TAHUN 2022
1
PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI
DINAS KESEHATAN
Jalan Pandanaran Nomor 156, Boyolali 57311, Provinsi Jawa Tengah
Telp. (0276) 321009, Faks. (0276) 325847, e-mail : dinkes@boyolali.go.id
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Setiap orang berhak untuk sehat.
Angka Kematian Bayi (AKB) Kabupaten Boyolali tahun 2020 adalah 7,9 /1000
Kelahiran Hidup, tahun 2021 naik menjadi 9,7/1000 Kelahiran Hidup. Demikian pula
dengan AKB yang antara lain disebabkan asfiksia, bayi lahir dengan berat badan
rendah (BBLR), kelainan kongenital, pneumonia, diare dan lain-lain. Pada tahun
2021 jumlah kematian bayi ada 131 kasus, jumlah kematian anak balita 13 kasus,
sehingga jumlah kematian balitanya ada 144 kasus. Kematian bayi sebagian besar
terjadi pada usia neonatal, terutama pada usia 0 – 6 hari, sehingga Angka Kematian
Neonatal juga tinggi.
Bayi Baru Lahir adalah bayi umur 0 sampai dengan 28 hari, biasa disebut
neonatus atau neonatal. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2017) Neonatus
adalah bayi baru lahir sampai dengan usia 28 hari yang pada masa tersebut terjadi
perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim dan terjadi
pematangan organ hampir pada semua sistem.
Pelayanan kesehatan neonatal bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin
kelainan pada bayi, terutama dalam 24 jam pertama kehidupan. Pelayanan
kesehatan neonatal merupakan bagian dari pelayanan kesehatan anak yang
dilakukan secara komprehensif dengan pendekatan pemeliharaan peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif), dan pemulihan penyakit (rehabilitatif). Seringkali neonatal terlahir dengan
kondisi gawat darurat, yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat kematian.
Kondisi darurat yang paling sering terjadi adalah kelahiran bayi dengan asfiksia dan
bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Pelayanan gawat darurat neonatal merupakan salah satu pelayanan yang
membutuhkan kecepatan, ketepatan, dan kecermatan dalam pelaksanaannya.
Untuk itu diperlukan tenaga kesehatan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang memadai dalam menangani gawat darurat neonatal. Tenaga kesehatan
2
tersebut di antaranya dokter dan bidan. Dalam pelayanan kesehatan neonatal, bidan
merupakan tenaga kesehatan pertama yang selalu kontak dengan neonatal,
oleh karena itu bidan perlu kompeten dalam penanganan pertama gawat darurat
neonatal. Itulah sebabnya maka diperlukan adanya sosialisasi penanganan gawat
darurat neonatal, terutama di puskesmas.
B. Dasar Hukum
1. Undang – Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan
Pelayanan Kesehatan Perseorangan;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan
Kesehatan;
8. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 3 Tahun 2019 tentang Sistem
Kesehatan Daerah;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2018 tentang
Aplikasi Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019
tentang Puskesmas;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indoneseia Nomor 21Tahun 2021
tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan,
Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Kontrasepsi, Serta Pelayanan
Kesehatan Seksual;
12. Peraturan Bupati Boyolali Nomor 25 Tahun 2018 tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten
Boyolali.
3
D. Mekanisme / Proses Kegiatan
1. Kegiatan dilaksanakan dengan metode pertemuan, paparan, diskusi tanya jawab
dan praktik.
2. Acara diawali dengan pembukaan oleh panitia dilanjutkan dengan pre test.
3. Sambutan dan pengarahan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali.
4. Penyampaian materi “Kasus gawat darurat yang biasa terjadi pada neonatal”.
5. Penyampaian materi keterampilan “Praktik penanganan pertama pada bayi
asfiksia dan pada bayi dengan BBLR”.
6. Post test
7. Penutup
E. Organisasi / Tim
Organisasi / tim kegiatan “Sosialisasi Penanganan Pertama Gawat Darurat
Neonatal Di Puskesmas” adalah sebagai berikut :
1. Pelaksananya Pengelola pada Bidang Kesehatan Masyarakat Seksi Kesehatan
Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali.
2. Narasumber 2 (dua) orang Dokter Spesialis Anak
3. Peserta kegiatan sejumlah 35 orang yang terdiri dari :
a. Bidan Koordinator Puskesmas Mampu Persalinan dari 25 puskesmas
di wilayah Kabupaten Boyolali.
b. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali
c. Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Boyolali
d. Kapala Seksi Keluarga dan Gizi Masyarakat
e. Satu orang penyuluh kesehatan masyarakat Dinas Kesehatan Boyolali
f. Staf Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat sejumlah 4 orang
g. Narasumber 2 (dua) orang
4
Sedangkan agenda kegiatannya adalah sebagai berikut :
No Jam (WIB) Materi Pelaksana
1. 08.00 – 08.30 Registrasi Panitia
2. 08.30 – 09.00 Pembukaan dan pre test Panitia
3. 09.00 – 09.45 Sambutan dan Pengarahan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Boyolali.
dr. PUJI ASTUTI,MM
4. 09.45 – 10.00 Coffee Break Panitia
VI. Pembiayaan
Biaya Pertemuan “Sosialisasi Penanganan Pertama Gawat Neontal Di Puskesmas”
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Boyolali
Tahun Anggaran 2022 pada Kegiatan Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru
Lahir.
VII. Evaluasi
a. Kehadiran peserta kegiatan
b. Pre test menunjukkan tingkat pengetahuan awal bidan puksemas tentang gawat
darurat neonatal dan penanganannya.
c. Post test menunjukkan peningkatan pengetahuan bidan puskesmas tentang gawat
darurat neonatal dan penanganannya