KESEHATAN
KECAMATAN GILIRENG
TAHUN 2020
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
karena dengan izin-Nya jualah sehingga Profil Kesehatan Kecamatan Gilireng tahun
2020 ini dapat diselesaikan pada waktunya.
Saya menyambut gembira atas selesainya penyusunan profil ini, karena dengan
terbitnya Profil ini kita dapat melihat sudah sejauh mana keberhasilan pembangunan
kesehatan selama tahun 2020 dan kejadian apa saja yang terkait dengan kesehatan
yang terjadi di kecamatan Gilireng selama kurun waktu tersebut.
Kami menyadari bahwa profil ini masih mengandung banyak kekurangan, oleh
karena itu saran dan kritik membangun dari para pembaca sekalian sangat kami
harapkan untuk perbaikan dalam penyusunannya di tahun berikutnya.
Tak lupa saya haturkan terimakasih dan apresiasi kepada pihak yang terlibat dan
memberikan kontribusinya dalam penyusunan profil ini. Saya mengharapkan profil ini
dapat menjadi acuan bagi pemegang program untuk menilai dan mengevaluasi hasil
kegiatannya selama setahun sehingga bisa membuat perencanaan untuk kegiatan di
tahun berikutnya.
1i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2
Tujuan umum disusunnya profil ini adalah untuk memberi gambaran keadaan
pembangunan kesehatan di kecamatan Gilireng selama tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
C. Kerangka Penyusunan
BAB I : PENDAHULUAN
3
kesehatan yang mencakup aspek Derajat kesehatan, Keadaan
lingkungan, Keadaan Perilaku Masyarakat serta Pelayanan
KIA/KB.
4
BAB II
GAMBARAN UMUM
5
Pada tahun 2001, Puskesmas Gilireng sudah berstatus Puskesmas Rawat Inap,
namun baru pada tahun 2005 dapat berfungsi karena masih kurangnya sarana
prasarana dan tenaga yang ada waktu itu.
Berikut ini akan diuraikan secara singkat mengenai kecamatan Gilireng secara
umum yang mencakup keadaan geografi dan demografi, sosial ekonomi dan keadaan
pendidikan.
A. KEADAAN GEOGRAFIS
6
PETA KECAMATAN GILIRENG
UTARA
LEGENDA :
Desa/Kel
Jalan Aspal
Pengerasan
Sungai
Puskesms
Pustu
Polindes/
Poskesdes
Luas wilayah + 147 Km2 yang terbagi dalam 8 desa dan 1 kelurahan yaitu :
7
Sebagian besar desa sudah dapat dijangkau dengan transportasi roda dua
maupun roda empat, namun bila musim penghujan tiba, beberapa dusun sulit dijangkau
seperti dusun Lamacongi dan dusun Daraga. Jalan tembus antara desa Polewalie dan
Lamata sekarang sudah dapat dilalui dengan adanya pengerasan dan pengaspalan jalan.
Jalur ini dapat dipakai sebagai akses untuk mencapai puskesmas secepatnya karena
lebih dekat dibandingkan bila melalui jalur kampung baru.
B. KEADAAN PENDUDUK
Jumlah penduduk kecamatan Gilireng tahun 2020 menurut Badan Pusat Statistik
sebanyak 11.444 jiwa yang terdiri dari 5562 jiwa laki-laki dan 5882 jiwa perempuan.
Rata-rata kepadatan penduduk sebesar 78 jiwa per kilometer persegi dengan
kepadatan 4 jiwa per KK. Sebagian besar penduduk adalah suku bugis dan mayoritas
beragama Islam.
Persebaran penduduk terbesar terdapat di desa Paselloreng yaitu 2222 jiwa,
kemudian desa Arajang sebanyak 1883 jiwa, desa Lamata sebanyak 1805 jiwa dan
ibukota kecamatan yaitu kelurahan Gilireng sebanyak 1478 jiwa. Sedangkan desa
lainnya jumlah penduduknya rata-rata berada dibawah 1000 jiwa karena desa-desa
tersebut merupakan desa pemekaran.Untuk selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
Tabel 1
C. KEADAAN EKONOMI
8
D. KEADAAN PENDIDIKAN
Dengan program wajib Belajar 9 tahun maka semakin sedikit jumlah masyarakat
yang buta huruf dan buta aksara. Kemampuan baca tulis adalah modal dasar individu
untuk meningkatkan kesejahteraannya. Sekarang sudah jarang didapatkan anak-anak
yang tidak bersekolah. Apalagi pemerintah memberi kemudahan dengan adanya kejar
paket A untuk setara Sekolah Dasar , Kejar Paket B untuk sekolah Setingkat SLTP dan
kejar paket C untuk yang setara SLTA. Adapula disediakan SMP terbuka bagi siswa yang
tidak dapat mengikuti pelajaran pada SMP umum.
Di kecamatan Gilireng angka buta huruf sebesar 5,60 %, artinya diantara 100
penduduk terdapat 6 orang yang tidak dapat membaca dan menulis. Tidak tamat SD
sebanyak 111 orang, Tamat SD sebanyak 3417 orang, Tamat SMP sebanyak 2746
orang, tamat SMA sebanyak 2334 orang, tamat Akademi/Sarjana 767 orang.
1 Taman Kanak-Kanak 9
2 Sekolah Dasar 18 3 kelas jauh
3 Madrasah Ibtidaiyah -
4 Sekolah Menengah Pertama 4
5 Madrasah Tsanawiah -
6 Sekolah Menengah Umum -
7 Sekolah Menengah Kejuruan 1
8 Madrasah Aliyah -
Jumlah 32
9
Dalam tahun 2020, pemerintah berusaha memperluas jangkauan pendidikan
dengan membuka sekolah-sekolah baru maupun Kelas jauh. Jumlah sarana pendidikan
meningkat di tahun 2020 dimana semula TK berjumlah 5 buah kini telah menjadi 9
buah, SD kelas jauh bertambah sebanyak 3 buah sehingga jumlahnya menjadi 18 buah.
Sedangkan SMP bertambah pula menjadi 1 buah yang semula hanya 3 buah, yaitu SMP
4 Gilireng yang terletak di dusun Bekkae desa Paselloreng. Ini semua memberi dampak
yang signifikan bagi pembangunan pendidikan yang akan menghasilkan sumber daya
manusia yang bermutu dan tentunya nanti akan lebih mudah memahami pentingnya
kesehatan sehingga secara tidak langsung meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Di bawah ini dapat disimak jumah sarana pendidikan yang ada di kecamatan Gilireng
selama kurun waktu tahun 2020
10
BAB III
PEMBANGUNAN KESEHATAN KECAMATAN
11
dengan menggalang keikutsertaan masyarakat yang pada akhirnya dapat
menumbuhkan kemandirian lokal di bidang kesehatan sehingga terwujud wilayah desa
sehat, kecamatan sehat hingga kabupaten sehat.
Untuk mencapai hal tersebut maka visi dan misi Pusat Kesehatan Masyarakat
kecamatan Gilireng, adalah seperti diuraikan dibawah ini.
12
B. SUMBER DAYA DAN DANA
1. SUMBER DAYA
a. Tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan adalah tenaga yang bekerja disektor kesehatan dan memiliki
keahlian dan kewenangan untuk menjalankan profesinya yang diatur oleh Undang-
Undang sesuai bidang pendidikannya.
Pelaksanaan Pelayanan kesehatan sesuai dengan keahlian dan bidang tugas
merupakan tuntutan zaman yang harus dipenuhi untuk menjamin tercapainya
pelayanan kesehatan yang bermutu dan sesuai standar.
Pemerintah berusaha mencukupi kebutuhan akan tenaga kesehatan baik dari
segi jumlah,jenis, maupun mutunya. Sehingga diharapkan nanti setiap unit
pelayanan memiliki tenaga kesehatan yang dibutuhkan dan tidak terjadi kelebihan
suatu jenis tenaga tertentu sehingga tidak efektif dan tidak efisien. Setiap tahun
selalu ada pengangkatan tenaga baru untuk mencukupi kebutuhan yang ada.
