Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENYELENGGARAAN

PEMERINTAHAN DAERAH
KABUPATEN SLEMAN
TAHUN 2020
Disusun Oleh:
Undang-Undang Pembentukan Daerah Dasar
hukum pembentukan Daerah

1) Undang-undang Nomor 15 Tahun 1950


2) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2012
3) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014
4) Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015
5) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950
Data Geografis Wilayah

1. Batas Administrasi
Wilayah Kabupaten Sleman secara geografis terbentang mulai 110013’00” sampai dengan 110033’00”
Bujur Timur dan 7034’51” sampai dengan 7047’30” Lintang Selatan. Batas wilayah Kabupaten Sleman sebagai
berikut:
Utara = Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah
Timur = Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah
Barat = Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Kabupaten Magelang, Prodan
Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah
Selatan = Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul, DIY.
Data Geografis Wilayah

2. Batas Wilayah
Luas wilayah Kabupaten Sleman 57.194,09 ha (571,94 km2) atau sekitar 18% dari luas DIY (3.185,80
km2) dengan jarak terjauh utara–selatan 32 km, timur–barat 35 km. Luas wilayah Kabupaten Sleman berdasarkan
hasil pelacakan batas wilayah pada tiap titik batas wilayah yang selanjutnya dituangkan dalam Berita Acara.
Dalam perspektif pandangan mata burung, wilayah Kabupaten Sleman berbentuk segitiga dengan alas di sisi
Selatan dan puncak di sisi Utara. Secara administratif terdiri dari 17 wilayah Kapanewon atau Kapanewon, 86
Desa atau Kalurahan, dan 1.212 padukuhan.
Data Geografis Wilayah

3. Topografi
Kondisi tanah Kabupaten Sleman di bagian selatan cenderung datar kecuali daerah
perbukitan di bagian tenggara Kapanewon Prambanan dan sebagian di Kapanewon
Gamping. Semakin ke utara cenderung miring dan di bagian utara sekitar lereng Gunung
Merapi semakin terjal. Wilayah Kabupaten Sleman berada pada ketinggian yang berkisar
antara 100 meter sampai dengan 2.900 meter di atas permukaan air laut (dpal).
Data Geografis Wilayah

Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk pada tahun 2020 berdasarkan registrasi data Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan (SIAK) hasil konsolidasi Kementerian Dalam Negeri sampai semester 2 Tahun 2020
sebanyak 1.082.754 jiwa. Penduduk laki-laki berjumlah 536.977 jiwa (49,59%) dan perempuan
berjumlah 545.777 jiwa (50,41%).
Kapanewon dengan penduduk terbanyak berada di Kapanewon Depok sejumlah 11,37% dari
total penduduk Sleman dan jumlah penduduk terendah berada di Kapanewon Cangkringan sejumlah
2,91% dari total penduduk.
Jumlah perekaman KTP-el terbanyak dilakukan di kapanewon
Depok dengan jumlah 93.395 (11,37%) jiwa dari total kapanewon
sleman, sedangkan jumlah terendah di kapanewon Cangkringan
dengan jumlah 23.773 (2,89%) jiwa. Dan dari data diatas jumlah
wajib KTP-el terbanyak dilakukan di kapanewon Depok dengan
jumlah 93.897 (11,43%) jiwa, sedangkan jumlah terendah di
kapanewon Cangkringan dengan jumlah 23.878 (2,90%) jiwa.
Total penduduk yang telah melakukan perekaman KTPel sebesar
821.077 jiwa atau 99,98%.
Tingkat pendidikan masyarakat kabupaten
sleman terbanyak adalah SLTA/sederajat
sebesar 32,11% atau 347.626 jiwa, diikuti
SLTP/sederajat sebesar 13,35% atau
144.501 jiwa, SD/sederajat sebesar 12,24%
107.103 jiwa, dan Diploma IV/S1 sebesar
10,14% atau 109.799 jiwa.
Jumlah penduduk berdasarkan rekapitulasi data kependudukan menurut Agama dan Jenis kelamin Kabupaten
Sleman Semester II Tahun 2019 dengan jumlah sebanyak 1.082.754 jiwa, jumlah penduduk laki-laki
menurut agama sebanyak 536.977 jiwa, dan penduduk perempuan menurut agama sebanyak 545.777 jiwa.

Jumlah agama tertinggi didominasi dengan agama Islam dengan jumlah 979.272 jiwa,
sedangkan jumlah agama terendah adalah agama Kepercayaan dengan jumlah 23 jiwa.

9
Jumlah Pertumbuhan Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk, pada tahun 2020 sebesar 0,67% mengalami penurunan dari tahun 2019
sebesar 1,09%. Penurunan ini salah satunya disebabkan adanya proses konsolidasi data oleh
Kemendagri, sehingga sudah tidak ada data ganda/duplikasi data penduduk.

10
Jumlah kepala keluarga mengalami kenaikan 1.853 KK atau 2,94% dari 366.360 KK
pada tahun 2019 menjadi 368.213 KK pada tahun 2020. Sedangkan rata-rata jumlah
anggota keluarga dalam setiap keluarga sebanyak 2,94 jiwa per keluarga pada tahun
2020, angka tetap tidak mengalami perubahan dari tahun 2019.
Jumlah Kapanewon dan Kalurahan
No Kapanewon Kalurahan
1. Kapanewon Gamping Ambarketawang, Balecatur, Banyuraden, Nogotirto, Trihanggo
2. Kapanewon Godean Sidoagung, Sidoarum, Sidokerto, Sidoluhur, Sidomoyo, Sidomulyo, Sidorejo
3. Kapanewon Moyudan Sumberagung, Sumberarum, Sumberrahayu, Sumbersari
4. Kapanewon Minggir Sendangagung, Sendangarum, Sendangmulyo, Sendangrejo, Sendangsari
5. Kapanewon Seyegan Magroagung, Margoadi, Margokaton, Margoluwih, Margomulyo
6. Kapanewon Mlati Sendangadi, Sunduadi, Sumberadi, Tirtoadi, Tlogoadi
7. Kapanewon Depok Caturtunggal, Condongcatur, Maguwoharjo
8. Kapanewon Berbah Jogotirto, Kalitirto, Sendangtirto, Tegaltirto
9. Kapanewon Prambanan Bokoharjo, Gayamharjo, Madurejo, Sambirejo, Sumberharjo, Wukirharjo
10. Kapanewon Kalasan Purwomartani, Selomartani, Tamanmartani, Tirtomartani
11. Kapanewon Ngemplak Bimomartani, Sindumartani, Umbulmartani
12. Kapanewon Ngaglik Donoharjo, Minomartani, Sardonoharjo, Sariharjo, Sinduharjo, Sukoharjo
13. Kapanewon Sleman Caturharjo, Pandowoharjo, Tridadi, Triharjo, Trimulyo
14. Kapanewon Tempel Banyurejo, Lumbungrejo, Margorejo, Merdikorejo, Mororejo, Pondokrejo, Sumberrejo, Tambarejo

15. Kapanewon Turi Bangunkerto, Donokerto, Girikerto, Wonokerto


16. Kapanewon Pakem Candibinangun, Hargobinangun, Harjobinangun, Pakembinangun, Purwobinangun
17. Kapanewon Cangkringan Argomulyo, Glagahrejo, Kepuharjo, Wukirasi, Umbulharjo
Jumlah Perangkat Daerah, Unit Kerja Perangkat Daerah Dan
Pegawai Pemerintahan

Susunan Perangkat Daerah (PD) Pemerintah • Dinas Pemuda dan Olahraga;


