Anda di halaman 1dari 4

p-ISSN:2355-9292/e-ISSN:2775-2127 Jurnal Ilmiah Sangkareang Mataram|7

IDENTIFIKASI KANDUNGAN TANIN DAN SAPONIN PADA HIJAUAN PAKAN TERNAK


KERBAU DI DESA LOPOK KECAMATAN LOPOK KABUPATEN SUMBAWA

Oleh:

Dandi Fibryansah, Mashur*, Supriadi, Novariana SulsiaIsta’in Ningtyas


Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Pendidikan Mandalika
*)
Corresponding author: mashur@undikma.ac.id

Abstrak Kerbau merupakan ternak ruminansia yang tidak terlepas dari gangguan berbagai penyakit yang
dapat menghambat peningkatan produktivitasnya. Gangguan penyakit tersebut dapat berupa infeksi bakteri,
virus, cendawan maupun agen parasitik seperti cacing. Untuk mengurangi kejadian penyakit cacing dan
mengurangi biaya pengobatan ternak dapat menggunakan hijauan pakan ternak yang mengandung senyawa
metabolit sekunder, yaitu tanin dan saponin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kandungan tanin dan
saponin pada daun ubi kayu, daun pisang kepok dan daun katuk yang digunakan sebagai hijauan pakan ternak
kerbau di Desa Lopok Kecamatan Lopok, Kabupaten Sumbawa. Sebanyak masing-masing 50 mg ekstrak
hijauan dianalisis menggunakan metode spektrofotometri Ultra Violet-Visible Spectroscopy untuk
menentukan kadar tanin dan saponin yang dikandungnya. Hasil penelitian menunjukkan kadar tanin daun ubi
kayu 1,77% dan saponin 1,17%; kadar tanin daun pisang kepok 1,48% dan kadar saponin 2,34% dan kadar
tanin daun katuk 3,44% dan kadar saponin 2,92%. Kesimpulannya ketiga jenis hijauan pakan ternak kerbau
tersebut mengandung tannin dan saponin yang berbeda-beda.
Kata kunci: saponin, tanin, daun ubi kayu, daun katuk, daun pisang kepok

PENDAHULUAN
Pemeliharaan kerbau di Kecamatan Lopok yang diteliti sebesar 5,41% pada daun lamtoro, pada
Kabupaten Sumbawa dilakukan secara ekstensif, indigofera 7,39% dan 13,83% pada daun turi
kerbau dilepas di padang penggembalaan, di ladang, sedangkan kadar saponin yang diteliti sebesar 10,28
di sawah atau di kebun. Pada pemeliharaan kerbau % pada daun lamtoro, 11,82% pada indigofera dan
yang digembalakan pada padang penggembalaan, 14,55% pada daun turi. Nurdiana (2013) menyatakan
kerbau dapat langsung memakan rerumputan dan bahwa kandungan senyawa dalam daun ubi kayu
tanaman hijuan pakan ternak di lahan terbuka, adalah flavonoid, triterpenoid, saponin, tannin dan
sehingga menyebabkan larva cacing ikut terkonsumsi vitamin C. Hasil penelitian Novia Rahayu dan
dan hidup di abomasum, kemudian larva cacing Firgian Ardigurnita (2021) menunjukkan bahwa
tumbuh menjadi dewasa lalu menghisap darah ekstrak daun katuk positif mengandung golongan
ternak inangnya. Infeksi yang terjadi pada hewan senyawa fenolik, tanin, flavonoid, saponin,
ternak tersebut diakibatkan oleh lemahnya ketahanan triterponoid, steroid dan alkaloid. Selanjutnya
tubuh hewan dalam melawan serangan parasit Asuquo dan Udobi (2016) menyatakan bahwa daun
Soulsby (1982). pisang mengandung alkaloid, saponin, tanin, cardiac
Untuk mengurangi kejadian penyakit cacing dan glikosida, terpen, deoxy sugar, flavonoid, dan
mengurangi biaya pengobatan ternak dapat karbohidrat.
menggunakan hijuan pakan ternak yang mengandung Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut
senyawa metabolit sekunder golongan alkaloid. sebagai hijaun pakan ternak kerbau daun ubi kayu,
Selain berfungsi sebagai antiparasit, tanaman ini daun katuk dan daun pisang kepok diduga
dapat pula sebagai suplementasi protein pakan mengandung senyawa tanin dan saponin, tetapi
ruminansia. Pola pemberian pakan tinggi protein belum diketahui kadar tanin dan saponinnya.
yang dikombinasikan dengan tanaman kaya tanin dan Sehubungan dengan hal tersebut perlu dilakukan
sponin dapat meningkatkan kesehatan ternak dan peneliti untuk mengetahui kadar tanin dan saponin
menekan pertumbuhan cacing. Tanin merupakan ketiga jensis hijauan pakan ternak tersebut yang
salah satu senyawa metabolit sekunder yang terdapat digunkan sebagai hijaun pakan ternak kerbau di Desa
pada tanaman dan disintesis oleh tanaman Negara Lopok Kecamatan Lopok Kabupaten Sumbawa.
dan Sofyan, (2008).
Berbagai jenis tanaman telah di laporkan METODE PENELITIAN
mengandung senyawa tanin dan saponin. Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analisis laboratorium
Apri dkk. (2022) melaporkan bahwa daun turi, daun
untuk mengetahui kadar tanin dan saponin pada daun
indigofera dan daun lamtoro mengandung tanin dan
ubi kayu, daun katuk dan daun pisang kepok yang
saponin. Lebih lanjut disebutkan bahwa kadar tanin
http://www.sangkareang.org/ Volume 9, No. 3, September 2022
8|Jurnal Ilmiah Sangkareang Mataram p-ISSN:2355-9292/e-ISSN:2775-2127

digunakan sebagai pakan ternak kerbau di Desa mg, dilarukan dengan metanol pa ad 50 mL
Lopok Kecamatan Lopok Kabupaten Sumbawa. menghasilkan konsentrasi 1000 ppm. Selanjutnya
Analisis kandungan tanin dan saponin pada ketiga dibuat konsentrasi sampel 600, 700, 800, 900 dan
hijauan pakan ternak tersebut menggunakan metode 1000 ppm sebanyak 10 ml dengan dipipet 6, 7, 8, 9
spektrofotometri UV-ViS. dan 10 ml, ditambahkan pelarut metanol pa ad 10 ml.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sebanyak 1 ml masing - masing larutan sampel
sampai dengan Juli 2022. Pengambilan sample ketiga ditambahkan 11 ml reagen vanilin sulfat dalam
jenis hijauan dilakukan di Desa Lopok Kecamatan icebath. Kemudian dipanaskan pada suhu ± 60oC
Lopok Kabupaten Sumbawa. Analisis kadar senyawa selama 10 menit. Kemudian didiamkan selama 60
tannin dan saponoin di Labolatorium Farmasi Stikes menit di suhu kamar, diukur absorbansinya pada
Bhakti Husada Mulia Madiun. Sampel pada panjang gelombang maksimal.
penelitian ini adalah tiga jenis hijauan pakan ternak, Data hasil analisis laboratorium kadar tanin dan
yaitu daun ubi kayu, daun katuk dan daun pisang saponin ketiga jenis hijauan pakan ternak yang
kepok yang sering digunakan sebagai pakan ternak diteliti disajikan dalam bentuk table yang akan
kerbau di Desa Lopok Kecamatan Lopok Kabupaten dianalisis secara deskriptif.
Sumbawa. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak
enam, terdiri dari tiga jenis hijauan dan dua jenis HASIL DAN PEMBAHASAN
senyawa. Setiap satuan sampel disiapkan sebanyak
Berdasarkan hasil analisis kadar tanin dan
250 gram daun basah, lalu dikering dan dibender
saponin di Laboratorium Kimia Terpadu Fakultas
menjadi tepung, dibuat ekstrak kemudian dilakukan
Farmasi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
pengujian satu kali pengulangan masing-masing
dengan menggunakan Spektrofotometer Ultra Violet-
sample. Variable yang diamati pada penelitian ini
Visible Spectroscopy (UV-ViS) menunjukkan bahwa
adalah kadar tanin dan saponin pada tiga jenis
ekstrak daun ubi kayu, daun pisang kapok dan daun
hijauan pakan ternak yang biasa diberikan oleh
katuk yang digunakan sebagai pakan ternak kerbau
peternak kerbau di Desa Lopok Kecamatan Lopok
di Desa Lopok Kecamatan Lopok, Kabupaten
Kabupaten Sumbawa yaitu daun ubi kayu, daun
Sumbawa mengandung kadar tanin dan saponin,
katuk dan daun pisang kepok.
seperti ditampilkan pada Tabel 1.
Tahapan penelitian, sebagai berikut: (1) Daun
ubi kayu, daun katuk dan daun pisang kepok dipetik Tabel 1 Hasil uji kadar tanin dan saponin ekstrak
pada pagi hari, kemudian dikering anginkan selama 7 daun ubi kayu, daun pisang kepok dan
hari. (2) Ketiga jenis daun tersebut setelah kering daun katuk sebagai hijauan pakan ternak di
dipotong halus dan diblender sehinga menjadi Desa Lopok Kecamatan Lopok, Kabupaten
tepung. (3) Tepung ketiga jenis hijuan ini diaduk Sumbawa.
agar merata kemudian ditimbang masing masing
seberat 100gram lalu dimasukan botol kaca dan
ditutup rapat. (4) Sampel berupa tepung dalam
kemasan botol dikirim ke Lab. Farmasi Stikes Bhakti
Husada Mulia Madiun untuk dianalisis kadar tanin
dan saponinnya. (5). Ekstrak dibuat dari masing-
masing jenis hijauan yaitu ekstrak daun ubi kayu,
daun katuk dan daun pisang kepok untuk di analisis
tanin dan saponin. (6) Dengan metode pengujian
analisis golongan senyawa kandungan kadar dengan
Spektrofotometri UV-VIS agar dapat diketahui kadar Dalam penelitian ini dari ketiga jenis hijauan
tanin dan saponin masing-masing sampel. pakan ternak tersebut memiliki konsentrasi sampel
Ditimbang 50 mg sampel ekstrak untuk yang berbeda. Pada ekstrak daun ubi kayu pada
mengetahui kadar tanin pada ketiga hijauan, lalu konsentrasi (600 ppm) kadar tanin 1,77% dan pada
dilarutkan dengan aquadest ad 50 ml menghasilkan konsentrasi (100 ppm kadar saponinnya 1,17%.
larutan konsentrasi 1000 ppm. Dibuat larutan sampel Ekstrak daun pisang kepok pada konsentrasi (600
600, 700, 800, 900 dan 1000 ppm sebanyak 10 ml ppm) kadar tanin 1,48% dan pada konsentrasi (100
dengan dipipet 6, 7, 8, 9 dan 10 ml. Tambahkan 1 ml ppm) kadar saponinnya 2,34%. Ekstrak daun katuk
reagen folin dennis, diamkan 3 menit, kemudian pada konsentrasi (600 ppm) kadar tanin 3,44% dan
tambahkan 1 ml larutan Na2CO3 (Natrium karbonat) pada konsentrasi (100 ppm) kadar saponinnya
dan diinkubasi selama 40 menit, kemudian dibaca 2,92%. Hasil uji hijauan pakan ternak di Desa Lopok
serapannya pada panjang gelombang maksimal Kecamatan Lopok Kabupaten Sumbawa, memiliki
Milchah (1977). kadar yang berbeda-beda tergantung berapa nilai
Penetapan saponin dimulai dengan menimbang konsentrasi yang digunakan. Semakin besar
ekstrak masing-masing ketiga hijaun sebanyak 50 konsentrasi sampel yang digunakan maka semakin
Volume 9, No. 3, September 2022 http://www.sangkareang.org/
p-ISSN:2355-9292/e-ISSN:2775-2127 Jurnal Ilmiah Sangkareang Mataram|9

besar pula hasil kadar tanin dan saponin pada hijauan menggunakan konsentrasi standar asam tanat saponin
ubi kayu, daun pisang kepok dan daun katuk. 10, 20 dan 30 ppm.
Dalam penelitian ini, kadar tanin dalam ekstrak Berdasarkan hasil analisis kualitatif dan
daun ubi kayu sebesar 1,77% dan saponin sebesar kuantitatif ditemukan bahwa daun ubi kayu, daun
1,17 % maka hal tersebut menunjukkan daun ubi pisang kepok dan daun katuk terbukti mengandung
kayu mengandung senyawa tanin dan saponin. senyawa-senyawa kimia yaitu senyawa tanin dan
Dalam penelitian ini, kadar tanin dalam ekstrak daun saponin dengan jumlah kadar yang berbeda-beda.
pisang kepok sebesar 1,48% dan kadar saponin Hal tersebut disebabkan karena penentuan kadar
sebesar 2,34% maka hal tersebut menunjukkan daun tanin dari ketiga dedaunan yang diteliti yaitu dimulai
pisang kepok mengandung senyawa tanin dan dari konsentrasi sampel 600 ppm, jika di mulai dari
saponin. Dalam penelitian ini kadar tanin ekstrak 100 - 500 ppm kadar pada ketiga hijauan tersebut
daun katuk sebesar 3,44% dan kadar saponin sebesar tidak terdeteksi sedangkan untuk menguji kadar
2,92% maka hal tersebut menunjukkan daun katuk saponin dimulai dari 100 ppm karena dari angka
mengandung senyawa tanin dan saponin. tersebut kadar saponin sudah dapat terdeteksi
Penelitian ini telah berhasil menemukan adanya sehingga hal tersebut yang menjadi pembeda. Selain
kandungan tanin dan saponin pada ketiga hijauan disebabkan oleh jenis hijauan pakan ternak, juga
pakan ternak yang diteliti. Pada ekstrak daun ubi disebabkan oleh perbedaan agro ekosistem wilayah,
kayu diperoleh kadar tanin sebesar 1,77%, 2,52% seperti jenis tanah, air, unsur hara dan faktor iklim
dan 2,81% dengan menggunakan konsentrasi standar lainnya Mashur (2017). Penelitian lanjutan
asam tanat 3, 4 dan 5 ppm, sedangkan untuk kadar diharapkan untuk mendukung hasil penelitian ini
saponin pada daun ubi kayu diperoleh sebesar karena sangat diperlukan guna mengembangkan
1,17%, 13,88% dan 23,07% dengan menggunakan daun ubi kayu, daun pisang kepok dan daun katuk
konsentrasi standar asam tanat saponin 10, 20 dan 30 untuk dijadikan obat anti parasit dan diteliti di daerah
ppm. Hal ini sejalan dengan penelitian Apri dkk. lain agar bisa dijadikan pembanding dalam penelitian
(2022) menyatakan bahwa daun lamtoro diperoleh ini.
kadar tanin sebesar 5,41%, 9,96% dan 12,83%
dengan menggunakan konsentrasi standar asam tanat PENUTUP
50, 100 dan 150 ppm sedangkan untuk kadar saponin
a. Simpulan
daun lamtoro sebesar 10,28%, 12,82% dan 14,73%
dengan menggunakan konsentrasi standar asam tanat Berdasarkan hasil identifikasi kadar tanin dan
saponin 10,20 dan 30 ppm. saponin secara kuantitatif menggunakan
Untuk daun pisang kepok kadar tanin yang spektofotometri UV-Vis terhadap ketiga jenis hijuan
diperoleh sebesar 1,48%, 1,99% dan 2,74% dengan pakan ternak yang diberikan sebagai pakan Kerbau
menggunakan konsentrasi standar asam tanat 3,4 dan di Desa Lopok Kabupaten Sumbawa dapat
5 ppm. Sedangkan untuk kadar saponin pada daun disimpulkan bahwa kadar tanin dan saponin dari
pisang kepok di peroleh kadar sebesar 2,34%, 2,51% ketiga hijauan tersebut memiliki kadar yang berbeda.
dan 16,84% dengan menggunakan konsentrasi Kadar tanin dalam ekstrak daun ubi kayu sebesar
standar asam tanat saponin 10, 20 dan 30 ppm. Hal 1,77% dan saponin sebesar 1,17%, kadar tanin
ini sesuai dengan hasil penelitian Apri dkk. (2022) dalam ekstrak daun pisang kepok sebesar 1,48% dan
pada daun lndigofera di peroleh kadar tanin sebesar kadar saponin sebesar 2,34% dan kadar tanin ekstrak
7,39%, 9,96% dan 12,83% dengan menggunakan daun katuk sebesar 3,44 % dan kadar saponin sebesar
konsentrasi standar asam tanat saponin 50, 100 dan 2,92 %.
150 ppm sedangkan untuk kadar saponin pada daun
indigofera sebesar 11,82%, 16,28% dan 23,00% b. Saran
dengan menggunakan konsentrasi standar asam tanat
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan
10,20 dan 30 ppm.
untuk dilakukan penelitian lebih lanjut penggunaan
Daun katuk diperoleh kadar tanin sebesar
ekstrak tanin dan saponin ketiga jenis hijuan pakan
3,44%, 4,18% dan 5,28% dengan menggunakan
ternak yaitu daun ubi kayu, daun pisang kepok dan
konsentrasi standar asam tanat 3,4 dan 5 ppm
daun katuk untuk mengetahui daya basmi terhadap
sedangkan untuk kadar saponin pada daun katuk di
penyakit cacing dan juga disarankan untuk
peroleh kadar sebesar 2,92%, 17,81% dan 31,73%
melakukan perbandingan kadar tanin dan saponin
dengan menggunakan konsentrasi standar asam tanat
pada musim dan lokasi yang bebeda dari ketiga
10, 20 dan 30 ppm. Pada penelitian Apri (2022) pada
dedaunan tersebut.
daun turi diperoleh kadar tanin sebesar 13,82%,
18,38% dan 20,65% dengan menggunakan
DAFTAR PUSTAKA
konsentrasi standar asam tanat 50, 100 dan 150 ppm
sedangkan untuk kadar saponin pada daun turi di Apri Sanjani. Mashur, Dina Oktaviana dan
peroleh sebesar 14,55%, 19,64% dan 25,00% dengan Novariana SulsiaIsta’in Ningtyas (2022).

http://www.sangkareang.org/ Volume 9, No. 3, September 2022


10|Jurnal Ilmiah Sangkareang Mataram p-ISSN:2355-9292/e-ISSN:2775-2127

Identifikasi Kandungan Tanin dan Saponin


Hijauan Pakan Sapi Potong di Senayan
Kabupaten Sumbawa Barat. Jurnal
Sangkareang Mataram. Vol. 9 No. 2 (2022):
Juni 2022.
ttps://sangkareang.org/index.php/SANGKA
REANG/article/view/485
Asuquo & Udobi, 2016. Antibacterial and Toxicity
Studies of the Ethanol Extract of Musa
paradisiaca Leaf. Cogent biology,
2,1219248.
Mashur, 2017. The Main Problem of Smallholder
Farming in Facing the ASEAN Economic
Community in the Producing Region of Beef
Cattle in West Nusa Tenggara. The 5th
international seminar of animal nutrition and
feed sciences “improving livestock
productivity, quality and safety to respond to
the increasing demand from upper and
middle-class consumers”. Mataram
University. pp. 276-294.
Milchah, 1977, Membandingkan Metoda Titrimetri
dengan Gravimetri pada Penetapan Kadar
Tanin dari Daun Psidium Guajava yang
telah Gugur Fakultas Farmasi Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta
Negara, A. and A. Sofyan. 2008.Penentuan aktivitas
biologis tannin beberapa hijauan secara
invitro menggunakan ‘hohenheim gas test’
dengan polietilen glikol sebagai determinan.
Media Peternakan31(1): 44-52.
Novia, A. F. (2021). Potensi Daun Katuk Sebagai
Penurun Kadar Lemak Pada Produk Unggas
Melalui Skrining Fitokimia . Jurnal Ilmu
Pertanian dan Ilmu Peternakan.
Nurdiana, A. R. 2013. Uji Ekstrak Daun Singkong
(Manihot esculenta) terhadap Jumlah
Neutrofil pada Proses Penyembuhan Luka
Tikus (Rattus norvegiccus). Jember.
Soulsby, E.J.L (1982). Helminths, Arthropods and
Protozoa of Domestik Animals (sixth
Edition). Baltimore : Wiliams and Wilkins
comfany

Volume 9, No. 3, September 2022 http://www.sangkareang.org/

Anda mungkin juga menyukai