Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

KETUBAN PECAH DINI

Pembimbing:
dr. M. Farid Ghazali, Sp.OG(K)

Disusun Oleh:
Felix Nifalo
030.14.067
Noferly Gina Jessica Go
030.14.142

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 10 DESEMBER 2018 – 16 FEBRUARI 2019
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
PERSETUJUAN
Laporan Kasus dengan Judul
“KETUBAN PECAH DINI”

Disusun oleh:
Felix Nifalo
030.14.067
Noferly Gina Jessica Go
030.14.142

Telah diterima dan disetujui oleh dr. M. Farid Ghazali, Sp.OG(K)


untuk dipresentasikan

Jakarta, 7 Februari 2019


Mengetahui,

dr. M. Farid Ghazali, Sp.OG(K)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat anugerah-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Ketuban Pecah Dini”.
Laporan Kasus ini disusun untuk memenuhi tugas dari syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan di Rumah Sakit
Umum Daerah Karawang Periode 10 Desember 2018 – 16 Januari 2019.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. M. Farid Ghazali, Sp.OG(K)


sebagai pembimbing, dokter dan staf-staf Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang, teman-teman sesama ko-assisten
Kebidanan dan Penyakit Kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang, dan
semua pihak yang turut serta memberikan bantuan, doa, semangat, dan membantu
kelancaran dalam proses penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan,
namun besar pengharapan penulis bagi pembaca untuk memberikan masukan dan
kritikan yang akan saya pertimbangkan untuk memperbaiki laporan kasus ini
menjadi lebih baik. Terima kasih dan Tuhan memberkati.

Jakarta, 3 Februari 2019

Penulis
Felix Nifalo
Noferly Gina Jessica Go

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN

KATA PENGANTAR .............................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ...……………………………………….... 1

BAB II STATUS PASIEN ................................................................... 2


2.1 Identitas pasien ................................................................. 2
2.2 Anamnesis ......................................................................... 2
2.3 Pemeriksaan fisik .............................................................. 5
2.4 Pemeriksaan penunjang ..................................................... 8
2.5 Resume .............................................................................. 10
2.6 Diagnosis kerja .................................................................. 11
2.7 Tatalaksana ........................................................................ 11
2.8 Prognosis ........................................................................ 11
2.9 Follow up ........................................................................... 12
2.10 Laporan Partus Spontan ........................................................ 14

BAB III ANALISIS KASUS: KETUBAN PECAH DINI .................. 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum
terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau setelah usia gestasi 37 minggu
dan disebut KPD aterm atau premature rupture of membranes (PROM) dan sebelum usia
gestasi 37 minggu atau KPD preterm atau preterm premature rupture of membranes
(PPROM).1
Masalah KPD memerlukan perhatian yang lebih besar, karena prevalensinya yang
cukup besar dan cenderung meningkat. Kejadian KPD aterm terjadi pada sekitar 6,46-15,6%
kehamilan aterm dan PPROM terjadi pada terjadi pada sekitar 2-3% dari semua kehamilan
tunggal dan 7,4% dari kehamilan kembar. PPROM merupakan komplikasi pada sekitar 1/3 dari
semua kelahiran prematur, yang telah meningkat sebanyak 38% sejak tahun 1981. Dapat
diprediksi bahwa ahli obstetri akan pernah menemukan dan melakukan penanganan kasus KPD
dalam karir kliniknya.2
Kejadian KPD preterm berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas
maternal maupun perinatal. Sekitar 1/3 dari perempuan yang mengalami KPD preterm akan
mengalami infeksi yang berpotensi berat, bahkan fetus/ neonatus akan berada pada risiko
morbiditas dan mortalitas terkait KPD preterm yang lebih besar dibanding ibunya, hingga
47,9% bayi mengalami kematian. Persalinan prematur dengan potensi masalah yang muncul,
infeksi perinatal, dan kompresi tali pusat in utero merupakan komplikasi yang umum terjadi.
KPD preterm berhubungan dengan sekitar 18-20% kematian perinatal di Amerika Serikat.2
Pada praktiknya manajemen KPD saat ini sangat bervariasi. Manajemen bergantung
pada pengetahuan mengenai usia kehamilan dan penilaian risiko relatif persalinan preterm
versus manajemen ekspektatif. Seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan bertambah
pemahaman mengenai risiko-risiko serta faktor-faktor yang mempengaruhi, diharapkan ada
suatu pedoman dalam praktik penatalaksanaan KPD aterm dan KPD preterm, seperti waktu
persalinan, penggunaan medikamentosa, dan praktik pemilihan/ pengawasan terhadap
manajemen ekspektatif, karena masih banyaknya variasi mengenai manajemen KPD,
khususnya KPD preterm. Dengan adanya pendekatan penatalaksanaan yang sistematis dan
berbasis bukti ataupun konsensus maka diharapkan luaran persalinan yang lebih baik.3

