Anda di halaman 1dari 3

Adenomiosis

Pendahuluan
Adenomiosis adalah kondisi umum yang ditandai dengan invasi endometrium ke dalam
jaringan otot rahim. Kondisi ini menyebabkan terjadinya hipertrofi miometrium dan hiperplasia
disekitar kelenjar endometrium ektopik. Gejala yang paling sering terlihat pada penderita dengan
adenomisosis adalah dismenore, menometrorrhagia dan nyeri panggul kronis. Pada beberapa
penelitian terakhir, telah diketahui juga bahwa infertilitas merupakan gejala pada kasus adenomiosis.
Beberapa tahun terakhir, adenomiosis terdiagnosis pada wanita usia subur atau wanita yang
telah melewati masa suburnya dengan tingkat prevalensi yang bervariasi, dari 1% sampai 70%.
Diagnosis klinis adenomiosis sulit ditegakkan, karena tidak menunjukkan tanda dan gejala
yang spesifik. Dahulu, diagnosis adenomiosis ditegakkan dengan pemeriksaan spesimen uterus post
histerektomi. Dengan kemajuan teknologi medis beberapa dekade terakhir, teknik pencitraan baru
telah diperkenalkan. Dengan transvaginal ultrasound tiga dimensi (3D TVU) dan magnetic resonance
imaging (MRI), memungkinkan untuk membuat diagnosis non-invasif.
Mengobati adenomiosis merupakan sebuah tantangan, dan histerektomi diketahui sebagai
satu-satunya cara untuk mengatasi kondisi tersebut secara efektif. Namun demikian, terdapat juga
sejumlah pilihan alternatif yang tersedia, seperti berbagai jenis terapi hormonal, hormon releasing
intrauterine device dan prosedur invasif minimal yang menunjukkan hasil menjanjikan. Diagnosis non-
invasif dan pengobatan tanpa melakukan pengangkatan rahim sangat penting bagi penderita
adenomiosis yang masih muda dan ingin mempertahankan kesuburan mereka.

adenomiosis
Adenomiosis adalah gangguan ginekologi jinak pada perempuan dimasa subur mereka, yang
menimbulkan berbagai gejala. Adenomiosis ditandai dengan terganggunya perbatasan antara lapisan
basal endometrium dan lapisan miometrium yang bersifat kronis. Akibatnya terjadi invasi kelenjar
endometrium ke dalam miometrium, sehingga miometrium tampak hipertropi dan terjadi hiperplasia
pada kelenjar endometrium ektopik.
adenomiosis dianggap suatu kondisi berupa invasi endometrium ke dalam miometrium, menimbulkan
pembesaran uterus difus, dan menunjukkan gambaran mikroskopis berupa kelenjar endometrium
non-neoplastik dan stroma yang dikelilingi oleh miometrium yang mengalami hipertrofi dan
hiperplastik.
Patofisiologi
Kondisi klinis yang ditemukan pada adenomiosis uteri berupa gangguan batas kronis antara lapisan
basal endometrium dan miometrium (zona junctional), dan adanya kelenjar endometrium dan stroma
dalam miometrium. Penyebabnya masih tetap tidak jelas.
Zona junctional memiliki beberapa sifat khas, dan gangguan pada zona ini diduga berkontribusi
terhadap nyeri panggul kronis yang berhubungan dengan adenomiosis, infertilitas, perdarahan
menstruasi yang tidak normal dan pengembangan menjadi kondisi endometriosis. Poin penting lain
dalam patogenesis andenomiosis adalah pengaruh hormonal, imunologi, genetika dan faktor-faktor
pertumbuhan.
klasifikasi adenomiosis dibuat berdasarkan (A) keberadaan lesi adenomyotic (> 2,5mm dari zona
junctional) dan kedalaman penetrasi miometrium, (B) tingkat penyebaran dan (C) konfigurasi lesi
A. Kedalaman penetrasi :
1. Mild - melibatkan sepertiga bagian dalam miometrium
2. Moderat - melibatkan dua pertiga dari miometrium
3. Severe - melibatkan > dua pertiga dari miometrium
B. Tingkat penyebaran :
1. Grade I : 1-3 islet
2. Grade II : 4-10 islet
3. Grade III : > 10 islet
C. Konfigurasi Lesi :
1. Adenomiosis Difuse : Invasi kelenjar endometrium dan / atau stroma ke dalam
miometrium dapat diamati sebagai pulau jaringan adenomyotic yang tersebar difus di
seluruh jaringan otot rahim. Adenomiosis difuse adalah bentuk yang paling umum dan
ditemukan pada dua pertiga kasus.
2. Adenomiosis Focal : Jenis ini disebut juga adenomiosis nodular atau adenomioma.
Adenomiosis focal jarang ditemukan. Pasein yang menderita adenomiosis focal
ditemukan infiltrasi lebih terbatas dalam otot rahim. Lesi biasanya diskrit dan didefinisikan
dengan baik, atau ditemukan sebagai nodul dalam otot rahim.

Terdapat sejumlah teori yang diyakini menjadi etiologi terjadinya adenomiosis


1. Adenomiosis berkembang dari hasil invaginasi endometrium ke dalam miometrium
Terdapat beberapa teori yang memungkinkan terjadinya invaginasi. Trauma pada miometrium,
yang menyebabkan miometrium menjadi melemah, kegagalan respon imun oleh sel T dan sel B
pada jaringan miometrium sehingga merangsang sitokin yang mungkin mengganggu zona
junctional endometrium dengan miometrium.
2. Adenomiosis berkembang dari embriologi misplace sisa-sisa sel mullerian
Teori ini didukung oleh temuan yang menunjukkan bahwa jaringan endometrium eutopik dan
ektopik menampakkan reaksi berbeda terhadap perubahan hormonal. Berbagai Growth factor
dan sitokin juga memberi respon berbeda dalam jaringan adenomyotic dibandingkan jaringan
endometrium eutopik. Hal ini menunjukkan bahwa dua jenis jaringan pada endometrium ini
mungkin memiliki karakteristik biologis yang berbeda.
3. Adenomiosis dibentuk oleh invaginasi lapisan basalis sepanjang sistem limfatik intramiometrial

Hipotesis ini didukung oleh temuan jaringan endometrium pada sistem limfatik intramiometrial.
Hal ini menunjukkan bahwa sistem limfatik dalam miometrium adalah rute yang memungkinkan
terjadinya invaginasi dari endometrium basal.

4. Adenomiosis berasal dari sel induk sumsum tulang yang misplace

Fakta bahwa regenerasi endometrium dapat didukung oleh sel-sel induk sumsum tulang
mendukung teori yang menyatakan bahwa adenomiosis mungkin berasal dari sel induk sumsum
tulang.
Gejala dan tanda klinis
gejala bisa sangat bervariasi, dan diagnosis ini paling sering ditegakkan pada wanita usia empat
puluhan dan lima puluhan. Wanita dengan adenomiosis paling sering ditandai dengan dismenore dan
menometrorrhagia, dan nyeri panggul kronis. Dispareunia diamati di beberapa pasien, dan didapatkan
pembesaran uterus dan pada palpasi uterus teraba lunak
Diagnosis klinis adenomiosis sangat sulit ditegakkan karena tanda dan gejala yang tidak spesifik.
Contohnya gejala perdarahan uterus disfungsional dan fibroid pada endometriosis juga ditemukan
pada penderita adenomiosis. Banyak wanita yang didiagnosis dengan adenomiosis tidak menunjukkan
gejala yang kompleks, dan beberapa studi menunjukkan tidak ada korelasi yang jelas antara gejala dan
tingkat patologi penderita. Sebanyak 30% -50% dari wanita dengan adenomiosis tidak menunjukkan
gejala, dan diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi histerektomi.

Anda mungkin juga menyukai