Anda di halaman 1dari 0

INDIKATOR

INDONESIA SEHAT 2010


DAN
PEDOMAN PENETAPAN INDIKATOR
PROVINSI SEHAT
DAN KABUPATEN/KOTA SEHAT












KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR 1202/MENKES/SK/VIII/2003














DEPARTEMEN KESEHATAN R.I.
JAKARTA
2003
351.07
7
Ind


Diterbitkan oleh Departemen Kesehatan RI
Dipublikasikan oleh Pusat Data dan Informasi Depkes
Jalan HR Rasuna Said Blok X5 Kav 4-9 Jakarta 12950
Telp no: +62-21-5201590, 5229590 Fax no: +62-21-5203874
Web site: http://www.depkes.go.id

























Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI

351.077
Ind Indonesia. Departemen Kesehatan RI
i Indikator Indonesia Sehat 2010 dan pedoman
penetapan indikator provinsi sehat dan kabupaten/
kota sehat : Keputusan Menteri Kesehatan nomor
1202/Menkes/SK/VIII/2003. -- Jakarta : Departemen
Kesehatan, 2003.

I. Judul 1. HEALTH PROMOTION-LAWS
AND REGULATION 2. RURAL HEALTH

i
SAMBUTAN
MENTERI KESEHATAN R.I.



Visi Indonesia Sehat 2010 telah kita canangkan sejak tahun 1999, yaitu
melalui Prasasti yang ditandatangani oleh Presiden Habibie. Namun demikian,
pada saat itu kita belum siap dengan indikator-indikator dan target-target yang
hendak dicapai pada tahun 2010 kelak. Ternyata menentapkan indikator dan
target bukanlah pekerjaan mudah. Diperlukan waktu sekitar tiga tahun oleh para
pejabat Departemen Kesehatan untuk sampai kepada suatu kesepakatan tentang
itu.
Saat ini, telah ditetapkan 50 indikator untuk Indonesia Sehat 2010, lengkap
dengan target-target yang ingin dicapai pada tahun 2010. Memang, barangkali
penentuan indikator dan target itu belum mantap benar. Namun setidak-tidaknya
pada saat ini kita telah memiliki gambaran lebih konkrit tentang sosok kesehatan
masyarakat di tahun 2010 itu. Adapun penyempurnaan terhadap detil-detil
indikator dan target dapat dilakukan sambil berjalan.
Kepada seluruh pejabat Departemen Kesehatan yang telah berkontribusi
dalam perumusan dan penetapan indikator Indonesia Sehat 2010 beserta target-
targetnya, saya sampaikan penghargaan dan terima kasih saya. Demikian pula
kepada pihak-pihak lain yang telah menyumbangkan pendapat dan saran-
sarannya dalam rangka penyusunan dan penetapan indikator tersebut.
Mudah-mudahan jerih payah kita semua akan besar manfaatnya bagi
peningkatan kesehatan masyarakat Indonesia. Amien.


Jakarta, 21 Agustus 2003

Menteri Kesehatan R.I.

ttd

Dr. Achmad Sujudi
ii
KATA
PENGANTAR



Sejak tahun 1999, yaitu sejak dicanangkannya Visi Pembangunan Kesehatan
yang baru, Indonesia Sehat 2010, Menteri Kesehatan telah menugaskan kepada
seluruh pejabat Departemen Kesehatan untuk memikirkan indikator-indikator
bagi pencapaian Visi tersebut.
Akhirnya, pada tanggal 16 Juli 2002, diselenggarakan Pertemuan Sehari di
Departemen Kesehatan, di mana para Direktur Jenderal dan Kepala Badan
menyajikan indikator-indikator dan target-target tahun 2010 sesuai bidang
tugasnya. Pada saat itu terkumpul lebih kurang sebanyak 167 buah indikator.
Jumlah indikator yang terhimpun itu setelah ditimbang-timbang, khususnya
dikaitkan dengan pengumpulan datanya, dirasakan masih terlalu banyak. Oleh
karena itu, maka dirumuskanlah kriteria yang dapat digunakan untuk memangkas
indikator-indikator yang ada. Kriteria itu antara lain adalah komitmen global,
komitmen nasional (termasuk kesepakatan untuk kembali membenahi enam
pelayanan kesehatan dasar), dan fokus terhadap penurunan angka kematian bayi
dan angka kematian ibu. Dengan menggunakan kriteria tersebut, akhirnya dapat
dilakukan seleksi, sehingga ditetapkanlah 50 indikator sebagai indikator bagi
Indonesia Sehat 2010, lengkap dengan target-targetnya.
Kelima puluh indikator itu adalah indikator minimal untuk tingkat nasional
(Indonesia Sehat). Sudah barang tentu, Provinsi dan Kabupaten/Kota
dipersilahkan untuk mengembangkannya sesuai dengan situasi dan kondisi serta
kebutuhan setempat, guna memantau pencapaian Provinsi Sehat dan
Kabupaten/Kota Sehat. Dengan demikian diharapkan setiap Provinsi dan atau
Kabupaten/Kota dapat membuat peraturan perundang-undangan setempat
sebagai tindak lanjut dari Keputusan Menteri Kesehatan ini.
Demikian, mudah-mudahan indikator dan target Indonesia Sehat 2010 yang
sudah lama kita tunggu ini bermanfaat sebagai acuan kita dalam
menyelenggarakan pembangunan kesehatan.

Jakarta, 21 Agustus 2003

Sekretaris Jenderal,

ttd

Dr. Dadi S. Argadiredja, MPH
iii
DAFTAR ISI



SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN R.I. i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
UCAPAN TERIMA KASIH iv

BAB-1: PENDAHULUAN 1
BAB-2: INDONESIA SEHAT 2010
A. Reformasi Kesehatan: Visi dan Misi Baru 4
B. Reformasi Kesehatan: Strategi Baru 5
C. Pembangunan Nasional Bidang Kesehatan 6
D. Pendekatan Lintas Sektor 10
BAB-3: PENGERTIAN INDIKATOR
A. Definisi Indikator 12
B. Persyaratan Indikator 13
C. Jenis Indikator 14
D. Klasifikasi Indikator 15
BAB-4: INDIKATOR INDONESIA SEHAT 2010
A. Derajat Kesehatan 18
B. Hasil Antara 19
C. Proses dan Masukan 20
BAB-5: INDIKATOR PROVINSI SEHAT DAN
KABUPATEN/KOTA SEHAT 22
BAB-6: FORMULA INDIKATOR DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Formula Indikator 24
B. Definisi Operasional 31
BAB-7: SUMBER DATA DAN CARA PENGUMPULAN DATA 38
BAB-8: PENUTUP 40







***

iv



UCAPAN
TERIMA KASIH



Sebagai koordinator, fasilitator, dan sekaligus sekretariat penyusunan
Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi
Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat, Pusat Data dan Informasi Departemen
Kesehatan mengucapkan terima kasih atas peranserta aktif para pejabat di
lingkungan:
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik
Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular & Penyehatan
Lingkungan
Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Inspektorat Jenderal
Sekretariat Jenderal
Staf Ahli Menteri Kesehatan
dan pihak-pihak lain, baik dalam Departemen Kesehatan maupun di luar
Departemen Kesehatan.


Kepala Pusat Data dan Informasi,

ttd

Bambang Hartono, SKM, MSc



Pendahuluan
1
PENDAHULUAN



Selama lebih dari tiga dasawarsa, Indonesia telah melaksanakan berbagai
upaya dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Departemen Kesehatan telah menyelenggarakan serangkaian reformasi di bidang
kesehatan guna meningkatkan pelayanan kesehatan dan menjadikannya lebih
efisien, efektif serta terjangkau oleh masyarakat. Berbagai model pembiayaan
kesehatan, sejumlah program intervensi teknis bidang kesehatan, serta perbaikan
organisasi dan manajemen telah diperkenalkan.
Namun demikian, walau sudah dicapai banyak kemajuan, tetapi bila
dibanding dengan beberapa negara tetangga, keadaan kesehatan masyarakat
Indonesia masih tertinggal. Angka kematian bayi misalnya, Indonesia berada di
urutan atas di antara negara-negara anggota South East Asia Medical Information
Center (SEAMIC). Seagian besar masyarakat Indonesia, baik yang di perdesaan
maupun perkotaan, masih sulit mendapatkan pelayanan kesehatan walau dalam
skala minimal. Banyak hal yang menjadi penyebabnya, yaitu selain faktor teknis,
juga faktor-faktor geografi, ekonomi, dan sosial.
Untuk mengatasi masalah-masalah yang ada, desentralisasi bidang kesehatan
sebagai salah satu strategi yang dianggap tepat saat ini, telah ditetapkan untuk
dilaksanakan. Beberapa peraturan perundang-undangan bidang kesehatan seba-
gai tindak lanjut Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang merupakan inti kebijakan
desentralisasi, telah dan sedang terus dipersiapkan. Misalnya Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 574/Menkes/SK/IV/2000 tentang Kebi-
jakan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010.
Dalam lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
574/Menkes/SK/IV/2000 ditetapkan Visi dan Misi serta Strategi baru Pemba-
ngunan Kesehatan. Visi baru, yaitu Indonesia Sehat 2010, akan dicapai melalui
berbagai program pembangunan kesehatan yang telah tercantum dalam Undang-
Undang Nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(Propenas).
Guna mempertegas rumusan Visi Indonesia Sehat 2010 itu, telah ditetapkan
indikator-indikatornya secara lebih terinci. Di samping itu, telah ditetapkan pula
target yang ingin dicapai di tahun 2010, untuk setiap indikator tersebut.
Indikator-indikator yang telah ditetapkan itu digolongkan ke dalam: (1) Indikator
Derajat Kesehatan sebagai Hasil Akhir, yang terdiri atas indikator-indikator
untuk Mortalitas, Morbiditas, dan Status Gizi; (2) Indikator Hasil Antara, yang
1
Pendahuluan
2
terdiri atas indikator-indikator untuk Keadaan Lingkungan, Perilaku Hidup,
Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan; serta (3) Indikator Proses dan Masukan,
yang terdiri atas indikator-indikator untuk Pelayanan Kesehatan, Sumber Daya
Kesehatan, Manajemen Kesehatan, dan Kontribusi Sektor Terkait.
Namun demikian, disadari bahwa dalam kerangka desentralisasi di bidang
kesehatan, pencapaian Indonesia Sehat 2010 sangat ditentukan oleh pencapaian
Provinsi Sehat, Kabupaten/Kota Sehat, dan bahkan juga barangkali, Kecamatan
Sehat. Oleh karena itu, guna memantau pencapaian Indonesia Sehat 2010 dalam
kerangka desentralisasi bidang kesehatan perlu pula disusun Indikator
Kabupaten/Kota Sehat dan Indikator Provinsi Sehat, yang mengacu kepada
Indikator Indonesia Sehat 2010. Indikator-indikator yang disusun itu digolong-
kan sesuai dengan penggolongan indikator Indonesia Sehat 2010 dan
dicantumkan sebagai pedoman bagi Daerah setempat dalam melaksanakan
Pembangunan Kesehatan Daerah.
Indikator-indikator yang tercantum sebagai Pedoman ini merupakan acuan
bagi Daerah untuk mendapatkan kesamaan tolok ukur. Daerah tentu saja dapat
menambahkan hal-hal yang belum tercantum di dalamnya. Khususnya yang
berkaitan dengan keadaan, kebutuhan dan aspirasi setempat, termasuk kontribusi
sektor-sektor terkait. Apa lagi bila diingat bahwa pengorganisasian sektor-sektor
pembangunan di Daerah, khususnya Kabupaten/Kota dewasa ini masih sangat
bervariasi. Dengan demikian tidak tertutup kemungkinan sektor-sektor yang
berkontribusi dalam pencapaian Kabupaten/Kota Sehat dan Provinsi Sehat dapat
diciutkan atau dikembangkan sesuai dengan tatanan organisasi setempat.
Demikian pun peran mereka dalam mengupayakan tercapainya Visi
Pembangunan Kesehatan.








