Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

GAMBARAN UMUM KABUPATEN PANDEGLANG

Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran umum lokasi penelitian dan

menjelaskan sekilas mengenai Kabupaten Pandeglang yang akan menjadi lokasi

penelitian. Peneliti akan menjelaskan mengenai Gambaran Umum dan Kondisi

Lokasi Penelitian serta Gambaran Umum Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

4.1 Luas dan Letak Geografis Kabupaten Pandeglang

Kabupaten Pandeglang adalah salah satu Kabupaten yang berada di bagian

barat Provinsi Banten. Luas wilayah Kabupaten Pandeglang sendiri adalah

274.689,91 Ha atau 2.747 Km2 dan menjadikan Kabupaten Pandeglang sebagai

Kabupaten terluas kedua di Provinsi Banten setelah Kabupaten Lebak. Dengan luas

tersebut, Kabupaten Pandeglang tidak hanya pemukiman penduduk saja yang

berdiri disana, akan tetapi Kabupaten Pandeglang memiliki hutan lindung, hutan

produksi, ladang, perkebunan dan fasilitas umum lainnya. Jarak yang di tempuh

dari Jakarta menuju Kabupaten Pandeglang sekitar 123 Km atau memakan waktu

sekitar 5 jam untuk sampai disana. Secara letak geografis, Kabupaten Pandeglang

berada diantara 6’21 – 7’10 Lintang Selatan (LS) dan 104’8 – 106’11 Bujur Timur

(BT), yang memiliki batas administrasi dengan :

• Sebelah Utara : Kabupaten Serang

• Sebelah Timur : Kabupaten Lebak

• Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

• Sebelah Barat : Selat Sunda


Bagian tengah dan Selatan dari Kabupaten Pandeglang jika dilihat dari

bentuk topografinya merupakan sebuah dataran dengan ketinggian gunung –

gunung yang relatif cukup rendah dengan ketinggian antara 320 meter sampai

dengan 480 meter. Di Bagian Utara Kabupaten Pandeglang sendiri merupakan

daerah dataran tinggi yang terdiri dari beberapa gunung, yaitu Gunung Karang

dengan ketinggian 1.778 meter, Gunung Pulosari yang memiliki ketinggian 1.346

meter dan Gunung Aseupan dengan tinggi 1.174 meter. Cuaca di Kabupaten

Pandeglang sendiri mengalami peningkatan suhu setiap tahunnya. Hal tersebut

dapat terlihat dari jumlah curah hujan yang turun selama tahun 2015 sebesar 2.589

mm, sedangkan ditahun 2014 sebesar 2.772 mm. Selain itu, hari hujan di

Kabupaten Pandeglang juga mengalami perubahan yang semula di tahun 2014

sebanyak 160 hari, menjadi hanya 134 hari di tahun selanjutnya. Berikut adalah

peta Kabupaten Pandeglang.

Gambar 4.1

Peta Kabupaten Pandeglang


Sumber:https://www.google.com/maps/place/Pandeglang+Regency,+Banten/data

.com

Kabupaten Pandeglang sendiri terbagi menjadi 35 wilayah administrasi atau

35 Kecamatan serta 339 Desa/Kelurahan. Hal tersebut telah ditetapkan sejak bulan

desember tahun 2011. Dari 35 kecamatan yang ada di Kabupaten Pandeglang,

Kecamatan Cikeusik merupakan Kecamatan terluas yaitu sekitar 322,76 Km.

Kecamatan Labuan sendiri tercatat sebagai kecamatan terkecil dengan luas

mencapai 15,66 Km. Selain itu, Kecamatan Sumur merupakan kecamatan yang

jaraknya paling jauh dengan Ibukota Pandeglang. Jarak yang harus ditempuh

menuju Kecamatan Sumur yaitu sekitar 106 Km dari Ibukota Pandeglang. Berikut

adalah tabel luas wilayah administrasi di Kabupaten Pandeglang :

Tabel 4.1

Luas Wilayah Administrasi Kabupaten Pandeglang

No Kecamatan Luas Wilayah (Km)

