Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


1.1.1. KONDISI SAAT INI
Kabupaten Labuhanbatu merupakan salah satu daerah yang berada di
Kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten
Labuhanbatu berada pada 10 41’ – 2044’ Lintang Utara dan 99033’ – 1000 22’
Bujur Timur dengan ketinggian 0 – 700 meter di atas permukaan laut.
Kabupaten Labuhanbatu menempati area seluas 2.561,38 Km².
Administrasi Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu terdiri dari 9
kecamatan, dan 98 desa/kelurahan defenitif dengan uraian 23 kelurahan dan
75 desa dengan jumlah penduduk 478.593 jiwa. Batas wilayah Kabupaten
Labuhanbatu sebagai berikut :
 Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu
Utara dan Selat Malaka
 Sebelah Timur : Berbatasan dengan Provinsi Riau.
 Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu
Selatan dan Padang Lawas Utara
 Sebelah Barat : Berbatasan Kabupaten Labuhanbatu Utara

Tabel 1.1.1
Luas Wilayah Kabupaten Labuhanbatu, Ibukota Kecamatan, dan Jarak
Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten

Jarak Ibukota
No Kecamatan Ibu Kota Luas (Km²) Kabupaten ke
Kecamatan Ibukota
Kecamatan (Km)
1 Bilah Barat Janji 202,98 6
2 Rantau Utara Rantauprapat 112,47 0
3 Rantau Selatan Sioldengan 64,32 0
4 Bilah Hulu Aek Nabara 293,23 19
5 Pangkatan Pangkatan 355,47 30
6 Bilah Hilir Negeri Lama 430,83 56
7 Panai Hulu Tj. Sarang Elang 276,31 91
8 Panai Tengah Labuhan Bilik 483,74 95
9 Panai Hilir0 Sei Berombang 342,03 101
Jumlah 2.561,38 -
Sumber : BPS Kabupaten Labuhanbatu

1
Seperti umumnya daerah-daerah lainnya yang berada di Kawasan
Sumatera Utara, Kabupaten Labuhanbatu termasuk daerah yang beriklim
tropis. Sehingga daerah ini memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan
musin hujan. Musim kemarau dan musim hujan biasanya ditandai dengan
sedikit banyaknya hari hujan dan volume curah hujan pada bulan terjadinya
musim.
1.1.2. KEPENDUDUKAN
Jumlah penduduk Kabupaten Labuhanbatu dari tahun ke tahun
cenderung mengalami peningkatan. Seperti yang terlihat pada Grafik 1.1 di
bawah ini.
Grafik 1.1.2
Trend Jumlah Penduduk Kabupaten Labuhanbatu
Tahun 2015-2017

Sumber : BPS Kabupaten Labuhanbatu

Berdasarkan trend jumlah penduduk seperti tersebut diatas, jumlah


penduduk Kabupaten Labuhanbatu semakin banyak seperti terlihat pada
Grafik 1.1.1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk mulai tahun 2015 sampai
dengan 2017 cenderung meningkat. Tahun 2015 jumlah penduduk sebesar
462.191 jiwa, sedangkan pada tahun 2017 terjadi peningkatan jumlah
penduduk menjadi 478.593 jiwa.
Kepadatan Penduduk Kabupaten Labuhanbatu tahun 2017 sebesar
187 jiwa/km2. Hal ini berarti bahwa setiap 1 km2 daerah Kabupaten
Labuhanbatu dihuni penduduk lebih kurang 187 jiwa.

2
Sementara itu, berdasarkan hasil Susenas 2007 menunjukkan
kepadatan penduduk Labuhanbatu sekitar 160 jiwa/km2. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa daerah Labuhanbatu dari tahun ke tahun semakin
padat. Kecamatan Rantau Selatan merupakan kecamatan yang paling padat
penduduknya yaitu 1.176 jiwa/km2. Untuk kecamatan dengan kepadatan
penduduk terkecil pada tahun 2017 adalah Kecamatan Panai Tengah yaitu
sebesar 82 jiwa/km2
1.1.3. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)
Sex Ratio adalah suatu angka yang menunjukkan perbandingan jenis
kelamin. Ratio ini merupakan perbandingan antara banyaknya penduduk
laki-laki dan perempuan di suatu daerah dalam waktu tertentu. Jika sex ratio
di atas 100, artinya jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari jumlah
penduduk perempuan di daerah tersebut dan dapat berarti pula tingkat
mortalitas penduduk laki-laki lebih rendah dari perempuan atau tingkat
kelahiran laki-laki lebih tinggi dari pada penduduk perempuan pada kurun
waktu tersebut.
Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Labuhanbatu tahun 2017
sebesar 102, yang artinya jumlah penduduk laki-laki dua persen lebih banyak
dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Nilai ini berarti bahwa setiap
100 perempuan terdapat 102 laki-laki. Rasio jenis kelamin terbesar pada usia
20-24 tahun yaitu sebesar 105 dan yang terkecil pada usia 70-74 tahun yaitu
sebesar 76.
Grafik 1.1.3
Jumlah Penduduk Kabupaten Labuhanbatu Menurut Jenis
Kelamin Tahun 2013-2017

Sumber : BPS Kabupaten Labuhanbatu

3
Pada Grafik 1.1.3 berdasarkan hasil estimasi dapat terlihat bahwa
jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk
perempuan. Pada tahun 2017, jumlah penduduk tertinggi di Kabupaten
Labuhanbatu terdapat di wilayah Puskesmas Sigambal dengan jumlah
penduduk sebesar 75.631 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah
terdapat di wilayah Puskesmas Sei Penggantungan dengan jumlah penduduk
sebesar 6.708 jiwa.

1.1.4. Struktur Umur dan Angka Beban Ketergantungan

Suatu daerah atau negara dikatakan memiliki struktur umur muda,


apabila kelompok penduduk yang berusia 15 tahun ke bawah jumlahnya
besar (lebih dari 35 persen), sedangkan besarnya jumlah penduduk usia 65
tahun ke atas ± 2,67 persen. Sebaliknya suatu daerah dikatakan memiliki
struktur umur tua, apabila kelompok penduduk yang berumur 15 tahun ke
bawah jumlahnya kecil (kurang dari 35 persen dari seluruh penduduk) dan
persentase penduduk di atas 65 tahun sekitar 15 persen

Grafik 1.1.4
Piramida Penduduk Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2017

Sumber : BPS Kabupaten Labuhanbatu

4
Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat digambarkan
dalam bentuk piramida penduduk. Berdasarkan estimasi jumlah penduduk
yang telah dilakukan dapat disusun sebuah piramida penduduk tahun 2017.
Dasar piramida menunjukkan jumlah penduduk, bagian piramida kiri
menunjukkan jumlah penduduk perempuan dan bagian penduduk kanan
menunjukkan jumlah laki-laki.
Pada Grafik 1.1.4 ditunjukkan bahwa struktur penduduk di Kabupaten
Labuhanbatu termasuk struktur penduduk muda, hal ini dapat diketahui dari
banyaknya jumlah penduduk usia muda (umur 0-14 tahun) yang masih
tinggi, karena jumlah kelahiran yang masih tinggi. Sedangkan angka harapan
hidup masih rendah ditandai dengan menurunnya jumlah penduduk usia tua,
untuk laki-laki dan perempuan.
1.2. TENAGA KESEHATAN
Salah satu unsur yang berperan dalam percepatan pembangunan
kesehatan adalah tenaga kesehatan yang bertugas di sarana pelayanan
kesehatan di masyarakat. Tenaga kesehatan menjadi salah satu faktor yang
sangat penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Pelayanan
kesehatan yang berkualitas harus didukung oleh sumberdaya manusia yang
berkualitas disamping ketersediaan sumberdaya yang lain. Hal yang sangat
penting diperhatikan dalam pengadaan sumberdaya manusia adalah jumlah,
jenis, persebaran/ distribusi tenaga kesehatan dan rasionya terhadap jumlah
penduduk.
Grafik 1.2
Rasio Tenaga Kesehatan Terhadap Penduduk di Kabupaten
Labuhanbatu Tahun 2016

Sumber : Subbag Hukum, Kepegawaian dan Umum Dinkes Kab.Labuhanbatu

5
Dari grafik 1.2 dapat diketahui bahwa, ada terjadi peningkatan dan
penurunan jumlah tenaga dan rasio terhadap jumlah penduduk. Sehingga masih
perlu upaya peningkatan terutama dalam pengambilan keputusan perihal
perekrutan tenaga kesehatan, untuk pemerataan dan peningkatan pelayanan
kesehatan di Kabupaten Labuhanbatu.

1.2.1 . Persebaran SDM Kesehatan


Indikator tenaga kesehatan adalah Rasio Tenaga Kesehatan dengan
jumlah penduduk. Masalah serius dalam tenaga kesehatan adalah mengenai
jumlah, distribusi, mutu dan ketidak seimbangan produksi dan penyerapan
serta inefektifvitas dan inefisiensi dalam menanggulangi masalah kesehatan.
Sampai dengan saat ini rasio tenaga kesehatan masih belum
memenuhi terget yang telah ditetapkan dan variasinya antar Puskesmas
masih signifikan. Berdasarkan data, sampai akhir tahun 2016, tenaga
kesehatan yang bekerja di institusi pelayanan kesehatan pemerintah (Dinkes,
RSUD, UPT Dinkes (Puskesmas) adalah sebanyak 1.249 orang dengan
proporsi terbesar adalah bidan 418 orang (33,47%), diikuti dengan perawat
384 orang (30,74%). Sedangkan tenaga kesehatan yang bekerja di sarana
kesehatan swasta adalah sebanyak 209 orang yang tersebar di RSU Swasta
dan sarana kesehatan lain, dengan proporsi terbesar adalah perawat
sebanyak 76 orang (36,36%). Berikut disajikan grafik persebaran jumlah
tenaga kesehatan berdasarkan unit kerja dan grafik rasio tenaga kesehatan
tahun 2016.
Grafik 1.2.1
Persebaran Tenaga Kesehatan Berdasarkan Unit Kerja
Tahun 2016

Sumber: Subbag Hukum, Kepegawaian dan Umum Dinkes Kab.Labuhanbatu

6
Dari grafik 1.2.1. dapat diketahui bahwa pada tahun 2016, ada terjadi
peningkatan dan penurunan jumlah tenaga dan rasio terhadap jumlah
penduduknya jika dibandingkan dengan tahun 2015. Sehingga masih perlu
upaya peningkatan terutama dalam pengambilan keputusan perihal
perekrutan tenaga kesehatan, untuk pemerataan dan peningkatan pelayanan
kesehatan di Kabupaten Labuhanbatu.

1.2.2. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat


Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan
sumber daya yang ada di masyarakat. Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) salah satu diantaranya adalah posyandu (Pos Pelayanan
Terpadu).
Kegiatan Posyandu disamping menggambarkan tingkat kemandirian
dan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan, juga menggambarkan
kepedulian (perilaku) masyarakat akan pentingnya menjaga dan memelihara
kesehatan.
Ada empat kriteria penggolongan posyandu yang dilihat berdasarkan
jumlah kader, frekuensi kegiatan selama setahun, pencapaian kegiatan, dan
adanya program tambahan selain program dasar, antara lain :
1. Posyandu Pratama : jumlah kader <5 orang; frekuansi kegiatan 8
kali/tahun
2. Posyandu Madya : jumlah kader 5 orang; frekuansi kegiatan 12
kali/tahun, cakupan program dasar <50%.
3. Poyandu Purnama : jumlah kader 5 orang; frekuensi kegiatan 12
kali/tahun, cakupan 5 program dasar >50%;
ada program tambahan, misalnya program
kesehatan gigi dan mulut.
4. Posyandu Mandiri : jumlah kader 5 orang; frekuensi kegiatan 12
kali/tahun cakupan program dasar 50%; ada
program tambahan; ada dana sehat/dana
bersumber dari swadaya masyarakat.

7
Untuk Kabupaten Labuhanbatu tahun 2016 dari 540 unit posyandu
yang ada, persentase posyandu aktif 90,56% tergolong kedalam posyandu
purnama dan mandiri Selengkapnya dapat dilihat pada grafik 1.2.2 dan 1.2.3.
berikut ini.
Grafik 1.2.2
Starta Posyandu di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2012 - 2016

Sumber : Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesmas


Sumber : Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat

Posyandu aktif merupakan posyandu yang melaksanakan kegiatan hari


buka dengan frekuensi lebih dari 8 kali pertahun, rata-rata jumlah kader
yang bertugas 5 orang ataulebih, cakupan utama (KIA, KB, Gizi, imunisasi dan
penanggulangan diare) lebih dari 50% dan sudah ada satu atau lebih
program tambahan, serta cakupan dan sehat 50%. Selengkapnya dapat
dilihat pada grafik 1.2.1. berikut ini.
Grafik 1.2.3.
Persentase Posyandu Aktif di Labuhanbatu Tahun 2012-2016

Sumber :Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesmas

Sumber : Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat

8
Dari grafik 1.2.3 dapat dilihat bahwa persentase posyandu aktif di
Kabupaten Labuhanbatu cenderung meningkat. Pada tahun 2012 sebesar
21,72% meningkat menjadi 92,18% pada tahun 2015, tetapi terjadi
penurunan pada tahun 2016 menjadi 90,56%. Selanjutnya, jika dilihat dari
rasio posyandu terhadap desa/kelurahan, pada tahun 2016 untuk rasio
posyandu terhadap desa/kelurahan mencapai 5 posyandu per desa/
kelurahan.

1.3. PELAYANAN IMUNISASI


Bayi dan anak umur muda maupun orang dewasa sama-sama
memiliki risiko terserang penyakit menular yang dapat mematikan, seperti
Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Influenza, Typus, radang selaput otak, radang
paru–paru dan masih banyak lainnya. Imunisasi ada dua macam, yaitu
imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau
kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk
merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah
imunisasi polio dan campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan
sejumlah antibodi, sehingga kadarantibodi dalam tubuh meningkat.
Contohnya adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang
mengalami luka kecelakaan.
Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi kepada bayi
umur 0-1 tahun Indikator Program Imunisasi yang digunakan untuk
mengukur pencapaian Kabupaten Sehat adalah Persentase Desa yang
mencapai “Universal Child Immunization (UCI). Pencapaian UCI (Universal
Child Immunization) merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi
secara lengkap pada kelompok bayi. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan
batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut
tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi (herd
immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I). Dalam hal ini pemerintah mentargetkan pencapaian UCI
pada wilayah administrasi desa/kelurahan.

9
Suatu desa/kelurahan telah mencapai UCI apabila >80% bayi di
desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi lengkap.
Berdasarkan angka kabupaten, pencapaian UCI pada Tahun 2016
mencapai 94,8% mengalami penurunan Tahun 2017 yaitu sebesar 92,6%.
Dari data ini, jika dibandingkan dengan target Capaian UCI Kabupaten
Labuhanbatu Tahun 2017 belum mencapai target yaitu diatas 80%
(Permenkes no.12 thn 2017).
Hal ini disebabkan masih terdapat oragtua yang tidak bersedia
membawa anaknya untuk imunisasi ke fasilitas pelayanan kesehatan atau
posyandu, sehingga perlu upaya yang lebih maksimal untuk meningkatkan
cakupan layanan imunisasi di Kabupaten Labuhanbatu.
Undang – undang dasar 1945 pasal 28 ayat 1 Pemerintahan bertugas
menggerakan peran serta masyarakat, menyelenggarakan upaya kesehatan
yang merata dan terjangkau oleh masyarakat untuk mewujutkan derajat
kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan
dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pemelihan kesehatan (Rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan (UU RI NO.23 Thn 1992).
Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di perlukan upaya untuk mencegah terjadinya suatu penyakit
melalui imunisasi. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan /
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit
sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit
atau hanya mengalami sakit ringan.
Vaksin adalah produk biologis yang berisi antigen Berupa mikro
organisme yang sudah mati atau masih hidup yang di lemahkan, masih utuh
atau bagiany, atau berupa toksin mikro organisme yang telah diolah menjadi
toksin ayau protein rekombinan, yang di tambahkan dengan zat lainya yang
bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan, spesifik
secara aktif terhadap penyakit tertentu.

10
Imunisasi program adalah imunisasi yang diwajibkan kepada
seseorang sebagai bagian dari masyarakat dalam rangka melindungi yang
bersangkuan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit yang dapat dicegah
dengan jenis vaksin, jadwal atau waktu yang di tetapkan imunisasi rutin
secara terus menerus dan berkesinambungan. Imunisasi terdiri atas
imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Imunisasi dasar di berikan pada
basyi sebelum berusia 1 (satu) tahun imunisasi dasar terdiri atas penyakit
(Permenkes N0.12 thn 2017). Imunisasi dasar lengkap (IDL) untuk bayi di
peroleh di Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit, bidan peraktek dan Dokter.
Imunisasi dasar pada bayi adalah upaya pencegahan penyakit dengan
cara pemberian Vaksin Immunisasi dasar yang harus di berikan pada bayi
dengan cara penyuntikan ataupun oral, tujuan pemberian imunisasi dasar
lengkap (IDL) pada bayi.
a) Imunisasi diberikan supaya bayi siap dengan lingkungan baru (setelah
lahir) karna tidak ada lagi kekebalan tubuh alami yang ia dapatkan dari
ibu seperti ketika masih dalam kandungan.
b) Apabila belum dilakukan Vaksinasi dan kemudian terkena kuman yang
menular maka kemungkinan besar tubuhnya belum kuat untuk melawan
penyakit tersebut. Sehingga dengan adanya imunisasi ini tubuh sibuah
hati akan lebih kuat.

1.4. Jenis Jenis Imunisasi Dasar Lengkap (IDL)


Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi pada bayi
umur 0 – 11 bln. Pemberian imunisasi disesuaikan dengan usia anak. Bayi
berusia kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia 1
bulan diberikan (BCG dan POLIO 1), usia 2 bulan diberikan (DPT-HB-Hib1
dan Polio 2 ), usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3), usia 4 bulan
diberikan (DPT-HB-Hib 3 dan Polio 4), dan usia 9 bulan diberikan (Campak
atau MR).

11
Tabel 1.4
Jenis-jenis Imunisasi Dasar Lengkap (IDL)

No Umur Jenis Interval Minimum Untuk


Jenis Vaksin Yang Sama
1. 0-24 jam Hepatitis B
2. 1 bulan BCG, Polio 1
3. 2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio
2
4. 3 bulan DPT-HB-HIb 2,
1 Bulan
Polio
5. 4 bulan DPT-HB-HIB 3,
Polio 4
6. 9 bulan Campak
Sumber : Seksi Surveilans dan Imunisasi

PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/ ditekan


dengan pelaksanaan program imunisasi. PD3I yang dibahas mencakup
penyakit Difteri, Tetanus, Tetanus Neunatorum, Campak, Polio dan AFP
(Accute Flaccid Paralysis/ Lumpuh Layu Akut).
Berikut disajikan persentase cakupan imunisasi dasar pada bayi
selengkapnya pada Grafik 1.3 berikut ini :

Grafik 1.4
Persentasi Cakupan Imunisasi Dasar pada bayi

Sumber : Seksi Surveilans dan Imunisasi

12
1.4.1. Tetanus Neunatorum
Tetanus Neunatorum adalah penyakit akut yang disebabkan oleh
basillus clostridium tetani yang masuk ke tubuh melalui luka. Tetanus
Neunatorum (tetanus pada bayi baru lahir) merupakan penyakit tetanus
yang masih terjadi di negara berkembang disebabkan oleh pemotongan tali
pusat dengan alat yang tidak steril. Pada tahun 2017 tidak ditemukan kasus
Tetanus di Kabupaten Labuhanbatu.

1.4.2. Campak
Campak atau Morbili disebabkan oleh virus campak golongan
paramyxovirus. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah
terkontaminasi oleh droplet (ludah) orang yang telah terinfeksi. Jika
seseorang pernah menderita campak, maka dia akan mendapatkan
kekebalan terhadap penyakit tersebut seumur hidupnya. Penyakit ini
ditandai dengan bintik merah dikulit, demam, conjunctivitis danbronchitis.
Berikut disajikan grafik penemuan penderita campak berdasarkan jenis
kelamin di Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015-2017.

Grafik 1.4.2
Jumlah Penderita Campak Berdasarkan Jenis Kelamindi Labuhanbatu
Tahun 2015-2017

Sumber : Seksi Surveilans dan Imunisasi

13
Berdasarkan grafik 1.4.2, dapat diketahui bahwa trend kejadian kasus
campak di Kabupaten Labuhanbatu dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun
terakhir 2015-2017 cenderung mengalami penurunan pada setiap tahunnya.
Pada tahun 2015 Jumlah penderita kasus campak berdasarkan jenis kelamin
laki laki terdapat 1 kasus dan perempuan 2 kasus, sedangkan pada tahun
2016 sampai dengan tahun 2017 tidak ditemukan kasus campak. Pada tahun
2015-2017 tidak ada dilaporkan kasus meninggal pada penderita campak.

1.4.3. Difteri
Difteri adalah penyakit yang menyerang sistem pernafasan bagian
atas yang ditandai dengan sakit leher, demam ringan, sakit tekak dan demam
secara tiba-tiba disertai tumbuhnya membran kelabu yang menutupi tonsil
serta bagian saluran pernafasan. Difteri disebabkan oleh kuman
Corynebacterium diphtheria. Penyakit ini umumnya menyerang anak-anak
usia 1-10 tahun. Difteri disebarkan melalui saluran pernafasan. Pada tahun
2017 tidak ditemukan kasus Difteri di Kabupaten Labuhanbatu.

1.4.4. Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis)


Polio adalah penyakit menular yang menyerang sistem syaraf dan
dapat menyebabkan kelumpuhan. Penyakit ini dapat menyerang semua umur
terutama pada anak usia dibawah tiga tahun (>50% dari semua kasus). Virus
ini masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan berkembangbiak dalam sistem
pencernaan. Gejala utama adalah demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di
leher dan sakit di tungkai dan lengan. Satu diantara 200 orang yang terinfeksi
dapat menyebabkan kelumpuhan permanen dan biasanya pada kaki. AFP
adalah kondisi yang abnormal yang ditandai dengan melemahnya,
lumpuhnya atau hilangnya kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas.
Hal ini disebabkan oleh penyakit atau trauma yang mempengaruhi
syaraf yang berhubungan dengan otot. AFP ini sering juga dijelaskan sebagai
tanda cepat munculnya serangan seperti penyakit Polio. Pada tahun 2017
tidak ditemukan kasus polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis) di Kabupaten
Labuhanbatu.

14
1.5. Penyebab Kondisi Saat Ini/Masalah
Berdasarkan Profil dinas kesehatan kabupaten labuhanbatu tahun
2017 diketahui bahwa Kabupaten Labuhanbatu terdiri dari 15(lima belas)
pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) dan 546 Unit pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu) dengan cakupan imunisasi dasar lengkap sebesar 75%
yaitu Puskesmas Lingga Tiga, Puskesmas Pangkatan, Puskesmas tanjung
Haloban dan Puskesmas Sei Berombang. Rendahnya/terbatasnya cakupan
pelayanan tersebut dilihat dari kondisi sebagai berikut;
a) Anak demam
b) Keluarga tidak mengijinkan
c) Anak sering sakit
d) Orang tua sibuk/repot
e) Tidak tau tempat imunisasi
f) Tempat imunisasi jauh

1.6. Akibat Jika Kondisi Saat Ini Tidak Diselesaikan.


Berdasarkan hasil dari laporan dari pelayanan kesehatan masyarakat
di kabupaten labuhanbatu diketahui bahwa masih rendahnya partisipasi
orang tua dalam membawa anak balita ke posyandu untuk melakukan
imunisasi dasar lengkap.
Jika kondisi ini tidak diselesaikan dapat berakibat:
a. Angka Penyakit yang diakibatkan oleh tidak diimunisasinya Bayi
dapat meningkat.
b. Presentase BGM (Bawah Garis Merah) pada Balita cenderung
meningkat.
c. Penyakit akan mudah menyerang
d. Mudah tertular (Terinfeksi)
e. Ada efek samping
f. Anak akan mempunyai resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit
yang di dapat menyebabkan kesakitan, kecatatan bahkan
kematian.

15
1.7. Kondisi Yang Diharapkan.
Kondisi yang di harapkan dalam proyek perubahan ini antara lain
adalah meningkatnya Cakupan Pelayanan Imunisasi Dasar Lengkap ( IDL) Di
Kabupaten Labuhanbatu dalam hal
a. Meningkatkan Desa / kelurahan UCI (Universal Child
Immunization)
b. Tersedianya pelayanan yang maksimal yang dilakukan oleh
petugas kesehatan di kabupaten labuhanbatu.
c. Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia.
1.8. Area dan Fokus Proyek Perubahan
Meningkatnya Cakupan Pelayanan Imunisasi Dasar Lengkap di
Puskesmas ,dalam hal.
a. Meningkatnya kompetensi tenaga kesehatan khususnya
Kebidanan
b. Meningkatnya pelayanan yang dilakukan di puskesmas
c. Terjadinya imunisasi dan fasilitas kesehatan atau pos pelayanan
terpadu (posyandu)
d. Meningkatkan pengetahuan ibu bayi tentang imunisasi dan KIPI
(Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)
e. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas koordinasi
imunisasi (Korim) dan bidan desa.
f. Meningkatkan peran serta kader posyandu
g. Adanya petugas wakil supervisor imunisasi (Wasor)

1.9. Tujuan Proyek Perubahan


1.9.1. Tujuan Umum.
Adapun tujuan Proyek Perubahan ini adalah Meningkatnya Cakupan
Pelayanan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) sehingga tercapainya Kelurahan/
Desa UCI (Universal Child Immunization) di Kabupaten Labuhanbatu.

16
1.9.2. Tujuan Jangka Pendek
Tersedianya fasilitas dan Pelayanan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di
Fasilitas Kesehatan (Faskes) dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).

1.9.3. Tujuan Jangka Menengah


Meningkatnya kualitas sumber daya kesehatan yang ada di kabupaten
labuhanbatu

1.9.4. Tujuan Jangka Panjang


Menurunkan angka kesakitan pada Balita yang ada dikabupaten
Labuhanbatu.

1.10. Manfaat Proyek Perubahan


1.10.1 Bagi Instansi
Meningkatnya kinerja organisasi di Dinas Kesehatan Labuhanbatu

1.10.2 Bagi Sumber Daya Manusia (SDM) Pelaksana


Meningkatnya motivasi kinerja Tenaga kesehatan, (Khususnya Dokter,
Bidan dan Perawat)

1.10.3 Bagi Stakeholders (termasuk masyarakat)


Terlayaninya pelayanan Kesehatan Bayi bagi masyarakat. Dan
meningkatkan akses wilayah pada sarana kesehatan di Faskes dan Posyandu
serta meningkatkan akses wilayah pada sarana kesehatan di puskesmas.

1.11. Ruang Lingkup Perubahan.


Ruang lingkup perubahan Peningkatan Pelayanan Imunisasi Dasar
Lengkap di Puskesmas Meliputi:
a. Peningkatan kuantitas dan kualitas SDM di puskesmas
b. Pencapaian target proyek perubahan peningkatan pelayanan
imunisasi dasar lengkap di setiap puskesmas yang ada di wilayah
kabupaten labuhanbatu.

17
1.11 Milestones
Milestones (tahapan) penting yang akan dilalui pada proyek
perubahan ini dapat dilihat pada tabel 1.5 sebagai berikut.
Tabel 1.5
Milestones (Tahapan) Kegiatan Proyek Perubahan

NO TAHAP UTAMA WAKTU

a. Jangka Pendek

1. Membentuk Tim Efektif Mg. II Sept 2018


2. Sosialisasi kepada Stakeholder Mg. II Sept 2018
3. Promosi Imunisasi Pink Mg. I Okt 2018
4. Pembentukan Wakil Supervisor Mg. III Okt 2018
5. Membentuk Pokja PP-KIPI Mg. II Okt 2018
6. Bimtek Koordinasi Imunisasi Mg. II Okt 2018
(Korim) 4 Wil Puskesmas
7. Revitalisasi posyandu (4 Wil Mg. I Okt 2018
Puskesmas)
8. Pemantauan pelaksanaan Imunisasi Mg. IV Okt 2018
9. Pembentukan SK Bupati dan Mg. II Nov 2018
Penerbitan Sertifikat Imunisasi
Dasar Lengkap (IDL.)
b. Jangka Menengah

i. Pembuatan Perbup Tentang Sertifikat Jan s/d Juni 2019


Imunisasi Pink
ii. Sosialisasi Perbup tentang sertifikat Jan s/d Juni 2019
Imunisasi Pink
iii. memasukkan Kegiatan Imunisasi dalam Jan s/d Juni 2019
RKP-Desa
iv. Point 7 dan 8 Jangka Pendek 11 Wil Jan s/d Juni 2019
Puskesmas
c. Jangka panjang

i.Implementasi Perbup Sertifikat Imunisasi Juli 2019 s/d 2020


Pink
ii. Monitoring Kegiatan Juli 2019 s/d 2020
iii. Evaluasi Tahunan Juli 2019 s/d 2020

18

Anda mungkin juga menyukai