Anda di halaman 1dari 3

JUDUL PENELITIAN :

Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga terhadap Kepatuhan Diet Penderita Hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Suwawa

MASALAH :

Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada umur ≥18 tahun
sebesar 25,8 % sedangkan prevalensi hipertensi di Gorontalo berdasarkan hasil pengukuran pada
umur ≥15 tahun sebesar 29,0 %. Dalam prevalensi kesehatan nasional Gorontalo merupakan
provinsi dengan hipetensi tertinggi kedua.Prevalensi hipertensi pada umur ≥15 tahun di
Gorontalo yang didapat melalui jawaban pernah didiagnosis tenaga kesehatan 11,1%, sedangkan
yangpernah didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat hipertensi sendiri 11,3 %.
Jadi, terdapat 0,2 % penduduk yang minum obat sendiri, meskipun tidak pernah didiagnosis
hipertensi oleh nakes. (Riskesdas Provinsi Gorontalo.2013)

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan,


dr Lily S. Sulistyowati, MM, dalam temu media Hari Hipertensi Dunia 2017 tanggal 17 Mei
2017, mengatakan peningkatan kasus hipertensi juga terjadi di Indonesia. Data Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan bahwa 25,8 % penduduk Indonesia mengidap hipertensi.
Nah di tahun 2016 Survei Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) melihat angka tersebut
meningkat jadi 32,4 %. Ini berarti ada peningkatan sekitar tujuh %. dr Lily mengatakan angka
hipertensi terus meningkat karena faktor risikonya di antara masyarakat juga terus meningkat
mulai dari kebiasaan merokok, konsumsi garam, hingga minimnya buah dan sayur.(
https://health.detik.com)

Prevalensi hipertensi di Provinsi Gorontalo berdasarkan kota dan kabupaten, Bone


Bolango (29,7%), Kota Gorontalo (22,2%) dan Gorontalo Utara (22,1%).Prevalensi hipertensi di
Provinsi Gorontalo yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 11,1
%, yang didiagnosis tenaga kesehatan dan minum obat sebesar 11,3 %. Jadi, ada 0,2 % yang
minum obat sendiri.Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum
obat hipertensi sebesar 0.7 %.

Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan ataupun


dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan membatasi
asupan garam tidak lebih dari - sendok teh (6 gr/hari), menurunkan berat badan, menghindari
minuman berkafein, rokok, dan minuman beralkohol. Olah raga juga dianjurkan bagi penderita
hipertensi. Di Indonesia terdapat pergeseran pola makan, yang mengarah pada makanan cepat
saji dan yang diawetkan yang kita ketahui mengandung garam tinggi, lemak jenuh, dan rendah
serat mulai menjamur terutama di kota-kota besar di Indonesia. Akhirnya dengan mencermati
situasi di atas termasuk faktor risiko terjadinya hipertensi diharapkan penderita dapat melakukan
pencegahan dan penatalaksanaan dengan modifikasi diet/gaya hidup sehingga komplikasi yang
terjadi dapat dihindarkan.( http://www.pusdatin. kemkes.go.id)

Berdasarkan tingginya kejadian hipertensi diatas maka salah satu tindakan penatalaksanaan
hipertensi adalah kepatuhan penderita dalam menjalankan diet.Oleh kerena itu pentingnya
kepatuhan diet bagi penderita hipertensi untuk makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh
penderita hipertensi sehingga dapat mencegah faktor komplikasi yang mungkin ditimbulkan dari
penyakit.
JUDUL PENELITIAN :

Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Anti
Tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas

MASALAH :

Hasil Riskesdas tahun 2013 prevalensi penduduk Indonesia yang di diagnosis TB Paru
menurut Riskesdas 2013 yakni 0,4%. Gorontalo termasuk dalam 5 (Lima) Provinsi dengan TB
Paru tertinggi (0,5%).

Kepala Seksi Pelayanan Dasar Kesehatan dan Rujukan Dinas Kesehatan Provinsi
Gorontalo, Nisma Abdurrahmanpada 12 April 2016 mengatakan penyakit dalam merupakan
penyebab meninggalnya pasien tertinggi di Rumah Sakit. Dari segi jumlah kunjungan di RS
yang tertinggi adalah penderita tuberculosis sebanyak 3.584 kali, kemudian presbiopi 2.428 kali,
hipertensi 2.167 kali, stroke dan hemoragik 1.608 kali, Myopi 778 kali, essential hypertensia
1.124 kali. Menurutnya penderita tuberculosis di Gorontalo menunjukkan angka yang tinggi,
seiring dengan perubahan gaya hidup, pola makan dan kebersihan lingkungan.
(https://gorontaloprov.go.id)

Di Gorontalo terjadi peningkatan kasus tuberculosis Pada Tahun 2016 tercatat sebanyak
426 penderita, dan kini bertambah telah menjadi 589 penderita (hingga maret 2017).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada maret 2017 Provinsi Gorontalo, tercatat ada
970 penderita TBC di Provinsi Gorontalo, dan 3.279 dinyatakan sebagai suspek TBC. Menurut
dr. Meydi Sarita, M.Kes, Wakil Direktur (Wadir) Bidang Pelayanan RSAS, TBC menduduki
peringkat teratas dari enam penyakit lain yang hanya mencapai 21 hingga 300 penderita dari
2015 hingga 2016 Peningkatan penyakit TBC ini diakui Meydi Sarita akibat gaya hidup yang
tidak sehat. (Gorontalo Darurat TBC dalam www.liputan6.com )

Mengingat transmisi penularan kuman TB sangat tinggi maka perlu adanya kewaspadaan
terhadap rantai penularan. Penderita dengan tuberculosis harus mendapat pengobatan sesuai
standar yang ditetapkan untuk mencegah penularan. Kepatuhan penderita dalam minum obat anti
tuberculosis sangat penting untuk keberhasilan pengobatan adar dapat memutus rantai penularan.
Diharapkan dengan dukungan keluarga dapat memberikan pengaruh terhadap Kepatuhan
Minum Obat Anti Tuberkulosis pada penderita
JUDUL PENELITIAN :

Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Praktik Keluarga Sehat di Kelurahan

MASALAH :

Dalam rangka mendukung Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga yang
merupakan salah satu dari Agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia
Indonesia. Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga ini selanjutnya sudah
dituangkan ke dalam bentuk rencana jangka menengah yang merupakan penjabaran dari
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019, melalui Keputusan Menteri
Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019. (Permenkes.2016)
Dalam rangka pelaksanaan PIS (program indonesia sehat), telah disepakati adanya 12
indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga. Pendekatan keluarga adalah
salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan
mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi
keluarga. Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung,
melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya.
Secara nasional menurut hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 pencapaian
Rumah Tangga yang memenuhi kriteria PHBS Indonesia mencapai 32,3%, sedangkan Provinsi
Gorontalo berdasarkan laporan Kab/Kota tahun 2013 mencapai 59,3%. Caaian ini mengalami
peningkatan ditahun 2014 yakni mencapai64,0%, yang masih dibawah target nasional yaitu
80%.
Untuk program indonesia sehat menggunakan 12 indikator keluarga sehat dilakukan
pendataan oleh Puskesmas, beberapa wilayah di provinsi gorontalo masih melakukan pendataan
terkait program tersebut

Anda mungkin juga menyukai