SEORANG PRIA 68
TAHUN DENGAN
STEMI
Oleh:
M Fakhri, Windy, Maul, Akmalia, Rizka, Zahra
Pembimbing:
dr. Wulandari
2
KELUHAN UTAMA
Nyeri dada sejak 5 jam SMRS
4
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
PENYAKIT KETERANGAN
Riwayat penyakit serupa disangkal
Riwayat darah tinggi disangkal
Riwayat sakit gula disangkal
Riwayat sakit kuning disangkal
Riwayat sakit jantung disangkal
Riwayat keganasan disangkal
Riwayat alergi disangkal
5
RIWAYAT KEBIASAAN
6
RIWAYAT GIZI
Sebelum sakit pasien makan 3 kali sehari dengan porsi 1 piring nasi
dengan lauk dan sayur-sayuran. Pasien mengaku sering makan
makanan berlemak.
7
PEMERIKSAAN FISIK
10
COR
11
PULMO ANTERIOR
Inspeksi
- Statis : Normochest, simetris, sela iga
tidak melebar, iga tidak mendatar
- Dinamis : Pengembangan dada simetris
kanan = kiri, sela iga tidak melebar, retraksi intercostal (-)
Palpasi
- Statis : Simetris
- Dinamis : Pergerakan kanan = kiri, fremitus
raba kanan = kiri
Perkusi
- Kanan : sonor
- Kiri : sonor
Auskultasi
- Kanan : Suara dasar vesikuler normal,
suara tambahan: wheezing (-), ronkhi basah kasar (-), ronkhi basah
halus (-), krepitasi (-)
- Kiri : Suara dasar vesikuler normal,
suara tambahan: wheezing (-), ronkhi basah kasar (-), ronkhi basah
halus (-), krepitasi (-)
12
PULMO POSTERIOR
Inspeksi
- Statis : Normochest, simetris, sela iga
tidak melebar, iga tidak mendatar
- Dinamis : Pengembangan dada simetris
kanan=kiri, sela iga tidak melebar, retraksi intercostal (-)
Palpasi
- Statis : Simetris
- Dinamis : Pergerakan kanan = kiri, fremitus
raba kanan =kiri
Perkusi
- Kanan : sonor
- Kiri : sonor
- Peranjakan diafragma (-)
Auskultasi
- Kanan : Suara dasar vesikuler, suara
tambahan: wheezing (-), ronkhi basah kasar (-), ronkhi basah halus (-),
krepitasi (-)
- Kiri : Suara dasar vesikuler, suara
tambahan: wheezing (-), ronkhi basah kasar (-), ronkhi basah halus13 (-),
krepitasi (-)
ABDOMEN
Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding dada, sikatriks (-), striae (-),
caput medusae (-), darm countour (-), darm steifung (-)
Auskultasi: Bising usus (+) normal, bruit hepar (-), metalic sound (-)
Perkusi : timpani, undulasi (-), pekak alih (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
14
EKSTREMITAS
15
PEMERIKSAAN PENUNJANG
16
PEMERIKSAAN PENUNJANG
17
18
PEMERIKSAAN PENUNJANG
19
PEMERIKSAAN PENUNJANG
20
DIAGNOSIS ATAU PROBLEM
21
TATALAKSANA
22
TINJAUAN
PUSTAKA
ACUTE
CORONARY
SYNDROME
TAHAP PERKEMBANGAN PLAK ATEROSKLEROSIS
GAMBARAN PATOFISIOLOGI PADA ANGINA
Complications of MI :
1.Cardiac arrhythmias and sudden death (usually within 24 hours of MI)
2.Congestive heart failure or ventricular dysfunction
3.Cardiogenic shock
4.Deep venous thrombosis and pulmonary embolism
5.Pericarditis (Dressler’s syndrome)
6.Rupture of papillary muscle
7.Rupture of ventricular septum
8.Rupture of cardiac wall
9.Systemic arterial embolism
10.Ventricular aneurysm
General Guidelines to Differentiate Chest Pain of
Myocardial Infarction, Unstable and Chronic Stable
Angina
Chest Pain Myocardial infarction Unstable AnginaChronic Stable Angina
Pasien STEMI yang tidak mendapat terapi reperfusi, dapat diberikan terapi
antikoagulan (regimen non-UFH) selama rawat inap, hingga maksimum 8 hari
pemberian
2. Pemberian penghambat reseptor ADP dilanjutkan selama 12 bulan kecuali bila risiko perdarahan tinggi
3. Statin dosis tinggi diberikan sejak awal dengan tujuan menurunkan kolesterol LDL <70 mg/dL
4. Penyekat beta disarankan untuk pasien dengan penurunan fungsi sistolik ventrikel kiri (LVEF ≤40%)
5. ACE-I diberikan dalam 24 jam pada semua pasien dengan LVEF ≤40% dan yang menderita gagal
jantung, diabetes, hipertensi, atau PGK, kecuali dikontraindikasikan
6. ACE-I juga disarankan untuk pasien lainnya untuk mencegah berulangnya kejadian iskemik, dengan
memilih agen dan dosis yang telah terbukti efikasinya
7. ARB dapat diberikan pada pasien dengan intoleransi ACE-I, dengan memilih agen dan dosis yang telah
terbukti efikasinya
8. Antagonis aldosteron disarankan pada pasien setelah MI yang sudah mendapatkan ACE-I dan
penyekat beta dengan LVEF ≤35% dengan diabetes atau gagal jantung, apabila tidak ada disfungsi ginjal
yang bermakna (kreatinin serum >2,5 mg/dL pada pria dan >2 mg/dL pada wanita) atau hiperkalemia