Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Riset Kajian Teknologi dan Lingkungan (JRKTL)

||Volume|| I ||Issue|| 2 ||Pages|| 117-123 ||2018||


p-ISSN: 2621 – 3222 || e-ISSN: 2621 – 301X

KAJIAN SISTEM DRAINASE DI KABUPATEN SUMBAWA:


Studi Kasus Di Desa Poto

Didin Najimuddin*
Universitas Samawa, Sumbawa Besar, Indonesia
Email: didinnajimuddin@universitassamawa.ac.id

--------------------------------------------------------ABSTRAK-------------------------------------------------------------
Banjir atau genangan di suatu kawasan terjadi apabila sistem yang berfungsi untuk menampung genangan itu tidak
mampu menampung debit yang mengalir, hal ini akibat dari tiga kemungkinan yang terjadi yaitu kapasitas sistem yang
menurun, debit aliran air yang meningkat, atau kombinasi dari kedua-duanya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui kapasitas saluran drainase eksisting terhadap curah hujan dengan debit rencana kala ulang 5 tahun di
Kecamatan Moyo Hilir dan untuk mengetahui model desain saluran darinase agar tidak terjadi genangan air di
Kecamatan Moyo Hilir. Data yang di pakai dala perhitungan yaitu data primer yang diperoleh dari survey lapangan dan
data sekunder yang diperoleh dari Badan Statistik Sumbawa. Hasil analisis menunjukkan Drainase di kecamatan Moyo
Hilir banyak yang tidak dapat berrfungsi secara optimal da tidak terawat sepeti adanya sedimentasi, tertutup tumbuhan
dan sampah yang menumpuk. Di daerah ini terdapat 20 saluran primer dan dan saluran sekunder, yang masing – masing
pembuangannya ke sungai dan kondisi topfografi di kecamatan Moyo Hilir tidak rata merupakan salah satu faktor
terjadinya genangan air pada daerah yang rendah.

Kata Kunci – banjir, debit, perencanaan, drainase


---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diterima: Juni 2018 Dipublikasikan: November 2018
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
sesuai topografinya. Dengan tertutupnya
I. PENDAHULUAN lahan maka akan terdapat air yang berlebihan
Kecamatan Moyo Hilir merupakan di suatu tempat yang dapat mengakibatkan
daerah pemekaran dari Kecamatan Sumbawa. terjadinya banjir atau genangan-genangan
Dan saat ini Kecamatan mengalami air.
perkembangan dengan penyediaan sarana dan Banjir atau genangan di suatu kawasan
prasarananya sebagai penunjang kegiatan terjadi apabila sistem yang berfungsi untuk
perdagangan, industri dan pariwisata. Selain menampung genangan itu tidak mampu
itu perkembangan jumlah penduduk di menampung debit yang mengalir, hal ini
Kecamatan Moyo Hilir semakin lama akibat dari tiga kemungkinan yang terjadi
semakin meningkat. Pertambahan jumlah yaitu kapasitas sistem yang menurun, debit
penduduk pada suatu daerah akan aliran air yang meningkat, atau kombinasi
mempengaruhi kondisi sosial masyarakatnya. dari kedua-duanya.
Pembangunan perumahan serta sarana Banjir atau genangan air yang semula
maupun prasarana umum terus akan musibah berubah menjadi hal yang biasa,
meningkat mengiringi laju pertambahan karena kerapkali terjadi dan bahkan menjadi
penduduk. Perkembangan ini akan merubah rutinitas yang terjadi setiap musim hujan
tata guna lahan dengan peralihan fungsi dari seperti yang terjadi di wilayah Desa Poto
lahan yang ada. Kecamatan Moyo Hilir. Setiap terjadi hujan
Perubahan fungsi lahan tersebut akan dengan intensitas hujan yang cukup tinggi
mengubah kondisi daerah, antara lain selalu terjadi banjir/genangan air hampir di
menyebabkan perubahan besarnya jumlah air semua jalan. Hal ini sangat mengganggu
yang melimpas akibat hujan yang turun pada aktifitas masyarakat setempat.
daerah tersebut. Hal ini disebabkan oleh Berdasarkan identifikasi dilapangan
tertutupnya permukaan tanah asli oleh lapisan kapasitas saluran drainase di wilayah
kedap air, sehingga air hujan tidak diberi Kecamatan Moyo Hilir menurun akibat
kesempatan untuk meresap dan mengalir menumpuknya sampah, rumput dan

117
Jurnal Riset Kajian Teknologi dan Lingkungan (JRKTL)
||Volume|| I ||Issue|| 2 ||Pages|| 117-123 ||2018||
p-ISSN: 2621 – 3222 || e-ISSN: 2621 – 301X

sedimentasi serta kurangnya kesadaran (b)Drainase buatan, yaitu sistem drainase


masyarakat setempat untuk menjaga yang dibentuk berdasarkan analisis
kebersihan saluran sehingga saluran tidak ilmu drainase, untuk menentukan debit
dapat berfungsi secara optimal. akibat hujan, dan dimensi saluran.
Guna mengendalikan terjadinya 2) Menurut cara kerjanya
genangan di daerah Kecamatan Moyo Hilir (a) Saluran Interceptor (Saluran Penerima)
maka perlu dilakukan kajian terhadap sistem Berfungsi sebagai pencegah
drainase yang ada untuk mengetahui terjadinya pembebanan aliran dari suatu
kapasitas saluran eksisting sehingga dapat daerah terhadap daerah lain di
ditentukan dimensi saluran rencana. bawahnya. Saluran ini biasanya
Drainase berasal dari bahasa inggris dibangun dan diletakkan pada bagian
yaitu drainage yang artinya mengalirkan, yang relatif sejajar dengan garis kontur.
menguras, membuang atau mengalihkan air. Outlet dari saluran ini biasanya terdapat
Dalam bidang Teknik Sipil, drainase secara di saluran collector atau conveyor atau
umum dapat didefinisikan sebagai suatu langsung di natural drainage/sungai
tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan alam.
air, baik yang berasal dari air hujan, (b)Saluran Collector (Saluran Pengumpul)
rembesan maupun kelebihan air irigasi dari Berfungsi sebagai pengumpul
suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi debit yang diperoleh dari saluran
kawasan/ lahan tidak terganggu (Suripin, drainase yang lebih kecil dan akhirnya
2004 : 7). akan dibuang ke saluran conveyor
A. Sistem Drainase (pembawa).
Secara umum sistem drainase dapat (c) Saluran Conveyor (Saluran Pembawa)
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan Berfungsi sebagai pembawa air
air yang berfungsi untuk mengurangi buangan dari suatu daerah ke lokasi
dan/atau membuang kelebihan air dari suatu pembuangan tanpa harus
kawasan/lahan, sehingga lahan dapat membahayakan daerah yang dilalui.
difungsikan secara optimal. Bangunan sistem 3) Menurut letak bangunan
drainase secara berurutan mulai dari hulu (a) Drainase permukaan tanah (Surface
terdiri dari saluran penerima (interceptor Drainage), yaitu saluran drainase yang
drain), saluran pengumpul (collector drain), berada di atas permukaan tanah yang
saluran pembawa (conveyor drain), saluran berfungsi mengalirkan air limpasan
induk (main drain), dan badan air penerima per-mukaan. Analisa alirannya
(receiving waters). Di sepanjang sistem merupakan analisa open channel flow.
sering dijumpai bangunan lainnya, seperti (b)Drainase bawah tanah (Sub Surface
gorong gorong, jembatan-jembatan, talang Drainage), yaitu saluran drainase yang
dan saluran miring/got miring (Suripin, 2004 bertujuan mengalir-kan air limpasan
: 7). permukaan melalui media di bawah
B. Jenis- Jenis Drainase permukaan tanah (pipa-pipa),
1) Menurut sejarah terbentuknya yaitu : dikarenakan alasan-alasan ter-tentu.
(a) Drainase alamiah (natural drainage), Alasan tersebut antara lain tuntutan
yaitu sistem drainase yang terbentuk artistik, tuntutan fungsi permukaan
secara alami dan tidak ada unsur tanah yang tidak membolehkan adanya
campur tangan manusia. Saluran ini saluran di permukaan tanah seperti
terbentuk oleh gerusan air yang lapangan sepak bola, lapangan terbang,
bergerak karena infiltrasi yang lambat taman, dan lain-lain.
laun membentuk jalan air yang 4) Menurut konstruksi
permanen seperti sungai.
118
Jurnal Riset Kajian Teknologi dan Lingkungan (JRKTL)
||Volume|| I ||Issue|| 2 ||Pages|| 117-123 ||2018||
p-ISSN: 2621 – 3222 || e-ISSN: 2621 – 301X

(a) Saluran terbuka, yaitu sistem saluran 5) Radial, digunakan untuk daerah berbukit,
yang biasanya direncana-kan hanya sehingga pola saluan memancar ke segala
untuk menampung dan mengalirkan air arah.
hujan (sistem terpisah), namun 6) Jaring-jaring, mempunyai saluran-saluran
kebanyakan sistem saluran ini pembuangan yang mengikuti arah jalan
berfungsi sebagai saluran campuran. raya dan cocok untuk daerah dengan
Pada pinggiran kota, saluran terbuka ini topografi datar. Pola jaring-jaring terbagi
biasanya tidak diberi lining (lapisan menjadi 4 jenis yaitu :
pelindung). Akan tetapi saluran terbuka a. Pola perpendicular adalah pola jaringan
di dalam kota harus diberi lining penyaluran air buangan yang dapat
dengan beton, pasangan batu (masonry) digunakan untuk sistem terpisah dan
ataupun dengan pasangan bata. tercampur sehingga banyak diperlukan
(b)Saluran tertutup, yaitu saluran untuk air banyak bangunan pengolahan.
kotor yang mengganggu kesehatan b. Pola interceptor dan pola zone adalah
lingkungan. Siste ini cukup bagus pola jaringan yang digunkan untuk
digunakan di daerah perkotaan sistem tercampur.
terutama dengan tingkat kepadatan c. Pola fan adalah pola jaringan dengan
penduduk yang tinggi seperti kota dua sambungan saluran / cabang yang
Metropolitan dan kota-kota besar dapat lebih dari dua saluran menjadi
lainnya. satu menuju ke sautu banguan
5) Menurut fungsi pengolahan. Biasanya digunakan untuk
(a) Single Purpose, yaitu saluran yang sistem terpisah.
berfungsi mengalirkan satu jenis air d. Pola radial adalah pola jaringan yang
buangan saja. pengalirannya menuju ke segala arah
(b)Multy Purpose, yaitu saluran yang dimulai dari tengah kota sehingga ada
berfungsi engalirkan beberapa jenis kemungkinan diperlukan banyak
buangan, baik secara bercampur bangunan pengolahan.
maupun bergantian. D. Analisis Hidrologi
C. Pola Jaringan Drainase Hidrologi adalah ilmu yang
Pola jaringan drainase menurut mempelajari seluk beluk air, kejadian dan
Sidharta Karmawan (1997 : 1 - 8) terdiri dari distribusinya, sifat alami dan sifat kimianya,
enam macam, antara lain: serta reaksinya terhadap kebutuhan manusia.
1) Siku Digunakan pada daerah yang Pengumpulan data dan informasi, terutama
mempunyai topografi sedikit lebih tinggi data untuk perhitungan hidrologi sangat
daripada sungai. Sungai sebagai saluran diperlukan dalam analisa penentuan debit
pembuangan akhir berada di tengah kota. banjir rancangan yang selanjutnya
2) Paralel, saluran utama terletak sejajar dipergunakan sebagai dasar rancangan suatu
dengan saluran cabang. Apabila terjadi bangunan air. Semakin banyak data yang
perkembangan kota, saluran-saluran akan terkumpul berarti semakin menghemat biaya
dapat menyesuaikan diri. dan waktu, sehingga kegiatan analisis dapat
3) Grid iron, digunakan untuk daerah dengan berjalan lebih cepat, selain itu akan
sungai yang terletak di pinggir kota, didapatkan hasil perhitungan yang lebih
sehingga saluransaluran cabang dikumpul- akurat. Secara keseluruhan pengumpulan data
kan dahulu pada saluran pengumpul. hidrologi ini dapat dilakukan dengan
4) Alamiah, sama seperti pola siku, hanya tahapan-tahapan pengumpulan data dasar dan
beban sungai pada pola alamiah lebih pengujian (kalibrasi) data-data yang
besar. terkumpul (Sri Harto, 1993).
1) Uji Konsistensi Data
119
Jurnal Riset Kajian Teknologi dan Lingkungan (JRKTL)
||Volume|| I ||Issue|| 2 ||Pages|| 117-123 ||2018||
p-ISSN: 2621 – 3222 || e-ISSN: 2621 – 301X

Pengujian konsistensi dari serangkaian 3 Gumbel Cs = 1.1396 ; Ck = 5.4002


4 Log Pearson Yang tidak masuk syarat di atas
data ini dapat dilakukan dengan Sumber : Sri Harto, 1993 : 245
menggunakan kurva massa (mass curve)
Adapun dalam studi ini, curah hujan
yaitu suatu grafik yang menggambarkan
rancangan dihitung dengan menggunakan
kumulatif dari serangkaian data hujan stasiun
metode Log pearson Type III, karena metode
yang di uji sebagai ordinat, dan kumulatif
ini dapat dipakai untuk semua sebaran data
dari rangkaian data hujan beberapa stasiun
tanpak harus memenuhi koefisien
sekitar sebagai absis, kemudian koordinatnya
Kemencengan (Skewnes) dan Koefisien
diplotkan. Dari pengujian ini data yang tidak
kepuncakan (kurtosis. Metode frekuensi ini
konsisten akan nampak dari penyimpangan
juga banyak digunakan dalam analisis
garisnya terhadap garis lurus. Dalam hal ini
hidrologi, terutama dalam analisis data debit
dianggab bahwa data dari stasiun hujan yang
banjir maksimum dan debit banjir minimum
digunakan sebagai referensi yang berada di
(Soewarno, 1995 : 141).
sekitarnya merupakan data yang konsisten,
3) Intensitas Hujan Jam-jaman
oleh karena itu pengujian ini sering
Intensitas hujan adalah besarnya curah
menimbulkan keraguan, karena adanya
hujan rata-rata yang terjadi di suatu daerah
kemungkinan tidak tidak konsistensinya
dalam suatu waktu tertentu sesuai dengan
stasiun referensi (Sri Harto, 1993).
waktu konsentrasi dan periode ulang tertentu.
TABEL I Intensitas hujan jam-jaman dihitung dengan
NILAI KRITIS DARI Q/√N
menggunakan metode mononobe yaitu
Q/√n
No. N
90% 95% 99%
apabila data hujan jangka pendek tidak
1 10 1.05 1.14 1.29 tersedia yang ada hanya data hujan harian
2 20 1.10 1.22 1.42 (Suripin, 2004).
3 30 1.12 1.24 1.46
4 40 1.13 1.26 1.50 4) Koefisien Aliran Permukaan (C)
5 50 1.14 1.27 1.52 Koefisien Aliran Permukaan (C)
6 100 1.17 1.29 1.55
7 ~ 1.22 1.36 1.63 didefinisikan sebagai perbandingan antara
Sumber: Sri harto, 1993 : 168 jumlah air yang mengalir di suatu daerah
2) Analisis Curah Hujan Rancangan akibat turunnya hujan dengan jumlah hujan
Curah hujan rancangan adalah curah yang turun di daerah tersebut. Besarnya
hujan yang terbesar yang mungkin terjadi koefisien pengaliran antara lain dipengaruhi
disuatu daerah dengan peluang tertentu. oleh (Subarkah dalam Hasanuddin, 2008 :
Metode analisis hujan rancangan tersebut 27) :
pemilihannya sangat bergantung pada a) Kemiringan tanah
kesuaian parameter statistik dari data b) Jenis tanah bagian permukaan yang dilalui
bersangkutan, atau dpilih berdasarkan air hujan
pertimbangan-pertimbangan teknis lainnya. c) Iklim
Untuk menentukan teknis yang sesuai, maka Harga koefisien pengaliran (C) untuk
terlebih dahulu harus dihitung besarnya berbagai kondisi berbagai permukaan tanah
parameter statistik yaitu koefisien dapat ditentukan sebagai berikut :
kepencengan (Skewnes) dan Koefisien TABEL III
KOEFISIEN PENGALIRAN
kepuncakan (kurtosis) atau Ck. Berikut ini
akan disajikan syarat pemilihan metode No. Jenis Penutup
Koefisien
Lahan/Karakteristik
frekuensi berdasarkan nilai Cs dan Ck. Permukaan
Pengaliran (C)
1 Bisnis
TABEL II - Perkotaan 0,70 - 0,95
PEMILIHAN METODE FREKUENSI - Pinggiran 0,50 - 0,75
No. Kriteria pemilihan distribusi 2 Perumahan
1 Norma Cs = 0 - Rumah tinggal 0,30 - 0,50
2 Log Normal Cs = 3. Cv - Multiunit, terpisah 0,40 - 0,60

120
Jurnal Riset Kajian Teknologi dan Lingkungan (JRKTL)
||Volume|| I ||Issue|| 2 ||Pages|| 117-123 ||2018||
p-ISSN: 2621 – 3222 || e-ISSN: 2621 – 301X

- Multiunit tergabung 0,60 - 0,75 a) Air kotor rumah tangga (saniter) yaitu air
- Perkampungan 0,25 - 0,40
- Apartemen 0,50 - 0,70 kotor dari daerah perumahan serta sarana-
3 Industri sarana komersial dan konstitusional.
- Ringan 0,50 - 0,80
- Berat 0,60 - 0,90 b) Air kotor industri rumah tangga
4 Atap 0,75 - 0,95 Debit air kotor (m3/dt) rumah tangga
5 Halaman tanah berpasir
- Datar 2 % 0,05 - 0,10 dan industri yang dialirkan ke saluran
- Rata-rata 2-7 % 0,10 - 0,15 pembuang dapat menambah besarnya aliran
- Curam 7 % 0,15 - 0,20
6 Halaman Kereta Api 0,10 - 0,35 pada saluran pembuang. Oleh karena itu
7 Taman tempat Bermain 0,20 - 0,35 perhitungan debit air kotor merupakan suatu
8 Taman, pekuburan 0,10 - 0,25
9 Hutan hal yang sangat penting dalam perencanaan
- Datar 0-5 % 0,10 - 0,40 saluran drainase. Untuk memperkirakan debit
- Rata-rata 5-10 % 0,25 - 0,50
- Curam 10-30 % 0,30 - 0,60 air kotor, terlebih dahulu harus diketahui
Sumber : Suripin, 2004 : 81 jumlah kebutuhan air rata-rata setiap orang
E. Debit Air Kotor dalam satu hari dan dianggap pemakaian
Air kotor adalah air dari suatu dalam satu jam maksimum sama dengan 10%
pemukiman yang telah dipergunakan untuk dari jumlah kebutuhan air dalam satu hari
berbagai keperluan, harus dikumpulkan dan dan dianggap pemakaian air dalam satu hari
dibuang untuk menjaga lingkungan yang adalah 10 jam (M. Janu Ismoyo dalam
sehat dan baik. Air kotor yang harus dibuang Kustamar dkk, 2008).
dari suatu pemukiman terdiri dari :
TABEL IV
PEMBUANGAN LIMBAH CAIR RATA-RATA PER ORANG SETIAP HARI
No. Volume Limbah Cair Beban BOD
Jenis Bangunan
(liter/orang/hari) (gram/orang/har)
1 Daerah Perumahan : - -
- Rumah besar untuk keluarga tunggal. 400 100
- Rumah tipe tertentu untuk keluarga tunggal. 300 80
- Rumah untuk keluarga ganda (rumah susun). 240 – 300 80
- Rumah kecil (cottage). 200 80
(Jjika dipasang penggilingan sampah, kalikan
BOD dengan faktor 1,5)
2 Perkemahan dan Motel :
- Tempat peristirahatan mewah. 400 – 600 100
- Tempat parkir rumah berjalan (mobile home). 200 80
- Kemah wisata dan tempat parkir trailer. 140 70
- Hotel dan motel. 200 50
3 Sekolah :
- Sekolah dengan asrama. 300 80
- Sekolah siang hari dengan kafetaria. 80 30
- Sekolah siang hari tanpa kafetaria. 60 20
4 Restoran :
- Tiap pegawai. 120 50
- Tiap langganan. 25 – 40 20
- Tiap makanan yang disajikan. 15 15
5 Terminal transportasi :
- Tiap pegawai. 60 25
- Tiap penumpang 20 10
6 Rumah sakit 600 - 1200 30
7 Kantor 60 25
8 Teater mobil (drive in theatre), per tempat duduk 20 10
9 Bioskop, per tempat duduk 10 - 20 10
10 Pabrik, tidak termasuk limbah cair industri dan 60 - 120 25
cafeteria.
Sumber : Soeparman dan Suparmin, dalam Sri Utami Setyowati, 2009 : 6

F. Perencanaan Saluran Drainase Pada saluran terbuka terdapat per-


1) Saluran Terbuka mukaan air yang bebas, permukaan bebas ini
dapat dipengaruhi oleh tekanan udara luar
121
Jurnal Riset Kajian Teknologi dan Lingkungan (JRKTL)
||Volume|| I ||Issue|| 2 ||Pages|| 117-123 ||2018||
p-ISSN: 2621 – 3222 || e-ISSN: 2621 – 301X

secara langsung. Kekentalan dan gravitasi sungai. Kondisi topfografi di kecamatan


mempengaruhi sifat aliran pada saluran Moyo Hilir tidak rata merupakan salah satu
terbuka. Saluran terbuka umumnya faktor terjadinya genangan air pada daerah
digunakan pada daerah yang : yang rendah.
a) Lahan yang masih memungkinkan (luas)
b) Lalu lintas pejalan kakinya relative jarang IV. KESIMPULAN DAN SARAN
c) Beban di kiri dan kanan saluran relatif Dari hasil kajian untuk mengatasi
ringan genangan air di di Kecamatan Moyo Hilir
2) Penampang Saluran menghasilkan beberapa kesimpulan yaitu :
Penampang saluran yang paling 1) Dari 20 saluran yang ada di Kecamatan
ekonomis adalah saluran yang dapat Moyo Hilir terdapat 14 saluran (saluran
melewatkan debit meksimum untuk luas b1, b2, c1, a2, b3, b4,
penampang basah, kekasaran dan kemiringan c3,c4,a3,b6,a4,b7,b8, dan c8) yang tidak
dasar tertentu. Berdasarkan persamaan dapat menampung debit rencana dengan
kontinuitas, tampak jelas bahwa untuk luas kal ulang 5 tahun, sehingga perlu
penampang melintang tetap, debit maksimum mendisain ulang dimensi saluran.
dicapai jika kecepatan aliran meksimum. 2) Model desain dimensi saluran rencana
Dari rumus Manning dapat dilihat bahwa berupa saluran terbuka berpenam-pang
untuk kemiringan dasar dan kekasaran tetap, persegi dan trapesium dengan dimensi
kecepatan maksimum dicapai jika jari-jari saluran rencana (b, B, h) pada saluran b1,
hidraulik R maksimum. Selanjutnya untuk b2, c1, a2, b3, b4, c3, c4, a3, b6, a4, b7,
penampang tetap, jari-jari hadraulik b8, dan c8 (gambar terlampir) adalah
maksimum keliling basah, P minimum. (1,00; 1,00; 1,00), (1,10; 1,10; 1,10),
Kondisi seperti yang telah kita pahami (1,15; 1,15; 1,15), (1,83; 3,65; 1,58),
tersebut memberi jalan untuk menentukan (0,55; 0,55; 0,55), (1,10; 1,10; 1,10),
dimensi penampang melintang saluran yang (0,60; 0,60; 0,60), (0,70; 0,70; 0,70),
ekonomis untuk berbagai macam bentuk (2,10; 4,20; 1,82), (1,10; 1,10; 1,10),
seperti tampang persegi dan trapesium. (2,40; 4,80; 2,08), (0,90; 0,90; 0,90),
(0,85; 0,85; 0,85), dan (0,60; 0,60; 0,60).
II. METODE PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian pada
Pengambilan data penelitian dilakukan wilayah kecamatan moyo hilir disarankan
dengan dua metode yaitu: sebagai berikut:
1) Data primer adalah data yang diperoleh 1) Pemerintah daerah dalam hal ini instansi
dari lokasi penelitian. Data primer yang terkait agar segera merealisasikan
meliputi debit aliran, besarnya dimensi perbaikan drainase yang sudah tidak
saluran yang ada. mampu lagi mengalirkan debit aliran yang
2) Data sekunder adalah data yang diperoleh masuk pada saluran agar tidak terjadi lagi
dari instansi instansi terkait yaitu : Badan genangan air yang dapat mengganggu
Statistik Sumbawa,dll. aktifitas masyarakat.
2) Diharapkan kepada Pemerintah daerah dan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN masyarakat untuk melakukan
Drainase di kecamatan Moyo Hilir pemeliharaan rutin drainase agar dapat
banyak yang tidak dapat berrfungsi secara berfungsi secara efisien sesuai dengan
optimal da tidak terawat sepeti adanya rencana.
sedimentasi, tertutup tumbuhan dan sampah 3) Diharapkan kepada masyarakat untuk
yang menumpuk. Di daerah ini terdapat 20 membangun Sumur Pembuangan Air
saluran primer dan dan saluran sekunder, Limbah (SPAL) untuk mengendalikan
yang masing – masing pembuangannya ke pencemaran dan perusakan lingkungan

122
Jurnal Riset Kajian Teknologi dan Lingkungan (JRKTL)
||Volume|| I ||Issue|| 2 ||Pages|| 117-123 ||2018||
p-ISSN: 2621 – 3222 || e-ISSN: 2621 – 301X

4) Pemerintah daerah perlu membentuk Harto, Sri. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta :
sistem pengawasan drainase kota yang PT. Gramedia Pustaka Utama.
dilakukan oleh petugas khusus. Hasanuddin. 2008. Pengaruh Simulasi
5) Pemerintah daerah dalam hal ini instansi Penggunaan Lahan Terhadap Besarnya
yang terkait agar memberikan penyuluhan Debit Puncak dan Erosi Pada Sub DAS
kepada masyarakat tentang perlunya Setonggo Sembaung di Kabupaten
drainase pada musim penghujan dengan Sumbawa. Universitas Brawijaya
tidak membuang sampah ke dalam saluran Malang
agar tidak terjadi pendangkalan dan
tersumbatnya aliran air pada saluran yang Kustamar dkk. 2008. Kajian Sistem Jaringan
dapat menyebabkan genangan air. Drainase Guna Menanggulangi
Genangan Air Hujan Daerah Gading
DAFTAR PUSTAKA Kasri Bareng. Institut Teknologi
Anonim. Data Curah Hujan Tahun 2002 – Nasional Malang.
2011. Dinas Pertanian Kabupaten http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j
Sumbawa &q=kajian%20sistem%20drainase&so
urce. Akses 12 Januari 2017.
Anonim. Data Potensi Desa Labuhan
Sumbawa. Kantor Desa Labuhan
Sumbawa.
Anonim. Kabupaten Sumbawa dalam Angka
2010. Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah Kabupaten
Sumbawa
Anonim. Kecamatan Labuhan Badas dalam
Angka 2010. Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah Kabupaten
Sumbawa
Anonim. Peta Tata Guna Lahan Kecamatan
Labuhan Badas. Badan Perencanaan
dan Pembangunan Daerah Kabupaten
Sumbawa
Anonim. Peta Kemiringan Lahan Kabupaten
Sumbawa. Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Sumbawa
Anonim. Peta Kontur Kecamatan Labuhan
Badas. Dinas Pekerjaan Umum.
Anggraihini. 2005. Hidrolika Untuk Saluran
Terbuka. Surabaya : Citra Media
Chow, Ven Te. 1997. Hidrolika Saluran
Terbuka. Jakarta : Erlangga
Didin Najimuddin, 2015 Analisis sistem
distribusi air PDAM sumbawa (Studi
Kasus Unter Iwis )

123

Anda mungkin juga menyukai