Anda di halaman 1dari 10

Analisis Penanganan Banjir DAS Jatimulya

(Studi Kasus: Perumahan Jatimulya, Bekasi)


Darmojo
Program Studi MagisterTeknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa
e-mail: Kyaimojo23@yahoo.com

Dr.Ir. Suardi Natasaputra, MEng


Program Studi MagisterTeknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

ABSTRAK
Jatimulya termasuk wilayah Bekasi dan terletak di Zona Equatorial yang mengalami hujan
yang lebat sepanjang tahun. Hujan lebat yang turun secara terus-menerus dengan durasi
beberapa hari dapat mengakibatkan banjir besar. Keterbatasan lahan di perkotaan
mengakibatkan terjadinya intervensi kegiatan perkotaan pada lahan yang seharusnya
berfungsi sebagai daerah konservasi dan ruang terbuka hijau. Penyempitan luas daerah
resapan air tidak bisa dihindari sehingga terjadi peningkatan aliran permukaan yang
berakibat banjir. Oleh karena itu dilakukan penelitian dengan tujuan sebagai berikut: (1)
Menghitung besarnya debit banjir yang terjadi di saluran Jatimulya.(2)Menghitung
kapasitas kondisi saluran existing.(3) Menganalisis alternatif yang dapat dilakukan untuk
mengatasi banjir. Metoda yang dipakai untuk menelaah banjir Jatimulya adalah :
pengumpulan data curah hujan, peta tata guna lahan, peta genangan, peta rupa bumi, data
memanjang dan melintang saluran Jatimulya. Analisis hidrologi dibantu dengan software
yang dikeluarkan Subdit PSDA dan analisis hidrolika menggunakan software HECRAS.
Analisis curah hujan menunjukkan debit banjir pada segmen hulu-Kali Malang dan Kali
Malang Sasak- Jarang masing-masing diperoleh 33.74 mᵌ/s dan 36.93 mᵌ/s, dengan
perhitungan kala ulang 25 tahun. Debit banjir kala ulang 25 tahun segmen Sasak Jarang-
Rawa Kalong adalah 37.74 mᵌ/s dan segmen Rawa Kalong-CBL sebesar 58.33 mᵌ/s.
Perhitungan kapasitas saluran rencana berurutan keempat segmen adalah 14.8 m² (4m x
3.7 m), 15.3 m² (4.5 m x 3.4 m), 16.0 m² (5 m x 3.2 m) dan 25.8 m² (6 m x 4.3 m), sedang
kondisi existing sebesar 4.2 m² (3 m x 1.4 m), 4.5 m² (3 m x 1.5 m), 12 m² (4.3 m x 2.8 m)
dan 15 m² (5 m x 3 m). Kesimpulan dari data di atas adalah perlu pembesaran dimensi
saluran di setiap segmen. Dimensi bangunan box culvert Tol (2mx2m), shypon kali
malang (2mx2m) dan Jembatan Rawa Kalong (3mx2.4m) tidak mampu mengalirkan debit
yang dihasilkan DAS Jatimulya, sehingga perlu dilebarkan menjadi masing-masing 16
m² ( 8m x 2m), 16 m² ( 8m x 2m) dan Jembatan Rawa Kalong menjadi 16.5 m²
(5.5 m x 3 m).Peninggian tanggul dan pompanisasi menjadi alternatif yang dianjurkan,
karena keterbatasan lahan pelebaran saluran. Pelebaran dimensi box culvert melintang
jalan tol sangat sulit dan mahal sehingga disarankan kelebihan debit di alirkan oleh pompa
dengan pipa pembuang melintang di atas jalan tol.

Kata kunci: Banjir Bekasi, Hidrologi, Hidrolika dan ABSAH


68
1. Pendahuluan (2) Kajian Kondisi Existing sungai, banjir
serta daerah genangan dan kerugian.
1.1 Latar Belakang (3) Kajian alat pengendali banjir ?
Kali Jatimulya dari jembatan
Pengasinan (hulu) sampai pertemuan I.3. Tujuan
sungai Jatimulya dengan kali CBL (hilir) di Merujuk rumusan masalah di atas maka
Desa Sriamur, Bekasi Utara sepanjang 13.2 tujuan penelitian adalah:
km dengan luas DAS 2132 Ha. (1) Menghitung besarnya debit banjir yang
Daerah Jatimulya merupakan daerah terjadi di saluran Jatimulya.
dataran rendah yang mempunyai (2) Menghitung kapasitas kondisi saluran
permasalahan drainase yang cukup rumit. existing.
Banyak faktor yang mempengaruhi dan (3) Menganalisis alternatif yang dapat
perlu pertimbangan yang matang dalam dilakukan untuk mengatasi banjir.
perencanaan, antara lain peningkatan debit,
penyempitan dan pendangkalan saluran, I.4. Batasan Penelitian
reklamasi, amblesan tanah, limbah sampah Kajian tesis ini dilakukan sepanjang
dan pasang surut air laut. alur kali Jatimulya dari jembatan
Sumber permasalahan utama di Pengasinan (hulu) sampai pertemuan
Jatimulya adalah peningkatan jumlah sungai Jatimulya dengan kali CBL (hilir) di
penduduk, baik akibat pertumbuhan Desa Sriamur, Bekasi Utara sepanjang
penduduk asli maupun dari peningkatan 13.2 km dengan luas DAS 2132 Ha.
urbanisasi. Peningkatan jumlah penduduk Analisis banjir dibatasi hanya yang
selalu diikuti dengan peningkatan diakibatkan debit banjir yang dihasilkan
infrastruktur kawasan, seperti oleh curah hujan di DAS Jatimulya. Kali
perumahan, sarana transportasi, air Jatimulya dibagi menjadi 4 segmen:
bersih, pendidikan dan lain sebagainya.
Peningkatan jumlah limbah baik limbah 2. Dasar Teori
cair maupun padat juga menjadikan Dasar perencanaan untuk
masalah besar dalam perencanaan penanganan banjir di daerah Jatimulya
drainase. Selain itu dengan perubahan tata ini mengacu pada desain untuk saluran dan
guna lahan yang sangat pesat terutama bangunan air yang ada. Kriteria yang
yang menghilangkan daerah resapan atau digunakan untuk desain saluran adalah
daerah genangan banjir akibat perluasan banjir 25 tahunan (Q25) dan untuk
hunian, menjadikan perencanaan drainase bangunan air digunakan banjir 50 tahunan
jadi semakin rumit. (Q50). Analisis saluran dibagi menjadi 4
Oleh sebab itu, dengan segmen berdasarkan perbedaan masalah :
mengantisipasi semua itu maka dicoba
untuk merencanakan kembali sistim Tabel 1. Tabel Panjang Segmen Sungai dan
drainase yang sudah ada walaupun Luas DAS Jatimulya
dengan keterbatasan dana yang ada dan
diupayakan mengurangi seoptimal
mungkin akibat kegagalan drainase.

I.2. Rumusan Permasalahan


Masalah banjir di Perumahan Saluran terbuka merupakan cara yang
Jatimulya dapat dirumuskan sebagai umum untuk mengalirkan air banjir ke
barikut: saluran pembuang utama. Saluran-saluran
(1) Apakah penyebab banjir khususnya di terbuka direncanakan dengan
DAS Jatimulya ? menggunakan persamaan Manning (atau
69
yang sejenis). Bangunan pintu pembuang guna memudahkan pemeriksaan dan
direncanakan sebagai bangunan drainasi pengamatan. Kriteria-kriteria berdasar
gravitrasi atau stasiun pompa, tergantung volume tersebut harus digunakan untuk
pada kondisi setempat. Sedangkan upaya seluruh pembangunan berskala kecil dan
untuk memperkecil aliran permukaan (run kegiatan pembangunan kembali.
off) yang masuk ke sungai dapat dilakukan Selanjutnya pemasangan fasilitas tersebut
diantaranya dengan : agar dimasukkan dalam persyaratan untuk
Ijin Mendirikan Bangunan. Untuk
(1) Pengelolaan Aliran Air Permukaan pembangunan lebih besar, misal lebih dari
Pengelolaan Aliran Air Permukaan (storm 10 ha, suatu rencana pengelolaan aliran air
water management); yaitu pengelolaan permukaan yang lebih baik harus di buat
aliran air hujan ke tempat penerima air; berdasar pada prinsip tiada peningkatan
sungai atau alur aliran. Secara definisi, itu aliran. Prinsip ini sedang diangkat dalam
merupakan pengontrolan aliran air menuju Kebijakan Sumber Daya Air yang sedang
sungai, dan bukan aliran pada sungai itu dikembangkan oleh Departemen Pekerjaan
sendiri yang biasa disebut sebagai Umum. Kebijakan ini disebut sebagai “zero
pengendalian banjir. Dengan demikian delta q”. Kira-kira 3 - 5 % dari daerah
permasalahan drainase dan banjir dapat pembangunan atau pengembangan harus
dikontrol langsung pada sumbernya dengan disisihkan untuk pembangunan kolam
menggunakan prinsip “tidak ada detensi atau situ tergantung dari kedalaman
penambahan aliran” dari keadaan sebelum yang dipilih.
pengembangan (pembangunan). Sistim
drainase alamiah tidak dapat menerima (2) Infiltrasi.
peningkatan debit aliran. Hal itu Peningkatan kekedapan akibat
disebabkan dataran banjir yang ada perkerasan telah menimbulkan pengaruh
khususnya dibagian hilir telah banyak yang besar pada debit puncak dan volume
terbangun. Pengendalian peningkatan dari aliran dan pada pengisian kembali air
aliran ini dapat dilakukan pada tingkat yang tanah dan tinggi muka air tanah. Debit
berbeda; rumah perorangan, komplek puncak dapat dikurangi dengan tampungan
perumahan atau daerah komersial, pada detensi tetapi jumlah volume aliran hanya
daerah aliran sungai, dan lain-lain. Detensi dapat dikurangi dengan retensi dan
setempat (OSD=On site detention) pada 50 peresapan. Sumur resapan yang
mm curah hujan akan mengoptimalkan diwajibkan oleh Gubernur DKI sejak 2001
kapasitas hidrolik dari hampir seluruh harus diterapkan juga di Bekasi dan
saluran drainase utama. Jumlah ini setara ditetapkan dengan volume 1 mᵌ untuk tiap
dengan volume 500 m3/ha, 5 mᵌ/100m², 25 m² luas atap. Ketetapan tersebut setara
atau kira-kira 50% dari curah hujan dengan 40 mm curah hujan jika sumur
rencana. Hal tersebut dapat dicapai dengan dapat beroperasi efektif yaitu jika tinggi
detensi menggunakan daerah cekungan muka air tanah selalu dibawah dasar sumur
terbuka, tangki atau tong air, simpanan air dan kosong kembali dalam satu hari.
atap rumah, kolam-kolam, situ-situ, sumur Keadaan efektif tersebut dapat dijumpai
resapan, biopori dan penataan ruang untuk pada kurang dari separuh luas Bekasi dan
retensi maksimum. Penting sekali bahwa pemetaan lebih detail sangat diperlukan
volume tersebut disediakan untuk menahan untuk menetapkan lokasi yang berpotensi
sedikitnya 50% dari curah hujan rencana, untuk penerapan efektif sumur resapan
dan tidak rnelepasnya sebelum aliran tersebut. Penerapan sumur resapan dengan
masuk ke saluran-saluran/sungai. mengikuti konsep sumur resapan yang
Diusulkan juga untuk fasilitas tersebut telah teruji harus lebih mendapat perhatian
pemasangannya agar berada diatas tanah untuk lokasi dimana sumur resapan
70
dangkal tidak efektif. Sumur dangkal tidak pembangunan perkotaan.
efektif pada hampir seluruh wilayah (4) Melakukan beberapa tindakan
meskipun tidak semua tempat di Bekasi. penyeimbang (membangun kolam-kolam,
Diseluruh daerah Bekasi penerapan sumur situ, bangunan aquifer buatan simpanan air
resapan dangkal tidak akan lebih efektif hujan (ABSAH), sumur penyerapan dan
dibanding dengan upaya detensi. lain-lain) untuk pembangunan di atas tanah
Disarankan daerah dimana sumur resapan basah atau daerah konservasi di kawasan
efektif harus ditetapkan tempatnya; seluruh hulu daerah resapan sungai untuk
daerah lainnya harus menerapkan sumur meminimalkan dampak negatif
resapan dalam untuk bangunan komersial pembangunan.
dan detensi permukaan untuk daerah
hunian. (5) Meningkatkan kepedulian lembaga,
organisasi, dinas dan masyarakat atas isu-
(3) Tata Guna Lahan dan Perencanaan Tata isu lingkungan sehingga mampu
Ruang melestarikan keseimbangan ekosistem
daerah Jakarta dan sekitarnya.
Pertumbuhan daerah Bekasi sangat
pesat, rawa-rawa diurug untuk perumahan (6) Pemberdayaan Masyarakat
sehingga resapan air berkurang. Pemberdayaan masyarakat memiliki
Pengembang berlomba-lomba membangun kegunaan dalam merencanakan dan
perumahan dengan perencanaan padat melaksanakan kampanye pemberdayaan
bangunan untuk memperbesar keuntungan masyarakat dalam memfasilitasi
yang mengakibatkan infiltrasi tanah penyampaian informasi dan pembelajaran
berkurang dan aliran permukaan bertambah komunitas melalui berbagai media terkait
sehingga merubah rasio antara daerah Tanggap Darurat dampak banjir.
konservasi dan daerah perkotaan yang Selanjutnya, hal tersebut diarahkan untuk
kedap air di hulu daerah tangkapan air menyampaikan instruksi pada komunitas
sungai-sungai yang mengalir ke Bekasi. agar tidak membuang sampah ke sistem
Pembangunan ini dapat secara langsung drainase. Isu-isu yang tercakup adalah :
menciptakan aliran banjir lebih tinggi yang (a) Penyiapan dan Tanggap Darurat oleh
akan menimbulkan permasalahan banjir di masyarakat terhadap banjir,
daerah Bekasi. Umumnya permasalahan (b Pemberdayaan masyarakat untuk tidak
perencanaan tata ruang adalah akibat melakukan tindakan penyempitan
ketidakkonsistenan tata ruang, lemahnya drainase dan tidak membuang sampah
penegakan hukum dalam mengendalikan padat kedalam drainase,
pelaksanaan tata ruang, dan ketiadaan (b) Kemauan masyarakat untuk
kesadaran masyarakat dan lembaga- mendukung program pengurangan
lembaga dalam hal isu-isu lingkungan. banjir.
Pembangunan yang pesat di Bekasi telah
memaksa masyarakat miskin untuk 3.Metodologi Penelitian
membangun permukiman dekat sungai dan
drainase yang menyebabkan permasalahan 3.1 Metode Kajian Banjir Jatimulya
lebih banyak pada sungai dan drainase (1) Secara garis besar metoda kajian banjir
yang pada akhirnya meningkatkan masalah Jatimulya dilakukan melalui
banjir. Oleh karena pembangunan dan pengumpulan data-data berupa: peta
pertumbuhannya tidak mungkin dapat topografi, peta tata guna lahan dan
dihentikan maka direkomendasikan data curah hujan harian, data potongan
beberapa hal untuk diperhatikan guna memanjang dan potongan melintang
mengendalikan dampak pertumbuhan dan sungai.
71
(2) Analisis Hidrologi dilakukan untuk
mendapatkan curah hujan rencana dan 4. Analisis Desain
banjir rencana untuk periode ulang 2, Dalam menghitung debit banjir rencana
5, 10, 25, dan 50 tahunan. dari data hujan yang ada, dapat dibuat
(3) Analisis Hidrolika dilakukan dengan bagan alir sesuai Tata Cara Perhitungan
bantuan software HEC-RAS dan Debit Banjir dari Standar Nasional
dibuat simulasi serta pemodelan Indonesia.
hidrolika sungai Jatimulya sehingga
dapat dilihat daya tampung saluran dan
tinggi muka air banjir rencana.
(4) Hasil analisis hidrologi dan hidrolika di
atas bisa dipakai sebagai dasar
menentukan langkah-langkah secara
struktural dalam rangka pengendalian
banjir sungai Jatimulya.

3.2 Langkah-langkah Analisis Hidrologi.


Adapun Analisa Hidrologi yang
dilakukan meliputi:
(1) Perhitungan curah hujan wilayah DAS
Jatimulya berdasarkan pencatatan
data-data curah hujan dari 3 (tiga)
stasiun hujan yang ada di sekitar DAS
Jatimulya dihitung besaran hujan rata-
ratanya dengan menggunakan Metode
rata-rata.
(2) Uji kesesuaian distribusi frekuensi,
untuk mengetahui kecocokan analisis
curah hujan rencana terhadap
simpangan data vertical dan horizontal
dengan Software Subdit. Hidrologi
PSDA, sehingga diketahui distribusi
yang dipilih dapat diterima atau tidak
berdasarkan nilai simpangan terkecil.
(3) Analisis curah hujan rencana melalui Gambar 1 . Bagan Alir Perhitungan
analisis statistik (distribusi frekuensi) Debit Rencana
hujan wilayah tahunan dengan
Software dari Subdit. Hidrologi
PSDA. Data hujan diambil dari Stasiun Setu,
(4) Analisis distribusi curah hujan rencana St. Cikeas, St. Bendung Bekasi, St.
pada setiap periode ulang untuk Cibitung, Stasiun Bendung Cipamingkis
mendapatkan curah hujan efektif yang dan Stasiun Babakan. Poligon Thiessen
akan digunakan dalam analisis debit digunakan dalam menganalisis hujan
banjir rencana. yang berpengaruh di DAS Jatimulya.
(5) Analisis debit banjir rencana, untuk Sedangkan sebaran normal berdasar uji
menghitung debit/hidrograf banjir kecocokan distribusi dinyatakan cocok.
rencana berdasarkan curah hujan
rencana setiap periode ulang dengan
Metode Mononobe.
72
Tabel.2.Hujan Maksimum Tahunan Untuk menghitung dimensi saluran
DAS Jatimulya Bekasi drainase yang direncanakan (sesuai
banjir rencana), dipakai rumus Strickler:

Q = A. V = k. A . R 2 / 3 .S1/ 2

Q = debit banjir rencana (m3/ det)


A=luas tampang basah aliran (m2)
V = kecepatan aliran ( m/ det)
K = angka kekasaran Strickler
R = jari-jari hidrolis ( m)
S = kemiringan dasar saluran

Dari hasil hujan rencana, dapat


dihitung debit banjir rencana untuk saluran
Hasil dari analisis hujan untuk hujan
sebesar 25 tahunan dan bangunan air
rencana 1, 2, 5, 10,20 ,50 dan 100 tahunan
yang ada di saluran dengan periode ulang
disajikan pada Tabel 3 berikut.
50 tahunan. Hasil perhitungan banjir
rencana dapat disajikan pada Tabel 4.
Tabel 3. Hasil Analisis Hujan rencana
DAS Jatimulya
Tabel 4. Hasil Perhitungan Time
Concentration (Tc) dan Banjir Rencana

Berdasarkan curah hujan rancangan,


dapat dihitung intensitas hujan selama
waktu konsentrasi ( tc ) , dengan
menggunakan rumus Mononobe.

Dimana :
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
R24 = curah hujan maksimum dalam
24 jam (mm)
T = durasi (lamanya) curah hujan (jam)
Debit renacana dihitung menggunakan
metoda rasional praktis dengan rumus:
Kemiringan saluran (S) dibuat sedemikian
Qp = 0,00278 C.I.A rupa sehingga pengendapan dan gerusan
dasar sungai (scouring) dapat dihindari.
Qp = adalah debit puncak banjir Selain itu dibuat kemiringan dasar sungai
(m3/detik); mendekati kemiringan sungai yang sudah
C = adalah koefisien limpasan; ada, yaitu sebesar 0.0012 (0,12%).
I = adalah intensitas hujan selama waktu Kapasitas saluran kondisi eksisting
konsentrasi (mm/jam); dianalisis dengan hasil:
A = adalah luas daerah aliran (ha).
73
Dimensi saluran existing Jatimulya ditentukan lebar saluran rencana 8.5 m dan
dengan Q hitung 6.60 mᵌ/s , ternyata tidak tinggi 3.0 m.
mampu menampung debit banjir rencana
yang dihasilkan oleh curah hujan harian
maksimum Q rencana 33.74 mᵌ/s. 1. Penanganan dengan Peninggian
Segmen Hulu-Kalimalang dengan Tanggul
dimensi (3 m x 1.4 m) mempunyai
kapasitas mengalirkan air sebesar 6.60 mᵌ/s Pelebaran dimensi saluran terkadang
dengan kecepatan alir 1.57 m/s, sedangkan sulit dilakukan di daerah padat penduduk
segmen Kalimalang- Sasak Jarang karena sisi kiri-kanan saluran mepet
berukuran (3 m x 1.5 m) dapat mengalirkan dengan bangunan. Keadaan ini
debit 7.50 mᵌ/s dan V 1.67 m/s. mengharuskan dilakukan peninggian
Segmen Sasak Jarang- Rawa Kalong tanggul agar tidak terjadi luapan sungai.
(4.3 m x 2.8 m) berkapasitas alir 26.26 mᵌ/s Penggunaan teknik trial and error dengan
dengan V 2.18 m/s serta segmen Rawa merubah-rubah tinggi saluran tanpa
Kalong- CBL (5 m x 3 m) memiliki merubah lebar dasar saluran, akan didapat
kapasitas 29.07 mᵌ/s dengan nilai V 1.94 hasil sebagai berikut:
m/s. Debit yang mampu dialirkan saluran Hasil analisis menunjukkan bahwa tanpa
existing lebih kecil dari pada debit banjir merubah lebar bawah saluran diperoleh
rencana yang dihasilkan oleh air hujan, tinggi saluran yang harus dipenuhi adalah:
sehingga saluran existing tidak mampu Segmen Hulu-Kalimalang h= 5.3 m, Kali
menampung debit tersebut dan terjadilah Malang- Sasak Jarang h= 5.5 m serta
banjir. Oleh karena itu diperlukan segmen Sasak Jarang-Rawa Kalong dan
pengendalian kelebihan debit agar tidak Rawa Kalong- CBL masing-masing
menimbulkan banjir atau genangan dengan setinggi 3.8 m dan 5.3 m
berbagai alternative.
Alternatif pengendali banjir yang 3.Penanganan Banjir Kombinasi
diterapkan di DAS Jatimulya adalah: Pelebaran dan Peninggian Tanggul

1.Penanganan banjir dengan pelebaran Kombinasi pelebaran dan peninggian


tanggul saluran akan lebih efektif
Penanganan banjir dengan pelebaran dilakukan dalam upaya penambahan
dasar saluran pada seluruh segmen saluran kapasitas saluran. Kombinasi pelebaran
telah dianalisis dengan hasil sebagai saluran dan peninggian tanggul untuk
berikut: segmen Hulu-Kali Malang diperoleh
Segmen Hulu-Kali Malang memakai Q penambahan lebar 1 m dan peninggian
hasil perhitungan metoda rasional dengan tanggul 2.3 m, sedang pelebaran saluran 1.5
nilai Q 33.74 mᵌ/s sebagai acuan, maka m dan peninggian tanggul 1.9 m dilakukan
dengan teknik coba gagal dan coba lagi pada segmen Kali Malang- Sasak Jarang.
(trial and error) di peroleh lebar saluran Adapun di segmen Sasak Jarang- Rawa
rencana 11.5 m dan tinggi 1.4 meter dengan Kalong saluran perlu dilebarkan 0.7 m dan
kapasitas pengaliran 33.94 mᵌ/s,yang lebih peninggian tanggul 0.4 m. Segmen Rawa
tinggi dari debit banjir rencana 33.74 mᵌ/s Kalong- CBL diterapkan peninggian
(ok). Dengan teknik perhitungan yang tanggul 1.3 m dan pelebaran saluran 1 m.
sama segmen Kali Malang-Sasak Jarang
diperoleh lebar saluran rencana 11.0 m serta 4. Pengendalian Sistim polder dan
tinggi 1.5 m, segmen Sasak Jarang- Rawa pompa.
Kalong lebar 5.7 m, tinggi 2.8 m.
Sedangkan segmen Rawa Kalong- CBL 4.1. Segmen Hulu-Kali Malang
74
(1) Volume kolam detensi yang diperlukan
Pengendalian banjir dengan kombinasi yaitu 1.486.806,60 mᵌ.
sistem polder dan pompa pada segmen (2) Penambahan pompa kapasitas 5 mᵌ/s
Hulu- Kalimalang dari hasil analisis mengurangi volume kolam detensi
adalah: yang diperlukan menjadi 1.002.945 mᵌ.
(1) Dengan penambahan pompa (3) Dipasang pompa 10 mᵌ/s, volume
berkapasitas 5 mᵌ/s, maka diperlukan kolam detensi menjadi 565.751 mᵌ.
polder bervolume 102.588,3 mᵌ. (4) Volume kolam berkurang menjadi
(2) Dengan penambahan pompa 176.507 mᵌ, jika ditambahkan pompa
berkapasitas 10 mᵌ/s, maka diperlukan berkapasitas 20 mᵌ/s.
polder bervolume 67.968,66 mᵌ.
(3) Dengan penambahan pompa 5. Analisis Pengendali Banjir ABSAH
berkapasitas 20 mᵌ/s, maka diperlukan
polder bervolume 7.490,22 mᵌ. ABSAH (Aquifer Buatan Simpanan
Air Hujan) merupakan salah satu bangunan
4.2 Segmen Kali Malang- Sasak Jarang pemanfaatan air hujan (PAH). Bangunan
ini dilengkapi filter alami sehingga air yang
Hasil perhitungan menyimpulkan dihasilkan layak dipakai sebagai air bersih.
bahwa dengan penambahan pompa Bangunan ini memperhitungkan
berkapasitas 5 mᵌ/s maka retensi yang pemakaian air harian sehingga dimensi
dibutuhkan berkapasitas tampung bangunan bisa dioptimumkan (mengurangi
198.690,46 mᵌ. Sedangkan penambahan dimensi bak penampung hingga 80%
pompa berkapasitas 10 mᵌ/s dan 20 mᵌ/s dibanding PAH konvensional.Analisis
masing-masing diperlukan retensi dimensi optimum bangunan ABSAH tiap
134.393,54 mᵌ dan 22.018,15 mᵌ. luas atap 300 m² di DAS Jatimulya adalah
26.09 mᵌ. Hasil perhitungan untuk
4.3 Segmen Sasak Jarang- Rawa Kalong perumahan Jatimulya dengan luas aliran
Hasil perhitungan volume kolam permukaan sebesar 140.128.1 mᵌ
retensi dan kapasitas pompa yang diperlukan 5.371 buah bangunan ABSAH.
diperlukan pada Segmen Sasak Jarang-
Rawa Kalong: Visualisasi HECRAS
(1) Volume kolam retensi yang diperlukan
yaitu 536.712,49 mᵌ. Langkah awal dalam digitasi sungai
(2) Penambahan pompa kapasitas 5 mᵌ/s ini adalah dengan membuat project file
mengurangi volume kolam retensi terlebih dahulu, kemudian membuat file
yang diperlukan menjadi 402.846 mᵌ. data geometri yang disimpan dalam folder
(3) Dipasang pompa 10 mᵌ/s, volume yang sudah ditentukan. Setelah menyimpan
kolam retensi menjadi 277.782 mᵌ. file data geometri kemudian masuk pada
(4) Volume kolam retensi berkurang jendela RAS mapper melaui ikon yang
menjadi 57.400 mᵌ, jika ditambahkan berada pada halaman utama HEC-RAS.
pompa berkapasitas 20 mᵌ/s. RAS mapper berfungsi untuk mengolah
data geospasial menjadi data geometri.
4.4 Segmen Rawa Kalong- CBL Data geospasial yang digunakan dalam
simulasi ini adalah data DEMNAS.
Hasil perhitungan di atas dapat Pekerjaan yang dilakukan pada jendela
dinentukan volume detensi yang diperlukan RAS mapper akan secara langsung
di segmen Rawa Kalong- CBL beserta terkoneksi pada file data geometri.
variasi pemompaan. Hasil perhitungan Pada Peta DEMNAS selanjutnya
tersebut adalah: dibuat batasan DAS Jatimulya dengan alat
75
perimeter yang ada di jendela 2D Area dan banjir pada segmen hulu-Kali Malang dan
digambar alur sungainya dengan perintah Kali Malang- Sasak Jarang masing-masing
bank line. diperoleh 33.74 mᵌ/s dan 36.93 mᵌ/s, dengan
Syarat batas di buat di awal saluran perhitungan kala ulang 25 tahun. Debit
(normal depth) dan di akhir saluran (flow banjir segmen Sasak Jarang- Rawa Kalong
hidrograf) dan diisi dengan data hidrograf adalah 37.74 mᵌ/s, sedang segmen Rawa
banjir Jatimulya Kalong-CBL sebesar 58.33 mᵌ/s
perhitungan dengan kala ulang 25 tahun.
Perhitungan kapasitas saluran rencana
berurutan keempat segmen adalah 14.8 m²
(4m x 3.7 m), 15.3 m² (4.5 m x 3.4 m), 16.0
m² (5 m x 3.2 m) dan 25.8 m² (6 m x 4.3 m),
sedang kondisi existing sebesar 4.2 m² (3 m
x 1.4 m), 4.5 m² (3 m x 1.5 m), 12 m² (4.3
m x 2.8 m) dan 15 m² (5 m x 3 m).
Gambar 2. Tampilan HECRAS pada Kesimpulan dari data di atas adalah perlu
Q 6.6 m3/s (eksisting) pembesaran dimensi saluran di setiap
segmen. Dimensi bangunan box culvert Tol
Gambar 3. Tampilan HECRAS pada (2mx2m), shypon kali malang (2mx2m)
Q 6.6 mᵌ/s, menunjukkan bahwa air debit dan Jembatan Rawa Kalong (3mx2.4m)
tertahan di kolam retensi dan tidak terlihat tidak mampu mengalirkan debit yang
pergerakan air banjir. Hal ini berarti pada dihasilkan DAS Jatimulya, sehingga perlu
Q 6.6 mᵌ/s saluran masih berfungsi dengan dilebarkan menjadi masing-masing 16 m²(
baik dan tidak terjadi banjir, pada Q 7.5 8m x 2m), 16 m² ( 8m x 2m) dan Jembatan
mᵌ/s, dapat di lihat debit banjir mulai Rawa Kalong menjadi 16 m² (6 m x 3 m).
bergerak dan menggenangi sebagian kecil
perumahan Jatimulya dan perumahan Auri 4.2. Saran
yang terletak setelah tol Jalarta-Cikampek. Konservasi daerah hulu harus dilakukan
secara maksimal dengan reboisasi dan
perencanaan tata ruang yang pro
konservasi. Pembuatan situ, polder dan
sumur resapan sangat diperlukan untuk
memperbesar infiltrasi dan menahan/
mengurangi aliran permukaan. Zero run-
off harus dicanangkan dengan memberi
contoh pembuatan bangunan PAH,
ABSAH pada bangunan instansi
pemerintah. Penyuluhan tentang menjaga
Gambar 3. Tampilan HECRAS pada saluran agar terhindar dari limbah,
Q 33.74 mᵌ/s (Q 25 Tahun) sampah dan pemanfaatan tanggul sungai
untuk bangunan harus intens dilakukan.
Saluran Jatimulya sepanjang 13.200 Mitigasi (menghindar sementara) juga
m hampir seluruhnya meluap pada debit merupakan alternatif yang harus
rencana kala ulang 25 tahun dengan nilai
Q 33.74 mᵌ/s.
4. Kesimpulan dan Saran

4.1. Kesimpulan
Dari analisis curah hujan di dapat debit

76
dipertimbangkan. Pelebaran saluran of Integrated Water Resources and
keempat segmen berbenturan dengan Flood Management Project for
perumahan padat sehingga sulit Semarang, Semarang.
dilaksanakan, maka peninggian tanggul McGraw-Hill. (2017): Hydraulic
merupakan pilihan yang paling tepat. Design Handbook, American
Banjir dapat diatasi dengan pompanisasi Water Works Associaciation,
ke saluran. Pelebaran. dimensi box culvert Florida.
Tol sangat mahal dan sulit dilakukan baik SNVT Pembangunan Waduk Jatibarang.
perijinan maupun pelaksanaan maka bisa (2016): Detail Desain Muara
dibuat kolam retensi memakai pompa Banjir Kanal Barat, Semarang.
dengan pipa pembuang melintas aman di SNVT Pembangunan Waduk Jatibarang.
atas jalan tol menuju saluran setelah tol.. (2011): Survei Investigasi dan
Desain Hulu DAS Garang,
Daftar Pustaka Semarang.
Sturm, Terry W. (2010): Open Channel
Balai Besar Wilayah Sungai Pemali- Hydraulics, McGraw-Hill
Juana. (2008): Review Design of International Edition, New York.
Integrated and Water Resources and SNI 2415. (2016): Tata cara perhitungan
Flood Management Project for debit banjir rencana.
Semarang, Semarang. Kiyotoka Mori. (2003): Hidrologi Untuk
BR, Sri Harto. (2000): Pengairan, PT Pradnya Paramita,
, Analisis Kepekaan Hidrograf Satuan Jakarta.
Sintetik Gama I dalam Penentuan Soewarno. (1995): Hidrologi Aplikasi
Debit Banjir Rancangan, Metode Statistik Untuk Analisa
Universitas Gajah Mada, Data, Nova, Bandung.
Yogyakarta. Wilson E.M. (1990): Hidrologi Teknik,
Chow, Ven Te. (1955): Open-Channel Edisi Keempat, ITB Bandung.
Hydraulics, Erlangga, Jakarta. Badan Standarisasi Nasional Indonesia.
JICA (1993): The Masterplan of the (2016): Tata Cara Perhitungn Banjir
Water Resource Development and Rencana, BSN Jakarta
Feasibility Study For Urgent Flood Departemen Pekerjaan Umum (2019):
Control and Urban Drainage In Tata Cara Pembuatan Kolam
Semarang City and Suburbs, Retensi dan Polder
Semarang. (NSPM),Direktorat Cipta Karya
JICA. (2000): The Detailed Design of Jakarta, 21.
Flood Control, Urban Drainage and Departemen Pekerjaan Umum. (2012):
Water Resources in Semarang in the Tata Cara Penyusunan Rencana
Republic of Indonesia, Semarang. Induk Sistem Drainase Perkotaan
JICA. (2005): Special Assistance for Buku Jilid 1A,Direktorat Cipta
Project Formation, Semarang. Karya Jakarta, hal. 91
JICA. (2008): Review Detailed Design

77

Anda mungkin juga menyukai