1
BAB II
ILUSTRASI KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nomer Rekam Medis : 00.75.70.09
Nama :Ny. A
Tempat, tanggal lahir : Karawang, 9 November 1981
Umur : 37 tahun
Alamat : Desa Cibuaya Jembatan Cibuaya RT/RW 006/004
Kabupaten Karawang
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Status Pernikahan : Menikah
Pendidikan : Sekolah Dasar
Tanggal masuk RS : 16 Januari 2019
Tanggal keluar RS : 18 Januari 2019
Jalur Masuk : Unit Gawat Darurat

2.2 Anamnesis
Dilakukan di IGD RSUD Karawang pada Tanggal 16 Januari 2019 pukul 11.10

- Keluhan Utama
Pasien rujukan dari klinik Amanda dengan G2P1A0 hamil 34 minggu dan ketuban pecah
dini (KPD).

- Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengatakan keluar air-air dari jalan lahir sejak 7 jam SMRS. Cairan berwarna jernih,
keluar spontan tidak bisa ditahan dan tidak berbau. Keluhan disertai mulas yang hilang timbul
sejak 1 minggu yang lalu namun semakin sering sejak 7 jam SMRS. Selama kehamilan pasien
mengaku mengalami keputihan sejak Desember 2018 yang belum pernah diobati sebelumnya
dan memiliki riwayat gigi berlubang. Pasien mengatakan terakhir berhubungan seksual 4 hari
yang lalu namun pasien mengaku selama berhubungan tidak terdapat air-air yang keluar. Saat

2
ini buang air kecil dan buang air besar dalam batas normal dan tidak terdapat nyeri pada saat
berkemih. Pada surat rujukan dituliskan bahwa hasil pemeriksaan lakmus pada air-air yang
keluar (+).
Keluhan tidak disertai dengan darah dan lendir darah. Pasien menyangkal adanya riwayat
demam, mual, muntah, pusing atau nyeri kepala, pandangan kabur, nyeri ulu hati, maupun nyeri
perut kanan atas. Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan selama kehamilan, maupun merokok
sebelum dan selama masa kehamilan berlangsung.
Pasien mengaku hamil 8,5 bulan dengan haid pertama hari terakhir (HPHT) 15 Mei 2018
dan taksiran persalinan (TP) 22 Februari 2019. Usia kehamilan berdasarkan HPHT 35+1
minggu. Pasien melakukan antenatal care (ANC) di bidan 4x dan Puskesmas 1x. Setiap kali
melakukan ANC dikatakan kondisi ibu sehat dan tidak ada tekanan darah tinggi selama
kehamilan. Pasien mengaku pernah melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) sebanyak
1x di puskesmas pada tanggal 20 Desember 2018 pada saat usia kehamilan 31 minggu dan
dikatakan janin dalam kondisi baik, presentasi kepala, plasenta di corpus bagian depan dan
dikatakan cairan ketuban cukup. Imunisasi tetanus dan toxoid sudah dilakukan 2x di bidan.

