Anda di halaman 1dari 84

BAB I

GAMBARAN UMUM

I.1 Latar Belakang

Sesuai dengan Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Sumbawa tahun


2016-2021 “Terwujudnya Masyarakat Mandiri Berdaya saing dan
Berkepribadian Berlandaskan Semangat Gotong Royong” visi ini memiliki
kata kunci yaitu Berdaya Saing yang ditandai dengan SDM yang berkualitas,
birokrasi yang bersih, handal dan professional serta dukungan infrastruktur yang
memadai. Masyarakat kabupaten Sumbawa yang mampu memenuhi kebutuhan
dasar secara ekonomi sosial dan berkeadilan dan mampu mengelola potensi
sumberdaya alam yang ada demi untuk kepentingan dan kemajuan rakyat
Sumbawa. Visi tersebut dijabarkan dalam visi-misi dan agenda aksi salah satunya
meningkatkan derajat kesehatan masyarkat seperti mengoptimalkan program
desa siaga untuk menekan angka kematian bayi dan ibu melahirkan,
melaksanakan pelayanan prima di puskesmas dan rumah sakit, meningkatkan
kompetensi dan sebaran tenaga kesehatan, serta infrastruktur yang memadai.
Dalam rangka mewujudkan Visi Pembangunan Kesehatan di Kabupaten
Sumbawa melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa di harapkan mampu
untuk melaksanakan atau mewujudkan, ini dimaksudkan bahwa jajaran
kesehatan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Sumbawa
yang semakin tinggi, sehingga mampu bersaing dengan daerah-daerah lain yang
ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan bahkan daerah-daerah di Pulau Jawa.
Dinas Kesehatan berupaya menata kualitas dari Sistem Informasi
Kesehatan Kabupaten yang selanjutnya akan sangat menentukan Sistem
Informasi Kesehatan Nasional. Oleh karena itu, penataan kembali dan
pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten merupakan sesuatu yang
sangat penting. Bila hal ini gagal dilakukan, maka Sistem Informasi Kesehatan
Nasionalpun tidak akan dapat memberikan indikator-indikator yang benar
tentang tercapai atau tidaknya pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Bidang

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 1


Kesehatan dan tentunya akan berdampak pada pencapaian secara nasional di
Bidang Kesehatan tahun 2016-2021.
Selain untuk kepentingan Nasional, penataan Sistem Informasi Kesehatan
Kabupaten juga sangat penting artinya untuk kabupaten sendiri yakni sebagai
sarana penyedia indikator–indikator yang dapat menunjukkan tercapai atau
tidaknya pembangunan kesehatan di Kabupaten Sumbawa. Lebih lanjut, Sistem
Informasi Kesehatan Kabupaten adalah tulang punggung bagi pelaksanaan
pembangunan daerah berwawasan kesehatan di kabupaten. Sistem ini
diharapkan dapat menyediakan data dan informasi sebagai landasan
pengembangan semua sumber daya yang ada. Atau dengan kata lain, Sistem
Informasi Kesehatan Kabupaten harus dapat memberikan bukti-bukti berupa
data-data kepada para penentu kebijakan di Kabupaten untuk dapat dilakukan
pengambilan keputusan berlandaskan fakta. Salah satu produk dari Sistem
Informasi Kesehatan adalah Profil Kesehatan Kabupaten dimana data-data yang
tertuang dalam profil tersebut didasarkan pada pencapaian indikator yang ada
dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM ) Bidang Kesehatan. Profil Kesehatan
Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 dapat digunakan sebagai sarana penyedia
data dan informasi dalam rangka evaluasi tahunan kegiatan-kegiatan dan
pemantauan pencapaian pembangunan kesehatan di Kabupaten Sumbawa
sepanjang Tahun 2020.
Pembangunan kesehatan pada hakekatnnya dilaksanakan untuk mencapai
tujuan nasional sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945.
Pembangunan kesehatan secara berkesinambungan telah dimulai sejak tahun
1969, sehingga secara nyata telah berhasil mengembangkan sumber daya
kesehatan dan upaya kesehatan yang berdampak pada peningkatan derajat
kesehatan.

I.2 Keadaan Geografis


Kabupaten Sumbawa adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Nusa
Tenggara Barat yang beribukota di Sumbawa Besar. Kabupaten Sumbawa
berada di bagian barat Pulau Sumbawa. Batas wilayah Kabupaten Sumbawa

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 2


setelah terjadi pemekaran wilayah dengan Pemerintah Kabupaten Sumbawa
Barat adalah:

 Sebelah Utara : Laut Flores


 Sebelah Selatan : Samudra Indonesia
 Sebelah Timur : Kabupaten Dompu
 Sebelah Barat : Kabupaten Sumbawa Barat
Gambar I.1
Peta Administrasi Kabupaten Sumbawa

Gambaran luas wilayah Kabupaten Sumbawa sesuai dengan data dari Badan
Pusat Statistik Kabupaten Sumbawa yaitu 6.643,98 KM2. Jumlah Kecamatan
sebanyak 24 Kecamatan dengan 157 desa dan 8 kelurahan. Kabupatan
Sumbawa merupakan salah satu kabupaten dari 10 Kecamatan yang ada di
Propinsi NTB. Jarak dari Ibu Kota Propinsi (Mataram) adalah ± 155 km yang bisa
ditempuh melalui jalur darat maupun udara. Jika melalui udara dapat ditempuh
± 40 menit dari Kota Mataram.
Jika ditempuh melalui jalur darat, maka harus melalui penyeberangan/laut dari
Pulau Lombok ke Pulau Sumbawa dengan waktu tempuh ± 6 jam.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 3


I.3 Kondisi Topografi
Kondisi Topografi Kabupaten Sumbawa adalah pegunungan dengan
ketinggian berkisar antara 0 sampai 1.730 M dari permukaan air laut. Sebagian
besar wilayah kecamatannya berada pada ketinggian 100 – 500 M dari
permukaan air laut. Kecamatan yang tertinggi letaknya adalah Kecamatan
Ropang yaitu lebih dari 1.000 M dari permukaan air laut. Sebagian besar
masyarakat Kabupaten Sumbawa bermata pencaharian sebagai petani
(berladang), berkebun, nelayan (perikanan), pegawai negeri dan sebagian
melakukan profesi bisnis.

I.4 Kondisi Hidrologis


Secara hidrologis Kabupaten Sumbawa termasuk wilayah minus air, sumber
air pokok yang digunakan untuk pertanian dan permukiman adalah air hujan, air
sungai dan air tanah. Daerah ini termasuk daerah dengan curah hujan yang
relatif kecil dan tidak merata sepanjang tahun.

I.5 Kependudukan
Tabel I.1
Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk di
Kabupaten Sumbawa Tahun 2020

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 4


Jumlah Penduduk Kabupaten Sumbawa ditentukan berdasarkan estimasi
penduduk yang diolah berdasarkan laju pertumbuhan penduduk masing–masing
kecamatan yang mengacu dengan Hasil Sensus Penduduk tahun 2010.
Berdasarkan data Proyeksi penduduk yang diolah oleh BPS dan Dinas Kesehatan
Kabupaten didapatkan data bahwa jumlah penduduk Kabupaten Sumbawa
Tahun 2020 sebanyak 461.502 jiwa dengan komposisi jumlah laki – laki
235.430 jiwa dan perempuan 226.072 jiwa. Jumlah rumah tangga sebanyak
119.183 rumah tangga sedangkan 1 (satu) rumah tangga dihuni sekitar 3 – 4
orang (jiwa). Kepadatan penduduk di Kabupaten Sumbawa adalah 74
perkilometer2.
Dilihat keadaan masing – masing Kecamatan, maka Kecamatan Sumbawa
merupakan yang terpadat yaitu sebesar 1410,05 jiwa per km2, sedangkan
Kecamatan Orong Telu kepadatan penduduk terendah yaitu 10,51 per km2.
Jarangnya penduduk di Kabupaten Sumbawa lebih lanjut merupakan salah satu
bahan pertimbangan dalam penetapan suatu daerah menjadi daerah tujuan
transmigrasi.
Gambar I.2
PIRAMIDA PENDUDUK KABUPATEN SUMBAWA TAHUN 2020
PEREMPUAN LAKI-LAKI
75+
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5 -9
0 -4
25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 00 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000
Sumber: BPS Kab. Sumbawa

Gambar I.2 menunjukkan bahwa angka kelahiran menurut kelompok umur


adalah banyaknya kelahiran per. 1000 wanita dari golongan umur tertentu.
Penduduk di Kabupaten Sumbawa baik laki – laki maupun perempuan terbanyak

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 5


pada kelompok usia muda(5-9 tahun). Kelompok usia muda adalah investasi
sekaligus menjadi beban negara, mereka akan menjadi generasi emas apabila
sejak dini menjadi perhatian negara dan mendapat jaminan terhadap akses atau
fasilitas berkualitas. Sebaliknya kelompok usia muda akan menjadi beban negara
apabila tidak ditangani dengan baik termasuk beban besar dalam investasi sosial
terutama pengembangan sumber daya manusia dan pemenuhan kebutuhan
pelayanan dasar bagi anak – anak dibawah 15 tahun. Penduduk Kabupaten
Sumbawa pada kelompok umur 20-39 tahun, merupakan usia produktif.
Rasio beban ketergantungan (dependency ratio) merupakan ratio yang
sangat penting, karena nilai ratio ketergantungan dapat menggambarkan beban
tanggungan ekonomi kelompok usia produktif (15-64 tahun) terhadap kelompok
tidak produktif baik usia muda (0-14) dan usia 65 tahun keatas. Dilihat dari
piramida penduduk diatas, Kabupaten Sumbawa memiliki usia tidak produktif
yang lebih dominan dibandingkan yang berusia produktif, konsekuensinya adalah
pendapatan dari penduduk usia produktif terserap pada pemenuhan kebutuhan
dasar seperti pendidikan dan kesehatan anak dan lansia.

I.6 Ekonomi
Tabel I.2
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sumbawa Tahun 2018-2020

Sumber/Source: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumbawa/ BPS-Statistics of Sumbawa Regency

Tabel I.2 menunjukkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumbawa


ditunjukan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 6


dasar harga konstan tahun 2010, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumbawa
Tahun 2019 yaitu sebesar 4,87% sedangkan pada tahun 2020 terjadi penurunan
yang signifikan sebesar -4,3% (Kabupaten Sumbawa Dalam Angka Tahun 2020).
Pertumbuhan riil sektoral Tahun 2020 dilihat dari tabel I.2, Pertumbuhan
tertinggi dicapai oleh Kategori D (Pengadaan Listrik dan Gas sebesar 12,45
persen).
Kategori A (Pertanian, Kehutanan dan Perikanan) adalah kategori yang
dominan memberikan sumbangan berarti bagi perekonomian Sumbawa pada
Tahun 2020 hanya sebesar -0,82% persen.

I.7 Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu indikator penting dalam mengukur Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Indikator pendidikan dapat dilihat dari
kemampuan baca tulis (melek huruf) dan rata-rata lama sekolah. Semakin tinggi
tingkat melek huruf penduduk, maka semakin berhasil pembangunan pendidikan
di suatu wilayah. IPM Kabupaten Sumbawa mengalami peningkatan dari 67,60
pada Tahun 2019 menjadi 67,61 Tahun 2020. Selama lima tahun terakhir, tren
IPM Sumbawa cenderung selalu meningkat. Angka Laju IPM Kabupaten
Sumbawa berada di urutan ke 4 (empat) Kabupaten/kota, dapat kita pantau
pada gambar dibawah ini:
Tabel I.3
Perkembangan Laju IPM di Kabupaten Sumbawa Tahun 2018-2020

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 7


Pendidikan merupakan unsur yang paling penting dalam pembangunan
manusia.
Indikator yang digunakan untuk mengukur kondisi pendidikan di Indonesia
diantaranya adalah angka partisipasi dan angka buta huruf. Penghitungan
indikator tersebut turut memperhitungkan pendidikan non formal (Paket A, Paket
B dan Paket C).
Angka melek huruf adalah persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang
dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya. Peningkatan
Angka Melek Huruf (AMH) di Kabupaten Sumbawa dari tahun ke tahun
cenderung tidak terlalu besar. Tahun 2020 masih ada masyarakat Kabupaten
Sumbawa yang buta huruf sebanyak 4,30%. Masih adanya penduduk lanjut usia
yang belum bisa membaca dan menulis dan tidak dapat ditingkatkan lagi karena
faktor usia, menjadi salah satu penyebab tidak begitu signifikannya peningkatan
AMH di Kabupaten Sumbawa. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Tabel I.4
Angka Melek Huruf Penduduk USIA 15 Tahun keAtas di Kabupaten Sumbawa
Tahun 2019-2020

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 8


I.8 Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial dalam hal ini dilihat dari persentase penduduk miskin
dan pengeluaran per kapita penduduk untuk makanan dan non makanan. Untuk
mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar ( basic need sapproach ). Dengan pendekatan ini, kemiskinan
dipandang sebagai ketidak mampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi
pengeluaran. Jumlah Penduduk miskin di Kabupaten Sumbawa dalam kurun
waktu 3 (tiga) tahun terakhir terus mengalami penurunan. Secara rinci angka
kemiskisan di Kabupaten Sumbawa ditampilkan pada gambar di bawah ini :
Tabel I.5
Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Sumbawa dan Provinsi NTB
Tahun 2018-2020

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sumbawa

Gambar I.5 terlihat bahwa setiap tahun terjadi penurunan persentase


penduduk miskin. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah memiliki
komitmen yang kuat untuk mengentaskan kemiskinan. Pada Tahun 2020, jumlah
penduduk miskin Kabupaten Sumbawa semakin menurun dan berada pada
angka 62, 88 ribu jiwa dengan persentase 13, 65.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 9


I.9 Situasi Derajat Kesehatan
Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor utama
yakni lingkungan, perilaku, keturunan dan pelayanan kesehatan. Indikator utama
derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat antara lain dari angka kematian,
angka kesakitan dan status gizi. Pada bagian ini, derajat kesehatan di Kabupaten
Sumbawa digambarkan melalui Angka Harapan Hidup (AHH) dan angka
morbiditas penyakit.

I.9.A Angka Harapan Hidup


Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja
pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan
meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang
rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan
dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan
program pemberantasan kemiskinan. Kemiskinan akan menurunkan daya beli
masyarakat, sebaliknya pada masyarakat yang berada diatas garis kemisikinan,
daya belinya cenderung lebih tinggi sehingga akan meningkatkan kemampuan
masyarakat memenuhi kebutuhan gizi, mampu mempunyai pendidikan yang
lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai,
yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan
memperpanjang usia harapan hidupnya. Angka Harapan Hidup (AHH) adalah
rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama
hidup. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatan AHH yaitu dengan
menekan angka kematian ibu dan bayi. Selain itu juga dengan meningkatkan
kualitas hidup penduduk dengan menambah fasilitas dan tenaga kesehatan.
Keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup penduduk
mengalami peningkatan dalam periode Tahun 2018 – 2020. Hal ini tercermin dari
angka harapan hidup penduduk Sumbawa, Tahun 2018 sekitar 66,90 tahun 2019
sekitar 67,31 dan menjadi 67,54 pada Tahun 2020. Dengan kata lain dalam
kurun waktu 3 (tiga) tahun ada peningkatan angka harapan hidup selama 1
tahun. AHH Kabupaten Sumbawa selalu berada di atas rata - rata AHH Provinsi

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 10


NTB dari tahun 2018 sampai dengan 2020 sekitar 66,51. Angka Harapan Hidup
(AHH) di Kabupaten Sumbawa dan NTB Tahun 2018 sampai dengan Tahun 2020
dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Tabel I.6
Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Sumbawa Tahun 2018-2020

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat

Gambar I.6 menunjukkan bahwa angka harapan hidup dari 3 tahun terakhir
terus meningkat. Angka kematian bayi adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi AHH di Kabupaten Sumbawa. Peningkatan AHH menunjukkan
adanya peningkatan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten
Sumbawa.

I.9.B Angka Kesakitan (Morbiditas)

Morbiditas adalah keadaan sakit atau terjadinya penyakit atau kondisi yang
mengubah kesehatan dan kualitas hidup. Morbiditas merupakan derajat sakit,
cedera atau gangguan pada suatu populasi yang mengacu pada angka
kesakitan, yaitu jumlah orang yang sakit dibandingkan dengan populasi tertentu
yang sering kali merupakan kelompok yang sehat atau kelompok yang beresiko.
Untuk mengukur kualitas kesehatan masyarakat juga dapat dilihat dari angka
morbiditas (angka kesakitan) yang menunjukkan adanya gangguan/keluhan
kesehatan yang mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari - hari. Semakin
banyak penduduk mengalami gangguan kesehatan, semakin tinggi angka

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 11


morbiditasnya. Hal ini menunjukkan semakin rendahnya derajat kesehatan di
wilayah tersebut. Angka kesakitan (morbiditas) di Kabupaten Sumbawa dari
tahun 2016 sampai 2018 menunjukan trend yang terus meningkat sedangkan
pada Tahun 2020 angka kesakitan menunjukkan trend yang menurun bila
dibanding dengan 4 (empat) tahun terakhir. Angka kesakitan di Kabupaten
Sumbawa dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar I.3
Perkembangan Morbiditas Kabupaten Sumbawa Tahun 2016 - 2020

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sumbawa

Angka kesakitan pada penduduk berasal dari community based data yang
diperoleh melalui pengamatan terutama yang diperoleh dari fasilitas pelayanan
kesehatan melalui pencatatan dan pelaporan rutin dan insidentil. Kasus penyakit
yang paling banyak diderita masyarakat di Kabupaten Sumbawa berdasarkan
Laporan Bulanan (LB1) Kesakitan di Puskesmas dan jaringannya terlihat pada
gambar berikut :

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 12


Gambar I.4
Penyakit Terbanyak di Kabupaten Sumbawa Tahun 2019-2020

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020

Gambar I.8 memperlihatkan bahwa 10 penyakit terbanyak pada Tahun 2020


jumlah angka kesakitan sebesar 37.865 atau 8,20% dari jumlah penduduk
Kabupaten Sumbawa Tahun 2020, dengan kunjungan terbanyak adalah
Hipertensi, ini menunjukkan adanya penurunan angka kesakitan pada Tahun
2020. Kondisi ini erat kaitannya dengan kesehatan lingkungan masyarakat.
Perubahan life style kearah negatif seperti kurang aktifitas fisik, lebih sering
mengkonsumsi fast food , junk food dan faktor stress adalah beberapa faktor
yang memicu tingginya angka kejadian hipertensi dan diabetes melitus. Hal ini
ditunjukkan dengan kedua penyakit tersebut telah menjadi 10 besar penyakit
terbanyak di Kabupaten Sumbawa. Kabupaten Sumbawa juga dihadapkan juga
pada masalah beban ganda. Di satu sisi kasus penyakit infeksi/menular masih
tinggi, namun disisi lain penyakit degeneratif juga meningkat. Selain itu perilaku
masyarakat yang tidak sehat masih menjadi faktor utama disamping lingkungan
dan pelayanan kesehatan.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 13


BAB II
SARANA KESEHATAN

II.1 Sarana Kesehatan


Sarana pelayanan kesehatan terdiri dari RS Umum, RS Jiwa, RS Bersalin, RS
Khusus lainnya, Puskesmas Perawatan, Puskesmas Non Perawatan, Puskesmas
Pembantu, Puskesmas Keliling, Rumah Bersalin, Balai Pengobatan/Klinik, Praktek
Dokter Bersama, Praktek Dokter Perorangan dan Praktek Pengobatan
Tradisional. Jumlah sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Sumbawa Tahun
2020 sebanyak 561 Unit. Data selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah
ini:
Tabel II.1

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa

II.1.A Rumah Sakit


Rumah Sakit Umum di Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 sebanyak 3 Unit
yang terdiri dari 1 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), 1 Rumah Sakit Rujukan
Provinsi (RSJP) dan 1 Rumah Sakit Surya Medika PKU Muhammadiyah.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 14


II.1.B Puskesmas dan Jaringannya
Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 berjumlah 25 buah yang
terdiri dari 24 Puskesmas Perawatan dengan jumlah tempat tidur sebanyak 258
dan 1 Puskesmas Non Perawatan yang berlokasi di Kecamatan Sumbawa yaitu
puskesmas Unit I Sumbawa. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,
puskesmas dibantu oleh jaringannya yang ada di puskesmas seperti Puskesmas
Keliling sebanyak 16 unit dan Puskesmas Pembantu sebanyak 93 unit. Rasio
Puskesmas terhadap 100.000 penduduk relative tidak berubah dibanding tahun
sebelumnya.

II.1.C Sarana Pelayanan Lain


Sarana pelayanan lain merupakan sarana pelayanan pendukung dan
penunjang dalam pelayanan kesehatan di Kabupaten Sumbawa seperti rumah
bersalin, klinik pratama, klinik utama, balai pengobatan, praktik dokter,
pengobatan tradisional dan bang darah.

II.1.D Sarana Produksi dan Distribusi keFarmasian


Pelayanan publik yang prima di bidang produksi dan distribusi kefarmasian
merupakan pencapaian yang mendukung indikator renstra dari Kementerian
Kesehatan yaitu “persentase layanan perizinan dan pelaporan yang sesuai
standar”. Pencapaian ini hanya dapat terwujud dengan adanya system perizinan
yang tangguh dan sumber daya manusia yang kompeten dan professional
sehingga tingkat kepuasan masyarakat dapat ditingkatkan.
Sarana produksi dan distribusi kefarmasian yang ada di Kabupaten
Sumbawa yaitu industri mikro obat tradisional sebanyak 2 buah, pedagang
besar farmasi sebanyak 1 buah, apotek sebanyak 51 buah, dan toko obat
sebanyak 17 buah.

II.1.E Rumah Sakit Dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat


Level 1

Dari Jumlah Rumah Sakit Umum yang ada di Kabupaten Sumbawa sebanyak
3 Rumah Sakit, keseluruhannya telah memiliki kemampuan pelayanan gawat
darurat level 1.
Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 15
II.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan
II.2.A Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Sarana Pelayanan
Kesehatan

Cakupan rawat jalan selama Tahun 2020 sebesar 88,4 % meningkat


dibandingkan tahun 2019 sebesar 66,4%. Cakupan rawat inap pada Tahun 2020
sebesar 5, 7%, meningkat jika dibandingkan tahun 2019 yaitu 5%. Cakupan
tersebut masih terbilang kecil atau rendah. Penyebab rendahnya cakupan rawat
inap kemungkinan karena rendahnya angka kesakitan masyarakat atau
rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh penduduk, selain itu data
kunjungan rawat inap yang berkunjung ke Rumah Sakit yang ada di Kota
Mataram tidak terlaporkan dalam profil ini.

II.2.B Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan


Jumlah kunjungan gangguan jiwa yang berkunjung ke sarana pelayanan
kesehatan baik di Puskesmas, Klinik, praktek dokter mandiri dan Rumah Sakit
yang ada di Kabupaten Sumbawa sebesar 6.008 kunjungan.

II.2.C Angka kematian Pasien di Rumah Sakit


Angka kematian umum penderita yang dirawat di rumah sakit (Gross Death
Rate/GDR) Tahun 2020 pada rumah sakit yang melapor dari RSUD Kab.
Sumbawa, rata-rata sebesar 49 per 1000 pasien keluar. Angka yang didapat
sudah melebihi angka maksimum yaitu 45 per 1000 pasien keluar. Data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran (tabel 7).
RSUD Kabupaten Sumbawa melaporkan pada Tahun 2020, rata-rata angka
kematian penderita yang dirawat ≥ 48 jam (Net Death Rate/NDR) di Kabupaten
Sumbawa sebesar 20,8 per 1000 pasien yang keluar. Nilai NDR tersebut yang
dianggap masih dapat ditolerir yaitu< 25 per 1000. Namun angka tersebut juga
masih under reported.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 16


II.2.D Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit
Rata-rata pemakaian tempat tidur (Bed Occupancy Rate /BOR) RSUD Kab.
Sumbawa pada Tahun 2020 sudah mencapai angka ideal yaitu 79, 5% (BOR
Ideal= 60%-80%). Angka tersebut dapat menggambarkan keadaan keseluruhan
karena masih ada rumah sakit yang belum melaporkan capaian BOR Yaitu RSUP
Manambai. Dari 2 Rumah sakit yang ada di Kabupaten Sumbawa, keduanya
mempunyai tingkat pemanfaatan cukup ideal. Data selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran (tabel 8).
Rata-rata lama rawat seorang pasien ( Length of Stay /LOS) di RSUD
Kabupaten Sumbawa pada Tahun 2020 adalah 4,8 hari, angka tersebut
meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2018 yaitu 3,6 hari. Angka tersebut
berada di bawah nilai LOS ideal yaitu antara 6-9 hari. Angka LOS di setiap rumah
sakit dapat dilihat pada lampiran (tabel 8).
Angka Tempat Tidur Tidak ditempati (Turn of Interval /TOI) menunjukkan
efisiensi penggunaan tempat tidur, dimana angka ideal untuk TOI adalah 1-3
hari. Pada Tahun 2020 di RSUD Kab. Sumbawa menunjukkan telah memenuhi
angka ideal yaitu 1, 3 hari. Angka TOI di rumah sakit dapat dilihat pada lampiran
(tabel 8).

II.2.E Puskesmas Dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin


Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin adalah Puskesmas yang
memiliki 80% obat dan vaksin esensial, pemantauan dilaksanakan terhadap 20
item obat indikator. Obat-obat yang dipilih sebagai indikator merupakan obat
pendukung program kesehatan Ibu, Kesehatan Anak, Penanggulangan dan
Pencegahan Penyakit serta obat pelayanan kesehatan dasar esensial dan
terdapat di dalam formularium Nasional.
Puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial di Kabupaten
Sumbawa adalah sebesar 100%. Hal ini bukan karena ada Puskesmas yang tidak
memiliki 80% obat dan vaksin esensial namun karena ada 1 Puskesmas di

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 17


Kabupaten Sumbawa tidak melaporkan data tersebut karena termasuk
puskesmas baru yaitu Labuan Badas II di Desa Sebotok.

II.3 Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)


Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan masyarakat,
berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumberdaya yang
ada termasuk yang ada di masyarakat. UKBM diantaranya adalah Posyandu,
Poskesdes, dan Desa Siaga.

II.3.A. Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk yang paling di kenal di
masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas yaitu
kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan
penanggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya, posyandu
dikelompokan ke dalam 4 strata posyandu yaitu pratama, madya, purnama dan
mandiri. Data posyandu menurut strata di setiap Kecamatan dapat dilihat pada
tabel lampiran 69. Posyandu di Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 menurut strata
dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar II.1.
Persentase Posyandu menurut Strata Tahun 2020

Sumber : Seksi Promkes Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 18


Gambar II.1 menunjukkan bahwa dari 732 posyandu yang ada di Kabupaten
Sumbawa Tahun 2020, posyandu Purnama adalah persentase tertinggi dengan
60,1% dan terendah adalah posyandu pratama 1% ini membuktikan bahwa rata-
rata posyandu di Kabupaten Sumbawa sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih
dari 8 kali pertahun. Lihat pada lampiran tabel 10.
Posyandu aktif merupakan posyandu pada strata purnama dan mandiri. Di
Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 ada 599 posyandu yang aktif atau 81,8% dari
total posyandu yang ada. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar II.2.
Cakupan Posyandu Aktif Tahun 2016 - 2020

Sumber : Seksi Promkes Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa

Gambar grafik II.2 menunjukkan bahwa Pada Tahun 2020, jumlah posyandu
sebanyak 732 posyandu. Jumlah ini terus meningkat baik jumlah posyandu yang
ada maupun posyandu yang aktif dari 4 tahun sebelumnya.
Perkembangan posyandu aktif di Kabupaten Sumbawa sudah mencapai
target dari target yang ditetapkan yaitu 80%. Dari 26 Puskesmas yang ada di
Kabupaten Sumbawa ada 9 puskesmas yang belum mencapai target yaitu
puskesmas Empang, Moyo Hulu, Lantung, roping, Orong Telu, Batu Lanteh, Lab.
Badas I, Lab. Badas II, dan Puskesmas Alas. Dapat dilihat pada table lampiran
10.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 19


II.3.B. Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu
PTM)

Posbindu PTM merupakan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat


(UKBM) dalam pencegahan dan pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM)
melalui kegiatan skrining kesehatan/deteksi dini faktor risiko PTM,
intervensi/modifikasi faktor risiko PTM serta monitoring dan tindak lanjut faktor
risiko PTM bersumber daya masyarakat secara rutin dan berkesinambungan.
Pada Tahun 2020 di Kabupaten Sumbawa terdapat 137 Posbindu PTM. Jumlah
Posbindu PTM di setiap Kecamatan Tahun 2020 terlihat pada gambar berikut:
Gambar II.3.
Jumlah Posbindu PTM di Kabupaten Sumbawa Tahun 2020

Sumber: Seksi P2P Bidang P3PL Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa

Gambar II.3 memperlihatkan bahwa Tahun 2020 Jumlah Posbindu PTM di


Kabupaten Sumbawa sebanyak 191 unit dan dilihat dari penyebaranya rata –
rata di setiap desa / kelurahan sudah memiliki posbindu. Kecamatan memiliki
Posbindu PTM terbanyak seperti di puskesmas unit I Sumbawa sebanyak 30

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 20


sedangkan terendah ada dua puskesmas yaitu Lunyuk dan Plampang masing –
masing ada 1 unit Posbindunya. Lihat lampiran tabel 10.

BAB III
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

III.1 Tenaga Kesehatan


Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan, memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang memerlukan kewenangan dalam menjalankan pelayanan
kesehatan.
Tenaga kesehatan dapat dikelompokkan sesuai dengan keahlian dan
kualifikasi yang dimiliki, antara lain meliputi tenaga medis, tenaga kefarmasian,
tenaga keperawatan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga sanitarian, tenaga
gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, dan tenaga kesehatan
lainnya.
Jumlah tenaga kesehatan Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kabupaten
Sumbawa Tahun 2020 yang bekerja di fasilitas kesehatan dan dibiayai APBN
sebanyak 1.025 orang. Non kesehatan yang bekerja di fasilitas kesehatan
sebanyak 471 orang, sedangkan tenaga kontrak dan sukarela yang bekerja di
fasilitas pelayanan kesehatan sebanyak 194.532 orang. Dengan perincian
sebagai berikut.

III.1.A Tenaga Medis


Gambar III.1
Tenaga Medis di Kabupaten Sumbawa Tahun 2020

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 21


Sumber: Seksi Tenaga Kesehatan Bidang SDK Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa
Gambar grafik III.1 memperlihatkan seberan tenaga medis di Kabupaten
Sumbawa yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan tahun 2020. Tenaga
Dokter Spesialis yang bekerja di sarana kesehatan sebanyak 24 orang yang
bekerja di RSU dengan rasio penduduk sebesar 5,2 per 100.000 penduduk.
Tenaga Dokter Umum yang bekerja di sarana kesehatan sebanyak 59 orang
yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas sebanyak 42
orang, RSUD sebanyak 8 orang sedangkan di RSUP sebanyak 9 orang dengan
rasio 12,8 per 100.000 penduduk dibandingkan dengan tahun 2019 dengan rasio
14,5 per 100.000 penduduk, artinya ada penurunan angka rasio pada Dokter
Umum di fasilitas pelayanan kesehatan. Tenaga Dokter Gigi sebanyak 19 orang
yang bekerja di fasilitas kesehatan seperti RSUD sebanyak 1 orang, RSUP
sebanyak 4 orang dan diPuskesmas sebanyak 14 orang dengan rasio 4,1 per
100.000 penduduk sedangkan Dokter Spesialis Gigi hanya terdapat RSUD yang
bekerja difasilitas kesehatan sebanyak 2 orang dengan rasio 0,4 per 100.000
penduduk. Lihat Tabel 11

III.1.B Tenaga Keperawatan


Gambar III.2
Tenaga Keperawatan di Kabupaten Sumbawa Tahun 2020

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 22


Sumber: Seksi Tenaga Kesehatan Bidang SDK Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa

Gambar grafik III.2 memperlihatkan bahwa jumlah tenaga keperawatan


seperti bidan sebanyak 335 yang bekerja difasilitas kesehatan seperti RSUD
sebanyak 26 orang, RSUP sebanyak 10 orang dan di Puskesmas sebanyak 299
orang dengan 72,6 per 100.000 penduduk. Tenaga Perawat yang bekerja
difasilitas kesehatan sebanyak 350 orang yang bekerja di RSUD sebanyak 88,
RSUP sebanyak 20 orang sedangkan diPuskesmas sebanyak 242 orang dengan
rasio Kabupaten 75,8 per 100.000 penduduk. Lihat lampiran tabel 12.

III.1.C Tenaga Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Lingkungan dan


Tenaga Gizi

Jumlah tenaga Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Sumbawa Tahun 2020


yang bekerja difasilitas kesehatan baik di RSU dan Puskesmas sebanyak 27
orang dengan rasio 5,9 per 100.000 penduduk, Tenaga Kesehatan Lingkungan
sebanyak 27 orang dengan rasio 5,9 per 100.000 penduduk sedangkan tenaga
Gizi sebanyak 52 orang dengan rasio 11,3 per 100.000 penduduk. Lihat lampiran
tabel 13.

III.1.D Tenaga Ahli laboratorium Medik, Teknik Biomedika, Keterapian


Fisik, dan Keteknisan Medik

Jumlah tenaga ahli laboratorium medik, teknik biomedika dan keterapian


fisik di Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 yang bekerja di fasilitas kesehatan
adalah ahli laboratorium medik yang bekerja di puskesmas sebanyak 25 orang,

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 23


RSUD sebanyak 14 orang dan RSUP sebanyak 5 orang dengan rasio 9,5 per
100.000 penduduk Kabupaten Sumbawa. Tenaga Teknik Biomedika, Ketrapian
Fisik dan Keteknisan Medik hanya terdapat RSUD dan RSUP. Jumlah tenaga
teknik biomedika yang bekerja di RSUD sebanyak 11 orang, RSUP sebanyak 5
orang dengan rasio 3,5 per 100.000 penduduk. Jumlah tenaga keterapian fisik di
RSUD sebanyak 10 orang sedangkan di RSUP hanya 1 orang dengan rasio 2,4
per 100.000 Jumlah tenaga keteknisan medik di RSUD sebanyak 10 orang
sedangkan di RSUP sebanyak 3 orang dengan rasio 2,3 per 100.000 penduduk.
Di puskesmas tidak terdapat tenaga Ketrapian fisik, teknik biomedika dan
keteknisan medik. Lihat lampiran tabel 14.

III.1.E Tenaga Kefarmasian


Tenaga Kefarmasian yang termasuk Teknis keFarmasian dan Apoteker di
Kabupaten Sumbawa berjumlah 46 orang, dengan rasio 9,9 per 100.000
penduduk, yang bekerja di fasilitas kesehatan seperti tenaga Teknis Farmasi di
Puskesmas sebanyak 12 orang, RSUD sebanyak 3 orang dan RSUP sebanyak 5
orang dengan rasio 4,3 per 100.000 penduduk sedangkan tenaga Apoteker di
puskesmas sebanyak 5 orang, RSUD sebanyak 11 orang dan RSUP sebanyak 10
orang dengan rasio 5,6 per 100.000 penduduk. Lihat pada lampiran tabel 15.

III.1.F Tenaga Penunjang/Pendukung Kesehatan


Jumlah Tenaga Penunjang/Pendukung Kesehatan yang bekerja di fasilitas
kesehatan seperti Pejabat Struktural, Tenaga Pendidik dan Tenaga Dukungan
Manajemen di Kabupaten Sumbawa sebanyak 471 orang, yang terdiri dari
pejabat structural sebanyak 73 orang, tenaga pendidik sebanyak 6 orang yang
hanya ada di RSUP dan tenaga dukungan manajemen sebanyak 392 orang. Lihat
Tabel Lampiran 16.
Tabel III.1
JUMLAH DAN DISTRIBUSI TENAGA KESEHATAN STATUS KONTRAK
ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN TAHUN 2020
UNIT KERJA TENAGA KESEHATAN STATUS TENAGA KONTRAK NON TO
KES TAL
Dr Drg PERA BI S SANI GI FAR AN
WAT DAN K TARI ZI MASI A
M AN LIS

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 24


KES
Tarano 2 1 1 2 3 7
Empang 1 1 1 1 1 2 7
Plampang 1 1 2 4
Labangka 2 1 1 1 1 6
Maronge 1 1 2 4
Lape 1 1 1 2 5
Lopok 1 1 4 6
Moyo Hilir 3 1 2 6
Moyo Utara 1 1 2 4
Moyo Hulu 1 1 1 1 4
Lenanggua 2 1 2 5
r
Lantung 2 6 2 1 3 15
Ropang 1 2 1 1 5
Lunyuk 2 4 1 2 1 1 1 2 14
Orong Telu 2 2 2 1 1 3 11
Batulanteh 3 1 1 1 6
Unter Iwes 1 1 3 5
Sbw Unit I 2 2 3 1 1 4 13
Sbw Unit II 2 1 1 3 6
Lab. Badas 1 1 2 1 3 8
Rhee 2 1 1 3 7
Utan 1 2 1 3 7
Buer 2 1 1 4
Alas 1 1 2 1 1 2 8
Alas Barat 2 1 3 6
 JML KAB. 9 19 13 37 12 14 3 6 58 172
Sumber: Laporan SPM Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa 2020

Tabel III.2
JUMLAH DAN DISTRIBUSI TENAGA KESEHATAN STATUS SUKARELA
ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN TAHUN 2020
TENAGA KESEHATAN STATUS TENAGA SUKARELA
S SANI ANA NON
UNIT KERJA Drg PERA BI GI FAR TO TAL
Dr K TARI LIS KES
WAT DAN ZI MASI
M AN KES
Tarano 22 25 1 2 2 53
Empang 21 9 2 1 2 2 37
Plampang 45 33 3 1 2 1 8 94
Labangka 26 17 1 1 2 1 1 50
Maronge 23 11 1 1 1 37
Lape 28 29 2 1 1 3 64
Lopok 36 30 1 1 1 1 71
Moyo Hilir 1 26 26 1 1 1 56
Moyo Utara 23 20 2 1 1 47
Moyo Hulu 18 18 1 1 1 2 42
Lenanggua 9 10 1 20
r
Lantung 5 8 13

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 25


TENAGA KESEHATAN STATUS TENAGA SUKARELA
S SANI ANA NON
UNIT KERJA Drg PERA BI GI FAR TO TAL
Dr K TARI LIS KES
WAT DAN ZI MASI
M AN KES
Ropang 10 13 2 1 1 3 30
Lunyuk 13 16 3 1 1 2 2 38
Orong Telu 4 8 1 1 14
Batulanteh 20 16 36
Unter Iwes 24 26 1 2 1 2 3 50
Sbw Unit I 25 18 2 1 46
Sbw Unit II 23 2 2 2 29
Lab. Badas 37 24 1 3 2 68
Rhee 10 10 1 3 24
Utan 11 26 2 2 2 3 2 48
Buer 14 16 2 1 1 5 41
Alas 27 27 1 3 2 6 66
Alas Barat 21 23 1 3 3 6 57
 JML KAB. 1 520 449 27 6 16 22 34 52 1.131
Sumber: Laporan SPM Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa 2020

BAB IV
PEMBIAYAAN KESEHATAN

IV. 1. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan


Peran serta masyarakat adalah syarat mutlak bagi keberhasilan,
kelangsungan dan kemandirian pembangunan di bidang kesehatan yang
diwujudkan antara lain sebagai penyelenggara berbagai upaya pelayanan
kesehatan dan dalam membiayai pemeliharaan kesehatan. Peran serta dalam
pembiayaan pemeliharaan kesehatan terlaksana antara lain dalam bentuk
pengeluaran biaya langsung untuk kesehatan, dana sehat, asuransi sosial di
bidang kesehatan dan berbagai bentuk pembiayaan kesehatan prabayar.
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan Program nasional yang
diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
berupa jaminan perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau
iurannya dibayar oleh Pemerintah.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 26


Peserta Jaminan Kesehatan terbagi menjadi peserta Penerima Bantuan
Iuran (PBI) dan peserta Non Penerima Bantuan Iuran (Non PBI). Penerima
Bantuan Iuran (PBI) terbagi menjadi PBI APBN dan PBI APBD. Peserta PBI APBN
adalah masyarakat miskin dan tidak mampu yang iurannya dibiayai oleh
Pemerintah Pusat melalui APBN dan Peserta PBI APBD adalah peserta Jaminan
Kesehatan Nasional yang iurannya dibiayai oleh Pemerintah Daerah melalui
APBD. Sedangkan peserta Non penerima Bantuan Iuran (Non PBI) terdiri dari
Pekerja Penerima Upah (PPU), Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU)/Mandiri
dan Bukan Pekerja (BP). Peserta Pekerja Penerima Upah (PPU) adalah peserta
jaminan kesehatan nasional yang terdiri dari PNS, TNI/ POLRI, Pejabat Negara,
dan Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri yang iurannya dibiayai oleh
pemberi kerja dan peserta yang bersangkutan. Peserta Pekerja Bukan Penerima
Upah (PBPU)/Mandiri adalah peserta jaminan kesehatan nasional yang bekerja
mandiri dan iurannya dibiayai oleh peserta yang bersangkutan kemudian peserta
Bukan Pekerja (BP) adalah Peserta JKN yang terdiri dari investor, pemberi pajak,
penerima pensiun, veteran, perintis kemerdekaan dan bukan pekerja lainnya
yang iurannya dibiayai oleh peserta yang bersangkutan.
Perkembangan peserta jaminan kesehatan di Kabupaten Sumbawa cukup
positif. Kepesertaan jaminan kesehatan Tahun 2020 sebesar 84,6% dengan
kepesertaan penduduk sebanyak 390.315, ini menunjukkan adanya penurunan
kepesertaan dibandingkan tahun 2019 sebesar 86,9% dari total penduduk yaitu
396.565 peserta. Peserta jaminan kesehatan terbagi menjadi peserta PBI
293.620 peserta atau 63,6% dan peserta Non PBI 96.695 peserta atau 21%.
Data lebih lengkap tentang kepesertaan jaminan kesehatan nasional di
Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 dapat dilihat pada lampiran (tabel 17).

IV. 2. Desa Yang Memanfaatkan Dana Desa Untuk Kesehatan


Dana desa adalah dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagi
desa yang ditransfer melalui anggaran belanja daerah Kabupaten/Kota. Dana ini
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 27


pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat
desa.
Setiap rupiah dari Dana Desa, harus diupayakan untuk dioptimalkan pada
program dan kegiatan yang produktif, sehingga mampu untuk memberikan
output dan outcome yang berkelanjutan. Pelaksanaan kegiatan tersebut juga
harus mengedepankan transparansi, akuntabilitas, dan prinsip-prinsip tata kelola
yang baik. Dengan demikian, Dana Desa diharapkan dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi dan mendukung upaya perluasan kesempatan kerja,
pengentasan kemiskinan, dan pengurangan ketimpangan.
Desa yang memanfaatkan dana desa untuk kesehatan adalah desa yang
mengalokasikan dana desa dari bidang pembangunan desa dan bidang
pemberdayaan masyarakat untuk kesehatan. Dalam bidang kesehatan, dana
desa dapat dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan peningkatan kualitas
kesehatan masyrakat desa, seperti pembangunan atau rehabilitasi poskesdes,
polindes, sanitasi dan air bersih, fasilitas program kependudukan sesuai hasil
keputusan dalam musyawarah yang telah dilaksanakan.
Dana desa yang digunakan juga bisa untuk memperbaiki lingkungan sekitar
sehingga kawasan atau lingkungan sekitar bisa lebih sehat bagi perkembangan
balita yang nantinya mampu memberikan dampak positif bagi kesehatan. Pada
Tahun 2020 dan 2019 persentase pemanfaatan dana desa untuk kesehatan tidak
berubah, dari 157 desa yang ada di Kabupaten Sumbawa telah memanfaatkan
dana desa untuk kesehatan dengan cakupan 100%. Data lebih rinci dapat dilihat
pada lampiran (tabel 18).

IV.3 Pembiayaan Kesehatan


Pembiayaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020
di peroleh dari berbagai sumber yaitu APBD Kabupaten, APBD Kabupaten
Sumbawa, APBN (Dana Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan (TP), dan Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK), Jamkesmas, Jampersal), Pinjaman/Hibah Luar
Negeri (PHLN), sumber pemerintah lainnya, swasta dan masyarakat.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 28


Pada Tahun 2020 total anggaran kesehatan Kabupaten Sumbawa tercatat
sebanyak RP 400.318.694.752, - dari total APBD Kabupaten Sumbawa sebesar
Rp. 1.675.120.064.022, 44 atau 867.426 perkapita/tahun dengan porsentase
APBD kesehatan terhadap APBD Kabupaten Sumbawa sebesar 100%. Dapat
dilihat pada rincian sebagai berikut:
1. Anggaran Dinas Kesehatan yang berasal dari APBD Kab/Kota sebesar Rp.
275.610.465.819, 00 atau 68,85% dari total anggaran kesehatan Rp.
400.318.694.752,00 adanya penurunan anggaran kesehatan pada tahun
2020 sebesar 8%. Belanja langsung sebesar Rp. 148.208.797.003,00 dan
belanja tidak langsung sebesar Rp. 71.415.364.871,00 sedangkan Dana
Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp. 55.986.303.945,00 yang terbagi
dalam DAK Fisik seperti Regular, Penugasan dan Afirmasi sedangkan DAK
Non Fisik seperti BOK, Akreditasi dan Jampersal serta penambahan
anggaran stunting.
2. Anggaran Kesehatan di RSUD Kab. Sumbawa yang bersumber dari APBD
Kab/Kota sebesar Rp. 124.708.228.933,00 atau 31,15% dari total
anggaran kesehatan yang terdiri dari belanja langsung sebesar Rp.
91.540.761.781,00 yang terdiri dari APBD sebesar Rp. 3.598.387.781,00
serta BLUD sebesar Rp. 87.942.374.000,00 dan belanja tidak langsung
sebesar Rp. 24.231.974.152,00 sedangkan Dana Alokasi Khusus (DAK)
sebesar Rp. 8.935.493.000,00 yang diperuntukkan hanya DAK fisik
reguler. 2, 23%. Dapat dilihat pada lampiran tabel 19.

Persentase anggaran kesehatan terhadap Total anggaran APBD Kabupaten


Sumbawa tahun 2020 tergambar pada gambar grafik dibawah ini:
Gambar IV.1
Pembiayaan Kesehatan terhadap APBD Kabupaten Sumbawa Tahun 2020

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 29


Sumber: Profil Kesehatan Tahun 2020

BAB V
KESEHATAN KELUARGA

V.1 Kesehatan Ibu


V.1.A Angka Kematian Ibu
Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam
periode 42 hari setelah persalinan atau berakhirnya kehamilan, akibat semua
sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya,
tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan/cedera. Berdasarkan SDKI 2012 angka
kematian ibu di Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan
Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 30
angka kematian ibu di Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 sebesar 124 per
100.000 per kelahiran hidup (∑ KSS/∑ Kelahiran hidup) atau 11/8843.
Berdasarkan laporan dari Puskesmas, jumlah kasus kematian ibu di
Kabupaten Sumbawa selama Tahun 2020 adalah 11 kasus, meningkat bila
dibandingkan tahun 2019 dengan jumlah kematian ibu 6 kasus. Trend jumlah
kematian ibu tahun 2016-2020 terlihat pada tabel gambar berikut:
Gambar V.1
Jumlah Kematian Ibu di Kabupaten Sumbawa Tahun 2016-2020

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga Bidang Kesehatan Masayarakat Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa

Berdasarkan Gambar V.1 menunjukkan bahwa jumlah kematian ibu di


Kabupaten Sumbawa selama 5 tahun terakhir menunjukkan trend yang
fluktuatif dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2020. Kasus kematian ibu terjadi
di 10 Kecamatan dengan kematian terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Buer
Kecamatan Buer sebanyak 2 orang, sedangkan 9 kecamatan lain masing-masing
1 kasus. Jumlah kematian ibu di Kabupaten Sumbawa secara rinci dapat dilihat
pada lampiran Profil Kesehatan tabel 21.
Kematian ibu terbanyak pada Tahun 2020 terjadi pada ibu nifas,
Berdasarkan kelompok umur, kematian ibu banyak terjadi pada usia 20-34
tahun. Pada Tahun 2020 penyebab kematian ibu terbanyak di Kabupaten
Sumbawa adalah karena perdarahan sebanyak 6 kasus. Dapat dilihat pada tabel
V.1 dibawah ini:
Tabel V.1.
Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 31
Penyebab Kasus Kematiaan Ibu di Kabupaten Sumbawa Tahun 2020

Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas kesehatan Kabupaten Sumbawa

Informasi mengenai tingginya jumlah kematian ibu bermanfaat untuk


pengembangan program peningkatan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi,
terutama pelayanan kehamilan dan bagaimana membuat kehamilan yang aman
bebas risiko tinggi ( Making Pregnancy Safer ) melalui 4 (empat) pilar, yaitu
pelayanan keluarga Berencana, pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan
yang bersih dan aman dan memaksimalkan pelayanan di Puskesmas PONED dan
Rumah Sakit PONEK.

V. 1. B. Pelayanan Kesehatan Pada Ibu Hamil (Cakupan Kunjungan


K1 dan K4)

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga


kesehatan profesional. Pelayanan antenatal ibu hamil dilaksanakan sesuai
standar pelayanan kebidanan. Untuk melihat akses dan kualitas pelayanan
kesehatan kepada ibu hamil dapat digambarkan melalui cakupan K1 dan K4.
Kunjungan K1 ibu hamil adalah Ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan
antenatal sesuai standar (minimal 8 T) oleh tenaga kesehatan pada masa
kehamilan 1 bulan pertama kemudian yang dapat dihitung sebagai kunjungan K4
pada ibu hamil adalah Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 32


standar (10T) paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan
yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada trimester pertama, satu kali pada
trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga umur kehamilan.
Gambar V.2
Cakupan Pelayanan K1 dan K4 di Kabupaten Sumbawa Tahun 2016-2020

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga Bidang Kesehatan Masayarakat Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa

Gambar V.2 memperlihatkan cakupan pelayanan K1 dan K4 ibu hamil tahun


2020 terjadi penurunan bila dibandingkan dengan 4 tahun terakhir, namun
cakupan tersebut tidak menunjukkan penurunan yang signifikan dikarenakan
masih di atas angka 80%. Cakupan pelayanan K1 dan K4 ibu hamil di kabupaten
Sumbawa pada Tahun 2020 dapat dilihat pada lampiran (tabel 23). Cakupan K1
pada Tahun 2020 dari 26 puskesmas yang ada di Kabupaten Sumbawa ada 3
puskesmas yang cakupannya dibawah 80% yaitu puskesmas Moyo Hulu,
Lantung dan Batu lanteh. Sedangkan cakupan K4 Tahun 2020 di Kabupaten
Sumbawa yang cakupannya masih dibawah 80% ada 11 puskesmas dengan
cakupan K4 terendah di puskesmas Ropang dengan cakupan 51,2%.

