BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Katarak kongenital adalah kekeruhan lensa yang timbul sejak lahir pada tahun
pertama kehidupan dan merupakan salah satu penyebab kebutaan pada anak yang
sering di jumpai.Jika katarak tetap tak terdeteksi, kehilangan penglihatan yang
permanen dapat terjadi. Turunnya penglihatan akibat katarak tergantung pada posisi
kekeruhan lensa, jika kekeruhan lentikular timbul pada sumbu penglihatan maka akan
terjadi gangguan visus secara signifikan dan dapat berlanjut menjadi kebutaan. Jika
kataraknya sedikit, dibagian depan atau perifer lensa, gangguan penglihatan hanya
sedikit.
2.2 EPIDEMIOLOGI
a. Frekuensi
Di Indonesia belum data mengenai insiden katarak kongenital, namun di
Amerika Serikat insiden katarak kongenital adalah 1,2-6 kasus per 10.000 kelahiran.
Insiden katarak secara internasional belum diketahui. Meskipun WHO dan organisasi
kesehatan yang lain membuat resolusi yang luar biasa dalam vaksinasi dan
pencegahan penyakit, angka rata-rata katarak kongenital mungkin lebih tinggi di
bawah negara berkembang.
b. Mortalitas/Morbiditas
Mordibitas penglihatan mungkin berasal dari ambliopia deprivasi, ambliopia
refaksi, glaukoma (sebanyak 10% setelah operasi pengangkatan), dan retinal
detachment.Penyakit metabolik dan sistemik ditemukan sebanyak 60% pada katarak
bilateral.Katarak kongenital umumnya menyertai pada retardasi mental, tuli, penyakit
ginjal, penyakit jantung dan gejala sistemik.
c. Umur
Katarak kongenital biasanya didiagnosa pada bayi yang baru lahir.
4
Klasifikasi
Klasifikasi katarak kongenital berdasarkan morfologi penting, karena dapat
menunjukkan etiologi kemungkinan, diwariskan dan efek pada penglihatan. Adapun
klasifikasi berdasarkan morfologi adalah sebagai berikut:
5
a. Katarak nuclear adalah katarak yang terbatas pada nukleus lensa embrio atau
janin. Katarak bisa padat atau halus dengan kekeruhan berbentuk serbuk/seperti
debu (Gambar 6A). Berhubungan dengan mikrophthalmos.
b. Katarak lamellar, mempengaruhi lamella tertentu dari lensa baik anterior dan
posterior (Gambar 6B) dan dalam beberapa kasus dikaitkan dengan ekstensi radial
(Gambar 6C). Katarak lamellar mungkin AD, terjadi pada bayi dengan gangguan
metabolik dan infeksi intrauterin.
c. Katarak koroner (supranuclear), katarak terletak di korteks dalam dan
mengelilingi inti seperti mahkota (Gambar 6D). Biasanya sporadis dan hanya
sesekali yang bersifat herediter.
d. Katarak blue dot (cataracta punctata caerulea - Gambar 6E) yang umum dan tidak
berbahaya, dan dapat bersamaan dengan katarak jenis lain.
e. Katarak sutura, di mana kekeruhan mengikuti sutura Y anterior atau posterior.
(Gambar 6F).
f. Katarak polaris anterior (Gambar 7A), bisa flat atau kerucut ke ruang anterior
(katarak piramidal - Gambar 7B). Katarak piramidal sering dikelilingi oleh daerah
katarak kortikal dan dapat mempengaruhi penglihatan. Berhubungan dengan
katarak polaris anterior termasuk membran pupil persisten (Gambar 7C), aniridia,
anomali Peters dan lenticonus anterior.
g. Katarak polaris posterior (Gambar 7D) kadang-kadang berhubungan dengan sisa-
sisa hyaloid persisten (Mittendorf dot), lenticonus posterior dan vitreous primer
hiperplastik persisten.
h. Katarak central oil droplet (Gambar 7E), khas pada galaktosemia.
i. Katarak membranosa, jarang dan mungkin terkait dengan Hallermann-Streiff-
François sindrom. Terjadi ketika bahan lentikular sebagian atau seluruhnya
menyerap kembali meninggalkan sisa kapur putih-materi lensa yang terjepit di
antara kapsul anterior dan posterior (Gambar 7F).
