Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENGELOLAAN

PELAYANAN KESEHATAN BALITA

BULAN APRIL

DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN 2021

PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI


1
DINAS KESEHATAN
Jalan Pandanaran Nomor 156, Boyolali 57311, Provinsi Jawa Tengah
Telp. (0276) 321009, Faks. (0276) 325847, e-mail :
dinkes@boyolali.go.id

LAPORAN PENGELOLAAN
PELAYANAN KESEHATAN BALITA
DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI
BULAN APRIL

I. LATAR BELAKANG
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu bagian dari
unit pelayanan kesehatan yang ada di Dinas Kesehatan yang bertujuan
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian bayi.
Sesuai dengan komitmen global Sustainable Development Goals (SDGs) tahun
2030, Indonesia menetapkan penurunan AKI menjadi 70 per 100.000 kelahiran
hidup dan AKB menjadi 25 per 1000 kelahiran hidup. Dengan penetapan target
tersebut harus diiringi dengan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil,
ibu melahirkan dan pelayanan bayi baru lahir. Untuk itu diperlukan upaya
pengelolaan program kesehatan ibu dan anak yang bertujuan untuk memantapkan
dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai dengan
proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan disertai dengan
perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan
kualitas yang tinggi. Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh
kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan pada masa itu menjadi
penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak pada periode
selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung
cepat dan tidak akan pernah terulang kembali, karena itu sering disebut golden age
atau masa keemasan

2
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA merupakan alat untuk
mengevaluasi keadaan status kesehatan ibu dan anak, karena dalam PWS memuat
indikator-indikator kinerja pelayanan kesehatan ibu dan anak. Dalam upaya
pemantapan manajemen perlu dilakukan evaluasi pelayanan program sebagai
bahan mawas diri dan perbaikan pelaksanaan program di masa mendatang.
Manajemen program dapat berjalan optimal jika ditunjang oleh data pendukung
yang memadai dan sistem evaluasi yang baik dari data rutin yang dilaporkan oleh
pelaksana pelayanan KIA mulai dari Bidan Desa dan Puskesmas.
Dalam pengolahan dan Analisa laporan dilaksanakan secara bertahap dan
berkelanjutan, mulai dari pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi
baru lahir dan balita. Agar memudahkan dalam penentuan kebijakan manajemen
program.

II. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengelolaan pelayanan kesehatan balita di
wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali.
B. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran pencapaian kinerja pelayanan kesehatan balita
2. Mengetahui hambatan dan kendala dalam pelayanan kesehatan balita
3. Mengetahui gambaran rencana tindak lanjut perbaikan manajemen
pengelolaan pelayanan balita

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pelayanan kesehatan balita berusia 0-59 bulan sesuai standar meliputi
pelayanan balita sehat dan pelayanan balita sakit. Pelayanan kesehatan balita sehat
adalah pelayanan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan menggunakan
buku KIA dan skrining tumbuh kembang, meliputi:
A. Pelayanan kesehatan balita usia 0 -11 bulan
B. Pelayanan kesehatan balita usia 12 – 59 bulan.
Pelayanan kesehatan balita sakit adalah pelayanan balita menggunakan pendekatan
manajemen terpadu balita sakit (MTBS).
Hasil pengelolaan pelayanan kesehatan balita di wilayah kerja Dinas Kesehatan
Kabupaten Boyolali tahun 2020 adalah sebagai berikut :

3
A. Kematian Bayi

46 KASUS KEMATIAN BAYI


3
2.5
2
1.5
1
R I
0.5 HA
6
0 0-
I I I I
LO EL R GO K R I 1 I 2 G O AS IT 1 2 BI AK R O DE 1 2 NG U O R O G
SE MP G S A PO US U NS A LAL LAL ON TER AW ONO ONO AM PL OSA SIM GE EGO EG O DO US OR OD AN
A DA CE M A YO YO S S D D S EM G G L L N EM EG M W
L A AM BO BO OJ
O Y U YU N G NO
R AN K K A K OS S A JU
T N N O
G M BA B A KA ON N
W WO

0-6 HARI 7-28 HARI 29 HARI-1 TAHUN

Pada bulan April ada 46 kasus kematian bayi di Kabupaten Boyolali, 70


% di antaranya terjadi pada masa neonatal dan 68 % dari kematian neonatal itu
terjadi pada 6 hari pertama kelahiran. Artinya pada usia perinatal, bayi sangat
rentan terhadap kesakitan dan kematian. Pengelolaan masa perinatal sangat
terkait dengan pelayanan pada saat persalinan. Termasuk pelayanan esssensial
dasar neonates pada saat lahir.
B. Penyebab Kematian Bayi

4
PENYEBAB KEMATIAN
SEPSIS

DIARE

LAIN-LAIN

PNEUMONIA

ASFIKSIA

BBLR

KELAINAN BAWAAN

0 2 4 6 8 10 12 14

Penyebab kematian bayi terbanyak adalah karena kelainan bawaan dan


BBLR, hal ini erat kaitannya dengan pengelolaan pada saat kehamilan, terutama
asupan gizi. Kekurangan gizi pada ibu hamil akan menimbulkan masalah baik
pada ibu maupun janin serta dapat menyebabkan kelainan bawaan dan berat
badan lahir rendah pada janin. Kelainan ini dapat menimbulkan
dampak buruk pada saat setelah lahir atau mengganggu tumbuh kembang yang
permanen sampai dengan usia dewasa. Penyebab kematian berikutnya adalah
asfiksia yang seringkali merupakan akibat pengelolaan persalinan yang kurang
optimal. Pneumonia pada bayi bisa terdeteksi dan tertangani secara dini bila
tata laksana kasus bayi berkulaitas yaitu dengan pendekatan MTBS. Penyebab
kematian bayi selanjutnya adalah diare, sepsis di mana hal ini seringkali
berhubungan dengan pengelolaan higyene personal dan hygine sanitasi yang
kurang adekuat.
C. Kematian Anak Balita (12-59 Bulan) Dan Penyebabnya

5
1

1 3

Lain-Lain Demam Pneumonia Diare

Tahun 2020 ada 9 kasus kematian anak balita dengan penyebab lain-lain 3
kasus, pneumonia kasus 3 kasus, Demam 2 kasus dan diare 1 kasus.
D. Kunjungan Neonatal (KN 1dan KN 3)

40.0
32.5
35.0
30.0
25.0
20.0
15.0
10.0
5.0
0.0
I I I I
BI AR R O NG O 2 EDE GO G O O 2 AR R O IT LAK O 1 PEL TEN S U LO G I 1 R AS O I 2 K 1
M S O D O G G PO N N S O W P G A U SE AN LAL NS A TER SIM LAL US U ONO
SA AG M ND KLE NG CE S O DO GO EG SA EM KLE AM UP EM W O A YO M UD
D SA A A J O YU O OS G B K JU OY A M
A
GL NO AR O N N N KA B T BO NY
K M B AN O BA
O W
W

KN 1 KN 3

Cakupan pelayanan kesehatan neonatal 1 (KN 1) 32,5 % dikarenakan ada


kematian neonatal pada hari pertama kelahiran. Cakupan pelayanan kesehatan
neonatal 3 (KN 3) yaitu 30,9 %, cakupan tidak mencapai 33,3 % dikarenakan
Sebagian balita sampai akhir bulan April usianya belum memenuhi waktu untuk
dilakukan KN 3 dan juga karena adanya kematian neonatal.
E. Pelayanan Kesehatan Bayi (Kunjungan Bayi)

6
Kunjungan Bayi
60.0

50.0

40.0
33.4
30.0

20.0

10.0

0.0
U EL O IT 2 2 R I BI GI O AS LO EN R I AK DE 1 K I 1 RI O O 1 O G I 2
G R G N
US MP OR AW ONO EG O NS A AM AN ON TER SE PAT OSA PL GE EGO US U LAL G S A OD SIM ONO PO DO LAL
M A EG S D KL A S W S M G KL M O A M E O
KE
OS JU JO U G E N Y D A D C AN O Y
N N YU TAM O KA B NO NG R A BO GLA OS N YU B
M LAKI-LAKI A
PEREMPUA TOTAL
W
O BA K ON BA
W

Pelayanan kesehatan bayi tahun 2020 mencapai 33,3 %. Secara kuantitas


sudah tercapai targetnya, namun secara kualitas perlu ditingkatkan.
F. Pelayanan Kesehatan Anak Balita (Kunjungan Anak Balita)

80.0 70.8 Kunjungan Anak Balita


70.0
60.0
50.0
40.0 31.7
30.0
20.0 10.3
10.0
0.0
I I I I I 2 S 2 2 K 1 1 E 1
N G O PEL NG S AR R O MB S U S AR TEN IMO WIT OGO S AR DR O ALI RA O O PLA O ALI ED O ONG S UK ELO
O M A O G O A U G PA S A P N O L TE EG ON M ON L G EG D U S
A UW G E S E DA U M S CE A M YO KL UD G E UD YO ANG KL AN M
J OS J NO OS K A AB M S A O Y N NY B O R
O L A B
M ON G K T NO AN KA
W O B BA
W
LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL

Cakupan pelayanan kesehatan anak balita bulan April 2021 mencapai


31,7 % dari jumlah anak balita seluruhnya. Karena adanya kematian
bayi.Kunjungan anak balita terbanyak di Puskesmas Mojosongo (70,8 %) dan
kunjungan anak balita terendah di Puskesmas Sel0 (10,3 %).
G. Pelayanan Kesehatan Balita

7
70.0 Kunjungan Balita
60.0
47.5
50.0
40.0
26.3
30.0
20.0
8.6
10.0
0.0
I I I I
IT AR NG R AS BI PEL LAK LI 1 S U AR LI 2 O 2 TEN O 2 AR GO GO O 1 R O MO O 1 NG RO EDE ELO UK
W S A E M P A U S A N A G S O N N O SI EG DO OD G S US
SA AN W T SA AM EM YOL EM GO YOL DO UP KLE AG CEP S O DO EG KL AN AM ANG M
M J U G O K O O Y A U B A D JO YU OS S R
TA N B N B N K L O N N O
G M BA O A
BA W ON K
Total Laki-Laki Perempuan W

Pelayanan kesehatan balita tidak mencapai target 33,3 %, cakupannya


hanya 26,3 %. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan akses pelayanan
kesehatan balita, terutama pelayanan luar gedung, yaitu Posyandu. Akses
balita tertinggi di Puskesmas Sawit (47,5 %) dan akses terendah di
Puskesmas Musuk (8,6 %)
H. Pelayanan Balita Sakit

30.0 25.3 Kunjungan Balita Sakit

25.0

20.0
13.8
15.0

10.0
2.0
5.0

0.0
I 2 I
LI
1
NG U O O O AS RO LO PE
L
AR DE
LA A US POG ONG SI
M
TE
R
OD SE EG
O
M N S GE
YO W M CE KL A G
JU KE OS AM M
A N
BO OJ OS TA A RA
M
ON K
W
LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL

Sampai dengan bulan April ini kurang lebih ada 13,8 % balita dari
jumlah seluruh balita yang berkunjung karena sakit. Kunjungan balita sakit
terbanyak di Puskesmas Boyolali 1 (25,3 %) dan kunjungan balita sakit
terendah adalah Puskesmas Andong (2 %).
I. Balita Sakit Mendapatkan Pelayanan MTBS

8
Pelayanan MTBS
100.0
100.0
90.0
80.0 69.7
70.0
60.0
50.0
40.0
23.4
30.0
20.0
10.0
0.0
2 K I I E I 2 L 1 I N G O 2 1 O I O S 1 O O
A LI PLA MB NG ED SAR US U GO WIT PE ALI S AR TE ON IM NO NO OG S UK S AR DR R O R A G O NG SEL
L M A A G O E A M L G PA D S O O P U N O G O TE E O
O YO G E S JUW ANG OG KEM KL S A OYO DA BU AN E A
UD YUD C M AM S AM OS E KL JOS
B N R N B GL KA A Y O
N NPEREMPUAN T NO N
KA TOTAL LAKI-LAKI
BA BA O WO
M
W

Dengan pendekatan MTBS untuk pelayanan balita sakit meningkatkan


ketrampilan petugas dalam tata laksana kasus agar penanganan penyakit
lebih efektif dan memperbaiki praktik keluarga dan masyarakat dalam
perawatan dan pola pencarian pertolongan dalam rangka upaya menurunkan
angka kesakitan dan kematian terkait penyebab utama kematian balita.
Pelaksanaan MTBS di Kabupaten Boyolali sampai dengan bulan April 2021
mencapai 69,7 % dari balita sakit yang berkunjung. Penerapan MTBS terbaik
di Puskesmas Boyolali 2, sedangkan penerapan MTBS yang masih sangat
kurang di Puskesmas Selo.
J. Stimulisasi Deteksi dan Intervensi Tumbuh Kembang (SDIDTK) Balita

100.0 SDIDTK
90.0 76.6
80.0
70.0
60.0
50.0
40.0 26.4
30.0
20.0
5.4
10.0 T AL
0.0 TO
I I
IT RA
S BI AR PE
L O I2 I1 RO AR ED
E O K
A W E A M S M SI
M
L AL LAL O S G ODR SU
S T S O A O O G G G U
G Y Y E DA N M M
NO BO BO N OS LA RA OSA
G A
W
O K ON
W
TOTAL LAKI-LAKI PEREMPUAN

Data pelayanan SDIDTK sampai dengan bulan April 2021 baru sebatas
jumlah balita yang dilayani SDIDTK. Laporan per indikator dalam pelayanan

9
SDIDTK belum ada, sehingga belum bisa dipakai untuk mengevaluasi dan
menganalisa kondisi tumbuh kembang balita di wilayah kerja Dinas Kesehatan
Kabupaten Boyolali. Pelayanan SDIDTK terbanyak di Puskesmas Sawit (76,5
%) sedangkan pelayanan SDIDTK terendah di Puskesmas Selo.

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan pengolahan laporan pengelolaan pelayanan kesehatan balita tahun
2020 didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
A. Kematian balita terbanyak terjadi pada 6 hari pertama kelahiran. Sebagian besar
disebabkan oleh kelainan bawaan, BBLR dan asfiksia.
B. Akses pelayanan balita kurang, terutama di luar gedung
C. Dengan tingginya AKB dan AKABA perlu dievaluasi dan dianalisa kualitas
pelayanan balita.
D. Perlu peningkatan kualitas pelayanan MTBS
E. Perlu peningkatan kualitas pelaporan pelayanan SDIDTK

V. RENCANA TINDAK LANJUT


Dengan ditemukannya permasalahan pelayanan kesehatan neonatal maka perlu
dirumuskan rencana tindak lanjut untuk mengatasi masalah sebagai berikut :
A. Pertolongan persalinan yang aman dan bersih di fasilitas pelayanan kesehatan.
B. Refreshing tentang Resusitasi Neonatus.
C. Refreshing pelayanan kesehatan neonatal (KN) dengan pendekatan
Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM).
D. Refreshing MTBS
E. Monitoring dan Evaluasi pelayanan KIA
F. Peningkatan KIE gizi pada ibu hamil
G. Refreshing tentang SDIDTK
H. Mengaktifkan posyandu secara bertahap
I. Meningkatkan peran serta orang tua dan keluarga dalam pemantauan tumbuh
kembang balita

VI. PENUTUP

10
Hasil analisa laporan pengelolaan pelayanan kesehatan balita bulan April 2021
ini diharapkan bisa menjadi dasar untuk menyusun kebijakan pengelolaan pelayanan
kesehatan balita pada bulan-bulan berikutnya di tahun 2021, agar terjadi
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan neonatal sehingga mendukung
terwujudnya penurunan Angka Kematian Bayi dan Balita di Kabupaten Boyolali.

KEPALA DINAS KESEHATAN KEPALA SEKSI


KABUPATEN BOYOLALI KESGA DAN GIZI MASYARAKAT

dr. RATRI S SURVIVALINA, MPA dr. ARIYANTO, MMR


Pembina Tingkat I Pembina
NIP. 19711009 200212 2 006 NIP. 19750821 200604 1 011

11

Anda mungkin juga menyukai