Pembimbing:
dr. M. Farid Ghazali, Sp.OG(K)
Disusun Oleh:
Felix Nifalo
030.14.067
Noferly Gina Jessica Go
030.14.142
Disusun oleh:
Felix Nifalo
030.14.067
Noferly Gina Jessica Go
030.14.142
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat anugerah-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Ketuban Pecah Dini”.
Laporan Kasus ini disusun untuk memenuhi tugas dari syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan di Rumah Sakit
Umum Daerah Karawang Periode 10 Desember 2018 – 16 Januari 2019.
Penulis
Felix Nifalo
Noferly Gina Jessica Go
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum
terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau setelah usia gestasi 37 minggu
dan disebut KPD aterm atau premature rupture of membranes (PROM) dan sebelum usia
gestasi 37 minggu atau KPD preterm atau preterm premature rupture of membranes
(PPROM).1
Masalah KPD memerlukan perhatian yang lebih besar, karena prevalensinya yang
cukup besar dan cenderung meningkat. Kejadian KPD aterm terjadi pada sekitar 6,46-15,6%
kehamilan aterm dan PPROM terjadi pada terjadi pada sekitar 2-3% dari semua kehamilan
tunggal dan 7,4% dari kehamilan kembar. PPROM merupakan komplikasi pada sekitar 1/3 dari
semua kelahiran prematur, yang telah meningkat sebanyak 38% sejak tahun 1981. Dapat
diprediksi bahwa ahli obstetri akan pernah menemukan dan melakukan penanganan kasus KPD
dalam karir kliniknya.2
Kejadian KPD preterm berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas
maternal maupun perinatal. Sekitar 1/3 dari perempuan yang mengalami KPD preterm akan
mengalami infeksi yang berpotensi berat, bahkan fetus/ neonatus akan berada pada risiko
morbiditas dan mortalitas terkait KPD preterm yang lebih besar dibanding ibunya, hingga
47,9% bayi mengalami kematian. Persalinan prematur dengan potensi masalah yang muncul,
infeksi perinatal, dan kompresi tali pusat in utero merupakan komplikasi yang umum terjadi.
KPD preterm berhubungan dengan sekitar 18-20% kematian perinatal di Amerika Serikat.2
Pada praktiknya manajemen KPD saat ini sangat bervariasi. Manajemen bergantung
pada pengetahuan mengenai usia kehamilan dan penilaian risiko relatif persalinan preterm
versus manajemen ekspektatif. Seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan bertambah
pemahaman mengenai risiko-risiko serta faktor-faktor yang mempengaruhi, diharapkan ada
suatu pedoman dalam praktik penatalaksanaan KPD aterm dan KPD preterm, seperti waktu
persalinan, penggunaan medikamentosa, dan praktik pemilihan/ pengawasan terhadap
manajemen ekspektatif, karena masih banyaknya variasi mengenai manajemen KPD,
khususnya KPD preterm. Dengan adanya pendekatan penatalaksanaan yang sistematis dan
berbasis bukti ataupun konsensus maka diharapkan luaran persalinan yang lebih baik.3
1
BAB II
ILUSTRASI KASUS
2.2 Anamnesis
Dilakukan di IGD RSUD Karawang pada Tanggal 16 Januari 2019 pukul 11.10
- Keluhan Utama
Pasien rujukan dari klinik Amanda dengan G2P1A0 hamil 34 minggu dan ketuban pecah
dini (KPD).
2
ini buang air kecil dan buang air besar dalam batas normal dan tidak terdapat nyeri pada saat
berkemih. Pada surat rujukan dituliskan bahwa hasil pemeriksaan lakmus pada air-air yang
keluar (+).
Keluhan tidak disertai dengan darah dan lendir darah. Pasien menyangkal adanya riwayat
demam, mual, muntah, pusing atau nyeri kepala, pandangan kabur, nyeri ulu hati, maupun nyeri
perut kanan atas. Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan selama kehamilan, maupun merokok
sebelum dan selama masa kehamilan berlangsung.
Pasien mengaku hamil 8,5 bulan dengan haid pertama hari terakhir (HPHT) 15 Mei 2018
dan taksiran persalinan (TP) 22 Februari 2019. Usia kehamilan berdasarkan HPHT 35+1
minggu. Pasien melakukan antenatal care (ANC) di bidan 4x dan Puskesmas 1x. Setiap kali
melakukan ANC dikatakan kondisi ibu sehat dan tidak ada tekanan darah tinggi selama
kehamilan. Pasien mengaku pernah melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) sebanyak
1x di puskesmas pada tanggal 20 Desember 2018 pada saat usia kehamilan 31 minggu dan
dikatakan janin dalam kondisi baik, presentasi kepala, plasenta di corpus bagian depan dan
dikatakan cairan ketuban cukup. Imunisasi tetanus dan toxoid sudah dilakukan 2x di bidan.
3
- Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat KPD sebelumnya (-) Riwayat tekanan darah tinggi (-), Riwayat penyakit
tekanan darah tinggi sebelum kehamilan saat ini (-), diabetes melitus (-), alergi (-), asma (-
), penyakit jantung (-), penyakit kronis (-)
- Riwayat Mestruasi
Pasien mengatakan menstruasi pertama kali (menarch) saat usia 13 tahun. Siklus
menstruasi biasanya 28 hari dengan lama mestruasi 7 hari. Dalam satu hari biasanya pasien
mengganti pembalut sebanyak 2x (40cc). Keluhan nyeri saat mestruasi disangkal.
- Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 2x. Pernikahan yang pertama pasien menikah sejak usia 15 tahun sampai
usia 33 tahun dan menghasilkan 1 anak. Pernikahan kedua pasien menikah sejak usia 33 tahun
hingga sekarang dan belum menghasilkan anak.
- Riwayat Obstetri
G2P1A0 dengan anak pertama perempuan, Tanggal lahir 17 Januari 1998, usia saat ini 21
tahun, lahir spontan dan dibantu Bidan, berat badan saat lahir 2500 gram, hidup.
- Riwayat Kontrasepsi
Pasien mengaku pernah menggunakan KB suntik sejak tahun 1998 pasca lahiran anak
pertama dan digunakan hingga tahun 2010. Pasien kontrol untuk suntik 3 bulan sekali
4
2.3 Pemeriksaan Fisik
Dilakukan di IGD RSUD Karawang pada Tanggal 16 Januari 2019 pukul 11.10
- Leher
JVP tidak meningkat, Pembesaran tiroid (-), Pembesaran kelenjar getah bening (-)
5
- Thorax
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midclavikularis kiri
Perkusi : Redup
Auskultasi : BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru
Inspeksi : Simetris, otot bantu napas (-)
Palpasi : Vocal fremitus simetris
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : SNV (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
- Abdomen
Inspeksi : Terdapat striae gravidarum, Perut membuncit sesuai
kehamilan
Auskultasi : Bising usus 3x/menit
Palpasi : turgor kulit baik, pembesaran hepar dan lien sulit dinilai
Perkusi : sulit dinilai karena hamil
- Ekstremitas
Inspeksi : Sianosis (-)
Palpasi : AH (+), OE (-) , CRT < 2 detik
6
2.3.5 Status Obstetri
- Leopold
o 1: teraba bagian bulat, tidak melenting, kesan bokong
o 2: teraba bagian keras seperti papan di sebelah kanan perut ibu kesan punggung,
teraba bagian-bagian kecil di sebelah kiri perut ibu kesan ekstremitas
o 3: teraba bagian bulat, keras, melenting, kesan kepala
o 4; kedua tangan membentuk sudut divergen 3/5
- TFU dan Taksiran Berat janin
o TFU: 27 cm
o TBJ dihitung berdasarkan rumus Johnson Tausak: (27-12) x 155 = 2325 gram
- HIS: 1x/10’/20”
- DJJ: 148x/menit
- Genitalia:
o Inspeksi: Vuva Uretra tenang, tidak ada kelainan, tidak terdapat perdarahan
o Vaginal Toucher: Dinding vagina teraba licin, portio lunak, posisi posterior,
tebal 2 cm, pembukaan 2 cm, kepala hodge II, tidak teraba selaput ketuban
o Inspekulo: Portio licin, ostium uteri eksternum terbuka, terdapat cairan jernih
yang keluar dari OUE, pooling (+), valsava (+), fluor albus (+), fluksus (-)
7
2.4 Pemeriksaan penunjang
2.4.1 Laboratorium
Tanggal : 16/01/2019 11:49
No Lab : 1901160403
MCV 85 fL 80-100
MCH 29 Pg 26-34
MCHC 34 g/dL 32-36
RDW CV 14,7 % 12,0-14,8
Masa Perdarahan/BT 2 Menit 1-3
Masa Pembekuan/CT 9 Menit 5-11
Golongan Darah ABO O
Golongan Darah Rh Positif
Kimia Klinik
Gula Darah Sewaktu 74 mg/dL 70-110
Imunologi
HbSAg Non reaktif Non reaktif
8
2.4.2 CTG
CTG 16 Januari 2019
2.4.3 USG
JPKTH / Plasenta di Fundus / FHR +
BPD 85 / AC 285 / FL 64,2 / TBJ 2200 / ICA 2
~34-35 minggu
9
2.5 Resume
Pasien dating rujukan klinik Amanda G2P1A0 hamil 34 minggu dengan KPD. Pasien
mengeluh keluar air-air (+) sejak 7 jam SMRS, jernih, tidak berbau dan keluar spontan. Mulas
(+) sejak 1 minggu yang lalu dan semakin sering sejak 7 jam SMRS. Keputihan (+) sejak
Desember 2018 dan riwayat gigi berlubang (+). Hubungan seksual terakhir 4 hari yang lalu.
BAK dan BAB tidak ada keluhan. Pemeriksaan lakmus (+), darah (-), lender darah (-), riwayat
demam (-), mual (-), muntah (-), pusing (-), pandangan kabur (-), nyeri ulu hati (-), nyeri perut
kanan atas (-).
HPHT 15 Mei 2018, usia kehamilan 35+1 minggu, Tafsiran persalinan 22 Februari 2019.
ANC 4x di bidan, 1x di puskesmas, USG 1x di puskesmas dan hasil pemeriksaan ibu dan janin
dalam kondisi baik. Imunisasi TT 2x di bidan.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum sakit sedang, kesadaran kompos mentis, tekanan
darah 130/70 mmHg, laju nadi 98x/menit, laju napas 18x/menit, suhu 36,8’C, dan SpO2 99%.
Pada status generalis di dapatkan dalam batas normal sedangkan untuk status obstetri sebagai
berikut:
Terdapat striae gravidarum, TFU 27 cm dengan TBJ 2325 berdasarkan TFU dan 2200
berdasarkan USG, presentasi kepala, punggung kanan, HIS 1x/10’/20”, DJJ 144 dpm.
Pemeriksaan inspeksi pada genitalia didapatkan vuva uretra tenang, tidak ada kelainan,
tidak terdapat perdarahan. Pemeriksaan VT didapatkan dinding vagina teraba licin, portio
lunak, posisi posterior, tebal 2 cm, pembukaan 2 cm, kepala hodge II, selaput ketuban (-). Pada
pemeriksaan inspekulo didapatkan Portio licin, ostium uteri eksternum terbuka, terdapat cairan
jernih yang keluar dari OUE, pooling (+), valsava (+), fluor albus (+), fluksus (-)
Dari hasil pemeriksaan penunjang didapatkan adanya peningkatan leukosit sebesar
14.170 /μl, CTG Kategori I dan USG didapatkan JPKTH, Plasenta di fundus, FHR +, TBJ 2200
dan ICA 2.
10
2.6 Diagnosis Kerja
Ibu: G2P1A0 hamil 35 minggu kala 1 fase laten belum in partu dengan KPD 7 jam dan
oligohidroamnion (ICA 2)
Janin: Janin presentasi kepala, letak membujur, tunggal, hidup, intrauterine, CTG
kategori I
2.7 Penatalaksanaan
- Observasi tanda vital, HIS, DJJ, dan apakah ada kemajuan persalinan
- Dexamethasone 2x6mg
- Inj. Ceftriakson 2x1 gram
- IVFD RL 20 tpm
- Terminasi pasca pematangan paru
2.8 Prognosis
Ibu:
Ad Vitam : ad bonam
Ad Functionam : ad bionam
Ad Sanationam : ad bonam
Janin
Ad Vitam: : dubia ad bonam
11
2.9 Follow up
FOLLOW TANGGAL
12
FOLLOW TANGGAL
13
2.10 Laporan Partus Spontan
Tanggal : 16 Januari 2019
Waktu : 16.50
Lahir spontan bayi laki-laki, BB 2060 gram, PB 40 cm, APGAR Score 6/8
Air ketuban jernih, jumlah sedikit
Ibu disuntik oksitosin 10 IU IM
Bayi dikeringkan dan diselimuti
Tali pusat dijepit dan dipotong
Dilakukan peregangan tali pusat terkendali
Waktu : 16.55
14
BAB III
ANALISIS KASUS
15
Diagnosa KPD dapat ditegakkan pertama dengan melakukan anamnesa. Dalam
anamnesa ibu dengan KPD biasanya didapatkan bahwa ibu merasa basah pada kemaluan atau
juga dengan mengeluarkan cairan yang banyak dari jalan lahir. Cara yang kedua adalah dengan
inspeksi dilihat tampak keluarnya cairan ketuban dari vagina. Cara yang ketiga adalah dengan
cara pemeriksaan spekulum dilihat tampak cairan keluar dari orifisium uteri eksternum atau
akan mengumpul pada fornik posterior (Pooling). Dan cara yang keempat adalah dengan
pemeriksaan dalam yang akan mendapatkan cairan dalam vagina dan selaput ketuban sudah
tidak ada lagi.8
Jika diagnosis tidak dapat dikonfirmasi, lakukan tes pH dari forniks posterior vagina
(pH cairan amnion biasanya ~ 7.1-7.3 sedangkan sekret vagina ~ 4.5 -6). Pemeriksaan USG
dapat berguna untuk melengkapi diagnosis untuk menilai indeks cairan amnion. Jika
didapatkan volume cairan amnion atau indeks cairan amnion yang berkurang tanpa adanya
abnormalitas ginjal janin dan tidak adanya pertumbuhan janin terhambat (PJT) maka
kecurigaan akan ketuban pecah sangatlah besar, walaupun normalnya volume cairan ketuban
tidak menyingkirkan diagnosis. Nilai normal cairan amnion berdasarkan ICA adalah 20-25cm.
Dikatakan berkurang jika ICA 5-8 cm dan dikatakan oligohidroamnion jika ICA < 5 cm.9,10
Pada beberapa kasus, diperlukan tes laboratorium untuk menyingkirkan kemungkinan
lain keluarnya cairan/ duh dari vagina/ perineum. Jika diagnosis KPD aterm masih belum jelas
setelah menjalani pemeriksaan fisik, tes nitrazin dan tes fern, dapat dipertimbangkan.
Pemeriksaan seperti insulin-like growth factor binding protein 1(IGFBP-1) sebagai penanda
dari persalinan preterm, kebocoran cairan amnion, atau infeksi vagina terbukti memiliki
sensitivitas yang rendah9. Penanda tersebut juga dapat dipengaruhi dengan konsumsi alkohol.
Selain itu, pemeriksaan lain seperti pemeriksaan darah ibu dan CRP pada cairan vagina tidak
memprediksi infeksi neonatus pada KPD preterm.11
Diagnosa KPD pada kasus ditegakkan berdasarkan anamnesa pasien mengatakan
keluar air-air dari jalan lahir sejak 7 jam SMRS berwarna jernih, keluar spontan tidak
bisa ditahan, tidak berbau dan tes lakmus/tes nitrazin (+). Pada pemeriksaan fisik VT
didapatkan selaput ketuban (-) dan pemeriksaan inspekulo terdapat cairan jernih yang
keluar dari OUE, pooling (+), dan valsava (+). Hasil USG menunjukkan ICA pasien 2 cm
sehingga ditegakkan juga diagnosis oligohidroamnion.
16
Pada usia kehamilan lebih dari 34 minggu, mempertahankan kehamilan akan
meningkatkan resiko korioamnionitis dan sepsis. Tidak ada perbedaan signifikan jika
dibandingkan dengan usia kehamilan < 34 minggu terhadap kejadian respiratory distress
syndrome . Pada saat ini, penelitian menunjukkan bahwa mempertahankan kehamilan lebih
buruk dibanding melakukan persalinan.12
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif
beri deksametason untuk memacu kematangan paru janin, observasi tanda-tanda infeksi, dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu. jika sudah inpartu, tidak ada
infeksi, berikan tokolitik, deksametason, dan induksi sesudah 24 jam. Jika terdapat tanda
infeksi beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-
tanda infeksi intrauterin).12
Tatalaksana yang diberikan pada pasien adalah deksametason 2x6mg untuk
memacu kematangan paru janin, antibiotik ceftriakson 2x1 gram dikarenakan terdapat
suatu tanda infeksi yaitu peningkatan leukosit sebesar 14.170/μl dan terminasi pasca
pematangan paru.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Putri MS, Dewi R. Ketuban Pecah Dini pada Kehamilan Preterm. Lampung: FK
Universitas Lampung. 2016.
2. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran: Ketuban Pecah Dini. Perkumpulan Obstetri
dan Ginekologi Indonesia: Himpunan Kedokteran Feto Maternal. 2016.
3. Kusuma AA. Ketuban Pecah Dini dan Peranan Amniopatch dalam Penatalaksanaan
Ketuban Pecah Dini Preterm. Denpasar: FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar. 2011.
4. Royal Hospital for Women. Obstetric clinical guidelines group: preterm premature
rupture of membranes assessment and management guideline. 2009.
5. Ning Li, Quilan F, Wenhua C. Cause Analysis and Clinical Management Experience
of The Premature Rupture of Membrane. China: Department of Obstretrics and
Gynecology, Nanning and Child Health Care Hospital. 2005.
6. Maryuni et al. Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini. Kesmas: National Public Health
Journal. 2017; 11(3): 133-137.
7. Mishra S, Joshi M. Premature Rupture of Membrane – Risk Factors: A Clinical Study.
2017; 4(3).
8. Jazayeri A. Premature Rupture of Membranes. Amerika: American College of
Obstetricians and Gynecologist. 2018.
9. Messidi AE, Cameron A. Diagnosis of Premature Rupture of Membranes: Inspiration
From the Past and Insights for the Future. Montreal QC: 1 Division of Maternal-Fetal
Medicine, Department of Obstetrics and Gynecology, Royal Victoria Hospital, McGill
University. 2010.
10. Patel A, Patel HV. Role of Amniotic Fluid Index in Pregnancy Outcome. IAIM. 2015;
2(8): 1-12.
11. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan, edisi 1 Jakarta; 2013.
12. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan: Ketuban Pecah dini. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2008.
18