3
- Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat KPD sebelumnya (-) Riwayat tekanan darah tinggi (-), Riwayat penyakit
tekanan darah tinggi sebelum kehamilan saat ini (-), diabetes melitus (-), alergi (-), asma (-
), penyakit jantung (-), penyakit kronis (-)

- Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat tekanan darah tinggi (-), diabetes melitus (-), alergi (-), asma (-), penyakit
jantung (-), penyakit kronis (-)

- Riwayat Mestruasi
Pasien mengatakan menstruasi pertama kali (menarch) saat usia 13 tahun. Siklus
menstruasi biasanya 28 hari dengan lama mestruasi 7 hari. Dalam satu hari biasanya pasien
mengganti pembalut sebanyak 2x (40cc). Keluhan nyeri saat mestruasi disangkal.

- Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 2x. Pernikahan yang pertama pasien menikah sejak usia 15 tahun sampai
usia 33 tahun dan menghasilkan 1 anak. Pernikahan kedua pasien menikah sejak usia 33 tahun
hingga sekarang dan belum menghasilkan anak.

- Riwayat Obstetri
G2P1A0 dengan anak pertama perempuan, Tanggal lahir 17 Januari 1998, usia saat ini 21
tahun, lahir spontan dan dibantu Bidan, berat badan saat lahir 2500 gram, hidup.

- Riwayat Kontrasepsi
Pasien mengaku pernah menggunakan KB suntik sejak tahun 1998 pasca lahiran anak
pertama dan digunakan hingga tahun 2010. Pasien kontrol untuk suntik 3 bulan sekali

- Riwayat Sosial Ekonomi dan Kebiasaan


Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir SD. Suami
bekerja sebagai buruh dengan dengan pendidikan terakhir SD. Riwayat olah raga rutin terbatas
pada jalan kaki. Riwayat mengonsumsi alkohol dan merokok disangkal.

4
2.3 Pemeriksaan Fisik
Dilakukan di IGD RSUD Karawang pada Tanggal 16 Januari 2019 pukul 11.10

2.3.1 Keadaan Umum


Kesan sakit : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan lain : Dyspnoe (-), sianosis (-), ikterik (-), pucat (-)

2.3.2 Data Antropometri


Berat badan sebelum hamil : 55 kg
Berat badan saat hamil : 68 kg
Pertambahan berat badan: 13 kg
Tinggi Badan : 156cm

2.3.3 Tanda Vital


Tekanan darah : 130/70 mmHg
Laju nadi : 98x/menit, reguler
Laju nafas : 18x/menit, reguler
Suhu : 36.8°C
Saturasi oksigen : 99%

2.3.4 Status generalis


- Kepala : Normocephal
Rambut : Hitam, panjang, tidak mudah dicabut.
Wajah : Simetris (+), parese (-)
Mata : CA (-), SI (-), Pupil bulat isokhor, Refleks Cahaya +/+
Telinga : Normotia, tidak ada nyeri tarik
Hidung : Tidak ada deviasi septum
Mulut : Mukosa bibir pucat, sianosis (-), parese lidah (-), faring hiperemis (-), tonsil
T1-T1

- Leher
JVP tidak meningkat, Pembesaran tiroid (-), Pembesaran kelenjar getah bening (-)

5
- Thorax
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midclavikularis kiri
Perkusi : Redup
Auskultasi : BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru
Inspeksi : Simetris, otot bantu napas (-)
Palpasi : Vocal fremitus simetris
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : SNV (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

- Abdomen
Inspeksi : Terdapat striae gravidarum, Perut membuncit sesuai
kehamilan
Auskultasi : Bising usus 3x/menit
Palpasi : turgor kulit baik, pembesaran hepar dan lien sulit dinilai
Perkusi : sulit dinilai karena hamil

- Kelenjar Getah Bening


Preaurikuler : Tidak teraba membesar
Postaurikuler : Tidak teraba membesar
Superior cervical : Tidak teraba membesar
Submandibula : Tidak teraba membesar
Supraclavicula : Tidak teraba membesar
Axilla : Tidak teraba membesar
Inguinal : Tidak teraba membesar

- Ekstremitas
Inspeksi : Sianosis (-)
Palpasi : AH (+), OE (-) , CRT < 2 detik

6
2.3.5 Status Obstetri
- Leopold
o 1: teraba bagian bulat, tidak melenting, kesan bokong
o 2: teraba bagian keras seperti papan di sebelah kanan perut ibu kesan punggung,
teraba bagian-bagian kecil di sebelah kiri perut ibu kesan ekstremitas
o 3: teraba bagian bulat, keras, melenting, kesan kepala
o 4; kedua tangan membentuk sudut divergen 3/5
- TFU dan Taksiran Berat janin
o TFU: 27 cm
o TBJ dihitung berdasarkan rumus Johnson Tausak: (27-12) x 155 = 2325 gram
- HIS: 1x/10’/20”
- DJJ: 148x/menit
- Genitalia:
o Inspeksi: Vuva Uretra tenang, tidak ada kelainan, tidak terdapat perdarahan
o Vaginal Toucher: Dinding vagina teraba licin, portio lunak, posisi posterior,
tebal 2 cm, pembukaan 2 cm, kepala hodge II, tidak teraba selaput ketuban
o Inspekulo: Portio licin, ostium uteri eksternum terbuka, terdapat cairan jernih
yang keluar dari OUE, pooling (+), valsava (+), fluor albus (+), fluksus (-)

7
2.4 Pemeriksaan penunjang
2.4.1 Laboratorium
Tanggal : 16/01/2019 11:49
No Lab : 1901160403

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


Hematologi
Darah rutin
Hemoglobin 10.9 g/dL 11,7 – 15,5
Eritrosit 3,81 juta//μl 4.1-5,1
Leukosit 14,17 /μl 4,4-11,3
Hematokrit 32,2 % 35-47
Trombosit 229.000 ribu//μl 150.000 – 450.000

MCV 85 fL 80-100
MCH 29 Pg 26-34
MCHC 34 g/dL 32-36
RDW CV 14,7 % 12,0-14,8
Masa Perdarahan/BT 2 Menit 1-3
Masa Pembekuan/CT 9 Menit 5-11
Golongan Darah ABO O
Golongan Darah Rh Positif
Kimia Klinik
Gula Darah Sewaktu 74 mg/dL 70-110
Imunologi
HbSAg Non reaktif Non reaktif

8
2.4.2 CTG
CTG 16 Januari 2019

Baseline: 160 dpm; Variabilitas: 20 ; Akselerasi (-), Deselerasi (–)


Kesan: CTG Kategori I

2.4.3 USG
JPKTH / Plasenta di Fundus / FHR +
BPD 85 / AC 285 / FL 64,2 / TBJ 2200 / ICA 2
~34-35 minggu

9
2.5 Resume
Pasien dating rujukan klinik Amanda G2P1A0 hamil 34 minggu dengan KPD. Pasien
mengeluh keluar air-air (+) sejak 7 jam SMRS, jernih, tidak berbau dan keluar spontan. Mulas
(+) sejak 1 minggu yang lalu dan semakin sering sejak 7 jam SMRS. Keputihan (+) sejak
Desember 2018 dan riwayat gigi berlubang (+). Hubungan seksual terakhir 4 hari yang lalu.
BAK dan BAB tidak ada keluhan. Pemeriksaan lakmus (+), darah (-), lender darah (-), riwayat
demam (-), mual (-), muntah (-), pusing (-), pandangan kabur (-), nyeri ulu hati (-), nyeri perut
kanan atas (-).
HPHT 15 Mei 2018, usia kehamilan 35+1 minggu, Tafsiran persalinan 22 Februari 2019.
ANC 4x di bidan, 1x di puskesmas, USG 1x di puskesmas dan hasil pemeriksaan ibu dan janin
dalam kondisi baik. Imunisasi TT 2x di bidan.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum sakit sedang, kesadaran kompos mentis, tekanan
darah 130/70 mmHg, laju nadi 98x/menit, laju napas 18x/menit, suhu 36,8’C, dan SpO2 99%.
Pada status generalis di dapatkan dalam batas normal sedangkan untuk status obstetri sebagai
berikut:
Terdapat striae gravidarum, TFU 27 cm dengan TBJ 2325 berdasarkan TFU dan 2200
berdasarkan USG, presentasi kepala, punggung kanan, HIS 1x/10’/20”, DJJ 144 dpm.
Pemeriksaan inspeksi pada genitalia didapatkan vuva uretra tenang, tidak ada kelainan,
tidak terdapat perdarahan. Pemeriksaan VT didapatkan dinding vagina teraba licin, portio
lunak, posisi posterior, tebal 2 cm, pembukaan 2 cm, kepala hodge II, selaput ketuban (-). Pada
pemeriksaan inspekulo didapatkan Portio licin, ostium uteri eksternum terbuka, terdapat cairan
jernih yang keluar dari OUE, pooling (+), valsava (+), fluor albus (+), fluksus (-)
Dari hasil pemeriksaan penunjang didapatkan adanya peningkatan leukosit sebesar
14.170 /μl, CTG Kategori I dan USG didapatkan JPKTH, Plasenta di fundus, FHR +, TBJ 2200
dan ICA 2.

10
2.6 Diagnosis Kerja
Ibu: G2P1A0 hamil 35 minggu kala 1 fase laten belum in partu dengan KPD 7 jam dan
oligohidroamnion (ICA 2)
Janin: Janin presentasi kepala, letak membujur, tunggal, hidup, intrauterine, CTG
kategori I

2.7 Penatalaksanaan
- Observasi tanda vital, HIS, DJJ, dan apakah ada kemajuan persalinan
- Dexamethasone 2x6mg
- Inj. Ceftriakson 2x1 gram
- IVFD RL 20 tpm
- Terminasi pasca pematangan paru

2.8 Prognosis
Ibu:
Ad Vitam : ad bonam
Ad Functionam : ad bionam
Ad Sanationam : ad bonam
Janin
Ad Vitam: : dubia ad bonam

11
2.9 Follow up

FOLLOW TANGGAL

UP 16 Januari 2019 16 Januari 2019 16 Januari 2019


15.00 16.40 19.00
S Mulas (+) semakin Mulas (+) semakin sering, Saat ini tidak ada
sering, keluar air-air (-), os ingin meneran keluhan.
lendir darah (-),
perdarahan (-). Gerak
janin aktif (+).
O Compos mentis, sakit Compos mentis, sakit Compos mentis, sakit
sedang sedang ringan
T = 36,6oC o
T = 36,7 C T = 36,6oC
TD = 130/70 mmHg TD = 130/70 mmHg TD = 130/80 mmHg
HR = 84x/menit HR = 88x/menit HR = 80x/menit
RR = 20x/menit RR = 20x/menit RR = 22x/menit
SpO2 = 99% SpO2 = 99% SpO2 = 99%

Status obstetri Status obstetri Status generalis: dbn


DJJ 142 dpm DJJ 138 dpm
His 3/10’/35” His 5/10’/40” Status obstetri
VT: portio lunak dan Perineum menonjol dan TFU 2 jari di bawah
tipis, pembukaan 5 cm, menipis pusat
selaput ketuban (-), Vulva-vagina dan sfingter Kontraksi baik
presentasi kepala, ani membuka Inspeksi: v/u tenang
Hodge II VT: portio tidak teraba, perdarahan
pembukaan lengkap, aktif (-), lochia rubra (+)
selaput ketuban (-),
presentasi kepala Hodge
III
A G2P1A0 hamil 35 G2P1A0 hamil 35 minggu P2A0 partus
minggu inpartu kala I inpartu kala II + KPD + prematurus spontan +
fase aktif + KPD + oligohidroamnion perineorrhaphy a/i
oligohidroamnion ruptur perineum grade I
P IVFD RL 20 tpm Menyiapkan alat, Observasi Tanda vital,
Observasi tanda vital, oksitosin dan obat- kontraksi dan
HIS, DJJ dan kemajuan obatan emergency perdarahan.
persalinan Membantu proses IVFD RL 20 tpm
kelahiran bayi dan Asam mefenamat
kelahiran plasenta (kala 3x500 mg
III) Cefadroxil 2x500 mg
SF 1x1
Motivasi ASI Eksklusif
Diet TKTP

12
FOLLOW TANGGAL

UP 17 Januari 2019 18 Januari 2019


07.20 06.30
S ASI (-), nyeri payudara (-), nyeri luka ASI (+), nyeri payudara (-), nyeri luka
perineum (+), VAS 3-4, darah (+), flek perineum (+), VAS 2-3, darah (+),
(-), BAK spontan, urin jernih, BAB (-), flek (-), BAK spontan, urin jernih,
flatus (+) BAB (-), flatus (+)
O Compos mentis, sakit sedang Compos mentis, sakit sedang
T = 36,7oC T = 36,7oC
TD = 130/80 mmHg TD = 130/80 mmHg
HR = 80x/menit HR = 86x/menit
RR = 18x/menit RR = 18x/menit
SpO2 = 99% SpO2 = 98%

Status generalis: dbn Status generalis: dbn


Status obstetri: Status obstetri:
TFU 2 jari di bawah pusat TFU 2 jari di bawah pusat
Kontraksi baik (+) Kontraksi baik (+)
V/U tenang, perdarahan aktif (-), V/U tenang, perdarahan aktif (-),
lochia rubra (+) lochia rubra (+)
A P2A0 partus prematurus spontan P2A0 partus prematurus spontan
NH-1 + post perineorrhaphy a/i NH-2 + post perineorrhaphy a/i
ruptur perineum grade I ruptur perineum grade I
P Observasi Tanda vital, kontraksi dan Observasi Tanda vital, kontraksi dan
perdarahan. perdarahan.
IVFD RL 20 tpm IVFD RL 20 tpm
Asam mefenamat 3x500 mg Asam mefenamat 3x500 mg
Cefadroxil 2x500 mg Cefadroxil 2x500 mg
SF 1x1 SF 1x1
Mobilisasi dini Mobilisasi dini
Motivasi ASI Eksklusif Motivasi ASI Eksklusif
Hygiene vulva dan perineum Hygiene vulva dan perineum
Diet TKTP Diet TKTP
Rencana pulang perawatan

13
2.10 Laporan Partus Spontan
Tanggal : 16 Januari 2019

Waktu : 16.40 WIB

 Ibu dipimpin meneran sesuai dengan datangnya his


 Kepala janin turun sesuai sumbu jalan lahir sehingga tampak di vulva
 Perineum meregang
 Tampak suboksiput di bawah simfisis, kepala defleksi maksimal sehingga berturut-
turut lahir UUB, dahi, muka, dagu, dan seluruh kepala
 Dengan pegangan biparietal, tarikan ke belakang dan ke depan, dilahirkan bahu depan
dan belakang, kemudian seluruh lengan
 Dengan peregangan samping badan, dilahirkan trokanter depan dan belakang,
kemudian seluruh tungkai

Waktu : 16.50

 Lahir spontan bayi laki-laki, BB 2060 gram, PB 40 cm, APGAR Score 6/8
 Air ketuban jernih, jumlah sedikit
 Ibu disuntik oksitosin 10 IU IM
 Bayi dikeringkan dan diselimuti
 Tali pusat dijepit dan dipotong
 Dilakukan peregangan tali pusat terkendali

Waktu : 16.55

 Plasenta lahir lengkap


 Dilakukan masase fundus, kontraksi uterus baik
 Pada eksplorasi jalan lahir selanjutnya didapatkan perineum ruptur grade I, dilakukan
jahitan hemostasis, jelujur mukosa vagina dan subkutikuler perineum
 Perdarahan kala III-IV 200 ml

14
BAB III
ANALISIS KASUS

Ketuban pecah dini preterm/ preterm premature rupture of membranes (PPROM)


adalah pecah ketuban yang terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan, tes fern atau
IGFBP-1 (+) pada usia <37 minggu sebelum onset persalinan. KPD sangat preterm adalah
pecah ketuban saat umur kehamilan ibu antara 24 sampai kurang dari 34 minggu, sedangkan
KPD preterm saat umur kehamilan ibu antara 34 minggu sampai kurang 37 minggu5. Definisi
preterm bervariasi pada berbagai kepustakaan, namun yang paling diterima dan tersering
digunakan adalah persalinan kurang dari 37 minggu4
. KPD pada Kehamilan Aterm Ketuban pecah dini/ premature rupture of membranes
(PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya yang terbukti dengan vaginal pooling,
tes nitrazin dan tes fern (+), IGFBP-1 (+) pada usia kehamilan ≥ 37 minggu.4
Kehamilan pasien termasuk dalam klasifikasi KPD preterm/PPORM karena
usia kehamilan pasien 35 minggu.

Kemungkinan terjadinya KPD berhubungan dengan banyak faktor. Faktor yang


berhubungan dengan terjadinya KPD yang pertama adalah infeksi yang terjadi pada selaput
ketuban maupun infeksi dari vagina yang merambat keatas. Pada penelitian Ning Li, dkk
(China, 2013) menunjukkan hasil kultur bakteri sekret vagina (+) sebesar 30,2% pada wanita
yang mengalami KPD, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 10,76%. Tingkat infeksi
saluran genital secara signifikan lebih tinggi pada kasus KPD dibandingkan dengan kelompok
kontrol, sehingga infeksi saluran reproduksi dan kejadian KPD sangat terkait.5,6
Faktor kedua adalah serviks inkompeten yaitu kondisi serviks yang kurang lentur
sehingga tidak mampu menahan kehamilan. Faktor yang ketiga adalah tekanan intrauterine
yang meningkat dapat disebabkan oleh trauma fisik seperti hubungan seksual, pemeriksaan
dalam maupun amniosintesis, faktor keempat adalah ketegangan Rahim yang berlebihan yang
dapat disebabkan karena hidroamnion atau kehamilan ganda. Fakor lainnya adalah
ketidaksesuaian panggul dengan kepala bayi, kehamilan multigravida dan kurang gizi.7
Pada pasien, yang dicurigai sebagai faktor resiko untuk terjadinya KPD adalah
riwayat keputihan yang telah dialami sejak Desember 2018 yang belum pernah diobat.
Keputihan (fluor albus) merupakan salah satu tanda dari infeksi organ reproduksi
wanita.

15
Diagnosa KPD dapat ditegakkan pertama dengan melakukan anamnesa. Dalam
anamnesa ibu dengan KPD biasanya didapatkan bahwa ibu merasa basah pada kemaluan atau
juga dengan mengeluarkan cairan yang banyak dari jalan lahir. Cara yang kedua adalah dengan
inspeksi dilihat tampak keluarnya cairan ketuban dari vagina. Cara yang ketiga adalah dengan
cara pemeriksaan spekulum dilihat tampak cairan keluar dari orifisium uteri eksternum atau
akan mengumpul pada fornik posterior (Pooling). Dan cara yang keempat adalah dengan
pemeriksaan dalam yang akan mendapatkan cairan dalam vagina dan selaput ketuban sudah
tidak ada lagi.8
Jika diagnosis tidak dapat dikonfirmasi, lakukan tes pH dari forniks posterior vagina
(pH cairan amnion biasanya ~ 7.1-7.3 sedangkan sekret vagina ~ 4.5 -6). Pemeriksaan USG
dapat berguna untuk melengkapi diagnosis untuk menilai indeks cairan amnion. Jika
didapatkan volume cairan amnion atau indeks cairan amnion yang berkurang tanpa adanya
abnormalitas ginjal janin dan tidak adanya pertumbuhan janin terhambat (PJT) maka
kecurigaan akan ketuban pecah sangatlah besar, walaupun normalnya volume cairan ketuban
tidak menyingkirkan diagnosis. Nilai normal cairan amnion berdasarkan ICA adalah 20-25cm.
Dikatakan berkurang jika ICA 5-8 cm dan dikatakan oligohidroamnion jika ICA < 5 cm.9,10
Pada beberapa kasus, diperlukan tes laboratorium untuk menyingkirkan kemungkinan
lain keluarnya cairan/ duh dari vagina/ perineum. Jika diagnosis KPD aterm masih belum jelas
setelah menjalani pemeriksaan fisik, tes nitrazin dan tes fern, dapat dipertimbangkan.
Pemeriksaan seperti insulin-like growth factor binding protein 1(IGFBP-1) sebagai penanda
dari persalinan preterm, kebocoran cairan amnion, atau infeksi vagina terbukti memiliki
sensitivitas yang rendah9. Penanda tersebut juga dapat dipengaruhi dengan konsumsi alkohol.
Selain itu, pemeriksaan lain seperti pemeriksaan darah ibu dan CRP pada cairan vagina tidak
memprediksi infeksi neonatus pada KPD preterm.11
Diagnosa KPD pada kasus ditegakkan berdasarkan anamnesa pasien mengatakan
keluar air-air dari jalan lahir sejak 7 jam SMRS berwarna jernih, keluar spontan tidak
bisa ditahan, tidak berbau dan tes lakmus/tes nitrazin (+). Pada pemeriksaan fisik VT
didapatkan selaput ketuban (-) dan pemeriksaan inspekulo terdapat cairan jernih yang
keluar dari OUE, pooling (+), dan valsava (+). Hasil USG menunjukkan ICA pasien 2 cm
sehingga ditegakkan juga diagnosis oligohidroamnion.

16
Pada usia kehamilan lebih dari 34 minggu, mempertahankan kehamilan akan
meningkatkan resiko korioamnionitis dan sepsis. Tidak ada perbedaan signifikan jika
dibandingkan dengan usia kehamilan < 34 minggu terhadap kejadian respiratory distress
syndrome . Pada saat ini, penelitian menunjukkan bahwa mempertahankan kehamilan lebih
buruk dibanding melakukan persalinan.12
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif
beri deksametason untuk memacu kematangan paru janin, observasi tanda-tanda infeksi, dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu. jika sudah inpartu, tidak ada
infeksi, berikan tokolitik, deksametason, dan induksi sesudah 24 jam. Jika terdapat tanda
infeksi beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-
tanda infeksi intrauterin).12
Tatalaksana yang diberikan pada pasien adalah deksametason 2x6mg untuk
memacu kematangan paru janin, antibiotik ceftriakson 2x1 gram dikarenakan terdapat
suatu tanda infeksi yaitu peningkatan leukosit sebesar 14.170/μl dan terminasi pasca
pematangan paru.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Putri MS, Dewi R. Ketuban Pecah Dini pada Kehamilan Preterm. Lampung: FK
Universitas Lampung. 2016.
2. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran: Ketuban Pecah Dini. Perkumpulan Obstetri
dan Ginekologi Indonesia: Himpunan Kedokteran Feto Maternal. 2016.
3. Kusuma AA. Ketuban Pecah Dini dan Peranan Amniopatch dalam Penatalaksanaan
Ketuban Pecah Dini Preterm. Denpasar: FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar. 2011.
4. Royal Hospital for Women. Obstetric clinical guidelines group: preterm premature
rupture of membranes assessment and management guideline. 2009.
5. Ning Li, Quilan F, Wenhua C. Cause Analysis and Clinical Management Experience
of The Premature Rupture of Membrane. China: Department of Obstretrics and
Gynecology, Nanning and Child Health Care Hospital. 2005.
6. Maryuni et al. Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini. Kesmas: National Public Health
Journal. 2017; 11(3): 133-137.
7. Mishra S, Joshi M. Premature Rupture of Membrane – Risk Factors: A Clinical Study.
2017; 4(3).
8. Jazayeri A. Premature Rupture of Membranes. Amerika: American College of
Obstetricians and Gynecologist. 2018.
9. Messidi AE, Cameron A. Diagnosis of Premature Rupture of Membranes: Inspiration
From the Past and Insights for the Future. Montreal QC: 1 Division of Maternal-Fetal
Medicine, Department of Obstetrics and Gynecology, Royal Victoria Hospital, McGill
University. 2010.
10. Patel A, Patel HV. Role of Amniotic Fluid Index in Pregnancy Outcome. IAIM. 2015;
2(8): 1-12.
11. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan, edisi 1 Jakarta; 2013.
12. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan: Ketuban Pecah dini. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2008.

18

Anda mungkin juga menyukai