6
membawa anak dengan keluhan anak kurang melihat, tidak dapat fokus atau kurang
bereaksi terhadap sekitarnya. Gejala lain yang dapat di jumpai antar lain fotofobia,
strabismus, nistagmus. Adanya riwayat keluarga perlu ditelusuri karena kira-kira
sepertiga katarak kongenital merupakan herediter.Riwayat kelahiran yang berkaitan
dengan prematuritas, infeksi maternal, pemakaian obat-obatan dan radiasi selama
kehamilan perlu ditanyakan.
2.5 DIAGNOSIS
Gejala klinis pada katarak kongenital adalah silau, bercak putih pada pupil
disebut leukokoria, penglihatan berkurang, cahaya tidak dapat melalui lensa, karena
tidak lagi transparan.Pada anak yang lebih tua mata bisa berubah.Ini disebut
strabismus, atau dikenal dengan juling.Terjadi karena mata tidak bisa fokus dengan
baik.Pemeriksaan mata secara menyeluruh dapat menegakkan diagnosis dini katarak
kongenital. Lensa yang keruh dapat terlihat tanpa bantuan alat khusus dan tampak
sebagai warna keputihan pada pupil yang seharusnya berwarna hitam. Bayi gagal
menunjukkan kesadaran visual terhadap lingkungan di sekitarnya dan kadang terdapat
nistagmus.
Pemeriksaan dengan slit lamp pada kedua bola mata tidak hanya melihat
adanya katarak tetapi juga dapat mengidentifikasi waktu terjadinya saat di dalam
rahim dan jika melibatkan sistemik dan metabolik. Pemeriksaan dilatasi fundus
direkomendasikan untuk pemeriksaan kasus katarak unilateral dan bilateral. Bila
fundus okuli tidak dapat dilihat dengan pemeriksaan oftalmoskopi indirek, maka
sebaiknya dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.
8
2.6 PENATALAKSANAAN
• Evaluasi
Anamnesa Memperhatikan anamnesa lengkap, onset dan tanda serta gejala
dari status okuli dari pemeriksaan mata sebelumnya dapat membantu prognosis
penglihatan setelah terapi.Selain itu, dalam anamnesa juga harus diperoleh informasi
mengenai tumbuh kembang anak, kebiasaan makan, kelainan tumbuh kembang
lainnya, lesi kulit dan riwayat keluarga.
• Fungsi Penglihatan
Perkembangan fungsi penglihatan dapat dibantu dari anamnesa, observasi dari
fiksasi dan refleks, pemeriksaan tingkah laku, dan pemeriksaan elektrofisiologi.Anak
dengan katarak kongenital bilateral biasanya menunjukkan penurunan penglihatan
dan perkembangan yang terlambat, fiksasi okuli dan pergerakan mata dapat menurun
atau tidak ada.
Strabismus juga dapat di jumpai, khususnya pada anak dengan katarak
unilateral.Nistagmus terjadi karena kehilangan penglihatan awal dan sebagai tanda
bahwa penglihatan bisa menjadi turun setelah terapi.
• Pemeriksaan segmen anterior
Pemeriksaan dengan slit-lamp dapat menjelaskan morfologi dari katarak dan
dapat membantu menentukan penyebab dan prognosis.Hal yang berhubungan dengan
kornea abnormal, iris dan pupil dapat dicatat. Slit lamp yang mudah dibawa secara
khusus membantu pemeriksaan bayi dan anak. Glaukoma bisa dikesampingkan
karena katarak dan glaukoma dihubungkan dengan rubella congenital dan Lowe
Syndrome.
9
• Pemeriksaan funduskopi
Suatu pemeriksaan untuk melihat keadaan retina dan optic disc untuk
memperkirakan penglihatan potensial dari mata.Ketika katarak sudah komplit dan
menghambat aksis penglihatan.B-ultrasonografi dapat digunakan untuk
menyingkirkan retina dan vitreous patologis.Secara khusus penting dilakukan pada
pasien dengan katarak bilateral yang tebal untuk melihat adanya retinoblastoma.