1 Sumur 258,54

2 Cimanggu 259,73

3 Cibaliung 221,88

4 Cibitung 180,72

5 Cikeusik 322,76

6 Cigeulis 176,21

7 Panimbang 132,84

8 Sobang 138,80
9 Munjul 75,25

10 Angsana 64,84

11 Sindangresmi 65,20

12 Picung 56,74

13 Bojong 50,72

14 Seketi 54,13

15 Cisata 32,65

16 Pagelaran 42,76

17 Patia 45,48

18 Sukaresmi 57,30

19 Labuan 15,66

20 Carita 41,87

21 Liput 53,04

22 Cikedal 26,00

23 Menes 22,41

24 Pulosari 31,33

25 Mandalawangi 80,19

26 Cimanuk 23,64

27 Cipeucang 21,16

28 Banjar 30,50

29 Kaduhejo 33,57

30 Mekerjaya 31,34
31 Pandeglang 16,85

32 Majasari 19,57

33 Cadasari 26,20

34 Karangtanjung 19,07

35 Koroncong 17,86

Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang

4.2 Kondisi Wilayah

4.2.1 Data Demografi

Berdasarkan data administrasi yang dimiliki oleh Pemerintah

Kabupaten Pandeglang, jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang sebanyak

1.194.911 jiwa yang terdiri dari laki-laki 610.412 jiwa dan perempuan

sebanyak 584.499 jiwa yang tersebar di 35 Kecamatan yang ada di

Kabupaten Pandeglang. Dengan jumlah tersebut, kepadatan penduduk yang

dialami oleh Kabupaten Pandeglang sebesar 435 penduduk per kilometer

persegi. Jika diperkirakan, satu kilometer persegi wilayah di Kabupaten

Pandeglang dihuni oleh 435 penduduk. Adapun data penduduk Kabupaten

Pandeglang apabila disajikan dalam bentuk tabel 4.1 sebagai berikut :


Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Kabupaten Pandeglang

1 Jumlah laki-laki 610.412 Jiwa

2 Jumlah Perempuan 584.499 Jiwa

3 Total Penduduk 1.194.911 Jiwa

4 Kepadatan Penduduk 435 jiwa per kilometer

Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang

4.2.2 Mata Pencaharian Penduduk

Dari segi mata pencaharian, penduduk Kabupaten Pandeglang

sebagian besar bekerja dibidang pertanian. Selain itu, penduduk

Kabupaten Pandeglang bekerja di bidang yang lain seperti perdagangan,

perhotelan dan restoran. Tidak jarang juga penduduk yang bekerja di

bidang jasa kemasyarakatan dan industri pengolahan. Berikut adalah tabel

presentase komposisi penduduk Kabupaten Pandeglang yang bekerja

menurut lapangan usaha di tahun 2015 :

Tabel 4.3

Presentase Komposisi Penduduk Kabupaten Pandeglang Menurut

Lapangan Pekerjaan

No Lapangan Pekerjaan Jumlah Presentase

1 Pertanian, Perkebunan, 189.384 42,96%

Kehutanan, Perburuan dan

Perikanana
2 Industri 32.666 7,41%

3 Perdagangan Rumah Makan 72.606 16,47%

dan Jasa Akomodasi

4 Jasa Kemasyarakatan Sosial 69.608 15,79%

dan Perorangan

5 Lainnya 76.574 17,37%

Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang

Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang, di tahun

2015 penduduk usia kerja mengalami peningkatan sekitar 1,1% dimana

sebanyak 60,44% merupakan angkatan kerja atau dapat disebut sebagai

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Hal tersebut berarti bahwa

dari 100 orang penduduk di Kabupaten Pandeglang, 60 atau 61 orang

diantaranya berpotensi aktif secara ekonomi. Akan tetapi, kondisi pasar

tenaga kerja di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2015 mengalami

penurunan presentase. Hal tersebut dapat terlihat dari tingkat kesempatan

kerja yang hanya sebesar 89,78% dan tidak sebesar di tahun 2014 yaitu

sebesar 92,97%.

Melihat pendistribusian penduduk yang bekerja menurut status

pekerjaan, dapat dilihat bahwa sektor informal memiliki peranan yang

cukup penting dalam menyerap tenaga kerja. Sektor informal yang

dimaksud adalah penduduk yang membuka lapangan pekerjaan sendiri

atau wiraswasta. Keterbatasan lapangan pekerjaan di sektor formal seperti

Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan karyawan atau buruh pabrik membuat
masyarakat Kabupaten Pandeglang mencoba untuk membuka lapangan

pekerjaan sendiri di sektor informal. Pada tahun 2015 sendiri, status

pengusaha pada tenaga kerja laki-laki lebih besar dibandingkan dengan

tenaga kerja perempuan.

4.2.3 Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang paling mendasar dalam

membangun kehidupan sosial di masyarakat. Ketika Pemerintah Daerah

ingin meningkatkan kualitas penduduknya, sudah pasti peningkatan dalam

bidang pendidikan harus di tingkatkan. Adanya peningkatan kualitas hidup

penduduk Kabupaten Pandeglang dapat dilihat dari indikator pendidikan

yaitu peningkatan kemampuan membaca dan menulis (AMH) hingga

mencapai 96,21%. Jika dihitung dari 100 orang penduduk Kabupaten

Pandeglang yang usianya di atas 15 tahun, hanya sekitar 3 sampai 4 orang

saja yang belum dapat membaca dan menulis.

Selain membaca dan menulis, indikator pendidikan yang

digunakan oleh Pemerintah Daerah untuk menghitung kualitas hidup dari

sumber daya manusianya adalah angka rata-rata lamanya seseorang

menempuh pendidikan di bangku sekolah. Semakin tinggi tingkatan

sekolah yang di tempuh, semakin baik pula kemampuan dan kualitasnya.

Jika kita melihat perkembangan di tahun 2014 dan 2015, adanya


peningkatan di sektor rata-rata lama sekolah. Selain itu, peningkatan juga

terjadi di sektor lulusan SMA ke atas. Angka kenaikannya pun sekitar

1,63%. Berikut tabel indikator pendidikan Kabupaten Pandeglang tahun

2014-2015 :

Tabel 4.4

Indikator Pendidikan Kabupaten Pandeglang 2014-2015

Uraian 2014 2015

Kualitas Angka melek 96,89% 96,21%

Pendidikan huruf (%)

Penduduk Rata-rata lama 6,45 Tahun 6,60 Tahun

sekolah (Tahun)

Lulusan SMA 2,87% 4,50%

ke atas (%)

Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang

Berbicara mengenai pendidikan secara otomatis membicarakan

tentang sarana prasarana yang ada sebagai faktor yang mendukung dalam

pembelajaran. Sarana prasarana yang dimaksud bukan hanya infrastruktur

saja. Akan tetapi ketersediaan sumber daya pengajarnya pun salah satu

faktor untuk meningkatkan kualitas dari murid-murid di sekolah. Dinas

Pendidikan Kabupaten Pandeglang mengemukakan bahwa ketersediaan


tenaga pengajar di setiap sekolah masih tergolong baik dan mencukupi.

Hal tersebut dapat dilihat pada saat proses belajar mengajar yang

berlangsung secara optimal karena rasio antara guru dan murid masih

dibawah angka 25. Jadi hal tersebut dapat membuat pengajar pun dapat

maksimal ketika menyampaian materi kepada murid-murid di ruang

sekolah.

4.2.4 Ancaman Bencana di Kabupaten Pandeglang

Setiap daerah di Indonesia memiliki keragaman suku, budaya dan

agama. Selain itu perbedaan kontur tanah dan sumber daya alam pun

memiliki perbedaan di setiap daerah. Akan tetapi, tidak ada satupun daerah

di Indonesia yang tidak memiliki potensi bencana alam. Ancaman bencana

alam itu sendiri terjadi karena adanya beberapa faktor. Pertama, ancaman

bencana terjadi karena bencana tersebut berasal dari alam itu sendiri.

Contohnya seperti bencana gempa, longsor dan tsunami. Kedua, bencana

alam yang diakibatkan oleh tingkah manusia yang tidak bisa menjaga

kelestarian alam. Contoh bencana alam yang timbul akibat ulah manusia

adalah bencana banjir.

Kabupaten Pandeglang sendiri yang letaknya di ujung Barat Pulau

Jawa dan bersinggungan langsung dengan selat sunda serta samudera

hindia memiliki potensi bencana alam. Menurut Kepala Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten, ada 13 potensi

bencana dari total 14 jenis bencana yang ada di Indonesia. Hal tersebut
dapat terlihat dari adanya bencana alam yang terjadi di Kabupaten

Pandeglang. Berikut adalah contoh beberapa bencana alam yang

berpotensi mengancam keberlangsungan hidup penduduk Kabupaten

Pandeglang :

1. Banjir

Banjir adalah salah satu potensi bencana alam yang mengancam

keberlangsungan hidup penduduk Kabupaten Pandeglang. Hal

tersebut dapat dilihat dari letak geografis Kabupaten Pandeglang yang

berbatasan langsung dengan Selat Sunda di sebelah Barat dan

Samudera Indonesia yang berada di sebelah Selatan. Bencana banjir

sendiri adalah bencana banjir musiman yang selalu menghampiri

setiap tahunnya.

Curah hujan yang tinggi dan disertai dengan gelombang tinggi

yang ada dilaut menjadi dua faktor yang membuat bencana banjir

selalu menghampiri wilayah Kabupaten Pandeglang. Ketika bencana

banjir datang akan menggangu aktivitas sehari-hari penduduk

Kabupaten Pandeglang yang mayoritasnya adalah bercocok tanam.

Lumpuhnya perekonomian warga karena sawah serta jalanan yang

tertutup oleh genangan air yang memiliki tingkat ketinggian yang

berbeda-beda. Selain itu, bencana banjir juga dapat mengancam

keselamatan penduduk Kabupaten Pandeglang.

2. Tanah Longsor
Tanah longsor adalah salah satu potensi bencana yang dapat

mengancam keberlangsungan hidup penduduk Kabupaten

Pandeglang. Dengan kontur wilayah yang memiliki dataran tinggi di

sekitar pegunungan, bencana tanah longsor dapat mengancam

keberlangsungan hidup penduduk yang berada di wilayah dataran

tinggi. Tanah longsor sendiri biasa terjadi di Kabupaten Pandeglang

ketika musim hujan tiba. Hujan yang terus menerus turun dapat

menimbulkan potensi bencana tanah longsor di beberapa titik yang

ada di sekitaran dataran tinggi Kabupaten Pandeglang.

Adanya bencana tanah longsor sendiri sangat mengancam

keberlangsungan hidup penduduk di Kabupaten Pandeglang,

terutama di daerah-daerah yang ada di dataran tinggi. Bukan hanya

kerugian materi saja yang dirasakan, akan tetapi dapat mengancam

hilangnya nyawa akibat dari bencana tanah longsor. Perlunya

sosialisasi edukasi bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan

tanah longsor agar dapat mengevakuasi diri sendiri maupun korban

yang ada di sekitarnya.

4.3 Gambaran Umum Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Dalam melakukan penanggulangan bencana, Badan Nasional

Penanggulangan Bencana sebagai lembaga non Kementerian yang diamanahkan

untuk menangani bencana yang terjadi di Indonesia tidak bisa bekerja sendirian.

Diperlukannya bantuan atau kerja sama dari instansi atau lembaga-lembaga yang

terkait dalam penanggulangan bencana. Melihat luasnya wilayah Indonesia,


tercetuslah gagasan untuk membuat badan penanggulangan di tiap-tiap daerah agar

membantu kinerja dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana dalam melakukan

tugasnya. Akan tetapi dibentuknya BPBD tidak bisa dilakukan secara bersamaan.

BNPB harus berkoordinasi terlebih dahulu dengan Pemerintah Daerah setempat.

Ketika Pemerintah Daerah merasa membutuhkan adanya BPBD di daerah

tersebut, Kepala Daerah tinggal membuat Perda sebagai landasan hukumnya.

Pembentukan BPBD sendiri tidak dilakukan sendiri, perlu adanya koordinasi juga

dengan pihak BNPB selaku lembaga pusat dalam penanggulangan bencana. Hal

tersebut perlu dilakukan karena ketika bekerja di lapangan, instansi-instansi

tersebut pastinya harus bekerja sama dengan baik.

Kabupaten Pandeglang sendiri telah memiliki Badan Penanggulangan

Bencana Daerah sejak tahun 2012. BPBD Kabupaten Pandeglang sendiri terbentuk

berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor : 5 Tahun 2012,

tanggal 17 Desember 2012, tentang Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Kabupaten Pandeglang. Jumlah pegawai yang ada di BPBD Kabupaten Pandeglang

terdiri dari :

1. Esselon III : 1 Orang

2. Esselon IV : 4 Orang

3. Pelaksana PNS : 12 Orang

4. TKK : 2 Orang

5. Pelaksana Non PNS : 31 Orang


BPBD Kabupaten Pandeglang sendiri memiliki Visi, yaitu “Kabupaten

Pandeglang Tanggap, Tangkas dan Tangguh Dalam Penanggulangan Bencana”.

Visi tersebut tidak hanya dibuat sebagai formalitas saja, akan tetapi memiliki

beberapa arti, yaitu :

• Tanggap

Kabupaten Pandeglang sebagai daerah rawan bencana dapat

diartikan bahwa Kabupaten Pandeglang yang setiap tahunnya mengalami

bencana tentunya setiap unsur baik unsur Pemerintah dan stakeholder harus

peduli terhadap apapun bentuk bencana yang terjadi di wilayahnya. Dalam

mewujudkan visi tersebut, Pemerintah dan seluruh Stakeholder akan

menggerakan energinya dalam melakukan peningkatan pemahaman tentang

kebencanaan.

• Tangkas

Dalam melakukan penanggulangan bencana diperlukannya sikap

tangkas secara cepat dan tepat. Pemerintah Daerah dan unsur-unsur lain

yang terkait harus memiliki inisiatif yang bagus agar meminimalisir

jatuhnya korban jiwa. Hal tersebut harus dilakukan karena banyaknya titik-

titik rawan bencana yang ada di Kabupaten Pandeglang.

• Tangguh

Dalam hal ini, mewujudkan masyarakat Kabupaten Pandeglang

menjadi tangguh dalam melakukan penanggulangan bencana. Hal tersebut

tidak akan tercapai jika tidak adanya partisipasi dari masyarakat yang

sebagian besar berada di daerah yang rawan bencana. Maka dari itu, BPBD
akan berfokus dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam rangka

pengurangan risiko bencana.

Selain Visi, BPBD Kabupaten Pandeglang juga memiliki Misi yang harus

dilaksanakan sebagai penjabaran dari Visi yang telah dibuat. Misi dari BPBD

Kabupaten Pandeglang yaitu :

1. Pengembangan kearifan lokal masyarakat di bidang kebencanaan.

2. Terwujudnya sistem penanggulangan bencana yang efektif, efektif , efisien,

handal dan terkoordinasi.

3. Melakukan pemulihan melalui usaha rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana.

Secara struktur organisasi, BPBD kabupaten Pandeglang sendiri terdiri dari

Kepala Pelaksana, Sekretaris, Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Seksi

Pemadam Kebakaran, Kedaruratan dan Logistik, seksi Rehabilitas dan

rekonstruksi. Tiap-tiap bidang yang ada di struktur organisasi diisi oleh 5 anggota

dari pejabat SKPD dan 4 anggota dari pakar profesional dan tokoh masyarakat.

Berikut adalah bagan struktur organisasi BPBD Kabupaten Pandeglang :

Bagan 3.2

Struktur Organisasi BPBD Kabupaten Pandeglang


Sumber : Data Olah Peneliti

4.4 Peran BPBD Kabupaten Pandeglang

Sebagai sebuah lembaga yang berfokus pada penanggulangan bencana di

tingkat daerah, sudah tentu BPBD Kabupaten Pandeglang menjadi garda terdepan

dalam penanggulangan bencana di wilayah Kabupaten Pandeglang dan sekitarnya.

Melihat kondisi wilayah dan geografis Kabupaten Pandeglang, Keberadan dari

BPBD sendiri sangat diperlukan. Tidak hanya pada saat bencana datang saja, akan

tetapi sosialisasi mengenai penanggulangan bencana terhadap masyarakat sangat

diperlukan.

Dalam melakukan pencegahan, BPBD Kabupaten melalui Kasi Pencegahan

dan Kesiapsiagaan menggalakan program Desa Tangguh Bencana. Desa Tangguh

Bencana sendiri merupakan sebuah program yang digagas oleh Badan Nasional

Penanggulangan Bencana. Akan tetapi, dalam proses sehari-harinya, BPBD


Kabupaten Pandeglang berkewajiban untuk memantau serta menjaga program

tersebut agar tetap terus berjalan.

BPBD Kabupaten Pandeglang sendiri memiliki alur komunikasi dengan

BNPB dalam menginformasikan megenai situasi dan kondisi daerah Kabupaten

Pandeglang. Hal itu dilakukan sebanyak sebulan sekali ketika situasi normal. Akan

tetapi, ketika situasi sedang tidak kondusif, BPBD Kabupaten Pandeglang wajib

melapor setiap saat. Proses komunikasi tersebut melalu website BPNB yaitu Pusat

Pengendali Operasi (PUSDALOPS) yang dilakukan setiap 1 bulan sekali. Hal

tersebut dilakukan agar pihak pusat selalu mengetahui perkembangan dari tiap-tiap

daerah, terutama daerah yang rawan bencana alam.

BPBD Kabupaten Pandeglang sebagai lembaga tingkat daerah dalam

penanggulangan bencana memiliki alur birokrasi dengan BNPB dalam

menginformasikan untuk memberikan bantuan. Berikut adalah alur koordinasi yang

harus dilewati oleh BPBD ketika ingin meminta bantuan kepada BNPB :

1. Mengirim pesan lewat email melalui PUSDALOPS tingkat Kota untuk dibuatkan

laporan.

2. Setelah itu, laporan tersebut dikirim kepada PUSDALOPS Provinsi.

3. Jika sudah masuk melalui Provinsi, selanjutnya dikirim ke PUSDALOPS BNPB.

4. Pihak BNPB mendiskusikan apakah bencana tersebut perlu bantuan dari pusat

atau tidak.
Alur permintaan bantuan yang telah dijelaskan di atas cukup memakan

waktu yang lama. Akan tetapi, peraturan harus di taati oleh setiap elemen yang

terlibat. Dengan begitu, proses penanggulangan bencana diharapkan dapat berjalan

sesuai dengan apa yang telah dirumuskan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai