Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN

Stroke merupakan penyakit neurologis utama di usia dewasa, berdasarkan tingginya


angka kejadian, kegawatdaruratan, penyebab utama kecacatan dan kematian.1 Menurut World
Health Organization (WHO), stroke adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi serebri
fokal atau global yang berkembang dengan cepat atau tiba-tiba, berlangsung lebih dari 24 jam
atau berakhir dengan kematian, dengan tidak tampaknya penyebab lain selain penyebab
vaskular. Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan terhentinya suplai darah
kebagian otak sehingga dapat menyebabkan kelumpuhan hingga kematian.2
Stroke hemoragik atau yang dikenal juga sebagai intracerebral haemorrhage (ICH)
spontan merupakan salah satu jenis patologi stroke akibat pecahnya pembuluh darah
intraserebral. Kondisi tersebut menimbulkan gejala neurologis yang terjadi secara tiba-tiba dan
seringkali diikuti gejala akibat efek desak ruang atau peningkatan tekanan intracranial (TIK).
Itu sebabnya angka kematian pada stroke hemoragik menjadi lebih tinggi dibandingkan stroke
iskemik.1
Berdasarkan data American Heart Association (AHA)/American Stroke Association
(ASA) tahun 2009, angka kematian stroke hemoragik mencapai 49,2%, hampir dua kali lipat
stroke iskemik (25,9%). Dari semua kematian akibat stroke, 1,05% akibat akibat perdarahan
subaraknoid. Sebesar 2-5% kejadian stroke dapat terjadi perdarahan subaraknoid non-
traumatik (spontan) yang menimpa 37.500 kasus stroke per tahun di Amerika Serikat.1,3
Perdarahan subaraknoid atau subarachnoid haemorrhage (SAH) adalah salah satu
kedaruratan neurologis yang disebabkan oleh ekstravasasi darah menuju ruang subarachnoid
di antara membran araknoid dan piamater. Insidens SAH secara keseluruhan adalah 10,5% per
100.000 penduduk pertahun di dunia, dimana perempuan 1,6 kali lipat lebih tinggi
dibandingkan pria.1,3
Dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) tahun 2012, kompetensi seorang
dokter umum adalah dapat mendiagnosis stroke dan memberi tatalaksana awal pada keadaan
darurat dan kemudian merujuk pasien ke layanan kesehatan yang lebih tinggi (3B). Oleh karena
itu laporan kasus ini dibuat untuk mengetahui dasar diagnosis dan memberikan terapi awal
yang adekuat pada pasien stroke hemoragik yakni pendarahan subarakhnoid.

Anda mungkin juga menyukai