Anda di halaman 1dari 7

Dalam dua kasus ini, komputer selam mencatat dan Temannya mengungkapkan hilangnya

kesadaran terjadi saat 15 m naik ke permukaan tanpa tanda - tanda panik atau gelisah. Kami
menyangkal dekompresi dan Arterial Gas Embolism (AGE) sebagai penyebab berdasarkan
karakteristik saat proses naik ke permukaan, lamanya, dan kedalaman penyelaman, masing-
masing. Selain itu, hasil analisis toksikologis memungkinkan kita untuk menolak perubahan
kesadaran dan / atau fungsi motorik diakibatkan obat, keracunan alkohol atau gas sebagai
penyebab. Dalam kasus ini, kita harus selalu mengevaluasi faktor predisposisi potensial yang
dapat bertindak sebagai pemicu atau agen yang dapat melumpuhkan, seperti henti sirkulasi
(kehilangan aliran listrik konduksi atau fibrilasi ventrikel) atau kehilangan kesadaran karena
alasan lain (penyakit jantung iskemik, seperti sindrom QT memanjang, dll). Melakukan studi
genetik perlu dipertimbangkan dalam kasus-kasus seperti ini [15], seperti yang dilakukan
dalam kasus lain ketika kematian mendadak terjadi saat berolahraga [24].

Selain itu, alkohol dan obat-obatan tertentu dapat menyebabkan interval QT memanjang dan,
bila dikombinasikan dengan menahan napas panjang saat berenang, sangat mungkin memicu
aritmia dan mempercepat tenggelam [25]. Contoh dari kasus ini ditemukan pada para korban
kasus 2 dan 17, di mana kematian terjadi karena tenggelam. Autopsi dan pemeriksaan
histologis mengidentifikasi penyakit kardiovaskular (aterosklerosis koroner dan hipertrofi
ventrikel kiri) sebagai agen yang melumpuhkan. Kami berhipotesis bahwa pemicunya adalah
pengerahan tenaga, mungkin karena berenang ke atas terlalu lama. Pada kasus 17, inspeksi
bawah laut menunjukkan orang yang meninggal telah kehilangan sirip selam kirinya (Gbr.4),
yang memperburuk situasinya.
Gambar 4. Inspeksi bawah laut pada korban kecelakaan scuba diving, menunjukkan
hilangnya sirip selam kiri

Selain tenggelam, kami mengamati dua penyebab kematian lainnya: proses penyakit alami dan
AGE (arterial gas embolism). Berkaitan proses penyakit alami, hasil kami menunjukkan
bahwa penyelam kasus 8, 10, 13, 19 dan 25 meninggal karena penyakit internal, terutama
kardiovaskular. Korban kasus 8, 10, 13 dan 19 adalah laki-laki dengan usia rata-rata 64,4 tahun
dan indeks massa tubuh yang besar. Mereka meninggal karena infark miokard akut, dan kami
berhipotesis pengerahan tenaga sebagai pemicu yang paling umum. Penjelasan yang mungkin
dari insiden ini adalah bahwa penyakit yang mendasari dapat tereksaserbasi saat menyelam
[26]. Bahkan, penulis lain menjelaskan faktor risiko penyakit kardiovaskular di kalangan
penyelam dewasa [27]; beberapa faktor ini (hipertensi, kolesterol tinggi) meningkat
prevalensinya seiring bertambahnya usia. Namun, di negara-negara Mediterania, telah terjadi
peningkatan kematian penyelam berusia menengah atau lanjut selama penyelaman normal
tanpa faktor jelas lainnya yang dapat menjadi penyebab kematian tersebut [7]. Inilah yang
terjadi pada korban kasus 25, yang juga berusia 60 tahun, dan meninggal dunia di permukaan
saat sedang berenang (olahraga sedang) dan belum menyelam. Meskipun pemeriksaan otopsi
internal menunjukkan berat gabungan kedua parunya lebih dari 1 kg, hal ini tidak menunjukkan
bukti definitif dari tenggelam [28]; Selain itu, tes khusus untuk tenggelam (diatom dan
strontium) membuahkan hasil negatif. Kami juga tidak menemukan kelainan jantung yang
dapat diidentifikasi sebagai penyebab kematian. Dalam hal ini, meskipun aritmia sering
dijadikan diagnosis banding pada kematian mendadak [19], berdasarkan data dari studi lain,
kami berhipotesis kematian mendadak yang berasal dari penyakit nonkardiologis yang cocok
adalah edema paru akibat menyelam [7, 19, 29].
Arterial Gas Embolism yang terjadi setelah barotrauma paru (PBt / AGE) terdeteksi sebagai
penyebab penting kematian. Kasus 1, 3–5, 14, 15, 19, 22 dan 24 memiliki riwayat kuat PBt /
AGE pada laporan teknis mereka, yang dijelaskan sebagai kenaikan yang cepat diikuti oleh
hilangnya kesadaran segera setelah menyelam. Dalam kasus 1, 3–5, 14, 22 dan 24, hasil otopsi
menunjukkan adanya volume udara intravaskular yang besar, yang merupakan khas dari AGE
[3, 17]. Namun, kami hanya mengobservasi udara yang diamati dalam arteri serebral dalam
kasus 14, 22 dan 24. Penjelasan yang mungkin untuk ini adalah gelembung telah bergerak
melampaui pembuluh darah sentral atau circulus Willis dan merusak end organs, menghasilkan
redistribusi gas dalam tubuh, atau ahli patologi gagal mengamati jumlah gas karena kurangnya
pengalaman atau penggunaan teknik yang tidak tepat. Untuk alasan ini, kami menyarankan,
untuk mendukung diagnosis, bila memungkinkan, pencitraan postmortem dan teknik lain
seperti yang dijelaskan dalam Casadesús dkk. harus dilakukan [30]. Untuk kasus-kasus tersebut
di atas, kami menetapkan AGE sebagai penyebab kematian, dan naik ke permukaan dengan
kecepatan tinggi sebagai agen yang melumpuhkan.

Sebagai kesimpulan, kami menyajikan studi representatif dari kematian terkait menyelam,
membangun hubungan sebab akibat atau hubungan langsung antara laporan teknis polisi dan
temuan patologis menggunakan analisis urutan. Tugas ini dilakukan oleh tim yang teridiri dari
berbagai ilmu multidisiplin dan menyediakan informasi cukup, temuan patologis, bukti-bukti
demi kualitas investigasi yang bagus. Selain itu kami percaya bahwa ahli patologi forensik
tidak hanya memecahkan pertanyaan berkaitan medikolegal yang timbul di tengah-tengah
investigasi, tetapi juga menggunakan infomasi klinis dan statistik untuk menghindari kejadian
yang serupa di masa akan datang. Karena itu, kami berharap data yang disediakan dalam
penelitian ini dapat membantu menghindari perilaku yang tidak aman dan mencegah
kecelakaan saat menyelam agar tidak terjadi di masa depan

Poin-poin penting

1. Penyelidikan yang berkualitas atas kematian terkait penyelaman membutuhkan tim


multidisiplin.

2. Menganalisis urutan kejadian yang menyebabkan kematian membantu mengklarifikasi


underlying problem dalam kecelakaan fatal pada penyelam
3. Meskipun tenggelam menjadi penyebab kematian paling umum dalam kematian akibat
menyelam, diagnosis banding tetap perlu dipertimbangkan.

4. Jika mungkin, faktor-faktor risiko harus diperhatikan untuk menghindari perilaku tidak
aman dalam menyelam di masa depan

Ucapan Terima Kasih

Kami berterima kasih kepada rekan kerja dan staf teknis di Institut Kedokteran Hukum dan
Ilmu Forensik untuk kontribusi dan bantuan mereka selama otopsi. Penulis juga berterima kasih
pada i2e3 Biomedical Research Institute atas suntingan versi final naskah ini dan Badan
Manajemen Universitas dan Penelitian Grants-AGAUR, Generalitat of Catalonia atas
dukungannya (Nomor hibah 2017 SGR 1279).

Penyesuaian dengan etika standar

Konflik kepentingan : Tidak ada.

Persetujuan etis : Semua prosedur dilakukan dalam studi yang melibatkan


manusia. Peserta sesuai dengan standar etika Komite Penelitian Institusional dan Deklarasi
Helsinki 1964

REFERENSI

1. Casadesús JM, Aguirre F. Estudio de las muertes durante la práctica de buceo. In: Delgado
S, Bandrés F, Lucena J, editors. Tratado de Medicina Legal y Ciencias Forenses III.
Patología y Biología. Forense. Barcelona: Bosch; 2011. pp. 691–711.

2. Buzzacott P, editor. DAN annual diving report, 2016 Edition: a report on 2014 data on diving
fatalities, injuries, and incidents. Durham (NC): divers alert Network; 2016.
http://www.ncbi.nlm. nih.gov/books/NBK424394/. Accessed 11 Dec 2018.

3. Edmonds C, Caruso J. Recent modifications to the investigation of diving related deaths.


Forensic Sci Med Pathol. 2014;10:83–90.
4. Ihama Y, Miyazaki T, Fuke C, Mukai T, Ohno Y, Sato Y. Scubadiving related deaths in
Okinawa, Japan, from 1982 to 2007. Leg Med (Tokyo). 2008;10:119–24.

5. Vinkel J, Bak P, Hyldegaard O. Danish diving-related fatalities 1999-2012. Diving Hyperb


Med. 2016;46:142–9.

6. Shreeves K, Buzzacott P, Hornsby A, Caney M. Violations of safe diving practices among


122 diver fatalities. Int Marit Health. 2018;69:94–8.

7. Desola J. Sudden death of non-cardiological origin during exercise. The dysbarism model.
Med Clin (Barc). 2017;148:566–8.

8. Smith N. Scuba diving: how high the risk? J Insur Med. 1995;27:15–24.

9. Buzzacott P, editor. DAN annual diving report, 2017 edition: a report on 2015 diving
fatalities, injuries, and incidents. Durham (NC): divers alert Network; 2017.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ books/NBK487739/. Accessed 11 Dec 2018.

10. Busuttil A, Obafunwa J. A review of the forensic investigation of scuba diving deaths. Sci
Justice. 1995;35:87–95.

11. Craig L, Nelson MD. Expert panel review of investigation and autopsy findings. In:
Denoble PJ, editor. Medical examination of diving fatalities symposium proceedings.
Durham: Divers Alert Network; 2015. p. 62–4.

12. Aquila I, Pepe F, Manno M, Frati P, Gratteri S, Fineschi V, et al. Scuba diving death:
always due to drowning? Two forensic cases and a review of the literature. Med Leg J.
2018;86:49–51.

13. Robert G, Teather CV. Scuba fatality-accident investigation. In: Robert G, Teather CV,
editors. Encyclopedia of underwater investigations. 2nd ed. Palm Beach Gardens: Best
Publishing Company; 2013. p. 303–77.

14. Wheen LC, Williams MP. Post-mortems in recreational scuba diver deaths: the utility of
radiology. J Forensic Legal Med. 2009;16:273–6.

15. Bonastre MV, Casadesús JM, Crespo S, Martínez H, Martínez M, Subirana M, et al. Death
in water. In: Castellà J, Marrón MT, Recio I, editors. Specific recommendations for the
unification of judicial autopsies at the Institute of Legal Medicine of Catalonia. Barcelona:
CEJFE, Generalitat de Catalunya; 2013. p. 63–7.
16. Denoble PJ, Caruso JL, Dear G de L, Pieper CF, Vann RD. Common causes of open-circuit
recreational diving fatalities. Undersea Hyperb Med. 2008;35:393–406.

17. Lawrence C, Cooke C. Autopsy and the investigation of scuba diving fatalities. Diving
Hyperb Med. 2006;36:2–8.

18. Caruso JL, Appendix F. Autopsy protocol for recreational scuba diving fatality. In: Vann
RD, LangMA, editors. Recreational diving fatalities workshop proceedings. Durham:
Divers Alert Network; 2011. p. 277–9.

19. Vinkel J, Bak P, Juel Thiis Knudsen P, Hyldegaard O. Forensic case reports presenting
immersion pulmonary edema as a differential diagnosis in fatal diving accidents. J Forensic
Sci. 2018;63:299–304.

20. Buzzacott P, Nelson C, Hill K,Hires L. Recovery of deceased scuba divers from within
flooded subterranean caves. Forensic Sci Int. 2017;275:167–70.

21. Haynes P. Increasing the probability of surviving loss of consciousness underwater when
using a rebreather. Diving Hyperb Med. 2016;46:253–9.

22. Fock AW. Analysis of recreational closed-circuit rebreather deaths 1998-2010. Diving
Hyperb Med. 2013;43:78–85.

23. MorganWP. Anxiety and panic in recreational scuba divers. Sports Med. 1995;20:398–421.

24. Narayanan K, Bougouin W, Sharifzadehgan A, Waldmann V, Karam N, Marijon E, et al.


Sudden cardiac death during sports activities in the general population. Card Electrophysiol
Clin. 2017;9:559–67.

25. Vincenzi FF. Drug-induced long QTsyndrome increases the risk of drowning. Med
Hypotheses. 2016;87:11–3.

26. Obafunwa JO, Purdue B, Busuttil A. Endomyocardial fibrosis in a scuba diving death. J
Forensic Sci. 1993;38:1215–21.

27. Buzzacott P, Edelson C, Bennett CM, Denoble PJ. Risk factors for cardiovascular disease
among active adult US scuba divers. Eur J Prev Cardiol. 2018;25:1406–8.

28. Zhu BL, Quan L, Li DR, Taniguchi M, Kamikodai Y, Tsuda K, et al. Postmortem lung
weight in drownings: a comparison with acute asphyxiation and cardiac death. Leg Med
(Tokyo). 2003;5: 20–6.
29. Edmonds C, Lippmann J, Lockley S, Wolfers D. Scuba divers’ pulmonary oedema:
recurrences and fatalities. Diving Hyperb Med. 2012;42:40–4.

30. Casadesús JM, Aguirre F, Carrera A, Boadas-Vaello P, Serrando MT, Reina F. Diagnosis
of arterial gas embolism in SCUBA diving: modification suggestion of autopsy techniques
and experience in eight cases. Forensic Sci Med Pathol. 2018;14:18–25.

Anda mungkin juga menyukai