Penyusun:
Noferly Gina Jessica Go
030.14.142
Pembimbing:
dr. Donald Marpaung, Sp. THT-KL
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Polip Hidung Yang Disertai
Dengan Sinusitis”. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian referat ini, terutama kepada dr.
Donald Marpaung, Sp. THT-KL selaku pembimbing yang telah memberikan waktu dan
bimbingannya sehingga referat ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan referat ini tidak lepas dari kesalahan dan
kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan berbagi kritik, saran dan masukan untuk
perbaikan selanjutnya dimasa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap semoga referat ini
dapat memberikan manfaat dan dapat bernilai positif bagi semua pihak yang membutuhkan, baik
dalam bidang kedokteran, khususnya untuk bidang ilmu penyakit THT.
Kritik dan saran penulis hargai demi penyempurnaan penulisan serupa dimasa yang akan
datang. Besar harapan penulis, semoga referat ini dapat bermanfaat dan dapat bernilai positif
bagi semua pihak yang membutuhkan.
Noferly G. J. Go
030.14.142
DAFTAR ISI
HALAMAN
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 1
2.1 Fisiologi tidur ................................................................................................ 2
2.2 Sistem respirasi saat tidur ............................................................................. 2
2.3 Klasifikasi OSA ............................................................................................ 5
2.4 Epidemiologi OSA ........................................................................................ 5
2.5 Gejala klinis OSA ......................................................................................... 6
2.6 Diagnosis OSA.............................................................................................. 7
2.7 Penyakit kardiovaskuler ................................................................................ 10
2.8 Hubungan OSA dengan penyakit kardiovaskuler ......................................... 10
2.8.1 Hubungan OSA dan hipertensi.............................................................. 12
2.8.2 Hubungan OSA dan aterosklerosis ....................................................... 13
2.8.3 Hubungan OSA dengan acute coronary syndrome dan aritmia ............ 13
2.8.4 Hubungan OSA dan gagal jantung kongestif ........................................ 14
2.9 Terapi OSA ................................................................................................... 15
BAB III KESIMPULAN................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 19
BAB I
PENDAHULUAN
Polip hidung merupakan masalah kesehatan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup
penderita baik pendidikan, pekerjaan, dan aktivitas harian. Polip hidung ialah massa lunak yang
mengandung banyak cairan di dalam rongga hidung, berwarna putih, keabu-abuan, yang terjadi
akibat inflamasi mukosa. (1)
Prevalensi polip nasi dilaporkan 1-2% pada orang dewasa di Eropa dan 4,2% di
Finlandia. Di Amerika Serikat prevalensi polip nasi diperkirakan antara 1-4%. Pada anak-anak
sangat jarang ditemukan dan dilaporkan hanya sekitar 0,1%. Penelitian Larsen dan Tos di
Denmark memperkirakan insidensi polip nasi sebesar 0,627 per 1000 orang per tahun.(2) Di
Indonesia studi epidemiologi menunjukkan bahwa perbandingan pria dan wanita 2-3:1 dengan
prevalensi 0,2%-4,3%.(3)
Sinusitis merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam praktek dokter sehari-hari,
bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di seluruh dunia.
Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai atau dipicu
oleh rinitis sehingga sering disebut rinosinusitis.(1)
Prevalensi sinusitis di Indonesia cukup tinggi. Penyakit sinusitis menempati urutan ke 25
dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit.
Hal ini membuktikan bahwa masih banyak masyarakat luas yang menderita sinus hingga saat
ini.(3) beberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus, rinitis, polip hidung,
kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan kompleks ostio-meatal
(KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia seperti pada sindroma
Kartagener, dan di luar negeri adalah penyakit fibrosis kistik. (1)
Gejala-gejala sinusitis yang biasanya muncul adalah batuk atau pilek yang menahun,
sakit kepala, demam dan nyeri. Gejala tersebut sering kali diabaikan oleh penderia sinusitis
sehingga pasien datang kerumah sakit sudah dengan komplikasi seperti osteomyelitis, kelainan
orbita, kelainan intrakranial, infeksi telinga tengah, infeksi tenggorokan, gangguan pernapasan
danlain sebagainya.
Referat ini akan membahas bagaimana terjadinya sinusitis yang disertai dengan polip
hidung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.2 Sinusitis
Sinusitis didefinisikan sebagai(11):
Inflamasi hidung dan sinus paranasal yang ditandai dengan adanya dua
atau lebih gejala, salah satunya harus termasuk sumbatan
hidung/obstruksi/kongesti atau pilek (sekret hidung anterior/posterior),
nyeri/tekanan wajah, penurunan/hilangnya penghidu.
Salah satu dari temuan endoskopi:
1. Polip dan / atau
2. Sekret mukopurulen dari meatus medius dan / atau
3. Edema / obstruksi mukosa dimeatus media o Gambaran tomografi
komputer memperlihatkan perubahan mukosa dikompleks osteomeatal
dimeatus media
2.3 Epidemiologi
Di Indonesia studi epidemiologi menunjukkan bahwa kasus polip hidung perbandingan
pria dan wanita 2-3:1 dengan prevalensi 0,2%-4,3%.(3) Sardjono Soejak dan Sri Herawati
melaporkan penderita polip hidung sebesar 4,63% dari semua pengunjung poliklinik THT-KL
RS.Dr. Soetomo Surabaya. Rasio pria dan wanita 2-4:1.(12) Di RSUP H.Adam Malik Medan
selama Maret 2004 sampai Februari 2005, kasus polip hidung sebanyak 26 orang terdiri dari 17
pria (65%) dan 9 wanita (35%). Selama Januari sampai Desember 2010 didapatkan kasus polip
hidung sebanyak 43 orang terdiri dari 22 pria (51,2%) dan 21 perempuan (48,8%).(13)
Faktor genetik dianggap berperan dalam etiologi polip hidung. Sekitar 14% penderita
polip memiliki riwayat keluarga menderita polip hidung. Etnis dan geografis memiliki peranan
dalam patofisiologi polip. Pada populasi Caucasian dominan polip eosinofilik sementara di Asia
dominan neutrofilik.(14)
Sinusitis Kronis adalah salah satu penyakit kronis yang paling umum di seluruh dunia.
Sinusitis Kronis juga memiliki dampak signifikan pada kualitas hidup, dengan gagal jantung
kongestif, nyeri punggung kronis, dan penyakit paru obstruktif kronik. Literatur menunjukkan
bahwa kasus sinusitis kronik dengan polip hidung meningkat seiring bertambahnya usia, dengan
onset rata-rata di semua kelompok etnis 42 tahun. Dalam kebanyakan penelitian, polip hidung
jarang terjadi di bawah usia 20 tahun dan menunjukkan lebih banyak pada pria daripada pada
wanita.(15)
2.4 Etiologi
2.4.1 Etiologi Polip Hidung
Sampai sekarang etiologi polip masih belum diketahui dengan pasti tapi ada 3
faktor yang penting dalam terjadinya polip, yaitu:
1. Adanya peradangan kronik yang berulang pada mukosa hidung dan sinus.
2. Adanya gangguan keseimbangan vasomotor.
3. Adanya peningkatan tekanan cairan interstisial dan edema mukosa hidung.
Fenomena Bernoulli menyatakan bahwa udara yang mengalir melalui tempat yang sempit
akan menyebabkan tekanan negatif pada daerah sekitarnya. Jaringan yang lemah akan terhisap
oleh tekanan negatif ini sehingga mengakibatkan edema mukosa dan menyebabkan polip.
Fenomena ini menjelaskan mengapa polip banyak berasal dari area yang sempit di infundibulum
etmoid, hiatus semilunaris dan area lain di meatus medius.(16)
Pada awal pembentukan polip ditemukan edema mukosa yang kebanyakan terjadi
didaerah meatus medius. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan interseluler, sehingga mukosa
yang sembab akan menjadi polipoid. Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin
membesar dan kemudian akan turun kedalam rongga hidung sambil membentuk tangkai,
sehingga terbentuk polip.(16)
2.5 Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari untuk terjadinya sinusitis kronik pada sinusitis yang disertai
polip hidung tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Beberapa penelitian berfokus pada peran sel
epitel sinonasal, sistem imun host, dan patogen yang kemungkinan berperan untuk terjadinya
sinusitis yang disertai polip hidung. Dikatakan bahwa terganggunya barrier epitel sinonasal dapat
menyebabkan lebih mudah untuk terpapar dengan patogen, antigen dan partikel dari inhalasi
sehingga terjadi respon imun yang memicu terjadinya inflamasi.(17)
Gambar 2.4 Patogenesis Sinusitis disertai Polip Hidung
Pemeriksaan lain yang mungkin perlu dilakukan adalah tes alergi pada pasien
yang diduga atopi, biopsy bila ada kecurigaan keganasan dan kultur polip nasi.(17)
1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan:
Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala Leher, Edisi ke-7. Jakarta: FKUI. 2012
2. Erbek SS, Erbek S, Topal O, Cakmak O. The role of allergy in the severity of nasal
polyposis. Am J Rhinol. 2012. 21(6):686-90.
3. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan:
Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala Leher, Edisi ke-6. Jakarta: FKUI. 2007. 123-25.
4. Broek, P.V.D, Feenstra L., 2010. Anatomi dan Fisiologi Sinus Paranasal. Buku Saku
Ilmu Kesehatan Tenggorok, Hidung, dan Telinga. Edisi 12. Jakarta: EGC, 99-100.
5. Hwang PH, Abdalkhani A, 2009. Embriology, Anatomy, and Phisiology of The Nose and
Paranasal Sinuses. In :Ballenger’s Otorhiolaryngology Head And Neck Surgery.
Centennial Edition. BC Becker Inc. USA. p: 456-63.
6. Kennedy DW, Lee JT, 2006, Endoscopic Sinus Surgery, in Head and Neck
SurgeryOtolaryngology, Vol I, Fourth Edition, ByronJ.Bailey Lippincott Wiliams and
Wilkins, Philadelphia,459-75
7. Nizar NW. 2000. Anatomik Endoskopik Hidung Sinus Paranasal dan Patofiologi
Sinusitis. Dalam : Kumpulan Naskah Lengkap Kursus, Pelatihan dan Demo BSEF,
Makassar, 1-11.
8. Mangunkusumo E, 2000. Persiapan Operasi BSEF: Nasoendoskopi dan Pemeriksaan
Tomografi Komputer dalam Kursus Bedah Sinus Endoskopi Fungsional. Makasar. hal:
13-25.
9. Walsh et al, 2006, Sinonasal Anatomy, Function, and Evaluation. In : Bailey BJ, Johnson
JT, Kohut RI, Pillsbury HC, Tardy ME. Head and Neck Surgery Otolaryngology. 4th
Edition. Vol 2. Philadelphia : Lippincot Williams & Wilkins.
10. Naclerio RM, Baroody FM, Pinto JM. Nasal Polyps and Biomarkers. The Journal of
Allergy and Clinical Immunology: In Practice, Volume 5, Issue 6, November–December
2017, Pages 1582-1588.
11. Fokkens, W.J., Lund, V.J., Bachert, C. et al. (2012) European Position Paper on
Rhinosinusitis and Nasal Polyps. Rhinology. [Online] 50(23). p.1-298.
12. Prof. Dr. dr. Sardjono Soedjak, MHPEd, Sp.THT, dr. Sri Rukmini, Sp.THT, dr. Sri
Herawati, Sp.THT & dr. Sri Sukesi, Sp.THT. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung &
Tenggorok. Jakarta : EGC. 2000.
13. Fatwa D. Profil Polip Nasi di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010. Medan:
Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara. 2012.
14. Aaron,Chandra,Conley,Kern. 2010. Epidemiology of Nasal Polyps in Nasal Polyposis.
T.M.Onerci and B.J. Ferguson (eds), Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
15. Chaaban MR, Walsh EM, Woodworth BA. Epidemiology and differential diagnosis of
nasal polyps. Am J Rhinol Allergy. 2013 Nov-Dec; 27(6): 473–478.
16. Budiman BJ, Asyari A. Diagnosis Dan Penatalaksanaan Rinosinusitis Dengan Polip Nasi.
Padang: FK Universitas Andalas.
17. Stevens WW, Schleimer RP, Kern RC. Chronic Rhinosinusitis with Nasal Polyps. J
Allergy Clin Immunol Pract. 2016 Jul-Aug; 4(4): 565–572.
18. Budiman BJ, Ade Asyari. Diagnosis dan Penatalaksanaan Rinosinusitis dengan Polip
Nasi. Padang: FK Universitas Andalas. 2008.
19. Assanasen P, Naclerio RM. Medical and Surgical Management of Nasal Polyps.
Lippincott Williams & Wilkins, Inc. 2001.
20. Bachert C, Hormann K, Mosges R, Rasp G, Riechelmann H, Muller R. An Update on
The Diagnosis and Treatment of Sinusitis and Nasal Polyposis. Allergy 2003. 58: 176-
191.