URUSAN : KESEHATAN
UNIT ORGANISASI : Dinas Kesehatan
LOKASI KEGIATAN : Dinas Kesehatan dan UPT Puskesmas
SASARAN PROGRAM : Petugas Kesehatan dan Masarakat
INDIKATOR KINERJA PROGRAM :
KEGIATAN :
SASARAN KEGIATAN :
INDIKATOR SASARAN KEGIATAN :
KELUARAN (OUTPUT) :
INDIKATOR KELUARAN (OUTPUT) :
A. Latar Belakang
a. Gambaran Umum
Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia dan Membangun Indonesia dari
pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara
kesatuan merupakan jabaran dari Nawa Cita ke–5 dan ke-3. Namun, upaya
menghadirkan generasi emas Indonesia ini dibayangi kehadiran stunting yang masih
mengancam. Stunting merujuk pada kondisi tinggi anak yang lebih pendek dari tinggi
badan seumurannya. Stunting terjadi lantaran kekurangan gizi dalam waktu lama
pada masa 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).
Indonesia saat ini tengah bermasalah dengan stunting. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskedas) 2013 menunjukkan prevalensi stunting mencapai 37,2%. Stunting bukan
perkara sepele. Hasil riset Bank Dunia menggambarkan kerugian akibat stunting
mencapai 3—11% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Dengan nilai PDB 2015
sebesar Rp11.000 Triliun, kerugian ekonomi akibat stunting di Indonesia diperkirakan
mencapai Rp300-triliun—Rp1.210 triliun per tahun.
Besarnya kerugian yang ditanggung akibat stuntinglantaran naiknya pengeluaran
pemerintah terutama jaminan kesehatan nasional yang berhubungan dengan penyakit
tidak menular seperti jantung, stroke,diabetes atapun gagal ginjal. Ketika dewasa,
anak yang menderita stunting mudah mengalami kegemukan sehingga rentan
terhadap serangan penyakit tidak menular seperti jantung, stroke ataupun diabetes.
Stunting menghambat potensi transisi demografis Indonesia dimana rasio penduduk
usia tidak bekerja terhadap penduduk usia kerja menurun. Belum lagi
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 dan 2018, untuk Provinsi
Sulawesi tengah menunjukkan tren penurunan prevalennsi balita gizi kurang
(underweigth) dari 24,0% menjadi 19,6%, penurunan prevalensi balita pendek
(stunting) dari 42,1% menjadi 32,2%, sedangkan prevalensi balita kurus
(wasting) mengalami tren kenaikan dari 9,4% menjadi 12,2%.
.
b. Dasar Hukum
Peraturan terkait :
a. Undang-undang Nomor : 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
b. Peraturan Pemerintah RI Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif
c. Peraturan Presiden RI Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi
d. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 41 tahun 2014 tentang Pedoman Gizi
Seimbang
e. Instruksi Presiden No.1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Sehat
f. Peraturan Presiden No.83 Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategis Pangan dan
Gizi
B. Penerima Manfaat
Penerima manfaat dari operasi timbang dan penegntrian hasil melalui aplikasi e-ppgbm
adalah :
- Puskesmas
- Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
- Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
- Pemda Kabupaten/Kota
- Kementerian Kesehatan
D. PENUTUP
Demikianlah Kerangka Acuan Kerja (Term Of Reference) untuk program Gizi yang terkait
dengan operasi timbang dan penegntrian hasil melalui aplikasi e-ppgbm tahun 2021.