***


Indonesia Sehat 2010
3
INDONESIA SEHAT 2010



Sebagaimana telah disebutkan, banyak faktor yang menyebabkan timbulnya
berbagai masalah kesehatan dan kurang memuaskannya kinerja Pembangunan
Kesehatan. Akar masalah tampaknya terletak pada kenyataan bahwa
Pembangunan Kesehatan belum berada dalam arus utama Pembangunan
Nasional. Anggaran untuk Pembangunan Kesehatan di Indonesia masih sangat
kecil, yaitu hanya sekitar dua persen dari anggaran tahunan Pembangunan
Nasional. Akibatnya banyak program Pembangunan Kesehatan yang penting
untuk diselenggarakan terpaksa ditunda atau dilaksanakan secara kurang
memadai.
Selain dari itu, selama ini dirasakan bahwa sektor-sektor pembangunan yang
lain belum cukup mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Bahkan
beberapa kebijakan dan kegiatannya justru berdampak negatif terhadap
kesehatan masyarakat tersebut. Pada akhirnya hal ini tecermin antara lain dalam
kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia. Dalam tahun 2000, diukur
dengan Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index (HDI),
Indonesia berada pada peringkat 102 di antara sekitar 190 negara di dunia (di
tahun 2003 bahkan merosot lagi ke peringkat 112). Ini berarti bahwa kemajuan
Pembangunan Kesehatan dan pembangunan sektor lain terkait (khususnya
pendidikan dan perekonomian) di Indonesia masih jauh dari memuaskan bila
dibanding dengan negara-negara lain di dunia.
Untuk keluar dari permasalahan yang dihadapi, telah ditetapkan Visi dan
Misi baru Pembangunan Kesehatan. Visi dan Misi baru ini tidak hanya untuk
kepentingan menghadapi masalah-masalah kekinian, melainkan juga guna
menyongsong tantangan-tantangan di masa mendatang. Dalam waktu dekat
Indonesia sudah harus terlibat dalam globalisasi. Agar dapat bersaing dengan
baik dalam era globalisasi itu, Indonesia memerlukan sumber daya manusia yang
berkualitas. Oleh karena itu Pembangunan Kesehatan perlu diarahkan secara
lebih baik.
Dengan Visi dan Misi baru, orientasi Pembangunan Kesehatan yang semula
sangat menekankan upaya kuratif dan rehabilitatif, secara bertahap diubah
menjadi upaya kesehatan terintegrasi menuju kawasan sehat dengan peran-aktif
masyarakat. Pendekatan baru ini menekankan pentingnya upaya promotif dan
preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Pemahaman baru
terhadap konsep atau definisi kesehatan dan meningkatnya kesadaran akan
faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat menimbulkan
2
Indonesia Sehat 2010
4
keyakinan bahwa pelayanan kesehatan kuratif saja tidak mungkin dapat
menciptakan Indonesia Sehat 2010.

A. REFORMASI KESEHATAN: VISI DAN MISI BARU
Reformasi bidang kesehatan di Indonesia sebenarnya telah mulai
dilaksanakan sejak tahun 1998. Yaitu sejak dibentuknya Kabinet Reformasi.
Pada saat itu ditetapkan atau didefinisikan kembali Visi, Misi, dan Strategi
Pembangunan Kesehatan.
Melalui serangkaian diskusi mendalam para pimpinan Departemen
Kesehatan, akhirnya dirumuskan Visi dan Misi baru. Visi baru pembangunan
kesehatan tersebut direfleksikan dalam bentuk motto yang berbunyi Indonesia
Sehat 2010. Tahun 2010 dipilih dengan pertimbangan bahwa satu dasawarsa
merupakan waktu yang cukup untuk mencapai suatu cita-cita, sehingga dianggap
cukup menantang dan inspiratif tetapi masih realistis. Pada tahun 2010 itu bang-
sa Indonesia diharapkan akan mencapai tingkat kesehatan tertentu yang ditandai
oleh penduduknya yang (1) hidup dalam lingkungan yang sehat, (2) memprak-
tikkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta (3) mampu menyediakan dan
memanfaatkan (menjangkau) pelayanan kesehatan yang bermutu, sehingga
(4) memiliki derajat kesehatan yang tinggi.
Dalam upaya mencapai Visi baru ini, Departemen Kesehatan dan segenap
jajaran kesehatan di Daerah harus dapat melalui kebijakan-kebijakan, perenca-
naan, dan kegiatan-kegiatan pembangunan lainnya merefleksikan nilai-nilai
luhur yang terkandung dalam Visi. Penetapan Visi Indonesia Sehat 2010 akan
menuntut jajaran kesehatan mengkonkritkan kerjasama lintas sektor dengan
sektor-sektor terkait. Karena kesehatan merupakan tanggung jawab bersama,
maka jajaran kesehatan harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat, sektor-
sektor terkait, dan sektor swasta dalam penyelenggaraan Pembangunan Kese-
hatan. Selain itu, sektor kesehatan juga harus proaktif dan selalu berpikir ke
depan.
Misi adalah pernyataan tentang tugas dan tanggung jawab yang harus
diemban oleh Pembangunan Kesehatan dalam rangka mencapai Visi yang telah
ditetapkan. Dalam rangkaian diskusi pimpinan Departemen Kesehatan juga telah
disepakati rumusan Misi baru Pembangunan Kesehatan. Misi baru tersebut ada-
lah (1) menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan; (2) men-
dorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat; (3) memelihara dan
meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau; serta
(4) memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
termasuk lingkungannya.
Keberhasilan Pembangunan Kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh
hasil kerja keras sektor kesehatan, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh hasil
kerja keras serta kontribusi positif berbagai sektor pembangunan lainnya. Untuk
Indonesia Sehat 2010
5
mengoptimalkan hasil serta kontribusi positif berbagai sektor pembangunan
tersebut, harus dapat diupayakan diterimanya wawasan kesehatan sebagai azas
pokok program pembangunan. Dengan perkataan lain, untuk dapat mewujudkan
Indonesia Sehat 2010, para penanggung jawab program pembangunan harus
memasukkan pertimbangan akan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat
dalam semua kebijakan pembangunannya. Program pembangunan yang berdam-
pak negatif terhadap kesehatan masyarakat seyogianya tidak diselenggarakan.
Untuk itu, seluruh elemen jajaran kesehatan harus berperan aktif sebagai
penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat,
pemerintah dan swasta. Apa pun peran yang dimainkan pemerintah, tanpa
kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan
mereka, hanya sedikit yang akan dapat dicapai. Perilaku yang sehat dan
kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan
yang bermutu sangat menentukan keberhasilan Pembangunan Kesehatan.
Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata
dan terjangkau mengandung arti bahwa salah satu tanggung jawab sektor
kesehatan adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Penyelenggaraan
pelayanan kesehatan tidak hanya oleh pemerintah, melainkan juga dengan
mengikutsertakan sebesar-besarnya peran aktif segenap anggota masyarakat dan
berbagai potensi swasta.
Tugas utama sektor kesehatan adalah memelihara dan meningkatkan
kesehatan segenap warga negara, yaitu setiap individu, keluarga dan masyarakat
Indonesia, tanpa meninggalkan upaya menyembuhkan penyakit dan atau
memulihkan kesehatan penderita. Untuk dapat terselenggaranya tugas ini, upaya
kesehatan yang harus diutamakan adalah yang bersifat promotif dan preventif,
yang didukung oleh upaya kuratif dan atau rehabilitatif. Selain itu, agar dapat
memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
secara paripurna, perlu pula diciptakan lingkungan yang sehat. Oleh karena itu,
upaya penyehatan lingkungan juga harus diprioritaskan.

B. REFORMASI KESEHATAN: STRATEGI BARU
Mengacu kepada Visi dan Misi yang telah ditetapkan, selanjutnya telah pula
dirumuskan Strategi baru Pembangunan Kesehatan. Strategi baru Pembangunan
Kesehatan tersebut adalah (1) pembangunan nasional berwawasan kesehatan,
(2) profesionalisme, (3) jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM),
dan (4) desentralisasi.
Penetapan keempat elemen sebagai pilar dari Strategi Pembangunan
Kesehatan bukan berarti bahwa program-program lain tidak harus dilaksanakan.
Semua program kesehatan yang telah berjalan dengan baik harus tetap
Indonesia Sehat 2010
6
diselenggarakan, walaupun keempat pilar harus dianggap sebagai prioritas.
Untuk setiap Strategi telah pula dirumuskan faktor-faktor kritis keberhasilannya
(critical success factors) sebagai berikut.

Strategi ke-1: Pembangunan nasional berwawasan kesehatan. Faktor-faktor
kritis yang menentukan keberhasilannya adalah (1) visi kesehatan sebagai
landas-an bagi pembangunan nasional, (2) paradigma sehat sebagai komitmen
gerakan nasional, (3) sistem advokasi untuk upaya promotif dan preventif dalam
program kesehatan yang paripurna, (4) dukungan sumber daya yang berkelan-
jutan, (5) sosialisasi internal maupun eksternal, dan (6) restrukturisasi dan
revitalisasi infrastruktur dalam kerangka desentralisasi.

Strategi ke-2: Profesionalisme. Faktor-faktor kritis yang menentukan keber-
hasilannya adalah (1) konsolidasi manajemen sumber daya manusia, (2) perkuat-
an aspek-aspek ilmu pengetahuan dan teknologi, semangat pengabdian, dan kode
etik profesi, (3) perkuatan konsep profesionalisme kesehatan dan kedokteran,
dan (4) aliansi strategis antara profesi kesehatan dengan profesi-profesi lain
terkait.

Strategi ke-3: Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat. Faktor-faktor
kritis yang menentukan keberhasilannya adalah (1) komitmen bersama dan ge-
rakan mendukung paradigma sehat, (2) dukungan peraturan perundang-
undangan, (3) sosialisasi internal maupun eksternal, (4) intervensi pemerintah
dalam tahap-tahap awal penghimpunan dana, (5) kebijakan pengembangan
otonomi dalam manajemen pelayanan kesehatan.

Strategi ke-4: Desentralisasi. Faktor-faktor kritis yang menentukan keber-
hasilannya adalah (1) perimbangan dan keselarasan antara desentralisasi, dekon-
sentrasi dan tugas pembantuan, (2) kejelasan jenis dan tingkat kewenangan,
(3) petunjuk-petunjuk yang jelas tentang manajemen berikut indikator kinerja-
nya, (4) pemberdayaan, (5) sistem dan kebijakan berkelanjutan di bidang sumber
daya manusia, (6) infrastruktur lintas sektor yang kondusif, serta (7) mekanisme
pembinaan dan pengawasan yang efektif.

C. PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG KESEHATAN
Sebagai kelanjutan dari ditetapkannya Visi, Misi dan Strategi baru
Pembangunan Kesehatan, telah dirumuskan Program Pembangunan Kesehatan
sebagai bagian dari Program Pembangunan Nasional (Propenas). Dalam
Propenas, Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat berada dalam
Pembangunan Kesejahteraan Rakyat dan Ketahanan Budaya bersama-sama
dengan Pembangunan Keluarga Berencana, Pembangunan Kesejahteraan Sosial,
Indonesia Sehat 2010
7
Pembangunan Pendidikan, Pembangunan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
Pembangunan Pemberdayaan Perempuan, Pembangunan Kemasyarakatan,
Pembangunan Keagamaan, Pembangunan Kebudayaan, Pembangunan Pemuda,
serta Pembangunan Olah Raga.
Tujuan dari Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat adalah terwujud-
nya derajat kesehatan dan gizi masyarakat yang optimal. Sasaran yang akan
dicapai adalah: (1) meningkatnya kemandirian masyarakat untuk memelihara dan
memperbaiki keadaan kesehatannya, (2) meningkatnya kemampuan masyarakat
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, efektif dan efisien, (3)
terciptanya lingkungan fisik dan sosial yang sehat, dan (4) menurunnya
prevalensi empat masalah gizi utama, khususnya pada kelompok ibu hamil, ibu
menyusui, bayi dan anak balita.
Tujuan dan sasaran Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat tersebut
di atas akan dicapai melalui Program Pembangunan Kesehatan. Dalam Rencana
Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat ditetapkan adanya tujuh pro-
gram Pembangunan Kesehatan. Namun dalam Propenas, Program-program
Pembangunan Kesehatan tersebut dijadikan enam Program Pembangunan
Kesehatan, yaitu:
1. Program Lingkungan Sehat, Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat.
2. Program Upaya Kesehatan.
3. Program Perbaikan Gizi Masyarakat.
4. Program Sumber Daya Kesehatan.
5. Program Obat, Makanan dan Bahan Berbahaya.
6. Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan.

