapkan. Dengan
demikian, mekanisme lain telah dipelajari dan diusulkan untuk genus mikroba ini,
antara lain produksi siderophore, pelarutan fosfat, biokontrol fitopatogen, dan proteksi
tanaman terhadap cekaman, seperti salinitas tanah, atau senyawa beracun. Namun
demikian, salah satu mekanisme yang paling penting adalah kemampuan Azospirillum
menghasilkan fitohormon dan ZPT lainnya. Salah satu mekanisme utama yang
diusulkan untuk menjelaskan “hipotesis aditif” adalah terkait dengan kemampuan
Azospirillum sp. menghasilkan senyawa-senyawa seperti fitohormon. Telah dikenal
bahwa sekitar 80% bakteri yang diisolasi dari rhizosfer tanaman mampu memproduksi
senyawa IAA. Kemudian, diusulkan bahwa Azospirillum sp. dapat memacu
pertumbuhan tanaman melalui ekskresi fitohormon. Saat ini, kita tahu bahwa bakteri ini
mampu menghasilkan senyawa-senyawa kimia seperti auksin, sitokinin, giberelin,
etilen, dan ZPT lainnya seperti ABA, poliamin (spermidin, spermin, dan cadaverin) dan
nitrat oksida (Cassa’n et al., 2011).
Fiksasi nitrogen adalah mekanisme pertama yang diusulkan untuk menjelaskan
peningkatan pertumbuhan tanaman setelah diinokulasi dengan Azospirillum. Ini
terutama karena ada peningkatan sejumlah senyawa nitrogen dan aktivitas enzim
nitrogenase pada tanaman yang diinokulasi dengan Azospirillum. Akan tetapi, beberapa
tahun kemudian, penelitian menunjukkan bahwa kontribusi fiksasi N2 oleh Azospirillum
terhadap tanaman sedikit sekali, berkisar antara 5 sampai 18% dari total peningkatan
tanaman. Secara umum, kontribusinya kurang dari 5%. Azospirillum mutan-Nif juga
mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman sama dengan tipe liarnya. Penemuan ini
hampir saja membuat orang meninggalkan aspek fiksasi N2 ini dari Azospirillum,
kecuali hanya untuk kajian genetik murni. Akhir-akhir ini, interes terhadap kajian
Azospirillum pada aspek fiksasi N2 mulai meningkat. Ditemukan bahwa A. brasilense
Sp-7 tidak menyintesis enzim nitrogenase pada suhu 42⁰C dan juga enzim ini tidak
stabil pada suhu tersebut. Akan tetapi, pada A. brasilense Sp-9, aktivitas enzim
nitrogenase stabil dan menunjukkan aktivitas asetilen reduksi tertinggi pada suhu 42⁰C.
Aktivitas enzim nitrogenase Azospirillum ditemukan meningkat ketika ditumbuhkan
dalam kultur campuran dengan bakteri lainnya, kendatipun mereka berasal dari habitat
yang sangat berbeda. Contoh kasus adalah campuran A. brasilense Cd dengan bakteri
Staphylococcus sp. yang meningkatkan fiksasi N2 dari A. brasilense. Pengaruhnya lebih
kuat ketika supernatan Staphylococcus ditambahkan pada kultur A. brasilense. Pada
kajian lain, fiksasi N2 dari A. brasilense Sp-245 diperkuat oleh penambahan aglutinin
kecambah gandum.
Aplikasi Azosprillum dibidang pertanian masih sangat terbatas. Di banyak
Negara aplikasi Azospirillum masih dalam skala kecil . Namun demikian, di beberapa
negara di Amerika Latin, Azospirillum telah mulai digunakan secara komersial dan
dalam skala yang luas. Berikut Bashan dan Holguin (1997) dan Reis et al. (2011)
menjelaskan perkembangan aplikasi Azospirillum di beberapa belahan dunia. Menurut
Reis et al. (2011) pemanfaatan bakteri sebagai produk inokulum merupakan tujuan yang
ideal, berdasarkan penampilan inokulan Rhizobium, khususnya di Brasil, di mana 100
persen produksi menggunakan bakteri dan bukan pupuk untuk mendapatkan 100 persen
N yang dibutuhkan bagi hara tanaman. Setelah percobaan yang begitu lama,
mengisolasi dan mendeskripsi Azospirillum, akhirnya beberapa upaya juga dilakukan
untuk mendapatkan produk komersial yang menggunakan bakteri ini. Walaupun
keuntungan dari inokulasi dengan Azospirillum sp. telah dijelaskan panjang lebar, upaya
untuk mengisolasi strain baru dan mengevaluasi karakteristik terhadap pemacu
pertumbuhan tanaman dalam lingkungan yang alami haruslah terus dilakukan untuk
mendukung penggunaannya di bidang pertanian sebagai inokulan atau pupuk hayati.

Anda mungkin juga menyukai