Anda di halaman 1dari 46

PROFIL

KESEHATAN
KECAMATAN GILIRENG
TAHUN 2020

UPTD PUSKESMAS GILIRENG TAHUN 2021


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
karena dengan izin-Nya jualah sehingga Profil Kesehatan Kecamatan Gilireng tahun
2020 ini dapat diselesaikan pada waktunya.

Saya menyambut gembira atas selesainya penyusunan profil ini, karena dengan
terbitnya Profil ini kita dapat melihat sudah sejauh mana keberhasilan pembangunan
kesehatan selama tahun 2020 dan kejadian apa saja yang terkait dengan kesehatan
yang terjadi di kecamatan Gilireng selama kurun waktu tersebut.

Penyusunan Profil Kesehatan Kecamatan ini merupakan suatu bagian dari


managemen kesehatan dalam hal penyediaan data dan hasil kegiatan yang dilakukan
selama satu tahun, sehingga dapat menjadi dasar dalam membuat perencanaan di
tahun berikutnya.

Kami menyadari bahwa profil ini masih mengandung banyak kekurangan, oleh
karena itu saran dan kritik membangun dari para pembaca sekalian sangat kami
harapkan untuk perbaikan dalam penyusunannya di tahun berikutnya.

Tak lupa saya haturkan terimakasih dan apresiasi kepada pihak yang terlibat dan
memberikan kontribusinya dalam penyusunan profil ini. Saya mengharapkan profil ini
dapat menjadi acuan bagi pemegang program untuk menilai dan mengevaluasi hasil
kegiatannya selama setahun sehingga bisa membuat perencanaan untuk kegiatan di
tahun berikutnya.

Sekian, terima kasih.

Gilireng, Januari 2021

Kepala Puskesmas Gilireng,

dr. Hj. Karmiladi, M.Kes


NIP. 19761231 200502 2 002

1i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyusunan profil kesehatan sudah merupakan bagian strategis dari manajemen


kesehatan yang terus dibuat setiap tahunnya. Profil kesehatan disusun juga dalam
rangkaian mewujudkan target pemerintah untuk mencapai Indonesia Sehat tahun
2025. Dengan adanya profil kita dapat melihat potret diri kita selama kurun waktu satu
tahun dan sudah sejauh mana target tahun 2025 itu kita capai.
Di setiap jenjang baik dari tingkat kecamatan sampai pusat dibuat dan disusun
profil kesehatan yang memaparkan hasil kegiatan ataupun pembangunan kesehatan
yang telah dilakukan.
Profil berisi paparan atau gambaran tentang keadaan kesehatan suatu wilayah
dalam kurun waktu satu tahun. Dalam profil di paparkan keadaan wilayah kerja secara
demografi, geografi, ekonomi, dan sosial budaya maupun keadaan pendidikan yang
kesemuanya memberikan dampak langsung maupun tak langsung bagi pembangunan
kesehatan.
Profil berisi pula ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan baik tenaga,
Infra struktur, Peralatan maupun sumber dana. Kedua hal tersebut disinergikan dalam
rangka mewujudkan ataupun meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Profil kesehatan adalah potret tentang kegiatan pembangunan kesehatan selama
kurun waktu satu tahun dalam segala aspeknya baik yang langsung dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan maupun partisipasi masyarakat dalam bentuk UKBM (Usaha
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat). Kesemuanya akan dipaparkan dalam profil ini
sehingga kita dapat menilai dan mengukur kinerja kita, serta sejauh mana masyarakat
sadar akan pentingnya kesehatan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

2
Tujuan umum disusunnya profil ini adalah untuk memberi gambaran keadaan
pembangunan kesehatan di kecamatan Gilireng selama tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari profil kesehatan ini adalah ;


a. Memberikan gambaran keadaan wilayah kecamatan Gilireng dari aspek
geografi,sosial ekonomi dan Pendidikan
b. Memberikan gambaran keadaan pelayanan kesehatan dan keadaan
sumber daya kesehatan baik dari aspek tenaga, sarana dan sumber dana.
c. Memberikan gambaran pencapaian pembangunan kesehatan yang
mencakup aspek pencapaian target program dan peningkatan derajat
kesehatan.
d. Memberikan gambaran tingkat partisipasi masyarakat dalam bidang
kesehatan serta keterlibatan sektor lain di luar kesehatan.

C. Kerangka Penyusunan

Profil ini disusun dalam 7 (tujuh ) Bab yang terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan latar belakang, tujuan serta kerangka


penyusunan profil.

BAB II : GAMBARAN UMUM KECAMATAN GILIRENG

Bab ini memaparkan keadaan kecamatan Gilireng ditinjau dari


aspek Geografi, keadaan Sosial budaya, Ekonomi serta keadaan
Pendidikan

BAB III : PEMBANGUNAN KESEHATAN KECAMATAN

Bab ini memaparkan Visi, Misi, Falsafah serta Motto puskesmas


dalam melaksanakan tugasnya serta keadaan pelayanan

3
kesehatan yang mencakup aspek Derajat kesehatan, Keadaan
lingkungan, Keadaan Perilaku Masyarakat serta Pelayanan
KIA/KB.

BAB IV : PENCAPAIAN TARGET PROGRAM

Bab ini memaparkan pencapaian target program yang mencakup


program perbaikan kesehatan lingkungan, perilaku sehat dan
pemberdayaan masyarakat, program obat, makanan dan bahan
berbahaya, program sumber daya kesehatan, program upaya
kesehatan, program kebjaksanaan dan manajemen kesehatan
serta program perbaikan Gizi masyarakat.

BAB V : KINERJA KEGIATAN LINTAS SEKTOR

Bab ini memaparkan kinerja kegiatan lintas sektor yang


mendukung pembangunan kesehatan baik secara langsung
maupun tidak langsung.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memaparkan hal-hal yang perlu disimak dari profil


kesehatan ini yang berisi keberhasilan-keberhasilan yang
dicapai serta hal-hal yang masih perlu diperbaiki di masa
mendatang.

BAB VII : PENUTUP

4
BAB II

GAMBARAN UMUM

Kecamatan Gilireng adalah kecamatan yang terletak di bagian utara Kabupaten


Wajo dan berbatasan langsung dengan kabupaten Sidendreng Rappang (Sidrap).
Kecamatan Gilireng dikenal sebagai basis perjuangan pada zaman penjajahan Belanda
dahulu. Sampai saat ini kegigihan dan keberanian pejuang-pejuang Gilireng tidak
diragukan lagi. Hal ini sudah tercatat dalam sejarah sebagai salah satu daerah di
kabupaten Wajo yang mengadakan perlawanan terhadap pasukan Belanda. Bila kita
memasuki kota ini maka akan menemukan tugu pejuang pahlawan “Lapaddaga” dengan
hanya bersenjatakan bambu runcing berani menghadang pasukan Belanda di jembatan
merah , Kampung baru. Walaupun Beliau dan kawan-kawannya banyak yang tewas
namun semangat pantang menyerah dan berani mati terpatri di dada generasi mereka
sampai saat ini. Hal ini menjadi modal besar yang bisa diimplementasikan dalam
mengisi kemerdekaan melalui pembangunan di segala bidang.
Seiring dengan perkembangan zaman, kecamatan ini yang semula berada di
bawah kendali kecamatan Maniangpajo, pada tahun 2001 berpisah dan definitif
menjadi salah satu kecamatan baru dalam lingkup kabupaten Wajo. Mulailah dibentuk
infrastruktur dan sarana yang mendukung sebagai sebuah kecamatan dengan
didelegasikannya tugas-tugas dari kecamatan induk untuk dilaksanakan sendiri oleh
kecamatan baru, seperti berfungsinya KUA, Polsek, Kantor Kecamatan, dan instansi
lainnya.
Namun , jauh sebelum terbentuknya kecamatan Gilireng secara definitif,
Puskesmas Gilireng yang sebelumnya merupakan Puskesmas Pembantu, pada tahun
1991 telah mulai berfungsi sebagai Puskesmas Induk yang membawahi 9 desa di
wilayah utara, yang sekarang merupakan desa-desa yang berada di bawah kendali
kecamatan Gilireng. Sehingga ketika kecamatan ini sepenuhnya lepas dari kecamatan
Maniangpajo, Puskesmas Gilireng sudah siap dan sedia melayani kebutuhan
masyarakat akan kesehatan.

5
Pada tahun 2001, Puskesmas Gilireng sudah berstatus Puskesmas Rawat Inap,
namun baru pada tahun 2005 dapat berfungsi karena masih kurangnya sarana
prasarana dan tenaga yang ada waktu itu.
Berikut ini akan diuraikan secara singkat mengenai kecamatan Gilireng secara
umum yang mencakup keadaan geografi dan demografi, sosial ekonomi dan keadaan
pendidikan.