V. 1. C. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan


Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan masih fluktuatif jika dilihat 5
tahun terakhir dengan cakupan tahun 2020 sebesar 93,1% dari sasaran yang
diperkirakan yaitu sasaran ibu bersalin pada tahun 2020 sebesar 9.513 sasaran.
Cakupan ini meningkat jika dibandingkan dengan cakupan tahun 2019 yaitu
92%. Data terinci di setiap puskesmas terlihat pada lampiran (tabel 23). Cakupan

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 33


persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Sumbawa tahun 2016-2020
dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar V. 3
Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Sumbawa
Tahun 2016-2020

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga Bidang Kesehatan Masayarakat Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa

Jika dibandingkan pelayanan K4 dengan pertolongan persalinan oleh tenaga


kesehatan, terlihat bahwa cakupan K4 lebih rendah dibandingkan dengan
persalinan oleh tenaga kesehatan dimana K4 sebanyak 8.425 dan persalinan
oleh tenaga kesehatan sebanyak 8.853 dengan sasaran ibu bersalin sebesar
8.562. Hal ini disebabkan karena ada beberapa ibu hamil dari luar Kabupaten
Sumbawa melahirkan di Sumbawa dan K1 akses yang cukup tinggi, serta masih
terdapat yang belum bersalin.
V. 1. D. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan di Fasyankes
Ibu bersalin yang mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar, selain
ditolong oleh tenaga kesehatan persalinan juga dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Hal ini dikarenakan peralatan di Fasilitas pelayanan kesehatan lebih
lengkap dan petugas sudah terlatih serta ada dokter yang mendampingi,
sehingga aman untuk melakukan persalinan. Pada Tahun 2020, persalinan yang
dilakukan difasilitas pelayanan kesehatan sebesar 92.2%, lebih rendah 0, 1%
jika dibandingkan dengan persalinan oleh tenaga kesehatan. Berikut gambaran

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 34


cakupan persalinan yang dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan 4 tahun
teraklhir di Kabupaten Sumbawa Tahun 2020.
Gambar V.4
Cakupan Persalinan di Fasyankesdi Kabupaten Sumbawa Tahun 2017 - 2020

Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga Bidang Kesehatan Masayarakat Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa seluruh persalinan yang telah


dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan sejak 3 (tiga) tahun terakhir dari tahun
2017 sampai dengan tahun 2019 trendnya fluktuatif sedangkan di tahun 2020
terjadi peningkatan yang signifikan dengan capaian sebesar 92,2%. Hal ini
terjadi dikarenakan masyarakat sudah mulai sadar bahwa pemeriksaan dan
pertolongan persalinan sangat penting dilakukan di fasilitas kesehatan karena
akan mendapatkan pelayanan standar yang di lakukan oleh tenaga professional
dan juga masyarakat terbantu dengan adanya anggaran dari pemerintah yaitu
JAMPERSAL, hingga sudah tidak ada lagi ibu hamil kurang mampu yang
membayar persalinan di fasilitas pelayanan pemerintah. Disamping itu juga
bahwa petugas kesehatan tetap memberi penyuluhan/edukasi kepada ibu hamil
akan pentingnya pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan.
V.1.E. Pelayanan Nifas dan Ibu Nifas Mendapat Vitamin A
Pelayanan kesehatan ibu pasca persalinan antara lain melalui peningkatan
pelayanan kesehatan bagi ibu nifas yang diberikan minimal tiga kali dengan
mendapatkan pelayanan sesuai standar, sesuai SOP. Pelayanan diberikan mulai
enam jam pertama sampai 42 hari pasca persalinan (pelayanan pertama diberi
mulai 6 – 48 jam di fasilitas kesehatan, KF 1: 3 – 7 hari, KF2: 8 – 28 hari, KF3:
29 – 42 hari) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan untuk mendeteksi dini
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu nifas. Untuk mencukupi kebutuhan
Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 35
vitamin A bagi ibu nifas, sejak tahun 1996, di Indonesia telah dilakukan program
pemberian dua kapsul vitamin A dosis tinggi dengan takaran 200.000 IU untuk
ibu nifas, yang diberikan 1 kapsul segera setelah melahirkan dan 1 kapsul pada
hari berikutnya tidak lebih dari 6 minggu. Cakupan pelayanan ibu nifas dan ibu
nifas mendapatkan vitamin A pada Tahun 2020 terlihat pada gambar berikut:
Gambar V.5
Cakupan Pelayanan Ibu Nifas dan Ibu Nifas mendapatkan Vitamin A di
Kabupaten Sumbawa Tahun 2020

Sumber : Bidang Kesehatan Masayarakat Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa

Gambar V.5 Dilihat dari grafik di atas, dapat diketahui bahwa belum semua
ibu nifas di kabupaten Sumbawa tahun 2020 mendapatkan pelayanan kesehatan
masa nifas secara lengkap dimana rata – rata capaian dibawah 95%. Hal ini
disebabkan karena jadwal pelayanan yang belum waktunya, ibu yang meninggal,
dan ibu yang pulang ke daerah asal saat masa nifas, sedangkan ibu yang
mendapatkan pelayanan vitamin A dari sisi persentase jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan KF ataupun persalinan oleh tenaga kesehatan, hal ini di
sebabkan dalam laporan profil ini sasaran ibu nifas menggunakan sasaran
proyeksi bukan sasaran riil, dimana sasaran riil ibu nifas lebih sedikit jumlahnya
dibandingkan sasaran Proyeksi, sehingga nilai pembaginya juga menjadi
berbeda, yang menyebabkan terjadinya perbedaan persentase cakupan. Rata
rata cakupan vitamin A 90% dan Kecamatan yang berada dibawah capaian 90%
terkait ibu nifas yang sudah mendapatkan vitamin A adalah kecamatan Lopok,
Moyo Hulu, Lenangguar, Lantung, Ropang dan Batu Lanteh.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 36


V.1.F. Imunisasi Td Ibu Hamil
Imunisasi Td pada ibu hamil adalah ibu hamil yang mendapatkan imunisasi
Td (Tetanus difteri) dengan interval tertentu (yang dimulai saat dan atau
sebelum kehamilan) dengan memperhatikan hasil skrining. Setiap ibu hamil yang
akan diimunisasi Td harus dilakukan skrining terlebih dahulu dengan melihat
interval minimal, hasil skrining akan menentukan pemberian dosis imunisasi Td
berikutnya pada ibu hamil.
Ibu hamil mendapatkan pelayanan imunisasi Tetanus difteri (Td) pada
kunjungan K1 sampai K4. Cakupan imunisasi Td Tahun 2020 terlihat pada
gambar berikut ini:
Gambar V.6
Cakupan Imunisasi Td Ibu Hamil dan WUS di Kabupaten Sumbawa
Tahun 2020

Sumber: Seksi Survailance, Imunisasi dan Penanggulangan KLB Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa

Gambar V.6 memperlihatkan bahwa cakupan imunisasi Td pada ibu hamil di


Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 trendnya fluktuatif dan belum mencapai target
(100%), sedangkan imunisasi pada wanita usia subur (WUS) masih sangat
rendah dan masih dibawah 50% artinya masih sangat jauh dari target yang ingin
dicapai. Standar pemberian Imunisasi Td adalah 5 kali berlaku seumur hidup.
Data selengkapnya adapat dilihat pada tabel 24.

V.1.G. Ibu Hamil Yang Mendapat Tablet Tambah Darah

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 37


Salah satu kesakitan pada ibu hamil adalah anemia yang dapat
menyebabkan kematian ibu karena perdarahan pada saat persalinan. Anemia
yang disebabkan olehdefisiensi zat besi adalah sebagai penyebab utama anemia
pada ibu hamil dibandingkan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi
pada masa kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi. Ibu hamil
saat ANC diberikan tablet tambah darah (TTD) minimal 90 tablet untuk
pencegahan sedangkan pengobatan anemia gizi besi disesuaikan dengan kadar
hemoglobin. Cakupan pemberian tablet tambah darah minimal (90 tablet) untuk
ibu hamil di Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 terlihat pada gambar berikut:
Gambar V.7
Cakupan Pemberian Tablet Tambah Darah (90 Tablet) Pada Ibu hamil di
Kabupaten Sumbawa Tahun 2020

Sumber : Seksi Gizi Masyarakat Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa
Gambar V.7 diatas, memperlihatkan bahwa pada Tahun 2020 Jumlah ibu
hamil yang mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD) menurut Kecamatan dan
Puskesmas di Kabupaten Sumbawa dari target ibu hamil sebanyak 9.966 bumil,
cakupan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD 90 tablet) sebanyak 8.522 bumil
(85,5%). Cakupan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) yang telah mencapai
target 100% terdapat di 2 Puskesmas yaitu Puskesmas Labangka dan Puskesmas
Alas. Cakupan terendah terjadi di puskesmas Ropang sebanyak 51, 2%. Data
selengkapnya dapat dilihat pada table 27.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 38


V. 1. H. Penanganan Komplikasi Kebidanan
Pemeriksaan Ibu Hamil atau ANC juga mendeteksi resiko terjadinya
komplikasi kehamilan diantaranya abortus, hiperemesis gravidarum, perdarahan
per vaginam, hipertensi dalam kehamilan, kehamilan lewat waktu ketuban pecah
dini dll. Ibu hamil resti atau dengan komplikasi yang ditangani di Kabupaten
Sumbawa Tahun 2020 sebanyak 2.441 orang atau 122,5% dari perkiraan bumil
dengan komplikasi kebidanan sebesar 1.993. Cakupan Ibu hamil resti atau
dengan komplikasi yang ditangani lebih dari 100% dikarenakan perkiraan bumil
dengan komplikasi jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan bumil komplikasi
yang sesungguhnya ditemukan dan ditangani. Data cakupan ibu hamil resiko
tinggi/komplikasi yang ditangani di setiap Kecamatan dapat dilihat pada lampiran
(tabel 30).

V. 1. I. Peserta KB aktif dan Peserta KB Pasca Persalinan


Dalam upaya percepatan penurunan kematian ibu dan kematian bayi perlu
pemecahan masalah sejak dari hulu, salah satunya melalui program Keluarga
Berencana (KB).
Pasangan Usia Subur (PUS) Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 sebanyak
83.208 pasangan. Peserta KB aktif pada Tahun 2020 sebanyak 75.721 orang
atau 91% dari Jumlah PUS yang ada. Angka tersebut menurun jika dibandingkan
dengan jumlah KB aktif pada tahun 2019 yaitu 92, 13 %. Peserta KB Pasca
Persalinan pada Tahun 2020 adalah 2.026 orang atau 21,3% dari Ibu Bersalin.
Pada peserta KB Aktif dan KB Pasca Persalinan, persentase tertinggi adalah
peserta KB dengan jenis Suntik dan tersendah adalah peserta KB dengan jenis
MOP. Data lebih lengkap tentang KB Baru dan KB Aktif dapat di lihat pada
lampiran (tabel 28 dan 29).
Gambar V.8
Cakupan Peserta KB Aktif dan KB Pasca Persalinan di Kabupaten Sumbawa
Tahun 2020

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 39


Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga Bidang Kesehatan Masayarakat Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa

Gambar V.8 memperlihatkan bahwa peserta aktif dan KB pasca persalinan


sebagian besar menggunakan KB suntik, namun bila dilihat dari capaian KB MKJP
(Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) capaiannya hampir sama yaitu 49,69%
untuk MKJP dan 49,82% untuk Non MKJP. Pada Tahun 2020 tingkat partisipasi
pria sebagai peserta KB masih sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari
penggunaan kontrasepsi MOP yang hanya 0,22% pada peserta KB Aktif dan 0
% pada peserta KB Pasca Persalinan.

V. 2. KESEHATAN ANAK
V.2.A. Kematian Neonatal, Bayi dan Balita
Kematian Neonatal adalah Kematian yang terjadi pada bayi usia 0 sampai
dengan 28 hari tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan, bencana, cedera atau
bunuh diri. Kematian pada masa neonatal merupakan penyumbang terbesar
kematian bayi. Pada Tahun 2020, jumlah kematian neonatal 56 kematian atau

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 40


6,3/1000 kelahiran hidup dari angka kematian yang dilaporkan. Penyebab
kematian neonatal terbesar di sebabkan oleh BBLR, Asfiksia dan lain-lain. Data
dapat dilihat pada lampiran (tabel 31 dan 32).
Kematian Bayi adalah Kematian yang terjadi pada bayi usia 0-11 bulan
(termasuk neonatal) tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan, bencana, cedera
atau bunuh diri. AKB adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian bayi
usia 0-11 bulan dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat
dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu
tahun (dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup).
Berdasarkan laporan, jumlah kasus kematian bayi Tahun 2020 adalah 76
kasus, meningkat dibandingkan tahun 2019 dengan jumlah kasus kematian bayi
adalah 55 kasus. Kasus kematian bayi yang dilaporkan di setiap Puskesmas di
Kabupaten Sumbawa tahun 2016-2020 terlihat pada gambar berikut:
Gambar V.10
Kasus Kematian Bayi di Kabupaten Sumbawa Tahun 2016-2020

Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Bidang Kesehatan Masayarakat Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa
Gambar V.10 menunjukkan bahwa angka kematian pada neonatus 0-28 hari
lebih tinggi dibandingkan dengan kematian pada post neonates (29 hari-11
bulan). Kasus terbanyak terjadi di Kecamatan Utan. Kecamatan Utan dengan
kepadatan penduduk ketiga setelah Sumbawa dan Alas menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi tingginya angka kematian bayi di wilayah tersebut.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 41


Kematian Balita adalah Kematian yang terjadi pada bayi/anak usia 0 - 59
bulan (bayi + anak balita) tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan, bencana,
cedera atau bunuh diri. Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak
berusia 0 - 59 bulan dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu. Angka
Kematian Balita merupakan refleksi sosial ekonomi yang terkait langsung dengan
target kelangsungan hidup anak, status gizi dan lingkungan anak-anak
bertempat tinggal termasuk pemeliharaan kesehatannya. Gambaran lengkap
mengenai jumlah kematian balita di Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 dapat
dilihat pada gambar berikut:
Gambar V.11
Kasus Kematian Balita di Kabupaten Sumbawa Tahun 2020

Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Bidang Kesehatan Masayarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa

Jumlah kematian balita di Kabupaten Sumbawa pada Tahun 2020 sebesar 83


kasus kematian. Jumlah kasus kematian tersebut terdiri dari kematian bayi 76
kasus dan anak balita 7 kasus, dimana kematian bayi tersebut termasuk
kematian neonatal. Pada gambar di atas terlihat bahwa terjadi kenaikan kasus
kematian pada balita pada Tahun 2020 di Kabupaten Sumbawa. Dapat dilihat
pada table lampiran 32.
V. 2. B. Penanganan Komplikasi Pada Neonatal
Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan
atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali yang disebabkan oleh
prematuritas, kelainan anatomik, dan lingkungan yang kurang baik dalam
kandungan, pada persalinan maupun sesudah lahir. Yang termasuk komplikasi
Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 42
pada neonatal atau neonatal resiko tinggi antara lain yaitu BBLR, asfiksia
neonatorum, ikterus, perdarahan tali pusat, kejang, hypotermi, hypertermi dan
tetatus neonatorum yang merupakan risiko terbesar kematian neonatal terjadi
pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama
kehidupannya. Pada Tahun 2020 capaian penanganan komplikasi neonatal di
Kabupaten Sumbawa sebesar 90,4% atau 1.199 penanganan dari jumlah
perkiraan penanganan komplikasi neonatal sebesar 1.326. Capaian neonatal
dengan komplikasi di setiap Kecamatan pada Tahun 2020, dapat dilihat pada
lampiran (tabel 30).

V. 2. C. Berat Badan Bayi Lahir rendah (BBLR)


BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram.
BBLR termasuk salah satu komplikasi pada neonatal. BBLR juga merupakan
salah satu faktor yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya
pada masa perinatal. BBLR telah lama digunakan sebagai indikator kesehatan
masyarakat yang penting. Secara global, indikator ini berhubungan dengan
kondisi kesehatan dan asupan ibu selama 270 hari kehidupan Anak dalam
Kandungan. BBLR merupakan ukuran ringkasan yang baik dari masalah
kesehatan masyarakat yang beragam, mencakup malnutrisi ibu jangka panjang,
kesehatan yang buruk, kerja keras dan perawatan kesehatan kehamilan yang
buruk. Secara individual, BBLR adalah prediktor penting dalam kesehatan dan
kelangsungan hidup bayi yang baru lahir.
Perkiraan jumlah lahir hidup Pada Tahun 2020 sebesar 8.843 kelahiran,
sedangkan bayi baru lahir yang ditimbang sebanyak 8.896 kelahiran artinya
lebih tinggi angka bayi lahir ditimbang dari perkiraan kelahiran hidup Tahun
2020. Banyaknya kasus bayi lahir dengan BBLR di setiap kecamatan yang ada di
Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 sebanyak 541 atau 6,1% dari jumlah bayi baru
lahir ditimbang menjadi salah satu penyebab utama kematian bayi dengan
jumlah kasus kematian pada tahun 2020 sebesar 27 kematian. Dapat dilihat
pada lampiran (tabel 32 dan 33).

V. 2. D. Kunjungan Neonatal (KNI 1 dan KN Lengkap)

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 43


Bayi baru lahir atau neonatal adalah bayi yang berumur 0-28 hari. Kehidupan
pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian
fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat
dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Pelayanan
kesehatan neonatal adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan
oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatal minimal 3 kali selama
periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan
maupun melalui kunjungan rumah. Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatal:
(1) Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6–48 jam
setelah lahir; (2) Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu
hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah lahir; (3) Kunjungan Neonatal ke-3
(KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah
lahir. Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatal
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat
kelainan/masalah kesehatan pada neonatal. Cakupan kunjungan neonatal (KN1)
pada Tahun 2020 sebesar 99,6% dari jumlah kelahiran hidup serta tidak berbeda
jauh dengan tahun 2019 dengan cakupan 99,5%. Kunjungan neonatal lengkap
(KN3) pada Tahun 2020 96, 9% dari jumlah kelahiran hidup. Capaian tersebut
menunjukkan ada penurunan 1, 2% jika dibandingkan capaian tahun 2019
sebesar 98, 1%. Cakupan kunjungan neonatal Tahun 2020 dirinci menurut
kecamatan dapat dilihat pada lampiran (tabel 34).

V. 2. E. Bayi Kurang dari 6 Bulan mendapat ASI Eksklusif


Bayi Kurang dari 6 Bulan mendapat ASI Eksklusif adalah Bayi usia 0 bulan
sampai dengan 5 bulan 29 hari yang diberi ASI saja tanpa makanan atau cairan
lain kecuali obat, vitamin, dan mineral berdasarkan recall 24 jam. Bayi kurang
dari 6 bulan yang dimaksud adalah Jumlah bayi umur kurang dari 6 bulan yang
direcall saat penimbangan di suatu wilayah. Kampanye peningkatan ASI ekslusif
diberikan kepada masyarakat terutama kepada ibu mulai sejak hamil sampai
melahirkan. Konseling ASI ekslusif dilakukan bertujuan untuk meningkatkan

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 44


pemberian ASI eksklusif pada bayi serta membangun kesadaran ibu dan keluarga
akan pentingnya ASI.
Beberapa upaya promosi ASI Eksklusif setiap tahun terus digiatkan baik oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa maupun puskesmas antara lain yang telah
dilakukan melalui peningkatan promosi tentang pentingnya pemberian ASI
Eksklusif pemasangan spanduk di tempat-tempat strategis dan puskesmas,
konseling pada ibu hamil dan ibu baru melahirkan, dan penguatan kelompok-
kelompok pendukung ASI melalui peningkatan kapasitas petugas dan kader
dalam pemberian makanan bayi dan anak. Perlu juga ada upaya koordinasi
dengan rumah sakit dan rumah bersalin yang ada di Kabupaten Sumbawa karena
berbagai temuan gagalnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi baru lahir terjadi di
rumah sakit. Cakupan pemberian ASI ekslusif di Kabupaten Sumbawa Tahun
2020 terlihat pada gambar di bawah ini:
Gambar V.12
Cakupan Bayi Baru Lahir Mendapat IMD dan ASI Ekslusif pada Bayi di Kabupaten
Sumbawa Tahun 2020

Sumber: Seksi Gizi Masyarakat Bidang Kesehatan Masayarakat Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa

Gambar V. 12 memperlihatkan bahwa cakupan bayi baru lahir yang


mendapat inisiasi menyusu dini (IMD) di Kabupaten Sumbawa sebesar 89, 1%
dari 8.843 bayi baru lahir, yang mendapat IMD sebanyak 7.923 bayi. Hal ini
menunjukkan ada sekitar 964 bayi baru lahir atau 11% yang tidak mendapatkan
IMD. Cakupan tertinggi sebesar 105% di wilayah kerja puskesmas Plampang,

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 45


sedangkan cakupan terendah di 2 wilayah kerja puskesmas yaitu puskesmas
Lenangguar dan Lab. Badas Unit II.
Pemberian ASI Eksklusif pada bayi rata-rata di Kabupaten Sumbawa Tahun
2020 sebesar 89,9% dari 4.392 bayi <6 bulan yang diberi ASI Eksklusif lebih
tinggi dibandingkan dengan tahun 2019 sebesar 87,5% dari 4.434 bayi <6 bulan
yang diberi ASI Eksklusif. Cakupan untuk bayi <6 bulan yang diberi ASI Eksklusif
ada 3 (tiga) wilayah kerja yang cakupannya dibawah 80% yaitu wilayah kerja
puskesmas Moyo Utara, Unter Iwes, dan Unit II Sumbawa.

V. 2. F. Pelayanan Kesehatan Bayi


Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode
29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir. Pelayanan kesehatan kepada bayi
meliputi: Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB 1, 2, 3,
Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun, Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh
kembang bayi (SDIDTK), Pemberian vitamin A 100.000 IU (6-11 bulan),
konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda–tanda sakit
dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku KIA serta
penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
Cakupan pelayanan kesehatan bayi pada Tahun 2020 mencapai 95, 2% dari
8.629 bayi, lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2019 sebesar 98,7%.
Artinya pada tahun 2020 di Kabupaten Sumbawa masih terdapat 431 bayi yang
belum mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar dari jumlah bayi yang
ada. Untuk wilayah kerja yang cakupannya sudah 100% ada 8 puskesmas. Data
lebih lengkap tentang pelayanan kesehatan bayi per Kecamatan pada Tahun
2020 dapat dilihat pada lampiran (tabel 36).
V. 2. G. Desa/Kelurahan UCI
Imunisasi dasar sangat penting diberikan sewaktu bayi (usia 0 – 11 bulan)
untuk memberikan kekebalan dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I). Tanpa imunisasi anak-anak mudah terserang berbagai
penyakit, kecacatan dan kematian. Indikator keberhasilan pelaksanaan imunisasi

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 46


diukur dengan pencapaian Universal Child Immunization (UCI) desa/ kelurahan,
yaitu minimal 80% bayi didesa/ kelurahan telah mendapatkan imunisasi dasar
lengkap.
Pencapaian UCI desa/kelurahan di Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 terlihat
pada gambar berikut:
Gambar V.13
Cakupan UCI Desa/Kelurahan di Kabupaten Sumbawa Tahun 2017 - 2020

Sumber: Seksi Survailance, Imunisasi dan Penanggulangan KLB Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa

Gambar V.13 memperlihatkan bahwa pencapaian UCI desa/kelurahan di


Kabupaten Sumbawa cukup fluktuatif dari tahun 2017 sampai dengan 2020.
Puskesmas yang belum mencapai UCI 90% ada 14 (empat belas) wilayah kerja
puskesmas atau kecamatan. Hal ini disebabkan antara lain kurangnya koordinasi
lintas sektor termasuk pelayanan kesehatan swasta, kurang sumber daya yang
memadai, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang program dan manfaat
imunisasi, di mana masih ada sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa
vaksin imunisasi mengandung bahan-bahan yang tidak halal. Khusus untuk
wilayah kerja puskesmas Alas Barat, tidak adanya capaian tersebut kemungkinan
dapat di sebabkan karena pencatatan dan pelaporan yang under reporting,
dimana banyak bayi yang diimunisasi di fasilitas pelayanan kesehatan swasta
ataupun dokter praktek tidak terlaporkan secara baik.

V. 2. H. Imunisasi pada bayi

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 47


Cakupan imunisasi hepatitis b0 (0 -7 hari) dan BCG pada bayi di Kabupaten
Sumbawa Tahun 2020 rata – rata capaian dibawah 90% dari jumlah lahir hidup
yang diberi imunisasi. Dapat dilihat pada table 38.
Cakupan imunisasi DPT-HB-Hib 3, Campak/MR, dan Imunisasi Dasar lengkap
pada bayi di Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 rata-rata belum mencapai capaian
90% hanya terjadi pada imunisasi Polio 4* yang capaiannya 90%, ini
menunjukkan sekitar 11 atau 12 % bayi yang tidak mendapat imunisasi dari
jumlah bayi yang mendapat imunisasi. Lihat table 39
Cakupan imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib 4 dan Campak/MR2 pada anak usia
dibawah dua tahun (baduta) di Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 cakupannya
masih rendah dibawah 65,6% dan yang dilihat pada imunisasi Campak/MR2
sebesar 49% dan DPT-HB-Hib4 sebesar 51,5% dari jumlah baduta yang
mendapat imunisasi.

V. 2. I. Pemberian Vitamin A pada Balita 6-59 bulan


Penanggulangan Kekurangan Vitamin A (KVA) pada balita (6-59 bulan)
dilakukan setiap bulan Februari dan Agustus setiap tahunnya. Pemberian Kapsul
Vitamin A juga dilakukan sebagai pengobatan penyakit campak, ISPA, Gizi Buruk,
diare, dan bagi seluruh balita yang berada di wilayah yang terjangkit KLB dan
ada kejadian bencana alam. Berdasarkan definisi operasional dari Kementerian
Kesehatan RI, bayi umur 6 - 11 bulan mendapat kapsul vitamin A berwarna biru
dengan kandungan vitamin A sebesar 100.000 Satuan Internasional (SI) dan
anak umur 12 - 59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A berwarna merah
dengan kandungan vitamin A sebesar 200.000 SI. Cakupan pemberian Vitamin A
dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini:

Gambar V.14
Cakupan Bayi, Anak Balita dan Balita mendapat Vitamin A 100.000 SI di
Kabupaten Sumbawa tahun 2016-2020

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 48


Sumber: Seksi Gizi Masyarakat Bidang Kesehatan masyarakat Dinas Kesehatan Kab.Sumbawa

Gambar V.14 memperlihatkan cakupan Vitamin A pada bayi umur 6-11 bulan
sebesar 100 % dan balita 12-59 bulan sebesar 99, 28% sudah mencapai target
kinerja gizi masyarakat pada Tahun 2020 sebesar 86%. Meskipun demikian
cakupan Kapsul Vitmin A pada balita 12-59 bulan mengalami penurunan
dibandingkan Tahun 2019. Dalam 3 (tiga) Tahun terakhir terjadi peningkatan
dalam cakupan pemberian kapsul Vitamin A pada bayi dari 99,74 % pada Tahun
2018 meningkat menjadi 100% pada Tahun 2019 dan 2020, sedangkan cakupan
pemberian kapsul vitamin A pada balita dari 99,31% pada Tahun 2018 menurun
menjadi 99,28% pada Tahun 2020.
Pada Tahun 2020, semua puskesmas mencapai target 100% untuk cakupan
pemberian Kapsul Vitamin A untuk Bayi 6-11 bulan, tetapi Cakupan Pemberian
Kapsul Vitamin A Balita 12-59 bulan meskipun sudah memenuhi target 80%
tetapi tidak mencapai target 100% yaitu Puskesmas Tarano, Lape, Batulanteh,
Sumbawa Unit I, Rhee, dan Utan sehingga 6 puskesmas ini menjadi prioritas
pembinaan dalam rangka meningkatkan cakupan pemberian kapsul Vitamin A
khususnya pada Balita 12-59 bulan. Lihat pada Tabel lampiran 41
Pelaporan pemberian vitamin A dilakukan pada Februari dan Agustus dimana
perhitungan bayi 6-11 bulan yang mendapat vitamin A dalam setahun dihitung
dengan mengakumulasi bayi 6-11 bulan yang mendapat vitamin A di bulan
Februari dan yang mendapat vitamin A di bulan Agustus. Untuk perhitungan

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 49


anak balita 12-59 bulan yang mendapat vitamin A menggunakan data bulan
Agustus. Lihat pada table lampiran 41

V. 2. J. Pelayanan Kesehatan Balita


Pelayanan kesehatan balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan
sehat. Pelayanan kesehatan balita sehat adalah Pelayanan pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan menggunakan buku KIA dan skrining tumbuh
kembang, meliputi: a) Pelayanan kesehatan Balita usia 0 -11 bulan; b)
Pelayanan kesehatan Balita usia 12-23 bulan; dan c) Pelayanan kesehatan Balita
usia 24-59 bulan, sedangkan pelayanan kesehatan balita sakit adalah Pelayanan
balita menggunakan pendekatan manajemen terpadu balita sakit (MTBS).
Cakupan balita yang mendapat pelayanan kesehatan di Kabupaten Sumbawa
Tahun 2020 terlihat pada gambar berikut ini:
Gambar V.15
Cakupan Balita Mendapat Pelayanan Kesehatan
di Kabupaten Sumbawa Tahun 2018 - 2020

Sumber: Seksi Gizi Masyarakat Bidang Kesehatan masyarakat Dinas Kesehatan Kab.Sumbawa

Gambar V.15 memperlihatkan bahwa 3 tahun terakhir menunjukkan


menurunnya angka cakupan balita yang mendapat pelayanan kesehatan di
Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 sebesar 78,16%, bila dibandingkan dengan
tahun 2018 dan 2019 yang rata – rata diatas 80%.
V. 2. K. Balita di Timbang

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 50


Pemantauan pertumbuhan pada Balita dapat dilakukan dengan pengukuran
berat badan balita setiap bulan dan dicatat pada Buku KIA/KMS. Hasil
pemantauan pertumbuhan pada kelompok balita di Kabupaten Sumbawa Tahun
2020, menunjukkan pencapaian D/S Tahun 2020 mengalami penurunan yang
signifikan sebesar 53,93% dibandingkan 4 tahun sebelumnya. Kemunculan
COVID-19 pertama kali di Kabupaten Sumbawa di Bulan Maret membuat
khawatir semua pihak, sehingga sesuai Surat Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
NTB untuk menutup kegiatan posyandu maka Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Sumbawa menindaklanjuti dengan meminta kepada Puskesmas untuk
memberhentikan kegiatan Posyandu mulai Bulan April 2020. Posyandu kemudian
dibuka kembali pada Bulan Agustus. Namun meskipun kegiatan posyandu dibuka
kembali, cakupannya tetap tidak mengalami peningkatan yang signifikan,
dikarenakan tidak semua wilayah posyandu melaksanakan penimbangan balita
karena alasan zona merah.
Berbagai upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat selama masa pandemi antara lain tetap melakukan pelayanan
kesehatan dan gizi di posyandu dan kunjungan rumah dengan tetap menaati
protokol kesehatan yang ketat, Pemberian Makanan Tambahan di posyandu
melalui bantuan dana desa, dan revitalisasi kelurahan siaga yang merupakan titik
temu antara pelayanan kesehatan dan program kesehatan yang diselenggarakan
oleh pemerintah dan kegiatan masyarakaat secara terorganisir. Selama pandemi
saat posyandu ditutup, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita
dilakukan dengan kunjungan rumah untuk sasaran yang mendapatkan imunisasi
dan sasaran yang bermasalah gizi (gizi kurang, gizi buruk, BGM, T, dan
Stunting). Saat posyandu dibuka kembali sejak Bulan Agustus, pelaksanaannya
tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat baik petugas menggunakan
APD maupun sasaran wajib menggunakan masker, di posyandu disediakan
fasilitas CTPS, pengaturan waktu kunjungan berdasarkan RT, sistem antrian
dengan mengatur jarak, ibu balita membawa sarung timbang sendiri, dan setiap
selesai pengukuran pertumbuhan selalu dilakukan sterilisasi dengan

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 51


penyemprotan desinfektan di alat pengukuran pertumbuhan. Dapat dilihat pada
gambar grafik dibawah ini:
Gambar V.16
Cakupan Balita yang ditimbang di Kabupaten Sumbawa Tahun 2016 - 2020

Sumber: Seksi Gizi Masyarakat Bidang Kesehatan masyarakat Dinas Kesehatan Kab.Sumbawa

V. 2. L. Balita Gizi Kurang, Pendek dan Kurus


Dalam 5 (lima) tahun terakhir kondisi perkembangan status gizi balita
menggunakan data hasil pekan penimbangan balita sebagai acuan kebijakan
yang dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun bersamaan dengan bulan
vitamin A yaitu Bulan Februari dan Agustus di masing-masing puskesmas di
wilayah Kabupaten Sumbawa. Sejak Tahun 2017 Hasil Pekan Penimbangan
dientry menggunakan Aplikasi online EPPGBM yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan RI.
Pencapaian keberhasilan ekonomi suatu wilayah dapat dilihat salah satunya
dari status gizi masyarakat. WHO mengklasifikasikan masalah gizi sebagai
masalah kesehatan masyarakat di suatu negara, provinsi, atau kabupaten
berdasarkan tingkat Underweight/Berat Badan Kurang (istilah untuk gabungan
balita berat badan kurang dan sangat kurang berdasarkan indeks BB/U),
Stunting/pendek (istilah untuk gabungan balita sangat pendek dan pendek
berdasarkan indeks TB/U), dan Wasting/gizi kurang (istilah untuk gabungan
balita gizi kurang dan gizi buruk berdasarkan indeks BB/TB).

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 52


Gambar V.17
Trend balita underweight selama 5 (lima) tahun 2016 - 2020
15
14
13
12
11 10.53
10
8.78
9 8.11
8 7.13
7
6 5.49
5
4
3
2
1
0
TH.2016 TH.2017 TH.2018 TH.2019 TH.2020
Sumber: Seksi Gizi Masyarakat Bidang Kesehatan masyarakat Dinas Kesehatan Kab.Sumbawa

Gambar V.17 memperlihatkan data status gizi balita berdasarkan indeks


BB/U (balita berat badan kurang) dimana Prevalensi balita dengan berat badan
kurang (underweight) di Kabupaten Sumbawa pada Tahun 2020 meningkat
dibandingkan Tahun 2019 dan masuk dalam kategori daerah bermasalah
kesehatan kurang. Prevalensi balita Underweight di Kabupaten Sumbawa sebesar
11, 71% dapat disimpulkan bahwa masih ada balita dengan berat badan kurang
dan sangat kurang di Kabupaten Sumbawa. Ironisnya dalam 4 (empat) tahun
terakhir Kabupaten Sumbawa dalam kategori tidak rawan gizi sehingga
peningkatan prevalensi balita underweight selama masa pandemi COVID-19
perlu penanganan yang serius, komprehensif dan terpadu baik lintas sektor
maupun lintas program dari kabupaten dan kecamatan untuk menurunkan
masalah di tingkat puskesmas.
Terdapat 10 (sepuluh) puskesmas dengan klasifikasi baik (tidak rawan gizi)
< 10% yang artinya wilayah ini menunjukkan tidak adanya masalah kesehatan
masyarakat menurut indeks BB/U (Underweight) antara lain Puskesmas
Plampang, Lopok, Lantung, Ropang, Batulanteh, Sumbawa Unit I, Sumbawa Unit
II, Buer, Alas, dan Alas Barat. 15 (Lima belas) puskesmas lainnya berada di atas
10 % (kategori berat badan kurang dan sangat kurang) dimana dapat
disimpulkan bahwa masalah berat badan kurang dan sangat kurang menurut

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 53


indeks BB/U masih menjadi persoalan di 15 (Lima belas) wilayah ini. Penting juga
untuk diperhatikan selama masa pandemi COVId-19 Tahun 2020 sebagian besar
puskesmas (16 puskesmas) memiliki prevalensi underweight yang meningkat
secara signifikan dibandingkan dengan Tahun 2019. Lihat lampiran tabel 44
Gambar V.18.
Trend balita wasting selama 5 (lima) tahun 2016 - 2020
5

4
3.89

3
2.4 2.33

2 1.78
1.55

0
TH.2016 TH.2017 TH.2018 TH.2019 TH.2020
Sumber: Seksi Gizi Masyarakat Bidang Kesehatan masyarakat Dinas Kesehatan Kab.Sumbawa

Indeks BB/TB atau BB/PB (Berat Badan menurut Tinggi Badan atau Berat
Badan menurut Panjang Badan) merupakan indeks yang dapat memberikan
gambaran tubuh anak yang proporsional antara tinggi dan berat badannya.
Indikator ini akan memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akut sebagai
akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama (singkat),
misalnya terjadi wabah penyakit atau kekurangan makan (kelaparan) yang
mengakibatkan anak menjadi gizi kurang. Di samping untuk mengidentifikasi
masalah gizi kurang, indikator BB/PB dan BB/TB dapat juga memberikan indikasi
kegemukan.
Masalah gizi kurang dan kegemukan pada usia dini dapat berakibat pada
semakin rentannya balita mengalami penyakit degeneratif pada usia dewasa.
Gambar V.18 menunjukkan Prevalensi balita wasting di Kabupaten Sumbawa
pada Tahun 2020 sebesar 3,89% berada di bawah batas yang ditetapkan WHO
sebagai daerah bermasalah kesehatan khususnya wasting. Meskipun demikian
peningkatan prevalensi balita wasting Pada Tahun 2020 dibandingkan dengan
Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 54
Tahun 2019 harus menjadi perhatian yang serius. Penanganan balita dengan
status gizi kurang dan gizi buruk harus menjadi perhatian kita bersama. Balita
dengan kondisi gizi kurang butuh intervensi melalui pengobatan penyakit jika
ditemukan penyakit infeksi dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) serta
diperlukan kerjasama lintas program dan lintas sektor khususnya dalam
menjamin ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga, sanitasi lingkungan,
dan pola asuh dalam keluarga. Tambahan untuk balita dengan status gizi buruk
harus dirawat sesuai manajemen tatalaksana gizi buruk.
Puskesmas dengan prevalensi balita wasting yang tertinggi berada di
Puskesmas Rhee (8, 80%) dan terendah di Puskesmas Sumbawa Unit I (0,
29%). Menurut kriteria WHO yang mengklasifikasikan masalah gizi sebagai
masalah kesehatan masyarakat di suatu wilayah berdasarkan indeks BB/PB atau
BB/TB, terdapat 9 (sembilan) puskesmas yang masuk dalam kategori bermasalah
gizi >5% antara lain Puskesmas Tarano, Labangka, lape, Moyo Hilir, Lantung,
Orong Telu, Sumbawa Unit II, Labuhan Badas dan Rhee sehingga dapat
disimpulkan bahwa masalah balita gizi kurang dan gizi buruk menurut indeks
BB/PB atau BB/TB masih menjadi persoalan di 9 (sembilan) wilayah ini dan
memerlukan penanganan yang komprehensif dan terpadu serta menjadi prioritas
daerah pembinaan. Lihat lampiran tabel 44
Gambar V.19
Trend balita stunting selama 5 (lima) tahun 2016 - 2020
30

25

20
19.44

15
11.53 11.73
10.58 10.91
10

0
TH.2016 TH.2017 TH.2018 TH.2019 TH.2020
Sumber: Seksi Gizi Masyarakat Bidang Kesehatan masyarakat Dinas Kesehatan Kab.Sumbawa

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 55


Pada Tahun 2020 terjadi peningkatan prevalensi balita stunting sebesar
10,91 % dibandingkan Tahun 2019, meskipun masih di bawah batas daerah
bermasalah kesehatan menurut indeks PB/TB/U. Tahun 2020 ditemukan balita
stunting di Kabupaten Sumbawa sebesar 4.019 balita atau 10,91%, meningkat
0,33% bila dibandingkan dengan Tahun 2019 sebesar 10,58%. Berdasarkan
kriteria WHO yang mengklasifikasikan masalah gizi sebagai masalah kesehatan
masyarakat di suatu wilayah berdasarkan indeks PB/U atau TB/U, puskesmas
dengan prevalensi stunting yang tertinggi di Puskesmas Orong Telu (43,39%)
dan terendah di Puskesmas Sumbawa Unit I (1,72%). Puskesmas yang masih
mengalami masalah kesehatan masyarakat khususnya stunting antara lain
Puskesmas Empang, Labangka, Lenangguar, Orong Telu, dan Rhee sehingga
dapat disimpulkan bahwa masalah balita pendek dan sangat pendek menurut
indeks PB/U atau TB/U masih menjadi persoalan di 5 (lima) wilayah ini pada
Tahun 2020 dan memerlukan penanganan yang komprehensif dan terpadu serta
menjadi prioritas daerah pembinaan. Lihat lampiran tabel 44
Indikator panjang atau tinggi badan dapat mencerminkan gizi masa lalu
anak, yaitu gizi ketika masih dalam kandungan hingga 2 tahun pertama
kehidupannya. Penanganan masalah pendek dan sangat pendek (stunting) harus
menjadi perhatian kita bersama, strategi penanganan untuk anak-anak pendek
dan sangat pendek tersebut adalah dengan memperbaiki jumlah dan
bioavabilitas mikronutrien dalam diet dengan cara meningkatkan konsumsi
makanan bersumber hewani dan bukannya meningkatkan asupan energi. Selain
itu perlu adanya intervensi dalam memperbaiki gizi remaja puteri, ibu hamil dan
neonatal, menurunkan angka kemiskinan karena akan sangat berpengaruh
terhadap pola konsumsi masyarakat, dan meningkatkan edukasi masyarakat
untuk memperbaiki pola asuh terutama dalam pemberian makanan bayi dan
anak.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 56


V. 2. M. Penjaringan Kesehatan Siswa
Salah satu upaya yang strategis untuk meningkatkan kualitas manusia di
Kabupaten Sumbawa adalah upaya pendidikan dan kesehatan, dan upaya ini
paling tepat dilakukan melalui institusi pendidikan. Sekolah sebagai tempat
berlangsungnya proses belajar mengajar harus menjadi “Healt h Promoting
School” artinya “sekolah yang dapat meningkatkan derajat kesehatan warga
sekolahnya”. Kesemuanya akan tercapai bila sekolah dan lingkungannya dibina
dan dikembangkan antara lain melalui Upaya Kesehatan Sekolah (UKS). UKS
dilakukan lewat Trias program UKS meliputi aspek pendidikan kesehatan,
pelayanan kesehatan dan pembinaan sekolah lingkungan sehat. Aspek pelayanan
kesehatan pada UKS dilakukan melalui penjaringan kesehatan terhadap siswa
kelas 1 SD/MI, kelas 7 SMP/MTS dan kelas 10 SMA/MA. PerMenkes Tahun 2020,
penjaringan kesehatan anak sekolah dimulai sejak kelas 1 sampai dengan kelas
9.
Penjaringan kesehatan pada siswa dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
bersama kader kesehatan sekolah minimal pemeriksaan status gizi (TB, BB),
pemeriksaan gigi, tajam penglihatan dan tajam pendengaran. Gambar dibawah
ini menunjukkan tentang cakupan pelayanan kesehatan peserta didik di
Kabupaten Sumbawa Tahun 2020.
Gambar V.18
Cakupan Pelayanan Kesehatan Peserta Didik Kelas 1 SD/MI, Kelas 7 SMP/MTS
dan Kelas 10 SMA/MA di Kabupaten Sumbawa Tahun 2020

Sumber: Seksi Promkes Bidang Kesehatan masyarakat Dinas Kesehatan Kab.Sumbawa

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 57


Gambar V.18 memperlihatkan cakupan pelayanan atau penjaringan
kesehatan untuk peserta didik siswa kelas 1 SD/MI, Kelas 7 SMP/MTS dan
SMA/MA di Kabupaten Sumbawa pada Tahun 2020 lebih banyak dilakukan
penjaringan pelayanan kesehatan terhadap peserta didik maupun sekolah
setingkat SD/MI, ini dikarenakan sebaran SD/MI lebih banyak daripada SMP/MTS
atau SMA/MA karena keberadaan SD/MI sampai ke desa - desa. Namun demikian
tidak semua sekolah maupun peserta didik dilakukan penjaringan pelayanan
kesehatan karena rata – rata cakupan dibawah 80%. Lihat lampiran tabel 45.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu pelayanan
kesehatan yang diberikan pada siswa saat penjaringan kesehatan dilakukan.
Pendidikan kesehatan gigi perlu ditanamkan sejak dini, termasuk saat anak
mengenyam pendidikan dasar. Anak usia sekolah memiliki kontribusi yang cukup
tinggi pada kunjungan di poli gigi dengan kasus kerusakan gigi yang
mengakibatkan gigi tersebut harus dicabut. Pendidikan kesehatan gigi dan mulut
bertujuan memutuskan mata rantai kasus kerusakan gigi dan menurunkan angka
kesakitan gigi. Pelayanan Penjaringan Kesehatan Gigi dan Mulut Sekolah di
Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar V.18
Pelayanan Penjaringan Kesehatan Gigi dan Mulut Sekolah di Kabupaten
Sumbawa Tahun 2020

Sumber: Seksi pelayanan kesehatan tradisional & kesehatan khusus Bidang Pelayanan Kesehatan
Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa

Gambar V.18 memperlihatkan bahwa adanya peningkatan pelayanan pada


pencabutan gigi tetap pada tahun 2020 bila dibandingkan tahun 2018 dan 2019,

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 58


sedangkan untuk tumpatan gigi tetap terjadi penurunan angka pelayan terhadap
penjaringan kesehatan gigi dan mulut di sekolah. Kasus dirujuk tahun 2020
sebanyak 539 kasus. adanya penurunan angka kasus baik pada pencabutan gigi
tetap maupun tumpatan gigi tetap pada Tahun 2020 bila dibandingkan dengan
tahun 2018 dan 2019, ini dikarenakan ada beberapa puskesmas yang tidak
melakukan penjaringan kesehatan gigi dan mulut di sekolah. Dapat dilihat
lampiran tabel 46.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak SD dan setingkatnya di
Kabupaten Sumbawa tahun 2020 yaitu dari 246 SD dan setingkatnya dilakukan
pelayanan terhadap jumlah murid sebanyak 2.071 orang, diperiksa sebanyak
1.054 dari jumlah murid diperiksa tersebut yang perlu perawatan sebanyak 398
sedangkan yang mendapat perawatan sebanyak 174 atau 43,7% dari jumlah
murid yang perlu dirawat. Lihat lampiran tabel 47.

V. 3. Pelayanan Kesehatan Usia Produktif dan Usia Lanjut

Pelayanan kesehatan pada usia produktif: Setiap warga negara usia 15 tahun
sampai 59 tahun mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar dalam
bentuk edukasi dan skrining kesehatan di wilayah kerjanya dalam kurun waktu
satu tahun. Pelayanan kesehatan usia produktif sesuai standar meliputi:
1) Edukasi kesehatan termasuk keluarga berencana.
2) Skrining faktor risiko penyakit menular dan penyakit tidak menular.
Pelayanan edukasi pada usia produktif: Edukasi yang dilaksanakan di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan/atau UKBM. Pelayanan skrining faktor risiko
pada usia produktif: skrining yang dilakukan minimal 1 kali dalam setahun untuk
penyakit menular dan penyakit tidak menular meliputi:
a) Pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar perut
b) Pengukuran tekanan darah
c) Pemeriksaan gula darah
d) Anamnesa perilaku berisiko
Penduduk usia 15-59 tahun berisiko: Penduduk usia 15-59 tahun yang ditemukan
faktor risiko PTM.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 59


Di Kabupaten Sumbawa tahun 2020 yang mendapat pelayanan skrining
kesehatan sesuai standar pada usia produktif 15 – 59 tahun sebanyak 9.880
orang atau 3,1% dari jumlah sasaran yang ditetapkan sebesar 315.724 ( sasaran
skrining pada penduduk usia 45 – 59 tahun), sedangkan yang berisiko sebesar
2.441 orang atau 24,7%. Lihat lampiran tabel 48.
Pelayanan kesehatan usia lanjut merupakan Pelayanan kesehatan untuk
warga negara usia 60 tahun ke atas dalam bentuk edukasi dan skrining usia
lanjut. Edukasi yang diberikan pada usia lanjut dilaksanakan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dan/atau UKBM dan/atau kunjungan rumah. Skrining pada
usia lanjut dilakukan minimal 1 kali dalam setahun untuk penyakit menular dan
penyakit tidak menular meliputi: a) Pengukuran tinggi badan, berat badan, dan
lingkar perut, b) Pengukuran tekanan darah, c) Pemeriksaan gula darah, d)
Pemeriksaan gangguan mental, e) Pemeriksaan gangguan kognitif, f)
Pemeriksaan tingkat kemandirian usia lanjut, g) Anamnesa perilaku berisiko.
Meningkatnya usia harapan hidup membuat jumlah penduduk kelompok usia
lanjut semakin besar. Namun perbaikan pada pelayanan kesehatan usia lanjut
belum menjadi perhatian. Cakupan usia lanjut yang mendapatkan pelayanan
kesehatan di Kabupaten Sumbawa tahun 2016 - 2020 terlihat pada gambar
berikut:
Gambar V.19
Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut di Kabupaten Sumbawa
Tahun 2016-2020

Sumber: Seksi kesehatan Keluarga Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 60


Gambar V.19 memperlihatkan bahwa usia lanjut yang mendapatkan
pelayanan kesehatan pada Tahun 2020 sebesar 21.795 orang atau 47, 50% dari
jumlah sasaran sebesar 45.887 orang. Cakupan tersebut menurun jika
dibandingkan dengan cakupan tahun 2019 namun angka tersebut masih rendah.
Hal ini menggambarkan bahwa Kecamatan di Kabupaten Sumbawa belum
memperhatikan pelayanan kesehatan untuk kelompok usia lanjut yang
merupakan kelompok usia beresiko.

V. 3. Pelayanan Kesehatan Jiwa


Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika
seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan
hidup serta dapat menerima orang lain sebagaimana seharusnya serta
mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Kesehatan jiwa
adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental,
spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,
dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu
memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Kondisi perkembangan yang tidak
sesuai pada individu disebut gangguan jiwa (UU No.18 tahun 2014).
Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) adalah orang yang mengalami
gangguan dalam pikiran, perilaku dan perasaan yang termanifestasi dalam
bentuk sekumpulan gejala and/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta
dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang
sebagai manusia.
Di Kabupaten Sumbawa tahun 2020, hasil dari pelaporan pelayanan di
puskesmas ditemukan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) berat sebanyak 587
orang dari jumlah penduduk Kabupaten Sumbawa tahun 2020 sebanyak 461.502
jiwa dengan cakupan kunjungan sebesar 49% dari 1200 jumlah sasaran ODGJ
berat tahun 2020.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 61


BAB VI
PENGENDALIAN PENYAKIT

Pencegahan atau pengendalian Penyakit adalah upaya untuk menghambat


perkembangan penyakit, memperlambat kemajuan penyakit dan melindungi
tubuh dari pengaruh agen penyakit yang membahayakan tubuh. Pada
praktiknya, pencegahan penyakit mengarahkan sejumlah kegiatan untuk
melindungi manusia dari ancaman kesehatan potensial.
Pencegahan penyakit dapat dilakukan pada saat sebelum sakit dan saat
sakit. Pencegahan sebelum sakit bermanfaat untuk mempertinggi nilai kesehatan
(Health promotion) dan memberikan perlindungan khusus terhadap sesuatu
penyakit (Specific protection). Sedangkan pencegahan pada saat sakit dapat
mengenal dan mengetahui jenis pada tingkat awal, serta mengadakan
pengobatan yang tepat dan segera, pembatasan kecacatan dan berusaha untuk
menghilangkan gangguan kemampuan bekerja yang diakibatkan sesuatu
penyakit (Asmadi, 2008)
Menurut Leavel dan Clark yang disebut pencegahan adalah segala kegiatan
yang dilakukan baik langsung maupun tidak langsung untuk mencegah suatu
masalah kesehatan atau penyakit. Pencegahan berhubungan dengan masalah
kesehatan atau penyakit yang spesifik dan meliputi perilaku menghindar
(Romauli, 2009, p.134).

VI.1. PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR LANGSUNG


VI.1.A. Tuberkulosis (TB)
Penyakit TB Paru yang juga dikenal dengan singkatan TBC adalah penyakit
infeksi pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri ini
merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama
untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru (90%)
dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Gejala utamanya adalah batuk selama
2 minggu atau lebih, batuk disertai dengan gejala tambahan yaitu dahak, dahak
bercampur darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makanan menurun, berat

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 62


badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam
lebih dari 1 bulan.
Tujuan penemuan dan penanggulangan penyakit TB adalah menurunkan
angka kesakitan dan kematian akibat TB dalam rangka pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Di
Kabupaten Sumbawa, pada Tahun 2020 dilaporkan bahwa jumlah terduga
seluruh pasien TB (semua tipe) mencapai 4.387 orang, dan sekitar 1% orang
terduga Tuberkulosis yang mendapat pelayanan sesuai standar dari jumlah
penduduk Kabupaten Sumbawa Tahun 2020, meningkat bila dibandingkan
dengan tahun 2019 sekitar 0,2%.
Untuk pasien TB anak (0-14 tahun), Kabupaten Sumbawa Tahun 2020
jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 7 pasien TB anak yang ditemukan di 6
wilayah kerja puskesmas. Cakupan penemuan kasus TB pada anak sebesar 1,3%
dari 4.387 jumlah terduga insiden TB Dapat dilihat pada lampiran tabel 51.
Salah satu indikator kinerja pengendalian penyakit TB adalah Angka
Notifikasi Kasus atau case Notification Rate (CNR), yakni angka yang
menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000
penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan serial akan
menggambarkan kecenderungan (trend) penemuan kasus dari tahun ke tahun di
wilayah tertentu. Pada Tahun 2020 CNR adalah 98, mengalami penurunan bila
dibandingkan dengan tahun 2019 sebesar 155 per 100.000 penduduk.
Angka kematian selama pengobatan yang ditimbulkan akibat TB paru pada
Tahun 2020 sebanyak 25 orang atau 3,5% dari yang diobati. Angka kesembuhan
(Cure Rate) tahun 2019 mencapai 93,2% menurun pada Tahun 2020 menjadi
91,5%.
Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate/SR ) menunjukkan bahwa
pada Tahun 2020 mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2019
yakni dari 94,6% menjadi 91,9% pada Tahun 2020. Dapat dilihat pada lampiran
tabel 52.
Data keberhasilan pengobatan (SR) di Kabupaten Sumbawa tahun 2016-
2020 terlihat pada gambar berikut.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 63


Gambaran jumlah kasus TB dapat dilihat dengan gambar grafik dibawah ini :
Gambar VI.1
Angka Kesembuhan dan Pengobatan Lengkap TB Paru Tahun 2016 - 2020

Sumber: Seksi P2P Bidang P3PL Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa

VI.1.B Pneumonia Balita


Pneumonia merupakan salah satu penyakit gangguan sistem pernafasan
(paru-paru), yang biasanya diderita oleh anak-anak atau lanjut usia yang
disebabkan oleh bakteri dengan gejala panas tinggi disertai batuk berdahak,
napas cepat (frekuensi nafas >50 kali/menit), sesak, dan gejala lainnya (sakit
kepala, gelisah dan nafsu makan berkurang). Bayi dan balita merupakan populasi
yang paling rentan terkena pneumoni. Kondisi tersebut umumnya terjadi pada
balita dengan gizi kurang dan kondisi lingkungan yang kurang sehat. Upaya
pemberantasan penyakit pneumoni difokuskan pada upaya penemuan dini dan
tata laksana kasus yang cepat dan tepat pada penderita.
Jumlah Perkiraan penderita pneumoni balita yaitu 2.312 kasus dari jumlah
balita pada wilayah dan kurun waktu yang sama yaitu pada Tahun 2020
sebanyak 36.242 balita. Berdasarkan laporan dari puskesmas didapatkan hasil
bahwa penderita yang ditemukan dan dapat ditangani sebanyak 699 kasus
(30,23%) dari jumlah perkiraan kasus sebesar 2.312. Hasil lengkap untuk tiap
kecamatan dapat dilihat pada tabel 10.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 64


Gambar VI.2
Perkiraan Kasus dan Trend Penemuan Pneumonia di Kab. Sumbawa
Tahun 2018 - 2020

Sumber: Seksi P2P Bidang P3PL Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa

Gambar VI.2 menunjukkan bahwa trend penderita pneumonia ditemukan


dan ditangani Tahun 2020 mengalami penurunan dibandingkan dengan 2 (dua)
tahun terakhir yaitu 2018 dan 2019. Hal ini disebabkan karena keengganan
masyarakat bergejala pneumonia untuk mengunjungi fasilitas kesehatan di masa
pandemic COVID – 19.

VI.1.C HIV-AIDS dan Infeksi Menular Seksual


Kasus HIV/AIDS di masyarakat merupakan fenomena gunung es, karena
kasus yang dilaporkan hanya kasus yang ditemukan oleh petugas kesehatan
saja. Kabupaten Sumbawa berpotensi sebagai tempat terjadinya penularan
HIV/AIDS karena salah satu daerah pengirim tenaga kerja ke luar negeri,
kemungkinan terjadinya penularan HIV/AIDS cukup besar.
Berdasarkan laporan VCT rumah sakit/puskesmas dan laporan rutin AIDS
Puskesmas Tahun 2020, jumlah kasus HIV/AIDS yang ditemukan mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2018. Jumlah kasus tahun 2018 ditemukan 14
kasus yang terjangkit HIV dan 10 kasus AIDS, sedangkan Tahun 2020 adalah 9
kasus HIV dan 5 kasus AIDS. Jumlah kematian pada Tahun 2020 akibat AIDS
sebayak 27 orang, mengalami peningkatan yang begitu signifikan dibanding 3

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 65


tahun terakhir yaitu 2016-2018 dengan kasus kematian tidak lebih dari 5 kasus
kematian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 11.
Perkembangan penemuan kasus baru HIV/AIDS terlihat pada gambar
berikut:
Gambar VI.3
Kasus HIV/AIDS 5 Tahun Terakhir di Kab. Sumbawa

Sumber: Seksi P2P Bidang P3PL Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa

Gambar VI.3. memperlihatkan bahwa dalam 4 (empat) tahun terakhir,


temuan kasus baru HIV positif meningkat sedangkan di tahun 2020 terjadi
penurunan kasus, untuk kasus AIDS cenderung fluktuatif. Jumlah kasus kematian
akibat AIDS terus meningkat sejak tahun 2019 sampai dengan tahun 2020.
Kondisi ini perlu mendapat perhatian semua pihak mengingat dampaknya di
masyarakat terutama bagi generasi muda. Konsistensi dan komitmen dari
decision maker , petugas kesehatan, lembaga swadaya, masyarakat umum dan
keluarga sangat dibutuhkan dalam upaya penangulangguan dan penanganan
HIV/AIDS, tidak hanya dukungan dalam bentuk kebijakan, pendanaan, tetapi
juga dukungan moril.

VI.1.D Diare
Penyakit Diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang
ditandai dengan masih buruknya kondisi sanitasi dasar, keadaan lingkungan fisik

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 66


yang tidak mendukung maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup
bersih dan sehat. Penyakit diare yang diderita oleh seseorang maupun kelompok
masyarakat jika tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan kejadian luar
biasa (KLB) dan dapat menyebabkan kematian.
Gambar VI.4
Cakupan Penderita Diare ditangani Tahun 2016 - 2020

Sumber : Seksi P2P Bidang P3PL Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa

Gambar VI.4 terlihat bahwa cakupan penanganan diare semua umur di


Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan tahun 2019. Hal ini disebabkan oleh rendahnya penemuan dan
kunjungan kohr ke masyarakat untuk penanganan diare serta ke engganan
masyarakat ke fasilitas kesehatan karena pendemi COVID-19. Jumlah target
penemuan kasus diare di Kabupaten Sumbawa pada balita Tahun 2020 sebanyak
9.166 dari 20% dari angka kesakitan per 100.000 penduduk yang dilayani
sebanyak 1.662 atau 6,7% dari 30% angka kesakitan per 100.000 penduduk.
Kasus diare dapat ditangani dengan pemberian oralit dan Zinc, pemberian
Zinc hanya diberikan pada balita. Lihat pada lampiran tabel 56.

VI.1.E Penyakit Kusta


Kusta adalah penyakit yang tidak membahayakan dan tidak mematikan,
namun kusta ini menimbulkan kecacatan jika tidak diketahui sejak dini. Apabila
sejak awal sudah terdeteksi, penyakit ini tidak akan menimbulkan kecacatan.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 67


Penyakit kusta adalah penyakit menular yang sulit menular karena tiap individu
memiliki kekebalan normal terhadap bakteri tersebut.
Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 berdasarkan laporan dari puskesmas
dilaporkan terdapat kasus baru penderita kusta sebanyak 18 orang yang
termasuk tipe Multi Basiler (MB)/ kusta basah, sedangkan kasus baru untuk tipe
Pausi Basiler (PB)/ Kusta Kering Tahun 2020 tidak ada kasus. Angka penemuan
kasus baru (NCDR) per 100.000 penduduk pada Tahun 2020 sebanyak 3,9%
kasus kusta PB dan MB. Trend penemuan kasus baru kusta di Kabupaten
Sumbawa tahun 2015-2019 terlihat pada gambar berikut:
Gambar VI.5
Prevalensi Rate dan NCDR Kusta di Kabupaten Sumbawa Tahun 2016-2020

Sumber : Seksi P2P Bidang P3PL Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa

Gambar VI.5 memperlihatkan bahwa pada Tahun 2020 terjadi penurunan


temuan kasus baru kusta dibandingkan 3 (tiga) tahun terakhir sedangkan angka
prevalensi per 10.000 penduduk juga terjadi penurunan. Penurunan penemuan
ini dapat disebabkan diantaranya oleh keberhasilan petugas program dalam
penemuan dan penanganan kasus. Hal yang patut diwaspadai adalah
peningkatan kasus kusta MB atau kusta basah karena tingginya resiko penularan
kepada orang lain. Sosialisasi ataupun edukasi yang kontinyu perlu terus
ditingkatkan untuk mencegah semakin meluasnya penyebaran penyakit tersebut.
Tingkat penularan penyakit kusta di masyarakat menggunakan indikator
proporsi anak (0-14 tahun) diantara penderita baru. Pada Tahun 2020 penderita
Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 68
kusta usia 0-14 tahun tidak ditemukan untuk penderita baru, sama dengan
proporsi cacat tingkat 2.

VI.1.F AFP Non Polio


Acute Flaccid Paralysis (AFP) adalah semua anak yang berusia < 15 tahun
dengan kelumpuhan yang sifatnya flaccid (layuh), terjadi secara akut
(mendadak) dan bukan disebabkan oleh rudapaksa. Untuk anak yang berusia <
15 tahun dapat dilaporkan sebagai kasus AFP.
Pada Tahun 2020 di Kabupaten Sumbawa tidak ditemukan kasus AFP dari
sasaran sebesar 103.981 penduduk berusia <15 tahun . Data selengkapnya
sebagaimana tertera pada tabel 61, sedangkan trend penemuan kasus AFP di
Kabupaten Sumbawa tahun 2015-2019 terlihat pada gambar berikut:
Gambar VI.6
Trend Kasus dan Rate AFP di Kab. Sumbawa Tahun 2016-2020

Sumber: Seksi Surveylans, Imunisasi & Penanggulangan KLB Bidang P3PL Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa

Gambar VI.6 memperlihatkan bahwa trend kasus AFP 5 (lima) tahun


terakhir. Tren penemuan kasus periode 2016-2020 cenderung menurun. Kasus
AFP perlu mendapat perhatian serius karena berkaitan keberhasilan pemberian
Vaksisnasi Polio yang dilaksanakan selama ini serta penyediaan vaksin gratis oleh
pemerintah dan sosialisasi yang kontinyu adalah upaya yang dapat dilakukan
untuk pencegahannya.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 69


VI.1.G Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3i)
Di Kabupaten Sumbawa tahun 2020 terkait penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3i) sepert Difteri, Pertusis, Tetanus neonatorum (TN),
Hepatitis B dan Campak, hanya kasus penyakit Difteri yang dapat ditemukan
sebanyak 1 kasus ini terjadi di wilayah kerja puskesmas Moyo Hilir. Kasus
penyakit Tetanus neonatorum (TN) dari tahun 2018 dan 2019 ditemukan 1 kasus
namun tidak ditemukan pada tahun 2020. Dapat dilihat pada gambar dibawah
ini.
Gambar VI.7
Kasus Difteri dan Tetanus Neonatorum di Kabupaten Sumbawa
Tahun 2018 - 2020

Sumber: Seksi Surveylans, Imunisasi & Penanggulangan KLB Bidang P3PL Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa

VI.1.H Campak
Campak adalah infeksi yang disebabkan oleh virus, bersifat akut, sangat
menular dan dapat menyebabkan komplikasi serius. Campak atau nama lainnya
Measles atau Rubella umumnya menyerang anak-anak, remaja atau dewasa
muda yang tidak terlindungi dengan imunisasi atau belum pernah terkena
campak. Setelah beberapa lama terinfeksi, biasanya akan muncul bercak atau
ruam berwarna merah kecoklatan. Pencegahan campak dilakukan dengan
pemberian imunisasi aktif pada bayi berumur 9 bulan atau lebih. Pada Tahun
2020 tidak ditemukan kasus suspek campak.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 70


Penyebaran suspek campak di setiap Kecamatan dapat dilihat pada lampiran
tabel 62. Trend kasus campak di Kabupaten Sumbawa tahun 2016-2020 dapat
dilihat pada gambar berikut:
Gambar VI.8
Trend Kasus Campak di Kabupaten Sumbawa Tahun 2016 - 2020

Sumber: Seksi Surveylans, Imunisasi & Penanggulangan KLB Bidang P3PL Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa

Gambar VI.8 diatas memperlihatkan bahwa dalam 5 (lima) tahun terakhir


kasus temuan campak terus meningkat dari tahun 2016-2018, namun pada
Tahun 2020 dari pelaporan 26 puskesmas yang ada di Kabupaten Sumbawa
tidak ditemukan kasus campak. Untuk itu, edukasi kepada masyarakat tentang
pencegahan dan pengobatan campak harus semakin ditingkatkan terutama pada
kelompok beresiko tinggi seperti anak-anak dan wanita usia subur yang belum
pernah imunisasi atau terkena campak. Mencegah penderita campak melakukan
aktifitas di luar rumah untuk menghindari penyebaran virus melalui udara dan
melakukan pencegahan sekunder seperti penyaringan untuk mendeteksi dini
penyakit campak terutama pada anak-anak adalah upaya lain untuk mencegah
atau menurunkan kasus campak di masyarakat.

VI.1.I Hepatitis B
Hepatitis B adalah masalah kesehatan dunia terutama di negara-negara
berkembang termasuk Indonesia. Penyakit ini bersifat menular, biasanya melalui
cairan tubuh dan bisa menyebabkan kematian apabila tidak ditangani dengan

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 71


baik. Virusnya lebih mudah ditularkan dibandingkan dengan virus HIV, sehingga
biasanya seseorang tidak menyadari kalau mereka mengidap penyakit ini. Bila
program vaksinasi berhasil, diharapkan Hepatitis B bisa diberantas dan bukan
merupakan persoalan kesehatan masyarakat lagi.
Infeksi hepatitis B terjadi akut atau kronis, biasanya infeksi akut terjadi pada
orang dewasa, dan akan sembuh dalam beberapa bulan apabila kekebelan tubuh
baik. Sedangkan infeksi kronis lebih sering terjadi pada anak-anak, sehingga
prioritas program vaksinasi hepatitis B adalah bayi serta anak-anak, karena jika
bayi terkena infeksi misalnya sewaktu persalinan karena ibunya menderita
hepatitis B maka lebih dari 90% akan menjadi hepatitis kronik. Apabila yang
terkena anak-anak yang lebih besar maka keadaan kronisitas menurun hanya
menjadi 20-30% saja. Sedangkan jika orang dewasa yang terkena maka
keadaan kronik hanya terjadi pada 4-50% saja. Kabupaten Sumbawa Tahun
2020 tidak terdapat kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
seperti Hepatitis. Lihat lampiran tabel 62.

VI.1.J Kejadian Luar Biasa (KLB)


Dewasa ini kejadian wabah penyakit atau Kejadian Luar Biasa (KLB) sudah
merupakan masalah global, sehingga mendapat perhatian utama dalam
penetapan kebijakan kesehatan masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan
(foodborne disease) dan kejadian wabah penyakit lainnya terjadi tidak hanya di
berbagai negara berkembang dimana kondisi sanitasi dan higiene umumnya
buruk, tetapi juga di negara-negara maju. Kejadian luar biasa (KLB) yang sering
terjadi di Indonesia mempunyai makna sosial dan politik tersendiri oleh karena
peristiwanya yang demikian mendadak, mengenai banyak orang dan dapat
menimbulkan banyak kematian. Kejadian luar biasa (KLB) didefinisikan sebagai
suatu keadaan atau kondisi timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian
yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu.
Penanggulangan KLB telah menetapkan kriteria kerja KLB yaitu:
1. Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 72


2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun
waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian/kematian >2 kali dibandingkan dengan periode
sebelumnya.
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan >2 kali
bila dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan tahun sebelumnya.
5. Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikkan >2
kali dibandingkan angka rata-rata per bulan tahun sebelumnya.
6. CFR suatu penyakit dalam satu kurun waktu tertentu menunjukkan
kenaikkan 50 % atau lebih dibanding CFR periode sebelumnya.
7. Proporsional Rate penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan
kenaikkan >2 kali dibandingkan periode yang sama dan kurun
waktu/tahun sebelumnya. KLB terjadi di 21 wilayah kerja puskesmas di
Kabupaten Sumbawa kecuali wilayah kerja puskesmas Moyo Utara,
Ropang, Unit I Sumbawa dan puskesmas Alas. Peningkatan frekuensi
terjadinya KLB dan beragamnya jenis KLB sepatutnya menjadi perhatian
semua pihak dan perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kejadian tersebut dan
mendapatkan solusi yang tepat dan cepat. Tahun 2020 di Kabupaten
Sumbawa telah terjadi 3 kasus KLB seperti kasus difteri sebanyak 1 kasus,
keracunan sebanyak 22 kasus dan kasus rabies sebanyak 1 kasus dengan
1 kasus kematian. Semua Kecamatan yang mengalami KLB telah ditangani
oleh Tim kesehatan kurang dari 24 jam. Lihat pada (tabel 63 dan 64).
8. Selain kasus diatas, COVID – 19 juga menjadi penyakit yang mendapatkan
perhatian yang serius karena sudah mengarah ke Pandemi. Jumlah kasus
terkonfirmasi COVID – 19 di Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 sebanyak
688 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 46 orang.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 73


VI. 2. Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik
VI. 2. A. Deman Berdarah Dengue (DBD)
Demam Berdarah Dengue atau DBD adalah penyakit yang membuat
penderitanya mengalami rasa nyeri yang luar biasa, seolah-olah terasa sakit
hingga ke tulang. DBD disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk. Sebagian diantaranya mewabah secara tiba-tiba dan menjangkiti ribuan
orang dalam waktu singkat. Penyakit DBD sebagai salah satu penyakit menular,
sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Kabupaten
Sumbawa karena penyebarannya yang cepat, berpotensi kematian dan semua
kecamatan sudah pernah terjangkit DBD.
Pada Tahun 2020 jumlah kasus DBD yang ditemukan meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2019 terdapat 335 kasus DBD dan
meningkat menjadi 400 kasus pada Tahun 2020. Kasus terbanyak dilaporkan
terjadi di Kecamatan Empang yaitu sebanyak 109 orang. Data terinci mengenai
kasus DBD yang dilaporkan di setiap kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran
(tabel 65). Kasus DBD dan Insidence DBD di Kabupaten Sumbawa tahun 2015-
2019 terlihat pada gambar berikut:
Gambar VI.9
Trend Kasus DBD dan Incidence DBD Tahun 2016-2020

Sumber: Seksi P2P Bidang P3PL Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa


.
Gambar VI.9 di atas terlihat Insidence Rate (IR) 2 (dua) tahun terakhir terus
meningkat dengan Incidence Rate per 100.000 penduduk tahun 2020 sebesar

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 74


86,67%. Ambang batas IR per 100.000 penduduk yang ditetapkan secara
nasional yakni <40/100.000 penduduk. Meningkatnnya kasus DBD di Kabupaten
Sumbawa tidak terdapat korban meninggal akibat DBD. Kebersihan lingkungan
dan pola hidup yang kurang baik, kesadaran masyarakat tentang pencegahan
penyakit DBD yang cenderung mengarah ke upaya kuratif serta kurangnya upaya
promotif ataupun preventif masyarakat adalah factor-faktor yang mempengaruhi
tetap tingginya kejadian DBD di masyarakat.

VI.2.B Penyakit Malaria


Jumlah penderita penyakit malaria di Kabupaten Sumbawa pada Tahun
2020 berdasarkan data laporan Puskesmas adalah suspek malaria sebanyak
3.469 orang, yang melakukan konfirmasi laboratorium seperti pengecekan
mikroskopis sebanyak 36 orang dan RDT (Rapid diagnostic test) sebanyak 32
orang atau 2% yang terkonfirmasi laboratorium. Pemeriksaan yang dilakukan
tersebut terdapat 68 orang yang positif malaria dan dilakukan pengobatan
standar sebesar 59 orang atau 86,8%. Data selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran tabel 66, serta Perkembangan insiden malaria sejak tahun 2016 s/d
2020 dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar VI.10
Trend Angka Kesakitan pada Malaria Tahun 2016-2020

Sumber: Seksi P2P Bidang P3PL Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 75


Gambar VI.10 memperlihatkan bahwa pada Tahun 2020 angka kesakitan
malaria cenderung turun secara signifikan bila dibandingkan dengan tahun 2019
dan 2018. Pada periode tersebut angka API (Annual Parasite Indeks) di
Kabupaten Sumbawa mengalami peningkatan yang signifikan tetapi masih
dibawah 1%. Beberapa upaya untuk menekan termasuk pencegahan terjadinya
kasus malaria telah di upayakan antara lain dengan mendistribusikan kelambu
berinsektisida untuk semua rumah di daerah endemis malaria serta pemberian
obat anti malaria terbaru DHP (dihidropiperaquine ) untuk memutus rantai
penularan. Selain itu, penyuluhan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
dianjurkan dilakukan terus menerus oleh puskesmas dan Dinas Kesehatan.

VI.2.F Penyakit Filariasis


Dikabupaten Sumbawa Tahun 2020 tidak terdapat kasus Filariasis.

VI.3 Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM)


Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan
dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang dan umumnya
berkembang lambat. Tiga jenis PTM yang akan kita bahas dibawah ini:

VI.3.A Hipertensi
Hipertensi hasil pengukuran mengikuti kriteria JNC VII yaitu bila tekanan
darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg.
Diperkirakan penderita Hipertensi usia ≥15 tahun di Kabupaten Sumbawa
sebanyak 31.130 jiwa dengan jumlah yang mendapat pelayanan kesehatan
sebesar 3.397 orang atau 10,9% dari jumlah perkiraan penderita hipertensi
tahun 2020. Secara detail data pelayanan kesehatan penderita Hipertensi
ditampilkan pada tabel 68.

VI.3.B Diabetes Melitus (DM)


Diabetes adalah penyakit yang berlangsung lama atau kronis serta ditandai
dengan kadar gula (glukosa) darah yang tinggi atau di atas nilai normal. Glukosa
yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik
dapat menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh. Jika diabetes tidak

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 76


dikontrol dengan baik, dapat timbul berbagai komplikasi yang membahayakan
nyawa penderita. Glukosa merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh
manusia. Kadar gula dalam darah dikendalikan oleh hormon insulin yang
diproduksi oleh pankreas, yaitu organ yang terletak di belakang lambung. Pada
penderita diabetes, pankreas tidak mampu memproduksi insulin sesuai
kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan
mengolah glukosa menjadi energi.
Kabupaten Sumbawa pada Tahun 2020 menurut catatan dan pelaporan dari
puskesmas menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan pada penderita Diabetes
Melitus (DM) mencapai 100% penanganan dari 1.185 jumlah penderita DM.

VI.3.C Kanker
Kanker leher rahim atau biasa dikenal dengan kanker serviks adalah kanker
yang muncul pada leher rahim wanita. Leher rahim sendiri berfungsi sebagai
pintu masuk menuju rahim dari vagina, penyakit ini cenderung memengaruhi
wanita yang aktif secara seksual antara usia 30 – 45 tahun.
Di kabupaten Sumbawa pada Tahun 2020 ada 16 puskesmas yang
melakukan kegiatan pendetekesi Dini Kanker Leher Rahim dengan menggunakan
Metode IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) dan Kenker Payudara dengan
pemeriksaan klinis (CBE) sebanyak 1.346 orang dari 83.210 sasaran perempuan
usia 30 – 50 tahun, yang dilakukan pemeriksaan dengan metode IVA sebanyak 1
orang atau 0,1%, tidak ditemukan curiga kanker serta tumor/benjolan yang
dilakukan dengan metode IVA positif.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 77


BAB VII
KESEHATAN LINGKUNGAN

Kesehatan lingkungan ialah suatu keseimbangan ekologi yang harus tercipta


diantara manusia dan lingkungannya agar bisa menjamin keadaan sehat dari
manusia (WHO). Menurut WHO ruang lingkup kesehatan lingkungan dibagi
menjadi tujuh belas, diantara lain yang akan dipaparkan di dalam profil
kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 seperti: penyediaan air minum,
sanitasi yang layak (jamban sehat), tempat-tempat umum dan tempat
pengelolaan makanan (TPM), dengan tujuan melakukan korelasi, memperkecil
terjadinya bahaya dari lingkungan terhadap kesehatan serta kesejahteraan hidup
manusia dan untuk pencegahan, dengan cara mengefesienkan pengaturan
berbagai sumber lingkungan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan
hidup manusia serta untuk mencegah dari bahaya penyakit.

VII.1 Sarana Air Minum


Air merupakan komponen yang paling sangat penting bagi kehidupan
makhluk hidup setelah udara, sekitar tiga perempat bagian tubuh kita terdiri dari
air dan idak seorangpun yang dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa air
minum. Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65 % dari total berat
badannya. Apabila suatu saat tubuh kehilangan seluruh cadangan lemak dan
setengah dari cadangan protein dalam tubuh maka hal ini tidak membahayakan
bagi tubuh manusia, namun apabila terjadi kehilangan 20% air dalam tubuh
maka dapat menyebabkan kematian.
Air mempunyai peranan besar dalam penularan penyakit menular. Besarnya
peranan air dalam penularan penyakit adalah disebabkan keadaan air itu sendiri
sangat membantu dan sangat baik untuk kehidupan mikrobiologis. Air dapat
bertindak sebagai tempat berkembang biak mikroorganisme dan juga bisa
sebagai tempat tinggal sementara (perantara) sebelum mikroorganisme
berpindah kepada manusia.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 78


Dalam pemenuhan kebutuhan air bersih untuk masyarakat dibedakan
menjadi dua sumber yaitu berasal dari PDAM dan air bersih yang bersal dari
sarana air bersih yang lain yaitu Sumur Gali (SGL), Sumur Pompa Tangan (SPT)
atau Sumur Bor / Listrik, Perpipaan (PP), Perlindunangan Mata Air (PMA) dan
Penampunangan Air Hujan (PAH).
Pada Tahun 2020 penduduk Kabupaten Sumbawa yang memiliki sarana air
minum sebanyak 76.157 sarana, dilakukan inspeksi kesehatan lingkungan (IKL)
dengan jumlah sarana air minum sebanyak 37.986 sarana atau 49,9%,
sedangkan jumlah sarana air minum dengan resiko rendah+sedang sebanyak
32.609 atau 85,8% dari jumlah air minum yang di dilakukan inspeksi kesehatan
lingkungan.
Dari jumlah sarana air minum yang ada dilakukan pemeriksaan sampel air
sebanyak 231 sampel atau 0,3% dan dinyatakan memenuhi syarat air bersih
sebesar 208 atau 90%. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran tabel 72.

VII.2 Sarana Sanitasi (Jamban Sehat)


Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan lingkungan dari subjeknya ( Depkes RI, 2004 ), Akses pada sanitasi
khususnya pada penggunaan jamban sehat, saat ini memang masih rendah
disebabkan masih adanya masyarakat yang masih buang air besar (BAB)
sembarang tempat.
Penduduk yang mempunyai akses sanitasi layak (jamban sehat) pada Tahun
2020 sebanyak 123.252 atau 94,1% dari jumlah KK yang ada sebesar 130.949,
artinya sebanyak 5,9% penduduk tidak mempunyai akses sanitasi yang layak.
Jenis sarana jamban yang digunakan di Kabupaten Sumbawa Tahun 2020
seperti:
1. Sharing/komunal dengan jumlah sarana sebanyak 952 penduduk pengguna
sebanyak 16.436.
2. Jamban sehat semi permanen (JSSP) jumlah sarana sebanyak 2.094 dengan
jumlah penduduk pengguna 100%.
3. Jamban sehat permanen (JSP) jumlah sarana sebanyak 104.720 atau 100%
dari jumlah penduduk pengguna. lihat pada lampiran tabel 73.
Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 79
Adapun cakupan sanitasi (jamban sehat) di Kabupaten Sumbawa Tahun
2020 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar VII.1
Cakupan Sanitasi di Kab. Sumbawa Tahun 2020

Sumber: Seksi Penyehatan Lingkungan Bidang P3PL Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa

Gambar VII.1 menunjukkan bahwa cakupan sanitasi (jamban sehat) di


Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 meningkat bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku masyarakat khususnya di
Kabupaten Sumbawa terkait pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat telah
ditunjukkan dengan meningkatnya cakupan ketersediaan sanitasi (jamban
sehat).

VII.3 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)


Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) bertujuan untuk
menyadarkan masyarakat pentingnya berbudaya hidup bersih, mengubah
perilaku masyarakat dengan menitik beratkan pemberdayaan masyarakat.
Program STBM telah dimulai sejak tahun 2006, kemudian pada tahun 2008
dikeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Strategi Nasional Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat. Lima pilar dalam STBM yang menjadi tujuan
penerapan program di pedesaan yaitu tidak buang air besar sembarangan,
mencuci tangan memakai sabun, mengelola air minum dan makanan di rumah

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 80


tangga, mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman serta pengelolaan
sampah.
Di Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 dengan jumlah desa 165 desa yang
melaksanakan STBM 100%. Desa dengan stop buang air besar sembarang (SBS)
sebanyak 92 desa atau 55,8% dari desa yang ada di Kabupaten Sumbawa,
sedangkan desa STBM yang sudah ditetapkan sebagai desa STBM ada 20 Desa
sesuai surat keputusan dari pemerintah setempat khusus di Kabupaten Sumbawa
Tahun 2020. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran tabel 74.

VII.4 Tempat-Tempat Umum


Tempat-tempat umum (TTU) memiliki potensi sebagai tempat terjadinya
penularan penyakit, pencemaran lingkungan ataupun gangguan kesehatan
lainnya. Pengawasan atau pemeriksaan sanitasi terhadap TTU dilakukan untuk
mewujudkan lingkungan TTU yang bersih guna melindungi kesehatan
masyarakat dari kemungkinan penularan penyakit dan gangguan kesehatan
lainnya. Sanitasi TTU harus memenuhi persyaratan kesehatan dalam arti
melindungi, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Hasil inspeksi sanitasi Tahun 2020 di Kabupaten Sumbawa diperoleh hasil
bahwa jumlah TTU yang ada sebanyak 1.374 dan yang memenuhi syarat
kesehatan sebanyak 68,92%. Berarti sebanyak 31,08% TTU yang tidak
memenuhi syarat kesehatan. Kondisi ini mengkhawatirkan mengingat di sarana
TTU banyak masyarakat berkumpul seperti Sekolah, Sarana Kesehatan seperti
RSU dan Puskesmas, tempat ibadah dan termasuk pasar. Data selengkapnya
dapat dilihat dari lampiran tabel 75.

VII.5 Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)


Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap makanan yang
disediakan di luar rumah, maka produk-produk makanan yang disediakan oleh
perusahaan atau perorangan yang bergerak dalam usaha penyediaan makanan
untuk kepentingan umum, haruslah terjamin kesehatan dan keselamatannya. Hal
ini hanya dapat terwujud bila ditunjang dengan keadaan hygiene dan sanitasi

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 81


Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang baik dan dipelihara secara bersama
oleh pengusaha dan masyarakat.
TPM yang dimaksud meliputi jasaboga atau catering, rumah makan dan
restoran, depot air minum (DAM), industri makanan, kantin, warung dan
makanan jajanan dan sebagainya.
Sebagai salah satu jenis tempat pelayanan umum yang mengolah dan
menyediakan makanan bagi masyarakat banyak, maka TPM memiliki potensi
yang cukup besar untuk menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit
bahkan keracunan akibat dari makanan yang dihasilkannya. Dengan demikian
kualitas makanan yang dihasilkan, disajikan dan dijual oleh TPM harus memenuhi
syarat-syarat kesehatan.
Hasil inspeksi sanitasi Tahun 2020 di kabupaten Sumbawa diperoleh hasil
bahwa jumlah TPM yang ada sebanyak 589 TPM, sedangkan yang memenuhi
syarat hygiene sanitasi sebesar 413 atau 70,1% dari jumlah total TPM yang ada.
Cakupan TPM menurut status hygiene sanitasi di kabupaten Sumbawa dapat
dilihat pada lampiran tabel 76.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 82


DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat, Berita Resmi Statistik ,
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Sumbawa 2020, Sumbawa
Besar , Tahun 2021.

Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat, Statistik Pendidikan


Kabupaten Sumbawa 2020 , Sumbawa Besar , Tahun 2021.

Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat, Statistik Kesejahteraan


Rakyat Kabupaten Sumbawa 2020 , Sumbawa Besar, Tahun 2021.

Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat, Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia 2012, Sumbawa Besar , Tahun 2013.

BPS., Bappeda Kabupaten Sumbawa. (2021). Sumbawa Dalam Angka. Sumbawa


Besar.

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Pedoman Penyusunan Profil Kesehatan


Kabupaten / Kota. Jakarta

Dinas Kabupaten Sumbawa; (2020. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi


Pemerintah. S umbawa

Dinas Kesehatan Sumbawa; (2021). Standar Pelayanan Minimal (SPM) 2020.


Sumbawa

Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa; (2019). Renstra Dinas Kesehatan


Kabupaten Sumbawa Tahun 2020. Sumbawa.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 83


LAMPIRAN

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2020 | 84

Anda mungkin juga menyukai