Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Biologi, Volume 2 No 3, Agustus 2013

Hal. 41-54

KEMAMPUAN ISOLAT BAKTERI PENGHASIL INDOLE ACETIC


ACID (IAA) DARI TANAH GAMBUT SAMPIT KALIMANTAN
TENGAH

Sofyan Fauzi Larosa1, Endang Kusdiyantini1, Budi Raharjo1,


Antonius Sarjiya2

Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro,


Tembalang, Semarang 50275 Telepon (024) 7474754; Fax. (024) 76480690

ABSTRACT
Peat soil is present in many areas of Indonesia, one of them is in Sampit
regency Central Kalimantan. Peat soil is a type of soil which has an extreme
characteristic of pH around 3-5. However, it is presumed that there is bacteria that
can produce growth hormones, such as IAA. This study aimed to determine the
ability of bacterial isolated from peat garden and burned area in Sampit regency
which could produce IAA. Several tests were carried out including bacterial isolation,
purification isolates, growth at different pH conditions, as well as IAA production with
the addition of L-Tryptophan precursors with different concentrations. The growth
and concentration of IAA was measured using spectrophotometry with wavelength
600 nm to 530 nm for growth and IAA, respectively. Results showed that five isolates
produced IAA, three isolates from peat garden area and two isolates from burned
areas. All isolates showed the highest growth at pH 6, and the highest IAA production
at 43.311 ppm was produced by TGK6 isolate with the addition of 300 ppm L-
Tryptophan.

Keywords: Indole Acetic Acid, Peat Soil, L-Tryptophan,

ABSTRAK
Tanah gambut masih terdapat pada beberapa daerah di Indonesia, salah satu
nya adalah pada daerah Kabupaten Sampit Kalimantan Tengah. Tanah gambut,
termasuk jenis tanah dengan kondisi cukup ekstrim yaitu pH 3-5. Kondisi tersebut
diduga masih terdapat bakteri yang mampu menghasilkan hormon tumbuh, salah
satunya IAA. Manfaat IAA untuk tanaman antara lain: memacu pemanjangan sel,
sehingga perkembangan akar menjadi optimal. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuan isolat bakteri tanah gambut area kebun dan area terbakar
di Kabupaten Sampit yang dapat menghasilkan hormon IAA. Tahap penelitian inin
yaitu isolasi bakteri, pemurnian isolat, pertumbuhan pada kondisi pH yang berbeda,
serta produksi IAA dari isolat terpilih pada media dengan penambahan prekursor L-
Tryptophan dengan konsentrasi yang berbeda. Pengukuran pertumbuhan dan
konsentrasi IAA dilakukan menggunakan Spektrofotometri dengan panjang
gelombang 600 nm untuk pertumbuhan dan 530 nm untuk IAA. Hasil isolasi diperoleh
lima isolat bakteri penghasil IAA, tiga isolat dari tanah gambut area kebun dan dua
isolat dari area terbakar. Lima isolat menunjukkan pertumbuhan tertinggi pada pH
6, dan uji IAA tertinggi dihasilkan oleh isolat TGK 6 dengan penambahan prekursor
L-Tryptophan sebanyak 300 ppm yaitu sebanyak 43,311 ppm.
Jurnal Biologi, Volume 2 No 3, Agustus 2013
Hal. 41-54

Kata kunci : Asam Indol Asetat, Tanah Gambut, L-Tryptophan

Pendahuluan IAA adalah hormon auksin


Gambut merupakan tanah endogen yang disintesis dalam
yang terbentuk dari bahan organik akar dan batang. Fungsinya adalah
pada fisiografi cekungan atau rawa, mengontrol proses fisiologi dan
akumulasi bahan organik pada mengatur perpanjangan sel dalam
kondisi jenuh air, kondisi anaerob batang maupun akar (Ekowahyuni,
yang menyebabkan proses 2002). Ada beberapa bakteri yang
perombakan bahan organik mampu memproduksi hormon
berjalan sangat lambat, sehingga tersebut yaitu B. subtilis, B.
terjadi akumulasi bahan organik pumilus, B. cereus, B. brevis, B.
yang membentuk tanah gambut polymyxa, B. Pasteurii, B.
(Muslihat, 2003). Lahan gambut amyloliquifaciens, Pseudomonas

merupakan ekosistem dan fluorescen dan Pseudomonas

bersifat unik dan tidak dapat putida (Astuti, 2008). Peningkatan


baktei dalam memproduksi IAA
ditemukan pada ekosistem lain
adalah prekursor L-Tryotophan.
(Syaufina, 2008) Tanah gambut
Penambahan L-Tryptophan
umumnya mempunyai tingkat
umumnya menghasilkan
keasaman yang relatif tinggi
konsentrasi IAA lebih tinggi (Astuti,
dengan kisaran pH 3-5 (Hartatik
2008). L-Tryprophan adalah asam
et al., 2008). Adanya lahan amino aromatik yang mempunyai
tanah gambut terbakar cincin indol terikat pada gugus
mengyebabkan rusaknya metilen dan terdapat tambahan
lingkungan (Manulu, 2011). satu atom nitrogen pada rantai
Mengingat kondisi tanah gambut samping. L-Tryptophan terdapat di
yang cukup ekstrim tersebut, maka dalam tanah dengan konsentrasi
perlu diteliti keberadaan rendah yang dapat digunakan oleh
bakterinya, khususnya penghasil mikroorganisme untuk membentuk
hormon Indole Acetic Acid (IAA). auksin (Anandawarih, 2008).
Jurnal Biologi, Volume 2 No 3, Agustus 2013
Hal. 41-54

Kondisi pH bakteri untuk Ilmu Pengetahuan Indonesia


memproduksi IAA harus dalam Cibinong, Bogor.
lingkungan yang optimum dengan Sampel tanah diperolah dari
pH cenderung mendekati netral LIPI cibinong yang berasal dari
untuk Azospirillum brasilense daerah Sampit, kalimantan
(Accuna & Jorquena 2011). Tengah. Cara kerja penelitian ini
Jalur pembentukan IAA yang dengan penimbangan tanah
paling umum digunakan sebanyak 10 g, pada masing-
mikroorganisme adalah Indole-3- masing area tanah gambut.
asam piruvat (IPA) (Anandawarih,
Sampel-sampel tanah 10 g
2008). Adapun jalur lainnya seperti
tersebut, dimasukkan ke dalam
jalur indol-3-asetamida (IAM), jalur
erlenmeyer volume 250 ml
triptamin (TAM), jalur indol-3-
dengan aquades sebanyak 90
asetonitril (IAN) (Spaepen et al.,
ml. Selanjutnya dilakukan
2007)
Hormon IAA yang dihasilkan pengeceran bertingkat dengan

oleh bakteri dapat meningkatkan cara mengambil 1 ml larutan


jumlah rambut akar dan akar sampel dimasukkan ke dalam
lateral tanaman. Penyerapan hara tabung reaksi yang berisi
pada tanah menjadi maksimal aquades sebanyak 9 ml.
sehingga tanaman akan tumbuh Kegiatan ini dilakukan hingga
lebih cepat atau lebih besar. Salah
pengenceran tingkat 10-6.
satu daerah di Indonesia yang
Pengenceran 10-6 dan 10-4 ,
terdapat tanah gambut yaitu
diambil sebanyak 20 µl .
Sampit Kalimantan tengah. Perlu
Ditanam pada media TSA
diteliti mikroorganismenya,
(Triptyc Soy Agar) (Peptone 2,5
khususnya bakteri penghasil IAA.
Metode g, Nacl 0,625 g, agar 5 g,

Penelitian dilakukan di aquades 250 ml) pada pH 5,


laboratorium Ekofis Mikrobiologi diinkubasi pada suhu ruang
Pusat Penelitian Biologi Lembaga selama 5 hari pada keadaan
gelap. Isolat dipilih berdasarkan
Jurnal Biologi, Volume 2 No 3, Agustus 2013
Hal. 41-54

penglihatan dari morfologi g, aquades 250 ml) sebanyak 25 ml

koloninya. Koloni tersebut ditambah L-Tryptophan 100 ppm.

kemudian diambil dengan ose Inokulasikan isolat terpilih


sebanyak 1 ose. Inkubasi
untuk dimurnikan.
menggunakan shaker selama 3 hari
Pengamatan parameter
untuk diukur IAA dengan cara
penelitian dilakukan terhadap
diambil sampel 2 ml kemudian
meliputi pertumbuhan isolat kultur,
centrifugasi kecepatan 8000 rpm
perubahan warna menjadi merah
lalu ditambahkan reagen salkowski
muda, dan kolorimetri dengan
1 ml, tempatkan pada ruang gelap
menggunakan spektrofotmeter.
selama 30 menit kemudian diukur
a. Pemurnian isolat
menggunakan spektrofotometer
Isolat bakteri yang dipilih
pada panjang gelombang 530 nm.
dimurnikan pada cawan petri yang
Pengukuran optical density (OD)
berisi media TSA dengan
dengan panjang gelombang 600
penambahan L-Tryptophan 100
nm pada waktu 0, 24, 48, dan 72
ppm, sebagai prekursor
jam.
pertumbuhan. Inkubasi selama 3
c. Produksi IAA pada variasi pH
hari pada suhu ruang. Masing-
Media TSB 25 ml
masing koloni bakteri diberi reagen
ditambah dengan L-Tryptophan
salkowski pada masing-masing
100 ppm dengan variasi pH
isolat. Tempatkan pada ruang
gelap selama 30 menit. Koloni 3,4,5, dan 6. Inkubasi

isolat yang menghasilkan warna menggunakan shaker selama 3


hari, kemudian dilakukan
merah muda menandakan mampu
memproduksi IAA. pengukuran IAA dan optical
density pada waktu 0, 24, 48,
b. Produksi IAA isolat terpilih
dan 72 jam.
pada media yang
d. Optimasi produksi IAA
mengandung L-
Media TSB 25 ml
Tryptophan
ditambahkan L-Tryptophan 100
Media TSB (Tryptic Soy
ppm, 200 ppm, 300 ppm.
Broth) (peptone 2,5 g, Nacl 0,625
Inkubasi selama 3 hari
Jurnal Biologi, Volume 2 No 3, Agustus 2013
Hal. 41-54

menggunakan shaker.
Pengukuran IAA dan optical Hasil dan Pembahasan
density 0, 24, 48, dan 72 jam. Hasil isolasi diperoleh
Rancangan percobaan tujuh isolat dari masing-masing
Penelitian ini dilakukan area dan hanya lima isolat yang
dengan menggunakan Rancangan
menghasilkan hormon tumbuh
Acak Lengkap (RAL) dimana
IAA. Kelima isolat tersebut
perlakuan adalah penambahan L-
yaitu: isolat dari area kebun
tryptophan 100 ppm (P1), 200 ppm
adalah TGK 1, TGK 3, TGK 6;
(P2), 300 ppm (P3) dan masing-
sedangkan dari area terbakar
masing perlakuan diulang
sebanyak tiga kali. adalah TGT 3 dan TGT 6.

Data yang diperoleh Masing-masing dari isolat ini


dianalisis dengan Analysis of varian mampu menghasilkan hormon
(ANOVA), kemudian jika ada beda IAA yang ditandai dengan
nyata dilanjutkan dengan uji adanya perubahan warna
Duncan Multiple Range Test menjadi merah muda, yang
(DMRT. Acuan dalam analisis
disebabkan oleh adanya reaksi
ragam untuk dapat dilanjutkan ke
antara reagen salkowksi dan IAA
uji Duncan pada taraf signifikasi
ditunjukkan pada Gambar 4.1
95%.

(A) (B)
Gambar 1. Koloni bakteri tanah gambut area kebun (A) dan tanah gambut
area terbakar (B)

Menurut Yuniarti & Purwani diperkaya dengan tryptophan


(2007) analisis secara kualitatif dicirikan oleh terbentuknya warna
pada media cawan agar yang merah muda di sekitar koloni
Jurnal Biologi, Volume 2 No 3, Agustus 2013
Hal. 41-54

setelah diberi pereaksi Gordon & Isolat bakteri ditumbuhkan


Weber (Salkowski). pada media TSB (Tryptic Soy
Isolat-isolat yang Broth) dengan pH yang berbeda
mempunyai kemampuan yaitu 3, 4, 5, 6 selama 3 hari pada
menghasilkan IAA, kemudian diuji erlenmeyer yang ditutup dengan
konsentrasinya pada media dengan plastik hitam selama 72 jam. Hasil
pH dan konsentrasi prekursor L- pertumbuhan isolat bakteri
Tryptophan yang berbeda. tersebut ditunjukkan pada gambar
2 dan 3.

Pertumbuhan isolat bakteri


terpilih pada media dengan
pH yang berbeda

Gambar 2. Kurva pertumbuhan bakteri pada pH 3-6 selama 72 jam


(A) TGK 1, (B) TGK 3, (C) TGK 6. Keterangan : --- pH 3,
--- pH 4, --- pH 5, --- pH 6.
Jurnal Biologi, Volume 2 No 3, Agustus 2013
Hal. 41-54

Gambar 3. Kurva pertumbuhan bakteri pada pH 3-6 selama 72 jam


(A) TGT 3, (B) TGT 6. Keterangan : --- pH 3, --- pH 4,
--- pH 5, ---pH 6.
Semua isolat yang berasal pertumbuhan yang lebih rendah
dari tanah gambut kebun yaitu bila dibandingkan isolat TGT 6.
TGK 1, TGK 3, dan TGK 6 Kondisi pH yang cukup asam
masing-masing mempunyai akan menyebabkan
pertumbuhan yang rendah pada metabolisme sel terganggu, dan
pH 3, pada waktu 0 jam ataupun reaksi sel terhadap kondisi asam
sudah mencapai waktu 72 jam. ini akan berbeda-beda
Isolat yang berasal dari tanah tergantung jenis bakterinya.
gambut terbakar, yaitu TGT 3 Jika kisarannya tidak cukup
dan TGT 6 dengan kondisi pH 3 menguntungkan, pertumbuhan
mempunyai pertumbuhan yang mungkin terhambat karena sel
cenderung rendah, sama seperti akan hancur. Menurut Volk &
isolat yang berasal dari tanah Wheeler (1993) bahwa, kerja
gambut kebun. Kondisi nilai pH mineral tergantung pada
4 hampir semua isolat diisosiasi ion hidrogen (H+).
mempunyai kondisi Sifat yang terlalu asam akan
pertumbuhan lebih tinggi bila menjadi bakterisida yang
dibandingkan dengan pH 3. disebabkan oleh hidrolisis dan
Isolat TGT 3 pada pH denaturasi protein. Kondisi pH
menunjukkan hasil yang rendah menyebabkan
kerja enzim tidak optimal. Hal
Jurnal Biologi, Volume 2 No 3, Agustus 2013
Hal. 41-54

ini akan menggangu secara progresif hilang sampai


metabolisme bakteri, sehingga akhirnya enzim menjadi tidak
tidak dapat mengoptimalkan fungsional.
nutrisi yang dibutuhkan oleh Rata-rata hampir dari semua
bakteri. Asam amino merupakan pertumbuhan bakteri tinggi
pusat aktif enzim harus berada pada pH 6. Isolat yang
dalam keadaan ionisasi yang mempunyai pertumbuhan
tepat agar menjadi aktif. tertinggi adalah isolat isolat TGK
Kebanyakan enzim bekerja pada 6. Pertumbuhan paling baik
pH kisaran 6 sampai 8. pada pH netral 7 atau pH yang
Menurut Lehninger (1982), sedikit basa (pH 7,4). Beberapa
aktivitas katalitik enzim di bakteri tumbuh pada pH 6, tidak
dalam sel mungkin diatur jarang dijumpai mikroorganisme
sebagian oleh perubahan pada yang tumbuh baik pada pH 4
pH medium lingkungan, pH atau 5. Sangat jarang suatu
lingkungan juga berpengaruh mikroorganisme dapat bertahan
terhadap kecepatan aktivitas dengan baik pada pH 4 (Volk &
enzim dalam mengkatalisis Wheeler, 1993)
suatu reaksi. Hal ini disebabkan Produksi IAA isolat terpilih
konsentrasi ion hidrogen pada media pH yang berbeda
mempengaruhi struktur 3 Faktor yang mempengaruhi

dimensi enzim dan aktivitasnya. reaksi antara reagan Salkowski

Setiap enzim memiliki pH dengan IAA adalah cahaya, apabila


ada cahaya yang masuk maka
optimum yang khas, yaitu pH
dapat merusak reaksi warna yang
yang membantu aktivitas
terjadi pada produksi IAA. Yurekli &
menjadi optimal. Konsentrasi
Topcuoglu (2003) melaporkan
ion hidrogen berubah dari
bahwa produksi IAA tergantung
konsentrasi optimal menjadi
dengan adanya intensitas cahaya.
kurang efektif, aktivitas enzim Semakin gelap, maka produksi IAA
Jurnal Biologi, Volume 2 No 3, Agustus 2013
Hal. 41-54

tidak terganggu. Hasil analisis IAA


pada pH yang berbeda ditunjukkan
pada Gambar 4.

25 23,536
Konsentrasi IAA (ppm)

18,956
20 15.811
15 12,159 pH 3
9,5579
10 pH 4
5 pH 5
0 pH 6
TGK 1 TGK 3 TGK 6 TGT 3 T.G.T 6
Isolat Bakteri

Gambar 4. Konsentrasi IAA dari siolat bakteri pada media dengan pH yang
berbeda selama 72 jam pada suhu ruang

Gambar 4 diatas, konsentrasi yang berbeda memberi


menunjukkan bahwa nilai pengaruh terhadap produksi IAA
konsentrasi IAA tertinggi terdapat dan berbanding lurus dengan kadar
pada pH 6 untuk semua isolat. triptofan yang ditambahkan
Konsentrasi IAA tertinggi dari (Patten & Glick, 2001).
tanah gambut area kebun adalah Kondisi tanah gambut yang
isolat TGK 6 sebanyak 23,536 ppm, cenderung asam, sehingga jenis
sedangkan dari area terbakar bakteri sedikit yang menyebabkan
adalah isolat TGT 3 sebanyak tidak semua isolat dapat
18,956 ppm. Hasil ini menunjukkan menghasilkan hormon IAA. Kondisi
bahwa produksi IAA yang paling lingkungan pada media kultur
tinggi dihasilkan pada pH 6. Yurekli terlalu asam, maka akan
& Topcuoglu (2003) menyatakan menganggu kinerja enzim-enzim
bahwa, produksi IAA maksimal yang mengkatalisis prekursor L-
pada medium yang mengandung Tryptophan menjadi IAA.
prekursor (L-Tryptophan) dengan Anandawarih (2008) melaporkan
pH 7,5 dan diinkubasi dalam bahwa jalur biosintesis IAA yang
kondisi gelap pada suhu ruang. paling banyak digunakan
Pemberian triptofan dalam mikroorganisme adalah jalur Indol-
Jurnal Biologi, Volume 2 No 3, Agustus 2013
Hal. 41-54

3-asam piruvat (IpyA), sedang pada pH 6. Hal ini berarti produksi


enzim aminotransferase IAA sesuai dengan pertumbuhan.
mengkatalisis tryptophan yang Semakin tinggi nilai pH medium
diikuti dekarboksilasi menjadi menunjukkan pertumbuhan dan
indol-3-asetaldehida (IAAId), produksi IAA yang meningkat, hal
kemudian IAAId dioksidasi oleh ini sesuai dengan penelitian
IAAId oksidase menjadi IAA. Ada Tamilarasan et al.(2012) yang
enzim yang berperan dalam menghasilkan IAA optimal pada pH
perubahan L-Tryptophan menjadi 7.
IAA. Jika kondisi lingkungan Produksi IAA dari isolat TGK
mempunyai pH yang cenderung 6 pada pH 6 dan variasi L-
asam, akan mempengaruhi kinerja Tryptophan
enzim. Dijelaskan lebih lanjut oleh Variasi L-Tryptophan dilakukan
Poedjiadi (1994), pH dapat untuk mengetahui pengaruh
menyebabkan proses denaturasi
prekursor ini terhadap produksi
yang mengakibatkan menurunnya IAA. Berdasarkan hasil optimasi pH
aktivitas enzim. medium dan konsentrasi L-
Begitu juga yang terjadi Tryptophan, isolat TGK 6
pada enzim aminotransferase, menunjukkan pertumbuhan dan
IAAId oksidase akan mengalami produksi IAA yang tinggi, maka
penurunan aktivitas. Enzim-enzim optimasi produksi IAA dilakukan
ini memerlukan kondisi yang terhadap isolat ini dengan variasi
optimal agar proses katalisis
konsentrasi L-Tryptophan yaitu
berjalan dengan optimal. 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm. Hasil
Umumnya pH yang cenderung rata-rata produksi IAA dari isolat
netral akan membuat kondisi TGK 6 menghasilkan konsentrasi
enzim berjalan optimal. Gaman sebesar 17,082 ppm dengan
(1994) menyatakan bahwa, pH 7 konsentrasi L-Tryptophan 100
(netral) adalah salah satu pH yang ppm; 27,297 ppm dengan
optimal untuk kinerja enzim. konsentrasi L-Tryptophan 200
Pertumbuhan dan konsentrasi IAA
ppm, sedangkan 39, 552 ppm
isolat TGK 6 paling tinggi dicapai dengan konsentrasi L-Tryptophan
Jurnal Biologi, Volume 2 No 3, Agustus 2013
Hal. 41-54

300 ppm. Produksi IAA isolat ini penambahan konsentrasi L-


meningkat seiring dengan Tryptophan (Gambar 5)

50
39,552
Konsentrasi IAA (ppm)
40

30 27,297

20 17,082
IAA (ppm)
10

0
100 200 300
Tryptophan (ppm)

Gambar 5. Konsentrasi IAA dari isolat TGK 6 yang ditumbuhkan


selama 72 jam dengan variasi L-Tryptophan yang berbeda

Hal yang menentukan dalam Isolat TGK 6 ini, mempunyai optical


produksi dari hormon IAA ini salah density sebesar 2,1072. Semakin
satunya adalah pH (derajat banyak sel bakteri, maka banyak
keasaman) yang optimal. Derajat juga prekursor yang dikonversi
keasaman yang optimal, kerja menjadi IAA. Seiring dengan
enzim akan optimal mengkonversi penambahan konsentrasi IAA,
prekursor L-Tryptophan menjadi kerapatan atau optical density juga
menjadi IAA. Adanya prekursor ini meningkat.
dapat memacu penambahan IAA Hasil penelitian dari Mendrofa
pada isolat TGK 6. Hal ini sesuai (2010), selama 4 hari pada bakteri
dengan pendapat Elsorra et al. penambat nitrogen
(2007) bahwa peningkatan Bradyrhyzobium japonicum dengan
produksi IAA tergantung dari penambahan prekursor L-
banyaknya konsentrasi prekursor Tryptophan sebanyak 200 ppm dan
L-Tryptophan yang diberikan pada 300 ppm didapatkan hasil produksi
medium. IAA sebanyak 51,33 ppm dan
Pertumbuhan sel bakteri juga 16,33 ppm secara berurutan. Jika
menjadi salah satu faktor yang dibandingkan dengan hasil yang
berpengaruh dalam produksi IAA. didapat, pada isolat TGK 6 dengan
Jurnal Biologi, Volume 2 No 3, Agustus 2013
Hal. 41-54

penambahan L-Tryptophan Acuna, J. J., & Jorquera, M. A.


sebanyak 200 ppm dan 300 ppm 2011. Indole Acetic Acid And
selama 3 hari, mampu Phytase Activity produced by
memproduksi IAA sebanyak Rhizosphere Bacilli As
27,297 ppm dan 39,552ppm secara Affected by Ph And Metals.
berurutan. Semakin tinggi Journal of Soil Science and
konsentrasi L-Tryptophan dalam Plant Nutrition 11 (3) : 1-12
medium, maka semakin tinggi pula Anandawarih, S. 2008. Optimasi
IAA yang dihasilkan. Produksi Asam Indol asetat
Berdasarkan hasil analisis sidik Oleh Rhizobium Sp. Dalam
ragam dapat diketahui bahwa Medium Serum Lateks Hevea
dengan mengunakan perkursor L- brasiliensis dengan
Tryptophan pada Isolat TGK 6, Suplementasi Triptofan.
dengan hasil 0,031 yang Skripsi. IPB. Bogor.
menunjukkan perbedaan nyata ElSorra, E., Domingo J., Manuel, T.,
lebih kecil dari 0,05 (P <0,05) & Rainer, B. 2007.
terhadap konsentrasi produksi Tryptophan-Dependent
hormon IAA. Production of Indole-3-Acetic
Acid (IAA) Affects Level of
Kesimpulan
Plant Growth Promotion by
Berdasarkan hasil yang dari
Bacillus amyloliquefaciens
penelitian ini diperoleh 3 isolat dari
FZB42. MPMI 2 (6) : 619 - 626
tanah gambut are kebun dan 2
Gaman, P. M., & Sherrington, K. B.
isolat dari tanah gambut area
1994. Ilmu Pangan,
terbakar. Produksi IAA dari
Pengantar Ilmu Pangan,
optimasi kondisi lingkungan
Nutrisi dan Mikrobiologi.
didapatkan hasil paling tinggi islolat
Universitas Gadjah Mada
dari tanag gambut area kebun, jika
press. Yogyakarta.
dibandingkan dengan isolat dari
Hartatik, W., Subiksa., dan Ai
tanah gambut area terbakar.
Dariah. 2008. Sifat kimia dan
Daftar Pustaka fisik tanah gambut.
Departemen Pertanian. Bogor
Jurnal Biologi, Volume 2 No 3, Agustus 2013
Hal. 41-54

Lehninger, A. L. 1982. Principles of Poedjiadi, A. 1994. Dasar-dasar


Biochemistry. Worth Publish. Biokimia I. Jakarta : UI-Press
New york Spaepen, S., Jos, V., & Roseline, R.
Manulu, M. H. I. 2011. Aplikasi 2007. Indole-3-acetic in
Bakteri Penambat Nitrogen microbial and microorganism
Dengan Media Tanah Gambut plant signaling. FEMS
Terbakar Dan Tidak Terbakar Microbiol Rev: 1- 24.
padaSemai Acacia crassicarpa Syaufina, L. 2008. Kebakaran
Cunn. Ex-Benth. Hutan Dan Lahan Di
Skripsi.fakultas Kehutanan. Indonesia. Bayumedia
IPB. Bogor. Publishing. Malang
Mendrofa, D. N. P. 2010. Media Volk, W.A., & Wheeler, M. F. 1993.
Optimal Untuk Mikrobiologi Dasar. Edisi
Bradyrhizobium Japonicum Kelima. Jilid 1. Penerbit
Toleran Asam-Aluminium Erlangga. Jakarta.
Memproduksi Asam Indol Yuniarti, E., & Purwani, J. 2007.
Asetat Bagi Pertumbuhan Metode Analisis Biologi Tanah.
Kedelai. Skripsi. Departemen Balai Penelitian Tanah. Bogor
Biologi FMIPA IPB. Bogor Yurekli F., & Topcuoglu, H. 2003.
Muslihat L. 2003. Teknik The synthesis of indole-3-
Pengukuran Tanah Gambut Di acetic acid by the
Lapangan Dan Di industriallyimportant white-
Laboratorium.Bogor. Buletin rot fungus Lentinus sajor-caju
Teknik Pertanian. 8:69 underdifferent culture
Patten, C. L. & Glick. B.R. 2002. conditions. Mycol Res1 (07)
Role of Pseudomonas putida 305–309.
Indole Acetic Acid in Tamilarasan, K., Balaji, N.,
Development of The Host Lavanya, S., &
Plant Root System. Applied Muthamizhselvi, S. 2012.
and Environmental Optimizatio Of Fermentation
Microbiology. 68 (8): 3795- Condition For Indole Acetic
3801 Acid Production By
Jurnal Biologi, Volume 2 No 3, Agustus 2013
Hal. 41-54

Pseudomonas Sp.
International Journal of
Advanced Biotechnology and
Research 3 (4) 797 -80
Jurnal Biologi, Volume 2 No 3, Agustus 2013
Hal. 41-54

Anda mungkin juga menyukai