A. KEADAAN GEOGRAFIS

Kecamatan Gilireng yang terletak di bagian utara kabupaten Wajo merupakan


daerah yang berbukit-bukit dan sebagian besar daerahnya masih merupakan kawasan
hutan, hanya sekitar 20% wilayahnya yang merupakan areal pemukiman penduduk.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, sebagian besar hutan-hutan di sekitar
areal pemukiman penduduk telah di buka menjadi areal perkebunan oleh masyarakat
sekaligus sebagai tempat tinggal apalagi dengan dibangunnya Bendungan Paselloreng
yang merupakan bendungan terbesar di Indonesia Timur sehingga membuat keadaan
penduduk semakin ramai dan berkembang.
Jarak dari Ibukota kabupaten kurang lebih 40 Km arah menuju kota Makassar
melalui Pare-pare dan belok ke arah kanan ketika tiba dipertigaan Anabanua
kecamatan Maniangpajo. Letak yang pasti dapat dengan mudah dikenali apabila telah
terlihat kawasan Industri Gas Alam Gilireng dengan waktu tempuh sekitar 1 (satu) jam
perjalanan dari ibukota kabupaten yaitu Sengkang.
Ibukota kecamatan terletak di dalam / bukan di poros jalan, kurang lebih 3 km
dari pertigaan kampong baru, tempat lokasi sumur gas Energy Equity Epic Sengkang

Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut :

- sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Sidrap


- sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Majauleng
- sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Sajoanging
- sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Maniangpajo

6
PETA KECAMATAN GILIRENG

UTARA

LEGENDA :

Desa/Kel
Jalan Aspal
Pengerasan
Sungai
Puskesms
Pustu
Polindes/
Poskesdes

Luas wilayah + 147 Km2 yang terbagi dalam 8 desa dan 1 kelurahan yaitu :

1. Kelurahan Gilireng dengan luas 6,61 Km2


2. Desa Lamata dengan luas 20,26 Km2
3. Desa Poleonro dengan luas 8,17 Km2
4. Desa Abbatireng dengan luas 8,23 Km2
5. Desa Mamminasae dengan luas 15,14 Km2
6. Desa Alausalo dengan luas 12,00 Km2
7. Desa Polewalie dengan luas 11,20 Km2
8. Desa Arajang dengan luas 22,30 Km2
9. Desa Paselloreng dengan luas 44,05 Km2

7
Sebagian besar desa sudah dapat dijangkau dengan transportasi roda dua
maupun roda empat, namun bila musim penghujan tiba, beberapa dusun sulit dijangkau
seperti dusun Lamacongi dan dusun Daraga. Jalan tembus antara desa Polewalie dan
Lamata sekarang sudah dapat dilalui dengan adanya pengerasan dan pengaspalan jalan.
Jalur ini dapat dipakai sebagai akses untuk mencapai puskesmas secepatnya karena
lebih dekat dibandingkan bila melalui jalur kampung baru.

B. KEADAAN PENDUDUK

Jumlah penduduk kecamatan Gilireng tahun 2020 menurut Badan Pusat Statistik
sebanyak 11.444 jiwa yang terdiri dari 5562 jiwa laki-laki dan 5882 jiwa perempuan.
Rata-rata kepadatan penduduk sebesar 78 jiwa per kilometer persegi dengan
kepadatan 4 jiwa per KK. Sebagian besar penduduk adalah suku bugis dan mayoritas
beragama Islam.
Persebaran penduduk terbesar terdapat di desa Paselloreng yaitu 2222 jiwa,
kemudian desa Arajang sebanyak 1883 jiwa, desa Lamata sebanyak 1805 jiwa dan
ibukota kecamatan yaitu kelurahan Gilireng sebanyak 1478 jiwa. Sedangkan desa
lainnya jumlah penduduknya rata-rata berada dibawah 1000 jiwa karena desa-desa
tersebut merupakan desa pemekaran.Untuk selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
Tabel 1

C. KEADAAN EKONOMI

Sebahagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani (91,7 %),


sisanya pengrajin/tukang sebanyak 1,7 %, Pedagang/wiraswasta 2,1 %, pegawai
negeri 2,5 % dan lain-lain sebesar 2 %. Pendapatan perkapita masyarakat sebesar
Rp.15.500.000,- Jumlah ini meningkat dari tahun ke tahun dengan melihat daya beli
masyarakat masyarakat yang ikut meningkat. Hasil pertanian yang utama adalah padi
dan hasil perkebunan yang utama adalah coklat dan lombok.
Jumlah penduduk miskin sebesar 1912 jiwa (16,8 %) dengan jumlah terbanyak
di desa Polewalie yaitu sebanyak 270 jiwa disusul desa Alausalo sebanyak 258 jiwa dan
desa lamata sebanyak 245 jiwa.

8
D. KEADAAN PENDIDIKAN

Dengan program wajib Belajar 9 tahun maka semakin sedikit jumlah masyarakat
yang buta huruf dan buta aksara. Kemampuan baca tulis adalah modal dasar individu
untuk meningkatkan kesejahteraannya. Sekarang sudah jarang didapatkan anak-anak
yang tidak bersekolah. Apalagi pemerintah memberi kemudahan dengan adanya kejar
paket A untuk setara Sekolah Dasar , Kejar Paket B untuk sekolah Setingkat SLTP dan
kejar paket C untuk yang setara SLTA. Adapula disediakan SMP terbuka bagi siswa yang
tidak dapat mengikuti pelajaran pada SMP umum.
Di kecamatan Gilireng angka buta huruf sebesar 5,60 %, artinya diantara 100
penduduk terdapat 6 orang yang tidak dapat membaca dan menulis. Tidak tamat SD
sebanyak 111 orang, Tamat SD sebanyak 3417 orang, Tamat SMP sebanyak 2746
orang, tamat SMA sebanyak 2334 orang, tamat Akademi/Sarjana 767 orang.

JUMLAH DAN JENIS SARANA PENDIDIKAN


DI KECAMATAN GILIRENG
TAHUN 2020

NO JENIS SARANA JUMLAH KETERANGAN

1 Taman Kanak-Kanak 9
2 Sekolah Dasar 18 3 kelas jauh
3 Madrasah Ibtidaiyah -
4 Sekolah Menengah Pertama 4
5 Madrasah Tsanawiah -
6 Sekolah Menengah Umum -
7 Sekolah Menengah Kejuruan 1
8 Madrasah Aliyah -

Jumlah 32

9
Dalam tahun 2020, pemerintah berusaha memperluas jangkauan pendidikan
dengan membuka sekolah-sekolah baru maupun Kelas jauh. Jumlah sarana pendidikan
meningkat di tahun 2020 dimana semula TK berjumlah 5 buah kini telah menjadi 9
buah, SD kelas jauh bertambah sebanyak 3 buah sehingga jumlahnya menjadi 18 buah.
Sedangkan SMP bertambah pula menjadi 1 buah yang semula hanya 3 buah, yaitu SMP
4 Gilireng yang terletak di dusun Bekkae desa Paselloreng. Ini semua memberi dampak
yang signifikan bagi pembangunan pendidikan yang akan menghasilkan sumber daya
manusia yang bermutu dan tentunya nanti akan lebih mudah memahami pentingnya
kesehatan sehingga secara tidak langsung meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Di bawah ini dapat disimak jumah sarana pendidikan yang ada di kecamatan Gilireng
selama kurun waktu tahun 2020

10
BAB III
PEMBANGUNAN KESEHATAN KECAMATAN

Pembangunan kesehatan kecamatan mencakup Visi, Misi, Motto dan Falsafah


puskesmas dalam melaksanakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Visi dan
misi puskesmas harus diarahkan dan disinkronkan dengan visi dan misi Pemerintah
yaitu tercapainya Indonesia sehat pada Tahun 2025. Visi dan misi ini
diimplementasikan dalam penyusunan target kegiatan sampai tahun 2025 yang
berisikan angka-angka standar yang diinginkan untuk mencapai Indonesia sehat tahun
2025.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, maka pembangunan kesehatan
dilaksanakan searah, berkesinambungan dan realistis sesuai pentahapannya.
Keberhasilan dan kesinambungan pembangunan ditentukan oleh tersedianya pedoman
penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Undang-undang nomor 17 Tahun 2007
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJPN) tahun 2005 – 2025
memberikan arah pembangunan kedepan bagi bangsa Indonesia. Dalam Undang-
undang ini dinyatakan bahwa dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan berdaya saing, maka kesehatan bersama pendidikan dan peniongkatan
daya beli keluarga/masyarakat adalah tiga pilar utama untuk meningkatkan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia.
Dalam Undang-undang tersebut ditetapkan bahwa pembangunan kesehatan
diselenggarakan dengan berdasarkan perikemanusiaan, pemberdayaan dan
kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian
khusus pada penduduk rentan antara lain ibu, anak, manuasia usia lanjut (manula) dan
keluarga miskin.
Pentingnya penerapan PARADIGMA SEHAT merupakan upaya untuk lebih
meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersifat proaktif. Paradigma sehat tersebut
merupakan model pembangunan bidang kesehatan yang dalam jan gka panjang mampu
mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka
sendiri, melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang
bersifat promotif dan preventif. Selain itu mengembangkan kemandirian masyarakat

11
dengan menggalang keikutsertaan masyarakat yang pada akhirnya dapat
menumbuhkan kemandirian lokal di bidang kesehatan sehingga terwujud wilayah desa
sehat, kecamatan sehat hingga kabupaten sehat.
Untuk mencapai hal tersebut maka visi dan misi Pusat Kesehatan Masyarakat
kecamatan Gilireng, adalah seperti diuraikan dibawah ini.

A. VISI, MISI, FALSAFAH DAN MOTTO

Visi puskesmas Gilireng adalah :

“ Mewujudkan masyarakat kecamatan Gilireng yang berperilaku hidup bersih


dan sehat, memiliki lingkungan yang sehat, dan dapat memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan berkeadilan sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan mereka.”

Misi puskesmas Gilireng adalah :

1. Mendorong kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan


sehat.
2. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyakat dalam meningkatkan dan
memelihara kesehatan lingkungan.
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata
dan terjangkau dengan peningkatan SDM tenaga kesehatan melalui pelatihan,
penataran maupun pendidikan.
4. Mengalang kerjasama dengan lintas sektor yang terkait dalam rangka
mendukung dan menunjang program kesehatan

Motto puskesmas Gilireng adalah

Kesehatan bukan segalanya, namun segalanya tidak berarti tanpa kesehatan

Falsafah yang dianut adalah

Sipakatau ,Sipakalebbi dan Sipakainge

12
B. SUMBER DAYA DAN DANA

1. SUMBER DAYA

Sumber daya kesehatan merupakan infrastruktur pokok yang harus dipenuhi


dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat tahun 2025 serta untuk memberikan
pelayanan yang bermutu, merata dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Sumber daya kesehatan meliputi tenaga kesehatan, sarana kesehatan dan
peralatan kesehatan.

a. Tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan adalah tenaga yang bekerja disektor kesehatan dan memiliki
keahlian dan kewenangan untuk menjalankan profesinya yang diatur oleh Undang-
Undang sesuai bidang pendidikannya.
Pelaksanaan Pelayanan kesehatan sesuai dengan keahlian dan bidang tugas
merupakan tuntutan zaman yang harus dipenuhi untuk menjamin tercapainya
pelayanan kesehatan yang bermutu dan sesuai standar.
Pemerintah berusaha mencukupi kebutuhan akan tenaga kesehatan baik dari
segi jumlah,jenis, maupun mutunya. Sehingga diharapkan nanti setiap unit
pelayanan memiliki tenaga kesehatan yang dibutuhkan dan tidak terjadi kelebihan
suatu jenis tenaga tertentu sehingga tidak efektif dan tidak efisien. Setiap tahun
selalu ada pengangkatan tenaga baru untuk mencukupi kebutuhan yang ada.
Sedangkan tenaga yang ada ditingkatkan mutunya dengan kegiatan Diklat,
Penataran maupun pengiriman tenaga untuk Tugas belajar. Disamping itu tenaga
kesehatan lainnya berusaha untuk menambah pengetahuan dengan inisiatif sendiri
misalnya dengan mengikuti perkembangan terbaru di bidang teknologi dan
informasi melalui internet ataupun dengan melanjutkan pendidikan dengan biaya
sendiri dengan izin belajar. Kesemuanya demi untuk memenuhi tuntutan
masyarakat akan pelayanan kesehatan yang lebih merata, terjangkau dan bermutu.
Jumlah tenaga kesehatan di wilayah Puskesmas Gilireng terus meningkat dari
tahun ke tahun. Tahun 2020 tenaga kesehatan yang ada berjumlah 57 orang yang

13
terdiri dari PNS 30 orang, Pegawai honor Daerah 4 orang, Kontrak BOK 2 orang dan
Tenaga Sukarela 21 orang
Tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas sebanyak 48 orang dan 9 orang
bertugas di Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).
Namun sebagian besar tenaga yang bekerja di luar puskesmas tersebut adalah
bidan-bidan desa. Tidak ada perawat yang bekerja dipustu, Pustu dan Poskesdes
ditempati oleh bidan desa.
Melihat kondisi ini, dari segi jangkauan pelayanan berarti masih dibutuhkan 4
orang perawat yang bertugas di 4 Pustu. Sedangkan bidan desa yang bekerja di
pustu perlu dibangunkan sarana Poskesdes sebanyak 4 poskesdes .
Ditinjau dari sisi jenis tenaga masih dibutuhkan beberapa tenaga kesehatan
antara lain tenaga Promkes, Cleaning service dan Sopir Ambulans.
Adapun perincian jumlah tenaga kesehatan menurut Jenis dapat dilihat dari
tabel di bawah ini :

Tabel 1 :
JUMLAH TENAGA KESEHATAN MENURUT JENISNYA
PUSKESMAS GILIRENG
TAHUN 2020

NO JENIS TENAGA KESEHATAN JUMLAH KETERANGAN

1 Dokter Umum 2 1 Ka Puskesmas


2 Dokter Gigi 1
3 Sarjana Kesehatan Masyarakat 3
4 Perawat 8
5 Bidan 25
6 Asisten Apoteker 1
7 Analis Kesehatan 1
8 Sanitarian 5
9 Administrasi 4
10 Apoteker 1
11 Perawat Gigi 1
12 Nutrisionist 1
13 Sanitarian 1
14 Perekam Medis 1

JUMLAH 57

14
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tenaga yang masih dibutuhkan, yaitu :

1. Promkes : 1 orang
2. Sopir : 1 orang
3. Cleaning service : 1 orang

b. Sarana Kesehatan

Dalam tahun 2020 Puskesmas Gilireng mendapatkan beberapa penambahan


sarana dan prasarana. Antara lain pembangunan satu unit gedung Primary Obstetri
Neonatal Emergency D (PONED), Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
penambahan 2 unit motor dinas, Pengadaan jaringan Internet serta Pembelian lahan
untuk tempat gedung PONED.
Yang dibutuhkan kedepan adalah adanya gedung/Instalasi Gawat Darurat,
Penyediaan rumah dinas paramedis , Rehabilitasi berat Gedung Rawat Inap, rehabilitasi
Puskesmas Induk, Pembangunan Tempat Parkir, Pembangunan pagar, Pembebasan
lahan untuk Instalasi Gawat Darurat serta pembangunan Poskesdes untuk 4 desa.
Untuk itu perlu disediakan lahan untuk pembangunan sarana agar pemerintah dapat
merencanakan pembangunannya di tahun berikutnya.
Sejak tahun 2005 Puskesmas Gilireng sudah mulai berfungsi sebagai puskesmas
Rawat Inap sehingga masyarakat yang perlu diopname tidak perlu lagi dirujuk ke luar
kecamatan. Puskesmas menyediakan 9 tempat tidur untuk pasien rawat inap serta
memiliki pula kendaraan untuk merujuk kasus-kasus yang tidak dapat ditangani di
Puskesmas.
Adapun rincian sarana kesehatan yang ada dapat di lihat dari tabel di bawah ini :

15
Tabel 2 :
JUMLAH SARANA KESEHATAN
PUSKESMAS GILIRENG
TAHUN 2020

NO JENIS SARANA JUMLAH KETERANGAN

1. Gedung Rawat Jalan 1 unit


2. Gedung Rawat Inap 1 unit
3. Gedung PONED 1 unit
4. Puskesmas Pembantu 4 unit
5. Puskesmas Keliling 1 unit
6. Polindes/Poskesdes 5 unit
7. Motor Dinas 14 unit
8. Ambulance 1 unit
9. Rumah dinas Dokter 1 unit
10 Rumah dinas Paramedis 1 unit
11 Instalasi Pengolahan Air Limbah 1 unit

Jumlah 31 unit

c. Peralatan Puskesmas

Untuk menunjang kegiatan pelayanan yang bermutu tentunya harus tersedia


alat yang dibutuhkan. Dalam tahun 2020 Puskesmas mendapat bantuan dropping alat
kesehatan dari Dinas kesehatan yang kesemuanya memberi dampak bagi peningkatan
upaya kesehatan terutama peralatan-peralatan diagnosis serta alat Gawat darurat set.
Ada beberapa alat yang belum tersedia di puskesmas dan ada beberapa pula yang
dalam kondisi rusak. Adapun alat-alat yang belum tersedia antara lain :

- Alat-alat dapur/Pantry
- Puskesmas Keliling set

16
2. SUMBER DANA

Tahun 2020 Puskesmas Gilireng mendapatkan Anggaran sebesar Rp.


1.097.156.546,- (Satu milyar Seratus Tiga Puluh Satu Juta Enam Ratus Enam Puluh
Empat Ribu Lima Ratus Empat Puluh Enam Rupiah Rupiah) yang bersumber dari APBD,
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan juga dana Biaya Operasional Kesehatan (BOK)
dengan perincian sebagai berikut :

1. Dana APBD : Rp. 34.508.000,-


2. Dana JKN : Rp. 514.575.718,-
3. Dana BOK : Rp. 582.580.828,-
Jumlah Rp. 1.131.664.546,-

B. KEADAAN PELAYANAN KESEHATAN

Keadaan pelayanan kesehatan dapat dilihat dari derajat kesehatan masyarakat


yang diukur dari umur harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan dan status gizi.
Selain itu keadaan pelayanan kesehatan dilihat pula dari keadaan lingkungan,
keadaan perilaku masyarakat dan pelayanan KIA/KB.Uraian selengkapnya dapat
disimak dari bahasan di bawah ini.

1. Derajat kesehatan
Derajat kesehatan diukur dari indikator kualitas hidup yaitu umur harapan
hidup waktu lahir, mortalitas (angka kematian), morbiditas (angka kesakitan) dan
status gizi.
Umur harapan hidup waktu lahir adalah umur terpanjang yang mungkin
dicapai penduduk beradasarkan perhitungan jumlah rata-rata dari umur kematian
penduduk. Mortalitas diukur dari angka kematian bayi, angka kematian balita, angka
kematian ibu melahirkan dan angka kematian kasar. Morbiditas diukur dari angka
kesakitan Demam Berdarah (DBD), angka kesakitan Malaria, Angka kesakitan TB Paru,
angka Acute Flacid Paralysis (AFP) pada anak usia di bawah 15 tahun. Sedangkan
status gizi diukur dari Persentase bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),

17
Persentase Balita dengan gizi baik, Persentase Wanita Usia Subur yang Kurang Energi
Kronis (KEK), Prevalensi Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) dan Prevalensi
Anemia Gizi.

a. Umur harapan hidup waktu lahir

b. Mortalitas

1. Angka Kematian Bayi (AKB)


Dalam tahun 2020 dilaporkan tidak ada kematian Bayi ( 0 – 12 bulan) sehingga
AKB sebesar 0 artinya dalam 1000 kelahiran hidup tidak terdapat bayi yang
mati.Angka ini sama dibandingkan tahun sebelummya tidak ada dilaporkan
kematian bayi.Pertolongan persalinan oleh dukun, selalu didampingi oleh bidan desa
sehingga angka kematian bayi dapat ditekan sekecil mungkin.

2. Angka Kematian Balita (AKABA)


Dalam tahun 2020 tidak ada dilaporkan kasus kematian Balita di kecamatan
Gilireng. Angka Kematian Balita (usia 1 – 5 tahun) tahun 2020 sebesar 0 perseribu
anak balita artinya dalam 1000 balita terdapat 0 anak balita mati dalam setahun.

3. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)


Di di tahun 2020 terdapat 1 kematian ibu melahirkan, sehingga AKI sebesar
0,08 perseribu penduduk. Ini perlu menjadi perhatian agar lebih meningkatkan
kualitas pelayanan Antenatal yang baik

4. Angka Kematian Kasar (AKK)


Dari data kematian puskesmas selama tahun 2020 terdapat 65 kematian dengan
penyebab yang beragam, Dari data yang ada penyebab kematian Lanjut Usia sebesar
22 kasus, Jantung 9 kasus, Hipertensi 8 kasus, Cirosisi Hepatitis, Kecelakaan, Stroke
masing-masing 3 kasus, Paru, Ca.Serviks,Asma, Gagal Ginjal dan Tumor masing-
masing 2 kasus, dan yang lainnya masing-masing 1 kasus,. Untuk selengkapnya
dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

18
tabel 3 :
JUMLAH KASUS KEMATIAN DAN PENYEBABNYA
PUSKESMAS GILIRENG
TAHUN 2020

NO PENYEBAB KEMATIAN JUMLAH KETERANGAN

1. Lansia 22
2. Jantung 9
3. Hipertensi 8
4. Cirosis Hepatitis 3
5. Kecelakaan 3
6. Stroke 3
7. Paru 2
8. Ca.Serviks 2
9. Asma 2
10. Gagal Ginjal 2
11. Tumor 2
12. Post Sc 1
13. DM 1
14. Pembunuhan 1
15. Kanker 1
16. Thypoid 1
17. Leukemia 1
18. Tidak diketahui sebabnya 1

Jumlah 65

Angka kematian Kasar sebesar 65 X 1000 jiwa = 5,67 artinya dalam setiap
1000
11.444
penduduk terdapat 5 – 6 kasus kematian selama tahun 2020.

c. Morbiditas

Angka kesakitan diperoleh dari data LB1 selama tahun 2020. Dari data tersebut
diketahui bahwa Dispepsia merupakan penyebab kesakitan tertinggi yaitu sebesar
966 kasus, disusul penyakit Hipertensi sebanyak 946 kasus dan pada urutan ketiga
adalah Infeksi Saluran Nafas Bagian Atas sebanyak 601 kasus.

19
Urutan 10 penyakit terbanyak yang diderita masyarakat di kecamatan Gilireng
dapat disimak dari tabel di bawah ini :

tabel 4 :

10 PENYAKIT TERBANYAK
PUSKESMAS GILIRENG
TAHUN 2020

TRIWULAN
NO. PENYAKIT JUMLAH KET
I II III IV
262 225 284 966
1 Dispepsia 195
217 255 270 946
2 Hipertensi 204
140 99 115 601
3 Infeksi Pernafasan Bagian Atas 247
107 128 165 516
4 Dislipidemia 116
91 84 100 386
5 Dermatitis 111
57 122 130 330
6 Gout 21
55 63 76 259
7 Diabetes Melitus 65
63 44 64 201
8 Rematik 30
45 49 65 195
9 kecelekaan 36
29 25 25 136
10 Diare 57

Adapun angka kesakitan dari beberapa indikator morbiditas dapat disimak dari
uraian berikut :

1. Penyakit Demam Berdarah

Di Tahun 2020 terdapat 2 kasus DBD dengan pemeriksaan Laboratorium Positif


DBD. Dalam waktu 1 X 24 jam kasus ini dilaporkan dan segera diadakan
penyemprotan massal (Fogging) dengan radius kurang lebih 100 meter dari rumah
sumber. Namun karena banyaknya kasus serupa di kecamatan lain sehingga kegiatan
Fogging kadang terlambat sampai 4 hari dari pelaporan kasus itu sendiri. Sehingga
dikawatirkan nyamuk pembawa virus dengue sempat menulari orang lain sebelum

20
diadakannnya pembasmian dengan fogging.Untuk ke depan perlu dipikirkan untuk
pengadaan mesin Fogging per kecamatan sehingga ketika hasil laboratorium telah
positip DBD maka foggingpun dapat dilakukan sesegera mungkin.
Selain itu diadakan pula kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dengan
strategi 3 M (Menutup, menguras dan Mengubur), Abatisasi terhadap sarana
penampungan air warga serta digiatkan kegiatan penyuluhan agar penyebarannya
dapat diputus secepatnya.
Angka kesakitan penyakit DBD tahun 2020 sebesar 0,17 perseribu penduduk.

2. Penyakit malaria

Tahun 2020 terdapat 1 kasus malaria positip. Kecamatan Gilireng bukanlah


daerah endemis malaria, sehingga bila ada kasus malaria maka dapat dipastikan
bahwa kasus tersebut berasal dari daerah luar atau daerah endemis malaria, seperti
maluku, Irian dan sekitarnya. Namun hal ini harus tetap diwaspadai mengingat
mobilitas warga yang sering ke daerah-daerah endemis sehingga dikhawatirkan
menjadi barrier (Pembawa kuman) dari virus malaria.
Tahun 2020 angka morbiditas penyakit malaria 0,17 perseribu penduduk.

3. Penyakit TB Paru

Angka kesakitan Penyakit TB Paru tahun 2020 secara nasional diperkirakan 2,1
perseribu penduduk,angka ini meningkatkan dibandingkan tahun sebelumnya karena
secara epidemiologis ternyata perkiraan kasus TB di masyarakat sangat tinggi yaitu
2,1 perseribu penduduk, artinya dalam 1000 penduduk diperkirakan 2-3 orang
terinfeksi kuman Mycobacterium Tubercolusis.
Di kecamatan Gilireng dalam tahun 2020 ditemukan 6 kasus TB Paru BTA
Positip. Angka Kesembuhan (Cure rate) 66,7%, angka Pengobatan Lengkap (Complete
rate) 58,3% dan angka keberhasilan pengobatan (Success rate) 91,7%.
Dari jumlah kasus tersebut maka angka kesakitan Penyakit TB Paru sebesar 6 /
11.444 Penduduk X 1000 = 0,52 perseribu penduduk. Ini berarti dalam 1000

21
penduduk terdapat 1 orang terpapar TB Paru. Angka ini masih dibawah angka
Nasional yaitu 2,1 perseribu penduduk.

4. Penyakit Acute Flacid Paralysis (AFP)

Kejadian AFP dijadikan indikator keberhasilan program eradikasi Polio yang


dilakukan melalui Pekan Imunisasi Nasional. Kegiatan pemantauan secara aktif terus
dilakukan terhadap anak berusia di bawah 15 tahun yang kemungkinan sudah
terpapar virus polio liar yang mungkin ada di masyarakat.
Di kecamatan gilireng untuk tahun 2020 tidak ada dilaporkan kejadian AFP.

d. Status Gizi

Status gizi masuk dalam indikator derajat kesehatan karena masalah gizi sangat
mempengaruhi kesehatan seseorang. Gizi kurang, identik dengan lemahnya
pertahanan tubuh terhadap penyakit. Sedangkan gizi lebih (overweight) dapat
memperparah sistem transportasi dalam tubuh sehingga menimbulkan penyakit-
penyakit ganguan metabolisme seperti hipertensi, ginjal, jantung,dll. Bahkan status
gizi janin dalam kandungan turut memberi pengaruh terhadap kesehatan dan
perkembangannya.
Berikut akan disajikan indikator-indikator status gizi yang terdiri dari Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR), Gizi Balita, Gizi Ibu Hamil Kurang Energi Protein (KEK)
dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)

1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Berat Badan Bayi lahir yang dianjurkan adalah minimal 2500 gram. Berat Badan
Bayi waktu lahir dipengaruhi oleh asupan gizi dari ibu sewaktu masa kehamilan. Oleh
karena itu bila Ibu hamil memang sudah Kurang Energi Protein biasanya anak yang
dilahirkan beratnya juga di bawah standar atau BBLR.
Jumlah BBLR di kecamatan Gilireng selama tahun 2020 sebanyak 16 kasus

2. Gizi Balita

Pengukuran Gizi balita dapat diketahui melalui kegiatan penimbangan di


posyandu setiap bulan. Gizi balita difokuskan pada pengukuran berat badan terhadap

22
umur. Meskipun tidak semua balita datang ke posyandu, namun dari data yang ada
status gizi balita dapat dihitung secara umum.
Dari 582 balita yang ditimbang terdapat 18 Balita Gizi kurang, dai 582 yang
diukur tinggi badannya terdapat 34 Balita pendek dan balita kurus 6 orang. Masalah
ini ditangani dengan pemberian PMT dan penyuluhan.

3. Gizi Ibu Hamil KEK

Indikator Kurang Energi Kalori digunakan untuk mengetahui status gizi Wanita
usia subur (WUS) usia 15 – 49 tahun dengan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
Dengan standar LILA minimal 23,5 cm.
Pengukuran LILA pada WUS utamanya ditujukan pada ibu hamil yang datang
berkunjung ke bidan baik di puskesmas maupun di polindes ataupun posyandu. Dari
225 bumil yang diperiksa terdapat 6 bumil dengan LILA di bawah 23,5 cm. Ini
menunjukkan ada sekitar 2,6% Ibu hamil KEK. Hal ini juga ditangani dengan
pemberian PMT bumil serta penyuluhan-penyuluhan.

4. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Seperti tahun-tahun sebelumnya, untuk mengetahui masalah kekurangan


Yodium telah dilakukan pemeriksaan komsumsi garam yodium pada masyarakat
melalui sekolah. Dari 210 sampel garam yang diperiksa terdapat 182 sampel dengan
kandungan yodium cukup yaitu 10 – 40 ppm. Sedangkan 28 sampel (13,3) tidak
mengandung Yodium.
Meskipun demikian, kasus GAKY di kecamatan Gilireng masih sangat rendah,
jadi bukan merupakan daerah endemis GAKY.

5. Prevalensi Anemia Gizi

Anemia Gizi ditentukan melalui pemeriksaan klinis maupun dengan


pemeriksaan Haemoglobin dalam darah, khususnya pemeriksaan dilakukan pada ibu
hamil, dimana angka standar yang ditetapkan adalah 12,0 – 14,0 g/dl untuk wanita
dan 14,0 – 16,0 g/dl untuk pria. Sedangkan pemeriksaan klinis melalui pemeriksaan
kelopak mata yang pucat.

23
Dari hasil pemeriksaan 210 pasien (ibu hamil) terdapat 6 bumil dengan kadar
Haemoglobin dibawah standar, sehingga angka anemia gizi sebesar 2,8 %.

C.2. Keadaan Lingkungan

Indikator-indikator untuk menilai kesehatan lingkungan antara lain persentase


keluarga yang memiliki persediaan air bersih, persentase keluarga yang memiliki
jamban keluarga, persentase keluarga yang memiliki tempat pembuangan sampah
dan persentase keluarga yang memiliki saluran pembuangan air limbah yang
memenuhi syarat.

a. Persediaan air Bersih

Dari laporan Kesehatan lingkungan tahun 2020, terlihat cakupan persediaan air
bersih sudah baik yaitu 78,19 %, dimana target persediaan air bersih untuk daerah
pedesaan adalah 70 %. Ini merupakan kemajuan yang berarti dengan penemuan
sumber mata air baru dan program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (PAMSIMAS) yang telah berjalan dibeberapa desa di kecamatan Gilireng.
Proyek pengeboran sumber mata air dalam tahun 2020 di desa Mamminasae
berhasil mendapatkan mata air yang cukup sehingga 2 desa dapat teraliri sehingga
meningkatkan cakupan air bersih. Ada 3 desa yang perlu mendapat perhatian dalam
penyediaan air bersih yaitu desa Polewalie, Desa Poleonro dan desa Arajang.
Jumlah dan jenis sarana Air bersih yang dimiliki masyarakat dapat dilihat dalam
tabel di bawah ini :

24
tabel 5 :
JENIS DAN JUMLAH SARANA AIR BERSIH
SERTA JUMLAH PENDUDUK YANG DILAYANI
PUSKESMAS GILIRENG
TAHUN 2020

NO JENIS SARANA JUMLAH JUMLAH PEND. PERSENTASE


DILAYANI
1. Sumur Gali 1.546 5.498 47,38
2. Sumur Gali Plus 0 0 0
3. Sumur Bor 0 0 0
4. Perlindungan mata air 0 0 0
5. Penampungan Air Hujan 0 0 0
6 Perpipaan, BPSPAM 5 3.574 30,81

Jumlah 1.551 9.072 78,19

Dari data dapat dilihat bahwa masih sekitar 21,81 % penduduk yang
membutuhkan sarana air bersih untuk mendapatkan air bersih yang mencukupi. Bila
ditilik cakupan persediaan air bersih menurut desa, maka desa Paselloreng adalah desa
dengan cakupan paling rendah. Ini sangat berhubungan dengan tingginya angka
kejadiaan diare di desa tersebut setiap tahunnya. Masyarakat enggan untuk
membangunan sarana air bersih baru dengan alasan bahwa desa tersebut nantinya
akan ditenggelamkan untuk pembangunan bendungan sehingga mereka lebih memilih
mengambil air bersih di sungai dengan membuat saringan-saringan di tepi sungai.

b. Jamban Keluarga

Cakupan jamban keluarga di kecamatan Gilireng sudah cukup baik yaitu 100 %.
Peningkatan ini diakibatkan karena meningkatnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya membuang kotoran pada tempat yang memenuhi syarat dan juga karena
adanya program PAMSIMAS yang menargetkan 100 persen Open Defecation Free (ODF)
bagi desa lokasi. Juga karena mengingat biaya yang dibutuhkan untuk membuat
Jamban cukup besar. Namun sebagian besar masyarakat menggunakan jamban semi

25
permanen. Oleh karena itu sosialisasi dan pemicuan perlu terus ditingkatkan guna
mewujudkan kecamatan Gilireng ODF. Untuk tahun 2020 ini dari 9 desa/kelurahan 9
desa sudah ODF.

Jumlah dan jenis jamban yang ada di kecamatan Gilireng tahun 2020 dapat dilihat dari
tabel di bawah ini :
Tabel 7 :
JUMLAH DAN JENIS JAMBAN
DI KECAMATAN GILIRENG
PUSKESMAS GILIRENG
TAHUN 2020

NO JENIS JAMBAN JUMLAH KETERANGAN

1. Leher Angsa 2.374


2. Plengsengan 10
3. Cemplung 301
4. Komunal 1

Jumlah 2.686

c. Pembuangan Sampah

Masyarakat di pedesaan umumnya memusnahkan sampah dengan cara dibakar.


Sebagian ditimbun dan sebagian dibuang begitu saja dan dibiarkan membusuk. Hal ini
dapat mengakibatkan terjangkitnya penyakit yang disebabkan lingkungan, utamanya
diare. Melalui lalat yang berasal dari penampungan sampah kemudian hinggap ke
makanan yang dikomsumsi masyarakat. Pengelolaan sampah yang tidak baik juga
berbahaya, karena tidak menutup kemungkinan anak-anak yang bermain
disekitarnya tertusuk pecahan kaca atau paku yang bisa mengakibatkan infeksi. Selain
itu bau yang dihasilkannya juga mengganggu kenyamanan.
Dari hasil inspeksi sanitasi selama tahun 2020 diperoleh data bahwa hanya
cakupan Tempat Sampah baru mencapai angka 47,5%. Perlu dilakukan intervensi

26
untuk peningkatan akses sampah sebagai salah satu pilar Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)

d. Penampungan air limbah

Berbicara mengenai Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang memenuhi


syarat, maka hal ini jarang ditemukan Umumnya masyarakat hanya membuat
penampungan air limbah terbuka dengan menggunakan bebatuan agar air limbah
rumah tangga dapat meresap melalui bebatuan tersebut sehingga tidak mengotori
tanah permukaan.
Dalam tahun 2020 pemerintah berusaha memotivasi masyarakat untuk
membuat SPAL yang memenuhi syarat dengan memberikan sketsa SPAL yang
memenuhi syarat kesehatan. Namun tampaknya hal ini belum juga mampu
menggugah masyarakat untuk mencontoh hal tersebut. Mungkin untuk tahun 2020
perlu dianggarkan lebih besar untuk membuat SPAL percontohan setiap desa 1 buah.
Sehingga nantinya masyarakat akan lebih mengenal dan mengetahui tentang SPAL
yang memenuhi syarat tersebut.
Dari hasil inspeksi sanitasi diperoleh data sekitar 60% yang membuat
masyarakat sudah membuat SPAL yang terdiri dari SPAL sederhana (resapan) dan
SPAL tertutup model Septik Tank.

C.3. Keadaan Perilaku Masyarakat


Berikut akan dipaparkan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap
kesehatan yaitu persentase penduduk yang berolahraga secara teratur, persentase
penduduk yang tidak merokok, persentase penduduk yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan dan Usaha Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM).

a. Olahraga secara teratur


Olahraga yang dilakukan secara teratur dapat membuat badan menjadi bugar
sehingga dapat melakukan aktifitas sehari-hari dengan baik.
Aktifitas olahraga yang dilakukan secara rutin mulai terlihat di sekolah-sekolah
dan kantor-kantor pemerintah sebagai bagian dari Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS) yang dicanangkan pemerintah.

27
Aktifitas fisik ini sebenarnya telah dilakukan oleh masyarakat baik ketika
bekerja di sawah atau ladang, bekerja di rumah maupun kegiatan olahraga yang
dilakukan di desa-desa. Kebiasaan baik ini perlu terus dijaga dan dikembangkan
sehingga membudaya di kalangan masyarakat.

b. Kebiasaan Merokok
Kebiasaan merokok adalah kebiasaan yang sangat sulit diubah. Walaupun
pemerintah gencar-gencarnya mengkampanyekan anti rokok, namun jumlah
masyarakat yang merokok tetap saja banyak.
Dari hasil survey PHBS, diperoleh data bahwa sebanyak 42 % penduduk masih
merokok. Hal ini merupakan tantangan bagi kita semua karena telah diketahui bahwa
rokok memiliki bahaya yang sangat besar bagi kesehatan

c. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan


Seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat maka sebagian besar
masyarakat sudah sadar dan mau memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang
ada. Apalagi dari 9 desa yang ada, semuanya telah terdapat petugas kesehatan yang
tinggal menetap di desa tersebut, sehingga masyarakat dapat mendapatkan pelayanan
dengan cepat dan bermutu.
Dari data kunjungan pasien ke sarana pelayanan kesehatan, tercatat sebanyak
4.257 penduduk yang berobat ke Puskesmas (37,19%), 2.378 yang berobat ke Pustu
(20,5%) dan sekitar 546 yang berobat ke Praktek petugas kesehatan. Sedangkan data
mengenai masyarakat yang berobat ke dukun/pengobat tradisional tidak diketahui
secara pasti.

d. Pengembangan UKBM
Indikator peran serta masyarakat yang nyata yaitu adanya pengembangan
UKBM (Usaha Kesehatan Bersumberdaya Masayarakat) oleh masyarakat.
Di Kecamatan Gilireng telah terbentuk 6 jenis UKBM yaitu Posyandu, Poskesdes,
Posbindu, Posyandu Lansia, Toga, dan Usaha Kesehatan Sekolah. Dalam tahun 2020

28
terdapat 22 Posyandu aktif, Toga di 9 desa, Polindes/Poskesdes di 4 desa, Posbindu
22 buah, Posyandu Lansia 22 buah dan UKS di 18 Sekolah .

C.4.Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

Pelayanan kesehatan Ibu dan anak serta Keluarga Berencana dapat diukur
dengan indikator persentase pelayanan antenatal, persentase pertolongan persalinan,
pemeriksaan neonatal dan pelayanan Keluarga Berencana.

a. Pelayanan Antenatal

Kualitas pelayanan antenatal dapat dilihat dari persentase ibu hamil yang
memeriksakan kehamilannya ke petugas kesehatan (dokter atau bidan) berupa
kunjungan baru (K1) dan pemeriksaan minimal 4 kali selama kehamilan yaitu sekali
pada triwulan I, sekali pada triwulan II dan dua kali pada triwulan IV (K4).
Cakupan K1 puskesmas Gilireng tahun 2020 sebesar 99 % dan K4 sebesar 95,10
%. Hal ini menunjukkan sudah tingginya kesadaran ibu hamil untuk memeriksakan
dirinya ke petugas kesehatan sehingga Angka Kematian Ibu (AKI) dapat ditekan
serendah mungkin. karena dengan aktifnya ibu hamil memeriksakan kehamilannya ke
dokter atau bidan maka kelainan kehamilan dapat diketahui sedini mungkin sehingga
cepat pula penanganannya.

b. Pertolongan Persalinan

Tenaga yang memberikan pertolongan persalinan ada dua yaitu tenaga


profesional (dokter dan bidan/pembantu bidan) dan dukun bayi (terlatih dan tidak
terlatih).
Cakupan pertolongan persalinan oleh petugas kesehatan di kecamatan Gilireng
sebesar 99 %. Ini menunjukkan bahwa resiko terjadinya infeksi semakin
diminimalisir. Paling tidak diusahakan pertolongan persalinan yang dilakukan oleh
dukun bayi dapat didampingi oleh bidan.

29
c. Pemeriksaan Neonatal

Kunjungan Neonatal (KN) untuk bayi ( 0 – 28 hari) dianjurkan sebanyak dua kali
yaitu pada umur 0 – 7 hari dan pada umur 8 –28 hari.Ini dilakukan untuk menilai
kualitas pelayanan kesehatan neonatal.
Data dari seksi KIA menunjukkan cakupan Neonatal tahun 2020 sebesar 99 %.
Artinya dari 100 kelahiran hiduphampir semua bayi dikunjungi sebanyak dua kali
yaitu pada umur 0 - 7 hari dan 8 – 28 hari sejak kelahiran.

d. Pelayanan Keluarga Berencana

Berdasarkan laporan seksi KIA, terdapat 38,95 % peserta KB Pasca persalinan


dan 76 % peserta KB aktif . Dari jumlah tersebut kontrasepsi yang paling banyak
digunakan adalah Suntik KB, kemudian pil KB dan urutan ketiga adalah Implant.
Rincian kontrasepsi yang digunakan dapat dilihat dari tabel 28 dari lampiran

30
BAB IV
PENCAPAIAN TARGET PROGRAM

Bab ini akan menguraikan target masing-masing program yang direncanakan tahun
2020 dan pencapaiannya, yang meliputi program :

1. Program Pokok Lingkungan Sehat, Perilaku sehat dan Pemberdayaan


masyarakat
2. Program Pokok Upaya Kesehatan
3. Program Pokok Perbaikan Gizi Masyarakat
4. Program Pokok Sumber Daya Kesehatan
5. Program Pokok Obat, Makanan dan Bahan Berbahaya
6. Program Pokok Kebijakan dan Manajemen Kesehatan

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari table-tabel di bawah ini :

tabel 9 :
TARGET DAN CAKUPAN PROGRAM POKOK
LINGKUNGAN SEHAT, PERILAKU SEHAT DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PUSKESMAS GILIRENG TAHUN 2020

NO INDIKATOR TARGET CAKUPAN


(%) (%)

1. Keluarga yang memiliki 70 100


persediaan Air bersih sehat
2. Keluarga yang memiliki akses 60 100
terhadap jamban sehat
3. Keluarga yang mengelola sampah 40 47,00
dengan baik
4. Keluarga yang mengelola limbah 40 60,00
dengan aman
5. Penduduk di atas 10 tahun yang 80 71,9
tidak merokok
6. Akseptor Keluarga Berencana 40 76,0
(Persentase terhadap PUS)
7. Penduduk yang memanfaatkan 15 64,7

31
pelayanan kesehatan
8. Desa yang memiliki posyandu 100 100
aktif
9. (UKBM) 18 41,2
Keluarga yang tercakup jaminan
pembiayaan kesehatan

Program Pokok Lingkungan sehat, Perilaku sehat dan Pemberdayaan


masyarakat merupakan indikator yang menunjukkan sejauh mana masyarakat sadar,
mau dan dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. Penciptaan
lingkungan sehat, perilaku sehat dan UKBM adalah cerminan partisipasi masyarakat
dalam bidang kesehatan. Pemerintah dalam hal ini departeman kesehatan merupakan
tenaga pembimbing dan pendamping masyarakat untuk mewujudkan masyarakat
yang sehat dan memiliki derajat kesehatan yang optimal.

Tabel 10 :
TARGET DAN CAKUPAN PROGRAM POKOK
UPAYA KESEHATAN
PUSKESMAS GILIRENG TAHUN 2020

NO INDIKATOR TARGET CAKUPAN


(%) (%)

1. Ibu hamil yang mendapat 90 99,02


pelayanan
2. Pemeriksaan lengkap (K4) 80 98,96
Pertolongan persalinan oleh
3. tenaga 80 98,96
4. Kesehatan 90 90,80
Pelayanan Neonatal (KN)
5. Bayi yang mendapat Imunisasi 100 66,7
6. Campak 80 89,9
7. Cakupan Kesembuhan TB Paru 0 15,4
Rumah bebas jentik nyamuk
Murid SD yang tercakup
perawatan kesehatan Gigi

32
Program pokok Upaya kesehatan menunjukkan kinerja yang dihasilkan
puskesmas dalam kegiatan upaya kesehatan yang terdiri dari promotif,preventif,
kuratif, dan rehabilitatif atau dikenal dengan istilah pelayanan paripurna.
Meskipun yang nampak atau menonjol di bidang kesehatan adalah kegiatan
kuratif , namun diusahakan agar nantinya menuju mainstream promotif dan preventif
yaitu usaha mencegah agar orang yang sehat tidak jatuh sakit, melalui penyuluhan
maupun imunisasi.
Hal ini semua dapat terwujud dengan tersedianya sarana dan prasarana dan
tenaga kesehatan yang cukup dan profesional di bidangnya masing-masing, serta
dukungan dari segenap sektor diluar kesehatan, baik secara langsung maupun tidak
langsung, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri, karena kesehatan
merupakan kebutuhan pokok yang sangat vital sesuai dengan pepatah yang
mengatakan kesehatan bukanlah segalanya, tapi tanpa kesehatan segala-galanya
tidak mempunyai arti.

tabel 11 :
TARGET DAN CAKUPAN PROGRAM POKOK
PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
PUSKESMAS GILIRENG TAHUN 2020

TARGET CAKUPAN
NO INDIKATOR (%) (%)

1. Balita yang mendapat kapsul 80 87,88


vitamin A
2. Ibu hamil yang mendapat tablet 90 95,10
Tambah Darah
3. Balita dengan Gizi Baik 80 88,67
4. Ibu Hamil yang Anemia Gizi < 20 2,8
5. Prevalensi Gangguan Akibat < 15 0
Kekurangan Yodium
6. WUS yang Kurang Energi Kronis < 20 2,6
7. Ibu hamil yang mendapat kapsul 35 0
Yodium

33
Kegiatan perbaikan Gizi masyarakat adalah kegiatan yang harus terus digiatkan
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Indikator-indikator tersebut di atas
adalah indikator yang mendukung terciptanya sumber daya manusia yang sehat
sehingga secara langsung dapat mendorong peningkatan kualitas dan SDM Indonesia.

Tabel 12 :
TARGET DAN CAKUPAN PROGRAM POKOK
SUMBER DAYA KESEHATAN
PUSKESMAS GILIRENG TAHUN 2020

NO INDIKATOR TARGET CAKUPAN

1. Ratio Puskesmas terhadap 1 : 10.000 1 : 11.444


2. penduduk 1:5 1:5
Ratio Puskesmas Pembantu
3. terhadap Puskesmas 1 : 10.000 1 : 5.722
4. Ratio Dokter tehadap penduduk 1 : 1.000 1 : 1.430
5. Ratio Perawat terhadap penduduk 1 : 1.000 1 : 457
Ratio Bidan terhadap penduduk

Ketersediaan tenaga dan sarana kesehatan yang memadai dan mencukupi


adalah indikator yang menunjang pelaksanaan pelayanan kesehatan yang prima. Dari
data/tabel di atas dapat disimak bahwa angka ratio tenaga kesehatan terhadap
penduduk maupun sarana kesehatan terhadap penduduk sudah mendekati target
bahkan untuk tenaga perawat dan bidan sudah melewati target. Sisa penilaian
kompetensi petugas yang dibutuhkan untuk menjamin peningkatan mutu pelayanan
pada masyarakat.

34
Tabel 13 :
TARGET DAN CAKUPAN PROGRAM POKOK
OBAT, MAKANAN DAN BAHAN BERBAHAYA
PUSKESMAS GILIRENG TAHUN 2020

NO INDIKATOR TARGET CAKUPAN


(%) (%)

1. Ketersediaan Obat yang 100 98


2. dibutuhkan 100 100
Pengawasan terhadap Pedagang
3. Penjual Obat/PPO 50 100
Pengawasan Penggunaan Bahan
4. Tambahan Makanan yang dilarang 50 100
Penyuluhan mengenai bahaya
penyalahgunaan Narkotika

Ketersediaan obat dan bahan lainnya adalah salah satu indikator yang sangat
penting dalam rangka kegiatan pelayanan kesehatan. Pada umumnya obat-obatan
yang dibutuhkan terutama obat esensial selalu tersedia, namun ada beberapa jenis
obat yang kadang kosong beberapa saat, seperti. Tetapi hal ini dapat diatasi dengan
penggunaan obat lain.
Pengawasan terhadap bahan tambahan makanan berbahaya perlu dilakukan
untuk melindungi masyarakat dari penggunaan bahan tambahan makanan yang
membahayakan kesehatan.
Sedangkan mengenai penyalahgunaan narkotika dilakukan dengan
melaksanakan penyuluhan di sekolah-sekolah dan masyarakat

35
tabel 14 :

CAKUPAN PROGRAM POKOK


KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN KESEHATAN
PUSKESMAS GILIRENG TAHUN 2020

NO INDIKATOR TARGET CAKUPAN


(%) (%)

1. Membuat data pencapaian/ 100 98


cakupan kegiatan pokok tahun
lalu
2. Menyusun Rencana Usulan 100 90
Kegiatan dan Rencana
Pelaksanaan Kegiatan secara
terperinci dan lengkap
3. Melaksanakan Mini Lokakarya 80 100
bulanan di Puskesmas
4. Mengirim Laporan Bulanan tepat 100 80
waktu
5. Membuat kartu inventaris dan 100 85
menempatkan di ruang masing-
masing
6. Membuat kartu stok obat/bahan 100 95
di gudang secara rutin
7. Membuat catatan bulanan 100 100
8. keuangan 100 80
Pemeriksaan keuangan secara
9. berkala 100 100
Menyusun Kinerja Puskesmas
10. setiap tahun 100 100
Menyusun Profil Puskesmas setiap
tahun

Program Pokok Kebijakan dan Manajemen Kesehatan adalah indikator yang


menilai kemampuan managerial dan pengorganisasian puskesmas untuk
melaksanakan kegiatannya. Semakin tinggi cakupan kegiatan ini maka semakin baik
pengelolaan puskesmas dan begitupun sebaliknya.
Pada dasarnya program kebijakan dan manajemen kesehatan terbagi dalam
empat program yaitu manajemen operasional, manajemen alat/obat, manajemen

36
uang dan manajemen tenaga. Jadi keempat unsur inilah yang dilaksanakan dan
dikoordinir oleh seorang manajer di puskesmas dalam hal ini kepala Puskesmas.
Keberhasian dalam me-manage ke empat unsur ini akan menghasilkan kinerja
yang baik sementara salah dalam megatur empat unsur ini akan mengakibatkan
ketimpangan dan ketidakberhasilan dalam pencapain target kegiatan. Sehingga peran
seorang kepala puskesmas sebagai manager sangat diperlukan dalam mengatur
keempat unsur tersebut dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

37
BAB V
KINERJA KEGIATAN LINTAS SEKTOR

Kontribusi sektor lain di luar kesehatan sangat membantu sektor kesehatan,


baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung antara lain berupa
dukungan politis, pemberdayaan dan penggerakan masyarakat, dukungan dana,
penyediaan fasilitas dan sarana, serta penyediaan tenaga/kader kesehatan.
Sedangkan kinerja yang tidak langsung berpengaruh antara lain meningkatnya
angka melek huruf, meningkatnya ekonomi masyarakat serta peningkatan
pembangunan umumnya seperti sarana transportasi.
Kedua faktor tersebut memberi pengaruh dalam peningkatan kinerja kesehatan
sehingga hal ini perlu disikapi dan dicermati untuk menyusun rencana dan strategi
yang jitu agar pelaksanaan pembangunan kesehatan dapat bersinergi dengan
pembangunan sektor lain dan diupayakan agar pembangunan yang dilaksanakan
berwawasan kesehatan.
Berikut akan disajikan tabel yang menunjukkan pengaruh dari sektor lain
terhadap sektor kesehatan

tabel 15 :
KINERJA SEKTOR NON KESEHATAN
YANG MEMPENGARUHI SEKTOR KESEHATAN
PUSKESMAS GILIRENG TAHUN 2020

NO SEKTOR KEGIATAN PENGARUH TERHADAP


SEKTOR KESEHATAN

1. Pemerintah -Pembangunan sarana dan -Memperlancar kunjungan


Kecamatan/desa prasarana transportasi ke desa-desa
-Penggerakan masyarakat -Meningkatkan partisipasi
masyarakat
-Lomba desa -Mendorong masyarakat
berperilaku sehat dan
-Penyediaan kader bersih
-Membantu program
kesehatan seperti gizi
dengan kader posyandunya

38
2. Pendidikan -Pendidikan Olahraga dan -Meningkatkan kesehatan
kesehatan dan kesegaran siswa
-Pemberantasan Buta huruf -Meningkatkan pengetahuan
masyarakat secara umum
termasuk informasi
-UKS kesehatan
-Meningkatkan
keterampilan siswa dalam
3. Pertanian -Penyuluhan pemanfaatan P3K
pekarangan
-Membantu program gizi
dan tanaman obat
4. BKKBN -Pengkoordisiaan Keluarga keluarga
Berencana

5. KUA -Persyaratan Imunisasi bagi -Meningkatkan jumlah


calon pengantin akseptor KB
6. dll
-Membantu program
imunisasi

39
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah penyusunan profil ini maka dapat ditarik kesimpulan yang menunjukkan
tingkat derajat kesehatan sebagai berikut :

1. Umur harapan Hidup


2. Angka kematian (Mortalitas)
- Angka kematian Bayi sebesar 0 perseribu kelahiran hidup
- Angka kematian Ibu sebesar 0,087 perseribu kelahiran hidup
- Angka kematian Balita sebesar 0 perseribu anak balita
- Angka kematian Kasar sebesar 5,67 perseribu penduduk

3. Angka Kesakitan (Mortalitas)


- Angka kesakitan Demam Berdarah sebesar 0,25 perseribu penduduk
- Angka kesakitan Malaria sebesar 0 perseribu penduduk
- Angka kesakitan Tuberkulosa sebesar 1,8 perseribu penduduk
- Angka kesakitan AFP sebesar 0 perseribu penduduk
- Angka kesakitan diare sebesar 18,87 perseribu penduduk

4. Status Gizi
- Persentase BBLR sebesar 8,5 %
- Status Gizi Balita (Baik) sebesar 88,67 %
- Persentase WUS Kurang Energi Kronis sebesar 2,8 %
- Persentase GAKY tidak terlapor
- Anemia Gizi pada Ibu hamil sebesar 2,6%

40
SARAN

1. Perlunya peningkatan cakupan program untuk meningkatkan derajat


kesehatan masyarakat
2. Perlunya pencatatan dan pelaporan yang rasional, riil dan representatif yang
menggambarkan keadaan yang sebenarnya mengenai kesehatan masyarakat
3. Perlunya koordinasi yang baik dengan lintas sektor yang terkait terutama
dalam penyediaan database kependudukan.

41
BAB VII
PENUTUP

Menyimak Profil kesehatan kecamatan Gilireng secara umum dapat disimpulkan


bahwa masih banyak target-target kegiatan yang masih jauh dari target ataupun belum
terlaksana dengan baik. Ada beberapa hal yang patut dikemukakan yaitu :

1. Pelayanan pada ibu, bayi dan anak perlu terus ditingkatkan, termasuk
pelayanan gizi, yang menyangkut anemia pada bumil yang angkanya cukup
tinggi serta wanita usia subur yang Kurang Energi Kronis. Kedua hal ini
harus mendapat perhatian dan penanganan yang lebih baik.
2. Manajemen kesehatan perlu mendapatkan prioritas untuk peningkatannya,
terutama dalam hal pemenuhan tenaga kesehatan yang profesional,
penambahan dan perbaikan sarana serta dukungan data dan informasi yang
akurat dan dapat dengan cepat diketahui.
3. Namun demikian, keberhasilan sektor kesehatan tidak dapat dipikulkan
hanya kepada sektor kesehatan saja. Kontribusi sektor-sektor lain sangat
diharapkan untuk pencapaian target yang diharapkan terutama target
Indonesia Sehat tahun 2025. Semoga semua dapat tercapai, amiien…

Gilireng, Januari 2021


Penyusun,

H. Harpenas, S.ST
NIP. 197405041994031 005

42
DAFTAR LAMPIRAN

TABEL PROFIL KESEHATAN KECAMATAN GILIRENG TAHUN 2020

43
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………….....................................…………………………………… (i)

DAFTAR ISI……………………….............................……………………………………............. (ii)

BAB. I. PENDAHULUAN………………...................................……………………………… 2
A. Latar Belakang…………………………………………………............................... 2
B. Tujuan……………………………………………………………................................. 2
C. Kerangka Penyusunan……………………………………………....................... 3
BAB II. GAMBARAN UMUM…………………………………………….............................. 5
A. Keadaan Geografis……………………………………………….......................... 6
B. Keadaan Penduduk…………………………………............................…………. 8
C. Keadaan Ekonomi…………………………………...........................……………. 8
D. Keadaan Pendidikan………………………………….........................………….. 9
BAB III. PEMBANGUNAN KESEHATAN KECAMATAN…………....................... 11
A. Visi, Misi, Falsafah dan Motto…………………………………...................... 12
B. Keadaan Pelayanan Kesehatan………………………………….................. 17
BAB IV. PENCAPAIAN TARGET PROGRAM………………………......................... 31
A. Program Pokok Lingkungan Sehat, Perilaku Sehat dan Pember-
dayaan Masyarakat………………………………………….............................. 31
B. Program Pokok Upaya Kesehatan……………………….............……….. 32
C. Program Pokok Perbaikan Gizi Masyarakat…………….......……….. 33
D. Program Pokok Sumber Daya Kesehatan………………….......……. . 34
E. Program Pokok Obat, Makanan dan Bahan Berbahaya ............... 35
F. Program Pokok Kebijakan dan Manajemen Kesehatan............... 36
BAB V. KINERJA KEGIATAN LINTAS SEKTOR…………………........................ 38
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………….........................…... 40
A. Kesimpulan……………………………………………………..........................… 40
B. Saran……………………………………………………………............................... 41

44ii
BAB VII. PENUTUP…………………………………………………..............................…. 42

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………….............................……….. 43

45
iii

Anda mungkin juga menyukai