Program ke-1: Lingkungan Sehat, Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Ma-
syarakat
Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan
hidup yang sehat yang mendukung tumbuh kembang anak dan remaja, memenuhi
kebutuhan dasar untuk hidup sehat, dan memungkinkan interaksi sosial serta
melindungi masyarakat dari ancaman bahaya yang berasal dari lingkungan,
sehingga tercapai derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat yang
optimal. Adapun sasarannya adalah: (a) tersusunnya kebijakan dan konsep pening-
katan kualitas lingkungan di tingkat lokal, regional dan nasional dengan
kesepakatan lintas sektoral tentang tanggung jawab perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan, (b) terselenggaranya upaya peningkatan lingkungan fisik, sosial dan
budaya masyarakat dengan memaksimalkan potensi sumber daya secara mandiri,
(c) meningkatnya kesadaran dan tanggung jawab masyarakat untuk memelihara
lingkungan sehat, (d) meningkatnya cakupan keluarga yang mempunyai akses
terhadap air bersih yang memenuhi kualitas bakteriologis dan sanitasi lingkungan
di perkotaan dan perdesaan, (e) tercapainya permukiman dan lingkungan peru-
Indonesia Sehat 2010
8
mahan yang memenuhi syarat kesehatan di perdesaan dan perkotaan termasuk
penanganan daerah kumuh, (f) terpenuhinya persyaratan kesehatan di tempat
umum termasuk sarana ibadah, pasar, sarana pendidikan, jasa boga, restoran/rumah
makan, dan hotel/penginapan, (g) terpenuhinya lingkungan sekolah dengan ruang
yang memadai dan kondusif untuk menciptakan interaksi sosial dan mendukung
perilaku hidup sehat, (h) terpenuhinya persyaratan kesehatan, termasuk bebas
radiasi, di tempat kerja, perkantoran, dan industri, (i) terpenuhinya persayaratan
kesehatan, termasuk pengolahan limbah, di seluruh rumah sakit dan sarana
pelayanan kesehatan lain, (j) terlaksananya pengolahan limbah industri dan polusi
udara oleh industri maupun sarana transportasi, dan (k) menurunnya tingkat
paparan pestisida dan insektisida di lingkungan kerja pertanian dan industri serta
pengawasan terhadap produk-produknya untuk keamanan konsumen.
Program Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat bertujuan untuk
mem-berdayakan individu, keluarga, dan masyarakat dalam bidang kesehatan
agar dapat memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya sendiri dan
lingkungannya menuju masyarakat yang sehat, mandiri dan produktif. Adapun
sasarannya adalah: (a) meningkatnya perwujudan kepedulian perilaku hidup
bersih dan sehat dalam kehidupan bermasyarakat, (b) menurunnya prevalensi
perokok, penyalahguna napza, serta meningkatnya lingkungan sehat bebas rokok
dan bebas napza di sekolah, tempat kerja, dan tempat umum, (c) menurunnya
angka kematian dan kecacatan akibat kelahiran/persalinan, kecelakaan dan
rudapaksa, (d) menurunnya prevalensi dan dampak gangguan jiwa, (e) mening-
katnya keterlibatan dan tanggung jawab lelaki dalam kesehatan keluarga, dan
(f) berkembangnya sistem jaringan dukungan masyarakat, sehingga kebutuhan
masyarakat akan pelayanan dapat meningkat.

Program ke-2: Upaya Kesehatan
Tujuan umum dari program ini adalah untuk meningkatkan pemerataan dan
mutu upaya kesehatan yang berhasilguna dan berdayaguna serta terjangkau oleh
segenap anggota masyarakat. Adapun tujuan khususnya adalah: (a) mencegah
terjadinya dan menyebarnya penyakit menular sehingga tidak menjadi masalah
kesehatan masyarakat, (b) menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan
dari penyakit menular dan penyakit tidak menular termasuk kesehatan gigi,
(c) meningkatkan dan memperluas jangkauan dan pemerataan pelayanan kese-
hatan dasar, (d) meningkatkan dan memantapkan mutu pelayanan kesehatan
dasar, rujukan dan penunjangnya agar efisien dan efektif, (e) meningkatkan
penggunaan obat rasional dan cara pengobatan tradisional yang aman dan
bermanfaat baik secara tersendiri ataupun terpadu dalam jaringan pelayanan
kesehatan paripurna, (f) meningkatkan status kesehatan reproduksi bagi wanita
usia subur termasuk anak, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui, (g) mening-
katkan kesadaran, kemauan dan kemampuan manusia dalam menghadapi kondisi
Indonesia Sehat 2010
9
matra yang berubah secara bermakna, sehingga tetap dapat bertahan dalam
kehidupan serta mampu mengatasi permasalahan secara mandiri, (h) menghin-
darkan manusia dan lingkungannya dari dampak bencana yang terjadi baik akibat
ulah manusia maupun alam melalui upaya-upaya kewaspadaan, pence-gahan dan
penanggulangan bencana yang dilakukan secara terpadu, dengan peranserta
masyarakat secara aktif, (i) mengembangkan pelayanan rehabilitasi bagi
kelompok yang memerlukan pelayanan khusus, dan (j) meningkatkan pelayanan
kesehatan bagi kelompok lanjut usia.

Program ke-3: Perbaikan Gizi Masyarakat
Tujuan umum dari program ini adalah meningkatkan intelektualitas dan pro-
duktivitas sumber daya manusia. Sedangkan tujuan khususnya adalah: (a) mening-
katkan kemandirian keluarga dalam upaya perbaikan status gizi, (b) meningkatkan
pelayanan gizi untuk mencapai gizi yang baik dengan menurunkan prevalensi gizi
kurang dan gizi lebih, dan (c) meningkatkan penganekaragaman konsumsi pangan
bermutu untuk memantapkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga.

Program ke-4: Sumber Daya Kesehatan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan
sumber daya kesehatan serta efektivitas dan efisiensi penggunaannya. Adapun
sasarannya adalah: (a) terdapatnya kebijakan dan rencana pengembangan tenaga
kesehatan dari masyarakat dan pemerintah di semua tingkat, (b) didayaguna-
kannya tenaga kesehatan yang ada dan dikembangkannya pembinaan karier
seluruh tenaga kesehatan, (c) berfungsinya pendidikan dan pelatihan tenaga
kesehatan yang mengutamakan pengembangan peserta didik dalam rangka
mening-katkan profesionalisme, (d) meningkatnya persentase penduduk yang
menjadi peserta sistem pembiayaan praupaya, (e) meningkatnya jumlah badan
usaha yang menyelenggarakan sistem pembiayaan pra-upaya, (f) tersedianya
jaringan pemberi pelayanan kesehatan paripurna yang bermutu baik pemerintah
maupun swasta, sesuai dengan kebutuhan sistem pembiayaan praupaya, (g)
meningkatnya jumlah unit jaringan pelayanan dokter keluarga sebagai
penyelenggara pelayanan kesehatan sistem pembiayaan praupaya yang
menyelenggarakan pelayanan paripurna dan bermutu, (h) tersedianya peralatan
kesehatan baik medik maupun non-medik yang benar-benar sesuai dengan
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan, dan (i) tersedianya perbekalan
kesehatan yang memadai baik jenis maupun jumlahnya, yang sesuai dengan
permasalahan setempat dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan.

Program ke-5: Obat, Makanan dan Bahan Berbahaya
Program ini bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya penyalah-
gunaan dan kesalahgunaan obat, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (napza),
Indonesia Sehat 2010
10
penggunaan sediaan farmasi, makanan dan alat kesehatan yang tidak memenuhi
persyaratan mutu dan keamanan, serta meningkatkan potensi daya saing industri
farmasi terutama yang berbasis sumber daya alam dalam negeri. Adapun
sasarannya adalah: (a) terkendalinya penyaluran obat dan napza, (b) masyarakat
teramankan dari penyalahgunaan dan kesalahagunaan obat dan napza, (c) dice-
gahnya penyalahgunaan napza, (d) dicegahnya risiko atau akibat samping
penggunaan bahan kimia berbahaya sebagai akibat pengelolaan yang tidak
memenuhi syarat, (e) terjaminnya CPOB, pengadaan dan penyaluran produk
farmasi dan alat kesehatan (farmakes) yang beredar, (f) terjaminnya mutu produk
farmakes yang beredar, (g) terhindarnya masyarakat dari informasi penggunaan
farmakes yang tidak objektif dan menyesatkan, (h) tercapainya tujuan medis
penggunaan obat secara efektif dan aman sekaligus efisien dalam pembiayaan
obat, (i) diterapkannya good regulatory practice, (j) terlaksananya good
management practice melalui peningkatan pelayanan perizinan/registrasi yang
profesional dan tepat waktu, (k) terakuinya kemampuan pengujian
PPOM/BPOM dalam sistem Akreditasi Internasional, dan (l) meningkatnya
potensi daya saing industri farmasi nasional menghadapi globalisasi.

Program ke-6: Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan
Tujuan dari program ini adalah menyediakan dukungan kebijakan dan
menjamin manajemen sumber daya yang efektif dan efisien bagi pembangunan
kesehatan. Sedangkan sasarannya adalah: (a) terciptanya kebijakan kesehatan
yang menjamin tercapainya sistem kesehatan yang efisien, efektif, berkualitas
dan berkesinambungan, (b) terciptanya kebijakan kesehatan yang mendukung
reformasi bidang kesehatan, (c) tersedianya sumber daya manusia di bidang
kesehatan yang mampu melakukan berbagai kajian kebijakan kesehatan, (d) ber-
jalannya sistem perencanaan kesehatan melalui pendekatan wilayah dan sektoral
dalam mendukung desentralisasi, (e) terciptanya organisasi dan tatalaksana di
berbagai tingkat administrasi sesuai dengan azas desentralisasi dan penyelengga-
raan pemerintahan yang baik, (f) tertatanya administrasi keuangan dan perleng-
kapan yang efisien dan fleksibel di seluruh jajaran kesehatan, (g) terciptanya
mekanisme pengawasan dan pengendalian di seluruh jajaran kesehatan, (h) ter-
susunnya berbagai perangkat hukum di bidang kesehatan secara menyeluruh,
(i) terlaksananya inventarisasi, kajian dan analisis secara akademis seluruh
perangkat hukum yang berkaitan dengan penyelenggaraan upaya kesehatan,
(j) tersedianya perangkat hukum guna dilaksanakannya proses litigasi dan
mitigasi dalam penyelesaian konflik hukum bidang kesehatan, (k) tersedianya
informasi kesehatan yang akurat, tepat waktu dan lengkap sebagai bahan dalam
proses pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi program kesehatan dan pengelolaan pembangunan kesehatan serta
Indonesia Sehat 2010
11
peningkatan kewaspadaan di semua tingkat administrasi, (l) tersusunnya kebijak-
an dan konsep pengelolaan program untuk mendukung desentralisasi.

D. PENDEKATAN LINTAS SEKTOR
Sebagaimana telah dikemukakan, Visi Indonesia Sehat 2010 dicapai melalui
kerjasama lintas sektor. Yaitu kerjasama yang terintegrasi dan terkoordinasi
antara sektor kesehatan dengan sektor-sektor lain terkait, sejak dari tingkat
kebijakan dan perencanaan nasional, sampai ke tingkat pembinaan, pengawasan,
bimbingan, dan pelaksanaan di Daerah.
Yang dimaksud dengan sektor-sektor lain terkait tidak terbatas kepada
instansi pemerintah dan wakil rakyat yang formal (DPR/DPRD), melainkan juga
semua pihak yang berkepentingan (stakeholders), mencakup organisasi-
organisasi profesi kesehatan, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, dan para
usahawan swasta.
Kerjasama lintas sektor yang dilembagakan di setiap tingkat administrasi,
misalnya dalam bentuk forum (Forum Indonesia Sehat, Forum Provinsi Sehat,
dan seterusnya), merumuskan secara konkrit kegiatan-kegiatan lintas sektor
sesuai dengan tingkat administrasinya. Kerjasama lintas sektor tingkat Nasional
berisi kegiatan-kegiatan terintegrasi dan terkoordinasi dalam penetapan
kebijakan, standar dan pedoman yang mendukung tercapainya Indonesia Sehat.
Kerjasama lintas sektor tingkat Provinsi berisi kegiatan-kegiatan terintegrasi dan
terkoordinasi dalam pelaksanaan tugas lintas Kabupaten/Kota serta pembinaan
dan pengawasan terhadap Kabupaten/Kota untuk mendukung tercapainya
Provinsi Sehat. Kerjasama lintas sektor tingkat Kabupaten/Kota berisi kegiatan-
kegiatan terintegrasi dan terkoordinasi dalam pelaksanaan tugas lintas
Kecamatan serta koordinasi dan bimbingan teknis terhadap Kecamatan untuk
mendukung tercapainya Kabupaten/Kota Sehat.





***
Pengertian Indikator
12
PENGERTIAN INDIKATOR



Setelah Forum Kerjasama Lintas Sektor di suatu tingkat admininstrasi
berhasil merumuskan Visi dan Misi Pembangunan Kesehatan serta Strategi dan
Kegiatan-kegiatan terintegrasi dan terkoordinasi dalam rangka mencapai Visi,
tentu forum tersebut akan membutuhkan informasi untuk perencanaan, peng-
organisasian, penggerakan pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi. Oleh karena
itu, langkah berikutnya yang harus segera dilaksanakan adalah mengidentifikasi
kebutuhan informasi. Apabila daftar informasi yang dibutuhkan telah tersusun,
barulah untuk masing-masing informasi ditetapkan indikatornya yang tepat.

A. DEFINISI INDIKATOR
Terdapat banyak literatur yang menyebutkan tentang definisi indikator.
Beberapa di antaranya yang cukup baik adalah sebagai berikut.

Indikator adalah variabel yang membantu kita dalam mengukur perubahan-
perubahan yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung (WHO,
1981).
Indikator adalah suatu ukuran tidak langsung dari suatu kejadian atau
kondisi. Misalnya berat badan bayi berdasarkan umur adalah indikator bagi
status gizi bayi tersebut (Wilson & Sapanuchart, 1993).
Indikator adalah statistik dari hal normatif yang menjadi perhatian kita yang
dapat membantu kita dalam membuat penilaian ringkas, komprehensif, dan
berimbang terhadap kondisi-kondisi atau aspek-aspek penting dari suatu
masyarakat (Departemen Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika
Serikat, 1969).
Indikator adalah variabel-variabel yang mengindikasi atau memberi petunjuk
kepada kita tentang suatu keadaan tertentu, sehingga dapat digunakan untuk
mengukur perubahan (Green, 1992).

Dari definisi tersebut di atas jelas bahwa indikator adalah variabel yang
dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan
dilakukannya pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu
ke waktu. Suatu indikator tidak selalu menjelaskan keadaan secara keseluruhan,
tetapi kerap kali hanya memberi petunjuk (indikasi) tentang keadaan keseluruhan
tersebut sebagai suatu pendugaan (proxy). Misalnya, insidens diare yang didapat
dari mengolah data kunjungan pasien Puskesmas hanya menunjukkan sebagian
saja dari kejadian diare yang melanda masyarakat.
3
Pengertian Indikator
13
Indikator sedapat mungkin harus mengarah kepada dilakukannya tindakan.
Namun demikian, dalam banyak hal, untuk sampai kepada dilakukannya
tindakan, informasi yang dikemas dari indikator yang ada masih perlu dilengkapi
dengan informasi dari investigasi lebih lanjut. Misalnya setelah dilakukannya
kunjungan ke lokasi untuk menggali informasi kualitatif atau setelah dilakukan-
nya penelitian/kajian khusus.
Indikator adalah ukuran yang bersifat kuantitatif, dan umumnya terdiri atas
pembilang (numerator) dan penyebut (denominator). Walaupun dapat juga
dibuat indikator yang hanya berupa pembilang, khususnya untuk sesuatu yang
sangat langka tetapi penting. Pembilang adalah jumlah kejadian yang sedang
diukur. Sedangkan penyebut yang umum digunakan adalah besarnya populasi
sasaran berisiko dalam kejadian yang bersangkutan (misalnya: anak balita, ibu
hamil, bayi baru lahir, dan sebagainya). Indikator yang mencakup pembilang dan
penyebut sangat tepat untuk memantau perubahan dari waktu ke waktu dan
membandingkan satu wilayah dengan wilayah lain.

B. PERSYARATAN INDIKATOR
Terdapat berbagai sumber yang menyebutkan tentang persyaratan yang harus
dipenuhi oleh sebuah indikator. Syarat yang paling utama adalah ketepatannya
dalam menggambarkan atau mewakili (merepresentasikan) informasinya.
Dengan demikian maka indikator itu menjadi bermakna untuk pengambilan
keputusan. Misalnya: rasio dokter terhadap penduduk lebih menggambarkan
informasi tentang pemerataan dokter dibanding rasio dokter terhadap kecamatan.
Alasannya: kepadatan penduduk kecamatan-kecamatan di Indonesia sangat
bervariasi. Bagi kecamatan yang padat penduduk tentunya memerlukan dokter
lebih banyak. Tidak dapat disamakan dengan kecamatan yang jarang
penduduknya. Contoh lain: angka/indeks parasit malaria lebih menggambarkan
informasi tentang besarnya kesakitan malaria dibanding persentase penderita
malaria klinis. Alasannya: angka/indeks parasit malaria didapat dari data
pemeriksaan laboratorium terhadap darah penduduk, sedangkan persentase
penderita malaria klinis didapat dari data pasien tanpa diperiksa secara
laboratoris.
Namun demikian, ketepatan menggambarkan informasi itu adakalanya terben-
tur oleh masalah sulitnya mengumpulkan datanya. Misalnya saja, dalam contoh
malaria di atas, jumlah laboratorium di daerah-daerah luar Jawa tertentu sangat
terbatas. Maka pengumpulan data menggunakan pemeriksaan laboratorium akan
sangat sulit. Oleh karena itu, diperlukan pertimbangan dan kompromi terhadap
sejumlah ketentuan atau persyaratan yang harus dipenuhi sebuah indikator.
Untuk memudahkan mengingat persyaratan apa saja yang harus dipertim-
bangkan dalam menetapkan indikator, disampaikan rumusan dalam istilah
Inggeris, yang dapat disingkat menjadi SMART., yaitu Simple, Measurable,
Pengertian Indikator
14
Attributable, Reliable, dan Timely. Jadi, sesuai dengan rumusan itu, persyaratan
yang harus dipertimbangkan dalam merumuskan indikator adalah:
(S)IMPLE yaitu SEDERHANA. Artinya indikator yang ditetapkan sedapat
mungkin sederhana dalam pengumpulan data maupun dalam rumus penghi-
tungan untuk mendapatkannya.
(M)EASURABLE yaitu DAPAT DIUKUR. Artinya indikator yang dite-
tapkan harus merepresentasikan informasinya dan jelas ukurannya. Dengan
demikian dapat digunakan untuk perbandingan antara satu tempat dengan
tempat lain atau antara satu waktu dengan waktu lain. Kejelasan pengukuran
juga akan menunjukkan bagaimana cara mendapatkan datanya.
(A)TTRIBUTABLE yaitu BERMANFAAT. Artinya indikator yang dite-
tapkan harus bermanfaat untuk kepentingan pengambilan keputusan. Ini
berarti bahwa indikator itu harus merupakan pengejawantahan dari informasi
yang memang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan. Jadi harus spesifik
untuk pengambilan keputusan tertentu.
(R)ELIABLE yaitu DAPAT DIPERCAYA. Artinya indikator yang dite-
tapkan harus dapat didukung oleh pengumpulan data yang baik, benar, dan
teliti. Indikator yang tidak/belum bisa didukung oleh pengumpulan data yang
baik, benar, dan teliti, seyogianya tidak digunakan dulu.
(T)IMELY yaitu TEPAT WAKTU. Artinya indikator yang ditetapkan ha-
rus dapat didukung oleh pengumpulan dan pengolahan data serta penge-
masan informasi yang waktunya sesuai dengan saat pengambilan keputusan
dilakukan.

C. JENIS INDIKATOR
Sesuai dengan uraian dalam definisi indikator, terdapat paling sedikit tiga
jenis indikator, yaitu: (1) indikator berbentuk absolut, (2) indikator berbentuk
proporsi, dan (3) indikator berbentuk angka atau rasio. Indikator berbentuk
absolut adalah indikator yang hanya berupa pembilang saja, yaitu jumlah dari
sesuatu hal/kejadian. Biasanya digunakan untuk sesuatu yang sangat jarang,
seperti misalnya kasus meningitis di Puskesmas. Indikator berbentuk proporsi
adalah indikator yang nilai resultantenya dinyatakan dengan persen karena
pembilangnya merupakan bagian dari penyebut. Misalnya proporsi Puskesmas
yang memiliki dokter terhadap seluruh Puskesmas yang ada. Indikator berbentuk
angka adalah indikator yang menunjukkan frekuensi dari suatu kejadian selama
waktu (periode) tertentu. Biasanya dinyatakan dalam bentuk per 1000 atau per
100.000 populasi (konstanta atau k). Angka atau rate adalah ukuran dasar yang
digunakan untuk melihat kejadian penyakit karena angka merupakan ukuran
yang paling jelas menunjukkan probabilitas atau risiko dari penyakit dalam suatu
masyarakat tertentu selama periode tertentu. Misalnya angka malaria di kalangan
anak balita yang dihasilkan dari pembagian jumlah kasus malaria anak balita
Pengertian Indikator
15
(pembilang) oleh jumlah populasi anak balita di pertengahan tahun (penyebut).
Indikator berbentuk rasio adalah indikator yang pembilangnya bukan merupakan
bagian dari penyebut. Misalnya rasio bidan terhadap penduduk suatu Kabupaten.
Selain ketiga jenis indikator tersebut, dikenal pula apa yang disebut Indeks
atau Indikator Komposit (Composite Indices). Yaitu suatu istilah yang digunakan
untuk indikator yang lebih rumit (complex), memiliki ukuran-ukuran yang
multidimensional yang merupakan gabungan dari sejumlah indikator. Indeks ini
biasanya dikembangkan melalui penelitian khusus karena penggunaannya secara
praktis sangat terbatas. Misalnya, untuk mengukur beban akibat penyakit
(burden of disease), WHO pernah menyarankan digunakannya DALY
(Disability-Adjusted Life Years). Yaitu nilai saat ini dari tahun-tahun yang bebas
dari ketidakmampuan (disability) yang hilang akibat kematian prematur atau
kasus-kasus ketidakmampuan yang terjadi sepanjang waktu tertentu.

D. KLASIFIKASI INDIKATOR
Terdapat banyak cara untuk mengklasifikasikan indikator, sesuai dengan
bagaimana mereka akan digunakan. Umumnya digunakan klasifikasi dengan
berpegang pada pendekatan sistem, sehingga terdapat: (1) indikator hasil atau
keluaran, yang dapat dibedakan lagi ke dalam indikator hasil antara atau output
dan indikator hasil akhir atau outcome, (2) indikator proses, dan (3) indikator
masukan, yang dapat dibedakan lagi ke dalam indikator sumber daya dan
indikator determinan. Namun demikian kadang kala dijumpai kesulitan dalam
pengkalisifikasian ini secara tajam (clearcut) karena kekurangjelasan konsep
dalam kategorisasi.
Indikator dapat pula diklasifikasikan menurut program. Memang pengklasi-
fikasian dengan cara ini dapat mendorong terjadinya vertikalisasi kegiatan dan
mengakibatkan membengkaknya jumlah indikator. Namun demikian, bila dalam
pengklasifikasian tersebut selalu diacu pembagian kewenangan dan tugas seba-
gaimana telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang ada, maka
masalah yang mungkin timbul akan dapat dicegah.
Untuk menyederhanakan penetapan Indikator Menuju Indonesia Sehat
2010, maka uraian indikator, baik untuk Indonesia Sehat, Provinsi Sehat, mau-
pun Kabupaten/Kota Sehat, dikelompokkan ke dalam kategori sebagai berikut.

Indikator Hasil Akhir, yaitu Derajat Kesehatan. Indikator Hasil Akhir yang
paling akhir adalah indikator-indikator mortalitas (kematian), yang
dipengaruhi oleh indikator-indikator morbiditas (kesakitan) dan indikator-
indikator status gizi.

Indikator Hasil Antara. Indikator ini terdiri atas indikator-indikator ketiga
pilar yang mempengaruhi hasil akhir, yaitu indikator-indikator keadaan
Pengertian Indikator
16
lingkungan, indikator-indikator perilaku hidup masyarakat, serta indikator-
indikator akses dan mutu pelayanan kesehatan.
Indikator Proses dan Masukan. Indikator ini terdiri atas indikator-indikator
pelayanan kesehatan, indikator-indikator sumber daya kesehatan, indikator-
indikator manajemen kesehatan, dan indikator-indikator kontribusi sektor-
sektor terkait.

Apabila pengelompokan ini diskemakan agar terlihat hubungan antara satu
kelompok indikator dengan kelompok indikator yang lain, maka akan tampak
sebagaimana gambar berikut.


***

1. PELAYANAN
KESEHATAN
2. SUMBERDAYA
KESEHATAN
3. MANAJEMEN
KESEHATAN
4. KONTRIBUSI
SEKTOR2
TERKAIT

KEADAAN
LINGKUNGAN

PERILAKU HIDUP
MASYARAKAT

AKSES & MUTU
PELAYANAN
KESEHATAN
DERAJAT
KESEHATAN:


MORBI
DITAS


STATUS
GIZI




ME
NU
JU
MASUKAN &
PROSES
HASIL ANTARA
MOR
TA
LI
TAS
Indikator Indonesia Sehat 2010
17
INDIKATOR
INDONESIA SEHAT 2010



Sebagaimana telah diuraikan, penetapan indikator harus mempertimbangkan
persyaratan yang harus dipenuhi sebuah indikator (yaitu SMART). Namun untuk
penetapan Indikator Indonesia Sehat 2010 ini, selain hal-hal yang disebutkan di
muka, pertimbangan juga diberikan kepada kesepakatan-kesepakatan yang telah
dibuat. Kesepakatan-kesepakatan itu mencakup baik kesepakatan nasional
(misalnya menyangkut kesehatan anak, penyalahgunaan napza, dan lain-lain)
maupun kesepakatan global (misalnya menyangkut pemberantasan polio,
penanggulangan HIV/AIDS, dan lain-lain). Hal penting yang juga harus
diperhatikan adalah kesepakatan untuk memfokuskan upaya-upaya kesehatan
guna menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI),
yang akhir-akhir ini ditengarai mulai stagnan.
Penetapan Indikator Indonesia Sehat 2010 berikut targetnya ini diawali
dengan perumusan yang dilakukan melalui suatu pertemuan pejabat-pejabat
Departemen Kesehatan dan sejumlah pejabat kesehatan dari daerah-daerah
terdekat di Jakarta. Pertemuan tersebut berlangsung pada tanggal 16 Juli 2002.
Sementara penyusunan rancangan indikator Indonesia Sehat 2010 sedang
berlangsung, Departemen Kesehatan diminta oleh Departemen Dalam Negeri
untuk merevisi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1747 tahun 2000 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan untuk Daerah Kabupaten/Kota.
Maka, penetapan Indikator Indonesia Sehat 2010 dan penyusunan Standar
Pelayanan Minimal itu pun kemudian disinergikan. Dengan demikian maka
indikator-indikator yang tercantum dalam Indikator Indonesia Sehat 2010,
khususnya yang mengenai pelayanan kesehatan akan dapat ditemui juga sebagai
indikator Standar Pelayanan Minimal. Betapa pun pasokan data untuk memantau
pencapaian Indonesia Sehat 2010 datang dari kabupaten/kota.
Sesuai dengan pengelompokan indikator yang telah diuraikan, indikator
Indonesia Sehat 2010 dikelompokkan ke dalam:
Indikator Derajat Kesehatan yang merupakan hasil akhir, yang terdiri atas
indikator-indikator mortalitas, indikator-indikator morbiditas, dan indikator-
indikator status gizi.
Indikator Hasil Antara, yang terdiri atas indikator-indikator keadaan
lingkungan, indikator-indikator perilaku hidup masyarakat, serta indikator-
indikator akses dan mutu pelayanan kesehatan.
Indikator Proses dan Masukan, yang terdiri atas indikator-indikator pelayan-
an kesehatan, indikator-indikator sumber daya kesehatan, indikator-indikator
manajemen kesehatan, dan indikator kontribusi sektor-sektor terkait.
4
Indikator Indonesia Sehat 2010
18
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang Visi Indonesia Sehat
2010, bagi setiap indikator telah ditetapkan target yang akan dicapai di tahun
2010.

A. DERAJAT KESEHATAN
Indikator derajat kesehatan dan target yang hendak dicapai di tahun 2010
adalah sebagai berikut.


INDIKATOR


TARGET 2010

MORTALITAS:

1. Angka Kematian Bayi per-1.000 Kelahiran Hidup.
2. Angka Kematian Balita per-1.000 Kelahiran Hidup.
3. Angka Kematian Ibu Melahirkan per-100.000 Kela-
hiran Hidup.
4. Angka Harapan Hidup Waktu Lahir

MORBIDITAS:

5. Angka Kesakitan Malaria per-1.000 Penduduk
6. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA+
7. Prevalensi HIV (Persentase Kasus Terhadap Pen-
duduk Berisiko)
8. Angka Acute Flaccid Paralysis (AFP) Pada Anak
Usia <15 Tahun per-100.000 Anak
9. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD)
per-100.000 Penduduk

STATUS GIZI:

10. Persentase Balita Dengan Gizi Buruk
11. Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi




40
58
150

67,9



5
85
0,9

0,9

2




15
80


B. HASIL ANTARA
Indikator hasil antara dan target yang hendak dicapai di tahun 2010 adalah
sebagai berikut.

Indikator Indonesia Sehat 2010
19

INDIKATOR


TARGET 2010

KEADAAN LINGKUNGAN:

12. Persentase Rumah Sehat
13. Persentase Tempat-tempat Umum Sehat

PERILAKU HIDUP MASYARAKAT:

14. Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Ber-
sih dan Sehat
15. Persentase Posyandu Purnama & Mandiri

AKSES & MUTU PELAYANAN KESEHATAN:

16. Persentase Penduduk Yang Memanfaatkan Puskes-
mas
17. Persentase Penduduk Yang Memanfaatkan Rumah
Sakit
18. Persentase Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan
Laboratorium Kesehatan
19. Persentase Rumah Sakit Yang Menyelenggarakan 4
Pelayanan Kesehatan Spesialis Dasar
20. Persentase Obat Generik Berlogo Dalam Persediaan
Obat




80
80



65

40



15

1,5

100

100

100







C. PROSES DAN MASUKAN


INDIKATOR


TARGET 2010
Indikator Indonesia Sehat 2010
20

PELAYANAN KESEHATAN:

21. Persentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
22. Persentase Desa Yang Mencapai Universal Child
Immunization (UCI)
23. Persentase Desa Terkena Kejadian Luar Biasa
(KLB) Yang Ditangani <24 jam
24. Persentase Ibu Hamil Yang Mendapat Tablet Fe
25. Persentase Bayi Yang Mendapat ASI Eksklusif
26. Persentase Murid Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidai-
yah Yang Mendapat Pemeriksaan Gigi dan Mulut
27. Persentase Pekerja Yang Mendapat Pelayanan
Kesehatan Kerja
28. Persentase Keluarga Miskin Yang Mendapat Pela-
yanan Kesehatan

SUMBERDAYA KESEHATAN:

29. Rasio Dokter Per-100.000 Penduduk
30. Rasio Dokter Spesialis Per-100.000 Penduduk
31. Rasio Dokter Keluarga 1.000 Keluarga
32. Rsio Dokter Gigi Per-100.000 Penduduk
33. Rasio Apoteker Per-100.000 Penduduk
34. Rasio Bidan Per-100.000 Penduduk
35. Rasio Perawat Per-100.000 Penduduk
36. Rasio Ahli Gizi Per-100.000 Penduduk
37. Rasio Ahli Sanitasi Per-100.000 Pddk.
38. Rasio Ahli Kesehatan Masyarakat Per-100.000
Penduduk
39. Persentase Penduduk Yang Menjadi Peserta Jamin-
an Pemeliharaan Kesehatan
40. Rata-rata Persentase Anggaran Kesehatan Dalam
APBD Kabupaten/Kota
41. Alokasi Anggaran Kesehatan Pemerintah per-Kapita
per-tahun (ribuan rupiah)


MANAJEMEN KESEHATAN:

42. Persentase Kabupaten/Kota Yang Mempunyai Do-



90
100

100

80
80
100

80

100




40
6
2
11
10
100
117,5
22
40
40

80

15

100





100
Indikator Indonesia Sehat 2010
21
kumen Sistem Kesehatan
43. Persentase Kabupaten/Kota Yang Memiliki Conti-
ngency Plan Untuk Masalah Kesehatan Akibat
Bencana
44. Persentase Kabupaten/Kota Yang Membuat Profil
Kesehatan
45. Persentase Provinsi Yang Melaksanakan Surkesda.
46. Persentase Provinsi Yang Mempunyai Provincial
Health Account

KONTRIBUSI SEKTOR TERKAIT:

47. Persentase Keluarga Yang Memiliki Akses Terha-
dap Air Bersih
48. Persentase Pasangan Usia Subur Yang Menjadi
Akseptor Keluarga Berencana
49. Angka Kecelakaan Lalu-lintas per-100.000 pen-
duduk
50. Persentase Penduduk Yang Melek Huruf


100


100

100
100




85

70

10

95








***


Indikator Provinsi Sehat & Kabupaten/Kota Sehat
22
INDIKATOR PROVINSI SEHAT DAN
KABUPATEN/KOTA SEHAT



Sebagaimana diuraikan di muka, dalam tatanan desentralisasi atau otonomi
daerah di bidang kesehatan, pencapaian Visi Indonesia Sehat 2010 ditentukan
oleh pencapaian Visi Pembangunan Kesehatan setiap provinsi (yaitu Provinsi
Sehat). Sedangkan pencapaian Visi Provinsi Sehat ditentukan oleh pencapaian
Visi Pembangunan Kesehatan setiap kabupaten/kota yang ada di provinsi
bersangkutan (yaitu Kabupaten/Kota Sehat). Oleh karena itu, setiap provinsi dan
kabupaten/kota yang ada di Indonesia diharapkan dapat menetapkan indikator
untuk Visi Pembangunan Kesehatannya.
Yang menjadi acuan dalam penetapan indikator untuk Provinsi Sehat dan
Kabupaten/Kota Sehat adalah indikator Indonesia Sehat 2010 yang telah
diuraikan di atas. Indikator Indonesia Sehat 2010 tersebut adalah indikator
minimal. Sehingga dengan demikian indikator tersebut harus diadopsi oleh
semua provinsi dan kabupaten/kota.
Namun bukan berarti bahwa indikator Provinsi Sehat atau indikator Kabu-
paten/Kota Sehat menjadi seragam untuk seluruh Indonesia. Yang seragam
hanya tujuh puluh indikator sebagaimana telah disajikan dalam Bab 4. Indikator-
indikator di luar yang tujuh puluh tersebut diserahkan kepada masing-masing
daerah untuk memilih dan menetapkannya. Inti dari kebijakan desentralisasi atau
otonomi daerah memang adalah penghargaan terhadap keberagaman yang
dibingkai oleh satu acuan.
Keberagaman itu di bidang kesehatan tampaknya cukup besar. Dalam hal
penyakit, terdapat sejumlah penyakit yang hanya terdapat di beberapa daerah
tertentu dan tidak terdapat di daerah lain. Misalnya schistosomiasis yang hanya
dijumpai di salah satu kabupaten di Sulawesi Tengah. Juga tidak semua daerah
merupakan daerah endemis gondok atau gangguan akibat kekurangan yodium
(GAKY). Keadaan lingkungan juga dapat berbeda antara satu daerah dengan
daerah lain. Untuk daerah yang padat lalulintas dan kegiatan industri manu-
fakturnya, indikator-indikator pencemaran udara dan pencemaran air tentunya
sangat diperlukan. Untuk daerah yang areal pertaniannya sangat luas, mungkin
perlu dicantumkan indikator yang berkaitan dengan pemakaian pestisida.
Demikian pula dengan perilaku masyarakat. Perilaku masyarakat sangat
dipengaruhi oleh budaya dan adat-istiadat setempat. Tabu-tabu atau pantangan-
pantangan yang sangat merugikan kesehatan mungkin perlu dicantumkan
indikatornya. Karena itu, indikator tentang perilaku masyarakat ini pun dapat
bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain. Karena masalah kesehatan yang
dihadapi daerah bervariasi, maka sudah barang tentu kegiatan pembangunan
5
Indikator Provinsi Sehat & Kabupaten/Kota Sehat
23
kesehatan pun dapat bervariasi. Berarti di luar indikator yang sudah tercantum
dalam Indikator Indonesia Sehat 2010, untuk indikator proses dan masukan,
provinsi maupun kabupaten/kota dapat mencantumkan indikator-indikator lain
sesuai dengan apa yang berlangsung setempat.
Indikator Provinsi Sehat tentunya akan menampung juga indikator-indikator
yang berlaku umum di provinsi bersangkutan. Artinya, semua kabupaten/kota
yang ada di wilayah provinsi tersebut memang terkena atau melaksanakan apa
yang ingin digambarkan oleh indikator tadi.
Khusus untuk Kabupaten/Kota Sehat, penetapan indikator hendaknya
mengacu kepada indikator yang tercantum dalam Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan. Seyogianya semua indikator yang tercantum dalam Standar
Pelayanan Minimal tersebut dimasukkan sebagai bagian dari indikator
Kabupaten/Kota Sehat. Kemudian ditambah dengan hal-hal spesifik yang hanya
dijumpai atau dilaksanakan di kabupaten/kota yang bersangkutan.
Setiap daerah harus pula mengacu kepada target-target nasional sebagaimana
yang tercantum dalam Bab 4. Dengan demikian maka Visi Pembangunan
Kesehatan Daerah yang telah pernah ditetapkan (misalnya Yogyakarta Sehat
2005 atau Purwakarta Sehat 2007) perlu ditinjau (review) kembali. Misalnya,
benarkah pada tahun 2005 Yogyakarta sudah dapat mencapai semua target yang
tercantum sebagai target Indonesia Sehat 2010?
Pencapaian target-target ini memang akan dipantau tahun demi tahun dan
kelak pada tahun 2010 akan dievaluasi. Oleh karena itu maka diperlukan
kesamaan bingkai, agar dalam hal-hal yang telah menjadi kesepakatan nasional
dan kesepakatan global, langkah-langkah dapat diselaraskan.







***


Formula Indikator & Definisi Operasional
24
FORMULA INDIKATOR DAN
DEFINISI OPERASIONAL



Agar dapat dijamin kesamaan persepsi dan pengertian terhadap indikator-
indikator yang telah ditetapkan dan cara-cara menghitungnya, diperlukan
keseragaman dalam formula indikator dan definisi operasional.

A. FORMULA INDIKATOR

1. Derajat Kesehatan

a. Mortalitas

1) Angka Kematian
Bayi per-1.000
Kelahiran Hidup
1.000 x
sama yang u kurun wakt pada
dan wilayah di hidup kelahiran Jumlah
tahun 1 selama tu yah terten suatu wila di
meninggal yg tahun) 1 (berumur bayi Jumlah <

2) Angka Kematian
Balita per 1.000
Kelahiran Hidup
1.000 x
sama yang u kurun wakt pada
dan wilayah di hidup kelahiran Jumlah
tahun 1 selama tu yah terten suatu wila di
meninggal yg tahun 5 berumur anak Jumlah <

3) Angka Kematian
Ibu Melahirkan per
100.000 Kelahiran
Hidup
100.000 x
sama yang u kurun wakt pada
dan wilayah di hidup kelahiran Jumlah
tahun 1 selama tertentu
yah suatu wila di nifas dan bersalin, hamil,
karena meninggal yang hamil ibu Jumlah

4) Angka Harapan
Hidup Waktu Lahir
kohort Jumlah
kohort dari kehidupan un Jumlah tah


b. Morbiditas

5) Angka Kesakitan
Malaria per 1.000
Penduduk
1.000 x
sama yang u kurun wakt
pada dan wilayah di penduduk Jumlah
tahun 1 selama tertentu
yah suatu wila di malaria penderita Jumlah

6
Formula Indikator & Definisi Operasional
25
6) Angka Kesembuhan
Penderita TB Paru
BTA
+

100% x
sama yang u kurun wakt pada dan wilayah di
diobati yang BTA Paru TB penderita Jumlah
tahun 1 selama yah suatu wila di
sembuh yang BTA Paru TB penderita Jumlah
+
+
7) Prevalensi Penderita
HIV Terhadap
Penduduk Berisiko
100% x
sama yang u kurun wakt pada
dan wilayah di berisiko penduduk Jumlah
tahun 1 selama entu layah tert wi
suatu di lama) dan (baru HIV kasus Jumlah

8) Angka Acute
Flaccid Paralysis
(AFP) Pada Anak
Usia <15 Tahun per
100.000 Anak
100.000 x
sama yang u kurun wakt pada dan
wilayah di tahun 5 usia anak Jumlah
tahun 1 selama tu yah terten suatu wila di
tahun 5 usia anak AFP kasus Jumlah
<
<

9) Angka Kesakitan
Demam Berdarah
Dengue (DBD) per
100.000 Penduduk
100.000 x
sama yang u kurun wakt
pada dan wilayah di penduduk Jumlah
tahun 1 selama tu yah terten suatu wila di
Dengue Berdarah Demam kasus Jumlah


c. Status Gizi

10) Persentase Balita
Dengan Gizi Buruk
100% x
sama yg u kurun wakt pada dan wilayah
di imbang diukur/dit yang Balita Jumlah
tahun 1 selama tu yah terten suatu wila di
buruk gizi berstatus yang Balita Jumlah

11) Persentase Keca-
matan Bebas Rawan
Gizi
100% x
sama yang u kurun wakt pada
dan wilayah di ada yang Kecamatan Jumlah
u tertentu kurun wakt pada dan yah suatu wila
di gizi rawan bebas yang Kecamatan Jumlah


2. Hasil Antara

a. Keadaan Lingkungan

12) Persentase Rumah
Sehat
100% x
sama yang u kurun wakt
pada dan wilayah di ada yang rumah Jumlah
u tertentu kurun wakt pada
tu yah terten suatu wila di sehat rumah Jumlah
Formula Indikator & Definisi Operasional
26
13) Persentase Tempat-
tempat Umum
Sehat
100% x
sama yang u kurun wakt pada dan wilayah
di ada yang umum tempat - pat Jumlah tem
u tertentu kurun wakt pada dan wilayah
suatu di sehat umum tempat - pat Jumlah tem

b. Perilaku Hidup Masyarakat

14) Persentase Rumah
Tangga Berperilaku
Hidup Bersih dan
Sehat
100% x
sama yang u kurun wakt pada dan wilayah
di urvei dipantau/s yang ga rumah tang Jumlah
u tertentu kurun wakt pd yah suatu wila di sehat
dan bersih hidup u berperilak ga rumah tang Jml
15) Persentase Posyan-
du Purnama dan
Mandiri
100% x
sama yang u kurun wakt pada dan
wilayah di ada yang posyandu seluruh Jumlah
u tertentu kurun wakt pada layah wi
suatu di Mandiri dan Purnama Posyandu Jumlah

c. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan

16) Persentase Pendu-
duk Yang Meman-
faatkan Puskesmas
100% x
sama yang u kurun wakt pada
puskesmas kerja wilayah di penduduk Jumlah
tahun 1 selama yah suatu wila di kesmas
- pus an memanfaatk yang penduduk Jumlah

17) Persentase Pendu-
duk Yang Meman-
faatkan Rumah
Sakit
100% x
sama yang
tahun pada dan wilayah di penduduk Jumlah
tahun 1 selama yah suatu wila di sakit
rumah an memanfaatk yang penduduk Jumlah

18) Persentase Sarana
Kesehatan Dengan
Kemampuan Lab
Kesehatan
100% x
sama yang tahun pada dan
wilayah di ada yang kesehatan sarana Jumlah
yah suatu wila di kesehatan um laboratori
kemampuan dengan kesehatan sarana Jumlah

19) Persentase Rumah
Sakit Yang Menye-
lenggarakan 4 Pela-
yanan Kes.
Spesialis Dasar
100% x
sama yang u kurun wakt pada dan
wilayah di ada yang sakit rumah Jumlah
u tertentu kurun wakt pada yah suatu wila
di dasar spesialis kesehatan pelayanan 4
arakan menyelengg yg sakit rumah Jumlah

Formula Indikator & Definisi Operasional
27
20) Persentase Obat
Generik Berlogo
(OGB) dalam
Persediaan Obat
100% x
sama yang u kurun wakt pada dan wilayah di
persediaan dalam ada yang obat jenis Jumlah
u tertentu kurun wakt pd yah suatu wila di dia
- terse yang berlogo generik obat jenis Jumlah

3. Proses dan Masukan

a. Pelayanan Kesehatan

21) Persentase Perto-
longan Persalinan
Oleh Tenaga
Kesehatan
100% x
sama yang tahun pada dan
wilayah di terjadi yang persalinan Jumlah
tahun 1 selama yah suatu wila di hatan
kese tenaga ditolong yang persalinan Jumlah
22) Persentase Desa
Mencapai Univer-
sal Child Immuni-
zation (UCI)
100% x
sama yang tahun pada dan
wilayah di ada yang ahan desa/kelur Jumlah
tahun 1 selama yah suatu wila di
UCI mencapai yang ahan desa/kelur Jumlah

23) Persentase Desa
Terkena Kejadian
Luar Biasa (KLB)
Yang Ditangani
<24 jam
100% x
sama yang tahun pada dan yah wila
di KLB terkena yang ahan desa/kelur Jumlah
th 1 dalam yah suatu wila di jam 24 tangani
di yang KLB na ahan terke desa/kelur Jumlah
<
24) Persentase Ibu
Hamil Yang Men-
dapat Tablet Fe
100% x
sama yang tahun pada
dan wilayah di ada yang hamil ibu Jumlah
tahun 1 selama yah suatu wila di
Fe ablet mendapat t yang hamil ibu Jumlah

25) Persentase Bayi
Yang Mendapat
(ASI) Eksklusif
100% x
sama yang ahun t
pada dan wilayah di ada yang bayi Jumlah
tahun 1 selama yah suatu wila di
eksklusif ASI mendapat yang bayi Jumlah

26) Persentase Murid
Sekolah Dasar/
Madrasah Ibtida-
iyah Yang Menda-
pat Pemeriksaan
Gigi dan Mulut
100% x
sama yang tahun pada dan h wilaya
di ada yang SD/MI murid seluruh Jumlah
th 1 selama yah suatu wila di mulut dan gigi saan
pemerik mendapat yang SD/MI murid Jumlah

Formula Indikator & Definisi Operasional
28
27) Persentase Pekerja
Yang Mendapat
Pelayanan Kese-
hatan Kerja
100% x
sama yang tahun pada
dan wilayah di ada yang pekerja Jumlah
tahun 1 selama yah suatu wila di kerja hatan
kes pelayanan mendapat yang pekerja Jumlah

28) Persentase
Keluarga Miskin
Yang Mendapat
Pelayanan
Kesehatan
100% x
sama yang tahun pada dan
wilayah di ada yang miskin keluarga Jumlah
tahun 1 selama yah suatu wila di kes. yanan
pela mendapat yang miskin keluarga Jumlah



b. Sumber Daya Kesehatan

29) Rata-rata Dokter
per 100.000
Penduduk
100.000 x
sama yang tahun
pada dan wilayah di penduduk Jumlah
yah suatu wila di kesehatan pelayanan
memberikan yang dokter Jumlah

30) Rata-rata Dokter
Spesialis per
100.000 Penduduk
100.000 x
sama yang tahun
pada dan wilayah di penduduk Jumlah
yah suatu wila di kesehatan pelayanan
memberikan yg spesialis dokter Jumlah

31) Rata-rata Dokter
Keluarga per 1.000
Keluarga
1.000 x
sama yang tahun
pada dan wilayah di keluarga Jumlah
yah suatu wila di kesehatan pelayanan
memberikan yang keluarga dokter Jumlah

32) Rata-rata Dokter
Gigi per 100.000
Penduduk
100.000 x
sama yang tahun
pada dan wilayah di penduduk Jumlah
yah suatu wila di kesehatan pelayanan
memberikan yang gigi dokter Jumlah

33) Rata-rata Apoteker
per 100.000
Penduduk
100.000 x
sama yang tahun
pada dan wilayah di penduduk Jumlah
yah suatu wila di n kefarmasia pelayanan
memberikan yang apoteker Jumlah

34) Rata-rata Bidan per
100.000 Penduduk
100.000 x
sama yang tahun
pada dan wilayah di penduduk Jumlah
yah suatu wila di kesehatan pelayanan
memberikan yang bidan Jumlah

Formula Indikator & Definisi Operasional
29
35) Rata-rata Perawat
per 100.000
Penduduk
100.000 x
sama yang tahun
pada dan wilayah di penduduk Jumlah
yah suatu wila di kesehatan pelayanan
memberikan yang perawat Jumlah

36) Rata-rata Ahli Gizi
per 100.000
Penduduk
100.000 x
sama yang tahun
pada dan wilayah di penduduk Jumlah
yah suatu wila di gizi
bidang di bertugas yang gizi ahli Jumlah

37) Rata-rata Ahli
Sanitasi per
100.000 Penduduk
100.000 x
sama yang tahun
pada dan wilayah di penduduk Jumlah
yah suatu wila di lingkungan kesehatan
bidang di bertugas yang sanitasi ahli Jumlah
38) Rata-rata Ahli
Kesehatan Masya-
rakat per 100.000
Penduduk
100.000 x
sama yang tahun
pada dan wilayah di penduduk Jumlah
yah suatu wila di bertugas
yang Masyarat Kesehatan Sarjana Jumlah

39) Persentase Pendu-
duk Yang Menjadi
Peserta Jaminan
Pemeliharaan
Kesehatan
100% x
sama yang u kurun wakt pada dan
wilayah di ada yang penduduk Jumlah
tahun 1 selama wilayah
suatu di kesehatan an pemelihara jaminan
peserta menjadi yang penduduk Jumlah


c. Manajemen Kesehatan

40) Rata-rata Persen-
tase Anggaran Kes
Dalam APBD
Kab/Kota
100% x
sama yang tahun pada APBD anggaran Total
tahun 1 dalam kesehatan
untuk Kota Kabupaten/ APBD alokasi Jumlah

41) Alokasi Anggaran
Kesehatan Peme-
rintah per Kapita
per tahun (ribuan
rupiah)
sama yang tahun pada penduduk Jumlah
rupiah) (ribuan tahun 1 dalam
pemerintah kesehatan anggaran alokasi Jumlah

42) Persentase Kab/
Kota Yang Mempu-
nyai Dokumen
Sistem Kesehatan
100% x
sama yang tu wak
kurun pada ada yang Kota Kabupaten/ Jumlah
u tertentu kurun wakt pada kesehatan sistem
dokumen mempunyai yang Kab/Kota Jumlah
Formula Indikator & Definisi Operasional
30
43) Persentase Kab/
Kota Yang Memi-
liki Contingency
Plan Masalah Kes.
Akibat Bencana
100% x
sama yang tu wak
kurun pada ada yang Kota Kabupaten/ Jumlah
u tertentu kurun wakt
pada Bencana Akibat Kes. Masalah Plan
y Contingenc memiliki yang Kab/Kota Jumlah

44) Persentase Kab/
Kota Yang
Membuat Profil
Kesehatan
100% x
sama yang waktu
kurun pada ada yang Kota Kabupaten/ Jumlah
tahun 1 selama
kesehatan profil membuat yg Kab/Kota Jumlah
45) Persentase Provinsi
Yang Melaksana-
kan Surkesda
100% x
sama yang
u kurun wakt pada ada yang provinsi Jumlah
u tertentu kurun wakt pada
Surkesda an melaksanak yang provinsi Jumlah

46) Persentase Provinsi
Yang Mempunyai
Provincial Health
Account
100% x
sama yang
u kurun wakt pada ada yang provinsi Jumlah
u tertentu kurun wakt pada Account' Health
Provincial ' mempunyai yang provinsi Jumlah


d. Kontribusi Sektor-Sektor Terkait

47) Persentase Kelu-
arga Yang Memiliki
Akses Terhadap Air
Bersih
100% x
sama yang u kurun wakt pada
dan wilayah di ada yang keluarga Jumlah
tu ktu terten wa
kurun pada yah suatu wila di bersih air dap
- terha akses memiliki yang keluarga Jumlah

48) Persentase Pasang-
an Usia Subur Yang
Menjadi Akseptor
KB
100% x
sama yang u kurun wakt pada dan layah
- wi di ada yang Subur sia Pasangan U Jumlah
u tertentu kurun wakt pada yah suatu wila di
aktif KB peserta Subur sia Pasangan U Jumlah

49) Angka Kecelakaan
Lalu Lintas per
100.000 Penduduk
100.000 x
sama yang run waktu
- ku pada dan wilayah di penduduk Jumlah
tahun 1 selama yah suatu wila di
lintas lalu kecelakaan akibat korban Jumlah

50) Persentase
Penduduk Yang
Melek Huruf
100% x
sama yang u kurun wakt pada dan wilayah
di atas ke tahun 10 usia penduduk Jumlah
tu ktu terten wa
kurun pada yah suatu wila di huruf melek
yang atas ke tahun 10 usia penduduk Jumlah

Formula Indikator & Definisi Operasional
31
B. DEFINISI OPERASIONAL

1. Derajat Kesehatan

a. Mortalitas

1) Angka Kematian
Bayi per 1.000
Kelahiran Hidup
- Kematian bayi adalah kematian yang terjadi pada
bayi sebelum mencapai usia satu tahun.
- Kelahiran hidup adalah janin pada waktu lahir
memperlihatkan tanda kehidupan
2) Angka Kematian
Balita per 1.000
Kelahiran Hidup
- Kematian balita adalah kematian yang terjadi pada
anak sebelum mencapai usia lima tahun
3) Angka Kematian
Ibu Melahirkan per
100.000 L.H.
- Kematian Ibu adalah kematian yang terjadi pada
ibu karena peristiwa kehamilan, persalinan, dan
masa nifas
4) Angka Harapan
Hidup Waktu Lahir
- Suatu perkiraan rata-rata lamanya hidup per
penduduk (dalam tahun) sejak lahir yang akan
dicapai oleh penduduk dalam suatu wilayah dan
waktu tertentu yang dihitung berdasarkan angka
kematian menurut kelompok umur

b. Morbiditas

5) Angka Kesakitan
Malaria per 1.000
penduduk
- Untuk di Jawa dan Bali: Penderita malaria adalah
kasus dengan gejala klinis malaria (demam tinggi
disertai menggigil) dengan hasil pemeriksaan
sediaan darah di laboratorium positif malaria
- Untuk di luar Jawa dan Bali: Penderita malaria
adalah kasus dengan gejala klinis malaria (demam
tinggi disertai menggigil) dengan atau tanpa
pemeriksaan sediaan darah di laboratorium
6) Angka Kesembuhan
Penderita TB Paru
BTA
+

- Dapat disembuhkan artinya penderita TB Paru
yang setelah menerima pengobatan anti TB paru
dinyatakan sembuh (hasil pemeriksaan dahaknya
menunjukkan 2 kali negatif
7) Prevalensi Pende-
rita HIV Terhadap
Penduduk Berisiko
- Penderita HIV adalah penderita yang menurut hasil
pemeriksaan laboratorium dinyatakan positif HIV
- Penduduk berisiko HIV yaitu penduduk yang
Formula Indikator & Definisi Operasional
32
pekerjaan atau gaya hidupnya menyebabkan mere-
ka menghadapi kemungkinan/resiko lebih tinggi
untuk ketularan dan menularkan HIV seperti:
a. Mereka yang berganti-ganti pasangan seksual
(homo dan hetero seksual) seperti wanita/pria
tuna susila, homo-seksual, biseksual dan waria
b. Penerima transfusi darah tanpa skrining
c. Bayi yang dilahirkan dari ibu penderita HIV
d. Penyalahguna NAPZA suntik (IDU) yang
menggunakan jarum suntik secara bergantian
e. Pasangan seksual dari pengidap HIV
8) Angka Acute
Flaccid Paralysis
(AFP) Pada Anak
Usia <15 Tahun per
100.000 Anak
- AFP adalah penderita dengan gejala lumpuh layuh
mendadak (akut), bukan disebabkan ruda paksa,
yang ditemukan pada anak usia <15 tahun dan
diduga kuat poliomyelitis
9) Angka Kesakitan
DBD per 100.000
Penduduk
- Penderita DBD adalah penderita demam tinggi
yang mendadak, terus menerus berlangsung 2-7
hari tanpa sebab yang jelas, tanda-tanda perdarah-
an dari atau pembesaran hati, serta hasil pemerik-
saan laboratorium dinyatakan positif DBD

c. Status Gizi

10) Persentase Balita
dengan Gizi Buruk
- Balita dengan Gizi Buruk adalah balita yang
mempunyai berat badan di bawah garis merah pada
KMS (Kartu Menuju Sehat)
11) Persentase Keca-
matan Bebas Rawan
Gizi
- Kecamatan Bebas Rawan Gizi adalah kecamatan
dengan prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk
< dari 15%

2. Hasil Antara

a. Keadaan Lingkungan

12) Persentase Rumah
Sehat
- Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang
memenuhi syarat kesehatan
13) Persentase Tempat-
tempat Umum
- Tempat-tempat umum sehat adalah tempat-tempat
umum misalnya: hotel, terminal, pasar, pertokoan,
bioskop, tempat wisata, kolam renang, restoran,
Formula Indikator & Definisi Operasional
33
Sehat tempat ibadah dan sejenisnya yang memenuhi
syarat kesehatan
b. Perilaku Hidup Masyarakat

14) Persentase Rumah
Tangga Berperilaku
Hidup Bersih dan
Sehat
- Rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat
adalah rumah tangga yang seluruh anggotanya ber-
perilaku hidup bersih dan sehat (sesuai pedoman)
15) Persentase
Posyandu Purnama
dan Mandiri
- Posyandu Purnama: posyandu dengan frekuensi
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata
jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan
5 program utamanya yaitu KB, KIA, Gizi dan
Imunisasi lebih dari 50%, serta sudah ada program
tambahan.
- Posyandu Mandiri: sudah dapat melakukan
kegiatan secara teratur, cakupan 5 program utama
sudah bagus, ada program tambahan dan Dana
Sehat telah menjangkau 50% KK

c. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan

16) Persentase
Penduduk Yang
Memanfaatkan
Puskesmas
- Penduduk yang memanfaatkan puskesmas adalah
penduduk yang datang berkunjung ke puskesmas
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
diberikan puskesmas (promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif)
17) Persentase Pendu-
duk Yang Meman-
faatkan Rumah
Sakit
- Penduduk yang memanfaatkan rumah sakit adalah
penduduk yang datang berkunjung ke rumah sakit
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
diberikan rumah sakit (promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif), baik milik pemerintah maupun
swasta.
18) Persentase Sarana
Kesehatan Dengan
Kemampuan Labo-
ratorium Kesehatan
- Kemampuan laboratorium artinya mampu menye-
lenggarakan pelayanan laboratorium kesehatan
sesuai standar
19) Persentase Rumah
Sakit Yang Menye-
lenggarakan 4 Pela-
- Yang dimaksud dengan 4 pelayanan kesehatan
spesialistik dasar adalah pelayanan-pelayanan
kandungan dan kebidanan, bedah, penyakit dalam,
Formula Indikator & Definisi Operasional
34
yanan Kesehatan
Spesialis Dasar
dan anak


20) Persentase Obat
Generik Berlogo
Dalam Persediaan
Obat
- Obat generik berlogo adalah obat yang dibuat dan
dijual dengan memakai nama umum/nama kimia,
bukan nama paten/spesialite


3. Proses dan Masukan

a. Pelayanan Kesehatan

21) Persentase Perto-
longan Persalinan
Oleh Tenaga
Kesehatan
- Persalinan oleh tenaga kesehatan adalah persalinan
yang ditolong oleh dokter spesialis kebidanan/
dokter umum/bidan/pembantu bidan/perawat bidan
22) Persentase Desa Yg
Mencapai Univer-
sal Child Immuni-
zation(UCI)
- Desa mencapai UCI adalah Desa/kelurahan dengan
cakupan imunisasi dasar lengkap (BCG 1 kali,
DPT 3 kali, HB 3 kali, Polio 4 kali, dan Campak 1
kali) pada bayi >80%
23) Persentase Desa Ter
kena Kejadian Luar
Biasa (KLB) Yang
Ditangani <24 jam
- KLB adalah timbulnya/meningkatnya kejadian
kesakitan/kematian yang bermakna secara epide-
miologis dalam kurun waktu tertentu di daerah
tertentu
24) Persentase Ibu
Hamil Yang
Mendapat Tablet Fe
- Mendapat tablet Fe adalah mendapat 90 butir tablet
Fe selama periode hamil yang diberikan oleh
tenaga kesehatan di dalam maupun di luar gedung
Puskesmas atau oleh kader
25) Persentase Bayi
Yang Mendapat Air
Susu Ibu (ASI)
Eksklusif
- Bayi yang mendapat ASI Eksklusif adalah bayi
yang hanya mendapat ASI saja sampai mencapai
usia minimal 4 bulan
26) Persentase Murid
Sekolah Dasar/
Madrasah Ibtida-
iyah Yang Menda-
pat Pemeriksaan
Gigi dan Mulut
- Pemeriksaan gigi dan mulut yang dimaksud adalah
dalam bentuk upaya promotif, preventif, dan
kuratif sederhana seperti pencabutan gigi sulung,
pengobatan, dan penambalan sementara, yang
dilakukan baik di sekolah maupun dirujuk ke Pus-
kesmas minimal 2 kali dalam setahun
Formula Indikator & Definisi Operasional
35
27) Persentase Pekerja
Yang Mendapat
Pelayanan
Kesehatan Kerja
- Yang dimaksud pelayanan kesehatan kerja menca-
kup baik pelayanan promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif

28) Persentase Kelu-
arga Miskin yang
Mendapat Pela-
yanan Kesehatan
- Penduduk miskin yang dimaksud adalah sesuai
kriteria kemiskinan yang ditetapkan Badan Pusat
Statistik (kemiskinan dipandang sebagai ketidak-
mampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan makanan maupun non makanan yang
bersifat mendasar)

b. Sumber Daya Kesehatan

29) Rata-rata Dokter
per 100.000
Penduduk
- Dokter yang dimaksud adalah yang memberikan
pelayanan kesehatan di suatu wilayah (PNS
maupun bukan)
30) Rata-rata Dokter
Spesialis per
100.000 Penduduk
- Dokter spesialis yang dimaksud adalah yang
memberikan pelayanan kesehatan di suatu wilayah
(PNS maupun bukan)
31) Rata-rata Dokter
Keluarga per 1.000
Keluarga
- Dokter keluarga yang dimaksud adalah yang
memberikan pelayanan kesehatan keluarga di suatu
wilayah
32) Rata-rata Dokter
Gigi per 100.000
Penduduk
- Dokter gigi yang dimaksud adalah yang memberi-
kan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di suatu
wilayah (PNS maupun bukan)
33) Rata-rata Apoteker
per 100.000
Penduduk
- Apoteker yang dimaksud adalah yang memberikan
pelayanan kefarmasian di suatu wilayah (PNS
maupun bukan)
34) Rata-rata Bidan per
100.000 Penduduk
- Bidan yang dimaksud adalah yang memberikan
pelayanan kesehatan di suatu wilayah (PNS
maupun bukan)
35) Rata-rata Perawat
per 100.000
Penduduk
- Perawat yang dimaksud adalah yang memberikan
pelayanan kesehatan di suatu wilayah (PNS
maupun bukan)
36) Rata-rata Ahli Gizi
per 100.000
Penduduk
- Ahli Gizi yang dimaksud adalah yang bertugas di
bidang gizi di suatu wilayah dengan pendidikan
D1 D4
37) Rata-rata Ahli - Ahli Sanitasi yang dimaksud adalah yang bertugas
Formula Indikator & Definisi Operasional
36
Sanitasi per
100.000 Penduduk
di bidang kesehatan lingkungan di suatu wilayah
dengan pendidikan D1 D3
38) Rata-rata Ahli Ke-
sehatan Masyarakat
per 100.000 Pend.
- Ahli Kesehatan Masyarakat yang dimaksud adalah
yang bertugas di bidang kesehatan masyarakat di
suatu wilayah dengan pendidikan S1 S3
39) Persentase Pendu-
duk Yang Menjadi
Peserta Jaminan
Pemeliharaan Kes.
- Jaminan Pemeliharaan Kesehatan meliputi peserta
JPKM, PT Askes, PT Jamsostek, Kartu Sehat, dan
peserta Asuransi Komersial yang memiliki jaminan
kesehatan pra-bayar

c. Manajemen Kesehatan

40) Rata-rata Persenta-
se Anggaran Kese-
hatan Dalam APBD
Kabupaten/Kota
- Anggaran kesehatan adalah dana yang disediakan
untuk penyelenggaraan upaya kesehatan yang
dilalokasikan melalui APBD
41) Alokasi Anggaran
Kesehatan Pemerin-
tah per Kapita per
tahun (ribuan
rupiah)
- Anggaran kesehatan Pemerintah adalah jumlah
anggaran yang dialokasikan oleh Pemerintah
(melalui APBN, APBD, dan PHLN) untuk biaya
penyelenggaraan upaya kesehatan
42) Persentase Kabupa-
ten/Kota Yang Mem-
punyai Dokumen
Sistem Kesehatan
- Dokumen sistem kesehatan adalah dokumen yang
menguraikan tentang subsistem-subsistem dari
sistem kesehatan setempat dan cara-cara penye-
lenggaraannya.
43) Persentase Kabupa-
ten/ Kota Yang Me-
miliki Contingency
Plan Untuk Masa-
lah Kesehatan
Akibat Bencana
- Contigency Plan untuk masalah kesehatan akibat
bencana adalah rencana penanggulangan keadaan
gawat darurat di bidang kesehatan sebagai akibat
bencana seperti banjir, gunung meletus, pengung-
sian, dan lain-lain.
44) Persentase Kabupa-
ten/ Kota Yang
Membuat Profil
Kesehatan
- Profil Kesehatan adalah paket data/informasi
kesehatan yang secara komprehensif berisi uraian
penyelenggaraan upaya kesehatan, diterbitkan
setiap tahun, dan diharapkan dapat memantau
pencapaian Kabupaten/Kota Sehat
45) Persentase Provinsi
Yang Melaksana-
kan Survei Kesehat-
- Survei Kesehatan Daerah adalah survei yang
dibutuhkan oleh daerah dan dilakukan oleh daerah
itu sendiri yang merupakan bagian dari Sistem
Formula Indikator & Definisi Operasional
37
an Daerah
(Surkesda)
Informasi Kesehatan Daerah
46) Persentase Provinsi
Yang Mempunyai
Provincial Health
Account
- Provincial Health Account adalah sistem pengum-
pulan, pelaporan, dan analisis data pembiayaan
kesehatan yang diselenggarakan di tingkat provinsi
d. Kontribusi Sektor-Sektor Terkait

47) Persentase
Keluarga Yang
Memiliki Akses
Terhadap Air
Bersih
- Keluarga yang memiliki akses terhadap air bersih
adalah keluarga yang mempunyai kemudahan
dalam memperoleh air bersih dalam jumlah yang
cukup sesuai kebutuhan
48) Persentase Pasang-
an Usia Subur Yang
Menjadi Akseptor
KB
- Pasangan usia subur adalah wanita berusia 15 49
tahun dengan status kawin
49) Angka Kecelakaan
Lalu Lintas per
100.000 Penduduk
- Kasus kecelakaan lalu lintas adalah jumlah korban
(meninggal dunia, cedera berat, cedera sedang, dan
cedera ringan) sebagai akibat dari kecelakaan lalu
lintas
50) Persentase
Penduduk Yang
Melek Huruf
- Penduduk yang melek huruf adalah penduduk
berusia 10 tahun ke atas yang mampu membaca
dan menulis huruf latin atau huruf lainnya







***


Sumber Data & Cara Pengumpulan Data
38
SUMBER DATA DAN
CARA PENGUMPULAN DATA



Data dapat dikumpulkan dengan dua macam cara, yaitu: (1) metode rutin,
dan (2) metode sewaktu-waktu (non-rutin). Pengumpulan data secara rutin
dilakukan untuk data yang berasal dari unit kesehatan. Data ini dikumpulkan atas
dasar catatan atau rekam medik pasien/klien baik yang berkunjung ke unit
kesehatan maupun yang dilayani di luar gedung unit pelayanan. Pengumpulan
data secara rutin umumnya dilakukan oleh petugas unit kesehatan. Akan tetapi
pengumpulan data secara rutin juga dapat dilakukan oleh masyarakat (kader
kesehatan). Bentuk lain dari pengumpulan data secara rutin adalah registrasi
vital. Adapun pengumpulan data sewaktu-waktu umumnya dilakukan melalui
survei, survei cepat (kuantitatif atau kualitatif), dan studi-studi khusus.
Kedua cara pengumpulan data seyogianya dilakukan dan dirancang untuk
saling mengisi. Hal ini karena adanya perbedaan sifat dan kegunaan dari data
yang diperoleh dengan masing-masing cara tersebut. Pengumpulan data secara
rutin umumnya untuk mendapatkan data yang berasal dari pelayanan kesehatan
dan data tentang masyarakat (pasien/klien) yang menggunakan pelayanan
kesehatan tersebut. Sedangkan pengumpulan data secara sewaktu-waktu untuk
mendapatkan data yang berasal dari masyarakat. Terutama untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih mendalam tentang masalah kesehatan yang dihadapi
(bukan hanya masalah kesehatan dari mereka yang datang ke pelayanan
kesehatan, melainkan juga mereka yang tidak datang ke pelayanan kesehatan).
Secara rutin, data dari Puskesmas dikumpulkan dan dilaporkan melalui
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (dulu disebut Sistem Pencatatan
dan Pelaporan Terpadu Puskesmas SP2TP, atau Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas SIMPUS). Sementara itu, data dari Rumah Sakit dilaporkan melalui
Sistem Pelaporan Rumah Sakit (SPRS). Data tentang sumber daya manusia
(SDM) kesehatan dikelola dalam Sistem Informasi SDM Kesehatan. Sistem ini
mencakup berbagai elemen, yaitu Sistem Informasi Kepegawaian Kesehatan
(SIMKA), Sistem Informasi Diklat Kesehatan (SI-Diklat), Sistem Informasi
Pendidikan Tenaga Kesehatan (SIPTK), dan Sistem Informasi Tenaga Kesehatan
(SINAKES). Sedangkan data tentang sumber daya finansial (pembiayaan
kesehatan) dikelola melalui National Health Account atau Sistem Akuntansi
Kesehatan Nasional (SAKNAS) yang berjenjang sampai ke tingkat Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
Secara nasional kita memiliki Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT),
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI), Sensus Penduduk (SP), Survei Penduduk Antar Sensus
7
Sumber Data & Cara Pengumpulan Data
39
(SUPAS), dan lain-lain. Survei-survei ini banyak memberikan data yang
umumnya tidak dapat diperoleh melalui pencatatan dan pelaporan rutin dari unit-
unit kesehatan.
Untuk meningkatkan kemampuan analisis dan penyediaan lebih banyak
informasi, mulai tahun 2001, SKRT yang diselenggarakan oleh Departemen
Kesehatan, bahkan telah diintegrasikan penyelenggaraannya dengan Susenas dan
SDKI yang diselenggarakan oleh BPS, menjadi Survei Kesehatan Nasional
(Surkesnas). Sementara ini, baru Surkesnas yang diselenggarakan oleh
Departemen Kesehatan bekerjasama dengan BPS, dengan melibatkan para
pelaksana di Daerah. Namun demikian, secara bertahap kemampuan Daerah akan
ditingkatkan, sehingga pada saatnya kelak dapat melaksanakan Surkesda.
Pada hakikatnya, data yang dikumpulkan dan dilaporkan adalah untuk
digunakan setempat. Oleh karena itu, data yang berasal dari Puskesmas dan
Rumah Sakit, pertama-tama harus dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
untuk kepentingan memantau atau mengevaluasi pencapaian Kabupaten/Kota
Sehat. Kabupaten/Kota selanjutnya membuat laporan yang dikirimkan ke Dinas
Kesehatan Provinsi dan Departemen Kesehatan. Berdasar pasokan data/laporan
dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di wilayahnya, Dinas Kesehatan Provinsi
dapat memantau atau mengevaluasi pencapaian Provinsi Sehat. Selanjutnya,
Dinas Kesehatan Provinsi membuat/mengirim laporannya ke Departemen
Kesehatan. Di Departemen Kesehatan dilakukan verifikasi antara data yang
didapat dari laporan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan data yang berasal
dari laporan Dinas Kesehatan Provinsi. Apabila data telah diverifikasi, maka
Departemen Kesehatan dapat menyajikan hasil pemantauan atau evaluasi
terhadap pencapaian Indonesia Sehat 2010.







***


Penutup
40
PENUTUP



Demikian penjelasan tentang indikator Indonesia Sehat 2010 dan pedoman
untuk menetapkan indikator Provinsi Sehat dan indikator Kabupaten/Kota Sehat
yang mendukungnya. Indikator-indikator maupun besaran-besaran (target-target)
yang telah ditetapkan ini tentu saja tidak bersifat harga mati. Sesuai dengan
perkembangan akan dilakukan peninjauan kembali, dan bilamana perlu
dilakukan perubahan-perubahan atau penyesuaian.
Salah satu sarana untuk menyajikan hasil pemantauan atau evaluasi terhadap
pencapaian Indonesia Sehat 2010 adalah Profil Kesehatan Indonesia yang
diterbitkan setiap tahun sekali oleh Departemen Kesehatan. Sementara itu,
masing-masing Provinsi menerbitkan Profil Kesehatan Provinsi, dan masing-
masing Kabupaten/Kota menerbitkan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota.
Mengingat betapa pentingnya informasi yang terkandung bagi semua pihak yang
berkepentingan (stakeholders), diharapkan Profil-profil Kesehatan ini dapat terus
diupayakan terbitnya secara teratur dan tepat waktu.








***

8



INDIKATOR
INDONESIA SEHAT 2010
DAN
PEDOMAN PENETAPAN INDIKATOR
PROVINSI SEHAT
DAN KABUPATEN/KOTA SEHAT












LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR 1202/MENKES/SK/VIII/2003














DEPARTEMEN KESEHATAN R.I.
JAKARTA
2003

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
1


KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 1202/MENKES/SK/VIII/2003

TENTANG

INDIKATOR INDONESIA SEHAT 2010
DAN PEDOMAN PENETAPAN INDIKATOR PROVINSI SEHAT DAN
KABUPATEN/KOTA SEHAT


MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai tujuan Visi Indonesia Sehat
2010 diperlukan indikator dan target pencapaian;

b. bahwa dalam kerangka desentralisasi, untuk menuju tercapai-
nya Visi Indonesia Sehat 2010 diperlukan upaya pencapaian
Kabupaten/Kota Sehat dan Provinsi Sehat;

c. bahwa dalam rangka memantau, mengevaluasi, dan merenca-
nakan upaya-upaya pencapaian Kabupaten/Kota Sehat dan
Provinsi Sehat menuju Indonesia Sehat 2010 perlu ditetapkan
indikator yang dapat diperbandingkan;

d. bahwa untuk menetapkan indikator yang dapat diperbandingkan
diperlukan acuan dalam bentuk Pedoman Penetapan Indikator;

e. bahwa penjelasan tentang indikator dan target sebagaimana
dimaksud dalam butir b, perlu ditetapkan dalam bentuk
Keputusan Menteri Kesehatan;





MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
2

f. bahwa Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
Republik Indo-nesia Nomor 724/Menkes-Kesos/SK/VII/2001
tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Indikator Menuju
Indonesia Sehat 2010, dengan adanya perkembangan baru dan
kebijakan Departemen Kesehatan, perlu diubah dan ditetapkan
kembali dalam Keputusan Menteri Kesehatan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Nomor 100 Tahun 1992, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3495);

2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Nomor 60 Tahun 1999, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3839);

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran
Negara Nomor 72 Tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3848);

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program
Pembangunan Nasional (Propenas) (Lembaran Negara Nomor
206 Tahun 2000);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai
Daerah Otonom (Lembaran Negara Nomor 54 Tahun 2000,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2001 tentang Pembinaan
dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

7. Keputusan Presiden Nomor 40 tahun 2001 tentang Pedoman
Kelembagaan dan Pengelolaan Rumah Sakit Daerah;



MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
3

8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
574/Menkes/SK/IV/2000 tentang Kebijakan Pembangunan
Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010;

9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
951/Menkes/SK/VI/2000 tentang Upaya Kesehatan Dasar di
Puskesmas;

10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kesehatan;

11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
511/Menkes/SK/V/2002 tentang Kebijakan dan Strategi
Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional
(SIKNAS);

12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah
Kabupaten/Kota.


M E M U T U S K A N

Menetapkan:

Pertama : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
INDIKATOR INDONESIA SEHAT 2010 DAN PEDOMAN
PENETAPAN INDIKATOR PROVINSI SEHAT DAN
KABUPATEN/KOTA SEHAT.

Kedua : Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan
Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.


MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
4

Ketiga : Indikator dan Pedoman sebagaimana dimaksud Diktum Kedua
agar digunakan sebagai acuan bagi Departemen Kesehatan
serta pedoman bagi Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam
memantau dan menilai penyelenggaraan Pembangunan
Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010.

Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.


Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 21 Agustus 2003

MENTERI KESEHATAN,

ttd

Dr. ACHMAD SUJUDI


Tembusan Yth.:
1. Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah di Jakarta
2. Menteri Keuangan di Jakarta
3. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara di Jakarta
4. Menteri Sekretaris Negara di Jakarta
5. Para Gubernur di seluruh Indonesia
6. Para Bupati/Walikota di seluruh Indonesia
7. Para Kepala Dinas Provinsi yang membidangi Kesehatan di seluruh Indonesia
8. Para Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi Kesehatan di seluruh
Indonesia
9. Para Pejabat Eselon I dan II Dapartemen Kesehatan di Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai