Anda di halaman 1dari 27

Modul Kimia Kelas

X FASE E
KIMIA HIJAU DAN PEMANASAN GLOBAL

HASTIN KURNIASIH, S.Si., M.Si.


SMA NEGERI 1 PRINGSEWU

1
KIMIA HIJAU DAN PEMANASAN GLOBAL
KIMIA KELAS X

PENYUSUN
KIMIA HIJAU DAN PEMANASAN GLOBAL M.Si.
HASTIN KURNIASIH,S.Si.,

SMA NEGERI 1 PRINGSEWU


Identitas Umum
Nama Penulis : Hastin Kurniasih, S.Si., M.Si.

2
Institusi : SMA N 1 PRINGSEWU
Tahun Penyusunan : 2022
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu menjelaskan pengertian dan pentingnya kimia hijau melalui artikel ledakan pabrik

kimia
PertanyaanPemantik:
Bagaimana cara melestarikan lingkungan melalui proses kimia dalam kehidupan sehari-hari ?

Profil pembelajar Pancasila :bernalar kritis, mandiri.

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

A) STIMULUS

Amatilah gambar ledakan pabrik kimia berikut.

Gambar 1.
Ledakan Pabrik Kimia Sumber : Puspaningsih, R. Ayuk. Tjahjadarmawan, Elizabeth. Krisdianti, R.
Niken. (2021). Ilmu Pengetahuan Alam SMA Kelas X.

Sebuah pabrik kimia yang berada di Kota Cilegon, meledak dengan mengeluarkan suara yang sangat
keras. Kepulan asap hitam pekat, bau gas kimia menyengat sangat mengganggu pernafasan warga
yang mengeluhkan mata perih dan susah bernafas usai suara ledakan itu. Akibatnya, warga yang
lokasinya berada tidak jauh dari pabrik kimia tersebut harus mengungsi. Diduga bahan kimia yang
bocor adalah formalin dengan rumus kimia CH2O. Menurut www.pom.go.id, pada umumnya larutan
formalin 37% dalam air digunakan sebagai bahan baku pada industri panel kayu, seperti kayu lapis,

3
papan partikel, papan serat berkerapatan sedang, perlengkapan rumah tangga, dan lem emulsi yang
dapat digunakan secara luas di berbagai industri

D) PEMBUKTIAN

Baca dan analisis artikel berikut lalu jawablah pertanyaan yang ada di bagian bawah artikel ini. Dirgha
Raj Joshi and Nisha Adhikari. 2019. Green Chemistry : Beginning, Recent Progress, and Future
Challenges. Word Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. Volume 8, Issue 7, 280-293

Green Chemistry atau kimia hijau berhubungan dengan bagaimana mendesain produk kimia dan
prosesnya untuk mengurangi atau menghilangkan penggunaan bahan-bahan kimia yang berbahaya
bagi manusia, hewan, dan lingkungan tempat kita tinggal. Bahaya di sini bisa berupa ledakan isik, sifat
mudah terbakar, toksikologi-mutagenik, karsinogenik, termasuk perubahan iklim global, penipisan
lapisan ozon, pencemaran lingkungan lainnya, dan paparan kimia. Efek zat berbahaya terhadap

4
lingkungan, air, udara, makanan, pertanian, perubahan iklim, dan banyak lagi bahaya di setiap sudut
lingkungan membuat kita semakin waspada untuk lebih fokus dan mempraktikkan konsep yang lebih
hijau. Dalam konsep kimia untuk pengembangan berkelanjutan, kita harus selalu memikirkan pilihan
yang lebih aman dan lebih baik pada pilihan bahan maupun proses kimia. Penggantian
kloroluorokarbon dengan hidrokloroluorokarbo n (HClFC) dan hidroluorokarbon (HFC) yang lebih
aman mencegah risiko besar terkait lapisan ozon bumi tempat kita tinggal. Pengurangan penggunaan
bahan bakar fosil dan pengembangan pestisida yang lebih aman bagi lingkungan membuat perubahan
besar. Meskipun banyak pendekatan dilakukan dari banyak sisi, namun setiap individu perlu berpikir
bahwa rumah, ruang tidur, dan dapur mereka sendiri haruslah lebih aman dan mengurangi bahaya
paparan bahan kimia di sekitar kita. Hal-hal ini membuat kita menjadi lebih bertanggung jawab
sebagai masyarakat global.

https://www.researchgate.net/publication/334163727_GREEN_CHEMISTRY_BEGIN
NING_RECENT_PROGRESS_AND_FUTURE_CHALLENGES

F) SOAL LATIHAN

JAWABLAH BEBERAPA PERTANYAAN BERIKUT.

1. Simpulkan pengertian kimia hijau dengan kritis dan kreatif.

2. Tuliskan 3 proses kimia yang terjadi pada lingkungan ?

3. Tuliskan persamaan reaksi kimia pada setiap proses kimia yang terjadi ?

4. Bagaimana mengkaitkan proses kimia yang terjadi dengan upaya pelestarian lingkungan ?

5. Simpulkan apakah pentingnya kimia hijau dengan kritis dan kreatif.

5
PENGANTAR AWAL KIMIA HIJAU

Halo Pelajar Pancasila tahukah Kalian bahwa aktivitas yang kita lakukan dan lingkungan di sekitar kita
selalu terkait dengan proses kimia yang melibatkan reaksi kimia. Coba diskusikan dalam kelompok
adakah proses kimia di sekitar Kalian? Kalian boleh mencarinya melalui berbagai sumber lalu tulis proses
yang ditemukan pada buku catatan Kalian.

Sebagian besar dari Kalian akan berpikir bahwa proses kimia itu menghasilkan hal-hal misalnya suara
ledakan yang keras, gumpalan asap, nyala api, aroma yang menyengat, atau bahkan zat-zat yang
beracun sehingga proses kimia cenderung dianggap berbahaya dan dihindari. Mari kita lihat lebih dahulu
contoh-contoh proses kimia beserta reaksi kimia yang ada di sekitar kita.

CONTOH 1

Proses kimia : Fotosintesis

Persamaan reaksi kimia : 6 CO2 (g) + 6 H2O (l) → C6H12O6 (s) + 6 O2 (g)

6
Penjelasan reaksi kimia :

1) Reaksi fotosintesis yang dibantu sinar uv memerlukan gas CO2. Gas ini dikenal sebagai gas rumah kaca
yang menyebabkan peningkatan suhu bumi. Dengan adanya fotosintesis akan mengurangi jumlah gas
CO2 sehingga turut mengurangi pemanasan global.

2) Produk dari reaksi fotosintesis adalah gula glukosa (C6H12O6) dan gas Oksigen (O2). Glukosa sebagai
sumber energi bagi tanaman untuk bertumbuh sedangkan gas Oksigen yang dihasilkan bermanfaat
untuk kehidupan manusia dan hewan.

CONTOH 2

Proses kimia : Pembakaran tidak sempurna

Persamaan reaksi kimia : 3 CxHy (g) + ( 3/2 x + 3/4 y) O2 (g) → x CO2 (g) + 3/2 y H2O (l) + x CO (g) + x C (s)

Penjelasan reaksi kimia :

Proses pembakaran sampah dilakukan di ruang terbuka artinya jumlah udara yang digunakan untuk
membakar sampah terbatas. Salah satu komponen udara adalah gas oksigen (O 2). Jika jumlah udara
terbatas maka jumlah gas O2 juga berkurang akibatnya pembakaran ini menghasilkan gas karbon
monoksida (CO) dan padatan arang karbon (C) yang mencemari udara sekitar.

CONTOH 3

Proses kimia : Perkaratan besi

Persamaan reaksi kimia : 4 Fe (s) + 3 O2 (g) + 2x H2O (l) → 2 Fe2O3 . x H2O (s)

Penjelasan reaksi kimia :

Jika benda yang terbuat dari besi (Fe) bereaksi dengan udara maka lama-kelamaan akan terjadi
perkaratan (Fe2O3.x H2O) sehingga benda akan rusak.

Mengapa? Karena udara mengandung gas oksigen (O 2) dan uap air (H2O). Perkaratan ini ditandai dengan
munculnya lapisan tipis berwarna merah kecoklatan pada permukaan benda.

CONTOH 4

Proses kimia : Pemanggangan roti

Persamaan reaksi kimia : 2 NaHCO3 (s) → Na2CO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)

Penjelasan reaksi kimia :

Soda kue atau NaHCO3 jika dipanaskan akan menghasilkan gas CO2. Gas ini memberi tekanan pada
dinding adonan roti sehingga membentuk rongga-rongga. Keadaan ini membuat roti mengembang dan
menjadi lebih empuk.

Berdasarkan contoh-contoh tersebut, bagaimana pendapat Kalian terhadap proses dan reaksi kimia?
Tulislah jawaban Kalian di buku catatan Kalian

Ternyata proses kimia tidak selamanya menakutkan kita. Ada proses kimia yang baik, bermanfaat, dan
aman bagi lingkungan. Proses kimia ini akan menjaga bumi kita tetap lestari, aman, dan sejahtera,
demikian pula lingkungan akan tetap terjaga. Proses kimia seperti ini dikenal sebagai reaksi kimia hijau.

7
Prinsip kimia hijau pertama kali dicetuskan oleh Paul Anastas pada tahun 1998 sebagai Father of Green
Chemistry bersama John Warner. Untuk lebih mengenal kimia hijau, marilah kita simak bersama Sejarah
Kimia Hijau, Pengertian dan Pentingya Kimia Hijau serta Rencana Pembangunan Berkelanjutan pada
wacana berikut. A) SEJARAH KIMIA HIJAU Ide kimia hijau pada awalnya dikembangkan sebagai
tanggapan terhadap UndangUndang Pencegahan Polusi tahun 1990, yang menyatakan bahwa kebijakan
nasional Amerika Serikat harus membatasi atau mengurangi polusi dengan menggunakan desain proses
yang lebih baik (termasuk produksi perubahan dalam biaya produk, proses pembuatan, penggunaan

bahan mentah, dan daur ulang). Badan Lingkungan Amerika Serikat (EPA) yang dikenal sebagai badan
pengatur kesehatan manusia dan lingkungan, berpindah dari kebijakan command and control policy dan
mengimplementasikan ide Kimia Hijau. Pada tahun 1991, EPA telah meluncurkan program hibah
penelitian yang mendorong perancangan ulang desain produk dan proses kimia yang ada untuk
mengurangi dampak buruk terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. EPA yang kemudian bekerja
sama dengan US National Science Foundation (NSF) mendanai penelitian dasar tentang kimia hijau pada
awal tahun 1990-an. Pengenalan Penghargaan Presiden Green Chemistry Challenge tahunan pada tahun
1996 berhasil menarik perhatian akademisi dan industri kimia hijau. Program penghargaan dan teknologi
tersebut sekarang menjadi landasan dalam kurikulum pendidikan kimia hijau. Pada pertengahan hingga
akhir tahun 1990-an terjadi peningkatan jumlah pertemuan internasional kimia hijau yang diadakan,
seperti Konferensi Penelitian Gordon tentang Kimia Hijau, dan jaringan kimia hijau yang telah
berkembang di Amerika Serikat, Britania raya, Spanyol, dan Italia. B) PENGERTIAN DAN PENTINGNYA
KIMIA HIJAU Pengertian secara umum green chemistry adalah suatu metode baru untuk mengurangi
bahaya bahan kimia, disamping memproduksi produk dengan cara yang lebih efisien dan lebih hemat
(Kenneth & James,2004). Menurut Anastas dan Tracy C (1996), green chemistry adalah penggunaan
teknik dan metode secara kimia untuk mengurangi atau mengeliminasi penggunaan bahan dasar,
produk, produk samping, pelarut, pereaksi yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan masalah
lingkungan. Tujuan green chemistry adalah untuk mencegah atau mengurangi masalah lingkungan.
Menurut Rashmi Sanghi (2003), green chemistry merupakan bagian yang esensial dalam program yang
komprehensif untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan. Secara umum green chemistry
berhubungan dengan halhal untuk meminimalkan buangan pada sumbernya, pemakaian katalisator
dalam reaksi, penggunaan pereaksi (reagents) yang tidak berbahaya, penggunaan bahan dasar yang
dapat diperbaharui, peningkatan efisiensi ekonomi, pelarut yang ramah lingkungan serta dapat didaur
ulang. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa green chemistry adalah proses
kimia atau teknologi yang dapat memperbaiki lingkungan dan kualitas hidup. Istilah kimia digunakan
dalam “green chemistry” dimaksudkan karena melibatkan struktur dan perubahan suatu materi.
Perubahan tersebut melibatkan energi sebagai sumbernya. Oleh karena itu, konsep green chemistry ini
juga berkaitan erat dengan energi dan penggunaannya, baik secara langsung maupun tidak langsung
seperti penggunaan suatu material dalam hal pembuatan, penyimpanan dan proses penyalurannya.
Upaya memperbaiki lingkungan dan memecahkan masalah lingkungan yang ditawarkan dalam green
chemistry sangat bervariasi terutama pada tahap perencanaan. Hal ini disebabkan karena jenis bahan
kimia dan jenis transformasinya juga bervariasi. Akan tetapi, pemecahan masalah tersebut dapat
dikelompokkan dalam dua komponen yaitu pemecahan masalah yang berkaitan dengan bahan mentah
(feedstock) dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan kondisi reaksi. Misalnya dalam rancangan
sintesisnya, tidak melihat pada molekul akhir yang dihasilkan, akan tetapi pada jalur (pathway) sintesis
yang digunakan untuk menghasilkan molekul akhir tersebut. Dengan memodifikasi jalur sintesisnya,
maka akan didapatkan produk akhir yang sama dengan cara yang konvensional, namun toksisitas bahan
dasar, produk maupun buangannya dapat dikurangi. Menurut Anastas & Warner hal yang penting dalam
green chemistry adalah : 1) Mencegah terjadinya limbah di tempat pertama 2) Menggunakan pereaksi

8
dan pelarut yang aman 3) Melakukan perobahan reaksi secara selektif dan efisien 4) Menghindari
produk dan reaksi kimia yang tidak perlu C) PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Terkait dengan agenda
pembangunan, pembangunan saat ini diarahkan pada pembangunan berkelanjutan dimana Word
Commision on Environment and development (WCED), yaitu Komisi Sedunia Lingkungan Hidup dan
pembangunan telah mensyaratkan bahwa dalam pembangunan harus meningkatkan produksi dengan
cara yang ramah lingkungan serta menjamin terciptanya kesempatan yang merata dan adil bagi semua
orang dimana taraf hidup masyarakat ditingkatkan dengan cara yang tidak merusak lingkungan hidup.
Pembangunan diharapkan mengacu kepada pembangunan yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan menuju terbentuknya green globe (bumi yang hijau/lestari). Berkaitan dengan hal di atas,
proses pembangunan di Indonesia memang mampu memberikan sumbangan yang signifikan pada
pertumbuhan ekonomi, namun menimbulkan masalah, antara lain masalah pencemaran lingkungan
yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang beracun dan berbahaya yang berdampak pada kesehatan
manusia dan lingkungan. Maka tidaklah keliru jika kondisi tersebut mendorong munculnya chemopobia
dari masyarakat yang menganggap kimia sebagai racun dan penyebab timbulnya pencemaran
lingkungan. Memperhatikan kondisi di atas, dewasa ini para ahli kimia melakukan usaha untuk mencari
bahan dasar yang tidak berbahaya dan mengubah proses-proses kimia dalam industri menjadi lebih
aman dan lebih bersih. Usaha tersebut lebih dikenal dengan nama green chemistry. Sebagai bidang
kajian kimia yang relatif baru, green chemisty memfokuskan kajiannya pada penerapan sejumlah prinsip
kimia yaitu dalam merancang, menggunakan atau memproduksi bahan kimia untuk mengurangi
pemakaian atau produksi zat berbahaya. Bidang kajian ini mencakup konsep dan pendekatan yang
efektif untuk mencegah pencemaran, karena penerapan metode pemecahan masalah secara ilmiah dan
inovatif terhadap bahaya pencemaran akibat bahan kimia beracun langsung pada sumbernya.
Mengingat konsep dan pendekatan green chemistry sebagai pendekatan untuk pencegahan
pencemaran akibat bahan-bahan kimia yang dapat merusak lingkungan dan kesehatan, perlu dipikirkan
bagaimana menerapkan gagasan konsep dan gagasan green chemistry ini dalam pembelajaran kimia di
sekolah maupun perguruan tinggi di Indonesia

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

Tabel 1. Prinsip Kimia Hijau

9
10
Petunjuk melakukan Aktivitas :

1) Cermati dan maknai ke-12 prinsip kimia hijau pada tabel 1. (Stimulus)

2) Temukan permasalahan yang selama ini menyimpang dari prinsip kimia hijau, lalu sarankan solusi
untuk mengatasinya. (Identifikasi Masalah)

3) Carilah informasi yang diperlukan dari berbagai sumber. (Pengumpulan Data)

4) Rangkumlah hasil diskusi Kalian lalu tulis dalam bentuk tabel (Lihat Contoh pada tabel 2).

5) Komunikasikanlah hasil diskusi Kalian dalam diskusi kelas.

6) Cocokkanlah jawaban hasil diskusi dengan literatur yang telah dibaca. Cantumkan sumber literatur
sebagai wujud perilaku jujur Kalian. (Pembuktian)

Tabel 2. Hubungan prinsip kimia hijau terhadap fakta dan solusi dalam mendukung upaya pelestarian
lingkungan.

11
12
1. Berikut ini merupakan wujud kontribusi terhadap prinsip kimia hijau :

i. Menggunakan bahan kimia secukupnya

ii. Membuang bahan kimia pada tempatnya

13
iii. Menyimpan bahan kimia dengan cara yang benar

iv. Mengganti bahan kimia berbahaya dengan bahan alam yang lebih ramah lingkungan

v. Menggunakan kembali bahan plastik Pernyataan yang benar mengenai prinsip kimia hijau terdapat
pada nomor…..

A. i dan ii

B. ii dan iii

C. iii dan iv

D. iv dan v

E. semua benar

2. Siapakah tokoh yang mengembangkan prinsip kimia hijau adalah ?

A. Paul Anastas dan Herry

B. John C Warner dan Augusto

C. Paul Anastas dan John C. Warner

D. John C. Warner dan Herry

E. Augusto dan Herry

3. Prinsip kimia hijau dikemukakan pada tahun…….

A. 1999 B. 2000 C. 1998 D. 1997 E. 2001

4. Salah satu pokok bahasan yang terdapat pada prinsip kimia hijau yaitu……

A. Cara untuk mengurangi dampak dari produksi bahan-bahan kimia terhadap lingkungan dan kesehatan
manusia

B. Menambah wawasan pelestarian lingkungan melalui prinsip kimia hijau

C. Mengurangi penggunaan bahan kimia sintesis yang berbahaya terhadap lingkungan

D. Penggunaan bahan baku komersial

E. Pemanfaatan bahan kimia yang berasal dari alam

5. “Transformasi kimia untuk meminimalkan produksi limbah berbahaya merupakan langkah pertama
yang penting dalam pencegahan polusi” merupakan tujuan dari prinsip kimia……….

A. Mencegah limbah

B. Memaksimalkan nilai ekonomi suatu atom

C. Sintesis kimia yang bahayanya sedikit

D. Mengurangi bahan turunan kimia E. Mendesain proses yang melibatkan bahan kimia yang aman 6.
Apa tujuan dari memaksimalkan nilai ekonomi suatu atom ?

A. Mendesai reaksi kimia dan rute sintesis yang aman

14
B. Mengurangi tahapan reaksi, tambahan bahan kimia, dan produksi limbah

C. Memudahkan bahan kimia terdegradasi dan tidak terakumulasi di lingkungan

D. Mengurangi limbah pada level molekul dengan memaksimalkan jumlah atom dari semua pereaksi
menjadi produk akhir

E. Meningkatkan selektifitas, mengurangi limbah, waktu reaksi, dan energi dalam suatu reaksi

7. Perhatikan beberapa simbol berikut :

Yang merupakan simbol dari menggunakan bahan baku terbarukan terdapat pada gambar nomor ……….
A. i B. ii C. iii D. iv E. v

8. Senyawa yang digunakan sebagai biosida ramah lingkungan yang dibuat oleh Albright dan Wilson
adalah……..

A. 2,3-dinatrium-2-pentil-3-isotyiazolin-3-ol

B. 3,4-dibromo-2-heksil-4-isotyiazolin-3-ol

C. 2,5-difluoro-2-nonil-4-isotyiazolin-2-ol

D. 4,5-dikloro-2-oktil-4-isotyiazolin-3-on

E. 2,3-dikloro-2-oktil-4-isotyiazolin-2-on

9. Senyawa yang banyak dimanfaatkan sebagai pelarut dalam industri oleh karena memiliki kandungan
racun yang rendah adalah…….

A. Natrium klorida

B. Hidrogen peroksida

C. hidrogen sulfida

D. Kalsium oksida

E. Super kritikal karbon dioksida

10. Bahan baku yang dapat menggantikan bensin sebagai bahan bakar kendaraan adalah…..

15
A. Biomassa B. Minyak jagung

C. Etanol dan biodiesel

D. Distilasi plastik

E. n-butanol

E. PRINSIP KIMIA HIJAU DALAM MENDUKUNG UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN

Kimia hijau bukan hanya terkait dengan penggunaan dan produksi bahan kimia yang aman saja. Prinsip
kimia hijau dapat Kalian terapkan sendiri di rumah. Bahan kimia apa saja yang digunakan di rumah?
Bagaimana cara Kalian menggunakannya? Bagaimana agar penggunaan bahan kimia di rumah dapat
memberikan kontribusi terhadap prinsip kimia hijau? Menggunakan bahan kimia secukupnya,
membuang bahan kimia pada tempatnya, menyimpan bahan kimia dengan cara yang benar, mengganti
bahan kimia yang berbahaya dengan bahan alam yang lebih ramah lingkungan, serta menggunakan
kembali bahan plastik merupakan wujud kontribusi Kalian terhadap prinsip kimia hijau. Prinsip kimia
hijau sangat memberikan kontribusi terhadap pelestarian lingkungan.

Sumber : Puspaningsih, R. Ayuk. Tjahjadarmawan, Elizabeth. Krisdianti, R. Niken. (2021). Ilmu


Pengetahuan Alam SMA Kelas X.

Pada tahun 1998, Paul Anastas bersama dengan John C. Warner mengembangkan prinsip yang dijadikan
sebagai pdanuan dalam praktik kimia hijau. Kedua belas prinsip tersebut membahas berbagai cara untuk
mengurangi dampak dari produksi bahan-bahan kimia terhadap lingkungan dan kesehatan manusia,
serta juga menunjukkan prioritas penelitian dalam pengembangan teknologi kimia hijau.

Dua belas prinsip kimia hijau yang dikembangkan oleh Paul Anastas dan John Warner, yaitu :

1. Mencegah terjadinya limbah lebih baik daripada mengolah dan membersihkannya Yaitu bagaiamana
kemampuan kimiawan untuk merancang ulang transformasi kimia untuk meminimalkan produksi limbah
berbahaya merupakan langkah pertama yang penting dalam pencegahan polusi. Dengan mencegah
generasi sampah, kita meminimalkan bahaya yang berhubungan dengan limbah, transportasi,
penyimpanan dan perawatan.

2. Ekonomi atom, metoda sintesis yang efisien Sebuah konsep perancangan proses kimia yang bisa
mengubah semaksimal mungkin bahan baku menjadi produk target ketimbang menghasilkan senyawa
sampingan (side product). Metode sintetis seharusnya didesain untuk memaksimalkan penggabungan
dari semua bahan yang digunakan dalam proses menjadi produk akhir. Pemanfaatan atom, efisiensi
atom atau konsep ekonomi dari atom merupakan sarana yang sangat berguna untuk mempercepat

16
evaluasi jumlah limbah yang dihasilkan pada proses alternatif. Efisiensi atom dihitung dari massa
molekul produk dibagi dengan jumlah total massa molekul senyawa yang terbentuk pada kondisi reaksi
stoikiometrik yang terlibat.

3. Melakukan sintesis kimia yang tidak berbahaya Mendesain sintesa untuk digunakan dan menghasilkan
zat kimia yang tidak atau hanya sedikit menjadi racun bagi manusia dan lingkungannya. Memilih metode
yang lebih aman dikimia adalah seperti menggunakan obeng bukan pisau untuk mengencangkan sekrup.
Pisau mungkin mampu mengencangkan sekrup, tapi itu berbahaya. Contoh dari konsep ini adalah
penggantian reaksi klorinasi dalam pembentukan intermediet 4-aminodifenilamina pada produksi karet
dimana klorin merupakan senyawa yang beracun, yang diganti dengan rekasi kopling langsung aniline
dengan nitrobenzene yang teraktifkan oleh basa. Hasil dari penggantian tersebut berupa limbah organic,
anorganik, dan air yang masing-masing 70%, 99%, dan 97% lebih kecil.