PEMBEDAHAN
- Pengangkatan lensa ( lensektomi )
Pada anak-anak pemasangan lensa kontak ataupun kacamata ditujukan untuk
koreksi afakia. Lensektomi dilakukan melalui insisi kecil di limbus atau pars plana
menggunakan alat pemotong vitreous atau alat aspirasi manual. Irigasi dapat
dilakukan dengan alat infus terintegrasi atau kanul yang terpisah untuk pembedahan
bimanual.
- Ekstra kapsular katarak ekstraksi
Ketika IOL digunakan secara luas pada tahun 1980 maka tehnik yang
digunakan para ahli adalah tehnik ekstra kapsular katarak dan menggantikan tehnik
intrakapsular. Walaupun ECCE memerlukan insisi limbus yang relatif besar ( 8-10
mm ) tapi hal ini relatif sederhana dan memudahkan untuk belajar tanpa
membutuhkan peralatan yang mahal.
- Rehabilitasi optik post operasi
Pilihan koreksi optik untuk afakia tergantung pada berbagai faktor.Kacamata
afakia adalah metode paling aman yang tersedia dan mudah diganti untuk
mengakomodasi perubahan refraksi yang timbul seiring pertumbuhan anak.
emetropia pada usia 1 tahun nilai refraksinya pada usia 10 tahun menjadi sekitar -8D.
Oleh karena itu implantasi lensa intra okuler memerlukan perhitungan yang
mencakup usia anak dan target refraksi pada saat dilakukan pembedahan.
Kebanyakan ahli memasang implant lensa intra okuler dengan kekuatan yang
dibutuhkan sampai usia dewasa dan membiarkan anak tumbuh dewasa dengan pilihan
kekuatan lensa intra okuler tersebut. Kemudian anak yang undercorrection dan
memerlukan kacamata hipermetropia dengan penurunan kekuatan refraksi bertahap
hingga usia remaja.
2.7 KOMPLIKASI
Tanpa intervensi yang segera, katarak kongenital dapat memicu terjadinya
“mata malas” atau ambliopia. Keadaan ambliopia ini kemudian memicu masalah lain
seperti nistagmus, strabismus, dan ketidakmampuan untuk menyempurnakan
gambaran terhadap objek. Operasi katarak pada anak-anak memiliki komplikasi yang
lebih tinggi dibandingkan pada orang dewasa. Komplikasi pasca operasi adalah
sebagai berikut:
1. Kekeruhan capsular posterior hampir menyeluruh jika kapsul posterior masih
dipertahankan pada anak di bawah usia 6 tahun.
2. Membran sekunder dapat terbentuk di seluruh pupil, terutama di microphthalmic
mata atau dengan uveitis kronis.
3. Proliferasi epitel lensa bersifat universal tetapi biasanya penglihatan tidak
konsekuen, karena tidak melibatkan sumbu visual..
4. Glaukoma akhirnya berkembang pada sekitar 20% dari mata.
Closed-angle glaucoma dapat terjadi pada periode pasca operasi segera di
mata microphthalmic sekunder karena terdapat penyumbatan pupil.
Secondary open-angle galucoma dapat berkembang bertahun-tahun setelah
operasi awal, karena itu penting untuk memantau tekanan intraokular jangka
panjang.
11
5. Ablasio retina merupakan komplikasi yang jarang terjadi dan biasanya terlambat.
2.8 PROGNOSIS
Prognosis visus tergantung dari age of onset, jenis katarak (unilateral/bilateral,
total/parsial), ada tidaknya kelainan mata yang menyertai katarak, tindakan operasi
(waktu, teknik, komplikasi) dan rehabilitasi visus pasca operasi.
Prognosis penglihatan untuk pasien katarak anak-anak yang memerlukan
pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien senilis.Adanya ambliopia dan
kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian
penglihatan pada kelompok pasien ini. Prognosis untuk perbaikan ketajaman
penglihatan setelah operasi paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling
baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang progresif lambat.
12
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA