Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/337621728

PERANAN BAKTERI Azospirillum sp. DAN KAITANNYA DENGAN


PENINGKATAN PRODUKSI HIJAUAN PAKAN

Article · November 2019

CITATIONS READS

0 2,761

1 author:

Annisa Rosmalia
Bogor Agricultural University
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Annisa Rosmalia on 29 November 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PERANAN BAKTERI Azospirillum sp. DAN KAITANNYA
DENGAN PENINGKATAN PRODUKSI HIJAUAN PAKAN

Oleh
ANNISA ROSMALIA
D251190308

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hijauan pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha


peternakan terutama ternak ruminansia. Ternak ruminansia mengkonsumsi hijauan
sebesar 10% dari berat badannya atau sekitar 20-25 kg ekor-1 hari-1. Dengan
kebutuhan tersebut tentunya, sangat diperlukan penyediaan pakan yang cukup dan
berkesinambungan (Kushartono dan Iriani 2004). Peningkatan produktivitas dan
kualitas ternak ruminansia perlu ditunjang dengan upaya pemenuhan pakan yang
mencukupi kebutuhan ternak. Salah satunya adalah penanaman hijauan pakan
dengan produktivitas tinggi.
Umumnya, hijauan pakan ternak ditanam pada lahan marginal yang
memiliki kandungan unsur hara yang sangat rendah sehingga dapat menghambat
pertumbuhan tanaman di lahan tersebut. Lahan marjinal dapat dimanfaatkan
kembali dengan cara rehabilitasi dan reklamasi lahan. Rehabilitasi lahan ialah
perbaikan-perbaikan yang dilakukan pada lahan atau ekosistem yang terdegradasi
(Box 1978) sedangkan reklamasi ialah membuat lahan dari kondisi yang tidak
bagus menjadi kondisi bagus sesuai dengan keinginan manusia (Young dan Chan
1997). Salah satu unsur hara yang kandungannya rendah pada lahan marginal
adalah nitrogen.
Nitrogen merupakan penyusun dari senyawa-senyawa organik penting di
dalam tanaman, seperti asam-asam amino, protein dan asam nukleat dan merupakan
bagian dari proses yang terlibat di dalam sintesis dan transfer energi. Nitrogen
membantu pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi biji dan buah dan
meningkatkan kualitas daun untuk pakan ternak (Munawar 2011). Peningkatan
ketersediaan nitrogen pada lahan marginal dapat dilakukan melalui penambahan
pupuk kimia. Namun, cara ini memilik beberapa kendala di antaranya adalah teknik
pemupukan yang kurang sesuai, pemberian dosis tinggi menjadi tidak ekonomis,
dan curah hujan yang tinggi mengakibatkan banyak nitrogen yang tercuci
(leaching). Di samping itu, penggunaan pupuk kimia secara intensif juga akan
berdampak pada penurunan kualitas tanah dan semakin bertambahnya biaya
produksi yang harus dikeluarkan dalam pembudidayaan ternak.
Nitrogen juga tersedia dalam jumlah banyak di atmosfer dalam bentuk gas,
tetapi gas ini tidak dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tanaman. Pemanfaatan
gas nitrogen dapat dilakukan dengan bantuan mikroba pengikatnya yang mengubah
gas nitrogen menjadi amonium (NH4+) yang dapat digunakan oleh tanaman, baik
melalui mekanisme simbiotik maupun non simbiotik. Pengikatan nitrogen atmosfer
tersebut dikenal sebagai diazotrofi atau penambat nitrogen secara biologis sehingga
mikroba yang melakukan pengikatan nitrogen disebut sebagai diazotrof atau bakteri
penambat nitrogen.
Salah satu mikroba yang dapat menambat nitrogen secara non simbiotik
yaitu bakteri Azospirillum sp. Azospirillum merupakan bakteri yang hidup di daerah
perakaran tanaman baik golongan C4 (seperti jagung, sorgum, dan rumuput-
rumputan) dan golongan C3 (seperti gandum, padi dan oats). Bakteri ini
berkembang biak dengan membentuk koloni terutama pada daerah perpanjangan
akar dan pangkal bulu akar. Sumber energi yang mereka sukai adalah asam organik
seperti malat, suksinat, laktat, dan piruvat (Sriwahyuni dan Parmila 2019).
Azospirillum sp. bersifat sangat aerobik dengan adanya ammonia di dalam medium
dan tidak mampu menambat nitrogen dalam keadaan anaerob total (Yuwono 2008).
Nitrogen yang terfiksasi oleh Azospirillum sp. akan diubah menjadi sebuah jaringan
yang kemudian melalui proses dekomposisi, amonifikasi dan nitrifikasi, nitrogen
yang terfiksasi tersebut akan berubah menjadi bentuk N-tersedia sehingga dapat
diserap oleh tanaman. Selain mampu memfiksasi N bebas, Azospirillum sp. juga
dapat menghasilkan hormon pertumbuhan berupa auksin, sitokinin dan giberelin.
Apabila keunggulan sifat bakteri ini dapat dimanfaatkan dengan efisien, maka
kebutuhan tanaman akan unsur hara N dapat terpenuhi sehingga menghasilkan
produktivitas yang optimal dan juga dapat mengurangi penggunaan pupuk nitrogen
kimia.

Tujuan

Penulisan paper ini bertujuan untuk mengkaji peranan bakteri Azospirillum


sp. dan kaitannya dengan peningkatan produktivitas hijauan pakan.

HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN

Jenis-Jenis Bakteri Azospirillum


Bakteri Azospirillum merupakan bakteri gram negatif (-) dan memiliki ciri-
ciri morfologi berbentuk batang, mortil, dan berwarna biru berpelikel pada media
NFb semi solid. Jenis bakteri Azospirillum yang umum digunakan dalam
interaksinya dengan tanaman adalah Azospirillum brasilense. Spesies lainnya yang
terdeteksi pada permukaan akar tanaman utamanya adalah Azospirillum lipoferum,
Azospirillum irakense, Azospirillum amazonense. Selain itu, jenis Azospirillum
yang berhasil diisolasi dan diidentifikasi adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Jenis bakteri Azospirillum yang sudah diisolasi menggunakan media
berbeda, baik solid dan semi solid.
Media Azospirillum Sumber Kondisi
karbon
Semi solid
NFb A. lipoferum Malat pH 6.5-6.8 + biotin
A. brasilense Malat pH 6.5-6.8 + biotin
A. doebereinerae Malat pH 6.5-6.8 + biotin
A. melinis Malat pH 6.5-6.8 + biotin
A. formosense Malat pH 6.5-6.8 + biotin
NFb A. irakense Malat pH 7.0-8.5 + 0.3 %
NaCl
SM A. halopraeferens Malat pH 8.5 +1.5% NaCl.
Incubasi pada 41 ºC
LGI A. amazonense Sukrosa pH 6.0-6.2
A. melinis Sukrosa pH 6.0-6.2
FAM A. amazonense Sukrosa pH 6.0 + NaCl,
100 mg L-1
M A. oryzae Malat pH 6.8 + ekstrak yeast
dan NaCl masing
masing 100 mg
NFG A. oryzae Glukosa pH 7.3 + CaCO3, 5 g
M A. zeae Malat pH 7.2-7.4 tanpa biotin
M A. canadense Malat pH 7-7.4 tanpa biotin
NFb atau LGI A. melinis Malat Tergantung resep
MPSS A. thiophilum Sodium pH 7.5 + larutan FeS
succinate
solid
TYB A. palatum Rich medium Yeast-beef-tryptone
extract
TSA A. picis Rich medium Tryptone soya agar
NB A. humireducens Rich medium pH 7.2
Nb A. fermentarium Rich medium Tryptone soya agar
Sumber : Cassán et al. 2015.

Metode Isolasi Bakteri Azospirillum


Metode isolasi bakteri Azosporillum. bergantung pada jenis spesies yang
akan diisolasi. Spesies bakteri yang berbeda maka media yang isolat yang
digunakan juga berbeda. Isolasi A. Brasilense dan A. Lipoferum menggunakan
media NFb semi-solid. Proses isolasi dilakukan dengan menyiapkan media NFb
semi-solid sebanyak 5 mL kemudian diinokulasikan dengan larutan berseri dari
gerusan akar tanaman atau suspensi tanah rhizosfer.
Komposisi medium NFb adalah sebagai berikut (L-1): malat (5.0 g),
K2HPO4 (0.5 g), MgSO4.7H2O (0.2 g), NaCl (0.1 g), CaCl2.2H2 (0.02 g),
bromothymol blue 0.5% dalam KOH 0.2 M (2 mL), larutan vitamin filter steril (1
mL), larutan hara mikro filter steril (2 mL), 1.64 % larutan FeEDTA (4 mL), KOH
(4.5 g). Keasaman (pH) disesuaikan menjadi 6.5 dan 1.8 gL-1 agar ditambahkan.
Larutan vitamin (dalam 100 mL) mengandung biotin (10 mg) dan pyridoxol-HCl
(20 mg) dilarutkan pada 100 ⁰C dalam water bath. Larutan hara mikro terdiri atas
bahan-bahan sebagai berikut (L-1): CuSO4.5H2O (40 mg), ZnSO4.7H2O (0.12 g),
H2BO3 (1.4 g), Na2MO4.2H2O (1.0 g), MnSO4.H2O (1.175 g) (Eckert et al. 2001).
Setelah inkubasi 3–5 hari pada suhu 30 ⁰C, satu lup kultur ditransfer ke
dalam medium semi-solid segar. Pemurnian lebih lanjut dilakukan pada NFb (diberi
suplemen 50 mg ekstrak ragi per liter) dan medium DYGS setengah konsentrasi
pada media agar. Kultur ini dipelihara pada medium DYGS setengah konsentrasi
yang mengandung bahan-bahan sebagai berikut (L-1): glukosa (1.0 g), malat (1.0
g), ekstrak ragi (2.0 g), pepton (1.5 g), MgSO4.7H2O (0.5 g), L-asam glutamat (1.5
g) dan pH disesuaikan menjadi 6.0.
Isolasi spesies bakteri Azospirillum lainnya, dapat dilakukan dengan
memodifikasi media NFb. A. irakense tumbuh pada media NFb semi-solid dengan
0.3 % NaCl dan pH basa (7.0-8.5) dan pada media NB (Nutrient Broth) selnya dapat
berukuran 20 µm. A. halopraeferans diidentifikasi dapat tumbuh pada suhu tinggi
(41 ºC) dan toleran pada garam. A. amazonense memiliki kemampuan untuk
menggunakan sukrosa sebagai sumber karbonnya. A. largomobile yang tumbuh
pada pepton yeast extract agar memiliki diameter 2 mm setelah 72 jam inkubasi
pada suhu 28 ºC (Cassán et al. 2015).
Mekanisme Azospirillum sp. Sebagai Pupuk Hayati
Pupuk hayati adalah preparasi yang mengandung sel-sel dari strain-strain
efektif mikroba penambat nitrogen, pelarut fosfat atau selulolitik yang digunakan
pada biji, tanah atau tempat pengomposan dengan tujuan meningkatkan jumlah
mikroba tersebut dan mempercepat proses mikrobial tertentu untuk menambah
banyak ketersediaan hara dalam bentuk tersedia yang dapat diasimilasi tanaman
(Rao 1982). Bakteri Azospirillum adalah salah satu mikroba yang berasosiasi pada
tanaman yang juga berperan sebagai pupuk hayati. Mekanisme Azospirillum sp.
sebagai pupuk hayati, yaitu melalui fiksasi nitrogen atmosfer, fosfor bahan yang
terlarut, dan merangsang pertumbuhan tanaman melalui sintesis zat-zat yang
mendukung pertumbuhan tanaman. Penggunaan Azospirillum akan mengembalikan
siklus nutrisi alami tanah dan membentuk material organik tanah, sehingga tanaman
yang dapat tumbuh dengan baik. Secara prinsip, mekanisme kerja Azospirillum sp.
dalam meningkatkan produktivitas tanaman sebagai berikut.
1. Mengikat Nitrogen (N) yang melimpah di udara (74%), sehingga N tersedia bagi
tanaman.
2. Mengikat Pospor (P) dan Kalium (K) yang banyak terdapat di tanah, sehingga P
dan K tersedia bagi tanaman.
3. Mengeluarkan zat Pengatur Tumbuh (Z.P.T) yang diperlukan untuk pertumbuhan
tanaman.
4. Menguraikan sisa-sisa limbah organik tanah untuk dijadikan sumber nutrisi
tanaman.
5. Mengendalikan penyakit tanaman karena berisi mikroorganisme antagonis
terhadap tanaman.
Azospirillum sp. yang hidup pada rhizosfer akar (rhizobakteri) disebut sebagai
rhizobakteri pemacu tanaman (plant growthpromoting rhizobacteria atau PGPR).
Kelompok ini mempunyai peranan ganda, yaitu menambat N2, menghasilkan
hormon tumbuh (seperti IAA, giberelin, sitokinin, etilen, dan lain-lain), menekan
penyakit tanaman asal tanah dengan memproduksi siderofor glukanase, kitinase dan
sianida, dan melarutkan P dan hara lainnya (Sriwahyuni dan Parmila 2019).

Peranan Azospirillum sp. dan Kaitannya Dengan Produktivitas Hijauan Pakan


Rahman et al (2013) menginokulasi 5 isolat Azospirillum sp. yang berasal
dari tanah rhizosfer (2 isolat, yaitu King 1 dan King 2) dan akar tanaman rumput
gajah (3 isolat, yaitu King 3, King 4, dan King 5). dan mengamati pengaruhnya
terhadap produktivitas rumput raja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
berdasarkan tiga kali pengamatan (10, 20 dan 30 hari setelah tanam) pengaruh
masing-masing isolat berbeda–beda dan mengalami fluktuasi seiiring dengan
bertambahnya waktu pengamatan terhadap keseluruhan parameter pertumbuhan
rumput raja yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah tunas.
Sementara itu, Utami (2012) menginokulasikan Azospirillum sp. yang
diambil dari tanah Sulawesi Tenggara pada rumput Paspalum notatum dan
Brachiaria decumbens var. mulato. Hasil pada Tabel 2 dan Tabel 3 menunjukkan
bahwa pemberian kelima isolat Azospirillum sp. yang diambil dari tanah Sulawesi
Tenggara tidak berpengaruh secara statistik terhadap pertumbuhan, produksi dan
serapan nitrogen rumput Paspalum notatum dan Brachiaria decumbens var. mulato.
Berikut adalah hasil pengamatan pengaruh Pengaruh Azospirillum terhadap
pertumbuhan, produksi dan serapan nitrogen rumput Paspalum notatum (Utami
2012).
Tabel 2. Pengaruh Azospirillum terhadap pertumbuhan, produksi dan serapan
nitrogen rumput Paspalum notatum.
Perlakuan LPTV PJD BK akar BK tajuk Serapan Protein
(cm (helai (g pot-1) (g pot-1) nitrogen kasar
minggu-1) minggu-1) -1
(mg pot ) (%)
PK 1.86±0.64 9.00±0.90 7.80±3.82 20.60±3.81 20.04±4.08 5.22
PP1 1.74±1.21 12.28±3.27 10.25±3.50 26.05±6.43 23.88±6.15 4.80
PP2 1.91±1.42 9.11±2.62 7.25±3.62 21.10±7.38 20.06±7.45 5.06
PP3 1.96±0.63 10.43±3.89 10.80±4.11 26.75±3.74 26.67±4.73 5.17
PP4 2.10±1.01 9.63±3.58 7.95±3.07 21.40±4.50 19.45±4.56 4.82
PP5 1.90±0.61 10.60±3.44 8.55±3.48 21.35±5.58 19.62±5.57 4.71
Keterangan: PP1= Azospirillum isolat 82a(2)1, PP2= Azospirillum isolat 82a(2)12, PP3=
Azospirillum isolat 82b(2)1, PP4= Azospirillum isolat 82b(2)2, PP5= Azospirillum
isolat 82b(2)3. LPTV= Laju Pertambahan Tinggi Vertikal, PJD= Pertambahan
Jumlah Daun, BK= Berat Kering.

Berikut adalah hasil pengamatan Pengaruh Azospirillum terhadap


pertumbuhan, produksi, dan serapan nitrogen rumput Brachiaria decumbens var.
Mulato (Utami 2012).
Tabel 3. Pengaruh Azospirillum terhadap pertumbuhan, produksi, dan serapan
nitrogen rumput Brachiaria decumbens var. mulato.
Perlakuan LPTV PJD BK akar BK tajuk (g Serapan Protein
(cm (helai (g pot-1) pot-1) nitrogen kasar
-1 -1 -1
minggu ) minggu ) (mg pot ) (%)
PK 7.54±1.7 6.83±1.34 5.20±1.09 33.70±3.08 28.28±17.08 6.30
PP1 6.56±0.97 3.97±1.19 7.60±3.20 39.10±14.72 25.18±9.51 3.93
PP2 6.00±1.51 2.94±1.88 8.75±3.17 31.35±2.78 24.63±3.70 3.79
PP3 6.51±1.68 4.632.69 9.85±4.15 46.35±17.97 43.54±14.33 4.98
PP4 6.94±1.43 5.37±4.28 10.10±4.94 45.60±13.95 37.19±14.67 4.83
PP5 7.48±1.09 5.00±3.82 7.25±1.47 37.10±7.46 32.13±4.95 4.32
Keterangan: PP1= Azospirillum isolat 82a(2)1, PP2= Azospirillum isolat 82a(2)12, PP3=
Azospirillum isolat 82b(2)1, PP4= Azospirillum isolat 82b(2)2, PP5= Azospirillum
isolat 82b(2)3. LPTV= Laju Pertambahan Tinggi Vertikal, PJD= Pertambahan
Jumlah Daun, BK= Berat Kering.

Meskipun tidak berbeda nyata secara statistik, berdasarkan perhitungan


persentase peningkatan, perlakuan 3 (Azospirillum isolat 82b(2)1) menunjukkan
hasil yang paling baik dibanding perlakuan lainnya untuk kedua jenis rumput.
Serapan nitrogen pada rumput Brachiaria decumbens var. mulato lebih tinggi
dibanding rumput Paspalum notatum (Utami 2012). Damry et al. (2009)
menyatakan Brachiaria decumbens merupakan rumput yang sangat responsif
terhadap pemupukan nitrogen. Azospirillum sp. bukan termasuk bakteri yang
spesifik pada tanaman tertentu. Menurut Rusmana dan Hadijaya (1994)
kemampuan tiap-tiap isolat Azospirillum sp. dalam menambat gas N2 berbeda-beda,
bahkan isolat yang berasal dari satu tanaman dapat menunjukkan perbedaan. Tidak
seperti pada Rhizobium yang mempunyai tanaman inang tertentu dan hanya akan
bersimbiosis dan hidup pada tanaman inang tersebut (Leiwakabessy et al. 2003).
Secara ekonomi, Modesto et al. (2018) menyatakan bahwa integrasi jagung
dengan rumput marandu (Urochloa sp.) sangat menguntungkan dengan atau tanpa
inokulasi Azospirillum brasilense. Data Tabel 4 menunjukkan bahwa inokulasi
Azospirillum brasilense pada jagung dengan sistem integrasi rumput marandu
(Urochloa sp.) menghasilkan berat kering dan indeks keuntungan yang lebih tinggi
dibandingkan tanpa sistem integrasi. Berikut adalah hasil pengamatan pada total
berat kering, biaya operasi total, total produktivitas, gross income, operating profit,
indeks keuntungan yang didapatkan dari sistem integrasi jagung dengan rumput
marandu pada dua kali pemanenan di area beririgasi pada tahun 2014/2015 dan
2015/2016 (Modesto et al. 2018).
Tabel 4. Berat kering, biaya operasi total, total produktivitas, gross income,
operating profit, indeks keuntungan yang didapatkan dari sistem
integrasi jagung dengan rumput marandu pada dua kali pemanenan di
area beririgasi pada tahun 2014/2015 dan 2015/2016.

Keterangan: U= Urochoa sp.; I= inokulasi Azosprillum brasilense, DMY= dry matter yield (berat
kering); TOC= total operating cost; GI= gross income; OP= operating profit; PI=
profitable index (indeks keuntungan).

Hasil penelitian Sá et al (2019) yang menginokulasi PGPB (plant growth-


promoting bacteria) dengan strain Azosprillum brasilense, Pseudomonas
fluorescens dan Rhizobium tropici pada rumput Mavuno (Urochloa brizantia x
Urochloa ruziziensis) diperoleh hasil bahwa PGPB mendorong peningkatan berat
kering pucuk, total berat kering akar, berat kering anakan, indeks klorofil relatif,
serapan N-total. Namun, tidak ada pengaruh re-inokulasi oleh Azosprillum
brasilense, Pseudomonas fluorescens dan Rhizobium tropici terhadap nutrisi dan
nilai gizi dan total biomassa.
SIMPULAN

Azospirillum sp. merupakan bakteri rhizosfer (rhizosbakteri) yang


berasosiasi dengan hijauan pakan terutama rumput yang berperan dalam
peningkatan serapan N-total melalui mekanisme fiksasi N2 udara serta dapat
meningkatkan produktivitas tanaman dengan adanya peningkatan berat kering
tajuk, pucuk, akar, dan anakan.

DAFTAR PUSTAKA

Box TW. 1978. The significance and responsibility of rehabilitating drastically


disturbed land. Agroforesty system an International Journal 7(3): 1-10.
Cassán FD, Okon Y, Creus CM. 2015. Handbook for Azospirillum: Technical
Issues and Protocols. London (UK): Springer.
Damry, Marsetyo, Syukur S. 2009. Growth, production and nutritive value of
st
Brachiaria mulato as affected by levels of urea fertilization. The 1
International Seminar on Animal Industry. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Erick B, Webwe O, Kirchhof G. 2001. Azospirillum dobereinerae sp. nov., a
nitrogen-fixing bacterium associated with the C4-grass Miscanthus. Int. J.
Syst. Evol. Microbiol. 51: 17-26.
Kushartono B, Iriani N. 2004. Inventarisasi keanekaragaman pakan hijauan guna
mendukung sumber pakan ruminansia. Prosiding Temu Teknis Nasional
Tenaga Fungsional Pertanian: 66-71. Bogor (ID): Balai Penelitian Ternak.
Leiwakabessy F, Suwarno M, Wahyudin UM. 2003. Diktat Kuliah Kesuburan
Tanah. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Modesto VC, Andreotti M, Sabbag OJ, Soares DA, Pechoto EAP, Pascoaloto IM,
Nakao AH. 2018. Economic analysis of the corn intercropped with marandu
grass as a function of Azospirillum brasilense application. Journal of
Agricultural Science 11(3): 387-395.
Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor (ID): IPB.
Rahman, Anas AA, Karti PDM, Laconi EB. 2013. Pengaruh inokulan bakteri
Azospirillum sp. asal rumput raja terhadap sifat kimia tanah. Agriplus 23(2):
145-153.
Rao NS. 1982. Biofertilizers in Agriculture. New Delhi (IN): Oxford & IBH
Publishing Co. Oxford.
Rusmana I, Hadijaya DD. 1994. Aktivitas nitrogenase Azospirillum sp dan
efektivitas simbiotiknya dengan jagung. Hayati 1: 51-54.
Sá GCR, Carvalhano CLM, Moreira A, Hungria M, Nogueira MA, Heinrichs R,
Soares-Filho CV. 2019. Biomass yield, nitrogen accumulation and nutritive
value of mavuno grass inoculated with plant growth-promoting bacteria.
Communications in Soil Science and Plant Analysis: 1-12.
Sriwahyuni P, Parmila P. 2019. Peran bioteknologi dalam pembuatan pupuk hayati.
Agro Bali (Agricultural Journal) 2(1): 46-57.
Utami VA. 2012. Perbandinfan penggunaan isolat bakteri Azospirillum sp. pada
tanah latosol terhadap produksi dan serapan nitrogen rumput[skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Young T, Chan F. 1997. Key questions in restoration ecology. Growing Points 1(6):
2-5.
Yuwono T. 2008. Bioteknologi Pertanian. Yogyakarta (ID): UGM Pr.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai