Anda di halaman 1dari 24

REFERAT Noverly Go

TERAPI CAIRAN Pembimbing :


PENDAHULUAN
•Air merupakan bagian terbesar
pada tubuh manusia,
presentasenya dapat berubah
tergantung pada umur, jenis
kelamin, dan derajat obesitas
seseorang.
•Cairan dalam tubuh terbagi
menjadi 2 bagian utama : cairan
intraseluler (CIS), cairan
ekstraseluler (CES)
FISIOLOGI CAIRAN TUBUH
ELEKTROLIT
 zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghantarkan arus listrik.
Dibedakan menjadi :

 Kation (ion positif)


Kation utama dalam cairan ekstraseluler adalah natrium (Na+) sedangkan
kation utama dalam cairan intraseluler adalah kalium (K+).

 Anion (ion negatif)


Anion utama dalam cairan ekstraseluler adalah klorida (Cl-) dan bikarbonat
(HCO3), sedangkan anion utama dalam cairan intraselular adalah ion fosfat
(PO43-)
NON ELEKTROLIT
 Substansi seperti glukosa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam larutan. Non-
elektrolit lainnya yang secara klinis penting mencangkup kreatinin dan bilirubin.
PROSES PERGERAKAN CAIRAN TUBUH
1. osmosis
 bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membran semipermeabel (permeabel selektif) dari
larutan berkadar lebih rendah menuju larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama.

2. Difusi
 bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan bergerak dari konsentrasi tinggi ke arah larutan
berkonsentrasi rendah. Tekanan hidrostatik pembuluh darah juga mendorong air masuk berdifusi
melewati pori-pori tersebut.

3. Pompa Natrium Kalium


 suatu proses transpor yang memompa ion natrium keluar melalui membran sel dan pada saat
bersamaan memompa ion kalium dari luar ke dalam. Tujuan dari pompa natrium kalium adalah untuk
mencegah keadaan hiperosmolar di dalam sel.
KESEIMBANGAN
CAIRAN
PERUBAHAN CAIRAN TUBUH

Perubahan • Defisit volume

volume • Kelebihan volume

Perubahan •

Hiponatremia
Hipernatremia

konsentrasi •

Hipokalemia
Hiperkalemia

Perubahan •

Asidosis respiratorik (pH <7,35 PaCO2 >45 mmHg)
Alkalosis respiratorik (pH >7,45 dan PaCo2 <35 mmHg)

komposisi •

Asidosis metabolik (pH <7,35 dan bikarbonat < 21 mEq/L)
Alkalosis metabolik (pH >7,45 dan bikarbonat >27 mEq/L)
PENILAIAN DEHIDRASI
Anamnesa : Apakah ada perdarahan, muntah, diare, rasa haus. Kencing terakhir,
jumlah dan warnya.
Pemeriksaan fisik: apakah ada tanda-tanda obyektif dari status cairan, seperti
tekanan darah, nadi, berat badan, kulit, abdomen, mata dan mukosa.
Laboratorium: pemeriksaan elektrolit, BUN, hematokrit, hemoglobin dan protein.
TANDA KLINIS DEHIDRASI
TERAPI CAIRAN
TERAPI CAIRAN
•Merupakan administrasi cairan
terhadap pasien untuk fungsi terapi. Kristaloid
•Dapat dimasukkan secara peroral, Resusitasi
intravena, intraperitoneal, intraoseus,
subkutan, atau secara oral
Koloid
Terapi
•Meliputi 2 bagian dasar yaitu : cairan
• Resusitasi cairan Elektrolit
• Terapi rumatan (maintenance therapy) Rumatan
Nutrisi
TERAPI CAIRAN RUMATAN (HOLIDAY SEGAR)
TERAPI CAIRAN RUMATAN

•Terapi rumatan bertujuan memelihara keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi.


Diberikan dengan kecepatan 80 ml/jam. Untuk anak gunakan rumus 4:2:1, yaitu :

o4 ml/kg/jam untuk 10 kg pertama

o2 ml/kg/jam untuk 10 kg kedua

o1 ml/kg/jam tambahan untuk sisa berat badan


TERAPI CAIRAN PEMBEDAHAN
• 2 ml/kg BB/jam untuk kebutuhan dasar
• Pembedahan dengan trauma ringan diberikan cairan ditambah 4 ml/kg BB/jam
sebagai pengganti akibat trauma pembedahan
• Cairan pengganti akibat trauma pembedahan sedang 6 ml/kg BB/jam
• Pada trauma pembedahan berat 8 ml/kg BB/jam.
• cairan pengganti anak  trauma pembedahan ringan: 2ml/kgBB/jam
 trauma pembedahan sedang: 4ml/kgBB/jam
 trauma pembedahan berat 6 ml/kgBB/jam
Intravenous fluid replacement in haemorrhagic shock
Class I 2.5 L Ringer-lactate solution or 1.0 L polygelatin
(haemorrhage 750 ml (15%))

Class II
(haemorrhage 800-1500 ml (15-30%)) 1.0 L polygelatin plus 1.5 L Ringer-lactate solution

Class III
(haemorrhage 1500-2000 ml (30-40%)) 1.0. L Ringer-lactate solution plus 0.5 l whole blood or 0.1-
1.5 L equal volumes of concentrated red cells and
polygelatin

Class IV 1.0 L Ringer-lactate solution plus 1.0 L polygelatin plus 2.0 L


(haemorrhage 2000 ml (48%)) whole blood or 2.0 L equal volumes of concentrated red
cells and polygelatin or hestastarch
CAIRAN PASCA BEDAH
Terapi cairan paska bedah ditujukan untuk :
Memenuhi kebutuhan air, elektrolit dan nutrisi.
Mengganti kehilangan cairan pada masa pasca bedah (cairan lambung,
febris).
Melanjutkan penggantian defisit prabedah dan selama pembedahan.
Koreksi gangguan keseimbangan karena terapi cairan.
 Nutrisi parenteral bertujuan menyediakan nutrisi lengkap, yaitu kalori,
protein dan lemak termasuk unsur penunjang nutrisi dan elektrolit.
40 – 50 Kcal/kg dengan protein 0,2 – 0,24 mg N/kg
JENIS CAIRAN
1. Cairan Kristaloid
a. Ringer laktat
b. Ringer
c. NaCl 0,9% (normal saline)
d. Dextrose 5% dan 10%
2. Cairan Koloid
a. Koloid Alami yaitu fraksi protein plasma 5% dan albumin manusia ( 5 dan 2,5%).
b. Koloid Sintesis , yaitu
- Dextran
- Hydroxylethyl Starch (Heta starch)
- Gelatin
CAIRAN KRISTALOID
 Cairan ini mempunyai komposisi mirip cairan ekstraseluler
 Waktu paruh cairan kristaloid di ruang intravaskuler sekitar 20-30 menit.
 kristaloid sebaiknya dipilih untuk resusitasi defisit cairan di ruang interstitiel.
 Larutan Ringer Laktat merupakan cairan kristaloid yang paling banyak digunakan
untuk resusitasi cairan walau agak hipotonis dengan susunan yang hampir
menyerupai cairan intravaskuler.
 NaCl 0,9%, tetapi bila diberikan berlebih dapat mengakibatkan asidosis
hiperkloremik (delutional hyperchloremic acidosis)
CAIRAN KOLOID
•Mempunyai partikel besar yang agak
sulit menembus membran
semipermeabel/dinding pembuluh
darah sehingga sifatnya hipertonik dan
dapat menarik cairan dari luar
pembuluh darah.
JENIS CAIRAN
KRISTALOID KOLOID

•Aman, non toksik, bebas reaksi, dan •Terdapat bahan/zat yang punya berat
molekul tinggi dengan aktivitas osmotik
murah sehingga cairan ini cenderung bertahan agak
lama dalam ruang intravaskuler.
•Memiliki komposisi yang mirip cairan •Dapat digunakan untuk resusitasi cairan secara
ekstraseluler cepat terutama pada syok hipovolemik atau
hemoragik
•Lebih banyak banyak menyebar ke •Mahal
ruang interstitial dibandingkan dengan
koloid  sebaiknya dipilih untuk •Dapat menimbulkan reaksi anafilaktik (walau
jarang)
resusitasi defisit cairan di ruang
interstitial •Terdapat risiko timbulnya AKI apabila
digunakan berlebihan

Anda mungkin juga menyukai