Anda di halaman 1dari 74

TUTORIAL KLINIK

SEORANG PRIA 68
TAHUN DENGAN
STEMI

Oleh:
M Fakhri, Windy, Maul, Akmalia, Rizka, Zahra

Pembimbing:
dr. Wulandari

STASE TERINTEGRASI RS UNS


1 FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RS UNS
SURAKARTA
 IDENTITAS
Nama : Tn. M
No. RM : 03xxxx
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 54 tahun
Alamat : Sukoharjo
Agama : Islam
Status : Menikah
Tanggal masuk RS : 4 Januari 2020
Tanggal dikasuskan : 5 Januari 2020

2
 KELUHAN UTAMA
Nyeri dada sejak 5 jam SMRS

 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien merupakan rujukan puskesmas weru. Pasien datang dengan


keluhan nyeri dada sejak 5 jam SMRS. Nyeri dada dirasakan terutama di
sebelah kiri yang tembus hingga ke belakang punggung. Nyeri dirasa ampeg
seperti tertimpa benda berat, terus-menerus, dan tak membaik dengan
istirahat. Nyeri bertambah ketika aktivitas. Selain itu, pasien juga mengeluh
dada terasa ampeg dan sesak serta merasa nggliyer. Keluhan mual, muntah
disangkal. BAB dan BAK tak ada keluhan.
3
 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
PENYAKIT KETERANGAN
Riwayat keluhan serupa disangkal
Riwayat mondok disangkal
Riwayat sakit jantung (-)
Riwayat darah tinggi (-)
Riwayat sakit gula disangkal
Riwayat asma disangkal
Riwayat sakit ginjal disangkal
Riwayat alergi obat disangkal
Riwayat alergi makanan disangkal

4
 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
PENYAKIT KETERANGAN
Riwayat penyakit serupa disangkal
Riwayat darah tinggi disangkal
Riwayat sakit gula disangkal
Riwayat sakit kuning disangkal
Riwayat sakit jantung disangkal
Riwayat keganasan disangkal
Riwayat alergi disangkal

5
 RIWAYAT KEBIASAAN

Makan : Pasien mengaku makan 3 kali sehari dengan nasi,


lauk-pauk, dan sayur. Pasien mengaku sering makan
makanan berlemak
Merokok : Sejak lebih dari 20 tahun sebanyak 2 bungkus per 3
hari
Alkohol : Disangkal
Olahraga : Jarang
Lain : Pasien mengaku lebih nyaman tidur dengan 3
bantal

6
 RIWAYAT GIZI

Sebelum sakit pasien makan 3 kali sehari dengan porsi 1 piring nasi
dengan lauk dan sayur-sayuran. Pasien mengaku sering makan
makanan berlemak.

 RIWAYAT SOSIAL EKONOMI

Pasien berobat menggunakan BPJS.

7
 PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum Tanda Vital


Tampak sakit berat, Tensi: 95/60 mmHg
compos mentis, GCS Nadi : 51 kali /menit
E4V5M6, kesan gizi RR : 22 kali /menit
cukup Suhu : 36,7 0 C aksiler
SpO2 : 98% NK 3 lpm
8
 PEMERIKSAAN FISIK

Bentuk mesocephal, rambut warna


Mata cekung (-/-), konjungtiva hitam, mudah rontok (-), luka (-)
anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
pupil isokor dengan diameter (3
mm/3 mm), reflek cahaya (+/+)

Sekret (-/-), darah (-/-),


nyeri tekan mastoid (-),
Nafas cuping hidung (-),
nyeri tekan tragus (-)
sekret (-), darah (-)

Mukosa bibir basah (+),


sianosis (-), papil lidah atrofi
(-), gusi berdarah (-), dinding JVP R+2 cm H2O, trakea ditengah,
faring hiperemis (-), tonsil T1-
simetris, pembesaran kelenjar
T1, hiperemis (-)
getah bening (-), kelenjar tiroid
teraba membesar (-) 9
THORAX

Bentuk normochest, simetris, pengembangan


dada kanan=kiri, retraksi intercostal (-),
pernafasan abdominothorakal, sela iga
melebar(-), pembesaran kelenjar getah bening
axilla (-/-), spider naevi (-)

10
COR

Inspeksi : Iktus kordis tak tampak


Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat, teraba di SIC V Linea
Midclavicularis Sinistra
Perkusi : Pinggang jantung di SIC II Linea Parasternalis Sinistra
Batas jantung kiri bawah di SIC V Linea Midclavicularis Sinistra
Batas jantung kanan bawah di SIC V Linea Parasternalis Dekstra
Batas jantung kesan normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II ireguler, bising (-), gallop (-).

11
PULMO ANTERIOR
 Inspeksi
- Statis : Normochest, simetris, sela iga
tidak melebar, iga tidak mendatar
- Dinamis : Pengembangan dada simetris
kanan = kiri, sela iga tidak melebar, retraksi intercostal (-)
 Palpasi
- Statis : Simetris
- Dinamis : Pergerakan kanan = kiri, fremitus
raba kanan = kiri
 Perkusi
- Kanan : sonor
- Kiri : sonor
 Auskultasi
- Kanan : Suara dasar vesikuler normal,
suara tambahan: wheezing (-), ronkhi basah kasar (-), ronkhi basah
halus (-), krepitasi (-)
- Kiri : Suara dasar vesikuler normal,
suara tambahan: wheezing (-), ronkhi basah kasar (-), ronkhi basah
halus (-), krepitasi (-)
12
PULMO POSTERIOR
 Inspeksi
- Statis : Normochest, simetris, sela iga
tidak melebar, iga tidak mendatar
- Dinamis : Pengembangan dada simetris
kanan=kiri, sela iga tidak melebar, retraksi intercostal (-)
 Palpasi
- Statis : Simetris
- Dinamis : Pergerakan kanan = kiri, fremitus
raba kanan =kiri
 Perkusi
- Kanan : sonor
- Kiri : sonor
- Peranjakan diafragma (-)
 Auskultasi
- Kanan : Suara dasar vesikuler, suara
tambahan: wheezing (-), ronkhi basah kasar (-), ronkhi basah halus (-),
krepitasi (-)
- Kiri : Suara dasar vesikuler, suara
tambahan: wheezing (-), ronkhi basah kasar (-), ronkhi basah halus13 (-),
krepitasi (-)
ABDOMEN

Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding dada, sikatriks (-), striae (-),
caput medusae (-), darm countour (-), darm steifung (-)
Auskultasi: Bising usus (+) normal, bruit hepar (-), metalic sound (-)
Perkusi : timpani, undulasi (-), pekak alih (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar

14
EKSTREMITAS

Superior Ka/Ki : Inferior Ka/Ki :


Tidak ada keterbatasan ROM Tidak ada keterbatasan ROM
Akral dingin (+/+) Akral dingin (-/-)
Edema (-/-) Edema (-/-)
Pucat (-/-) Pucat (-/-)
Clubbing finger (-/-) Clubbing finger (-/-)

15
 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan EKG (4 Februari2020-IGD)


Atrial Fibrilasi dengan ventricular response 50x bpm, Normo Axis, ST
Elevasi di II III aVF ST Depresi di aVL (Stemi Inferior)

16
 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan EKG (4 Februari 2020-IGD)

17
18
 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan lab darah (4 Februari 2020-IGD)

19
 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan lab darah (4 Februari 2020-IGD)

20
 DIAGNOSIS ATAU PROBLEM

Diagnosis etiologi : Penyakit Jantung Koroner,


Diagnosis anatomi : oklusi RCA
Diagnosis fungsional : STEMI inferior 6 jam tanpa fibrinolitik

21
 TATALAKSANA

1. Aspilet 320 mg loading, 80 mg/24 jam maintenance


2. Clopidogrel 300 mg loading, 75 mg/24 jam maintenance
3. Atorvastatin 80 mg/24 jam
4. Heparin bolus 60 IU/kgbb lanjut 12 IU/kgbb/jam
5. Ranitidine 50 mg/12 jam
6. Streptokinase 1.500.000 unit dalam d5% habis dalam 30 menit

22
TINJAUAN
PUSTAKA
ACUTE
CORONARY
SYNDROME
TAHAP PERKEMBANGAN PLAK ATEROSKLEROSIS
GAMBARAN PATOFISIOLOGI PADA ANGINA
Complications of MI :
1.Cardiac arrhythmias and sudden death (usually within 24 hours of MI)
2.Congestive heart failure or ventricular dysfunction
3.Cardiogenic shock
4.Deep venous thrombosis and pulmonary embolism
5.Pericarditis (Dressler’s syndrome)
6.Rupture of papillary muscle
7.Rupture of ventricular septum
8.Rupture of cardiac wall
9.Systemic arterial embolism
10.Ventricular aneurysm
General Guidelines to Differentiate Chest Pain of
Myocardial Infarction, Unstable and Chronic Stable
Angina
Chest Pain Myocardial infarction Unstable AnginaChronic Stable Angina

Severity Very severe Moderate severe Mild

Duration > 30 minutes 15 - 30 minutes < 15 minutes

Frequency Persistent pain Increasing frequency Stable, less frequent

Timing At restAt rest or with exertion With exertion

Relief With No Usually no yes


Nitroglycerine

Other anxiety, diaphoresis, Less than MI Less than MI


symptoms dyspnea, nausea
Ko-Terapi Antikoagulan STEMI

Pasien yang mendapat terapi reperfusi fibrinolisis, sebaiknya diberikan terapi


antikoagulan selama minimum 48 jam dan lebih baik selama rawat inap, hingga
maksimum 8 hari (dianjurkan regimen non UFH bila lama terapi lebih dari 48 jam
karena risiko heparin-induced thrombocytopenia dengan terapi UFH berkepanjangan

Pasien STEMI yang tidak mendapat terapi reperfusi, dapat diberikan terapi
antikoagulan (regimen non-UFH) selama rawat inap, hingga maksimum 8 hari
pemberian

Karena adanya risiko trombosis kateter, fondaparinuks tidak dianjurkan digunakan


sebagai antikoagulan tunggal pendukung IKP, sebaiknya ditambahkan antikoagulan
lain dengan aktivitas anti IIa
Secondary Prevention and Long Term Management

1. Aspirin diberikan seumur hidup, apabila dapat ditoleransi pasien.

2. Pemberian penghambat reseptor ADP dilanjutkan selama 12 bulan kecuali bila risiko perdarahan tinggi

3. Statin dosis tinggi diberikan sejak awal dengan tujuan menurunkan kolesterol LDL <70 mg/dL

4. Penyekat beta disarankan untuk pasien dengan penurunan fungsi sistolik ventrikel kiri (LVEF ≤40%)

5. ACE-I diberikan dalam 24 jam pada semua pasien dengan LVEF ≤40% dan yang menderita gagal
jantung, diabetes, hipertensi, atau PGK, kecuali dikontraindikasikan

6. ACE-I juga disarankan untuk pasien lainnya untuk mencegah berulangnya kejadian iskemik, dengan
memilih agen dan dosis yang telah terbukti efikasinya

7. ARB dapat diberikan pada pasien dengan intoleransi ACE-I, dengan memilih agen dan dosis yang telah
terbukti efikasinya

8. Antagonis aldosteron disarankan pada pasien setelah MI yang sudah mendapatkan ACE-I dan
penyekat beta dengan LVEF ≤35% dengan diabetes atau gagal jantung, apabila tidak ada disfungsi ginjal
yang bermakna (kreatinin serum >2,5 mg/dL pada pria dan >2 mg/dL pada wanita) atau hiperkalemia

©Bimbel UKDI MANTAP

Anda mungkin juga menyukai