Seorang pasien ibu hamil datang ke BPS untuk memeriksaan kehamilannya. Setelah diperiksa , ternyata bidan menemukan bahwa ibu tersebut mempunyai penyakit kelainan jantung. Bidan mengatakan pada ibu bahwa kehamilan ini beresiko tinggi. Karena penyakit jantung ibu tersebut dapat menyebabkan kematian saat ibu bersalinan nanti. Oleh sebab itu, bidan menyarankan kepada ibu untuk menggugurkan kandungannya ke dokter Obstetri dan Ginekology tapi ibu menolak. Ibu dan keluarga sangat menginginkan bayi ini karena ini merupakan anak pertama dan sangat dinanti dalam keluarga. Hal ini menyebabkan bidan mengalami dilema. Jika tidak digugurkan akan mengancam keselamatan ibu dan bayinya dan apabila digugurkan akan mengganggu kejiwaan ibunya karena anak tersebut adalah anak pertama yang sangat diharapkan. b. Dilema moral pada persalinan Seorang ibu primipara datang tiba-tiba ke bidan X dalam keadaan inpartu. Bidan tersebut langsung melakukan pemeriksaan kepada ibu tersebut, setlah diperiksa ternyata ditemukan letak bayinya sungsang. Bidan menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu sekarang tidak memungkinkan untuk melahirkan di bidan tersebut, karena menolong persalinan dengan letak sungsang bukanlah wewenang bidan dan itu melanggar kode etik. Sehingga bidan menyarankan untuk di rujuk ke Rumah Sakit. Tapi keluarga tetap memaksa bidan untuk melahirkan di bidan tersebut. Keluarga tidak mau mengambil resiko jika ibu tidak tertolong saat diperjalanan rujukan ke Rumah Sakit, dan keluarga percaya bidan dapat menolong persalinan tersebut. Disini bidan merasa dilema antara harus merujuk pasien atau tidak merujuk dan menolong persalinan sendiri sehingga melanggar kode etik. c. Dilema moral pada neonatus Ada seorang ibu bernama “S” yang datang ke sebuah BPM. Ibu tersebut berusia 17 tahun dan mempunyai seorang anak berusia 2 minggu. Ibu tidak mau menyusui anak tersebut karena dia tidak siap untuk mempunyai anak dan dia takut akan perubahan citra tubuhnya. Karena memang anak tersebut tidak diinginkan atau hasil kecelakaan. Sedangkan anak tersebut di diagnosa mengalami kelainan pada sistem kekebalan tubuh sehingga tidak dapat diberikan susu formula, dan diharuskan memberikan ASI ekslusif hingga sistem kekebalannya normal kembali. Disini bidan merasa dilema. d. Dilema moral pada KB Disebuah desa, seorang klien bernama Ny “F” yang datang ke Bidan bersama suaminya. Ny “F” adalah seorang ibu rumah tangga berusia 26 tahun, dan mempunyai seorang anak yang baru berusia 2 tahun. Ny “F” adalah lulusan SMP , dan suaminya seorang pekerja serabutan dengan pendapatan yang tak menentu. Ny “F” berniat untuk berkonsultasi masalah KB, Suami dan Ibu bersepakat untuk menunda kehamilan dan meminta pendapat kepada bidan. Bidan tersebut menyarankan ibu untuk memasang KB IUD, karena menurut pemeriksaan ibu menderita pertumbuhan abnormal pada payudara, sehingga ibu tidak diperbolehkan menggunakann KB hormonal. Namun ibu dan suami menentang keputusan bidan , karena faktor ekonomi dan juga kurangnya KIA pada ibu sehingga ibu dan suami tidak mengerti bahaya jika ibu menggunakan KB hormonal. Dalam kasus ini bidan mengalami dilema moral untuk memberikan keputusan dan KIA pada ibu dan suami
3.2 Penyelesaian Kasus Dilema Moral
a. Dilema Moral pada kehamilan 1) Memberikan KIE kepada ibu dan keluarga tentang bahaya bila kandungan tetap dipertahankan.. 2) Melibatkan keluarga dalam pengambilan keputusan. b. Dilema Moral pada Persalinan Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien jika bidan tidak mempunyai kewenangan dalam menolong persalinan sungsang. Selain itu juga dijelaskan jika di BPS tersebut tidak memiliki fasilitas persalinan yang lengkap seperti di Rumah Sakit.. Jadi bidan tidak bisa menolong dengan maksimal. c. Dilema Moral pada Neonatal Solusi untuk masalah yang dihadapi Ny.”Y” yaitu agar bayinya tetep mendapatkan ASI, maka langkah yang harus dilakukan yang pertama adalah mencarikan ibu susuan atau mecarikan bank ASI. Langkah kedua untuk ibu, bidan memberikan KIE tentang pentingnya memberikan ASI untuk pemenuhan gizi bagi pertumbuhan dan perkembangan bayinya. Selain itu bidan memberikan dukungan dan dorongan agar ibu siap mental saat menyusui. d. Dilema Moral pada KB Solusi untuk masalah yang dihadapi oleh Ny “A” yaitu pertama dengan memberikan KIE terhadap ibu dan suami tentang bahaya menggunakan KB secara hormonal terhadap penyakit yang diderita. Dalam masalah ini pasangan suami istri tersebut tidak setuju menggunakan KB IUD karena menganggap biaya KB IUD lebih mahal daripada KB hormonal, disini bidan memberikan pandangan kepada ibu tentang perbandingan biaya menggunakan KB IUD dan KB hormonal. Pada KB IUD walaupun terkesan mahal namun bisa digunakan dalam jangka panjang. Sedangkan jika menggunakan KB hormonal walaupun harganya murah namun ibu harus rutin menggunakan KB hormonal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa KB non hormonal lebih terjangkau dari KB hormonal dan juga pada ibu yang menderita pertumbuhan abnormal payudara akan berdampak buruk apabila menggunakan KB hormonal. Pada kasus ini peran bidan dalam memberikan KIE sangat penting untuk ibu saat pengambil keputusan memilih KB terbaik yang sesuai dengan keadaannya saat ini.