4. Mendesain senyawa kimia yang tak beracun Produk kimia harus dirancang sedemikian rupa sehingga
menghasilkan fungsi sebagaimana yang diinginkan dan memberikan toksisitas seminimal mungkin.
Misalnya biosida ramah lingkungan yang berbasis pada 4,5-dikloro-2-oktil-4-isotyiazolin-3-on yang
dibuat oleh Albright dan Wilson Americas sebagai pengganti biosida konvensional yang sangat beracun
pada organisme air dan manusia.

5. Pemakaian pelarut dan bahan-bahan yang aman Pelarut sangat diperlukan dalam sebagian besar
reaksi karena pelarut merupakan media untuk campur, transfer panas, dan kadang mengontrol
reaktifitas pereaksi. Penggunakan pelarut biasanya mengarah ke produksi limbah. Oleh karena itu
penurunan volume pelarut atau bahkan penghapusan total pelarut akan lebih baik. Dalam kasus di mana
pelarut diperlukan, hendaknya perlu diperhatikan penggunaan pelarut yang cukup aman. Kebanyakan
pelarut bersifat mudah terbakar atau beracun, dan hamper semuanya merupakan senyawa organic yang
mudah menguap sehingga menyumbang pencemaran udara. Supercritical Carbon Dioxide adalah karbon
dioksida (CO2) yang berada dalam fase cair (liquid phase), yang berada pada temperatur dan tekanan
kritis yakni temperatur lebih dari 31,1℃ dan tekanan 73,3 atm. Zat ini banyak dimanfaatkan sebagai
pelarut dalam industri oleh karena zat ini memiliki kandungan racun yang rendah dan tidak memiliki
dampak lingkungan yang berarti. Selain itu, rendahnya temperatur dari proses dan stabilitas CO 2
memungkinkannya berfungsi sebagai pelarut layaknya aqua distilata.

6. Mendesain pemakaian energi yang efisien Kebutuhan energi yang berdampak pada lingkungan dan
ekonomi harus diminimalkan. Jika mungkin, metode sintetis dan pemurnian harus dirancang untuk suhu
dan tekanan ruang, sehingga biaya energi yang berkaitan dengan suhu dan tekanan ekstrim dapat
diminimalkan.

7. Pemakaian bahan baku yang dapat diperbaharui Minyak bukan merupakan sumber daya terbarukan.
Sebanyak 90% - 95% dari produk yang kita gunakan (botol plastik, farmasi, cat, non-stick coating, kain,
dll) berasal dari minyak. Bahan baku terbarukan (jagung, kentang, biomassa) dapat digunakan untuk
membuat banyak Produk : bahan bakar (etanol dan bio-diesel), plastik dan lainnya.

8. Mengurangi senyawa turunan yang tak perlu Derivatisasi yang tidak perlu (penggunaan kelompok
blocking, proteksi / deproteksi, modifikasi sementara proses fisika / proses kimia) harus dikurangi atau
dihindari jika mungkin, karena langkah-langkah seperti ini membutuhkan reagen tambahan dan dapat
menghasilkan limbah. Transformasi Sintetik yang lebih selektif akan menghilangkan atau mengurangi
kebutuhan untuk proteksi gugus fungsi. Selain itu, urutan sintetis alternatif dapat menghilangkan
kebutuhan untuk mengubah gugus fungsi dengan ada gugus fungis lain yang lebih sensitif.

17
9. Pemakaian katalis sangat baik secara stoikiometris Secara stoikiometri katalis dengan selektivitas yang
tinggi memang lebih unggul dalam reaksi. Katalis dapat memainkan beberapa peran dalam proses
transformasi, antara lain dapat meningkatkan selektivitas reaksi, mengurangi suhu transformasi,
meningkatkan tingkat konversi produk dan mengurangi limbah reagen (karena mereka tidak dikonsumsi
selama reaksi). Dengan mengurangi suhu, kita dapat menghemat energi dan berpotensi menghindari
reaksi samping yang tidak diinginkan.

10. Desain produk yang mudah terdegradasi Produk kimia seharusnya didesain hingga pada akhir
fungsinya nanti mereka dapat terurai menjadi produk degradasi yang tidak berbahaya ketika mereka
dilepaskan ke lingkungan. Disinilah arti pentingnya sintesis material sehari-hari yang biodegradable,
misalnya biopolimer, plastik ramah lingkungan, dan lainnya

11. Pencegahan polusi lingkungan Metodologi analitis perlu lebih dikembangkan untuk memungkinkan
real-time proses monitoring dan kontrol sebelum pembentukan zat berbahaya. Waktu analisis riil untuk
ahli kimia adalah proses "memeriksa kemajuan reaksi kimia seperti yang terjadi.

12. Pencegahan terhadap kecelakaan Salah satu cara untuk meminimalkan potensi kecelakaan kimia
adalah memilih pereaksi dan pelarut yang memperkecil potensi ledakan, kebakaran dan kecelakaan
yang tak disengaja. Risiko yang terkait dengan jenis kecelakaan ini kadang-kadang dapat dikurangi
dengan mengubah bentuk (padat, cair atau gas) atau komposisi dari reagen.

CONTOH PENERAPAN PRINSIP KIMIA HIJAU DALAM MENDUKUNG TERCAPAINYA KOTA CERDAS (SMART
CITY)

Visi Kota Cerdas/Smart City, adalah perkotaan masa depan, yang dikembangkan agar memiliki
lingkungan yang aman, terjamin, hijau serta efisien. Semua sistem dan strukturnya – baik sumberdaya
listrik dan gas, air, transportasi dan sebagainya dirancang, dibangun, dan dikelola dengan memanfaatkan
kemajuan di bidang materi terintegrasi, sensor, elektronik, dan jejaring yang dihubungkan dengan
sistem komputer untuk database, pelacakan, dan algoritma untuk pengambilan keputusan (Calvillo,
Sanchez-Miralles, & Viilar, 2016).

Untuk mewujudkan hal ini diperlukan penelitian dan teknologi dari berbagai bidang seperti Fisika, Kimia,
Biologi, Matematika, Ilmu Komputer, serta Teknik-teknik Sistem, Mekanika, Elektronika dan Sipil
(Woinaroschy, 2016). Konsep kota cerdas diperkenalkan untuk mengusahakan tersedianya kehidupan
perkotaan yang baik bagi penduduknya melalui pengelolaan optimal berbagai sumberdaya yang
diperlukan. Konsep kota cerdas merupakan proses kegiatan yang dilakukan untuk membuat perkotaan
menjadi nyaman untuk kehidupan penduduknya dan siap menghadapi berbagai tantangan yang
mungkin muncul. Tahun 2008 para walikota di Eropa telah menyepakati kebijakan- kebijakan
pembangunan kota berkelanjutan, yaitu mencapai tujuan 20-20-20 (20% reduksi gas buang/emisi, 20%
energi terbarukan, dan 20% peningkatan efisiensi energi) pada tahun 2020 (Woinasroschy, 2016). Kota
cerdas digambarkan dengan atribut kecerdasan dalam hal bangunan, infrastruktur, teknologi, energi,
mobilitas, penduduk, administrasi, dan pendidikan (Albino, Berardi, & Dangelico, 2015). Atribut-atribut
itu secara terintegrasi diterapkan dalam mengelola sumberdaya, mengendalikan tingkat polusi, dan
mengalokasikan energi. Sebagai penggiat pengembangan ekonomi terutama pada industri modern
seperti elektronik, teknologi informasi, bio dan nanoteknologi, yang memainkan peran penting pada
struktur dan pengelolaan kota cerdas, industri kimia yang menerapkan prinsip Kimia Hijau dapat
memainkan peranan penting pada evolusi berkelanjutan kota cerdas. Untuk Indonesia, standar kota
cerdas sedang dikembangkan, yang didasarkan pada standar internasional (Prihadi, 2016). Smart City

18
atau kota cerdas memiliki 6 (enam) indikator yaitu smart governance, pemerintahan transparan,
informatif, dan responsif; smart economy, menumbuhkan produktivitas dengan kewirausahaan dan
semangat inovasi; smart people, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan fasilitas hidup layak;
smart mobility, penyediaan sistem transportasi dan infrastruktur; smart environment, manajemen
sumber daya alam yang ramah lingkungan; dan smart living, mewujudkan kota sehat dan layak huni.
Menurut Guru Besar Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB, Suhono Harso Supangkat, yang
juga adalah inisiator kota cerdas di Indonesia, kota-kota besar di Indonesia sedang berusaha mencapai
standar kota cerdas, yang saat ini baru tercapai pada level 60. Belum sempurnanya kota cerdas di
Indonesia, menurut beliau, karena belum adanya sumber daya manusia yang mencukupi yang
menguasai berbagai teknologi pengeloaan kota cerdas dan belum adanya satu kesatuan soal standar
nasional pengelolaan kota cerdas. Dari total 514 kabupaten atau kota di Indonesia, ada 50 yang
ditargetkan oleh Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Wantiknas) dapat memenuhi
kriteria kota cerdas (Windhi, 2016).

Pemerintah juga menunjuk lima universitas untuk membuat kriteria nasional dan melakukan sosialisai
mengenai kota cerdas ini. Enam kriteria yang telah didefinisikan sebelumnya juga menjadi pertimbangan
tim Wantiknas ini. Indonesia telah mencanangkan kriteria kota cerdas dengan menerbitkan Perpres
Nomor 96 tahun 2014, yang memuat Rencana Pita Lebar Indonesia atau RPI, yang diharapkan dapat
bermanfaat, terjangkau, dan memberdayakan warga kota (Windhi, 2016). Indonesia telah
merencanakan tercapainya prinsip kota cerdas yang layak huni, aman dan nyaman pada tahun 2025,
tercapainya kota hijau dan ketahanan terhadap perubahan iklim dan kejadian bencana pada tahun 2035,
dan terciptanya kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis teknologi pada tahun 2045 (Barus, 2017).
Peranan Ilmu dan Teknologi Kimia dalam pembentukan kota cerdas, antara lain, dengan
diperkenalkannya konsep Kimia Hijau / Green Chemistry untuk pengelolaan pembangunan
berkelanjutan. Kimia Hijau / Green Chemistry, yang berfokus pada produksi dan teknologi penerapan
Ilmu Kimia yang ramah lingkungan, diperkenalkan pada awal 1990-an (Anastas & Warner, 1998). Kimia
hijau ini merupakan pendekatan untuk mengatasi masalah lingkungan baik dari segi bahan kimia yang
dihasilkan, proses, ataupun tahapan reaksi yang digunakan. Konsep ini menegaskan tentang suatu
metode yang didasarkan pada pengurangan penggunaan dan pembuatan bahan kimia berbahaya baik
itu dari segi perancangan maupun proses. Bahaya bahan kimia yang dimaksudkan dalam konsep Kimia
Hijau ini meliputi berbagai ancaman terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, termasuk toksisitas,
bahaya fisik, perubahan iklim global, dan penipisan sumber daya alam.

Anastas dan Warner (1998) menguraikan tentang konsep Kimia Hijau sebagai gabungan dari 12 prinsip.
Prinsip pertama menggambarkan ide dasar dari Kimia Hijau, yaitu pencegahan. Prinsip pertama ini
menegaskan bahwa pencegahan limbah lebih diutamakan daripada perlakuan terhadap limbah.
Selanjutnya prinsip pertama ini diikuti oleh prinsip-prinsip berikutnya yang memdanu pelaksanaan
prinsip pertama. Prinsip-prinsip Kimia Hijau yang dapat diterapkan untuk pembentukan dan pengelolaan
kota cerdas, adalah atom economy, penghindaran toksisitas, pemanfaatan solven dan media lainnya
dengan konsumsi energi seminimal mungkin, pemanfaatan bahan mentah dari sumber terbarukan, serta
penguraian produk kimia menjadi zat-zat nontoksik sederhana yang ramah lingkungan (Dhage, 2013).

Definisi aspek pengelolaan kota cerdas adalah terdiri dari sistem pengelolaan air, infrastruktur,
transportasi, energi, pengelolaan limbah, dan konsumsi bahan mentah (Albino, Berardi, & Dangelico,
2015). Dengan demikian Ilmu dan teknologi Kimia, melalui pendekatan kimia hijau dapat membuat
aspek-aspek ini dikembangkan dan dikelola dengan lebih berkelanjutan, yaitu dengan menerapkan
efisiensi energi dan anggaran yang lebih efektif dan pemanfaatan materi yang ramah lingkungan.

19
Selanjutnya uraian dalam artikel ini akan membahas peranan Ilmu dan Teknologi Kimia Hijau pada
masing-masing aspek yang membangun kota cerdas

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

PROYEK

Gambar 1. Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 PBB

https://www.sdg2030indonesia.org/an-component/media/upload-gambar-news/B.jpg

Berdasarkan ke-17 agenda tersebut, prinsip kimia hijau terintegrasi dalam enam agenda pembangunan
berkelanjutan 2030 yaitu agenda nomor 3, 6, 7, 13, 14, dan 15. Hidup sehat dan sejahtera bagi semua
manusia di bumi tentu karena lingkungan yang aman dan bebas bahanbahan berbahaya. Prinsip nomor
7 dari kimia hijau adalah penggunaan sumber energi yang dapat diperbaharui. Indonesia telah berupaya
untuk menerapkan prinsip ini yaitu dengan cara mengurangi ketergantungan terhadap sumber energi
fosil untuk menjaga kelestarian lingkungan. Dalam hal ini Presiden Joko Widodo mengakselerasi
penerapan Biosolar 30 (B30) yang dimulai pada penghujung tahun 2019. Kini pemerintah melalui
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) resmi mengimplementasi B30 di Indonesia.
Biosolar B30 sebagai bahan bakar nabati untuk mesin atau motor disel adalah lanjutan dari Biosolar 20.
Mari lakukan aktivitas kerja ilmiah berikut sebagai contoh penerapan prinsip kimia hijau di sekitar Kalian.

Contoh Penerapan Kimia Hijau pada Agenda Pembangunan Berkelanjutan A) Pendekatan Kimia Hijau
untuk Mencegah Pencemaran Zat Kimia dalam Makanan (Agenda ke-3) Ilmu dan teknologi kimia
berperan besar dalam peningkatan mutu kehidupan, karena berdampak pada perkembangan industri
obat-obatan, peningkatan penyediaan pangan dunia yang ditunjang oleh pemanfaatan pupuk dan
pestisida, serta penemuan zat-zat kimia untuk memperbaiki mutu kehidupan seperti, zat warna,
kosmetik, plastik, dan membran untuk penyaringan cairan (World Bank Group, 2012). Namun kemajuan
itu dibarengi pula dengan dampak buruk produk-produk kimia di samping limbah kimia terhadap
lingkungan termasuk kehidupan manusia, seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Untuk mencegah

20
dampak buruk inilah muncul konsep “Kimia Hijau” yang didefinisikan sebagai kimia yang ramah
lingkungan (environmentally benign chemistry) (Anastas & Warner, 1998).

Pendekatan kimia hijau memandu berbagai penemuan dan penerapan pendekatan sintesis zat-zat kimia
dengan menggunakan sumber-sumber terbarukan, kondisi-kondisi reaksi yang ramah lingkungan,
meminimalkan energi dan merancang zat-zat kimia yang tidak beracun dan jauh lebih aman (Dhage,
2013). Selanjutnya proses kimia yang digunakan diusahakan agar seminimal mungkin dalam
menimbulkan polusi pada lingkungan, dan tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan (Clark,
2005). Dalam hubungannya dengan keamanan pangan, konsep kimia hijau diterapkan sejak dari
persawahan/perladangan/perkebunan/pertanian/ perikanan sampai dengan pengolahan dan
pengemasan bahan pangan. Bekerja sama dengan konsep pertanian berkelanjutan (sustainable
agriculture) untuk mengurangi dampak buruk penggunaan zat-zat kimia untuk lingkungan pertanian,
baik pada tanah, flora, fauna, dan badan air di sekitar daerah pertanian, juga pada kesehatan petani,
yang menggunakannya dan masyarakat yang mengkonsumsi bahan makanan yang dihasilkan pertanian.

Menurut laporan United National Environment Program (UNEP) dan World Health Organization (WHO)
sekitar 3 juta orang mengalami keracunan pestisida akut dan sekitar 10–20 ribu orang meninggal karena
hal ini setiap tahun di negara-negara berkembang. Para ahli di Amerika Serikat memperkirakan bahwa
sampai dengan 20 ribu orang Amerika mungkin akan meninggal karena kanker akibat adanya residu
pestisida pada tingkat yang rendah pada makanan yang berasal dari nabati maupun hewani (Sinha,
Herat, Valani, & Chauhan, 2009). Untuk mengatasi hal ini, konsep pertanian berkelanjutan mengusulkan
membudidayakan bahan pangan yang bergizi dan dapat melindungi kesehatan manusia dengan bantuan
pupuk dan pestisida dari bahan-bahan organik yang berbasis zat-zat biologis (Sinha et al., 2009). Sejauh
mungkin, sistem pertanian organik bergantung pada rotasi tanaman, pemanfaatan residu tanaman,
pupuk kandang, kacang-kacangan, dan pupuk hijau demi menjaga produktivitas dan kesuburan tanah
untuk memasok nutrisi tanaman. Ini menekankan pada metode pencegahan dan kuratif pengendalian
hama seperti penggunaan kultivar yang tahan hama, agen biokontrol, dan metode budaya pengendalian
hama (Sinha et al., 2009). Vermicompost (produk metabolisme cacing tanah yang memakan limbah
organik)

terbukti sebagai 'pupuk organik' yang sangat bergizi dan 'promotor pertumbuhan ajaib' yang kaya
nitrogen, kalium, dan fosfor (NKP) dengan komposisi nitrogen 2-3%, kalium 1,85- 2,25% dan fosfor 1,55-
2,25%, mikronutrien, mikroba tanah yang menguntungkan dan juga mengandung 'hormon
pertumbuhan dan enzim (Sinha et al., 2009). Bukti-bukti terakumulasi di seluruh dunia termasuk studi
oleh Sinha et al. (2009), bahwa cacing tanah dan vermikompost dapat melakukan keajaiban, karena
dapat 'membangun tanah', 'memulihkan kesuburan tanah', 'mempertahankan produksi pertanian' dan
juga menyediakan 'makanan aman' bagi kemajuan peradaban. Sistem pertanian berkelanjutan juga
telah dipraktikkan di Indonesia antara lain, di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, yang menerapkan pola
budidaya pertanian berkelanjutan dengan memanfaatkan kompos, jerami dan sisa tanaman yang
dibenamkan di sawah, juga penggunaan mikroorganisme lokal, yang terbukti menghasilkan pendapatan
bersih 1,5 kali lebih banyak daripada yang menerapkan pertanian konvensional dengan menggunakan
pupuk kimia dan pestisida. Usaha-usaha pertanian berkelanjutan ini juga sudah merambah ke Karawang,
ke Jawa Tengah seperti Kabupaten Sukoharjo, Sragen, dan Bulungan (Sudjana, 2013). Semangat
penerapan pertanian berkelanjutan juga semakin besar dengan banyaknya permintaan akan beras
organik terutama di kota besar seperti Jakarta dengan permintaan sampai dengan 23 ton per minggu
(Sudjana, 2013). Peranan aktif pelaksana industri dalam menerapkan kimia hijau untuk menunjang
sektor industri kimia pertanian telah dilakukan di India, yaitu kerja sama antara beberapa industri kimia
pertanian dan obat-obatan (FICCI, 2014). Pendekatan dilakukan dengan menciptakan proses-proses

21
industri yang bertujuan mereduksi tingkat chemical oxygen demand (COD) pada air limbah hasil industri
dan mengembangkan kolaborasi sehingga dapat saling bertukar praktik baik antar berbagai industri
kimia. Kerja sama tersebut berhasil mengembangkan teknologi untuk pendekatan zero discharge
solution, yaitu teknologi pengolahan air limbah, yang memungkinkan untuk recycle, recover, dan reuse
air hasil olahan. Dengan demikian hanya sedikit sekali air yang dibuang ke lingkungan. Selain
mengembalikan 90 – 95% air yang digunakan, juga mendaur ulang produk samping dari limbah itu dapat
menghemat biaya operasi. Demikian juga perlakuan untuk mengurangi COD dengan cara memanfaatkan
H2O2, perlakuan seperti subcritical water oxidation, thermalliquid phase oxidation, isolated bacteri, dan
pemanfaatan adsorbent seperti karbon aktif. Kerja sama untuk berbagi ilmu dan keahlian dalam
penerapan kimia hijau akan menghasilkan pengembangan proses dan produk secara efisien dalam
pendanaan. Selanjutnya ada penerapan teknologi daur ulang pelarut organik yang digunakan untuk
langkah-langkah pembuatan zat kimia, seperti pada sistem fermentasi, ekstraksi, pembentukan dan
tahap akhir produk (World Bank Group/WBG, 2012). Pelarut-pelarut yang berbahaya bagi lingkungan
diganti dengan pelarut yang ramah lingkungan seperti jenis dari soy methyl ester dan laktat ester yang
berasal dari kedelai, yang mampu menggantikan pelarut yang merupakan turunan produk minyak bumi
terklorinasi (FICCI, 2014). Pelarut lain adalah ethyllactate yang dapat menggantikan pelarut tradisional
seperti toluen, aseton, dan xylene (FICCI, 2014). Pelarut-pelarut ramah lingkungan ini mudah terurai
secara biologis(biodegradable), mudah di daur ulang, menghasilkan emisi yang tidak berbahaya, bersifat
non-korosif, dan non-carcinogenik (FICCI, 2014). Pencegahan cemaran kimia dalam bahan pangan
dengan menerapkan pendekatan kimia hijau juga dilakukan dengan menerapkan regulasi yang ketat
pada berbagai industri yang berisiko mencemari lingkungan seperti memastikan bahwa limbah cair dan
padat diolah dahulu sebelum dibuang ke lingkungan (Mustafa, 2016). Selain penerapan prinsip-prinsip
kimia hijau seperti siklus tertutup pada industri bahan makanan, juga dapat diadvokasi upaya
memperbaiki sikap hidup masyarakat agar mau menerapkan pengendalian limbah rumah tangga dan
industri, memanfaatkan limbah industri pertanian dan peternakan untuk dijadikan sumber daya dan
energi terbarukan, serta usaha menggunakan bahan-bahan kimia yang ramah lingkungan seperti cat dan
bahan-bahan bangunan (Mustafa, 2016). Industri bahan pengemasan pangan juga sudah
memperhatikan bahan-bahan kemasan pangan yang aman bagi pangan dan mudah didaur ulang atau
bersifat biodegradable terutama bahan pengemas dari plastik, laminating logam dengan plastik atau
kertas dengan plastik (Marsh & Bugushu, 2007; Raheem, 2012). Sosialisasi gaya hidup yang sehat
berkenaan dengan penyediaan dan konsumsi makanan yang aman juga telah dilaksanakan di Indonesia,
antara lain pemberdayaan masyarakat pertanian alami perkotaan (Huda & Harijati, 2016; Susilo &
Wijanarko, 2016), serta peraturan mengenai jajan sehat untuk anak sekolah. Berdasarkan Laporan Akhir
Hasil Monitoring Dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajan Anak Sekolah (PJAS) Nasional tahun 2008,
menunjukkan bahwa 98,9% anak jajan di sekolah dan hanya 1% yang tidak pernah jajan (BPOM, 2013).
PJAS ini menyumbang 31,06% energi dan 27,44% protein dari konsumsi pangan harian (BPOM, 2013).
PJAS selain berfungsi sebagai sumber pangan jajanan juga dapat berfungsi sebagai sumber pangan
sarapan. Dengan mempertimbangkan keadaan ini Direktorat Standarisasi Produk Pangan, Deputi Bidang
Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, BPOM-RI, telah menerbitkan buku Pedoman
Pangan Jajanan Anak Sekolah untuk Pencapaian Gizi Seimbang, untuk orangtua, guru, dan pengelola
kantin guna mengarahkan pemenuhan gizi dari pangan jajanan aman dan sehat bagi anak sekolah yang
tidak atau kurang sarapan dan tidak membawa bekal (BPOM, 2013). Pada 2011 sampai dengan 2014,
Kementerian Kesehatan telah melakukan analisis terhadap pangan jajanan anak sekolah SD/MI (Pusat
Data dan Informasi Kemenkes, 2015). Setiap tahun diambil sampel pangan jajan dari 4500 sekolah, dan
dilakukan pembinaan terhadap sekolah yang telah disampel mulai tahun 2012. Hasil pengujian terhadap
10.429 sampel menunjukkan 76,18% memenuhi syarat dan 28,82% tidak memenuhi syarat keamanan
pangan. Penyebab tidak memenuhi syarat karena pencemaran oleh mikroba, BTP (bahan tambahan

22
pangan) yang berlebihan, dan penggunaan bahan berbahaya. Jajanan yang diuji adalah bakso sebelum
diseduh, jeli/agar-agar dan produk gelatin lain, minuman es, mie yang siap dikonsumsi, minuman
berwarna dan sirup, kudapan (gorengan seperti: bakwan, tahu goreng, cilok, sosis, batagor, empek-
empek), lontong, dan lain-lain, makanan ringan (kerupuk, keripik, produk ekstrusi, dan sejenisnya). Hasil
pemeriksaan yang paling tidak memenuhi syarat adalah berturut-turut dari yang paling tinggi, minuman
berwarna/sirup, minuman es, jeli/agar-agar, dan bakso. Penyebab tidak memenuhi syaratkeamanan
pangan adalah karena menggunakan bahan berbahaya yang dilarang untuk pangan yaitu BTP yang
melebihi batas minimal, cemaran logam berat yang melebih batas minimal, dan kualitas mutu
mikrobiologis yang tidak memenuhi syarat. Departemen Kesehatan kemudian mengadakan
pengawasan, pembinaan dan pengawalan terhadap 16.990 SD/MI sejak 2012–2014.

B) Teknologi Hijau :

Solusi untuk Pelestarian Sumber Air (Agenda ke-6) Perubahan Iklim yang diakibatkan oleh Pemanasan
Global telah dirasakan dampaknya dalam kehidupan manusia. Apabila tidak dilakukan upaya
pencegahan, dampak pemanasan global di masa yang akan datang merupakan ancaman yang sangat
serius bagi kehidupan semua makhluk di bumi. Dalam menghadapi dampak Pemanasan Global
diperlukan upayaupaya mitigasi dan adaptasi yang melibatkan masyarakat, seperti teknologi pelestarian
sumber air dengan tanaman biologi (biopark), teknologi pengolahan air limbah domestik dengan
ecological sanitation (Ecosan), taman bunga air limbah (waste water garden), sanitasi taman (sanita) dan
konsep teknologi hijau (green tecnology). Teknologi Hijau merupakan salah satu upaya adaptasi dan
mitigasi dampak Pemanasan Global yang sejalan dengan prinsip pembangunan yang berkelanjutan
(sustainable development). Berbagai Teknologi Hijau di bidang pelestarian sumber air dan pengolahan
air limbah telah tersedia untuk diterapkan dalam pembangunan.

C) Mengenal Lebih Dekat Biodiesel B30 (Agenda ke-7)

Apa itu BBN? Apa sih Biodiesel itu? Program B30? Mungkin masih banyak yang bertanya dan belum
paham terkait program ini. Simak ulasan berikut, segala informasi dan penjelasan mengenai Program
Mandatori Biodiesel B30 akan dikupas tuntas disini.

1) Apa itu Bahan Bakar Nabati ? Bahan Bakar Nabati adalah bahan bakar yang berasal dari bahan-bahan
nabati dan/atau dihasilkan dari bahan-bahan organik lain.

2) Apa saja jenis Bahan Bakar Nabati ? Bahan Bakar Nabati terdiri dari Biodiesel, Bioetanol dan Minyak
Nabati Murni.

3) Apa itu biodiesel ? Biodiesel adalah bahan bakar nabati untuk aplikasi mesin/motor diesel berupa
ester metil asam lemak (fatty acid methyl ester/FAME) yang terbuat dari minyak nabati atau lemak
hewani melalui proses esterifikasi/transesterifikasi.

4) Apa bahan baku biodiesel ? Untuk saat ini, di Indonesia bahan baku biodiesel berasal dari Minyak
Sawit (CPO). Selain dari CPO, tanaman lain yang berpotensi untuk bahan baku biodiesel antara lain
tanaman jarak, jarak pagar, kemiri sunan, kemiri cina, nyamplung dan lain-lain.

5) Bagaimana proses pembuatan biodiesel ? Proses pembuatan biodiesel umumnya menggunakan reaksi
metanolisis (transesterifikasi dengan metanol) yaitu reaksi antara minyak nabati dengan metanol
dibantu katalis basa (NaOH, KOH, atau sodium methylate) untuk menghasilkan campuran ester metil
asam lemak dengan produk ikutan gliserol. Skema proses produksi biodiesel sebagai berikut

23
https://ebtke.esdm.go.id/images/b137390f28aa52ce34db7962d7ffd097_p.png

Apabila kandungan asam lemak bebas minyak nabati > 5%, maka terlebih dahulu dilakukan reaksi
esterifikasi. Selain dari proses esterifikasi/ transesterifikasi dapat juga dilakukan dengan konversi
enzimatis.

6) Apa kegunaan Biodiesel ? Biodiesel digunakan sebagai energi alternatif pengganti Bahan Bakar
Minyak untuk jenis diesel/solar. Biodiesel dapat diaplikasikan baik dalam bentuk 100% (B100) atau
campuran dengan minyak solar pada tingkat konsentrasi tertentu seperti B20.

7) Bagaimana perkembangan implementasi Program Mandatori Biodiesel ? Program mandatori biodiesel


sudah mulai diimplementasikan pada tahun 2008 dengan kadar campuran biodiesel sebesar 2,5%.
Secara bertahap kadar biodiesel meningkat hingga 7,5% pada tahun 2010. Pada periode 2011 hingga
2015 persentase biodiesel ditingkatkan dari 10% menjadi 15%. Selanjutnya pada tanggal 1 Januari 2016,
ditingkatkan kadar biodiesel hingga 20% (B20). Program Mandatori B20 berjalan baik dengan pemberian
insentif dari BPDPKS untuk sektor PSO dan mulai 1 September 2018 pemberian insentif diperluas ke
sektor non-PSO 8) Apakah landasan hukum penerapan Program Mandatori Bahan Bakar Nabati (BBN) ?
Pemerintah Indonesia c.q. Kementerian ESDM menggalakkan Program Mandatori BBN melalui Peraturan
Menteri ESDM No. 32 Tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga BBN sebagai
Bahan Bakar Lain sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Menteri ESDM No. 12 Tahun
2015. 9) Apakah tujuan implementasi Program Mandatori BBN ? Tujuan implementasi Program
Mandatori BBN sebagai berikut : Memenuhi komitmen Pemerintah untuk mengurangi emisi GRK
sebesar 29% dari BAU pada 2030; Meningkatkan ketahanan dan kemandirian energi; Stabilisasi harga
CPO; Meningkatkan nilai tambah melalui hilirisasi industri kelapa sawit; Memenuhi target 23%
kontribusi EBT dalam total energi mix pada 2025; Mengurangi konsumsi dan impor BBM; Mengurangi
emisi GRK; dan Memperbaiki defisit neraca perdagangan. 10) Apa yang dimaksud dengan program B20 ?
Program B20 adalah program pemerintah untuk mewajibkan pencampuran 20% Biodiesel dengan 80%
bahan bakar minyak jenis Solar. 11) Apakah regulasi yang mengatur tentang pelaksanaan mandatori
program B20 ? Regulasi yang mengatur tentang pentahapan mandatori program B20 adalah Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 12 tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan

24
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 32 tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan dan
Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain. Dalam peraturan ini ditetapkan
target pentahapan pencampuran biodiesel untuk semua sektor terkait

12) Sejak kapan program B20 ini diberlakukan ? Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral No. 12 tahun 2015 tentang tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri ESDM No. 32
tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai
Bahan Bakar Lain, Program B20 mulai diberlakukan sejak 1 Januari 2016. Pada saat diimplementasikan,
pemerintah memberikan insentif dengan dukungan pendanaan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan
Kelapa Sawit (BPDPKS) untuk menutup selisih antara HIP Biodiesel dan HIP Solar untuk sektor PSO dan
mulai 1 September 2018 pemberian insentif tersebut diperluas ke sektor non-PSO. 13) Pada sektor apa
saja program B20 diterapkan ? Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 12
tahun 2015, jenis sektor yang wajib menerapkan diantaranya usaha mikro, usaha perikanan, usaha
pertanian, transportasi dan pelayanan umum/ PSO (Public Service Obligation); transportasi non PSO;
dan industri dan komersial. Namun, program tersebut yang sudah diimplementasikan dengan baik di
sektor transportasi (PSO). Sesuai arahan Presiden RI, terhitung mulai tanggal 1 September 2018
mandatori B20 dijalankan secara masif di semua sektor. Pada pelaksanaan penerapan ini Pemerintah
melakukan perluasan insentif dana pembiayaan biodiesel ke seluruh sektor termasuk Non PSO, sehingga
realisasi pemanfaatan biodiesel meningkat

16) Apakah biodiesel dapat langsung digunakan pada mesin diesel biasa ? Biodiesel siap digunakan oleh
mesin diesel biasa dengan sedikit atau tanpa penyesuaian. Penyesuaian dibutuhkan jika penyimpanan
atau wadah biodiesel terbuat dari bahan yang sensitif dengan biodiesel seperti seal, gasket, dan perekat
terutama mobil lama dan yang terbuat dari karet alam dan karet nitril.

17) Apakah benar biodiesel menyebabkan kerak pada tangki bahan bakar ? Tidak benar bahwa biodiesel
menyebabkan kerak pada tangki bahan bakar. Biodiesel merupakan senyawa ester yang banyak
digunakan sebagai pelarut/pembersih. Pemanfaatan biodiesel justru dapat membersihkan kerak dan
kotoran yang tertinggal padamesin, saluran bahan bakar dan tangki bahan bakar karena sifatnya sebagai
solvent/pelarut.

18) Apakah benar penggunaan B20 menyebabkan kerusakan pada injektor? Keberhasilan dari
penggunaan B20 tergantung dengan 3 (tiga) faktor. yaitu kualitas bahan bakar (biodiesel dan solar),
handling/penanganan bahan bakar dan juga kompatibilitas material terhadap bahan bakar tersebut.
Kerusakan yang terjadi pada injektor dapat diakibatkan dari ketidaksesuaian salah satu atau lebih dari
ketiga faktor tersebut.

19) Bagaimana menghindari sludge yang mudah timbul pada biodiesel yang didiamkan lama ? Adanya
kontaminasi air pada biodiesel dapat menimbulkan Sludge. Selama penanganan/handling Biodiesel baik
dan sesuai dengan tata cara penanganan yang disarankan, maka sludge pada biodiesel tidak akan
timbul. 20) Bagaimana dampak penggunaan biodiesel terhadap lingkungan ? Penggunaan biodiesel
dapat meningkatkan kualitas lingkungan karena bersifat degradable (mudah terurai) dan emisi yang
dikeluarkan lebih rendah dari emisi hasil pembakaran bahan bakar fosil. Berdasarkan hasil Laporan
Kajian dan Uji Pemanfaatan Biodiesel 20% (B20) yang dilakukan oleh Ditjen EBTKE bersama beberapa
stakeholder terkait pada tahun 2014, diperoleh hasil uji emisi sebagai berikut : i. Kendaraan berbahan
bakar B20 menghasilkan emisi CO yang lebih rendah dibandingkan kendaraan B0. Hal ini dipengaruhi
oleh lebih tingginya angka cetane dan kandungan oksigen dalam B20 sehingga mendorong terjadinya

25
pembakaran yang lebih sempurna. ii. Kendaraan berbahan bakar B20 menghasilkan emisi Total
Hydrocarbon (THC) yang lebih rendah dibandingkan kendaraan B0. Hal ini disebabkan pembakaran yang
lebih baik pada kendaraan B20, sehingga dapat menekan emisi THC yang dihasilkan.

21) Negara mana saja yang sudah mengaplikasikan program B20 ? Indonesia adalah negara pertama
yang berhasil mengimplementasikan B20 dengan bahan baku utama bersumber dari kelapa sawit.
Negara yang telah berhasil mengimplementasikan B20 adalah Minnesota, Amerika Serikat mulai Mei
2018. Adapun Kolombia baru pada tahap B10 dari tahun 2011 dan Malaysia baru pada tahap B10 pada
tahun 2019.

22) Apa yang dimaksud dengan program B30 ? Program B30 adalah program pemerintah untuk
mewajibkan pencampuran 30% Biodiesel dengan 70% bahan bakar minyak jenis Solar

23) Mengapa Pemerintah melaksanakan Program Mandatori B30 ? Peningkatan pencampuran biodiesel
dengan bakan bakar minyak jenis solar dilaksanakan karena melihat keberhasilan implementasi Program
B20 dan selaras dengan target pencampuran biodiesel yang tertuang pada Peraturan Menteri ESDM
Nomor 12 Tahun 2015.Penerapan B30

juga diharapkan dapat semakin mengurangi laju impor BBM sehingga meningkatkan devisa negara. 24)
Apa yang telah dilakukan Pemerintah sebagai persiapan pelaksanaan Program Mandatori B30 ?
Beberapa persiapan yang telah dilakukan untuk implementasi B30, antara lain: melakukan Revisi SNI
Biodiesel; melakukan uji jalan/fungsi B30; memastikan kesiapan produsen biodiesel; memastikan
metode sistem handling dan penyimpanan yang tepat; memastikan kesiapan infrastruktur; dan
melakukan sosialisasi untuk memastikan penerimaan semua pihak terkait, termasuk masyarakat

LATIHAN SOAL

Berdasarkan referensi yang telah kalian dapatkan mengenai Biosolar B30, jawablah beberapa soal
berikut ini.

1. Bagaimana biosolar B30 dibuat?

2. Bagaimana perbandingannya dengan sumber energi nonbio?

3. Apakah biosolar B30 mendukung prinsip kimia hijau

REKOMENDASI BACAAN
Sumber bacaan untuk memperkaya pengetahuan guru dan siswa tentang tema atau materi
pembelajaran.
BSE : https://s.id/BQSVK
https://s.id/BQT2w
Buku ESPS Kimia 1, Johari dan Rachmawati, Erlangga
Analisis perkembangan atom : http://digilib.uinsgd.ac.id/13183/1/Analisis%20Sejarah
%20Perkembangan%20Model%20Atom%20Berdasarkan%20Paradigma.pdf

DAFTAR PUSTAKA

26
Puspaningsih, R. Ayuk. Tjahjadarmawan, Elizabeth. Krisdianti, R. Niken. (2021). Ilmu Pengetahuan Alam
SMA Kelas X. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan dan
Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Nurbaity. (2011). “Pendekatan Green Chemistry Suatu Inovasi dalam Pembelajaran Kimia Berwawasan
Lingkungan”. Jurnal Riset Pendidikan Kimia. 1, (1), 13-21.
Anwar, Muslih. (2015). Kimia Hijau / Green Chemistry . [Online]. Diakses :
http://bptba.lipi.go.id/bptba3.1/?lang=id&u=blog-single&p=343 [25 Agustus 2021]
Mawardha, Nayshila. (2020). Ringkasan Materi Kimia Hijau. Malang : SMK N 1 Turen.
Sidjabat, Oberlin. (2008). “Pengembangan Teknologi Bersih dan Kimia Hijau dalam Meminimalisasi
Limbah Industri”. Jurnal Publikasi Lemigas. 42, (1), 45-50.
Rakhmat, Putra. (2016). Prinsip-Prinsip Kimia Hijau. [Online]. Diakses :
https://greentech.undip.ac.id/scientech/ [09 Juli 2021]
Mustafa, Dina. ( ____ ). Peranan Kimia Hijau (Green Chemistry ) dalam Mendukung Tercapainya Kota
Cerdas (Smart City). 167 – 170.
Manahan, Stanley. (2006). Green Chemistry dan the Ten Commdanments of Sustainability. Columbia :
ChemChar Research, Inc
Link Video : https://www.youtube.com/watch?v=gGmMj6sgIbQ https://www.youtube.com/watch?
v=38phz7Wnitc

GLOSARIUM

Fotosintesis : Proses tumbuhan mengubah sinar matahari menjadi makanan atau energi.
Katalisator : Suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tetapi tidak mengalami
perubahan dan pengurangan jumlah.
Polusi : Penambahan zat atau bahan berbahaya apa pun ke lingkungan.
Reaksi kimia : Proses di mana satu atau lebih zat, diubah menjadi satu atau zat yang berbeda dan
menghasilkan produk yang baru.
Sinar UV : Gelombang elektromagnetik yang dapat berasal dari sumber alam, seperti sinar matahari,
serta sumber buatan.
Atom ekonomi : Penghematan atom-atom yang bereaksi secara kimia untuk mengurangi penggunaan
bahan kimia. Biodegradable : Mudah terurai secara biologis. Bioplastik : Jenis plastik yang hampir
keseluruhannya terbuat dari bahan yang dapat diperbarui, seperti pati, minyak nabati, dan mikrobiota.
Degradasi : Terurainya senyawa kimia organik yang berlangsung melalui tahaptahap tertentu menjadi
senyawa senyawa yang lebih sederhana. Kimia hijau : Pendekatan kimia yang bertujuan memaksimalkan
efisiensi dan meminimalkan pengaruh bahaya bagi Kesehatan manusia dan lingkungan. Rute sintesis :
Tahapan dalam pembuatan suatu senyawa Toksisitas : Tingkat kekuatan racun dari suatu zat Vakum :
Daerah gas dengan tekanan kurang dari 1 at

27

Anda mungkin juga menyukai