Sedangkan tenaga yang ada ditingkatkan mutunya dengan kegiatan Diklat,
Penataran maupun pengiriman tenaga untuk Tugas belajar. Disamping itu tenaga
kesehatan lainnya berusaha untuk menambah pengetahuan dengan inisiatif sendiri
misalnya dengan mengikuti perkembangan terbaru di bidang teknologi dan
informasi melalui internet ataupun dengan melanjutkan pendidikan dengan biaya
sendiri dengan izin belajar. Kesemuanya demi untuk memenuhi tuntutan
masyarakat akan pelayanan kesehatan yang lebih merata, terjangkau dan bermutu.
Jumlah tenaga kesehatan di wilayah Puskesmas Gilireng terus meningkat dari
tahun ke tahun. Tahun 2020 tenaga kesehatan yang ada berjumlah 57 orang yang
13
terdiri dari PNS 30 orang, Pegawai honor Daerah 4 orang, Kontrak BOK 2 orang dan
Tenaga Sukarela 21 orang
Tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas sebanyak 48 orang dan 9 orang
bertugas di Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).
Namun sebagian besar tenaga yang bekerja di luar puskesmas tersebut adalah
bidan-bidan desa. Tidak ada perawat yang bekerja dipustu, Pustu dan Poskesdes
ditempati oleh bidan desa.
Melihat kondisi ini, dari segi jangkauan pelayanan berarti masih dibutuhkan 4
orang perawat yang bertugas di 4 Pustu. Sedangkan bidan desa yang bekerja di
pustu perlu dibangunkan sarana Poskesdes sebanyak 4 poskesdes .
Ditinjau dari sisi jenis tenaga masih dibutuhkan beberapa tenaga kesehatan
antara lain tenaga Promkes, Cleaning service dan Sopir Ambulans.
Adapun perincian jumlah tenaga kesehatan menurut Jenis dapat dilihat dari
tabel di bawah ini :
Tabel 1 :
JUMLAH TENAGA KESEHATAN MENURUT JENISNYA
PUSKESMAS GILIRENG
TAHUN 2020
JUMLAH 57
14
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tenaga yang masih dibutuhkan, yaitu :
1. Promkes : 1 orang
2. Sopir : 1 orang
3. Cleaning service : 1 orang
b. Sarana Kesehatan
15
Tabel 2 :
JUMLAH SARANA KESEHATAN
PUSKESMAS GILIRENG
TAHUN 2020
Jumlah 31 unit
c. Peralatan Puskesmas
- Alat-alat dapur/Pantry
- Puskesmas Keliling set
16
2. SUMBER DANA
1. Derajat kesehatan
Derajat kesehatan diukur dari indikator kualitas hidup yaitu umur harapan
hidup waktu lahir, mortalitas (angka kematian), morbiditas (angka kesakitan) dan
status gizi.
Umur harapan hidup waktu lahir adalah umur terpanjang yang mungkin
dicapai penduduk beradasarkan perhitungan jumlah rata-rata dari umur kematian
penduduk. Mortalitas diukur dari angka kematian bayi, angka kematian balita, angka
kematian ibu melahirkan dan angka kematian kasar. Morbiditas diukur dari angka
kesakitan Demam Berdarah (DBD), angka kesakitan Malaria, Angka kesakitan TB Paru,
angka Acute Flacid Paralysis (AFP) pada anak usia di bawah 15 tahun. Sedangkan
status gizi diukur dari Persentase bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),
17
Persentase Balita dengan gizi baik, Persentase Wanita Usia Subur yang Kurang Energi
Kronis (KEK), Prevalensi Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) dan Prevalensi
Anemia Gizi.
b. Mortalitas
18
tabel 3 :
JUMLAH KASUS KEMATIAN DAN PENYEBABNYA
PUSKESMAS GILIRENG
TAHUN 2020
1. Lansia 22
2. Jantung 9
3. Hipertensi 8
4. Cirosis Hepatitis 3
5. Kecelakaan 3
6. Stroke 3
7. Paru 2
8. Ca.Serviks 2
9. Asma 2
10. Gagal Ginjal 2
11. Tumor 2
12. Post Sc 1
13. DM 1
14. Pembunuhan 1
15. Kanker 1
16. Thypoid 1
17. Leukemia 1
18. Tidak diketahui sebabnya 1
Jumlah 65
Angka kematian Kasar sebesar 65 X 1000 jiwa = 5,67 artinya dalam setiap
1000
11.444
penduduk terdapat 5 – 6 kasus kematian selama tahun 2020.
c. Morbiditas
Angka kesakitan diperoleh dari data LB1 selama tahun 2020. Dari data tersebut
diketahui bahwa Dispepsia merupakan penyebab kesakitan tertinggi yaitu sebesar
966 kasus, disusul penyakit Hipertensi sebanyak 946 kasus dan pada urutan ketiga
adalah Infeksi Saluran Nafas Bagian Atas sebanyak 601 kasus.
19
Urutan 10 penyakit terbanyak yang diderita masyarakat di kecamatan Gilireng
dapat disimak dari tabel di bawah ini :
tabel 4 :
10 PENYAKIT TERBANYAK
PUSKESMAS GILIRENG
TAHUN 2020
TRIWULAN
NO. PENYAKIT JUMLAH KET
I II III IV
262 225 284 966
1 Dispepsia 195
217 255 270 946
2 Hipertensi 204
140 99 115 601
3 Infeksi Pernafasan Bagian Atas 247
107 128 165 516
4 Dislipidemia 116
91 84 100 386
5 Dermatitis 111
57 122 130 330
6 Gout 21
55 63 76 259
7 Diabetes Melitus 65
63 44 64 201
8 Rematik 30
45 49 65 195
9 kecelekaan 36
29 25 25 136
10 Diare 57
Adapun angka kesakitan dari beberapa indikator morbiditas dapat disimak dari
uraian berikut :
20
diadakannnya pembasmian dengan fogging.Untuk ke depan perlu dipikirkan untuk
pengadaan mesin Fogging per kecamatan sehingga ketika hasil laboratorium telah
positip DBD maka foggingpun dapat dilakukan sesegera mungkin.
Selain itu diadakan pula kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dengan
strategi 3 M (Menutup, menguras dan Mengubur), Abatisasi terhadap sarana
penampungan air warga serta digiatkan kegiatan penyuluhan agar penyebarannya
dapat diputus secepatnya.
Angka kesakitan penyakit DBD tahun 2020 sebesar 0,17 perseribu penduduk.
2. Penyakit malaria
3. Penyakit TB Paru
Angka kesakitan Penyakit TB Paru tahun 2020 secara nasional diperkirakan 2,1
perseribu penduduk,angka ini meningkatkan dibandingkan tahun sebelumnya karena
secara epidemiologis ternyata perkiraan kasus TB di masyarakat sangat tinggi yaitu
2,1 perseribu penduduk, artinya dalam 1000 penduduk diperkirakan 2-3 orang
terinfeksi kuman Mycobacterium Tubercolusis.
Di kecamatan Gilireng dalam tahun 2020 ditemukan 6 kasus TB Paru BTA
Positip. Angka Kesembuhan (Cure rate) 66,7%, angka Pengobatan Lengkap (Complete
rate) 58,3% dan angka keberhasilan pengobatan (Success rate) 91,7%.
Dari jumlah kasus tersebut maka angka kesakitan Penyakit TB Paru sebesar 6 /
11.444 Penduduk X 1000 = 0,52 perseribu penduduk. Ini berarti dalam 1000
21
penduduk terdapat 1 orang terpapar TB Paru. Angka ini masih dibawah angka
Nasional yaitu 2,1 perseribu penduduk.
d. Status Gizi
Status gizi masuk dalam indikator derajat kesehatan karena masalah gizi sangat
mempengaruhi kesehatan seseorang. Gizi kurang, identik dengan lemahnya
pertahanan tubuh terhadap penyakit. Sedangkan gizi lebih (overweight) dapat
memperparah sistem transportasi dalam tubuh sehingga menimbulkan penyakit-
penyakit ganguan metabolisme seperti hipertensi, ginjal, jantung,dll. Bahkan status
gizi janin dalam kandungan turut memberi pengaruh terhadap kesehatan dan
perkembangannya.
Berikut akan disajikan indikator-indikator status gizi yang terdiri dari Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR), Gizi Balita, Gizi Ibu Hamil Kurang Energi Protein (KEK)
dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
Berat Badan Bayi lahir yang dianjurkan adalah minimal 2500 gram. Berat Badan
Bayi waktu lahir dipengaruhi oleh asupan gizi dari ibu sewaktu masa kehamilan. Oleh
karena itu bila Ibu hamil memang sudah Kurang Energi Protein biasanya anak yang
dilahirkan beratnya juga di bawah standar atau BBLR.
Jumlah BBLR di kecamatan Gilireng selama tahun 2020 sebanyak 16 kasus
2. Gizi Balita
22
umur. Meskipun tidak semua balita datang ke posyandu, namun dari data yang ada
status gizi balita dapat dihitung secara umum.
Dari 582 balita yang ditimbang terdapat 18 Balita Gizi kurang, dai 582 yang
diukur tinggi badannya terdapat 34 Balita pendek dan balita kurus 6 orang. Masalah
ini ditangani dengan pemberian PMT dan penyuluhan.
Indikator Kurang Energi Kalori digunakan untuk mengetahui status gizi Wanita
usia subur (WUS) usia 15 – 49 tahun dengan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
Dengan standar LILA minimal 23,5 cm.
Pengukuran LILA pada WUS utamanya ditujukan pada ibu hamil yang datang
berkunjung ke bidan baik di puskesmas maupun di polindes ataupun posyandu. Dari
225 bumil yang diperiksa terdapat 6 bumil dengan LILA di bawah 23,5 cm. Ini
menunjukkan ada sekitar 2,6% Ibu hamil KEK. Hal ini juga ditangani dengan
pemberian PMT bumil serta penyuluhan-penyuluhan.
23
Dari hasil pemeriksaan 210 pasien (ibu hamil) terdapat 6 bumil dengan kadar
Haemoglobin dibawah standar, sehingga angka anemia gizi sebesar 2,8 %.
Dari laporan Kesehatan lingkungan tahun 2020, terlihat cakupan persediaan air
bersih sudah baik yaitu 78,19 %, dimana target persediaan air bersih untuk daerah
pedesaan adalah 70 %. Ini merupakan kemajuan yang berarti dengan penemuan
sumber mata air baru dan program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (PAMSIMAS) yang telah berjalan dibeberapa desa di kecamatan Gilireng.
Proyek pengeboran sumber mata air dalam tahun 2020 di desa Mamminasae
berhasil mendapatkan mata air yang cukup sehingga 2 desa dapat teraliri sehingga
meningkatkan cakupan air bersih. Ada 3 desa yang perlu mendapat perhatian dalam
penyediaan air bersih yaitu desa Polewalie, Desa Poleonro dan desa Arajang.
Jumlah dan jenis sarana Air bersih yang dimiliki masyarakat dapat dilihat dalam
tabel di bawah ini :
24
tabel 5 :
JENIS DAN JUMLAH SARANA AIR BERSIH
SERTA JUMLAH PENDUDUK YANG DILAYANI
PUSKESMAS GILIRENG
TAHUN 2020
Dari data dapat dilihat bahwa masih sekitar 21,81 % penduduk yang
membutuhkan sarana air bersih untuk mendapatkan air bersih yang mencukupi. Bila
ditilik cakupan persediaan air bersih menurut desa, maka desa Paselloreng adalah desa
dengan cakupan paling rendah. Ini sangat berhubungan dengan tingginya angka
kejadiaan diare di desa tersebut setiap tahunnya. Masyarakat enggan untuk
membangunan sarana air bersih baru dengan alasan bahwa desa tersebut nantinya
akan ditenggelamkan untuk pembangunan bendungan sehingga mereka lebih memilih
mengambil air bersih di sungai dengan membuat saringan-saringan di tepi sungai.
b. Jamban Keluarga
Cakupan jamban keluarga di kecamatan Gilireng sudah cukup baik yaitu 100 %.
Peningkatan ini diakibatkan karena meningkatnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya membuang kotoran pada tempat yang memenuhi syarat dan juga karena
adanya program PAMSIMAS yang menargetkan 100 persen Open Defecation Free (ODF)
bagi desa lokasi. Juga karena mengingat biaya yang dibutuhkan untuk membuat
Jamban cukup besar. Namun sebagian besar masyarakat menggunakan jamban semi
25
permanen. Oleh karena itu sosialisasi dan pemicuan perlu terus ditingkatkan guna
mewujudkan kecamatan Gilireng ODF. Untuk tahun 2020 ini dari 9 desa/kelurahan 9
desa sudah ODF.
Jumlah dan jenis jamban yang ada di kecamatan Gilireng tahun 2020 dapat dilihat dari
tabel di bawah ini :
Tabel 7 :
JUMLAH DAN JENIS JAMBAN
DI KECAMATAN GILIRENG
PUSKESMAS GILIRENG
TAHUN 2020
Jumlah 2.686
c. Pembuangan Sampah
26
untuk peningkatan akses sampah sebagai salah satu pilar Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
27
Aktifitas fisik ini sebenarnya telah dilakukan oleh masyarakat baik ketika
bekerja di sawah atau ladang, bekerja di rumah maupun kegiatan olahraga yang
dilakukan di desa-desa. Kebiasaan baik ini perlu terus dijaga dan dikembangkan
sehingga membudaya di kalangan masyarakat.
b. Kebiasaan Merokok
Kebiasaan merokok adalah kebiasaan yang sangat sulit diubah. Walaupun
pemerintah gencar-gencarnya mengkampanyekan anti rokok, namun jumlah
masyarakat yang merokok tetap saja banyak.
Dari hasil survey PHBS, diperoleh data bahwa sebanyak 42 % penduduk masih
merokok. Hal ini merupakan tantangan bagi kita semua karena telah diketahui bahwa
rokok memiliki bahaya yang sangat besar bagi kesehatan
d. Pengembangan UKBM
Indikator peran serta masyarakat yang nyata yaitu adanya pengembangan
UKBM (Usaha Kesehatan Bersumberdaya Masayarakat) oleh masyarakat.
Di Kecamatan Gilireng telah terbentuk 6 jenis UKBM yaitu Posyandu, Poskesdes,
Posbindu, Posyandu Lansia, Toga, dan Usaha Kesehatan Sekolah. Dalam tahun 2020
28
terdapat 22 Posyandu aktif, Toga di 9 desa, Polindes/Poskesdes di 4 desa, Posbindu
22 buah, Posyandu Lansia 22 buah dan UKS di 18 Sekolah .
Pelayanan kesehatan Ibu dan anak serta Keluarga Berencana dapat diukur
dengan indikator persentase pelayanan antenatal, persentase pertolongan persalinan,
pemeriksaan neonatal dan pelayanan Keluarga Berencana.
a. Pelayanan Antenatal
Kualitas pelayanan antenatal dapat dilihat dari persentase ibu hamil yang
memeriksakan kehamilannya ke petugas kesehatan (dokter atau bidan) berupa
kunjungan baru (K1) dan pemeriksaan minimal 4 kali selama kehamilan yaitu sekali
pada triwulan I, sekali pada triwulan II dan dua kali pada triwulan IV (K4).
Cakupan K1 puskesmas Gilireng tahun 2020 sebesar 99 % dan K4 sebesar 95,10
%. Hal ini menunjukkan sudah tingginya kesadaran ibu hamil untuk memeriksakan
dirinya ke petugas kesehatan sehingga Angka Kematian Ibu (AKI) dapat ditekan
serendah mungkin. karena dengan aktifnya ibu hamil memeriksakan kehamilannya ke
dokter atau bidan maka kelainan kehamilan dapat diketahui sedini mungkin sehingga
cepat pula penanganannya.
b. Pertolongan Persalinan
29
c. Pemeriksaan Neonatal
Kunjungan Neonatal (KN) untuk bayi ( 0 – 28 hari) dianjurkan sebanyak dua kali
yaitu pada umur 0 – 7 hari dan pada umur 8 –28 hari.Ini dilakukan untuk menilai
kualitas pelayanan kesehatan neonatal.
Data dari seksi KIA menunjukkan cakupan Neonatal tahun 2020 sebesar 99 %.
Artinya dari 100 kelahiran hiduphampir semua bayi dikunjungi sebanyak dua kali
yaitu pada umur 0 - 7 hari dan 8 – 28 hari sejak kelahiran.
30
BAB IV
PENCAPAIAN TARGET PROGRAM
Bab ini akan menguraikan target masing-masing program yang direncanakan tahun
2020 dan pencapaiannya, yang meliputi program :
tabel 9 :
TARGET DAN CAKUPAN PROGRAM POKOK
LINGKUNGAN SEHAT, PERILAKU SEHAT DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PUSKESMAS GILIRENG TAHUN 2020
31
pelayanan kesehatan
8. Desa yang memiliki posyandu 100 100
aktif
9. (UKBM) 18 41,2
Keluarga yang tercakup jaminan
pembiayaan kesehatan
Tabel 10 :
TARGET DAN CAKUPAN PROGRAM POKOK
UPAYA KESEHATAN
PUSKESMAS GILIRENG TAHUN 2020
32
Program pokok Upaya kesehatan menunjukkan kinerja yang dihasilkan
puskesmas dalam kegiatan upaya kesehatan yang terdiri dari promotif,preventif,
kuratif, dan rehabilitatif atau dikenal dengan istilah pelayanan paripurna.
Meskipun yang nampak atau menonjol di bidang kesehatan adalah kegiatan
kuratif , namun diusahakan agar nantinya menuju mainstream promotif dan preventif
yaitu usaha mencegah agar orang yang sehat tidak jatuh sakit, melalui penyuluhan
maupun imunisasi.
Hal ini semua dapat terwujud dengan tersedianya sarana dan prasarana dan
tenaga kesehatan yang cukup dan profesional di bidangnya masing-masing, serta
dukungan dari segenap sektor diluar kesehatan, baik secara langsung maupun tidak
langsung, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri, karena kesehatan
merupakan kebutuhan pokok yang sangat vital sesuai dengan pepatah yang
mengatakan kesehatan bukanlah segalanya, tapi tanpa kesehatan segala-galanya
tidak mempunyai arti.
tabel 11 :
TARGET DAN CAKUPAN PROGRAM POKOK
PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
PUSKESMAS GILIRENG TAHUN 2020
TARGET CAKUPAN
NO INDIKATOR (%) (%)
33
Kegiatan perbaikan Gizi masyarakat adalah kegiatan yang harus terus digiatkan
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Indikator-indikator tersebut di atas
adalah indikator yang mendukung terciptanya sumber daya manusia yang sehat
sehingga secara langsung dapat mendorong peningkatan kualitas dan SDM Indonesia.
Tabel 12 :
TARGET DAN CAKUPAN PROGRAM POKOK
SUMBER DAYA KESEHATAN
PUSKESMAS GILIRENG TAHUN 2020
34
Tabel 13 :
TARGET DAN CAKUPAN PROGRAM POKOK
OBAT, MAKANAN DAN BAHAN BERBAHAYA
PUSKESMAS GILIRENG TAHUN 2020
Ketersediaan obat dan bahan lainnya adalah salah satu indikator yang sangat
penting dalam rangka kegiatan pelayanan kesehatan. Pada umumnya obat-obatan
yang dibutuhkan terutama obat esensial selalu tersedia, namun ada beberapa jenis
obat yang kadang kosong beberapa saat, seperti. Tetapi hal ini dapat diatasi dengan
penggunaan obat lain.
Pengawasan terhadap bahan tambahan makanan berbahaya perlu dilakukan
untuk melindungi masyarakat dari penggunaan bahan tambahan makanan yang
membahayakan kesehatan.
Sedangkan mengenai penyalahgunaan narkotika dilakukan dengan
melaksanakan penyuluhan di sekolah-sekolah dan masyarakat
35
tabel 14 :
36
uang dan manajemen tenaga. Jadi keempat unsur inilah yang dilaksanakan dan
dikoordinir oleh seorang manajer di puskesmas dalam hal ini kepala Puskesmas.
Keberhasian dalam me-manage ke empat unsur ini akan menghasilkan kinerja
yang baik sementara salah dalam megatur empat unsur ini akan mengakibatkan
ketimpangan dan ketidakberhasilan dalam pencapain target kegiatan. Sehingga peran
seorang kepala puskesmas sebagai manager sangat diperlukan dalam mengatur
keempat unsur tersebut dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
37
BAB V
KINERJA KEGIATAN LINTAS SEKTOR
tabel 15 :
KINERJA SEKTOR NON KESEHATAN
YANG MEMPENGARUHI SEKTOR KESEHATAN
PUSKESMAS GILIRENG TAHUN 2020
38
2. Pendidikan -Pendidikan Olahraga dan -Meningkatkan kesehatan
kesehatan dan kesegaran siswa
-Pemberantasan Buta huruf -Meningkatkan pengetahuan
masyarakat secara umum
termasuk informasi
-UKS kesehatan
-Meningkatkan
keterampilan siswa dalam
3. Pertanian -Penyuluhan pemanfaatan P3K
pekarangan
-Membantu program gizi
dan tanaman obat
4. BKKBN -Pengkoordisiaan Keluarga keluarga
Berencana
39
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Setelah penyusunan profil ini maka dapat ditarik kesimpulan yang menunjukkan
tingkat derajat kesehatan sebagai berikut :
4. Status Gizi
- Persentase BBLR sebesar 8,5 %
- Status Gizi Balita (Baik) sebesar 88,67 %
- Persentase WUS Kurang Energi Kronis sebesar 2,8 %
- Persentase GAKY tidak terlapor
- Anemia Gizi pada Ibu hamil sebesar 2,6%
40
SARAN
41
BAB VII
PENUTUP
1. Pelayanan pada ibu, bayi dan anak perlu terus ditingkatkan, termasuk
pelayanan gizi, yang menyangkut anemia pada bumil yang angkanya cukup
tinggi serta wanita usia subur yang Kurang Energi Kronis. Kedua hal ini
harus mendapat perhatian dan penanganan yang lebih baik.
2. Manajemen kesehatan perlu mendapatkan prioritas untuk peningkatannya,
terutama dalam hal pemenuhan tenaga kesehatan yang profesional,
penambahan dan perbaikan sarana serta dukungan data dan informasi yang
akurat dan dapat dengan cepat diketahui.
3. Namun demikian, keberhasilan sektor kesehatan tidak dapat dipikulkan
hanya kepada sektor kesehatan saja. Kontribusi sektor-sektor lain sangat
diharapkan untuk pencapaian target yang diharapkan terutama target
Indonesia Sehat tahun 2025. Semoga semua dapat tercapai, amiien…
H. Harpenas, S.ST
NIP. 197405041994031 005
42
DAFTAR LAMPIRAN
43
DAFTAR ISI
BAB. I. PENDAHULUAN………………...................................……………………………… 2
A. Latar Belakang…………………………………………………............................... 2
B. Tujuan……………………………………………………………................................. 2
C. Kerangka Penyusunan……………………………………………....................... 3
BAB II. GAMBARAN UMUM…………………………………………….............................. 5
A. Keadaan Geografis……………………………………………….......................... 6
B. Keadaan Penduduk…………………………………............................…………. 8
C. Keadaan Ekonomi…………………………………...........................……………. 8
D. Keadaan Pendidikan………………………………….........................………….. 9
BAB III. PEMBANGUNAN KESEHATAN KECAMATAN…………....................... 11
A. Visi, Misi, Falsafah dan Motto…………………………………...................... 12
B. Keadaan Pelayanan Kesehatan………………………………….................. 17
BAB IV. PENCAPAIAN TARGET PROGRAM………………………......................... 31
A. Program Pokok Lingkungan Sehat, Perilaku Sehat dan Pember-
dayaan Masyarakat………………………………………….............................. 31
B. Program Pokok Upaya Kesehatan……………………….............……….. 32
C. Program Pokok Perbaikan Gizi Masyarakat…………….......……….. 33
D. Program Pokok Sumber Daya Kesehatan………………….......……. . 34
E. Program Pokok Obat, Makanan dan Bahan Berbahaya ............... 35
F. Program Pokok Kebijakan dan Manajemen Kesehatan............... 36
BAB V. KINERJA KEGIATAN LINTAS SEKTOR…………………........................ 38
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………….........................…... 40
A. Kesimpulan……………………………………………………..........................… 40
B. Saran……………………………………………………………............................... 41
44ii
BAB VII. PENUTUP…………………………………………………..............................…. 42
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………….............................……….. 43
45
iii