Kabupaten Sleman tahun 2020 yang • Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
berjumlah 48 perangkat daerah adalah Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk
dan Keluarga Berencana;
sebagai berikut:
• Sekretariat Daerah;
• Sekretariat DPRD;
• Inspektorat;
• Dinas Pendidikan;
• Dinas Kesehatan;
• Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan
Kawasan Permukiman;
• Dinas Pertanahan dan Tata Ruang;
Jumlah Perangkat Daerah, Unit Kerja Perangkat Daerah Dan
Pegawai Pemerintahan
• Dinas Pemberdayaan Perempuan dan • Dinas Kebudayaan;
Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk • Dinas Perpustakaan dan Kearsipan;
dan Keluarga Berencana; • Dinas Pariwisata;
• Dinas Pertanian, Pangan, dan Kehutanan; • Dinas Perindustrian dan Perdagangan;
• Dinas Lingkungan Hidup; • Badan Kepegawaian, Pendidikan dan
• Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil; Pelatihan;
• Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa; • Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;
• Dinas Perhubungan; • Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
• Dinas Komunikasi dan Informatika; Daerah;
• Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah; • Badan Kesatuan Bangsa dan Politik;
• Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Perizinan Terpadu;
Jumlah Perangkat Daerah, Unit Kerja Perangkat Daerah Dan
Pegawai Pemerintahan
• Kapanewon, yang terdiri dari;
1) Kapanewon Gamping;
2) Kapanewon Godean;
3) Kapanewon Moyudan;
4) Kapanewon Minggir;
5) Kapanewon Seyegan;
6) Kapanewon Mlati;
7) Kapanewon Depok;
8) Kapanewon Berbah;
9) Kapanewon Prambanan;
Untuk mengoptimalkan pelayanan publik, pada perangkat daerah juga dibentuk
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD). UPTD Pemerintah Kabupaten Sleman
tahun 2020 berjumlah 77 (tujuh puluh tujuh)
Sumber Daya Aparatur

Pemerintah Kabupaten Sleman didukung oleh 8.288 Aparatur Sipil Negara (ASN) terdiri dari pria 3.024
ASN atau 36,48%, dan wanita 5.264 ASN atau 63,51%. Tingkat pendidikan S1 sejumlah 4.513 ASN atau
54,45%, 568 ASN berpendidikan S2 atau 6,85%, dan berpendidikan SMA sejumlah 1.387 ASN atau
16,74%. Kelompok usia ASN sebanyak 2.354 orang atau 28,4% berusia 51-55 tahun, dan sebanyak 2.197
orang atau 26,51% berusia 41-50 tahun. Penduduk Kabupaten Sleman diakhir tahun 2020 sebesar 1.082.754
jiwa.

17
Buyer Realisasi Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Daerah
Realisasi belanja
Anggaran Belanja Daerah pada tahun 2020 direncanakan
Rp2.908.092.312.851,78 dan berhasil direalisasikan Rp2.532.169.209.185,59 atau
87,07%, turun 2,15% dibandingkan realisasi belanja daerah tahun 2019 sebesar
89,22%. Anggaran tersebut digunakan untuk rencana belanja operasi
Rp2.143.876.248.853,99 dengan realisasi Rp1.952.369.307.350,01 atau 91,07%.
Belanja modal direncanakan Rp397.323.962.405,13 dengan realisasi
Rp361.066.768.091,58 atau 89,79%.
Kebijakan belanja daerah pada tahun 2020 sebagai berikut:
1) Kebijakan Belanja Tidak Langsung

Belanja Pegawai
Belanja pegawai direncanakan Rp1.252.830.859.559,94 dengan realisasi
Rp1.147.357.459.793,51 atau 91,58%.
Bunga
Besar bunga pada tahun 2020 direncanakan sebesar Rp140.675.922,00
dengan realisasi pembayaran Rp89.787.135,00 atau 63,83%.
Hibah
Belanja hibah tahun 2020 sebesar Rp158.734.301.928,50 dengan realisasi
Rp153.744.141.147,56 atau 96,86%.
Bantuan Sosial
Bantuan sosial direncanakan Rp64.839.000.000,00 dengan realisasi
Rp53.395.042.950,00 atau 82,35%.
Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa
Belanja bagi hasil kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintah desa direncanakan
Rp51.762.000.000,00 dengan realisasi Rp50.698.247.953,00 atau 97,94%.

Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Provinsi/Pemerintah Kabupaten/Pemerintah Desa


dan Partai Politik
Belanja bantuan keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota, pemerintah desa dan partai politik
direncanakan Rp257.444.143.300,00 dengan realisasi Rp147.873.408.170,00 atau 57,44%.

Belanja Tidak Terduga


Belanja tidak terduga Rp57.685.938.292,66 dengan realisasi Rp20.161.477.613,00 atau 34,95%.
1) Kebijakan Belanja Langsung
a. Realisasi pembiayaan
Dari perbandingan pendapatan, belanja dan pembiayaan netto diperoleh Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran (SiLPA) Tahun Berkenaan sebesar Rp380.545.812.168,92 sebagai salah satu sumber
pendanaan pada tahun berikutnya. Pembiayaan Daerah pada tahun 2020 direncanakan
Rp369.726.650.741,78 dengan realisasi Rp371.664.150.741,78 atau 100,52%. Penerimaan
pembiayaan direncanakan Rp398.584.982.878,78 dengan realisasi Rp398.584.982.878,78 atau
100%. Pembayaran pokok hutang direncanakan Rp3.876.631.000,00 dengan realisasi
Rp3.876.631.000,00 atau 100,00%.
 
Perencanaan Pembangunan Daerah

Permasalahan Strategis Pemerintah Daerah


a) Memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap pencapaian sasaran
pembangunan nasional;
b) Merupakan tugas dan tanggung jawab Pemerintah Daerah;

c) Luasnya dampak yang ditimbulkan terhadap daerah dan masyarakat;


d) Memiliki daya ungkit yang signifikan terhadap pembangunan daerah;

e) Kemungkinan atau kemudahannya untuk dikelola;

f) Prioritas janji politik yang perlu diwujudkan.


Dari hasil analisis dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan, maka isu strategis
Kabupaten Sleman berdasarkan bidang permasalahan adalah sebagai berikut:

a. Dinamika kependudukan, perlindungan perempuan dan anak;


b. Pendidikan; 
c. Kesehatan;
d. Penanggulangan kemiskinan, permasalahan social dan pengangguran;
e. Infrastruktur;
f. Lingkungan Hidup;
g. Ketentraman, ketertiban dan penanggulangan bencana;
h. Tata kelola pemerintahan; serta
i. Daya saing potensi ekonomi lokal.
Dinamika Kependudukan, Perlindungan
Perempuan dan Anak
Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Sleman relatif tinggi bila dilihat dari data 4 tahun
terakhir. Tingginya laju pertumbuhan penduduk yang mencapai rata-rata 1,52% tersebut lebih
disebabkan oleh jumlah migrasi penduduk yang masuk dibandingkan dengan jumlah kelahiran
penduduk mengingat fungsi Kabupaten Sleman sebagai penyangga Kota Yogyakarta, pusat
pendidikan serta pusat pengembangan perumahan/permukiman. Besarnya jumlah migrasi dan
penduduk sementara inilah yang menyebabkan data kependudukan di Kabupaten Sleman belum
akurat karena sulitnya proses pendataan penduduk.
Dinamika Kependudukan, Perlindungan
Perempuan dan Anak

Di bidang keluarga berencana, pada tahun 2018, cakupan peserta KB aktif atau
prevalensi mencapai 76,51% sedangkan cakupan PUS yang ingin ber-KB tidak
terpenuhi (unmet need) sebesar 9,50%. Kepesertaan KB ini dapat lebih ditingkatkan
guna menekan laju pertumbuhan penduduk dari kelahiran.
Dinamika Kependudukan, Perlindungan
Perempuan dan Anak

Rasio kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Kabupaten Sleman tahun 2018
sebesar 0,08. Dan jumlah kasus kekerasan yang terjadi sebanyak 458 kasus, ada
penurunan sebesar 13 kasus dari tahun sebelumnya atau sebesar 2,76%. Sebenarnya
angka ini, belum menunjukkan angka riil tindak kekerasan terhadap perempuan dan
anak, karena angka ini merupakan jumlah dari kasus yang dilaporkan.
Dinamika Kependudukan, Perlindungan
Perempuan dan Anak

Permasalahan perlindungan perempuan dapat diminimalkan dengan berkoordinasi


lebih intensif dengan lembaga yang peduli dengan perlindungan perempuan dan anak.
Pemerintah daerah juga harus lebih responsif terhadap kasus kekerasan terhadap
perempuan dan anak dan mengoptimalkan peran Unit Pelaksana Teknis Pusat
Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTP2TP2A).
Pendidikan
Angka melek huruf (AMH) dapat menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis
sehingga AMH dapat dipakai sebagai dasar kabupaten untuk melihat potensi perkembangan intelektual sekaligus
kontribusi terhadap pembangunan daerah. Pada tahun 2017, angka melek huruf sebesar 97,07% artinya bahwa di
Kabupaten Sleman masih ada 2,93% penduduk usia 15 tahun ke atas yang masih buta huruf.

Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk jenjang SD/MI pada tahun 2018 sebesar 116,98%, artinya bahwa untuk
jenjang SD/MI jumlah siswa yang sekolah melebihi jumlah penduduk usia sekolah SD/MI dimana hal ini
disebabkan pada sekolah SD/MI siswa ada yang berusia kurang dari 7 tahun tetapi ada pula yang melebihi 12
tahun.

Demikian pula bagi SMP/MTs, APK pada tahun 2018 sebesar 112,71% naik dari tahun 2017 (112,67%). Pada
jenjang SD/MI APM pada tahun 2018 sebesar 105,67%. APM SMP/MTs sebesar 85,91%. Angka putus sekolah di
Kabupaten Sleman pada tahun 2018 mencapai 5 anak pada tingkat Sekolah Dasar dan 3 anak pada tingkat SMP.
Kesehatan

Pada tahun 2018, masih terdapat angka kematian bayi 4,11 per 1000 kelahiran hidup (57
bayi dari 13.879 kelahiran hidup), angka kematian balita 0,21 per 1000 kelahiran hidup (3
balita), balita gizi buruk 0,52% (284 balita), prevalensi balita gizi kurang mencapai 7,32%
(4.032 balita), serta angka kematian ibu melahirkan 50,42 per 100.000 kelahiran hidup (7
kasus). Hal ini dikarenakan banyaknya kasus pernikahan dini dan kehamilan tidak
diinginkan, sehingga banyak ditemukan bayi lahir dengan berat badan rendah.

29
Penanggulangan Kemiskinan, Permasalahan Sosial
dan Pengangguran
Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Sleman menurun setiap tahunnya dan pada tahun 2018 mencapai 7,65%.
Sedangkan jumlah KK miskin mencapai 8,77%. NTP paling tinggi pada tahun 2018 adalah sub sektor hortikultura, sebesar
147,22. Berdasarkan gabungan dari 6 subsektor didapatkan NTP sebesar 119,02, meningkat dari tahun 2017 (107,05).
Artinya indeks yang diterima petani 1,18 kali lebih besar dari indeks yang dibayar petani.
Permasalahan kemiskinan semakin diperparah dengan tingginya tingkat pengangguran terbuka yang mencapai
5,76% Penduduk usia kerja di Kabupaten Sleman tahun 2018 tercatat sebanyak 830.851 jiwa yang terdiri dari angkatan
kerja sebanyak 601.570 jiwa dan 229.283 jiwa bukan angkatan kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) atau rasio
angkatan kerja dengan penduduk usia kerja yaitu 72,40%. Adapun rasio penduduk yang bekerja pada tahun 2018
mengalami peningkatan menjadi 94,23% dari 67,73% pada tahun sebelumnya. Sedangkan rasio kesempatan kerja
terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas mengalami penurunan di tahun 2018 sebesar 0,26 dari 0,12 di tahun sebelumnya.
Penanggulangan Kemiskinan, Permasalahan Sosial
dan Pengangguran
Guna mengurangi permasalahan di atas, implementasi Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD)
dan strategi penanganan PMKS yang lebih intensif sehingga menghasilkan upaya penanggulangan kemiskinan dan
penanganan PMKS yang terpadu lintas bidang.
Dinas Kominfo melakukan pengolahan, updating dan analisis data penduduk miskin. Dinas Sosial sebagai leading
sector penanggulangan kemiskinan melakukan verifikasi dan validasi data kemiskinan serta memberikan layanan aduan
masyarakat. Dinas kesehatan memfasilitasi jaminan kesehatan dengan melalui kepesertaan JKN PBI APBN. Dinas
Pendidikan dengan menyediakan beasiswa pendidikan dasar bagi siswa miskin. Untuk stimulasi pembangunan perumahan
masyarakat kurang mampu, baik RTLH, jambanisasi dan layanan air bersih dilakukan oleh Dinas PUPKP dan DLH.
Dinas Dukcapil melayani adminitrasi kependudukan, berupa akta catatan sipil dan Kartu Tanda Penduduk. Pelatihan
ketrampilan, kewirausahaan, manajemen kelembagaan kepada calon pekerja sesuai dengan kebutuhan lapangan pekerjaan
serta upaya penumbuhan wirausahawan baru oleh Dinas Koperasi dan UKM, Disnaker / BLK, Dinas Perindag, Dinas
Pertanian dan perangkat daerah terkait lainnya diharapkan dapat mengurangi angka pengangguran.
Infrastruktur Prasarana dan Sarana Infrastruktur di Kabupaten Sleman
belum seluruhnya dalam kondisi baik

Hal ini disebabkan oleh beban penggunaan prasarana infrastruktur yang semakin meningkat akibat pertumbuhan penduduk dan
penggunaan sarana lalu lintas serta ketidakseimbangan antara penyediaan prasarana sarana publik sesuai rencana tata ruang terhadap
desakan pemanfaatan ruang. Adapun kondisi jalan kabupaten kondisi mantap, yang dapat dilalui oleh kendaraan dengan kecepatan
lebih dari 40 km/jam pada tahun 2018 adalah 88,02%. Yang berarti bahwa hambatan terhadap pergerakan arus barang dan jasa
menjadi lebih rendah. Namun, kondisi jalan salah satunya dipengaruhi oleh total beban kendaraan yang melewati, sehingga
pengawasan terhadap beban maksimal kendaraan secara berkala. Pada tahun 2018, drainase berkondisi baik tercatat sebesar 47%,
semakin meningkat dari tahun sebelumnya. Keberadaan drainase sangat diperlukan agar tidak terjadi genangan serta aliran air di badan
jalan yang dapat merusak struktur bangunan jalan itu sendiri. Kabupaten Sleman yang memiliki sejumlah areal persawahan, yang telah
dilengkapi dengan jaringan irigasi. Sampai tahun 2018, jaringan irigasi dengan kondisi baik tercatat sebesar 63,48% dengan rasio
pelayanan sebesar 0,60. Rasio tersebut didapat dari hasil perhitungan panjang saluran irigasi (km) dibagi dengan luas lahan pertanian
budidaya (Ha).
Lingkungan Hidup Inti dari permasalahan lingkungan
hidup di Kabupaten Sleman
Lingkungan hidup inti dari permasalahan lingkungan hidup di Kabupaten Sleman adalah Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
yang masih rendah, ditandai dengan penurunan kualitas tanah, kualitas air dan kualitas udara. Penurunan kualitas air, terutama air
permukaan, disebabkan oleh pembuangan limbah yang tidak melalui pengolahan serta sistem sanitasi yang buruk. Selain itu,
kurangnya pengendalian pemanfaatan bantaran sungai dan alih fungsi lahan juga memacu kerusakan lingkungan disamping belum
mencukupinya kajian daya tampung dan daya dukung lingkungan sebagai acuan pengelolaan dan pengendalian lingkungan. Adapun
luasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan sampai tahun 2018 mencapai 0,08%. Kawasan kumuh ini umumnya berlokasi di
lahan-lahan pinggir sungai dan beberapa telah direlokasi ke rumah susun di beberapa titik lokasi.
Peningkatan alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian, rendahnya kualitas pengelolaan sampah, masih adanya lahan kritis
merupakan permasalahan yang lain di bidang lingkungan hidup. Berdasarkan data dari DLH DIY, luas Ruang Terbuka Hijau (RTH)
publik sebesar 898,75 Ha. Hal ini artinya luasan RTH publik belum mencapai 20% dari yang dipersyaratkan. Namun, pengelolaan
yang baik mutlak dibutuhkan sehingga ketersediaan serta aksesibilitas bagi warga selalu dapat terjamin.
VISI

Visi Kabupaten Sleman ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sleman Tahun 2016
– 2021 untuk menjawab permasalahan dan isu strategis yang harus diselesaikan, serta menjadi arah kebijakan kepala daerah selama 5
(lima) tahun.

Visi Kabupaten Sleman Tahun 2016 – 2021 adalah


“TERWUJUDNYA MASYARAKAT SLEMAN YANG LEBIH SEJAHTERA, MANDIRI, BERBUDAYA DAN
TERINTEGRASIKANNYA SISTEM E-GOVERNMENT MENUJU SMART REGENCY PADA TAHUN 2021"
MISI
Misi dirumuskan sebagai penggambaran visi yang ingin dicapai dan menguraikan upaya-upaya apa yang harus dilakukan. Rumusan
misi disusun untuk memberikan kerangka bagi tujuan dan sasaran serta arah kebijakan yang ingin dicapai dan menentukan jalan yang
akan ditempuh untuk mencapai visi.

Misi yang digariskan untuk pengembangan Kabupaten Sleman selama 5 tahun ke depan adalah:
• Misi 1 : Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui peningkatan kualitas birokrasi yang responsif dan
penerapan e-Govt yang terintegrasi dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat.
• Misi 2 : Meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas dan menjangkau bagi semua lapisan
masyarakat
• Misi 3 : Meningkatkan penguatan sistem ekonomi kerakyatan, aksesibilitas dan kemampuan ekonomi rakyat, serta
penanggulangan kemiskinan
• Misi 4 : Memantapkan dan meningkatkan kualitas pengelolaan sumberdaya alam, penataan ruang, lingkungan hidup dan
kenyamanan
• Misi 5 : Meningkatkan kualitas budaya masyarakat dan kesetaraan gender yang proporsional
Program Pembangunan Daerah berdasarkan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Dengan berpedoman pada arah pembangunan berdasarkan RPJPD Kabupaten Sleman, RPJMD Kabupaten Sleman Tahun 2016-
2021, evaluasi pelaksanaan RKPD tahun 2018, Rancangan RKP, Rancangan RKPD DIY, permasalahan di Kabupaten Sleman, serta
kerangka ekonomi daerah dan pendanaan maka tema pembangunan Kabupaten Sleman tahun 2020 adalah “Memantapkan potensi
ekonomi lokal daerah menuju kemandirian dan kesejahteraan masyarakat Sleman yang berbudaya “.
Prioritas pembangunan daerah tahun 2020 ditetapkan berdasarkan evaluasi pelaksanaan RKPD Tahun 2018, capaian kinerja
yang direncanakan dalam RPJMD, identifikasi permasalahan daerah dan nasional, serta kerangka ekonomi daerah dan pendanaan.
Adanya Pandemi Covid-19 yang terjadi di seluruh dunia termasuk di Indonesia saat ini mempunyai dampak dan pengaruh yang
sangat signifikan dalam berbagai hal. Kondisi yang sama juga terjadi di Kabupaten Sleman, dampak dari pandemi ini sangat
berpengaruh terhadap pelaksanaan pembangunan di tahun 2020. Pemerintah Kabupaten Sleman perlu melakukan penyesuaian target
indikator kinerja daerah yang terpengaruh oleh kondisi pandemi ini.
Kegiatan Pembangunan Daerah berdasarkan Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

Berdasarkan sasaran pada Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor


6 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah
Nomor 9 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Tahun 2016-2021 dirumuskan prioritas, sasaran serta
program Kabupaten Sleman tahun 2020
Dasar Pertimbangan
Berdasarkan amanat Undang- Undang Nomor: 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah, pembangunan daerah selain
bertujuan mengejar pertumbuhan ekonomi, juga untuk
menciptakan pemerataan atas hasil pembangunan itu sendiri.
Terkait hal tersebut, Pasal 18 Undang- Undang Nomor 23
Tahun 2014, mengingatkan agar Pemerintah Daerah
memprioritaskan pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang
berkaitan dengan Pelayanan Dasar dengan berpedoman pada
standar pelayanan minimal yang ditetapkan dengan peraturan
pemerintah. Selain itu, Pasal 298 menyebutkan juga bahwa
Belanja Daerah diprioritaskan untuk mendanai Urusan
Pemerintahan Wajib yang terkait Pelayanan Dasar yang ditetapkan
dengan standar pelayanan minimal (SPM).
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai