Anda di halaman 1dari 4

Kasus Distosia Bahu (etika kebidanan)

Selasa,

04

Juni 2013
KAJIAN KASUS Seorang ibu dengan hamil TERM G3P2A0 hendak
melahirkan di BPS. Pemeriksan kehamilan (ANC) rutin di Klinik tempat ibu
bekerja dan sudah disarankan untuk melahirkan di Rumah Sakit karena TFU
sudah 40 cm dan hasil USG TBY 4,2 kg. Ketika sudah tiba waktunya untuk
bersalin, keluarga menyarankan untuk melahirkan ke tempat bidan terdekat,
karena kehamilan sebelumnya juga melahirkan ke BPS tersebut. Sesudah
sampai di BPS, bidan tersebut sanggup menerima karena merasa mampu
menolong karena riwayat pesalinan sebelumnya juga bisa ditolong di
tempatnya. Ketika dalam proses persalinan terjadi distosia bahu, kepala bisa
lahir, tetapi bahu tidak bisa lahir, akhirnya bidan merujuk ke Rumah Sakit,
tetapi sampai di Rumah Sakit bayi meninggal dan dilahirkan secara spontan
dengan berat bayi lahir 5,3 kg.
Analisa Kasus Faktor yang sangat berpengaruh saat kita mau
melahirkan adalah factor kepercayaan dan kenyamanan pada siapa dan
dimana kita akan melahirkan. Artinya pada seseorang bidanpun kalau
memang kondisi ibu dan bayinya tidak bermasalah dan sang ibu merasa
percaya dan nyaman akan baik-baik saja. Hanya yang perlu diperhatikan
adalah seorang bidan mempunyai keterbatasan dalam melakukan tindakan,
walaupun dia mampu secara ilmu pengetahuan dan pengalamannya. Ada
beberapa tindakan yang hanya boleh dilakukan oleh seorang bidan saat

menolong persalinan. Jika sang bidan tetap melakukan tindakan yang


seharusnya tidak boleh dilakukan, itu sudah termasuk malpraktek kecuali
bidan yang praktek ditempat yang terpencil dan tidak ada dokter atau
tempat rujukan sangatlah jauh dari tempat praktek bidan dan persalinan
sudah harus dilakukan. Tapi jika memungkinkan maka segera lakukan
tindakan rujukan karena kadang bidan apalagi yang sudah senior merasa
yakin dan bisa melakukan tindakan yang dilaran dan terjadi sesuatu hal,
maka itu akan jadi masalah besar. Dari kasus diatas dapat disimpulkan
bahwa : 1. Aspek Hukum Bidan X melanggar kode etik kebidanan, karena
menolong persalinan bukan wewenang bidan melainkan wewenang dokter
obsgyn.

Di

mata

masyarakat

bidan

dianggap

malpraktek

karena

menyebabkan kematian pada bayi. Walaupun bidan X sudah menawarkan


untuk dirujuk tetapi pasien dan keluarga tidak mau tetapi tidak ada bukti
penolakan untuk dirujuk. Sehingga bidan X menerima sanksi hukum berupa :
- Penjara - Denda sebanyak 1 M Bidan tidak bisa diberikan kewenangan
dalam melakukan tindakan menolong persalinan distosia bahu karena bidan
X secara Undang-Undang Kesehatan dan Etika Profesi tidak mempunyai
kewenangan untuk memberikan pertolongan persalinan patologis. Bidan
tidak mempunyai kewenangan dalam menolong persalinan distosia bahu
karena risiko yang ditimbulkannya sangat besar, secara hak pasien telah
dirugikan, terutama tentang persyaratan pasien memperoleh pelayanan
kesehatan secara aman. Dalam kasus tertentu pasien tidak memperoleh hak
secara utuh dalam memperoleh informasi tentang kondisi kesehatan karena

kelalaian/kesalahan

diagnosis

bidan

sehingga

pasien

tidak

bisa

menentukan atau menolak pelayanan apa yang sebaiknya diperolehnya. Jika


bidan melakukan pertolongan persalinan distosia bahu akan memperoleh
sangsi hukum sesuai Undang-Undang Kesehatan yang dilanggar serta sangsi
Administratif tentang pelanggaran Kode Etik dan Profesi Kebidanan 2. Aspek
Etika Bidan X kurang dalam menyampaikan informasi dan motivasi tentang
kondisi pasien, terutama tentang alasan dirujuk, bahayanya bila tidak
dirujuk, menjelaskan tentang kewenangan bidan. Sebagai bidan harus
mempunyai pengtahuan dan pemahaman yang cukup mendalam agar setiap
tindakannya sesuai dengan standar profesi dan kewenangannya. Bidan harus
mampu meyakinkan pasien dan keluarga tentang kondisi pasien dan
tindakan yang dilakukan sehingga pasien dan keluarga mengerti dan mau
melakukan apa yang disarankan bidan. Dalam hal ini bidan X telah
melanggar kode etik. 3. Aspek Moral Bidan X menganggap hal itu sudah
biasa dilakukan karena dengan pengalaman yang sudah puluhan tahun
praktek tiada terjadi apa-apa. Dengan melakukan pertolongan persalinan
distosia bahu dan sendiri merupakan pelanggaran moral (tidak bermoral),
karena mengesampingkan akibat yang akan terjadi.
Kesimpulan Dari data kajian yang telah kita peroleh dapat disimpulkan
bahwa seorang bidan harus berhati-hati dalam memberikan pelayanan pada
pasiennya. Sehingga pelayanan atau tindakan yang kita berikan tidak
merugikan pasien dan berdampak pada kesehatan pasien. Oleh karena itu
bidan harus selalu memperhatikan apa yang dibutuhkan pasien sehingga

kita mampu memberikan pelayanan yang komperhensif dan berkualitas.


Informed Choice Ibu bidan sudah memberikan pilihan, karena diperkirakan
bayi besar lebih baik persalinan dilakukan di Rumah Sakit, karena resiko
kalau lahir di BPS terjadi kemacetan dalam melahirkan bahu. Informed
Consent Tidak dilakukannya Informed Consent Langkah Penanganan I.
Memberi tahu/konseling ke pasien dan keluarga - Pendekatan secara
individu. - Mengingatkan pada ibu dan keluarganya agar ke depan lebih peka
dalam pengambilan keputusan. - Mengajak pada ibu dan keluarganya untuk
meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan, kita kembalikan semua kepada-Nya.
II. Bagi Bidan - Dari puskesmas (wilayah setempat) mengadakan audit secara
lisan dan tertulis. - Pembinaan oleh bidan koordinator puskesmas IBI
Ranting / IBI Cabang. - Audit maternal prenatal untuk mempresentasikan
kasus yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai